SlideShare a Scribd company logo
1
J Appl Phycol (2014) 26:909-916
DOI 10.1007/s10811-013-0117-1
Effects of Improved Post-Harvest Handling on the Chemical Constituents and
Quality of Carrageenan in Red Alga, Kappaphycus alvarezii Doty
Charles santhanaraju vairappan. Rossnita razalie. Ummul mardiah elias.
Tularisamanan ramachandram
Diterjemahkan oleh :
NI WAYAN SANTI A.L
I1A215033
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FALULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
2
3
 Abstrak
Alga merah Kappaphycus alvarezii Doty adalah spesies komersial yang
penting dan banyak dibudidayakan di negara-negara Asia tenggara untuk polisakarida
kappa- karagenan. Pasca panen menggunakan teknik penanganan umum yang
melibatkan penjemuran rumput laut yang dipanen pada saat setelah dibudidaya.
Kuantitas dan kualitas karagenan bervariasi tergantung pada waktu dan pemeliharaan
yang diambil selama penanganan pasca panen rumput laut mentah. Dalam penelitian
ini, dinamika kadar air, aktivitas air index (aw), hasil karagenan, dan kualitas
karagenan yang diamati dengan menurunkan rumput laut untuk tiga metode pasca
panen: (1) beku-pengeringan (FD), (2) warna-pengeringan ( SD), dan (3) langsung
pengeringan matahari (DSD). Rumput laut kering di bawah FD dan SD tinggi hasil
produksi (56 - 58%), ketahanan gel superior (1454 - 1.424 g cm - 2), viskositas tinggi
(57 - 58 CPS), dan sineresis rendah (15 - 17%). Kemudian, karagenan diekstrak dari
DSD rumput laut yang memberikan hasil 28% lebih rendah, ketahan gel 38% lebih
rendah, viskositas 27% lebih rendah, dan 8 - sineresis 9% lebih tinggi. Selain itu,
pembentuk suhu gel dan suhu karagenan DSD lebih rendah yaitu masing-masing
sebesar 4 dan 9 ° C. Ukuran molekul analisis karagenan diekstrak dari rumput laut
kering di bawah FD dan SD mengandung karagenan dari 700 KDa (80%) dan 200
KDa (4 - 10%). Kemudian, karagenan diekstrak dari DSD rumput laut yang
mengandung molekul karagenan yang lebih kecil, 460 KDa (55%), 210 KDa (25%),
dan <100 KDa (20%). Gambar mikroskop elektron, pemindaian mikroskop elektron,
efek gambar ilustrasi DSD parah pada morfologi sel rumput laut. Oleh karena itu,
teknik SD ditemukan untuk menjadi yang terbaik dalam pengolahan teknik pasca
panen yang memberi kualitas tinggi pada karagenan.
 Pendahuluan
4
Budidaya rumput laut adalah penyedia bahan baku penting untuk sektor
manufaktur produk makanan, kosmetik, dan biomedis. Pada tahun 2010, produksi
rumput laut global tahunan diperkirakan mencapai US $ 5,7 millir ( 19 juta berat
basah ) dan kontribusi makanan produk manufaktur diperkirakan menjadi 585 juta
( FAO ). Koloid ruput laut seperti agar, algin asam, dan karagenan, umum digunakan
sebagai bahan emulsi, pengental, pelembab, dan sebagai agen di makanan dan produk
susu. Negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina, Indonesia, dan Malaysia dikenal
sebagai produsen utama karaginotif yang menghasilkan karagenan. Karagenan adalah
phycocolloid penting yang secara ekstensif digunakan sebagai agen pembentukan gel,
stabilisasi, dan viskositas dalam industri makanan. Karaginotif banyak digunakan
dalam industri manufactur dan umumnya di akui aman oleh administrasi makanan
dan obat-obatan di Amerika Serikat (Idegaard dan Ostgaard USA FDA). Dua varies
dari karagenotif yang banyak dibudidayakan di Negara-negara Asia Tenggara adalah
K. alvarezi Doty dan E. Denticulatum masing-masing (Doty yang menghasilkan
Kappa-Karaginan dan biota-carrageenan). Diperkirakan bahwa kedua spesies ini
menghasilkan sekitar 120.000 karagenan setiap tahun, namun lebih dari 90%
biomassa ini disumbangkan oleh Kappaphycus spp. Karena kemampuannya untuk
menghasilkan kappa-karagenan dari kualitas dan kuatitas yang tinggi. Kappa-
Karagenan sangat diminati karena kemampuan gel yang unggul dibandingkan dengan
karaginan yang diketahui menunjukan gel-gel yang lebih lembut. Karagenan pada
umumnya merupakan galaktan tersulfat dengan 4-linked a-D- galactopyranosyl dan
3-linked B-D galactopyranosyl monomer. Kappa-Karaginan sangat penting bagi
pasar, dan rincian struktur dan sifatnya telah dikarakterisasi dengan baik
menggunakan berbagai metode kimia dan spektroskopi.
Sekitar 95% budidaya terletak di perairan pesisir Filipina, Indonesia, dan
Malaisya ( Werner et al 2004; Vairappan et al.2003 ). Budidaya ini menghasilkan
lebih dari 88% pasokan dari pasokan carrageenophyte global, sementara sisanya 12%
disumbangkan oleh spesies beriklim liar seperti chondrus (2%) dan Gigartinales
( 10%) (Hayashi et al. 2010; McHugh 2003). Budidaya laut di wilayah Asia Tenggara
memiliki biaya rendah, individu petani atau koperasi nelayan membudidayakan
rumput laut dan hasil panen diproses, dikeringkan, dikemas, dan dijual ke pejual.
5
Sejak pembudidayai menangani pengolahan awal, kualitas bahan baku rumput laut
bervariasi dengan teknik pengolahan. Kandungan kelembaban dalam biomassa
rumput laut olahan memainkan peran penting dalam penerimaan pasar dan
menentukan kualitas dari produk akhir. Di beberapa lokasi budidaya, rumput laut
dikemas untuk dijual mengandung kelembapan 45-50% tetapi kebanyakan pedagang
lebih memilih bahan dengan kadar air lebih rendah pengolahan pasca panen
merupakan langkah penting dalam mempersiapkan bahan baku untuk ekstraksi
karagenan.
Pengolahan pasca panen merupakan langkah penting dalam menyiapkan
bahan baku untuk ekstraksi karagenan. Rumput laut segar mengandung kelembapan,
pigmen, asam lemak, karagenan, dan beberapa mineral (Vairappan dan Kawasaki
2008). Karena komoditas utamanya adalah karagenan, penanganan pasca panen
biasanya dilakuakan untuk menghilangkan kelembapan dan pigmen. Meskipun
Karaginan adalah makromolekul besar berukuran 800 KDa , karaginan bisa
mengalami dekomposisi mikroba, panas, dan radiasi inframerah. Oleh karena itu,
harus mempertimbangkan aspek pasca panen terutama karena sudah ada klaim bahwa
karagenan dari molekul ukuran kecil mungkin menimbulkan bahaya kesehatan pada
manusia (Tobacam 2001). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk lebih
memahami dinamika kadar air, intensitas air ( aw ), konten karagenan, kualitas
karagenan, komposisi, dan karagenan molekul ukuran selama proses pengeringan
yang berbeda. Selain itu, dampak pengeringan pada lapisan sel permukaan thallus
rumput laut dimonitor warna, morfologi warna, dalam hal morfologi sel, penganturan
dan bentuk.
 Bahan dan Metode
Kappaphycus alvarezii dikumpulkan di pulau Selaka, Semporna, Sabah
. Sebanyak 30 kg sampel basah dibersihkan untuk menghilangkan bahan
6
organik
bahan rumput laut dicuci dengan air tawar, dan segera diproses pasca panen seperti
yang jelaskan di bawah ini. Spesimen voucher disetorkan di BORNEENSIS, lembaga
Biologi dan Konservasi Tropis, Universitas Malaysia Sabah, Malaysia.
 Pengolahan pasca panen
Sampel bersih segar dibagi menjadi tiga bagian (10 kg setiap bagian) dan
dikeringkan di bawah tiga kondisi: (a) pengeringan beku (FD), (b) pengeringan warna
