1. Penelitian ini mengevaluasi dampak tiga metode pengeringan pasca panen (beku-pengeringan, pengeringan warna, dan pengeringan langsung matahari) terhadap kualitas dan komposisi karagenan yang diekstrak dari rumput laut Kappaphycus alvarezii.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa pengeringan beku dan warna menghasilkan karagenan yang lebih baik dalam hal kualitas dan ukuran molekul daripada pen
Variasi kandungan Karagenan dan Bahan Gel yang Berasal dari Budidaya Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty yang Dipengaruhi Oleh Parameter Lingkungan di Perairan Teluk Palk, Tamil Nadu, Pantai India Tenggara.
Variasi kandungan Karagenan dan Bahan Gel yang Berasal dari Budidaya Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty yang Dipengaruhi Oleh Parameter Lingkungan di Perairan Teluk Palk, Tamil Nadu, Pantai India Tenggara.
Sayuran termasuk komoditas yang kadar airnya tinggi, terutama untuk sayuran daun, sehingga mudah mengalami kerusakan yang akhirnya memicu busuknya sayuran. Salah satu kegiatan pasca panen sayuran yang berperan dalam meningkatkan umur simpan sayuran adalah kegiatan penyimpanan dan pengemasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan tepat agar sayuran dapat bertahan lama dan sampai di tangan konsumen dalam keadaan yang tetap baik. Penyimpanan sendiri merupakan usaha untuk mempertahankan komoditi (panenan) tersebut dari sejak dipanen hingga saatnya digunakan.
Tujuan dari praktikum Penanganan Pasca Panen Sayuran adalah untuk mengetahui cara penanganan pasca panen yang tepat untuk sayuran.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
Rumput laut merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang produksinya tersebar diantara komoditas unggulan lainnya. Salah satu jenis rumput laut yang berkomersil penting ialah Kappaphycus alvarezii. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan dengan metode budidaya yang digunakan adalah metode longline. PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan (April – Juni 2017) di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. PKL ini meliputi beberapa kegiatan seperti persiapan alat dan bahan, pengikatan dan penanaman bibit, monitoring rumput laut, pemanenan dan pasca panen. Monitoring dilakukan yang bertujuan untuk membersihkan rumput laut dari epifit yang dapat menjadi pesaing dalam mencari makanan yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik rumput laut yang dipelihara yaitu 5,53%/hari dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 8. Parameter kualitas air yang didapatkan yaitu suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp. 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
Rumput laut merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang produksinya tersebar diantara komoditas unggulan lainnya. Salah satu jenis rumput laut yang berkomersil penting ialah Kappaphycus alvarezii. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan dengan metode budidaya yang digunakan adalah metode longline. PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan (April – Juni 2017) di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. PKL ini meliputi beberapa kegiatan seperti persiapan alat dan bahan, pengikatan dan penanaman bibit, monitoring rumput laut, pemanenan dan pasca panen. Monitoring dilakukan yang bertujuan untuk membersihkan rumput laut dari epifit yang dapat menjadi pesaing dalam mencari makanan yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik rumput laut yang dipelihara yaitu 5,53%/hari dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 8. Parameter kualitas air yang didapatkan yaitu suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp. 9.000/kg.
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Muhammad Arif
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe, Selatan Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Kedua)
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Soliericeae, Gigartinales, Rhodophyta) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah di Kultur Jaringankan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Azlan Azlan
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya pesisir yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan komoditas ekspor di sektor budidaya perikanan Indonesia. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan. Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu April-Juni 2017 di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kegiatan PKL dimulai dari persiapan alat dan bahan praktek, penanaman dan pemeliharaan rumput laut, monitoring, pemanenan, pasca panen hingga pemasaran. Epifit yang ditemukan ada dua jenis yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik (LPS) rumput laut yang dipelihara yaitu 4,6%/hari dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 6. Parameter kualitas air yang didapatkan pada perairan Bungin Permai yaitu suhu berkisar 28-31ºC sedangkan salinitas berkisar 31-33 ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp 9.000/kg.
Kata Kunci : Rumput laut Kappaphycus alvarezii, Bibit Hasil Kultur Jaringan, LPS 4,6%/hari.
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018ThityRZ
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke II)
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...sadaria bdp
Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Praktek Kerja lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara selama 3 bulan, yang meliputi beberapa kegiatan mulai dari asistensi PKL, tahap persiapan, pengikatan bibit, penanaman, monitoring, panen dan pasca panen. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman pengganggu seperti epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Bibit yang digunakan dalam PKL ini adalah bibit hasil kultur jaringan (mikropropagasi) dengan berat 10 g, dan jarak tanam 10 cm. Metode yang digunakan adalah metode longline, Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 5,53%/ hari dan rasio berat kering: berat basah yaitu 1:8. Parameter kualitas air yang diperoleh selama PKL seperti suhu berkisar antara 28-31 ºC dan salintitas berkisar 31-33 ppt. Harga pasar rumput laut K. alvarezii yaitu Rp 9.000/kg.
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)AzukaYuukanna1
Laporan Prakek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut. Budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di Desa Bungin Permai, Tinanggea, Sulawesi Tenggara menggunakan bibit kultur jaringan, monitoring tahun ke 2 (2018).
Sayuran termasuk komoditas yang kadar airnya tinggi, terutama untuk sayuran daun, sehingga mudah mengalami kerusakan yang akhirnya memicu busuknya sayuran. Salah satu kegiatan pasca panen sayuran yang berperan dalam meningkatkan umur simpan sayuran adalah kegiatan penyimpanan dan pengemasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan tepat agar sayuran dapat bertahan lama dan sampai di tangan konsumen dalam keadaan yang tetap baik. Penyimpanan sendiri merupakan usaha untuk mempertahankan komoditi (panenan) tersebut dari sejak dipanen hingga saatnya digunakan.
