Dokumen tersebut membahas tentang survei sedimen sungai aktif untuk eksplorasi mineral logam. Survei ini melibatkan pengambilan contoh endapan sedimen dari sungai-sungai kecil untuk menganalisis kandungan logamnya. Lokasi pengambilan contoh harus mewakili daerah tangkapan sungai dan dilakukan jauh dari hulu agar tidak terkontaminasi. Hasil analisis akan digunakan untuk menentukan lokasi yang berpot
1. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geologi Pulau jawa bagian selatan merupakan daerah yang terbentuk
akibat adanya Gunung api purba. Selain menyuburkan tanah di bagian Selatan,
Gunung Api Purba ini juga menghasilkan Endapan Mineral logam berupa Emas ,
Perak, dan Tembaga. Sepanjang Jalur selatan ini ditemukan berbagai tambang
emas yang ekonomis antara lain : Cibaliung (Banten) , Cikotok (Sukabumi) ,
Pongkor (bogor) , Ciemas (Sukabumi) dan Tumpang Pitu (Banyuwangi).
Gambar I.1 Lokasi Tambang Emas Di Indonesia
Menurut Van Bemmelen daerah selatan Pulau Jawa ini disebut dengan Old
Andesite Formation.Sebutan OAF ini karena sebagian besar selatan jawa
terbentuk akbat endapan vulkanik purba yang menghasilkan batuan dengan
komposisi andesitik Endapan andesit ini lah yang menyusun sebagian besar
pegunungan selatan jawa. Kemenerusan pola ini juga melewati daerah selatan
2. Malang. Sehingga potensi logam emas sangat mungkin juga terdapat di selatan
malang.
BAB 2
TINJAUAN UMUM LOKASI
2.1 Lokasi Daerah Penelitian.
Secara administrasi daerah penelitian termasuk desa Argotirto kecamatan
Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, propinsi jawa timur. Secara geografis
berada pada lembar peta topografi skala 1:100.000 dengan luas kurang lebih 9x 6
m2 dengan kedudukan antar grid UTM zona 49 L antara
(684166/693143),(9080590/9074466). Secara administratif.
a. Utara ; berbatasan dengan desa Sidodadi.
b. Timur; berbatasan dengan desa Margomulyo.
c. Selatan ;berbatasan dengan desa Penguluran
d. Barat ; berbatasan dengan gunung Emi
2.2 Geomorfologi Daerah Penelitian
Daerah penelitian secara umum, sebagian besar terdiri dari pegunungan
dan bukit-bukit landai yang berkelompok dengan bentuk memanjang atau hampir
membulat dan mempunyai arah penyebaran relatif utara selatan. Ketinggian
daerah penelitian antara 12,5 meter hingga 550 meter diatas permukaan laut.
Pembagian daerah penelitian menjadi beberapa satuan geomorfologi pada
dasarnya adalah untuk memisahkan dan mengelompokkan kesamaan aspek pada
suatu lahan yang memiliki karakteristik fisik tertentu. Dasar pemisahan dan
penamaan satuan geomorfologi pada daerah pemetaan mengacu pada konsep dan
klasifikasi berdasarkan sistem pemetaan geomorfologi ITC (Internasional Institute
Aerospace and Earth Science) dalam Van Zuidam (1983). Aspek relief
(morfologi) menunjukkan gambaran umum relief daerah yang terdiri dari aspek
deskriptif seperti dataran dan perbukitan serta aspek morfometri yaitu berupa
besar sudut lereng, ketinggian maupun kekasaran permukaan lahan serta bentuk
3. asal yang menggambarkan asal-usul pembentukan dan perkembangan morfologi
serta proses-proses yang bekerja.
2.3 Stratigrafi Daerah Penelitian.
Klasifikasi satuan stratigrafi daerah pemetaan berdasarkan atas
kenampakan megaskopis, mikroskopis ciri-ciri litologi di lapangan dan
penamaannya merupakan satuan litostratigrafi tidak resmi, bukan formasi, dimana
pembagian satuan itu sendiri dengan dasar pemberian deskriptif ciri – ciri fisik
dan dominasi batuan yang ada dan memiliki penyebaran dominan di permukaan.
