Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian geologi di suatu daerah. Terdiri dari tiga bagian utama yaitu: 1) Satuan geomorfologi terdiri dari perbukitan terjal dan pedataran, 2) Empat satuan stratigrafi berdasarkan umur batuan, 3) Struktur geologi lipatan dan sesar serta sejarah pembentukannya. Ditemukan potensi bahan galian batuan.
4. 1. Satuan Geomorfologi Perbukitan
Terjal Denudasional.
Kenampakan gerakan tanah rock slide pada Stasiun 65
litologi
diorit di desa Pomolulu.Pengambilan arah foto N 135°E.
5. Kenampakan gully pada litologi sabak difoto relatif
kearah N 215°E pada stasiun 13 di desa Walandano.
Kenampakan gerakan tanah rock slide pada Stasiun 65
litologi
diorit di desa Pomolulu.Pengambilan arah foto N 135°E.
6. Kenampakan jenis soil Residual pada litologi sabak di desa
Walandano dengan warna soil coklat yang tebalnya ± 5 – 10
m
dengan arah pengambilan foto N 210°E.
Kenampakan batuan yang telah mengalami pelapukan pada
stasiun 40 litologi sabak di desa Malei. Pengambilan arah
foto N 50°E.
7. 2. Satuan Geomorfologi
Perbukitan Terjal Struktural
Kenampakan satuan geomorfologi perbukitan terjal Struktural
yang menunjukkan bentuk puncak tumpul dan lembah bentuk V
di foto kearah N 160°E.
8. Kenampakan gawir pada Pada litologi sabak stasiun 4
dengan arah pengambilan foto N 50°E
Kenampakan bidang sesar & striasi pada cermin sesar
sebagai
penciri adanya struktur sesar pada pada batuan sabak desa
Walandano di stasiun 1 dan arah pengambilan foto N 22°E.
9. Kenampakan struktur kekar pada batuan sabak desa
Walandano di stasiun 5 dengan arah pengambilan foto relatif
N 19°E
Kenampakan breksi sesar pada litologi Sabak pada stasiun
89 di
sungai Rauang arah breksiasi N 230 E Difoto ke arah N 3250
E
10. 3. Satuan Geomorfologi
Pedataran Denudasional
Kenampakan satuan bentangalam pedatarand denudasional di
desa Walandano dan arah pengambilan foto N 135°E.
11. 3. Satuan Geomorfologi
Pedataran Denudasional
List activities here
Endapan tepi sungai pada satuan geomorfologi pedataran
Denudasional yang terdapat pada Sungai Rauang di desa
Walandano
Kenampakan transported soil pada endapan pantai di satuan
geomorfologi pedataran Denudasional didesa Walandano
dengan tata guna lahan pemukiman dengan arah foto N
85°E
12. Jenis Sungai
Berdasarkan parameter yang disebutkan diatas dilihat dari kandungan air pada tubuh
sungai, maka jenis sungai pada daerah penelitian dibagi menjadi dua jenis yaitu sungai
Intermitten dan sungai ephemeral.
Jenis sungai Intermitten pada daerah penelitian
dapat dijumpai pada sungai Rauang. Sungai
tersebut mencirikan jenis sungai Intermitten dilihat
dari kandungan air pada tubuh sungai yang
mengalir hanya pada musim hujan
13. Jenis Sungai
Jenis sungai Ephemeral pada daerah penelitian
dapat dijumpai pada sungai Kusu. Sungai tersebut
mencirikan jenis sungai Ephemeral dilihat dari
kandungan air pada tubuh sungai yang pada saat
itu kering dimana sungai hanya dan langsung
mengalir selama hujan deras
14. Berdasarkan pengamatan terhadap sungai yang dijumpai dilapangan, yaitu pola aliran paralel. Sistem
pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal.
Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-
lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit.
Secara umum tipe genetik yang berkembang pada daerah penelitian yaitu sebagai berikut :
Tipe genetik Obsekuen
Obsekuen merupakan tipe genetik sungai, dimana arah aliran sungai relatif berlawanan dengan
kemiringan perlapisan batuan. Tipe genetik ini dapat dijumpai di lapangan pada daerah utara timur
laut sungai kusu
Tipe genetik Resekuen
Subsekuen merupakan tipe genetik sungai, dimana arah aliran sungai relatif sejajar dengan jurus
perlapisan batuan. Tipe genetik ini dapat dijumpai di lapangan pada sebelah utara sungai rauang.
Stadia sungai daerah penelitian berdasarkan kompilasi data morfogenesa sungai dari satuan
geomoroflogi perbukitan terjal denudasional, satuan geomoroflogi perbukitan terjal gawir struktural
dan satuan geomorfologi pedataran aluvial maka dapat disimpulkan bahwa stadia sungai pada
daerah penelitian mengarah kepada stadia muda menjelang dewasa.