Tujuan dari praktikum Penanganan Pasca Panen Sayuran adalah untuk mengetahui cara penanganan pasca panen yang tepat untuk sayuran.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
Rumput laut merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang produksinya tersebar diantara komoditas unggulan lainnya. Salah satu jenis rumput laut yang berkomersil penting ialah Kappaphycus alvarezii. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan dengan metode budidaya yang digunakan adalah metode longline. PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan (April – Juni 2017) di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. PKL ini meliputi beberapa kegiatan seperti persiapan alat dan bahan, pengikatan dan penanaman bibit, monitoring rumput laut, pemanenan dan pasca panen. Monitoring dilakukan yang bertujuan untuk membersihkan rumput laut dari epifit yang dapat menjadi pesaing dalam mencari makanan yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik rumput laut yang dipelihara yaitu 5,53%/hari dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 8. Parameter kualitas air yang didapatkan yaitu suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp. 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
Rumput laut merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang produksinya tersebar diantara komoditas unggulan lainnya. Salah satu jenis rumput laut yang berkomersil penting ialah Kappaphycus alvarezii. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan dengan metode budidaya yang digunakan adalah metode longline. PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan (April – Juni 2017) di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. PKL ini meliputi beberapa kegiatan seperti persiapan alat dan bahan, pengikatan dan penanaman bibit, monitoring rumput laut, pemanenan dan pasca panen. Monitoring dilakukan yang bertujuan untuk membersihkan rumput laut dari epifit yang dapat menjadi pesaing dalam mencari makanan yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik rumput laut yang dipelihara yaitu 5,53%/hari dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 8. Parameter kualitas air yang didapatkan yaitu suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp. 9.000/kg.
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Muhammad Arif
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe, Selatan Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Kedua)
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Soliericeae, Gigartinales, Rhodophyta) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah di Kultur Jaringankan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Azlan Azlan
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya pesisir yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan komoditas ekspor di sektor budidaya perikanan Indonesia. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan. Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu April-Juni 2017 di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kegiatan PKL dimulai dari persiapan alat dan bahan praktek, penanaman dan pemeliharaan rumput laut, monitoring, pemanenan, pasca panen hingga pemasaran. Epifit yang ditemukan ada dua jenis yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik (LPS) rumput laut yang dipelihara yaitu 4,6%/hari dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 6. Parameter kualitas air yang didapatkan pada perairan Bungin Permai yaitu suhu berkisar 28-31ºC sedangkan salinitas berkisar 31-33 ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp 9.000/kg.
Kata Kunci : Rumput laut Kappaphycus alvarezii, Bibit Hasil Kultur Jaringan, LPS 4,6%/hari.
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018ThityRZ
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke II)
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...sadaria bdp
Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Praktek Kerja lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara selama 3 bulan, yang meliputi beberapa kegiatan mulai dari asistensi PKL, tahap persiapan, pengikatan bibit, penanaman, monitoring, panen dan pasca panen. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman pengganggu seperti epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Bibit yang digunakan dalam PKL ini adalah bibit hasil kultur jaringan (mikropropagasi) dengan berat 10 g, dan jarak tanam 10 cm. Metode yang digunakan adalah metode longline, Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 5,53%/ hari dan rasio berat kering: berat basah yaitu 1:8. Parameter kualitas air yang diperoleh selama PKL seperti suhu berkisar antara 28-31 ºC dan salintitas berkisar 31-33 ppt. Harga pasar rumput laut K. alvarezii yaitu Rp 9.000/kg.
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)AzukaYuukanna1
Laporan Prakek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut. Budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di Desa Bungin Permai, Tinanggea, Sulawesi Tenggara menggunakan bibit kultur jaringan, monitoring tahun ke 2 (2018).
Laporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi KlonNovaIndriana
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva
(Soliericeae, Rhodophyta) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah Dikultur Jaringankan di Perairan Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...rama bdpuho
Rumput laut Kappaphycus alvarezi merupakan salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan dan kelautan Indonesia karena jenis rumput laut ini menghasilkan karagenan yang bernilai ekonomis tinggi. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan metode longline. Praktek kerja lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di desa Bungin Permai selama 35 hari masa pemeliharaan, dan terhitung selama 3 bulan April-Juni 2017 untuk keseluruhan lama proses PKL dimulai dari tahap asistensi praktikum, tahap persiapan, mengikat bibit, proses penanaman, monitoring rumput laut, panen dan pasca panen, serta pemasaran. Monitoring dilakukan setiap dua kali seminggu (Kamis dan Sabtu) untuk membersihkan rumput laut yang menempel dari tanaman pengganggu seperti Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 4.6%/hari, dan rasio berat kering : berat basah adalah 1:6. Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31oC sedangkan salinitas berkisar antara 31-33 ppt, di Perairan Bungin Permai. Harga pasar rumput laut jenis K. alvarezii dengan harga Rp. 9.000/kg untuk kualitas rumput laut yang baik.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...BdpWinarti
Budidaya rumput laut telah berkembang pada setiap kabupaten/kota se-Provinsi Sulawesi Tenggara. Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii merupakan komoditas unggulan di sektor perikanan. Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 bulan (April-Juni 2017) di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kegiatan tersebut mulai dari persiapan alat dan bahan praktek, penanaman dan pemeliharaan rumput laut, pemanenan, panen, pasca panen hingga pemasaran. Metode yang digunakan dalam PKL ini metode longline, menggunakan bibit hasil mikropropagasi dan bibit yang digunakan seberat 10 g dengan jarak tanam 10 cm. Kegiatan monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. LPS yaitu 5.04%/hari dan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 10. Parameter kualitas air yang diperoleh yaitu suhu berkisar 28-310C dan Salinitas berkisar 31-33 ppt. Pengeringan rumput laut dengan menggunakan metode gantung serta harga pasar rumput laut K. alvarezii mencapai Rp. 9.000/kg.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
1. 1
J Appl Phycol (2014) 26:909-916
DOI 10.1007/s10811-013-0117-1
Effects of Improved Post-Harvest Handling on the Chemical Constituents and
Quality of Carrageenan in Red Alga, Kappaphycus alvarezii Doty
Charles santhanaraju vairappan. Rossnita razalie. Ummul mardiah elias.