(SD), dan (c) pengeringan langsung matahari (DSD). Dalam kondisi beku-kering,
sampel dibekukan pad
pengering beku (LTE Scientific, UK). Pada saat melakukan
- yang tidak terkena
sinar matahari langsung. Untuk perawatan pengeringan sinar matahari langsung,
sampel terkena sinar matahari di luar laboratorium pada lembaran vinil. Spesimen
dikeringkan selama 28 hari. Dalam prakteknya, rumput laut benar-benar kering dalam
waktu kurang dari seminggu, dan disimpan pada waktu yang lebih lama untuk
menyelidiki kemungkinan perubahan yang terdapat di dalam bahan kimia. Dicactat
juga bahwa pengeringan DSD di lakukan di suatu di dalam ruangan yang memiliki
ssedikit udara untuk meningkatkan variasi drastis antar ulangan.
 Memindai Mikroskopi Elektron
Setiap spesimen kira-kira diotong menjadi 1.0 cmx 1.0 cm dan diperbaiki selama
24 jam dalam glutaraldehid dalam 0.1 mL-1
buffer cacodylate (PH 7.2). Spesimen
kemudian dibilas dengan 0,1 mL L-1
buffer cacodylate sebelum di fiksasi pos dalam
1% OsO4 pada suhu 4 0
C untuk 2 jam. Kemudian, spesimen mengalami kekurangan
air dalam gradasi seri aseton dan mengalami titik kritis. Spesimen kekurangan air
dipasang pada rintisan dan dilapisi dengan 10-30 mm lapisan emas sebelum observasi
dengan cambridge leica S360 mikroskop elektron (Vairrapan 2006).
 Ekstrak Rumput Laut
7
Kira-kira, sebagian dikeringkan menjadi 100 g dari (80 ~ 90% kadar air) rumput laut
dan masing-masing diekstraksi dalam 1 L metanol selama 7 hari. Larutan metanol
dipekatkan dalam vakum dan dipartisi antara 400 mL dietil eter dan 100 mL air.
Lapisan dietil eter dicuci dua kali dengan air, dan dikeringkan diatas Na2SO4
(Merck, Germany) dan diuapkan untuk menghasilkan ekstrak hijau kekuning-
kuningan gelap. Lipid kuantifikasi diperoleh berdasarkan teknik yang dijelaskan oleh
Vairappan dan Kawasaki (2008).
 Ekstraksi Karagenan dan Pemurnian
Kira-kira, 5.0 g bahan beku-kering K. alvarezii bubuk dihentikan di 500 mL,
4% dan 0,25% NaBH 4. Campuran dipanaskan dalam bak air pada 100 ° C dengan
pengadukan konstan selama 3 jam. Larutan yang dihasilkan kemudian dibiarkan
dingin, diklarifikasi dengan filtrasi tekanan melalui whatman GF / D kaca membran
serat filter. Larutan kemudian dinetralisir sampai pH 7 dengan asam asetat.
karagenan alkali yang dimodifikasi didialisis terhadap air suling menggunakan 12
000 membran dialisis MWCO (Spectrum, USA) dan beku-kering. Proses yang sama
dilakukan untuk SD dan DSD sampel rumput laut.
 Penentuan Titik Lebur
Sebanyak 6 g sampel yang ditambahkan ke 400 mL air suling dalam gelas 500
ml untuk membentuk larutan karagenan 1,5%. Larutan kemudian dipanaskan dalam
bak air pada 100 ° C selama 30 menit dengan pengadukan terus menerus. larutan
yang dihasilkan kemudian dituangkan ke dalam lapisan tipis cawan Petri dan
disimpan di kulkas selama 24 jam. Gel kemudian dipotong menjadi 1 mm 3 kubus.
Menggunakan alat titik leleh Fisher Scientific (USA), suhu perlahan-lahan dinaikkan
pada 10 ° C secara bertahap sampai seluruh kubus berubah cair di mana suhu tercatat.
Uji dilakukan sebanyak tiga ulangan untuk setiap perlakuan.
 Indeks Sineresis
Sineresis dilakukan untuk mengukur potensi penahan air dari gel karagenan.
Gel dibuat dengan menambahkan 6 g karaginan menjadi 400 mL air suling untuk
membentuk larutan karagenan 1,5%. Kemudian karagenan direbus pada suhu 100 ° C
8
dalam bak air selama 30 menit dengan pengadukan terus menerus. Kemudian
karagenan dituangkan ke dalam cetakan plastik sampai cetakan penuh. Cetakan
plastik kemudian dipanaskan dan disegel dengan penutup plastik. Cetakan plastik
yang tersisa dalam lemari es digunakan untuk mengatur suhu selama 24 jam. Jika
Permukaan cetakan luar itu sudah kering, lalu cetakan dengan berisi gel ditimbang
(A). Kemudian, penutup plastik dilepas dan kain kering digunakan untuk
mengeringkan air yang berlebihan dari gel karagenan. Setelah pengeringan, penutup
plastik dan cetakan plastik ditimbang (B). Gel kering kemudian dimasukkan kembali
ke dalam cetakan dan ditimbang (C). Uji dilakukan di tiga ulangan untuk setiap
perlakuan. Sineresis dihitung sesuai dengan rumus berikut:
Syneresis (%) = Berat Awal (A) – Berat Akhir (C) x 100%
Berat Awal (A) – Penutup dan Berat Cetakan (B)
 Kelekatan
Viskositas diuji pada dua jenis karagenan gel: kalium klorida (KCl) gel dan
gel air. Untuk gel KCl, 6 g karagenan ditambahkan ke dalam gelas 500 ml bersama
dengan 10 mL larutan KCl dan 390 ml air suling. Adapun gel air, 6 g karagenan
ditambahkan ke dalam gelas 500 ml dengan 400 mL air suling. Kedua larutan itu
kemudian ditempatkan ke dalam bak air pada 100 ° C selama 30 menit dengan
pengadukan terus menerus. Solusi yang dihasilkan kemudian dibawa keluar dan
dibiarkan dingin pada suhu kamar sampai mencapai 75 ° C. Pengukuran untuk
viskositas diambil menggunakan Brookfield viskometer digital (Model LVDV - I +)
menggunakan sejumlah 2 poros pada 60 rpm. Uji dilakukan di tiga ulangan untuk
setiap perlakuan.
 Kekuatan Gel
PH larutan karagenan dicatat dan pengukuran kekuatan gel dilakukan. Larutan
dituangkan ke dalam cetakan silinder kaca kembar dan dibiarkan pada suhu ruang
selama 4 jam untuk mengatur. Cetakan kemudian ditempatkan ke dalam bak
inkubator didinginkan pada suhu 10 ° C selama 90 menit. Tepi atas gel itu dipangkas,
dan kekuatan gel diuji menggunakan Rheometer (Model CR-500DXCOMPAC - 100)
0,75 cm 2 poros. Tiga percobaan yang diambil untuk setiap cetakan gel 0,75 cm 2
poros.
9
 Penentuan Ukuran Karagenan
Penentuan ukuran molekular dilakukan berdasarkan ukuran eksklusi
chormatography (Shimadzu, Jepang). Kira-kira, 30 mg karaginan yang diekstrak dari
rumput laut kering di bawah masing-masing FD, SD, dan kondisi DSD dihentikan
dalam 1 mL air ultra murni. Campuran diaduk sampai benar-benar larut pada 40 °C
selama 6 jam. Larutan dihasilkan dengan cara disaring 0,45 µ PTFE menggunakan
jarum suntik filter dan dengan kromatografi eksklusi ukuran menggunakan Shimadzu
HPLC yang dilengkapi dengan Waters Ultrahydrogel kolom (Waters, USA). Proses
ekstraksi dipantau oleh Shimadzu RI detektor menggunakan 0,1 M NaNO 3 sebagai
fase gerak dengan laju alir detektor menggunakan 0,1 mL min - 1,1,0 mL, dikalibrasi
dengan standar SHODEX. Standar SHODEX yang digunakan adalah STANDARD
P-82, yang terdiri dari delapan penanda ukuran molekul: (1) P-5 (5000 Da), (2) P-10
(10.000 Da), (3) P-20 (20.000 Da), (4) P-50 (50.000 Da), (5) P-100 (100.000 Da), (6)
P-200 (200.000 Da), (7) P-400 (400.000 Da), dan (8) P 800 (800.000 Da).
 Analisis Statistik
Analisis dilakukan di tiga ulangan; total lima titik data diukur untuk masing-
masing tiga ulangan. Data disajikan sebagai nilai mean (± SD) diuji normalitas
menggunakan Shapiro -uji Wilk dengan tingkat signifikansi normalitas minimumP>
0,05 diterima. Uji Levene digunakan untuk menguji untuk kesetaraan varians antara
data, dan kesetaraan varians diasumsikan dalam semua data diuji. Hasilnya dievaluasi
lebih lanjut menggunakan uji ANOVA, dan jika tingkat signifikan adalah P < 0,05,