Stratigrafi daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi lima satuan
litostratigrafi tidak resmi dari satuan tertua hingga satuan termuda, sebagai
berikut.
1. Satuan Breksi Vulkanik
2. Satuan Tuf
3. Satuan Breksi
4. Satuan Batu Gamping
5. Endapan Aluvial
2.4 Geologi Daerah Malang Selatan
Secara geologi Pegunungan Malang Selatan tersusun atas endapan gunung api,
batuan terobosan dan batuan sedimen. Dari Tua ke muda batuan penyusunnya
antara lain:
a) Formasi Mandalika
Formasi Mandalika ini terdiri dari endapan lava andesit, basal, trakit, dasit,
dan breksi andesit
b) Formasi Wuni
Formasi Wuni ini terdiri dari breksi dan lava berkomposisi andesit dan
basal, breksi tuf, lahar, dan tuf pasiran.Formasi ini menindih tak selaras
dengan formasi mandalika.
c) Formasi Nampol
Formasi Nampol ini terdiri dari endapan sedimen dan tak selaras dengan
Formasi Mandalika Formasi ini terdiri dari endapan batupasir tufaan,
4. batulempung, napal pasiran, batupasir gampingan, dan batulempung
hitam.Formasi ini menjemari dengan Formasi Wonosari
d) Formasi Wonosari
Formasi Wonosari ini trdiri dari terumbu gamping,gamping kristalin, napal
pasiran,batulempung kebiruan, dan batugamping pasiran.
e) Batuan Terobosan (Intrusi)
Batuan terobosan yang ditemui di Malang selatan antara lain :
a. Diorit Kuarsa, Batuan ini menerobos Formasi Mandalika dan
ditemukan dalam keadaan terekahkan atau terdapat kekar yang tak
teratur di Kampung wediawu dan kampung Purwodadi.
b. Granodiorit , Batuan ini menerobos Formasi Mandalika sehingga
terkersikan dan terpropilitkan dan terdapat di Kali Sat, Kali Tundo,
Anak kali Purwo dan tebing - tebing bagian selatan Kampung
Pujiharjo, dan Kampung Purwodadi. Batuan Granodiorit ini dijumpai
mineral pirit dan mineral bijih.
c. Dasit , Batuan ini diperkirakan menerobos Formasi Mandalika.
terdapat di sebelah Utara Kampung Purwodadi dan umumnya telah
lapuk.
7. BAB III
DASAR TEORI
3.1 Survey Sedimen Sungai Aktif (Stream Sediment)
Saigusa (1975); Rose Et Al (1979) dan Fateh Chand (1981) dalam Ghazali
dkk. (1986) dan Sabtanto dkk (2000) mengemukakan bahwa pengambilan conto
endapan sedimen sungai aktif harus mengikuti ketentuan-ketentuan seperti berikut
1. Letak conto harus ditentukan sehingga benar-benar mewakili daerah
seluas yang ditargetkan.
2. Pengambilan conto juga harus dilakukan pada anak sungai, terutarna
sungai orde 1, orde 2 dan orde 3, karena lebih dari itu sudah tidak
mewakili daerah tangkapan atau cacthment area dan tidak memberikan
nilai anomali.
3. Pengambilan conto tidak boleh terlalu dekat dengan muara sungai besar,
hal ini untuk menghindari pengaruh dari sungai utama pada saat banjir
(kontaminasi oleh unsur yang bukan berasal dari hulu anak sungai
tersebut).
4. Tempat Pengambilan conto sebaiknya jauh dari tepi sungai, diambil pada
arus lemah dan pada air yang dangkal. Conto tidak diambil di bagian hilir
dari tempat di mana ada jalan melintas dan longsoran. Conto tidak
diambil pada tempat yang sulit ditentukan lokasinya.