Tularisamanan ramachandram
Diterjemahkan oleh :
NI WAYAN SANTI A.L
I1A215033
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FALULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
3. 3
Abstrak
Alga merah Kappaphycus alvarezii Doty adalah spesies komersial yang
penting dan banyak dibudidayakan di negara-negara Asia tenggara untuk polisakarida
kappa- karagenan. Pasca panen menggunakan teknik penanganan umum yang
melibatkan penjemuran rumput laut yang dipanen pada saat setelah dibudidaya.
Kuantitas dan kualitas karagenan bervariasi tergantung pada waktu dan pemeliharaan
yang diambil selama penanganan pasca panen rumput laut mentah. Dalam penelitian
ini, dinamika kadar air, aktivitas air index (aw), hasil karagenan, dan kualitas
karagenan yang diamati dengan menurunkan rumput laut untuk tiga metode pasca
panen: (1) beku-pengeringan (FD), (2) warna-pengeringan ( SD), dan (3) langsung
pengeringan matahari (DSD). Rumput laut kering di bawah FD dan SD tinggi hasil
produksi (56 - 58%), ketahanan gel superior (1454 - 1.424 g cm - 2), viskositas tinggi
(57 - 58 CPS), dan sineresis rendah (15 - 17%). Kemudian, karagenan diekstrak dari
DSD rumput laut yang memberikan hasil 28% lebih rendah, ketahan gel 38% lebih
rendah, viskositas 27% lebih rendah, dan 8 - sineresis 9% lebih tinggi. Selain itu,
pembentuk suhu gel dan suhu karagenan DSD lebih rendah yaitu masing-masing
sebesar 4 dan 9 ° C. Ukuran molekul analisis karagenan diekstrak dari rumput laut
kering di bawah FD dan SD mengandung karagenan dari 700 KDa (80%) dan 200
KDa (4 - 10%). Kemudian, karagenan diekstrak dari DSD rumput laut yang
mengandung molekul karagenan yang lebih kecil, 460 KDa (55%), 210 KDa (25%),
dan <100 KDa (20%). Gambar mikroskop elektron, pemindaian mikroskop elektron,
efek gambar ilustrasi DSD parah pada morfologi sel rumput laut. Oleh karena itu,
teknik SD ditemukan untuk menjadi yang terbaik dalam pengolahan teknik pasca
panen yang memberi kualitas tinggi pada karagenan.
Pendahuluan
4. 4
Budidaya rumput laut adalah penyedia bahan baku penting untuk sektor
manufaktur produk makanan, kosmetik, dan biomedis. Pada tahun 2010, produksi
rumput laut global tahunan diperkirakan mencapai US $ 5,7 millir ( 19 juta berat
basah ) dan kontribusi makanan produk manufaktur diperkirakan menjadi 585 juta
( FAO ). Koloid ruput laut seperti agar, algin asam, dan karagenan, umum digunakan
sebagai bahan emulsi, pengental, pelembab, dan sebagai agen di makanan dan produk
susu. Negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina, Indonesia, dan Malaysia dikenal
sebagai produsen utama karaginotif yang menghasilkan karagenan. Karagenan adalah
phycocolloid penting yang secara ekstensif digunakan sebagai agen pembentukan gel,
stabilisasi, dan viskositas dalam industri makanan. Karaginotif banyak digunakan
dalam industri manufactur dan umumnya di akui aman oleh administrasi makanan
dan obat-obatan di Amerika Serikat (Idegaard dan Ostgaard USA FDA). Dua varies
dari karagenotif yang banyak dibudidayakan di Negara-negara Asia Tenggara adalah
K. alvarezi Doty dan E. Denticulatum masing-masing (Doty yang menghasilkan
Kappa-Karaginan dan biota-carrageenan). Diperkirakan bahwa kedua spesies ini
menghasilkan sekitar 120.000 karagenan setiap tahun, namun lebih dari 90%
biomassa ini disumbangkan oleh Kappaphycus spp. Karena kemampuannya untuk
menghasilkan kappa-karagenan dari kualitas dan kuatitas yang tinggi. Kappa-
Karagenan sangat diminati karena kemampuan gel yang unggul dibandingkan dengan
karaginan yang diketahui menunjukan gel-gel yang lebih lembut. Karagenan pada
umumnya merupakan galaktan tersulfat dengan 4-linked a-D- galactopyranosyl dan
3-linked B-D galactopyranosyl monomer. Kappa-Karaginan sangat penting bagi
pasar, dan rincian struktur dan sifatnya telah dikarakterisasi dengan baik
menggunakan berbagai metode kimia dan spektroskopi.