maka analisis uji Duncan (DMRT) dilakukan. Tingkat signifikansi adalah P P < 0,05.
 Hasil
Sampel K. alvarezii diperoleh dari sebuah budidaya yang bebas dari infeksi
wabah penyakit epifit atau Ice-ice. Bahan dibersihkan dan dibilas di beberapa
perubahan dari air tawar sebelum penanganan. Proses pengeringan dilakukan selama
28 hari untuk sepenuhnya memahami dinamika parameter diselidiki, meskipun
pengeringan dapat diselesaikan pada akhir hari ketujuh. Hilangnya kelembaban (1a)
dan aktivitas air index (1b) fluktuasi selama proses. Selama proses pengeringan yang
seperti ditunjukkan pada Gambar. 1 . Penurunan diamati pada spesimen dikeringkan
10
di bawah FD; loss 80% dalam penurunan berat bobot diamati dalam waktu kurang
dari 72 jam setelah pengeringan. Berat bobot ini dipertahankan untuk sisa dalam
kurun waktu selama 28 hari. Dalam penangan SD, hanya ada penurunan bobot 30%
dalam 72 jam pertama, diikuti oleh tambahan 20% penurunan pada akhir hari ketujuh
sebelum berat hampir stabil 50% dari bobot semula dalam wktu 14 hari. Seperti untuk
pengobatan DSD, terjadi penurunan berat bobot 50% dalam 72 jam pertama, diikuti
dengan penurunan lebih bertahap sampai sekitar 60% dari berat, dan ini
dipertahankan selama waktu pengeringan. Penurunan dalam berat menyebabkan
adanya perbedaan yang signifikan dalam berat akhir antara FD dan dua perlakuan
lainnya ( P < 0,05).
Dinamika indeks selama waktu pengobatan aktivitas air (a w) di semua tiga
pemeliharaan. Indeks aktivitas air awal adalah hampir mendekati 0,99. Pengobatan
FD dipamerkan penurunan paling drastis di 72 h ke nilai 0,70; nilai terus menurun
menjadi 0,67 pada hari 28. Adapun pengobatan SD, indeks aktifitas air turun ke 0,84
dan 0,78 di 3 dan 7 hari, masing-masing. Penurunan lebih lanjut pada tingkat yang
sama dengan nilai 0,70 pada akhir hari ke-21 dari pengeringan dan tinggal di nilai
bahwa sampai akhir percobaan. DSD spesimen menunjukkan indeks aktivitas air
yang sama dibandingkan dengan pengobatan SD. Ada penurunan ke nilai 0,83 dalam
3 hari pertama sebelum mencapai 0.70 di hari ketujuh. Indeks aktivitas air untuk sisa
durasi itu mirip dengan SD rumput laut.
Rumput laut yang menjadi target tiga percobaan penanganan pasca panen dari
masing-masing sampel pada hari ketujuh untuk dimanfaatkan menjadi berbagai
analisis physiochemical seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 . Kandungan total
karagenan dalam pengobatan FD dan SD di kisaran 56 - 58%, namun teknik
pengeringan dengan menggunakan sinar matahari langsung, kemudian mencatat 28%
penurunan dibandingkan dengan metode SD. Kelarutan dan gel pada karagenan
hampir sama dengan FD dan SD metode, tetapi metode , masing-masing DSD
dipamerkan setetes 9 dan 4 ° C. Indeks sineresis juga ditentukan, dan seperti yang
diharapkan, spesimen DSD menunjukkan nilai 50% dibandingkan dengan dua metode
pertama. Kekuatan gel dan viskositas diukur, dan seperti yang diharapkan, itu
dikompromikan; sampel dikeringkan menggunakan metode DSD menunjukkan nilai
11
28 dan 38% lebih rendah dibandingkan dengan dua metode lainnya. Rincian data ini
ditunjukkan pada Tabel 1 . Data yang diperoleh sasaran DMRT Rincian data ini
ditunjukkan pada Tabel 1 analisis statistik.
Selain analisis ini, spesimen yang diperoleh dari hari ketujuh juga diekstraksi
menggunakan pelarut organik total bahan kimia lipid yang telah diekstrak. Angka 2
menunjukkan perbandingan hasil yang diperoleh dari rumput lipid. Laut mengalami
tiga metode pengolahan pasca panen. Rumput laut kering menggunakan metode FD
menghasilkan 315,5 ± 24,8 mg g - 1 Total ekstrak menggunakan metode kasar, terdiri
dari 8,5 ± 1,5 mg g - 1 lipid, 14,2 ± 3,1 mg g - 1 koloid, dan 292,3 kasar, ± 30.6mg g
- 1 residu kimia lainnya. Data yang diperoleh dari analisis ini menjadi sasaran DMRT
analisis statistik, dan signifikansi mereka ditunjukkan pada Gambar 2
Selain analisis kimia yang diuraikan di atas, sampel yang dikumpulkan pada
hari ketujuh juga menjadi sasaran pengamatan morfologi. Pada hari ketujuh dari
pengeringan, perbedaan warna rumput laut yang signifikan. Sampel FD yang
kecoklatan, sampel SD yang berwarna coklat kemerahan, dan sampel DSD yang putih
kekuningan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Selanjutnya, pengamatan SEM
memberikan tampilan detail dari morfologi sel permukaan dan pengaturan pada talus
rumput laut. Dalam sampel FD, morfologi permukaan dan pengaturan sel yang utuh
dan ditutupi dengan lapisan tipis biofilm atau lendir. Demikian pula, talus pengaturan
sel permukaan dan bentuk juga utuh dalam sampel dari metode SD. Kehadiran
biofilm atau lendir itu tidak terlihat, dan ini memberikan penampilan yang sedikit
berbeda dari pengaturan sel pada sel-sel permukaan SD [Gambar. 3 ( B-2) dan ( B-3)]
yang diperoleh dari sampel kering di bawah sinar matahari langsung yang sangat
berbeda dibandingkan dengan dua metode sebelumnya. Permukaan thallus dan
pengaturan sel yang luas, dapat mempengaruhi ruang di antara sel-sel. Tidak ada
terlihat biofilm atau lendir lapisan dan sel-sel yang lebih kecil, sempit, dan
memanjang dengan spasi di antara [Gambar. 3 ( C-2) dan ( C-3)].
 Diskusi
Penanganan pasca panen adalah penanganan rumput laut merupakan langkah
penting yang memiliki dampak yang signifikan pada kualitas bahan baku final yang
12
digunakan untuk ekstraksi phycocolloid. Kualitas bahan baku selama pemeliharaan
pasca panen bisa disepakati dengan penanganan yang tidak tepat, kurangnya
pengawasan, dan paparan faktor lingkungan yang kurang baik seperti kelembaban,
panas, dan sinar matahari. Perumusan prosedur pengolahan harus didasarkan pada
hasil akhir yang diinginkan, untuk mendapatkan Carrageenophytes kering yang akan
menghasilkan jumlah tinggi karagenan kualitas unggul. Ini juga merupakan praktik
umum di kalangan petani untuk menghasilkan bahan rumput laut yang sedang
dianggap sebagai kualitas terbaik rumput lautnya. Ini jelas kesalah pahaman dan
pemutihan rumput laut menggunakan perlakuan kasar dapat membahayakan kualitas
phycocolloid. Oleh karena itu, memahami dinamika pengeringan sangat penting
dalam perumusan metode pengolahan pasca panen yang baik. Tiga metode
pengeringannya yang telah diuji sangat berbeda, dan hasilnya telah dijelaskan di atas.
Teknik pengeringan FD sangat ideal karena sangat cepat dan tidak membiarkan
rumput laut untuk kondisi lingkungan yang kurang baik. Tapi, itu bukan metode
dengan biaya-efektif sejak kebutuhan rumput laut menjadi bahan beku-kering
diperlukan industri untuk menangani sejumlah besar bahan yang dibutuhkan dalam
proses industri. Kualitas rumput laut dan kualitas karagenan yang diperoleh dari
pendekatan ini lebih unggul, namun karena efektivitas biaya, itu bukan pilihan yang
layak.
Data yang diperoleh dari teknik pengeringan pasca panen menunjukkan
bahwa penurunan berat bobot rumput laut karena terjadinya kelembaban. Temuan
serupa dilaporkan selama percobaan rumput laut kering yang dilakukan oleh