Gambar III.1 Daerah Lingkungan Berenergi Rendah dan Tinggi
8. 5. Posisi petugas pengambil conto di bagian hilir dari conto yang akan
diambil dan diusahakan sesedikit mungkin conto teracak-acak dari
endapan sungai. Sekop yang digunakan dari aluminium atau plastik.
Bagian permukaan endapan sungai yang teroksidasi dibuang. Sebelum
meletakkan di atas ayakan, air dibuang perlahan untuk menghindari
hilangnya fraksi halus. Conto yang disaring dikumpulkan dari daerah
dengan radius 20 meter.
6. Setelah setiap satu atau dua sekop conto endapan sungai telah diambil,
pengayakan dilakukan dengan cara pengayakan basah. Dengan
menuangkan air secara hati-hati, saring conto dengan saringan 80 mesh.
Air yang digunakan untuk menyaring sedikit mungkin dan dengan hati-
hati agar fraksi halus tidak banyak terbuang. Penyaringan fraksi —80
mesh berlangsung hingga terkumpul 150-200 gr berat kering conto
endapan sungai. Di basecamp conto dikumpulkan dan dikeringkan
dengan cara dijemur.
7. Conto endapan sungai dimasukkan ke dalam kantong kertas kraf atau
plastik rangkap dua dan diberi nomor. Nomor conto terdiri dari empat
bagian, yaitu kode daerah, kode petugas, jenis conto, nomor conto.
Penomoran dijelaskan oleh Page dkk (1975).
Survey sedimen sungai aktif banyak digunakan untuk program penyelidikan
pendahuluan, khususnya pada daerah yang medannya sulit. Di daerah tropis,
pengambilan contoh sedimen sungai dapat dilakukan bersamaan dengan
pengamatan geologi dari float dan batuan dasar yang tersingkap. Ada empat
variasi dalam survey sedimen sungai aktif , yaitu:
• Prospeksi mineral berat tanpa analisis kimia
• Analisis konsentrasi mineral berat dari sedimen sungai
• Analisis fraksi halus dari sedimen sungai
• Analisis beberapa fraksi selain fraksi terhalus dari sedimen sungai
3.1.1 Prospeksi Mineral Berat
Teknik ini merupakan metode prospeksi paling tua. Sampai sekarang
masih banyak digunakan untuk prospeksi endapan yang mengandung mineral
9. resisten seperti: kromit, kasiterit, emas, platina, mineral tanah jarang, rutil, sirkon,
turmalin, garnet, silimanit, kianit dsb. Material contoh yang optimum adalah
kerakal dengan diameter rata-rata 5 cm. Untuk dapat melakukan pembandingan
antar contoh, perlu jumlah contoh yang seragam dengan teknik konsentrasi yang
standar.Metode yang paling sederhana adalah pendulangan atau dengan meja
Wilfey. Spasi contoh bervariasi antara satu per 50 – 100 km2 sampai l satu per 0,5
km2. Waktu yang diperlukan tergantung ukuran butir contoh, keadaan medan dan
metode konsentrasi. Identifikasi akhir dari mineral dilakukan secara petrografis di
laboratorium.
3.1.2 Analisis Konsentrat Mineral Berat Dari Sedimen
Konsentrat mineral berat yang diperoleh dianalisis unsur jejaknya untuk
mengetahui mineral asalnya. Contohnya pirit dipisahkan dari sedimen sungai dan
dianalisis Cu-nya. Pirit yang berasal dari endapan Cu dapat mengandung 1100–
1700 ppm Cu, pirit dari endapan Au mengandung 40–480 ppm Cu, dan pirit dari
batubara menandung 100 -120 ppm Cu.
Jumlah conto sari dulang dikumpulkan sebanyak 20-40% dari jumlah
conto endapan sungai. dan sebelum pengambilan conto, dilakukan pengaturan
agar kerapatannya terjaga keseragamannya.