Sekitar 95% budidaya terletak di perairan pesisir Filipina, Indonesia, dan
Malaisya ( Werner et al 2004; Vairappan et al.2003 ). Budidaya ini menghasilkan
lebih dari 88% pasokan dari pasokan carrageenophyte global, sementara sisanya 12%
disumbangkan oleh spesies beriklim liar seperti chondrus (2%) dan Gigartinales
( 10%) (Hayashi et al. 2010; McHugh 2003). Budidaya laut di wilayah Asia Tenggara
memiliki biaya rendah, individu petani atau koperasi nelayan membudidayakan
rumput laut dan hasil panen diproses, dikeringkan, dikemas, dan dijual ke pejual.
5. 5
Sejak pembudidayai menangani pengolahan awal, kualitas bahan baku rumput laut
bervariasi dengan teknik pengolahan. Kandungan kelembaban dalam biomassa
rumput laut olahan memainkan peran penting dalam penerimaan pasar dan
menentukan kualitas dari produk akhir. Di beberapa lokasi budidaya, rumput laut
dikemas untuk dijual mengandung kelembapan 45-50% tetapi kebanyakan pedagang
lebih memilih bahan dengan kadar air lebih rendah pengolahan pasca panen
merupakan langkah penting dalam mempersiapkan bahan baku untuk ekstraksi
karagenan.
Pengolahan pasca panen merupakan langkah penting dalam menyiapkan
bahan baku untuk ekstraksi karagenan. Rumput laut segar mengandung kelembapan,
pigmen, asam lemak, karagenan, dan beberapa mineral (Vairappan dan Kawasaki
2008). Karena komoditas utamanya adalah karagenan, penanganan pasca panen
biasanya dilakuakan untuk menghilangkan kelembapan dan pigmen. Meskipun
Karaginan adalah makromolekul besar berukuran 800 KDa , karaginan bisa
mengalami dekomposisi mikroba, panas, dan radiasi inframerah. Oleh karena itu,
harus mempertimbangkan aspek pasca panen terutama karena sudah ada klaim bahwa
karagenan dari molekul ukuran kecil mungkin menimbulkan bahaya kesehatan pada
manusia (Tobacam 2001). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk lebih
memahami dinamika kadar air, intensitas air ( aw ), konten karagenan, kualitas
karagenan, komposisi, dan karagenan molekul ukuran selama proses pengeringan
yang berbeda. Selain itu, dampak pengeringan pada lapisan sel permukaan thallus
rumput laut dimonitor warna, morfologi warna, dalam hal morfologi sel, penganturan
dan bentuk.
Bahan dan Metode
Kappaphycus alvarezii dikumpulkan di pulau Selaka, Semporna, Sabah
. Sebanyak 30 kg sampel basah dibersihkan untuk menghilangkan bahan
6. 6
organik
bahan rumput laut dicuci dengan air tawar, dan segera diproses pasca panen seperti
yang jelaskan di bawah ini. Spesimen voucher disetorkan di BORNEENSIS, lembaga
Biologi dan Konservasi Tropis, Universitas Malaysia Sabah, Malaysia.
Pengolahan pasca panen
Sampel bersih segar dibagi menjadi tiga bagian (10 kg setiap bagian) dan
dikeringkan di bawah tiga kondisi: (a) pengeringan beku (FD), (b) pengeringan warna
(SD), dan (c) pengeringan langsung matahari (DSD). Dalam kondisi beku-kering,
sampel dibekukan pad
pengering beku (LTE Scientific, UK). Pada saat melakukan
- yang tidak terkena
sinar matahari langsung. Untuk perawatan pengeringan sinar matahari langsung,
sampel terkena sinar matahari di luar laboratorium pada lembaran vinil. Spesimen
dikeringkan selama 28 hari. Dalam prakteknya, rumput laut benar-benar kering dalam
waktu kurang dari seminggu, dan disimpan pada waktu yang lebih lama untuk
menyelidiki kemungkinan perubahan yang terdapat di dalam bahan kimia. Dicactat
juga bahwa pengeringan DSD di lakukan di suatu di dalam ruangan yang memiliki
ssedikit udara untuk meningkatkan variasi drastis antar ulangan.
Memindai Mikroskopi Elektron
Setiap spesimen kira-kira diotong menjadi 1.0 cmx 1.0 cm dan diperbaiki selama
24 jam dalam glutaraldehid dalam 0.1 mL-1
buffer cacodylate (PH 7.2). Spesimen
kemudian dibilas dengan 0,1 mL L-1
buffer cacodylate sebelum di fiksasi pos dalam
1% OsO4 pada suhu 4 0
C untuk 2 jam. Kemudian, spesimen mengalami kekurangan
air dalam gradasi seri aseton dan mengalami titik kritis. Spesimen kekurangan air
dipasang pada rintisan dan dilapisi dengan 10-30 mm lapisan emas sebelum observasi
dengan cambridge leica S360 mikroskop elektron (Vairrapan 2006).
Ekstrak Rumput Laut
7. 7
Kira-kira, sebagian dikeringkan menjadi 100 g dari (80 ~ 90% kadar air) rumput laut
dan masing-masing diekstraksi dalam 1 L metanol selama 7 hari. Larutan metanol
dipekatkan dalam vakum dan dipartisi antara 400 mL dietil eter dan 100 mL air.
Lapisan dietil eter dicuci dua kali dengan air, dan dikeringkan diatas Na2SO4
(Merck, Germany) dan diuapkan untuk menghasilkan ekstrak hijau kekuning-
kuningan gelap. Lipid kuantifikasi diperoleh berdasarkan teknik yang dijelaskan oleh
Vairappan dan Kawasaki (2008).