Vairappan dan Suzuki (2000) dan Gardner dan Mitchell (1956 ). tren pengeringan
yang diamati dalam pengeringan warna secara bertahap dibandingkan dengan
pengeringan matahari langsung. Namun, kedua teknik tersebut bisa menghasilkan
rumput laut kering yang diinginkan dalam 7 hari. Seperti disebutkan sebelumnya,
beku-kering adalah teknik mahal dan itu dilakukan sebagai percobaan kontrol dalam
penelitian ini. Selama rumput laut dalam proses pengeringan, terutama ketika
sejumlah besar rumput laut dikeringkan, ada kekhawatiran proliferasi bakteri dalam
bahan yang tidak sepenuhnya terkena udara permukaan. Hal ini bisa mengakibatkan
fermentasi dan degradasi bahan rumput laut yang akan menghasilkan karagenan
13
rendah. Selama penyelidikan ini, indeks aktivitas air (aw) dipantau untuk renda
dipantau untukmemastikan bahwa rumput laut kering tidak mengalami fermentasi.
Hubungan antara penurunan kadar air dan aktivitas air indeks adalah sebanding
dengan laporan Vairappan dan Suzuki (2000) Dan Troller dan Christian (1978).
Indeks aktivitas air ditambah dengan total dinamika rumput laut kelembaban
merupakan indikasi yang baik dari total kadar air alga. Berat total rumput laut
menunjukkan penurunan yang drastis, tapi penurunan indeks aktivitas air secara
bertahap dan bisa dilihat sebagai indikator dari dinamis pengeringan yang baik
sedang berlangsung. Total penurunan kelembaban selama proses pengeringan ini
adalah sekitar 60% dari kadar asli, Hal ini bertentangan dengan kondisi umum dari
total penurunan asli 80 - 90% kelembaban. Jumlah normal kelembapan bahan rumput
laut kering yang diterima dan cocok untuk ekstraksi karagenan jika di kisaran 60 -
70% .
Aktivitas air Indeks (aw) menurun 0,99-0,85 dalam 3 hari pertama di kedua
wadah-pengeringan dan teknik pengeringan matahari langsung. Pada nilai ini, hanya
bakteri halofilik bisa bertahan; sebagian besar selulosa atau proses carrageenan
bakteri tidak dapat bertahan hidup (Zobell dan Upham 1994 ; Troller dan Kristen
1978 ; Molard et al., 1985). Oleh karena itu, baik FD dan teknik SD penanganan yang
cukup untuk menghilangkan proliferasi bakteri dan rumput laut berhenti untuk
fermentasi. Namun, jika rumput laut yang dirusak dari waktu ke waktu untuk
pemaparan udara yang lebih baik, hal itu akan menyebabkan rumput laut
berfermentasi karena disebabkan oleh curah hujan dan retensi kelembaban.
Ekstraksi bahan kimia melalui pelarut organik menyatakan kandungan kimia
yang sangat menarik. Angka 2 menggambarkan kimia yang sangat menarik.
kehadiran sejumlah besar bahan koloid dalam ekstrak rumput laut dari bahan yang
dikeringkan di bawah sinar matahari langsung (DSD). Setelah analisis menggunakan
FTIR dan kromatografi gel perembesan, ditemukan bahwa bahan ini adalah
karagenan dengan ukuran <100 KDa. Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa langsung
pengeringan matahari menyebabkan depolimerisasi dari karagenan 800-KDa ke
ukuran yang lebih kecil. Penurunan yang signifikan dalam ukuran molekul bisa saja
disebabkan oleh depolimerisasi molekul karagenan besar menjadi bagian-bagian
14
ukuran yang lebih kecil dengan langsung keras cahaya inframerah dan UV selama
proses pengeringan (Webber et al., 2012). Ini bisa juga memberikan kontribusi
terhadap penurunan 28% karagenan dalam bahan rumput laut DSD karena molekul
yang lebih kecil akan belum ditahan selama pengolahan dan akan hilang melalui air
limbah. Persentase lipid dan kandungan kimia lainnya berada dalam batas yang
diharapkan normal seperti yang dijelaskan oleh Gupta et al., (2011 ). Pengeringan
rumput laut melibatkan perubahan biologis dan kimia dan telah pasti menyebabkan
kerusakan morfologi sel, pigmen, dan metabolit utama dari rumput laut. Pigmen
warna rumput laut kering, termasuk phycobiliproteins, phycoerythrin merah, karoten,
lutein, dan zeaxanthin, yang berubah pada proses pengeringan karena pengurangan
senyawa seperti senyawa asam amino dan gula (Tsuru 1973; Cordero dan Voltolina
1977 ; Irlandia et al., 2011). Selanjutnya, analisis ukuran molekul pada karagenan
dari tiga metode pengobatan pasca panen juga mendapatkan data yang menarik.
Karagenan yang diperoleh dari beku-kering dan teduh bahan kering mengandung
80% dari setidaknya 700 molekul ukuran KDa dibandingkan dengan spesimen DSD
yang hanya menghasilkan 460 KDa (55%) molekul ukuran sebagai ukuran terbesar.
Molekul-molekul lain karagenan yang diperoleh dari DSD rumput laut 210 KDa
(25%) dan = 60 KDa (20%).210 KDa (25%) dan = 60 KDa (20%).210 KDa (25%)
dan = 60 KDa (20%).
Rumput laut mengalami FD dan pengobatan SD memiliki warna kemerahan
cerah dibandingkan dengan diperlakukan materi DSD yang hampir diputihkan dengan
warna putih kekuningan. Kurangnya warna dalam bahan DSD bisa disebabkan oleh
degradasi pigmen fotosintesis karena sinar matahari langsung. Ini juga bukti lain
untuk paparan sinar matahari secara langsung dari bahan rumput laut ini. Gambar
mikroskop elektro juga mengungkapkan efek keras dari sinar matahari langsung pada
morfologi sel dan kerusakan pada pengaturan sel yang ditambah dengan
depolimerisasi karagenan akan difasilitasi untuk pencucian dengan molekul karaginan
yang lebih kecil selama ekstraksi rumput laut (Ferreira et al., 2008 ).
Oleh karena itu, temuan dari studi ini menunjukkan bahwa rumput laut kering
di bawah naungan dengan pemantauan yang tepat dari kelembaban atau air indeks
aktivitas ( aw) dan akan menghasilkan hasil karagenan yang lebih tinggi dan sifat
15
karagenan superior. Ini juga merupakan teknik yang sangat mudah dan murah yang
tidak memerlukan biaya yang tinggi. Ini adalah pendekatan yang nyata untuk
memastikan bahwa industri pengolahan karaginan menerima pasokan rumput laut
yang konsisten dalam kadar air dan bahan-bahan berkualitas tinggi. Di negara-negara
Asia tenggara seperti Filipina, Indonesia, dan Utara Pulau Kalimantan (Sabah,
Malaysia), budidaya carrageenophyte dan pengolahan pasca panen dilakukan di
pulau kecil yang sering kekurangan listrik dan pasca panen yang melibatkan
mekanisasi listrik tidak praktis. Metode dan proses teknik panen yang diusulkan
dalam penelitian ini adalah metode penanganan pasca panen yang sangat sederhana
dan murah yang telah terbukti untuk menghasilkan karagenan kualitas unggul.
 Kosa Kata
performed
triplicates
data
measured
each
triplicates
Data
presented
mean
values (±SD)
using
Shapiro–Wilk
minimum
dilakukan
rangkap tiga
data
terukur
setiap
rangkap tiga
Data
disajikan
berarti
nilai-nilai (± SD)
menggunakan
Shapiro – Wilk
minimum
significance
level
of P >0.05
being
accepted
Levene's
used
makna
tingkat
dari P> 0,05
makhluk
diterima
Levene
bekas
16
variances
between
equality
of variance
assumed
tested
results
further
evaluated
using
ANOVA
significant
level
Duncan
multiple
range
test (DMRT)
Significance
level
varians
antara
persamaan
varians
diasumsikan
diuji
hasil
lebih lanjut
dievaluasi
menggunakan
ANOVA
penting
tingkat
Duncan
banyak
jarak
tes (DMRT)
Makna
tingkat
17