1. Tempat. Idealnya conto sari dulang dikumpulkan dari tempat dengan energi
tinggi, pada bagian sungai berarus deras (Gambar 3.4).
2. Siapkan dulang dan saringan. Perlu diperhatikan dulang dan saringan harus
dalam keadaan bersih. Saringan yang digunakan mempunyai diameter
lubang 2 mm, bebas dari kotoran. Saringan digunakan untuk memisahkan
batuan dan sampah. Letakkan saringan di atas dulang pada tempat yang
stabil dan tidak terganggu arus.
3. Penyekopan endapan. Pengumpulan endapan mirip dengan cara
pengumpulan endapan sungai, hanya saja hilangnya fraksi halus tidak
menjadi masalah.
4. Penyaringan. Penyaringan dengan menggunakan air sampai dulang penuh
(sekitar 5 kg). Fraksi lebih besar 2 mm dibuang ke arah hilir.
5. Pencucian dan pendulangan. Pendulangan lebih mudah apabila fraksi halus
dihilangkan terlebih dahulu. Penghilangan fraksi halus dilakukan dengan
10. cara memutar endapan di dulang pada arus yang lemah. Setelah air
berlumpur sudah tidak ada, pendulangan sudah bisa dilaku-kan.
Pendulangan dilakukan sampai terkumpul sekitar 50 gr mineral berat.
Apabila hasil pen-dulangan belum mencapai 50 gr, dua tiga kali
pendulangan bisa dilakukan sampai terkumpul mineral berat yang
mencukupi.
6. Pembungkusan. Mineral berat diamati menggunakan kaca pembesar
kemudian dimasukkan ke dalam plastik kantong conto dan diberi nomor
Gambar III.2 Pengambilan Conto Mineral Berat Endapan Sungai
Menggunakan Dulang
Pengambilan contoh sedimen aktif fraksi halus banyak digunakan di daerah
yang drainagenya cukup besar dan mengalami erosi aktif. Kerapatan contoh
ditentukan pleh kerapatan drainage, namun secara kasar kerapatan contoh dapat
diambil satu per 2 –10 km2 untuk survey regional, kerapatan contoh satu per 0,5 –
2 km2 digunakan untuk penyontoan pendahuluan yang lebih rinci.
Survey sedimen sungai aktif harus dilakukan pada sungai kecil, sedangkan
sungai yang besar dengan catchment area yang luas tidak sesuai untuk
penyontoan.Interval penyontoan tergantung pada keperluan. Teknik yang
dilakukan umumnya sebagai berikut :
11. • Contoh diambil dari muatan dasar sungai yang bergerak.
• Menganalisis fraksi ukuran tertentu (umumnya fraksi pasir halus dan silt
atau fraksi mineral berat).
Deskripsi lapangan perlu dilakukan pada tiap lokasi contoh Informasi harus
mencakup: material organik, sifat sungai dan endapannya, kehadiran singkapan,
apakah dijumpai endapan besi oksida atau mangan oksida sekunder. Pengukuran
pH air sungai akan sangat berguna. Berikut ini adalah contoh lembar pengamatan
lapangan.
Langkah pertama penyajian hasil survey drainage adalah mengeplot semua
sungai yang ada di daerah penyelidikan dan mengeplot nomor contoh dan
nilainya.Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik dapat dilakukan
pemilihan backgrounddan threshold.Lokasi contoh dapat ditandai dengan titik
hitam, yang ukurannya menunjukkan kandungan logamnya atau dengan
menebalkan sungai yang kandungannya logamnya lebih tinggi.
