1. Kelompok 5:
1. Asti Nurhayati Nurjaman
2. Ayu Anggia
3. Rubi Siti Tarbiyah
4. Wina Ernia
A. Bahasa Indonesia yang
Baik dan Benar
B. Timbulnya Gejala Bahasa
C. Macam-macam Gejala
Bahasa
2. Gejala bahasa adalah masuknya unsur-unsur asing atau yang tidak sesuai
dengan kaidah berbahasa yang baik dan benar memasuki sebuah bahasa dan
lambat laun menjadi bagian dari bahasa tersebut karena proses pembudayaan
di masyarakat.
3. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata baik bermakna:
Elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dsb): karangan bunga itu ---
sekali;
Jadi, bahasa yang baik adalah bahasa yang teratur rapi dan tidak ada celanya.
Menurut KBBI kata benar memiliki makna:
Sesuai sebagaimana adanya (seharusnya); betul; tidak salah: jawabannya ---
semua;
Jadi, bahasa yang benar bermakna bahasa yang sesuai sebagaimana adanya
(seharusnya); atau bahasa yang betul atau tidak salah.
Dari keterangan makna dalam KBBI itu, kalau dirangkum ungkapan bahasa
yang baik dan benar akan bermakna ‘bahasa yang teratur rapi, tidak ada celanya,
serta betul atau tidak salah.’
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi membudayanya
gejala bahasa:
1. Sesuai dengan telaah sosiolinguistik, gejala
bahasa timbul karena penyesuaian dalam
berkomunikasi sesuai dengan situasi dan kondisi
yang tengah dihadapi.
2. Gejala bahasa juga merupakan akibat dari kurang
luasnya pengetahuan tentang berbahasa Indonesia
yang baik dan benar di masyarakat.
3. Gejala bahasa timbul karena unsur-unsur asing
atau tidak sesuai kaidah yang memasuki dan
menjadi budaya dalam keseharian.
4. Gejala bahasa timbul akibat kesalahan yang tidak
disadari dan terus menerus terulang sehingga
menjadi bagian dari bahasa tersebut.
5. Gejala bahasa timbul akibat ketidaksengajaan.
5. Gejala bahasa terdiri dari beberapa macam, yaitu:
1. Gejala bahasa secara leksikal. Terdiri dari: generalisasi, spesialisasi,
ameliorasi, peyorasi, asosiasi, sinestesia, analogi.
2. Gejala bahasa secara gramatikal, seperti masuknya unsur-unsur baru ke
dalam suatu tatanan kata.
3. Gejala bahasa secara semantik, seperti timbulnya bahasa-bahasa yang tidak
sesuai bahasa Indonesia baku.
6. Spesialisasi adalah perupahan makna kata yang pada awal penggunaannya bisa dipakai
untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu
keadaan saja. Contoh: sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalam arti luas
atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni.
Ameliorasi adalah berubahnya makna kata yang pada awalnya memiliki makna kurang
baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung
pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.
Peyorasi adalah makna kata yang sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata
daripada makna kata pada awal pemakaiannya. Contoh, kawin, gerombolan, dan
oknum terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
7. Asosiasi tergolong ke dalam perubahan makna pada kata-kata dengan
makna-makna yang muncul karena persamaan sifat.
Sinestesia adalah perubahan makna yang terjadi karena pertukaran
tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera
penglihatan. Contoh, ‘gadis itu berwajah manis.’ Kata manis
mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap,
berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan.
8. Lebay
Lebay memiliki arti berlebihan, baik berlebihan dalam berbuat maupun dalam
berbicara. Lebay popular pada tahun 2006, saat itu didukung dengan keluarnya
Hit Single T2 yang berjudul jangan Lebay.
Alay
Singkatan dari Anak Layangan, yaitu orang-orang kampung yang bergaya norak.
Alay sering diidentikkan dengan hal-hal yang norak dan narsis.
Alay adalah gejala bahasa yang mendapat rating paling besar pada gejala bahasa.
Gejala Alay yang paling mudah diidentifikasi adalah sebagai berikut:
Kalau mengetik pesan biasa dikombinasiin huruf dengan angka. Contohnya:
Kamu sekarang lagi apa?? tulisan Alay nya kM sKr9 9y ngapZ??
9. Jargon, Kata Percakapan, dan Slang
Jargon mempunyai beberapa pengertian diantaranya kata-kata teknis yang
dipergunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi atau kelompok
tertentu, contoh: ‘wakwaw...bapak mana bapak?’ yang digunakan dalam
sinetron EINH.
Dalam percakapan informal, kaun terpelajar bisa menggunakan kata-kata
percakapan. Kelompok kata-kata ini mencakup kata-kata populer, kata-kata
kajian dan slang yang hanya dipakai oleh kaum terpelajar, contoh: sikon
(situasi dan kondisi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten), dok
(dokter), pnk (suntik).
Pada waktu-waktu tertentu banyak terdengar slang yaitu kata-kata
nonbaku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan akan sesuatu
yang baru. Kata-kata ini bersifat sementara kalau sudah terasa usang, hilang
atau menjadi kata-kata biasa, contoh asoy, mana tahan, bahenol, cemungut.