More Related Content

What's hot

Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fix
bintangdamayanti
 
Laporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labLaporan pasca panen lab
Laporan pasca panen lab
agronomy
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3Titin Indrawati
 
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURAMODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURAAGROTEKNOLOGI
 
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirLaporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Melina Eka
 
Penanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuranPenanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuran
Kartika Dhewii
 
Kualitas hasil pertanian
Kualitas hasil pertanianKualitas hasil pertanian
Kualitas hasil pertanian
Teknologi Hasil Pertanian
 

What's hot (7)

Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fix
 
Laporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labLaporan pasca panen lab
Laporan pasca panen lab
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3
 
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURAMODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
 
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirLaporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
 
Penanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuranPenanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuran
 
Kualitas hasil pertanian
Kualitas hasil pertanianKualitas hasil pertanian
Kualitas hasil pertanian
 

Similar to terjemahan

Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
yulina096
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
restii_sulaida
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Sahira dila
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Sahira dila
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Muhammad Arif
 
Laporan mal 2018
Laporan mal 2018Laporan mal 2018
Laporan mal 2018
Saniati Goa
 
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Azlan Azlan
 
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...Syawalina Soerbakti
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
ThityRZ
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUTLAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
SalbiaBia
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
sadaria bdp
 
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.pptKuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
SPNFSKBMajalengka
 
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
AzukaYuukanna1
 
Makalah nata _pdf
Makalah nata _pdfMakalah nata _pdf
Makalah nata _pdfXINYOUWANZ
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
Saniati Goa
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi Klon
Laporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi KlonLaporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi Klon
Laporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi Klon
NovaIndriana
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
rama bdpuho
 
Perbaikan kualitas produk industri kecil teripang
Perbaikan kualitas produk industri kecil teripangPerbaikan kualitas produk industri kecil teripang
Perbaikan kualitas produk industri kecil teripangIRFAN ipan
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
BdpWinarti
 

Similar to terjemahan (20)

Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
 
Laporan mal 2018
Laporan mal 2018Laporan mal 2018
Laporan mal 2018
 
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
 
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUTLAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...
 
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.pptKuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
 
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)
 
Artikel rumput laut
Artikel rumput lautArtikel rumput laut
Artikel rumput laut
 
Makalah nata _pdf
Makalah nata _pdfMakalah nata _pdf
Makalah nata _pdf
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi Klon
Laporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi KlonLaporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi Klon
Laporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi Klon
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...
 
Perbaikan kualitas produk industri kecil teripang
Perbaikan kualitas produk industri kecil teripangPerbaikan kualitas produk industri kecil teripang
Perbaikan kualitas produk industri kecil teripang
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...
 

Recently uploaded

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 

Recently uploaded (20)

