Dokumen tersebut membahas strategi membangun budaya positif di sekolah melalui pembentukan keyakinan kelas. Salah satu strateginya adalah membiasakan siswa melakukan kegiatan pagi secara teratur seperti senam dan menyanyikan lagu kebangsaan. Guru kemudian membimbing siswa merumuskan keyakinan kelas yang berisi aturan-aturan yang diinginkan siswa sendiri untuk kelasnya. Keyakinan kelas tersebut kemudian disepakati
3. Budaya Positif sekumpulan nilai yang melandasi perilaku
kebiasaan yang dilakukan oleh guru, siswa, dan semua
orang yang berada di lingkungan sekolah. Tujuannya
adalah untuk pembentukan karakter anak. Budaya positif
dikembangkan di sekolah melalui pembiasaan, hal
tersebut bisa dimulai dari pembentukan kesepakatan
kelas antara guru dan siswa. Kemudian dilanjutkan
dengan membuat komitmen bersama yang akan menjadi
keyakinan kelas. Keyakinan kelas yang dijalankan dengan
penuh kesadaran akan berkembang menjadi budaya
positif sekolah
4. Budaya positif sekolah adalah suatu budaya sekolah
yang mampu mendorong semua warga sekolah untuk
memiliki kebiasaan baik, kepribadian unggul, dan
berbudi pekerti. Budaya positif di sekolah tidaklah
terbentuk dengan sendirinya, melainkan dibangun
dari kebiasaan-kebiasaan baik dari seluruh warga
sekolah, baik murid, guru, tendik, maupun wali
muridnya. Disiplin dan keteladanan yang diberikan
oleh guru, besar dampaknya untuk percepatan
pembentukan budaya positif di sekolah
5. Secara sederhana budaya positif
dibangun dari disiplin positif yang
tertanam dalam di jiwa warga sekolah.
Terutama murid sebagai aset utama
dan tujuan utama penerima
pendidikan.
6. Yang Diterapkan :
• Dimulai dengan membiasakan murid
melaksanakan kegiatan pagi secara rutin.
• Antara lain senam pagi sebelum pembelajaran
dengan memahamkan arti dan manfaat senam
secara sungguhsungguh bagi pertumbuhan fisik
anak.
• Guru piket juga mengikuti senam sebagai upaya
memberi teladan bagi murid.
• Supaya tidak muncul anggapan bahwa guru
hanya pandai dalam berpetuah tetapi juga
pandai melaksanakan.
• Kegiatan senam dirangkai dengan menyanyikan
lagu wajib nasional dengan sikap yang khidmad.
• Sebagian siswa mengikuti gerakan dirijen
memimpin menyanyikan lagu tersebut.
• Tujuannya adalah agar setiap siswa memahami
birama dan irama dari lagu, juga terampil
menjadi dirijen yang apabila dibutuhkan setiap
saat selalu siap.
7. Kegiatan pagi diakhiri dengan berdoa
bersama secara khusyuk dan ikhlas. Adab
berdoa yang baik diharapkan tertanam
dalam diri anak dan terbawa hingga
dewasa kelak. Sesederhana apapun doa,
bila dimohonkan dengan kerendahan hati
maka akan membawa manfaat untuk
yang luar biasa.
8. Berbaris dengan tertib akan mengantar
anak pada kebiasaan tertib dan mengantri
sesuai giliran. Sangat sederhana. Tapi
pembiasaan ini sangat penting dapam
membentuk karakter murid dalam
mengantri dengan tertib. Di sini ada
pembelajaran menghormati hak orang
lain dan upaya mencerdaskan emosional
anak saat mengantri. Sabar sebelum tiba
gilirannya.
Secara sederhana budaya positif
dibangun dari disiplin positif yang
tertanam dalam di jiwa warga
sekolah. Terutama murid sebagai
aset utama pendidikan. Salah satu
strategi untuk menguatkan disiplin
positif murid adalah dengan
membentuk sebuah keyakinan di
kelas masing-masing dengan
panduan guru
9. Dalam keyakinan kelas siswa
mengajukan usulan mengenai apa
yang ingin dicapai tentang
kelasnya. Apa yang diinginkan
murid tentang apa yang harus
dilakukan oleh guru
Strategi yang lain untuk
menguatkan disiplin positif
murid adalah dengan
membentuk sebuah
keyakinan di kelas masingmasing
dengan panduan guru
10. Aturan bersifat mengikat dan
memliki kecenderungan untuk
dilanggar, karena sifatnya
yang top down. Berbeda
denngan keyakinan kelas yang
dibentuk bersama warga
kelas, dengan melibatkan
guru dan murid.
11. Dalam keyakinan kelas siswa
mengajukan usulan mengenai apa
yang ingin dicapai tentang kelasnya.
Apa yang diimpikan murid tentang
kelasnya. Apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan murid maupun guru
di dalam kelasnya. Hal tersebut
kemudian akan disepakati dan
diikuti dengan komitmen serta
konsekuensi yang jelas
12. Diawali dengan curah
pendapat siswa tentang kelas
seperti apa yang mereka
inginkan, kemudian mereka
menuliskan pada kertas posh
it dan menempelkannya di
papan tulis
13. Kertas posh it yang berisi impian
murid tentang kelas yang
diinginkannya ditempelkan sampai
tuntas. Kemudian guru bersama
dengan murid membaca ulang tulisan
tersebut, dan mengeliminasi yang
bermakna sama
14. Guru menulis ulang dan
merumuskan dalam kalimat yang
positif serta menghindar dari kata
‘jangan” atau “dilarang”
15. Nah, rumusan keyakinan kelas telah
dibuat. Saatnya guru merapikan dan
menulisnya dengan indah untuk
dipajang di tempat yang dapat
tterbaca oleh murid. Dengan
keyakinan kelas yang mereka buat dan
mereka sepakati maka akan mudah
mengingatkan murid pada
kedisiplinan positif yang diharapkan
akan menjadi budaya positif.
16. Setelah keyakinan kelas terbentuk di
kelas saya, dan mulai terlihat
perubahan positif atas sikap murid-
murid, maka saya memberanikan diri
untuk mengimbaskan pada rekan
sejawat. Sambutan baik dari mereka,
dan ditentukanlah waktu unttuk
melaksanakan desiminasi mini di
sekolah, yang diikuti oleh semua guru
dan tenaga pendidikan.
17. Harapan besar saya dari sebuah usaha
kecil, yakni rekan sejawat dapat
membuat keyakinan kelas yang
disepakati warga kelas sehingga menjadi
disiplin diri, yang membawanya pada
disiplin positif di kelasnya. Sehingga
menjadilah disiplin positif sekolah yang
membudaya, dan membawa pada
sekolah berbudaya positif.
Harapan apa anda sebagai guru di masa depan ?