1. Teori Tindakan Komunikatif Jurgen Habermas menjelaskan bahwa komunikasi dan pemahaman manusia memiliki struktur linguistik yang dapat digunakan untuk memahami terbentuknya masyarakat.
2. Tindakan komunikatif adalah bentuk kooperasi berdasarkan proses deliberasi dan argumen. Teori ini bertujuan membangun konsep rasionalitas dan masyarakat serta menganalisis masalah masyarakat modern.
3. Ruang
Teori Tindakan Komunikatif dan Public Sphere Jurgen Habermas
1.
2. Teori Tindakan Komunikatif
dan Public Sphere Jurgen Habermas
Angga Prawadika Aji, S.I.P., M.A.
Pengajar Mata Kuliah Filsafat Komunikasi
angga.prawadika@fisip.unair.ac.id
3. Pertama kali dijelaskan oleh Jurgen Habermas dalam karyanya the
Theory of Communicative Action.
Pada intinya, Habermas menawarkan prinsip bahwa aksi komunikasi
dan pengertian yang dilakukan manusia memiliki struktur linguistik.
Struktur linguistik tentang komunikasi ini dapat digunakan untuk
memahami terbentuknya masyarakat.
Communicative Action : bentuk tindakan kooperatif yang dilakukan
individu-individu berdasarkan proses deliberatif dan argumentatif.
4. Tiga Fokus Communicative Action Theory
Untuk mengembangkan konsep rasionalitas yang tidak
lagi terikat/terjebak pada premis-premis teori sosial
yang bersifat individualis.
Untuk membangun sebuah konsep tentang ‘masyarakat’
yang terdiri dari integrasi dua paradigma : paradigma
sistem yang bersifat mekanis dan lifeworld/dunia nyata.
Membangun teori kritis mengenai modernitas yang
berupaya untuk menganalisis problem-problem yang
dialami masyarakat kontemporer.
5. Communicative action dimungkinkan karena
kemampuan manusia untuk bersikap rasional.
Rasionalitas diterangkan sebagai kapasitas yang
inheren dalam bahasa, khususnya dalam argumentasi.
Struktur pernyataan argumentatif :
Tidak ada adanya coercion (pemaksaan)
Bersama-sama mencari pemahaman (mutual search
for understanding)
Kekuatan mengikat dari argumen yang lebih baik
Ketiganya adalah syarat rasionalitas intersubjektif
dimana proses komunikasi dapat terjadi
6. Rasionalitas komunikatif berbeda
dengan rasionalitas instrumental,
normatif, dan dramaturgis karena
memiliki 3 dimensi. Subyektif,
obyektif, dan intersubyektif/sosial
Artinya rasionalitas komunikatif
bersifat self-reflective dan terbuka
untuk dialog dimana setiap
partisipan dapat belajar dari yang
lain dengan melakukan refleksi atas
premis dan latar belakang.
8. Communicative action adalah
tindakan yang didasarkan pada proses
deliberatif, dimana dua atau lebih
individu berinteraksi dan melakukan
berkoordinasi tindakan berdasar atas
intepretasi situasi yang sama-sama
telah disetujui.
Tindakan komunikatif berbeda dengan
bentuk tindakan lain, seperti misalnya
tindakan instrumental (yang
merupakan pure goal oriented action
dan bersifat ekonomis) karena
mamasukkan unsur bahasa sebagai
pertimbangan.
10. Pertama kali dikemukakan oleh Jurgen Habermas dalam
the Structural Transformation of Public Sphere
Public sphere melingkupi beragam makna yang merujuk
pada konsep spasial, situs sosial, atau arena dimana
makna diartikulasikan, didistribusikan, dan
dinegosiasikan.
11. Analisis Habermas bersifat historis.
Di Eropa abad ke 18, akibat munculnya arena komersial
dimana berita dan produk dengan bebas dipertukarkan dan
didiskusikan, muncul otoritas lain yang lain di seluruh Eropa.