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 

terjemahan

  • 1. 1 J Appl Phycol (2014) 26:909-916 DOI 10.1007/s10811-013-0117-1 Effects of Improved Post-Harvest Handling on the Chemical Constituents and Quality of Carrageenan in Red Alga, Kappaphycus alvarezii Doty Charles santhanaraju vairappan. Rossnita razalie. Ummul mardiah elias. Tularisamanan ramachandram Diterjemahkan oleh : NI WAYAN SANTI A.L I1A215033 JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FALULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018
  • 2. 2
  • 3. 3  Abstrak Alga merah Kappaphycus alvarezii Doty adalah spesies komersial yang penting dan banyak dibudidayakan di negara-negara Asia tenggara untuk polisakarida kappa- karagenan. Pasca panen menggunakan teknik penanganan umum yang melibatkan penjemuran rumput laut yang dipanen pada saat setelah dibudidaya. Kuantitas dan kualitas karagenan bervariasi tergantung pada waktu dan pemeliharaan yang diambil selama penanganan pasca panen rumput laut mentah. Dalam penelitian ini, dinamika kadar air, aktivitas air index (aw), hasil karagenan, dan kualitas karagenan yang diamati dengan menurunkan rumput laut untuk tiga metode pasca panen: (1) beku-pengeringan (FD), (2) warna-pengeringan ( SD), dan (3) langsung pengeringan matahari (DSD). Rumput laut kering di bawah FD dan SD tinggi hasil produksi (56 - 58%), ketahanan gel superior (1454 - 1.424 g cm - 2), viskositas tinggi (57 - 58 CPS), dan sineresis rendah (15 - 17%). Kemudian, karagenan diekstrak dari DSD rumput laut yang memberikan hasil 28% lebih rendah, ketahan gel 38% lebih rendah, viskositas 27% lebih rendah, dan 8 - sineresis 9% lebih tinggi. Selain itu, pembentuk suhu gel dan suhu karagenan DSD lebih rendah yaitu masing-masing sebesar 4 dan 9 ° C. Ukuran molekul analisis karagenan diekstrak dari rumput laut kering di bawah FD dan SD mengandung karagenan dari 700 KDa (80%) dan 200 KDa (4 - 10%). Kemudian, karagenan diekstrak dari DSD rumput laut yang mengandung molekul karagenan yang lebih kecil, 460 KDa (55%), 210 KDa (25%), dan <100 KDa (20%). Gambar mikroskop elektron, pemindaian mikroskop elektron, efek gambar ilustrasi DSD parah pada morfologi sel rumput laut. Oleh karena itu, teknik SD ditemukan untuk menjadi yang terbaik dalam pengolahan teknik pasca panen yang memberi kualitas tinggi pada karagenan.  Pendahuluan
  • 4. 4 Budidaya rumput laut adalah penyedia bahan baku penting untuk sektor manufaktur produk makanan, kosmetik, dan biomedis. Pada tahun 2010, produksi rumput laut global tahunan diperkirakan mencapai US $ 5,7 millir ( 19 juta berat basah ) dan kontribusi makanan produk manufaktur diperkirakan menjadi 585 juta ( FAO ). Koloid ruput laut seperti agar, algin asam, dan karagenan, umum digunakan sebagai bahan emulsi, pengental, pelembab, dan sebagai agen di makanan dan produk susu. Negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina, Indonesia, dan Malaysia dikenal sebagai produsen utama karaginotif yang menghasilkan karagenan. Karagenan adalah phycocolloid penting yang secara ekstensif digunakan sebagai agen pembentukan gel, stabilisasi, dan viskositas dalam industri makanan. Karaginotif banyak digunakan dalam industri manufactur dan umumnya di akui aman oleh administrasi makanan dan obat-obatan di Amerika Serikat (Idegaard dan Ostgaard USA FDA). Dua varies dari karagenotif yang banyak dibudidayakan di Negara-negara Asia Tenggara adalah K. alvarezi Doty dan E. Denticulatum masing-masing (Doty yang menghasilkan Kappa-Karaginan dan biota-carrageenan). Diperkirakan bahwa kedua spesies ini menghasilkan sekitar 120.000 karagenan setiap tahun, namun lebih dari 90% biomassa ini disumbangkan oleh Kappaphycus spp. Karena kemampuannya untuk menghasilkan kappa-karagenan dari kualitas dan kuatitas yang tinggi. Kappa- Karagenan sangat diminati karena kemampuan gel yang unggul dibandingkan dengan karaginan yang diketahui menunjukan gel-gel yang lebih lembut. Karagenan pada umumnya merupakan galaktan tersulfat dengan 4-linked a-D- galactopyranosyl dan 3-linked B-D galactopyranosyl monomer. Kappa-Karaginan sangat penting bagi pasar, dan rincian struktur dan sifatnya telah dikarakterisasi dengan baik menggunakan berbagai metode kimia dan spektroskopi. Sekitar 95% budidaya terletak di perairan pesisir Filipina, Indonesia, dan Malaisya ( Werner et al 2004; Vairappan et al.2003 ). Budidaya ini menghasilkan lebih dari 88% pasokan dari pasokan carrageenophyte global, sementara sisanya 12% disumbangkan oleh spesies beriklim liar seperti chondrus (2%) dan Gigartinales ( 10%) (Hayashi et al. 2010; McHugh 2003). Budidaya laut di wilayah Asia Tenggara memiliki biaya rendah, individu petani atau koperasi nelayan membudidayakan rumput laut dan hasil panen diproses, dikeringkan, dikemas, dan dijual ke pejual.
  • 5. 5 Sejak pembudidayai menangani pengolahan awal, kualitas bahan baku rumput laut bervariasi dengan teknik pengolahan. Kandungan kelembaban dalam biomassa rumput laut olahan memainkan peran penting dalam penerimaan pasar dan menentukan kualitas dari produk akhir. Di beberapa lokasi budidaya, rumput laut dikemas untuk dijual mengandung kelembapan 45-50% tetapi kebanyakan pedagang lebih memilih bahan dengan kadar air lebih rendah pengolahan pasca panen merupakan langkah penting dalam mempersiapkan bahan baku untuk ekstraksi karagenan. Pengolahan pasca panen merupakan langkah penting dalam menyiapkan bahan baku untuk ekstraksi karagenan. Rumput laut segar mengandung kelembapan, pigmen, asam lemak, karagenan, dan beberapa mineral (Vairappan dan Kawasaki 2008). Karena komoditas utamanya adalah karagenan, penanganan pasca panen biasanya dilakuakan untuk menghilangkan kelembapan dan pigmen. Meskipun Karaginan adalah makromolekul besar berukuran 800 KDa , karaginan bisa mengalami dekomposisi mikroba, panas, dan radiasi inframerah. Oleh karena itu, harus mempertimbangkan aspek pasca panen terutama karena sudah ada klaim bahwa karagenan dari molekul ukuran kecil mungkin menimbulkan bahaya kesehatan pada manusia (Tobacam 2001). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk lebih memahami dinamika kadar air, intensitas air ( aw ), konten karagenan, kualitas karagenan, komposisi, dan karagenan molekul ukuran selama proses pengeringan yang berbeda. Selain itu, dampak pengeringan pada lapisan sel permukaan thallus rumput laut dimonitor warna, morfologi warna, dalam hal morfologi sel, penganturan dan bentuk.  Bahan dan Metode Kappaphycus alvarezii dikumpulkan di pulau Selaka, Semporna, Sabah . Sebanyak 30 kg sampel basah dibersihkan untuk menghilangkan bahan
  • 6. 6 organik bahan rumput laut dicuci dengan air tawar, dan segera diproses pasca panen seperti yang jelaskan di bawah ini. Spesimen voucher disetorkan di BORNEENSIS, lembaga Biologi dan Konservasi Tropis, Universitas Malaysia Sabah, Malaysia.  Pengolahan pasca panen Sampel bersih segar dibagi menjadi tiga bagian (10 kg setiap bagian) dan dikeringkan di bawah tiga kondisi: (a) pengeringan beku (FD), (b) pengeringan warna (SD), dan (c) pengeringan langsung matahari (DSD). Dalam kondisi beku-kering, sampel dibekukan pad pengering beku (LTE Scientific, UK). Pada saat melakukan - yang tidak terkena sinar matahari langsung. Untuk perawatan pengeringan sinar matahari langsung, sampel terkena sinar matahari di luar laboratorium pada lembaran vinil. Spesimen dikeringkan selama 28 hari. Dalam prakteknya, rumput laut benar-benar kering dalam waktu kurang dari seminggu, dan disimpan pada waktu yang lebih lama untuk menyelidiki kemungkinan perubahan yang terdapat di dalam bahan kimia. Dicactat juga bahwa pengeringan DSD di lakukan di suatu di dalam ruangan yang memiliki ssedikit udara untuk meningkatkan variasi drastis antar ulangan.  Memindai Mikroskopi Elektron Setiap spesimen kira-kira diotong menjadi 1.0 cmx 1.0 cm dan diperbaiki selama 24 jam dalam glutaraldehid dalam 0.1 mL-1 buffer cacodylate (PH 7.2). Spesimen kemudian dibilas dengan 0,1 mL L-1 buffer cacodylate sebelum di fiksasi pos dalam 1% OsO4 pada suhu 4 0 C untuk 2 jam. Kemudian, spesimen mengalami kekurangan air dalam gradasi seri aseton dan mengalami titik kritis. Spesimen kekurangan air dipasang pada rintisan dan dilapisi dengan 10-30 mm lapisan emas sebelum observasi dengan cambridge leica S360 mikroskop elektron (Vairrapan 2006).  Ekstrak Rumput Laut