Ekstraksi Karagenan dan Pemurnian
Kira-kira, 5.0 g bahan beku-kering K. alvarezii bubuk dihentikan di 500 mL,
4% dan 0,25% NaBH 4. Campuran dipanaskan dalam bak air pada 100 ° C dengan
pengadukan konstan selama 3 jam. Larutan yang dihasilkan kemudian dibiarkan
dingin, diklarifikasi dengan filtrasi tekanan melalui whatman GF / D kaca membran
serat filter. Larutan kemudian dinetralisir sampai pH 7 dengan asam asetat.
karagenan alkali yang dimodifikasi didialisis terhadap air suling menggunakan 12
000 membran dialisis MWCO (Spectrum, USA) dan beku-kering. Proses yang sama
dilakukan untuk SD dan DSD sampel rumput laut.
Penentuan Titik Lebur
Sebanyak 6 g sampel yang ditambahkan ke 400 mL air suling dalam gelas 500
ml untuk membentuk larutan karagenan 1,5%. Larutan kemudian dipanaskan dalam
bak air pada 100 ° C selama 30 menit dengan pengadukan terus menerus. larutan
yang dihasilkan kemudian dituangkan ke dalam lapisan tipis cawan Petri dan
disimpan di kulkas selama 24 jam. Gel kemudian dipotong menjadi 1 mm 3 kubus.
Menggunakan alat titik leleh Fisher Scientific (USA), suhu perlahan-lahan dinaikkan
pada 10 ° C secara bertahap sampai seluruh kubus berubah cair di mana suhu tercatat.
Uji dilakukan sebanyak tiga ulangan untuk setiap perlakuan.
Indeks Sineresis
Sineresis dilakukan untuk mengukur potensi penahan air dari gel karagenan.
Gel dibuat dengan menambahkan 6 g karaginan menjadi 400 mL air suling untuk
membentuk larutan karagenan 1,5%. Kemudian karagenan direbus pada suhu 100 ° C
8. 8
dalam bak air selama 30 menit dengan pengadukan terus menerus. Kemudian
karagenan dituangkan ke dalam cetakan plastik sampai cetakan penuh. Cetakan
plastik kemudian dipanaskan dan disegel dengan penutup plastik. Cetakan plastik
yang tersisa dalam lemari es digunakan untuk mengatur suhu selama 24 jam. Jika
Permukaan cetakan luar itu sudah kering, lalu cetakan dengan berisi gel ditimbang
(A). Kemudian, penutup plastik dilepas dan kain kering digunakan untuk
mengeringkan air yang berlebihan dari gel karagenan. Setelah pengeringan, penutup
plastik dan cetakan plastik ditimbang (B). Gel kering kemudian dimasukkan kembali
ke dalam cetakan dan ditimbang (C). Uji dilakukan di tiga ulangan untuk setiap
perlakuan. Sineresis dihitung sesuai dengan rumus berikut:
Syneresis (%) = Berat Awal (A) – Berat Akhir (C) x 100%
Berat Awal (A) – Penutup dan Berat Cetakan (B)
Kelekatan
Viskositas diuji pada dua jenis karagenan gel: kalium klorida (KCl) gel dan
gel air. Untuk gel KCl, 6 g karagenan ditambahkan ke dalam gelas 500 ml bersama
dengan 10 mL larutan KCl dan 390 ml air suling. Adapun gel air, 6 g karagenan
ditambahkan ke dalam gelas 500 ml dengan 400 mL air suling. Kedua larutan itu
kemudian ditempatkan ke dalam bak air pada 100 ° C selama 30 menit dengan
pengadukan terus menerus. Solusi yang dihasilkan kemudian dibawa keluar dan
dibiarkan dingin pada suhu kamar sampai mencapai 75 ° C. Pengukuran untuk
viskositas diambil menggunakan Brookfield viskometer digital (Model LVDV - I +)
menggunakan sejumlah 2 poros pada 60 rpm. Uji dilakukan di tiga ulangan untuk
setiap perlakuan.
Kekuatan Gel
PH larutan karagenan dicatat dan pengukuran kekuatan gel dilakukan. Larutan
dituangkan ke dalam cetakan silinder kaca kembar dan dibiarkan pada suhu ruang
selama 4 jam untuk mengatur. Cetakan kemudian ditempatkan ke dalam bak
inkubator didinginkan pada suhu 10 ° C selama 90 menit. Tepi atas gel itu dipangkas,
dan kekuatan gel diuji menggunakan Rheometer (Model CR-500DXCOMPAC - 100)
0,75 cm 2 poros. Tiga percobaan yang diambil untuk setiap cetakan gel 0,75 cm 2
poros.
9. 9
Penentuan Ukuran Karagenan
Penentuan ukuran molekular dilakukan berdasarkan ukuran eksklusi
chormatography (Shimadzu, Jepang). Kira-kira, 30 mg karaginan yang diekstrak dari
rumput laut kering di bawah masing-masing FD, SD, dan kondisi DSD dihentikan
dalam 1 mL air ultra murni. Campuran diaduk sampai benar-benar larut pada 40 °C
selama 6 jam. Larutan dihasilkan dengan cara disaring 0,45 µ PTFE menggunakan
jarum suntik filter dan dengan kromatografi eksklusi ukuran menggunakan Shimadzu
HPLC yang dilengkapi dengan Waters Ultrahydrogel kolom (Waters, USA). Proses
ekstraksi dipantau oleh Shimadzu RI detektor menggunakan 0,1 M NaNO 3 sebagai
fase gerak dengan laju alir detektor menggunakan 0,1 mL min - 1,1,0 mL, dikalibrasi
dengan standar SHODEX. Standar SHODEX yang digunakan adalah STANDARD
P-82, yang terdiri dari delapan penanda ukuran molekul: (1) P-5 (5000 Da), (2) P-10
(10.000 Da), (3) P-20 (20.000 Da), (4) P-50 (50.000 Da), (5) P-100 (100.000 Da), (6)
P-200 (200.000 Da), (7) P-400 (400.000 Da), dan (8) P 800 (800.000 Da).
