3. Pengertian Bahasa Indonesia Baku
Bahasa baku adalah ragam bahasa yang
cara pengucapan dan penulisannya sesuai
dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar
dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa
baku, dan kamus umum. Sebaliknya, bahasa
tidak baku adalah ragam bahasa yang cara
pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi
kaidah-kaidah sandar tersebut.
Penggunaan ragam bahasa baku dan tidak baku
berkaitan dengan situasi dan kondisi
pemakaiannya. Raga bahasa baku biasanya
digunakan dalam situasi resmi, seperti acara
seminar, pidato, temu karya ilmiah, dan lain-lain.
Adapun ragam bahasa tidak baku umumnya
digunakan dalam komunikasi sehari-hari yang
tidak bersifat resmi.
4. Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku
Bahasa Indonesia Baku adalah salah satu
ragam bahasa Indonesia yang bentuk
bahasanya telah dikodifikasi, diterima dan
difungsikan atau dipakai sebagai alat
kumunikasih oleh masyarakat Indonesia
secara luas.
Contoh :” Pengunjung yang membawa telepon
genggam harap segera mematikan telepon
genggamnya.’’
Bahasa Indonesia Nonbaku adalah salah satu
ragam bahasa Indonesia yang tidak
dikodifikasi, tidak diterima, dan tidak
difungsikan sebagai alat komunikasih
masyarakat Indonesia secara luas, tetapi
dipakai oleh masyarakat secara khusus.
5. Ciri-ciri ragam bahasa baku,
yaitu, sebagai berikut.
1. Digunakan dalam situasi formal, wacana teknis, dan
forum-forum resmi seperti seminar atau rapat.
2. Memiliki kemantapan dinamis artinya kaidah dan
aturannya tetap dan tidak dapat berubah.
3. Bersifat kecendekiaan, artinya wujud dalam
kalimat, paragraf, dan satuan bahasa yang
lain mengungnkapkan penalaran yang teratur.
4. Memiliki keseragaman kaidah, artinya kebakuan
bahasa bukan penyamaan
ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah.
5. Dari segi pelafalan, tidak memperlihatkan unsur
kedaerahan atau asing.
6. 1.Hiperkorek
Hiperkorek adalah kesalahan berbahasa
karena “membetulkan” bentuk yang
sudah benar sehingga menjadi salah.
Contoh:
•utang (betul) menjadi hutang
(hiperkorek)
•insaf (betul) menjadi insyaf
(hiperkorek)
CONTOH KESALAHAN
BERBAHASA
7. 2. Pleonasme
Pleonasme adalah kesalahan berbahasa karena
kelebihan dalam pemakaian kata yang sebenarnya
tidak diperlukan. Pleonasme ada tiga macam :
a. Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam
satu kelompok kata.
zaman dahulu (benar)
dahulu kala (benar)
zaman dahulu kala (pleonasme)
b. Bentuk jamak dinyatakan dua kali.
ibu-ibu (benar)
para ibu (benar)
parai bu-ibu (pleonasme)
tolong-menolong (benar)
saling menolong (benar)
saling tolong-menolong (pleonasme).
8. 3.Kontaminasi
Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa
Inggris contamination (pencemaran). Dalam
ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan
‘kerancuan’. Rancu artinya ‘kacau’ dan
kerancuan artinya ‘kekacauan’.
Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur
bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan
kata.
Morfem-morfem yang salah disusun
menimbulkan kata yang salah bentuk.
Kata yang salah disusun menimbulkan frase
yang kacau atau kalimat yang kacau.
Kontaminasi terjadi karena salah nalar,
penggabungan dua hal yang berbeda sehingga
menjadi suatu hal yang tumpang tindih.
Contoh kontaminasi imbuhan:
(meng+kesamping+kan) →
mengesampingkan (benar)
(men+samping+kan)
→ menyampingkan (benar)
↓
9. 4. Perombakan Bentuk Pasif
Perombakan bentuk pasif ada tiga:
a. Pemakaian awalan di-untuk bentuk pasif yang
seharusnya tidak berawalan di-.
b.
Contoh:
•Buku itu dibaca oleh saya. (tidakbaku)
•Buku itu saya baca. (baku)
5 .Kesalahan berbahasa sayang berhubungan
dengan pemakaian / penghilangan kata tugas
Kesalahan pemakaian kata tugas dalam berbahasa
Indonesia
6. Pengaruh Bahasa Daerah
Pengaruh bahasa daerah yang
menimbulkan kesalahan dalam
berbahasa Indonesia ada dua
macam.
a. Pengaruh dalam pembentukan
kata, yaitu pemakaian awalan ke-
(yang seharusnya awalan ter-) dan
penghilangan imbuhan.