  • 7. 7 Kira-kira, sebagian dikeringkan menjadi 100 g dari (80 ~ 90% kadar air) rumput laut dan masing-masing diekstraksi dalam 1 L metanol selama 7 hari. Larutan metanol dipekatkan dalam vakum dan dipartisi antara 400 mL dietil eter dan 100 mL air. Lapisan dietil eter dicuci dua kali dengan air, dan dikeringkan diatas Na2SO4 (Merck, Germany) dan diuapkan untuk menghasilkan ekstrak hijau kekuning- kuningan gelap. Lipid kuantifikasi diperoleh berdasarkan teknik yang dijelaskan oleh Vairappan dan Kawasaki (2008).  Ekstraksi Karagenan dan Pemurnian Kira-kira, 5.0 g bahan beku-kering K. alvarezii bubuk dihentikan di 500 mL, 4% dan 0,25% NaBH 4. Campuran dipanaskan dalam bak air pada 100 ° C dengan pengadukan konstan selama 3 jam. Larutan yang dihasilkan kemudian dibiarkan dingin, diklarifikasi dengan filtrasi tekanan melalui whatman GF / D kaca membran serat filter. Larutan kemudian dinetralisir sampai pH 7 dengan asam asetat. karagenan alkali yang dimodifikasi didialisis terhadap air suling menggunakan 12 000 membran dialisis MWCO (Spectrum, USA) dan beku-kering. Proses yang sama dilakukan untuk SD dan DSD sampel rumput laut.  Penentuan Titik Lebur Sebanyak 6 g sampel yang ditambahkan ke 400 mL air suling dalam gelas 500 ml untuk membentuk larutan karagenan 1,5%. Larutan kemudian dipanaskan dalam bak air pada 100 ° C selama 30 menit dengan pengadukan terus menerus. larutan yang dihasilkan kemudian dituangkan ke dalam lapisan tipis cawan Petri dan disimpan di kulkas selama 24 jam. Gel kemudian dipotong menjadi 1 mm 3 kubus. Menggunakan alat titik leleh Fisher Scientific (USA), suhu perlahan-lahan dinaikkan pada 10 ° C secara bertahap sampai seluruh kubus berubah cair di mana suhu tercatat. Uji dilakukan sebanyak tiga ulangan untuk setiap perlakuan.  Indeks Sineresis Sineresis dilakukan untuk mengukur potensi penahan air dari gel karagenan. Gel dibuat dengan menambahkan 6 g karaginan menjadi 400 mL air suling untuk membentuk larutan karagenan 1,5%. Kemudian karagenan direbus pada suhu 100 ° C
  • 8. 8 dalam bak air selama 30 menit dengan pengadukan terus menerus. Kemudian karagenan dituangkan ke dalam cetakan plastik sampai cetakan penuh. Cetakan plastik kemudian dipanaskan dan disegel dengan penutup plastik. Cetakan plastik yang tersisa dalam lemari es digunakan untuk mengatur suhu selama 24 jam. Jika Permukaan cetakan luar itu sudah kering, lalu cetakan dengan berisi gel ditimbang (A). Kemudian, penutup plastik dilepas dan kain kering digunakan untuk mengeringkan air yang berlebihan dari gel karagenan. Setelah pengeringan, penutup plastik dan cetakan plastik ditimbang (B). Gel kering kemudian dimasukkan kembali ke dalam cetakan dan ditimbang (C). Uji dilakukan di tiga ulangan untuk setiap perlakuan. Sineresis dihitung sesuai dengan rumus berikut: Syneresis (%) = Berat Awal (A) – Berat Akhir (C) x 100% Berat Awal (A) – Penutup dan Berat Cetakan (B)  Kelekatan Viskositas diuji pada dua jenis karagenan gel: kalium klorida (KCl) gel dan gel air. Untuk gel KCl, 6 g karagenan ditambahkan ke dalam gelas 500 ml bersama dengan 10 mL larutan KCl dan 390 ml air suling. Adapun gel air, 6 g karagenan ditambahkan ke dalam gelas 500 ml dengan 400 mL air suling. Kedua larutan itu kemudian ditempatkan ke dalam bak air pada 100 ° C selama 30 menit dengan pengadukan terus menerus. Solusi yang dihasilkan kemudian dibawa keluar dan dibiarkan dingin pada suhu kamar sampai mencapai 75 ° C. Pengukuran untuk viskositas diambil menggunakan Brookfield viskometer digital (Model LVDV - I +) menggunakan sejumlah 2 poros pada 60 rpm. Uji dilakukan di tiga ulangan untuk setiap perlakuan.  Kekuatan Gel PH larutan karagenan dicatat dan pengukuran kekuatan gel dilakukan. Larutan dituangkan ke dalam cetakan silinder kaca kembar dan dibiarkan pada suhu ruang selama 4 jam untuk mengatur. Cetakan kemudian ditempatkan ke dalam bak inkubator didinginkan pada suhu 10 ° C selama 90 menit. Tepi atas gel itu dipangkas, dan kekuatan gel diuji menggunakan Rheometer (Model CR-500DXCOMPAC - 100) 0,75 cm 2 poros. Tiga percobaan yang diambil untuk setiap cetakan gel 0,75 cm 2 poros.
  • 9. 9  Penentuan Ukuran Karagenan Penentuan ukuran molekular dilakukan berdasarkan ukuran eksklusi chormatography (Shimadzu, Jepang). Kira-kira, 30 mg karaginan yang diekstrak dari rumput laut kering di bawah masing-masing FD, SD, dan kondisi DSD dihentikan dalam 1 mL air ultra murni. Campuran diaduk sampai benar-benar larut pada 40 °C selama 6 jam. Larutan dihasilkan dengan cara disaring 0,45 µ PTFE menggunakan jarum suntik filter dan dengan kromatografi eksklusi ukuran menggunakan Shimadzu HPLC yang dilengkapi dengan Waters Ultrahydrogel kolom (Waters, USA). Proses ekstraksi dipantau oleh Shimadzu RI detektor menggunakan 0,1 M NaNO 3 sebagai fase gerak dengan laju alir detektor menggunakan 0,1 mL min - 1,1,0 mL, dikalibrasi dengan standar SHODEX. Standar SHODEX yang digunakan adalah STANDARD P-82, yang terdiri dari delapan penanda ukuran molekul: (1) P-5 (5000 Da), (2) P-10 (10.000 Da), (3) P-20 (20.000 Da), (4) P-50 (50.000 Da), (5) P-100 (100.000 Da), (6) P-200 (200.000 Da), (7) P-400 (400.000 Da), dan (8) P 800 (800.000 Da).  Analisis Statistik Analisis dilakukan di tiga ulangan; total lima titik data diukur untuk masing- masing tiga ulangan. Data disajikan sebagai nilai mean (± SD) diuji normalitas menggunakan Shapiro -uji Wilk dengan tingkat signifikansi normalitas minimumP> 0,05 diterima. Uji Levene digunakan untuk menguji untuk kesetaraan varians antara data, dan kesetaraan varians diasumsikan dalam semua data diuji. Hasilnya dievaluasi lebih lanjut menggunakan uji ANOVA, dan jika tingkat signifikan adalah P < 0,05, maka analisis uji Duncan (DMRT) dilakukan. Tingkat signifikansi adalah P P < 0,05.  Hasil Sampel K. alvarezii diperoleh dari sebuah budidaya yang bebas dari infeksi wabah penyakit epifit atau Ice-ice. Bahan dibersihkan dan dibilas di beberapa perubahan dari air tawar sebelum penanganan. Proses pengeringan dilakukan selama 28 hari untuk sepenuhnya memahami dinamika parameter diselidiki, meskipun pengeringan dapat diselesaikan pada akhir hari ketujuh. Hilangnya kelembaban (1a) dan aktivitas air index (1b) fluktuasi selama proses. Selama proses pengeringan yang seperti ditunjukkan pada Gambar. 1 . Penurunan diamati pada spesimen dikeringkan
  • 10. 10 di bawah FD; loss 80% dalam penurunan berat bobot diamati dalam waktu kurang dari 72 jam setelah pengeringan. Berat bobot ini dipertahankan untuk sisa dalam kurun waktu selama 28 hari. Dalam penangan SD, hanya ada penurunan bobot 30% dalam 72 jam pertama, diikuti oleh tambahan 20% penurunan pada akhir hari ketujuh sebelum berat hampir stabil 50% dari bobot semula dalam wktu 14 hari. Seperti untuk pengobatan DSD, terjadi penurunan berat bobot 50% dalam 72 jam pertama, diikuti dengan penurunan lebih bertahap sampai sekitar 60% dari berat, dan ini dipertahankan selama waktu pengeringan. Penurunan dalam berat menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan dalam berat akhir antara FD dan dua perlakuan lainnya ( P < 0,05). Dinamika indeks selama waktu pengobatan aktivitas air (a w) di semua tiga pemeliharaan. Indeks aktivitas air awal adalah hampir mendekati 0,99. Pengobatan FD dipamerkan penurunan paling drastis di 72 h ke nilai 0,70; nilai terus menurun menjadi 0,67 pada hari 28. Adapun pengobatan SD, indeks aktifitas air turun ke 0,84 dan 0,78 di 3 dan 7 hari, masing-masing. Penurunan lebih lanjut pada tingkat yang sama dengan nilai 0,70 pada akhir hari ke-21 dari pengeringan dan tinggal di nilai bahwa sampai akhir percobaan. DSD spesimen menunjukkan indeks aktivitas air yang sama dibandingkan dengan pengobatan SD. Ada penurunan ke nilai 0,83 dalam 3 hari pertama sebelum mencapai 0.70 di hari ketujuh. Indeks aktivitas air untuk sisa durasi itu mirip dengan SD rumput laut. Rumput laut yang menjadi target tiga percobaan penanganan pasca panen dari masing-masing sampel pada hari ketujuh untuk dimanfaatkan menjadi berbagai analisis physiochemical seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 . Kandungan total karagenan dalam pengobatan FD dan SD di kisaran 56 - 58%, namun teknik pengeringan dengan menggunakan sinar matahari langsung, kemudian mencatat 28% penurunan dibandingkan dengan metode SD. Kelarutan dan gel pada karagenan hampir sama dengan FD dan SD metode, tetapi metode , masing-masing DSD dipamerkan setetes 9 dan 4 ° C. Indeks sineresis juga ditentukan, dan seperti yang diharapkan, spesimen DSD menunjukkan nilai 50% dibandingkan dengan dua metode pertama. Kekuatan gel dan viskositas diukur, dan seperti yang diharapkan, itu dikompromikan; sampel dikeringkan menggunakan metode DSD menunjukkan nilai
  • 11. 11 28 dan 38% lebih rendah dibandingkan dengan dua metode lainnya. Rincian data ini ditunjukkan pada Tabel 1 . Data yang diperoleh sasaran DMRT Rincian data ini ditunjukkan pada Tabel 1 analisis statistik. Selain analisis ini, spesimen yang diperoleh dari hari ketujuh juga diekstraksi menggunakan pelarut organik total bahan kimia lipid yang telah diekstrak. Angka 2 menunjukkan perbandingan hasil yang diperoleh dari rumput lipid. Laut mengalami tiga metode pengolahan pasca panen. Rumput laut kering menggunakan metode FD menghasilkan 315,5 ± 24,8 mg g - 1 Total ekstrak menggunakan metode kasar, terdiri dari 8,5 ± 1,5 mg g - 1 lipid, 14,2 ± 3,1 mg g - 1 koloid, dan 292,3 kasar, ± 30.6mg g - 1 residu kimia lainnya. Data yang diperoleh dari analisis ini menjadi sasaran DMRT analisis statistik, dan signifikansi mereka ditunjukkan pada Gambar 2 Selain analisis kimia yang diuraikan di atas, sampel yang dikumpulkan pada hari ketujuh juga menjadi sasaran pengamatan morfologi. Pada hari ketujuh dari pengeringan, perbedaan warna rumput laut yang signifikan. Sampel FD yang kecoklatan, sampel SD yang berwarna coklat kemerahan, dan sampel DSD yang putih kekuningan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Selanjutnya, pengamatan SEM memberikan tampilan detail dari morfologi sel permukaan dan pengaturan pada talus rumput laut. Dalam sampel FD, morfologi permukaan dan pengaturan sel yang utuh dan ditutupi dengan lapisan tipis biofilm atau lendir. Demikian pula, talus pengaturan sel permukaan dan bentuk juga utuh dalam sampel dari metode SD. Kehadiran biofilm atau lendir itu tidak terlihat, dan ini memberikan penampilan yang sedikit berbeda dari pengaturan sel pada sel-sel permukaan SD [Gambar. 3 ( B-2) dan ( B-3)] yang diperoleh dari sampel kering di bawah sinar matahari langsung yang sangat berbeda dibandingkan dengan dua metode sebelumnya. Permukaan thallus dan pengaturan sel yang luas, dapat mempengaruhi ruang di antara sel-sel. Tidak ada terlihat biofilm atau lendir lapisan dan sel-sel yang lebih kecil, sempit, dan memanjang dengan spasi di antara [Gambar. 3 ( C-2) dan ( C-3)].  Diskusi Penanganan pasca panen adalah penanganan rumput laut merupakan langkah penting yang memiliki dampak yang signifikan pada kualitas bahan baku final yang