Dalam eksplorasi mineral, data sedimen sungai aktif biasanya tidak harus
disajikan dalam bentuk peta kontur, tetapi dalam survey regional bentuk peta
kontur lebih praktis untuk melihat kecenderungan geologi regional, kemungkinan
daerah mineralisasi dan mendala geokimia
Pekerjaan lanjut (Follow-up work ) biasa dilakukan dengan interval contoh
yang lebih rapat. Jika pada survey pendahuluan kerapatan contoh cukup tinggi,
maka survey dapat dilanjutkan dengan pengambilan contoh tanah. Sebagai tahap
awal dari survey tanah detil dapat dilakukan penyontoan tebing sungai dari kedua
tepi sungai yang menunjukkan anomali, sehingga dapat terlihat arah asal dari
anomali. Jika singkapannya bagus, pemetaan geologi dan prospeksi mungkin
sudah cukup untuk melokalisasi sumber unsur anomali, namun umumnya
memerlukan survey tanah.
3.2 Survey Tanah
Warna tanah dan perbedaan komposisi dapat merupakan indikator yang
penting untuk berbagai kandungan logam. Contohnya, tanah organik dan
inorganik reaksinya akan berbeda terhadap logam (kandungan logamnya berbeda).
Dari kedua tipe ini dapat diharapkan perbedaan levelbackground yang jelas.
Mengabaikan perbedaan ini akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan
12. keputusan eksplorasi, yaitu anomali yang signifikan tidak terlihat dan anomali
yang salah
Anomali yang salah umumnya berkaitan erat dengan komponen yang
menunjukkan konsentrasi unsur yang ekstrim, seperti pada material organik dan
mineral lempung, juga unsur jejak dalam airtanah.
Kegagalan mendefinisikan kondisi anomali (yang menunjukkan adanya
mineralisasi) dapat terjadi jika contoh tidak berhasil menembus zona pelindian.Ini
sering terjadi pada pengambilan contoh yang tergesa-gesa, sehingga bukti
mineralisasi tidak terlihat.
Unsur jejak yang dikandung contoh tanah umumnya mewakili daerah
terbatas.Oleh karena itu diperlukan sejumlah contoh yang diambil secara
sistematis untuk mengevaluasi sifat-sifat mineralisasi.Perencanaan penyontoan
biasanya mengikuti grid bujur sangkar atau empat persegi panjang.Contoh
tambahan diambil dari lingkungan yang berasosiasi dengan akumulasi unsur jejak,
seperti zona depresi atau rembesan untuk menguji dispersi hidromorfik dari badan
mineral yang tertimbun.
Survey tanah terdiri dari analisis contoh tanah yang biasanya diambil dari
horizon tanah khusus, kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran fraksi tertentu.
Contoh umumnya diambil pada pola kisi (grid) yang beraturan. Di daerah yang
terisolir dengan medan yang sulit, akan sulit pula untuk membuat grid
pengambilan contoh yang baik.
Metode alternatif yang dapat digunakan adalah penyontoan ridge dan spur.
Metode ini sangat baik dikombinasikan dengan survey sedimen sungai untuk
medan yang sulit. Metode pengambilan contoh yang paling ideal adalah dengan
grid yang teratur.Prosedur yang normal adalah menentukan garis dasar kemudian
buat lintasan yang tegak lurus terhadap garis dasar.Penentuan garis dapat
dilakukan dengan theodolit atau kompas.
Pemilihan grid yang digunakan tergantung pada tipe target yang dicari. Jika
diketahui bahwa mineralisasi di daerah itu memiliki dimensi panjang searah
dengan jurus, seperti mineralisasi vein atau unit stratigrafi, maka garis dasar harus
diletakan paralel terhadap jurus.Contoh diambil sepanjang garis lintang yang
tegak lurus pada garis dasar.Dalam kasus ini interval antar garis bisa lebih besar
13. dari interval contoh sepanjang garis dasar.Jika jurusnya tidak dikenal dan
targetnya diduga equidimensional, maka pengambilan contoh dilakukan dengan
grid yang berbentuk bujur sangkar.