Analisis Statistik
Analisis dilakukan di tiga ulangan; total lima titik data diukur untuk masing-
masing tiga ulangan. Data disajikan sebagai nilai mean (± SD) diuji normalitas
menggunakan Shapiro -uji Wilk dengan tingkat signifikansi normalitas minimumP>
0,05 diterima. Uji Levene digunakan untuk menguji untuk kesetaraan varians antara
data, dan kesetaraan varians diasumsikan dalam semua data diuji. Hasilnya dievaluasi
lebih lanjut menggunakan uji ANOVA, dan jika tingkat signifikan adalah P < 0,05,
maka analisis uji Duncan (DMRT) dilakukan. Tingkat signifikansi adalah P P < 0,05.
Hasil
Sampel K. alvarezii diperoleh dari sebuah budidaya yang bebas dari infeksi
wabah penyakit epifit atau Ice-ice. Bahan dibersihkan dan dibilas di beberapa
perubahan dari air tawar sebelum penanganan. Proses pengeringan dilakukan selama
28 hari untuk sepenuhnya memahami dinamika parameter diselidiki, meskipun
pengeringan dapat diselesaikan pada akhir hari ketujuh. Hilangnya kelembaban (1a)
dan aktivitas air index (1b) fluktuasi selama proses. Selama proses pengeringan yang
seperti ditunjukkan pada Gambar. 1 . Penurunan diamati pada spesimen dikeringkan
10. 10
di bawah FD; loss 80% dalam penurunan berat bobot diamati dalam waktu kurang
dari 72 jam setelah pengeringan. Berat bobot ini dipertahankan untuk sisa dalam
kurun waktu selama 28 hari. Dalam penangan SD, hanya ada penurunan bobot 30%
dalam 72 jam pertama, diikuti oleh tambahan 20% penurunan pada akhir hari ketujuh
sebelum berat hampir stabil 50% dari bobot semula dalam wktu 14 hari. Seperti untuk
pengobatan DSD, terjadi penurunan berat bobot 50% dalam 72 jam pertama, diikuti
dengan penurunan lebih bertahap sampai sekitar 60% dari berat, dan ini
dipertahankan selama waktu pengeringan. Penurunan dalam berat menyebabkan
adanya perbedaan yang signifikan dalam berat akhir antara FD dan dua perlakuan
lainnya ( P < 0,05).
Dinamika indeks selama waktu pengobatan aktivitas air (a w) di semua tiga
pemeliharaan. Indeks aktivitas air awal adalah hampir mendekati 0,99. Pengobatan
FD dipamerkan penurunan paling drastis di 72 h ke nilai 0,70; nilai terus menurun
menjadi 0,67 pada hari 28. Adapun pengobatan SD, indeks aktifitas air turun ke 0,84
dan 0,78 di 3 dan 7 hari, masing-masing. Penurunan lebih lanjut pada tingkat yang
sama dengan nilai 0,70 pada akhir hari ke-21 dari pengeringan dan tinggal di nilai
bahwa sampai akhir percobaan. DSD spesimen menunjukkan indeks aktivitas air
yang sama dibandingkan dengan pengobatan SD. Ada penurunan ke nilai 0,83 dalam
3 hari pertama sebelum mencapai 0.70 di hari ketujuh. Indeks aktivitas air untuk sisa
durasi itu mirip dengan SD rumput laut.
Rumput laut yang menjadi target tiga percobaan penanganan pasca panen dari
masing-masing sampel pada hari ketujuh untuk dimanfaatkan menjadi berbagai
analisis physiochemical seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 . Kandungan total
karagenan dalam pengobatan FD dan SD di kisaran 56 - 58%, namun teknik
pengeringan dengan menggunakan sinar matahari langsung, kemudian mencatat 28%
penurunan dibandingkan dengan metode SD. Kelarutan dan gel pada karagenan
hampir sama dengan FD dan SD metode, tetapi metode , masing-masing DSD
dipamerkan setetes 9 dan 4 ° C. Indeks sineresis juga ditentukan, dan seperti yang
diharapkan, spesimen DSD menunjukkan nilai 50% dibandingkan dengan dua metode
pertama. Kekuatan gel dan viskositas diukur, dan seperti yang diharapkan, itu
dikompromikan; sampel dikeringkan menggunakan metode DSD menunjukkan nilai
11. 11
28 dan 38% lebih rendah dibandingkan dengan dua metode lainnya. Rincian data ini
ditunjukkan pada Tabel 1 . Data yang diperoleh sasaran DMRT Rincian data ini
ditunjukkan pada Tabel 1 analisis statistik.