  • 12. 12 digunakan untuk ekstraksi phycocolloid. Kualitas bahan baku selama pemeliharaan pasca panen bisa disepakati dengan penanganan yang tidak tepat, kurangnya pengawasan, dan paparan faktor lingkungan yang kurang baik seperti kelembaban, panas, dan sinar matahari. Perumusan prosedur pengolahan harus didasarkan pada hasil akhir yang diinginkan, untuk mendapatkan Carrageenophytes kering yang akan menghasilkan jumlah tinggi karagenan kualitas unggul. Ini juga merupakan praktik umum di kalangan petani untuk menghasilkan bahan rumput laut yang sedang dianggap sebagai kualitas terbaik rumput lautnya. Ini jelas kesalah pahaman dan pemutihan rumput laut menggunakan perlakuan kasar dapat membahayakan kualitas phycocolloid. Oleh karena itu, memahami dinamika pengeringan sangat penting dalam perumusan metode pengolahan pasca panen yang baik. Tiga metode pengeringannya yang telah diuji sangat berbeda, dan hasilnya telah dijelaskan di atas. Teknik pengeringan FD sangat ideal karena sangat cepat dan tidak membiarkan rumput laut untuk kondisi lingkungan yang kurang baik. Tapi, itu bukan metode dengan biaya-efektif sejak kebutuhan rumput laut menjadi bahan beku-kering diperlukan industri untuk menangani sejumlah besar bahan yang dibutuhkan dalam proses industri. Kualitas rumput laut dan kualitas karagenan yang diperoleh dari pendekatan ini lebih unggul, namun karena efektivitas biaya, itu bukan pilihan yang layak. Data yang diperoleh dari teknik pengeringan pasca panen menunjukkan bahwa penurunan berat bobot rumput laut karena terjadinya kelembaban. Temuan serupa dilaporkan selama percobaan rumput laut kering yang dilakukan oleh Vairappan dan Suzuki (2000) dan Gardner dan Mitchell (1956 ). tren pengeringan yang diamati dalam pengeringan warna secara bertahap dibandingkan dengan pengeringan matahari langsung. Namun, kedua teknik tersebut bisa menghasilkan rumput laut kering yang diinginkan dalam 7 hari. Seperti disebutkan sebelumnya, beku-kering adalah teknik mahal dan itu dilakukan sebagai percobaan kontrol dalam penelitian ini. Selama rumput laut dalam proses pengeringan, terutama ketika sejumlah besar rumput laut dikeringkan, ada kekhawatiran proliferasi bakteri dalam bahan yang tidak sepenuhnya terkena udara permukaan. Hal ini bisa mengakibatkan fermentasi dan degradasi bahan rumput laut yang akan menghasilkan karagenan
  • 13. 13 rendah. Selama penyelidikan ini, indeks aktivitas air (aw) dipantau untuk renda dipantau untukmemastikan bahwa rumput laut kering tidak mengalami fermentasi. Hubungan antara penurunan kadar air dan aktivitas air indeks adalah sebanding dengan laporan Vairappan dan Suzuki (2000) Dan Troller dan Christian (1978). Indeks aktivitas air ditambah dengan total dinamika rumput laut kelembaban merupakan indikasi yang baik dari total kadar air alga. Berat total rumput laut menunjukkan penurunan yang drastis, tapi penurunan indeks aktivitas air secara bertahap dan bisa dilihat sebagai indikator dari dinamis pengeringan yang baik sedang berlangsung. Total penurunan kelembaban selama proses pengeringan ini adalah sekitar 60% dari kadar asli, Hal ini bertentangan dengan kondisi umum dari total penurunan asli 80 - 90% kelembaban. Jumlah normal kelembapan bahan rumput laut kering yang diterima dan cocok untuk ekstraksi karagenan jika di kisaran 60 - 70% . Aktivitas air Indeks (aw) menurun 0,99-0,85 dalam 3 hari pertama di kedua wadah-pengeringan dan teknik pengeringan matahari langsung. Pada nilai ini, hanya bakteri halofilik bisa bertahan; sebagian besar selulosa atau proses carrageenan bakteri tidak dapat bertahan hidup (Zobell dan Upham 1994 ; Troller dan Kristen 1978 ; Molard et al., 1985). Oleh karena itu, baik FD dan teknik SD penanganan yang cukup untuk menghilangkan proliferasi bakteri dan rumput laut berhenti untuk fermentasi. Namun, jika rumput laut yang dirusak dari waktu ke waktu untuk pemaparan udara yang lebih baik, hal itu akan menyebabkan rumput laut berfermentasi karena disebabkan oleh curah hujan dan retensi kelembaban. Ekstraksi bahan kimia melalui pelarut organik menyatakan kandungan kimia yang sangat menarik. Angka 2 menggambarkan kimia yang sangat menarik. kehadiran sejumlah besar bahan koloid dalam ekstrak rumput laut dari bahan yang dikeringkan di bawah sinar matahari langsung (DSD). Setelah analisis menggunakan FTIR dan kromatografi gel perembesan, ditemukan bahwa bahan ini adalah karagenan dengan ukuran <100 KDa. Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa langsung pengeringan matahari menyebabkan depolimerisasi dari karagenan 800-KDa ke ukuran yang lebih kecil. Penurunan yang signifikan dalam ukuran molekul bisa saja disebabkan oleh depolimerisasi molekul karagenan besar menjadi bagian-bagian
  • 14. 14 ukuran yang lebih kecil dengan langsung keras cahaya inframerah dan UV selama proses pengeringan (Webber et al., 2012). Ini bisa juga memberikan kontribusi terhadap penurunan 28% karagenan dalam bahan rumput laut DSD karena molekul yang lebih kecil akan belum ditahan selama pengolahan dan akan hilang melalui air limbah. Persentase lipid dan kandungan kimia lainnya berada dalam batas yang diharapkan normal seperti yang dijelaskan oleh Gupta et al., (2011 ). Pengeringan rumput laut melibatkan perubahan biologis dan kimia dan telah pasti menyebabkan kerusakan morfologi sel, pigmen, dan metabolit utama dari rumput laut. Pigmen warna rumput laut kering, termasuk phycobiliproteins, phycoerythrin merah, karoten, lutein, dan zeaxanthin, yang berubah pada proses pengeringan karena pengurangan senyawa seperti senyawa asam amino dan gula (Tsuru 1973; Cordero dan Voltolina 1977 ; Irlandia et al., 2011). Selanjutnya, analisis ukuran molekul pada karagenan dari tiga metode pengobatan pasca panen juga mendapatkan data yang menarik. Karagenan yang diperoleh dari beku-kering dan teduh bahan kering mengandung 80% dari setidaknya 700 molekul ukuran KDa dibandingkan dengan spesimen DSD yang hanya menghasilkan 460 KDa (55%) molekul ukuran sebagai ukuran terbesar. Molekul-molekul lain karagenan yang diperoleh dari DSD rumput laut 210 KDa (25%) dan = 60 KDa (20%).210 KDa (25%) dan = 60 KDa (20%).210 KDa (25%) dan = 60 KDa (20%). Rumput laut mengalami FD dan pengobatan SD memiliki warna kemerahan cerah dibandingkan dengan diperlakukan materi DSD yang hampir diputihkan dengan warna putih kekuningan. Kurangnya warna dalam bahan DSD bisa disebabkan oleh degradasi pigmen fotosintesis karena sinar matahari langsung. Ini juga bukti lain untuk paparan sinar matahari secara langsung dari bahan rumput laut ini. Gambar mikroskop elektro juga mengungkapkan efek keras dari sinar matahari langsung pada morfologi sel dan kerusakan pada pengaturan sel yang ditambah dengan depolimerisasi karagenan akan difasilitasi untuk pencucian dengan molekul karaginan yang lebih kecil selama ekstraksi rumput laut (Ferreira et al., 2008 ). Oleh karena itu, temuan dari studi ini menunjukkan bahwa rumput laut kering di bawah naungan dengan pemantauan yang tepat dari kelembaban atau air indeks aktivitas ( aw) dan akan menghasilkan hasil karagenan yang lebih tinggi dan sifat
  • 15. 15 karagenan superior. Ini juga merupakan teknik yang sangat mudah dan murah yang tidak memerlukan biaya yang tinggi. Ini adalah pendekatan yang nyata untuk memastikan bahwa industri pengolahan karaginan menerima pasokan rumput laut yang konsisten dalam kadar air dan bahan-bahan berkualitas tinggi. Di negara-negara Asia tenggara seperti Filipina, Indonesia, dan Utara Pulau Kalimantan (Sabah, Malaysia), budidaya carrageenophyte dan pengolahan pasca panen dilakukan di pulau kecil yang sering kekurangan listrik dan pasca panen yang melibatkan mekanisasi listrik tidak praktis. Metode dan proses teknik panen yang diusulkan dalam penelitian ini adalah metode penanganan pasca panen yang sangat sederhana dan murah yang telah terbukti untuk menghasilkan karagenan kualitas unggul.  Kosa Kata performed triplicates data measured each triplicates Data presented mean values (±SD) using Shapiro–Wilk minimum dilakukan rangkap tiga data terukur setiap rangkap tiga Data disajikan berarti nilai-nilai (± SD) menggunakan Shapiro – Wilk minimum significance level of P >0.05 being accepted Levene's used makna tingkat dari P> 0,05 makhluk diterima Levene bekas
  • 17. 17