2. PENGERTIAN
Inkontinensia urine merupakan pelepasan
urine secara tidak terkontrol dalam jumlah
yang cukup banyak.
Inkontenensia urine merupakan eliminasi
urine dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi diluar keinginan.
(Brunner, Sudart. 2002)
3. BENTUK_BENTUK
1. Inkontinensia urine fungsional :
Keadaan ketika individu mengalami inkontinensia karena kesulitan dalam mencapai atau ketidakmampuan
untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Batasan karakteristik :
• Data mayor(harus terdapat)
Inkontinensia sebelum atau selama usaha mencapai toilet.
2. Inkontinensia urine reflex :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang dapat diprediksi tanpa sensasi
dorongan, berkemih, atau kandung kemih penuh.
Batasan karakteristik :
• Data mayor(harus terdapat, satu atau lebih)
Kontraksi kandung kemih tidak terlambat
Reflek involunter menghasilkan kandung kemih spontan
Kehilangan sensasi penuh kandung kemih atau desakan berkemih sebagian atau komplet.
3. Inkontinensia urine stress :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter segera pada peningkatan tekanan
intraabdominal.
Batasan karakteristik :
• Data mayor(harus terdapat)
Individu melaporkan penurunan urine(biasanya kurang dari 50 cc) yang terjadi karena peningkatan tekanan
abdominal akibat berdiri, bersin, batuk, berlari, atau mengangkat beban berat
4. NexT...
4. Inkontinensia urine total :
Keadaan ketika individu mengalami urine terus menerus yang tidak dapat di
perkirakan, tanpa distensi atau tidak menyadari kandung kemih penuh.
Batasan karakteristik :
• Data mayor(harus terdapat)
Aliran konstan dari urine tanpa distensi
Nokturia lebih dari 2 kali selama tidur
Refraktori inkontinensia pada tindakan lain
• Data minor(mungkin terdapat)
Tidak menyadari isyarat kadung kemih untuk berkemih
Tidak menyadari inkontinensia
5. Inkontinensia urine dorongan :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang
dihubungkan dengan keinginan kuat dan tiba-tiba untuk berkemih.
Batasan karakteristik :
• Data mayor(harus terdapat)
Dorongan diikuti inkontinensia.
5. ETIOLOGI
Antara Lain :
• Melemahnya otot dasar panggul akibat
kehamilan berkali-kali
• Kebisaan mengejan yang salah, atau batuk kronis
• Adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari
dinding kandung kemih, sehingga walaupun
kandung kemih baru terisi sedikit,sudah
menimbulkan rasa ingin berkemih.
• Isk ( Vaginitis, Uretritis)
6. MANIFESTASI KLINIS
Inkontinesia urine dapat terjadi dengan berbagai
manifestasi antara lain:
• Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan
kandung kemih bocor bila batuk atau bersin. Bisa
juga disebabkan oleh kelainan diseliling daerah
saluran kencing.
• Fungsi otak besar yang terganggu dan
mengakibatkan kontraksi kandung kemih.
• Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan
pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam
kandung kemih sampai kapasitas berlebih.
7. PENATALAKSANAAN
Yang sering dikerjakan pada penderita lanjut
usia dengan incontinensia urine adalah
memasang kateter secara menetap. Untuk
beberapa pertimbangan, misalnya memantau
produksi urine dan mengatur balance cairan
hal ini masih dapat diterima, tetapi sering kali
pemasangan kateter ini tidak jelas dan
mengandung resiko untuk terjadinya
komplikasi umumnya adalah infeksi.
8. 3 MACAM KATERISASI PADA
INKONTINENSIA URINE
1. katerisasi luar
Terutama pada pria yang memakai system kateter kondom. Efek
samping yang utama adalah iritasi pada kulit dan sering lepas.
2. katerisasi intermiten
Katerisasi secara intermiten dapat dicoba, terutama pada wanita
lanjut usia yang menderita inkontinensia urine. Frekuensi
pemasangan 2-4x sehari dengan sangat memperhatikan sterilisasi
dan tehnik prosedurnya.
3. Katerisasi secara menetap
Pemasangan kateter secara menetap harus benar-benar dibatasi
pada indikasi yang tepat. Misalnya untuk ulkus dekubitus yang
terganggu penyembuhannya karena ada inkontinensia urine ini.
9. Pengelolaan Inkontinensia Urine Pada
Penderita Usia Lanjut
1. Program rehabilitasi
• Melatih respon kandung kemih agar baik lagi
• Melatih perilaku berkemih
• Latihan otot-otot dasar panggul
• Modifikasi tempat untuk berkemih
2. Katerisasi baik secara berkala atau menetap
3. Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih, osterogen
4. Pembedahan, misalnya untuk mengangkat penyebab sumbatan atau
keadaan patologi lain.
5. Lain-lain, misalkan penyesuaian lingkungan yang mendukung untuk
kemudahan berkemih, penggunaan pakaian dalam dan bahan-bahan
penyerap khusus untuk mengurangi dampak inkontinensia
10. PROSES KEPERAWATAN
• PENGKAJIAN
a. Identitas klien
--------
Inkontinensia pada umumnya biasanya sering
atau cenderung terjadi pada lansia (usia ke
atas 65 tahun), dengan jenis kelamin
perempuan, tetapi tidak menutup
kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Antara Lain :
• Resiko infeksi b.d inkontinensia, imobilitas dalam
waktu yang lama.
• Resiko Kerusakan Integitas kulit yang
berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine.
• Resiko ketidakefektifan penatalaksaan program
terapeutik yang berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tenttang penyebab
inkontinen, penatalaksaan, progam latihan
pemulihan kandung kemih, tanda dan gejala
komplikasi, serta sumbe komonitas.
12. INTERVENSI
• Dx. I
Tujuan :
Berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis
dalam batas normal, kultur urine menunjukkan tidak adanya
bakteri.
Intervensi :
a. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika
pasien inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin.
R: Untuk mencegah kontaminasi uretra.
b. Jika di pasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x
sehari (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada
waktu akan tidur) dan setelah buang air besar. R: Kateter
memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung
kemih dan naik ke saluran perkemihan.
13. NexT...
Dx. II
Tujuan :
Kulit periostomal tetap utuh.
Suhu 37° C.
Urine jernih dengan sedimen minimal.
Intervensi :
a. Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8jam.
R: Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
b. Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Yakinkan kulit
bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru. Potong lubang wafer
kira-kira setengah inci lebih besar dar diameter stoma untuk menjamin
ketepatan ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit periostomal.
Kosongkan kantung urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh.
R: Peningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal, memungkinkan
kebocoran urine. Pemajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam
urine dapat menyebabkan kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi.
14. NexT...
• Dx. III
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan
macam terapeutik.
Keluhan berkurang tentang cemas atau gugup.
Ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
a. Berikan kesempatan kepada klien dan orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan dan harapannya. Perbaiki konsep yang salah.
R: Kemapuan pemecahan masalah pasien ditingkatkan bila lingkungan nyaman dan
mendukung diberikan.
b. Berikan informasi tentang:
Sifat penyakit.
Deskripsi singkat tentang tidur.
Pemeriksaan setelah perawatan.
Bila informasi harus diberikan selama episode nyeri, pertahankan intruksi
dan penjelasan singkat dan sederhana. Berikan informasi lebih detail bila
nyeri terkontrol. R: Pengetahuan apa yang akan dirasakan membantu
mengurangi ansietas, nyeri mempengaruhi prose belajar.