Selain analisis ini, spesimen yang diperoleh dari hari ketujuh juga diekstraksi
menggunakan pelarut organik total bahan kimia lipid yang telah diekstrak. Angka 2
menunjukkan perbandingan hasil yang diperoleh dari rumput lipid. Laut mengalami
tiga metode pengolahan pasca panen. Rumput laut kering menggunakan metode FD
menghasilkan 315,5 ± 24,8 mg g - 1 Total ekstrak menggunakan metode kasar, terdiri
dari 8,5 ± 1,5 mg g - 1 lipid, 14,2 ± 3,1 mg g - 1 koloid, dan 292,3 kasar, ± 30.6mg g
- 1 residu kimia lainnya. Data yang diperoleh dari analisis ini menjadi sasaran DMRT
analisis statistik, dan signifikansi mereka ditunjukkan pada Gambar 2
Selain analisis kimia yang diuraikan di atas, sampel yang dikumpulkan pada
hari ketujuh juga menjadi sasaran pengamatan morfologi. Pada hari ketujuh dari
pengeringan, perbedaan warna rumput laut yang signifikan. Sampel FD yang
kecoklatan, sampel SD yang berwarna coklat kemerahan, dan sampel DSD yang putih
kekuningan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Selanjutnya, pengamatan SEM
memberikan tampilan detail dari morfologi sel permukaan dan pengaturan pada talus
rumput laut. Dalam sampel FD, morfologi permukaan dan pengaturan sel yang utuh
dan ditutupi dengan lapisan tipis biofilm atau lendir. Demikian pula, talus pengaturan
sel permukaan dan bentuk juga utuh dalam sampel dari metode SD. Kehadiran
biofilm atau lendir itu tidak terlihat, dan ini memberikan penampilan yang sedikit
berbeda dari pengaturan sel pada sel-sel permukaan SD [Gambar. 3 ( B-2) dan ( B-3)]
yang diperoleh dari sampel kering di bawah sinar matahari langsung yang sangat
berbeda dibandingkan dengan dua metode sebelumnya. Permukaan thallus dan
pengaturan sel yang luas, dapat mempengaruhi ruang di antara sel-sel. Tidak ada
terlihat biofilm atau lendir lapisan dan sel-sel yang lebih kecil, sempit, dan
memanjang dengan spasi di antara [Gambar. 3 ( C-2) dan ( C-3)].
Diskusi
Penanganan pasca panen adalah penanganan rumput laut merupakan langkah
penting yang memiliki dampak yang signifikan pada kualitas bahan baku final yang
12. 12
digunakan untuk ekstraksi phycocolloid. Kualitas bahan baku selama pemeliharaan
pasca panen bisa disepakati dengan penanganan yang tidak tepat, kurangnya
pengawasan, dan paparan faktor lingkungan yang kurang baik seperti kelembaban,
panas, dan sinar matahari. Perumusan prosedur pengolahan harus didasarkan pada
hasil akhir yang diinginkan, untuk mendapatkan Carrageenophytes kering yang akan
menghasilkan jumlah tinggi karagenan kualitas unggul. Ini juga merupakan praktik
umum di kalangan petani untuk menghasilkan bahan rumput laut yang sedang
dianggap sebagai kualitas terbaik rumput lautnya. Ini jelas kesalah pahaman dan
pemutihan rumput laut menggunakan perlakuan kasar dapat membahayakan kualitas
phycocolloid. Oleh karena itu, memahami dinamika pengeringan sangat penting
dalam perumusan metode pengolahan pasca panen yang baik. Tiga metode
pengeringannya yang telah diuji sangat berbeda, dan hasilnya telah dijelaskan di atas.
Teknik pengeringan FD sangat ideal karena sangat cepat dan tidak membiarkan
rumput laut untuk kondisi lingkungan yang kurang baik. Tapi, itu bukan metode
dengan biaya-efektif sejak kebutuhan rumput laut menjadi bahan beku-kering
diperlukan industri untuk menangani sejumlah besar bahan yang dibutuhkan dalam
proses industri. Kualitas rumput laut dan kualitas karagenan yang diperoleh dari
pendekatan ini lebih unggul, namun karena efektivitas biaya, itu bukan pilihan yang
layak.
Data yang diperoleh dari teknik pengeringan pasca panen menunjukkan
bahwa penurunan berat bobot rumput laut karena terjadinya kelembaban. Temuan
serupa dilaporkan selama percobaan rumput laut kering yang dilakukan oleh
Vairappan dan Suzuki (2000) dan Gardner dan Mitchell (1956 ). tren pengeringan
yang diamati dalam pengeringan warna secara bertahap dibandingkan dengan
pengeringan matahari langsung. Namun, kedua teknik tersebut bisa menghasilkan
rumput laut kering yang diinginkan dalam 7 hari. Seperti disebutkan sebelumnya,
beku-kering adalah teknik mahal dan itu dilakukan sebagai percobaan kontrol dalam
penelitian ini. Selama rumput laut dalam proses pengeringan, terutama ketika
sejumlah besar rumput laut dikeringkan, ada kekhawatiran proliferasi bakteri dalam
bahan yang tidak sepenuhnya terkena udara permukaan. Hal ini bisa mengakibatkan
fermentasi dan degradasi bahan rumput laut yang akan menghasilkan karagenan
13. 13
rendah. Selama penyelidikan ini, indeks aktivitas air (aw) dipantau untuk renda
dipantau untukmemastikan bahwa rumput laut kering tidak mengalami fermentasi.
Hubungan antara penurunan kadar air dan aktivitas air indeks adalah sebanding
dengan laporan Vairappan dan Suzuki (2000) Dan Troller dan Christian (1978).
Indeks aktivitas air ditambah dengan total dinamika rumput laut kelembaban
merupakan indikasi yang baik dari total kadar air alga. Berat total rumput laut
menunjukkan penurunan yang drastis, tapi penurunan indeks aktivitas air secara
bertahap dan bisa dilihat sebagai indikator dari dinamis pengeringan yang baik
sedang berlangsung. Total penurunan kelembaban selama proses pengeringan ini
adalah sekitar 60% dari kadar asli, Hal ini bertentangan dengan kondisi umum dari
total penurunan asli 80 - 90% kelembaban. Jumlah normal kelembapan bahan rumput
laut kering yang diterima dan cocok untuk ekstraksi karagenan jika di kisaran 60 -
70% .