Situasi ini didukung dengan meningkatnya tingkat literasi,
akses pada literatur, dan jurnalisme kritis.
Domain ini dengan perlahan menggantikan ruang publik
dimana kekuasaan penguasa hanya ditunjukkan pada
masyarakat, menuju otoritas negara yang dimonitor secara
publik lewat wacana masyarakat yang kritis dan tercerahkan.
12. Syarat munculnya public sphere menurut Habermas :
Pengabaian status
Berfokus pda kepentingan bersama (sebelumnya
otoritas gereja dan negara yang memiliki hak untuk
mengintepretasi)
Inklusivitas
Teori public Sphere telah direvisi sendiri oleh Habermas
dan banyak dikritik, tapi tetap bernilai penting untuk
menjelaskan deliberasi, demokrasi, dll.
13. Rangkaia
n Aturan
Tujuan Aturan
1 Memastikan argumen
bersifat logis dan koheren
1. Tidak ada pembicara yang boleh menyangkal dirinya sendiri
2. Satu argumen atas sebuah objek harus bisa diaplikasikan ke
objek lain yang punya karakteristik sama
3. Pembicara yang berbeda tidak boleh menggunakan ekspresi yang
sama atas makna yang berbeda
2 Memastikan debat adalah
sebuah prosedur untuk mencari
kebenaran
1. Pembicara hanya boleh menyatakan apa yang ia percayai
2. Pembicara yang berselisih atas norma atau proposisi yang tidak
ada dalam diskusi harus menyatakan alasan
3
Memastikan bahwa
persetujuan akhir didasarkan
atas argumen terbaik
1. Siapapun boleh berpartisipasi dalam diskusi
2. Siapapun boleh bertanya atas semua argumen
3. Siapapun boleh mengekspresikan opini, keinginan,atau
kebutuhannya.
Syarat Munculnya Argumen Rasional Menurut
Habermas
14. Discourse Ethics
Jenis argumen yang mencoba menetapkan
kebenaran normatif / etis dengan melihat
praanggapan wacana (presuppositions of discourse).
“ Civilization began the first time an angry person
cast a word instead of a rock. “ – Sigmund Freud
Akuntabilitas adalah kunci.
Akuntabilitas terbagi menjadi 3 : keragamaan ide,
keterlibatan proses pembuatan kebijakan, dan
penekananan tanggung jawab pada individu.
15. Keberadaban adalah kesopanan kolektif (collective
politeness), dengan mempertimbangkan konsekuensi
demokratis dari perilaku yang tidak sopan.
Ketidakberadaban didefinisikan sebagai ‘sekelompok
perilaku yang mengancam demokrasi, mengabaikan
kebebasan personal pihak lain, dan melakukan stereotipe
atas kelompok sosial lain (Papacharissi, 2004: 267).
Kesopanan didefinisikan sebagai bentuk perilaku individu
dalam konteks facesaving (Fraser, 1990). Kesopanan
dilihat sebagai upaya untuk menjaga face atau gambaran
tentang diri pribadi sesuai dengan atribut sosial yang
diterima. Sebuah komentar dikatakan mengandung
ekspresi ketidaksopanan apabila mengandung ekspresi
yang mengganggu proses penyelamatan face.
KEBERADABAN (CIVILITY) DAN KESOPANAN (POLITENESS)
DALAM DISKUSI
16. Ekspresi Tidak Beradab
Kategori
komentar mengandung ancaman verbal
terhadap demokrasi
Komentar berisi stereotipe
Komentar berisi ancaman atas hak-hak
pihak lain, termasuk di dalamnya
kebebasan personal dan kebebasan bicara
17. Ekspresi Tidak Sopan
Kategori
Mengandung name calling
Menuduh pihak lain berbohong
Menggunakan hiperbola
Vulgaritas
Memberikan sinyal yang tidak kooperatif
Mengandung sarkasme
Merendahkan pihak lain (aspersion)
Yang termasuk perilaku tidak sopan lain
tapi tidak tercantum di atas