Pola Aliran, Tipe Genetik, dan
Stadia Sungai.
16. 1. Satuan Sabak
Kenampakan singkapan sabak dengan arah
foto relatif kearah N 320oE pada stasiun 89
Kenampakan petrografis pada batuan sabak dengan
nomor sayatan Ar/stc/bm dengan perbesaran di
mikroskop perbesaran 4x dengan Komposisi mineral
yaitu kuarsa, mineral opaq, dan mineral lempung.
17. 2. Satuan Intrusi Diorit Kuarsa
Kenampakan singkapan Diorit Kuarsa
dengan arah foto relatif kearah N 197o E
pada stasiun 63
Kenampakan petrografis pada batuan Diorit Kuarsa
dengan nomor kode sayatan Ar/ste/bb pada
perbesaran di mikroskop 40X, dengan komposisi
mineral yaitu Kuarsa (Qz), Plagioklas (Pl) (Oligoklas),
Ortoklas (Ot), Biotit (Bt), Muskovit (Ms), Piroksin
(Px),Hornblende (Hbl) dan Sanidin (Sa).
18. 3. Satuan Intrusi Granit
Kenampakan Singkapan Granit di sungai
Rauang desa Walandano tepatnya pada
stasiun 72 difoto relatif kearah
Kenampakan petrografis pada batuan granit dengan
nomor kode sayatan Ar/sti/bb pada perbesaran di
mikroskop 4x, dan komposisi mineral yaitu Plagioklas (Pl)
jenis Albit, Biotit (Bt), Mineral Opaq (Op), Muskovit (Ms),
Ortoklas (Or), dan Kuarsa (Qz).
19. 4. Satuan Endapan Aluvial
Kenampakan endapan Aluvial tepatnya pada
BagianTenggara Desa Walandano.
21. 1. Lipatan Sinklin
peta struktur geologi yang menunjukkan kenampakan lipatan sinklin
dalam interpretasi foliasi batuan pada gejala struktur lipatan di Desa
Walandano
Struktur lipatan pada daerah
penelitian dapat diinterpretasi
berdasarkan pengukuran di
lapangan foliasi batuan dan hasil
interpretasi dip dari foliasi batuan
yang saling berhadapan
membentuk sebuah lipatan.
Berdasarkan data tersebut, maka
dapat disimpulkan struktur lipatan
yang berkembang adalah lipatan
sinklin dengan ditandai dip yang
relatif saling berhadapan antara
limp kiri dan limp kanan.
22. 2. Kekar Gerus & Kekar Tarik
Kenampakan kekar gerus pada stasiun 87 di
foto relative ke arah N 309° litologi Sabak di
Desa Malei.
Diagram kipas hasil perhitungan kekar pada
litologi sabak Stasiun 87 di Desa Malei.
a. Kekar Gerus
23. b. Kekar Tarik
Kenampakan kekar tarik pada stasiun 75 di
foto relative ke arah N 29° litologi granit di
Sungai Rauang Desa Walandano.
Diagram kipas hasil perhitungan kekar pada
litologi sabak Stasiun 4 di Desa Walandano.
24. 3. Sesar Geser Sinistral Walandano
& Sesar Normal Walandano
Keterangan:
Bidang sesar = N 23° E/39°
Bidang bantu = N 218° E/53°
Gash fracture = N 325°E/69°
Shear fracture = N 87°E/50°
Net slip = N 32°E/83°
Rake = 7°
T1 = N 347°E
T3 = N 77°E
T2 = N 128°E
Kenampakan Breksi sesar pada litologi Sabak
di Stasiun 89 di sungai Rauang dengan arah
breksiasi N 230 E Difoto ke arah N 3250 E.
Hasil analisis Sesar menggunakan Stereonet dengan menggunakan data
kekar gerus, kekar tarik dan bidang sesar pada litologi sabak St 89 di Desa
Walandano.
a. Sesar Geser Sinistral Walandano
25. Keterangan:
Bidang sesar = N 23° E/39°
Bidang bantu = N 218° E/53°
Gash fracture = N 325°E/69°
Shear fracture = N 87°E/50°
Net slip = N 32°E/83°
Rake = 7°
T1 = N 347°E
T3 = N 77°E
T2 = N 128°E
Kenampakan Striasi pada cermin sesar pada stasiun 1 desa
Walandano pada litologi sabak dengan arah pengambilan foto N
250°E.