Untuk praktisnya sering digunakan grid segi empat panjang, karena
penambahan frekuensi smpling sepanjang garis dasar tidak membutuhkan banyak
waktu. Ukuran grid yang digunakan umumnya 500 m x 100 m atau 200 m x 200
m untuk survey pendahuluan dan 100 m x 50 m atau 50 m x 50 m untuk survey
detil. Kadang-kadang digunakan juga grid jajaran genjang .
Pengambilan contoh :
• Contoh tanah umumnya diambil pada horizon B, pada kedalaman 30 – 50
cm. Untuk unsur tertentu seperti Ag dan Hg horizon A dapat memberikan
hasil yang lebih baik. Pada daerah yang keras dan kering contoh diambil
dengan menggali lubang kecil dengan menggunakan sekop dan cangkul.
Jika tanah lunak dan lembab dapat digunakan sekop kecil atau hand
auger. Contoh ditempatkan pada kantong contoh standar, diberi nomor
dan keterangan singkat yang mencakup tipe tanah, warna, kandungan
organik. Gejala khusus sepanjang lintasan perlu dicatat, contohnya
singkapan, jalan setapak, sungai.
• Sistem penomoran tergantung pada pola pengambilan contoh. Untuk pola
grid lebih baik menggunakan sistem koordinat dengan mengambil titik 0
pada garis lintasan dasar, dan memberi nomor rujukan pada tiap garis
lintang. Namun penomoran alfanumerik kurang praktis untuk analisis
laboratorium. Cara penomoran lain menggunakan kode enam sampai
delapan digit yang merupakan kode proyek, daerah dan nomor contoh,
misalnya nomor 2040325 bisa berarti proyekk 2, kode daerah 04, contoh
0325. Tipe ini lebih baik untuk pengolahan data dengan komputer.
• Di daerah kering dan banyak matahari, contoh dapat dikeringkan di
tempat terbuka di camp, tapi di daerah basah dibutuhkan alat pengering.
Jika contoh sudah kering, dapat digerus dan diayak. Di daerah tropis
yang didominasi tanah latosol penggerusan dapat dilakukan dengan
mortar agar agregat oksida besinya hancur. Ayakan dari stainless steel
atau dari nilon dapat digunakan Sebelum mengayak tiap-tiap sampel,
14. ayakan harus bersih. Ayakan dapat dibersihkan dengan kuas ukuran 3,5
cm atau 5 cm. Hasil pengayakan dimasukkan ke dalam amplop kertas,
kemudian ke dalam kantong plastik agar tidak bocor atau terkontaminasi
pada waktu pengangkutan. Fraksi ukuran yang umum untuk contoh
geokimia adalah - 80 mesh (0,2 mm), tapi ukuran yang lebih halus atau
lebih kasar dapat digunakan untuk kasus-kasus tertentu.
• Pada daerah baru yang belum diselidiki dianjurkan untuk melakukan
survey orientasi untuk menentukan fraksi ukuran yang optimum untuk
analisis, kedalaman penyontoan yang terbaik , jika mungkin respons
geokimia dari mineralisasi .
• Hasi survey tanah biasanya disajikan dalam bentuk peta kontur yang
mengacu pada isopleth (garis yang konsentrasinya sama). Selang antar
kontur dapat digambarkan dengan warna atau arsir.Tiap titik contoh dan
harganya harus diperlihatkan, tapi nomornya tidak perlu diterakan agar
tidak membingungkan.Pola pengambilan contoh yang tidak beraturan
dapat disajikan dalam peta dot, atau dengan memberikan warna yang
berbeda pada setiap titik contoh.
• Survey lanjut (follow-up) dilakukan dengan spasi grid yang lebih rapat.
Contohnya suatu anomali yang terdapat pada grid penyelidikan
pendahuluan 500×200 m dapat dipenyontoan lagi dengan grid 250×100
m atau lebih rapat lagi, tapi grid yang lebih rapat dari 25×25 m umumnya
kurang menguntungkan, kecuali jika target yang diharapkan berupa vein
yang sangat kecil atau pegmatit. Jika hasil survey lanjut menjanjikan,
maka pada daerah anomali dapat dilnjutkan dengn survey geofisika
sebelum diputuskan dilakukan pemboran.