Aktivitas air Indeks (aw) menurun 0,99-0,85 dalam 3 hari pertama di kedua
wadah-pengeringan dan teknik pengeringan matahari langsung. Pada nilai ini, hanya
bakteri halofilik bisa bertahan; sebagian besar selulosa atau proses carrageenan
bakteri tidak dapat bertahan hidup (Zobell dan Upham 1994 ; Troller dan Kristen
1978 ; Molard et al., 1985). Oleh karena itu, baik FD dan teknik SD penanganan yang
cukup untuk menghilangkan proliferasi bakteri dan rumput laut berhenti untuk
fermentasi. Namun, jika rumput laut yang dirusak dari waktu ke waktu untuk
pemaparan udara yang lebih baik, hal itu akan menyebabkan rumput laut
berfermentasi karena disebabkan oleh curah hujan dan retensi kelembaban.
Ekstraksi bahan kimia melalui pelarut organik menyatakan kandungan kimia
yang sangat menarik. Angka 2 menggambarkan kimia yang sangat menarik.
kehadiran sejumlah besar bahan koloid dalam ekstrak rumput laut dari bahan yang
dikeringkan di bawah sinar matahari langsung (DSD). Setelah analisis menggunakan
FTIR dan kromatografi gel perembesan, ditemukan bahwa bahan ini adalah
karagenan dengan ukuran <100 KDa. Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa langsung
pengeringan matahari menyebabkan depolimerisasi dari karagenan 800-KDa ke
ukuran yang lebih kecil. Penurunan yang signifikan dalam ukuran molekul bisa saja
disebabkan oleh depolimerisasi molekul karagenan besar menjadi bagian-bagian
14. 14
ukuran yang lebih kecil dengan langsung keras cahaya inframerah dan UV selama
proses pengeringan (Webber et al., 2012). Ini bisa juga memberikan kontribusi
terhadap penurunan 28% karagenan dalam bahan rumput laut DSD karena molekul
yang lebih kecil akan belum ditahan selama pengolahan dan akan hilang melalui air
limbah. Persentase lipid dan kandungan kimia lainnya berada dalam batas yang
diharapkan normal seperti yang dijelaskan oleh Gupta et al., (2011 ). Pengeringan
rumput laut melibatkan perubahan biologis dan kimia dan telah pasti menyebabkan
kerusakan morfologi sel, pigmen, dan metabolit utama dari rumput laut. Pigmen
warna rumput laut kering, termasuk phycobiliproteins, phycoerythrin merah, karoten,
lutein, dan zeaxanthin, yang berubah pada proses pengeringan karena pengurangan
senyawa seperti senyawa asam amino dan gula (Tsuru 1973; Cordero dan Voltolina
1977 ; Irlandia et al., 2011). Selanjutnya, analisis ukuran molekul pada karagenan
dari tiga metode pengobatan pasca panen juga mendapatkan data yang menarik.
Karagenan yang diperoleh dari beku-kering dan teduh bahan kering mengandung
80% dari setidaknya 700 molekul ukuran KDa dibandingkan dengan spesimen DSD
yang hanya menghasilkan 460 KDa (55%) molekul ukuran sebagai ukuran terbesar.
Molekul-molekul lain karagenan yang diperoleh dari DSD rumput laut 210 KDa
(25%) dan = 60 KDa (20%).210 KDa (25%) dan = 60 KDa (20%).210 KDa (25%)
dan = 60 KDa (20%).
Rumput laut mengalami FD dan pengobatan SD memiliki warna kemerahan
cerah dibandingkan dengan diperlakukan materi DSD yang hampir diputihkan dengan
warna putih kekuningan. Kurangnya warna dalam bahan DSD bisa disebabkan oleh
degradasi pigmen fotosintesis karena sinar matahari langsung. Ini juga bukti lain
untuk paparan sinar matahari secara langsung dari bahan rumput laut ini. Gambar
mikroskop elektro juga mengungkapkan efek keras dari sinar matahari langsung pada
morfologi sel dan kerusakan pada pengaturan sel yang ditambah dengan
depolimerisasi karagenan akan difasilitasi untuk pencucian dengan molekul karaginan
yang lebih kecil selama ekstraksi rumput laut (Ferreira et al., 2008 ).
Oleh karena itu, temuan dari studi ini menunjukkan bahwa rumput laut kering
di bawah naungan dengan pemantauan yang tepat dari kelembaban atau air indeks
aktivitas ( aw) dan akan menghasilkan hasil karagenan yang lebih tinggi dan sifat
15. 15
karagenan superior. Ini juga merupakan teknik yang sangat mudah dan murah yang
tidak memerlukan biaya yang tinggi. Ini adalah pendekatan yang nyata untuk
memastikan bahwa industri pengolahan karaginan menerima pasokan rumput laut
yang konsisten dalam kadar air dan bahan-bahan berkualitas tinggi. Di negara-negara
Asia tenggara seperti Filipina, Indonesia, dan Utara Pulau Kalimantan (Sabah,
Malaysia), budidaya carrageenophyte dan pengolahan pasca panen dilakukan di
pulau kecil yang sering kekurangan listrik dan pasca panen yang melibatkan
mekanisasi listrik tidak praktis. Metode dan proses teknik panen yang diusulkan
dalam penelitian ini adalah metode penanganan pasca panen yang sangat sederhana
dan murah yang telah terbukti untuk menghasilkan karagenan kualitas unggul.
Kosa Kata
performed
triplicates
data
measured
each
triplicates
Data
presented
mean
values (±SD)
using
Shapiro–Wilk
minimum
dilakukan
rangkap tiga
data
terukur
setiap
rangkap tiga
Data
disajikan
berarti
nilai-nilai (± SD)
menggunakan
Shapiro – Wilk
minimum
significance
level
of P >0.05
being
accepted
Levene's
used
makna
tingkat
dari P> 0,05
makhluk
diterima
Levene
bekas