Hasil analisis Sesar menggunakan Stereonet dengan menggunakan
data kekar gerus, kekar tarik dan bidang sesar pada litologi sabak St 4
di Desa Walandano.
b. Sesar Normal Walandano
27. Sejarah Geologi
Subduksi
Intrusi Batuan Beku
Plutonik
Batuan
Metamorf
Diorit Kuarsa & Granit
Aktivitas Struktur Geologi
Aluvial Endapan Aluvial & Sungai
- Sesar Geser Sinistral
Walandano
- Sesar Normal Walandano
Proses Tektonik dipulau
Sulawesi
- Lipatan Sinklin - Kekar Gerus & Tarik
28. Potensi Bahan Galian
Potensi bahan galian batuan material
aluvial di Desa Walandano yang
terdapat hampir disepanjang
Pedataran Sungai Rauang, Arah foto
N 170° E.
Potensi bahan galian batuan di Desa
Pomolulu yang terdapat pada stasiun 64,
Arah foto N 85°E
29. Potensi Bahan Galian
Potensi bahan galian batuan material
aluvial di Desa Walandano yang terdapat
hampir disepanjang Pedataran Sungai
Rauang, Arah foto N 170° E.
Bahan galian batuan yang bersumber dari
granit dan diorit kuarsa berfungsi sebagai
bahan dasar interior dan eksterior
bangunan
30. Penutup
Kesimpulan
Geomorfologi pada daerah pemetaan didasarkan pada aspek
Morfometri, Morfografi, dan Morfogenesa. satuan geomorfologi
daerah penelitian dibagi menjadi 3 satuan yaitu Satuan
Geomorfologi Perbukitan Terjal Denudasional, Satuan
Geomorfologi Perbukitan Terjal Struktural, dan Satuan
Geomorfologi Pedataran Denudasional.
Stratigrafi pengamatan di daerah penelitian dapat dibagi menjadi
empat satuan batuan, berurutan dari tua ke muda sebagai berikut
: satuan sabak, satuan intrusi diorit kuarsa, satuan intrusi granit,
dan satuan endapan aluvial.
31. Struktur geologi daerah penelitian dianalisis menggunakan diagram
roset dan stereonet, ciri primer dilapangan, dan pola kelurusan kontur.
Sehingga berdasarkan analisis dengan menggunakan metode tersebut
maka indikasi struktur geologi yang dijumpai pada daerah penelitian
terdiri atas : lipatan sinklin, kekar gerus dan kekar tarik, Sesar Geser
Sinistral dan Sesar Normal.
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada kala Eosen Awal
dimana lingkungan pembentukan subduksi, terjadi proses metamorfisme
derajat rendah yang mengubah batuan sedimen menjadi batuan sabak,
proses ini terjadi hingga kala Eosen Akhir. Pembentukan batuan terhenti
sehingga proses yang terjadi adalah proses erosi hingga kala Miosen
Awal maka terjadi ketidakselarasan. Proses pembentukan satuan
batuan kembali berlanjut pada kala Miosen Awal lingkungan
pembentukan daerah subduksi. Terjadi aktivitas magmatisme berupa
penerobosan batuan beku plutonik yang mengintrusi membentuk satuan
batuan intrusi diorit kuarsa dan granit. Proses ini juga terhenti pada kala
Miosen Awal. Aktivitas struktur yang berkembang didaerah penelitian
berupa lipatan sinklin, sesar geser sinistral walandano berumur Post
Miosen, dan sesar normal walandano berumur Holosen. Setelah
terjadinya proses magmatisme dan aktivitas tektonik, terjadilah proses-
proses geologi muda berupa satuan endapan aluvial berumur Holosen
dan prosesnya berlanjut hingga sekarang.
32. Potensi bahan galian di daerah pemetaan berupa bahan galian batuan seperti
batuan beku granit, diorite kuarsa dan batuan metamorf sabak. Manfaat dari
bahan galian batuan yang bersumber dari diorit kuarsa dan granit digunakan
untuk ubin lantai, anak tangga maupun dinding berbagai ruangan seperti kamar
mandi dan dapur, ornamen dan lain sebagainya, fungsi lainnya yaitu
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan aksesoris dan pernak pernik perhiasan.
Sedangkan bahan galian batuan yang bersumber dari sabak dimanfaatkan
sebagai pondasi rumah, batu tempel/hiasan pada tembok luar, dan bahan
campuran beton atau bahkan dapat digunakan sebagai pelapis jalan dan
pondasi.
33. Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan yaitu semoga
kedepannya laporan pemetaan daerah Walandano ini
dapat dilakukan lebih detail lagi sehingga dapat
dipertimbangkan potensi bahan galian yang berada
didaerah ini mengingat luasnya penyebaran batuan
metamorf sabak dan batuan beku bersifat intermedit-asam
yang menyebar hampir setengah daerah penelitian
sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan ini membawa
unsur-unsur yang bernilai ekonomis sehingga dapat diolah
oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah. Dan semoga
laporan ini berguna bagi kita semua khususnya yang
berkepentingan dalam dunia Kependidikan maupun
masyarakat.