3.3 Survey Batuan
Dalam rangka mendapatkan informasi kelimpahan background dari unsur
yang dianalisis dalam survey tanah atau sedimen sungai aktif perlu dilakukan
sedikitnya pengambilan contoh batuan secara terbatas.
Dalam penyelidikan geokimia endapan sungai, conto batuan mempunyai peranan
sebagai pelengkap yang akan berguna untuk menentukan kadar unsur dalam
batuan di daerah anomali geokimia. Nilai unsur yang diperoleh dari conto batuan
15. akan berguna sebagai nilai latar belakang unsur-unsur guna membantu dalam
mengindikasikan ada atau tidaknya mineralisasi di daerah penelitian. Cara
pengambilan conto batuan ada empat macam, yaitu :
1. Cara suban (chip sampling).
2. Cara alur (channel sampling).
3. Cara comot (grab sampling)
4. Cara meruah (bulk sampling).
Survey batuan dapat dilakukan sendiri untuk mendeteksi kemungkinan
dispersi primer yang berasosiasi dengan bijih. Survey batuan dapat digunakan
untuk prospeksi mineralisasi pada kondisi berikut:
• Prospeksi bijih yang meghasilkan pola dispersi batuan dasar yang luas
(contohnya seperti Si, K, F, Cl dapat dijumpai pada lingkaran alterasi
yang ekstensif mengitari bijih hidrotermal).
• Prospeksi untuk endapan yang luas berkadar rendah (contohnya endapan
Cu yang tersebar atau endapan Sn yang tersebar) yang pengenalannya
tidak mungkin dilakukan dari contoh setangan karena kadarnya rendah
atau mineral yang dicari tidak terlihat.
Pengambilan contoh batuan bisa dilakukan dengan chip sampling secara acak
pada singkapan atau dengan pemboran dengan pola grid (bor auger untuk
kedalaman yang kecil, atau denganrotary percussion untuk daerah yang
overburdennya tebal). Contoh batuan, yang diperoleh digerus dan diayak. Fraksi –
80 mesh dianalisis.
16. BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Alat dan Bahan
1. GPS
2. Kompas geologi
3.Saringan berukuran -80#
4. Palu geologi
5. Loupe
6. Sekop
7.Cangkul
8. Kantong kertas kraf
9. Sampel- sampel
10. Batuan-batuan.
4.2 Lokasi Daerah Penelitian.
Secara administrasi daerah penelitian termasuk desa Argotirto kecamatan
Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, propinsi jawa timur. Secara geografis
berada pada lembar peta topografi skala 1:100.000 dengan luas kurang lebih 9x 6
m2 dengan kedudukan antar grid UTM zona 49 L antara
(684166/693143),(9080590/9074466). Secara administratif.
a. Utara ; berbatasan dengan desa sididadi.
b. Timur; berbatasan dengan desa margomulyo.
c. Selatan ;berbatasan dengan desa penguluran
d. Barat ; berbatasan dengan gunung emi
4.3 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dan pengolahan
meliputi : tahapan pendahuluan, tahapan pengumpulan data, tahapan analisis dan
interprestasi serta tahapan penyelesaian dan penyajian data.
4.4 Pengumpulan Data dan Penelitian lapangan
Dilakukan untuk pencarian dan pengumpulan data di lapangan meliputi :
pengamatan dan penyusuran aliran sungai, pengamatan dan pemmerian batuan
17. serta pengamatan pada penyontohan tanah. Penelitian ini bermaksud untuk
memperoleh data primer dari penyontohan aliran sungai, penyontohan batuan dan
penyontohan tanah.
4.5 Analisis Data
Tahapan analisis data meliputi analisis aliran sungai ( lapangan ) analisis sampel
batuan dan analisis tanah
4.6 Diagaram Alir
18. BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Endapan Pirofilit Daerah Penelitian.
Bentuk endapan mineral pirofilit di lokasi penelitian merupakan endapan
yang tebal dan tidak/belum diketahui batas perlapisan dengan kemiringan lereng
relatif mencapai 5 derajat - 87 derajat. Sampai saat ini ketebalan yang terlihat
anatara 30 - 40 m . Berdasarkan hasil pengamatan permukaan (surface mapping)
di dapat penyebaran pirofilit di permukaan sebesar 3.235.122,6 m3. Karakteristik
endapan pirofilit pada lokasi penelitian bersifat padat ( masif). Berwarna putih,
putih kehijauan sampai putih kecoklatan, kekerasan mencapai 1 - 1,5 skala mhos.
Genesa Pirofilite Daeda Daerah Penelitian
Proses pembentukan pirofilit pada daerah penelitian tidak lepas dari tatanan
stratigrafi daerah penelitian dan proses geologi yang terjadi pada daerah
penelitian, dimana pada daerah penelitian pada kala Oligosen Akhir - Miosen
Akhir terjadi proses geologi yang memungkinkan terbentuknya endapan pirofilit
akibat intrusi oleh batuan terobosan ( Tomi), granodiorit dan dasit, dan
mengintrusi batuan dari formasi mandalika( Tomm), terdiri dari batuan Lava
Andesit, basalt, trakit, dasit dan breksi andesit, yang diendapkan secara tidak
selaras dengan formasi anggota tuff formasi mandalika ( Tomi), terdiri dari batuan
tuf Andesit - Riolit - Dasit dan breksi Tuf berbatuapung. Akibat intrusi dari
formasi batuan tertrobosan ( Tomi) pada daerah penelitian terjadi ubahan batuan
(rock alteration). Pada daerah penelitian batuan intrusi yang berkembang berupa
intrusi dasit yang mengintrusi formasi anggota tuf mandalika terdiri dari tuff
19. andesit-riolit-dasit dan breksi tuf berbatuapung. Sifat batuan yang menerobos
mencirikan larutan hydrotermal, merubah batuan yang diterobos( batuan asal
pirofilit) bersifat asam dan batuan yang terubah menjadi pirofilit juga bersifat
asam. Kondisi ini membentuk endapan pirofilit yang akan silikat ( SiO2) dan
alumina ( AI2O3) yang terdapat pada daerah penelitian.
Gambar V.1 Endapan Soil dan Pirofilit
Gambar Pirofilit
20. Pemanfaatan Pirofilit
Kegunaan pirofilit didaerah penelitian digunakan sebagaibahan dasar membuat
bahan baku industri keramik, porselin, industri kosmetik, pabrik kertas, dan
industri cat. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan baku beton untuk
meningkatkan kekuatan tekan beton penghematan semen.
A. Metode Sedimen Sungai
Saigusa (1975); Rose Et Al (1979) dan Fateh Chand (1981) dalam
Ghazali dkk. (1986) dan Sabtanto dkk (2000) mengemukakan bahwa
pengambilan conto endapan sedimen sungai aktif harus mengikuti ketentuan-
ketentuan seperti berikut :
5. Letak conto harus ditentukan sehingga benar-benar mewakili daerah seluas
yang ditargetkan.
6. Pengambilan conto juga harus dilakukan pada anak sungai, terutarna sungai
orde 1, orde 2 dan orde 3, karena lebih dari itu sudah tidak mewakili daerah
tangkapan atau cacthment area dan tidak memberikan nilai anomali.
7. Pengambilan conto tidak boleh terlalu dekat dengan muara sungai besar, hal
ini untuk menghindari pengaruh dari sungai utama pada saat banjir
(kontaminasi oleh unsur yang bukan berasal dari hulu anak sungai tersebut).
8. Tempat Pengambilan conto sebaiknya jauh dari tepi sungai, diambil pada
arus lemah dan pada air yang dangkal. Conto tidak diambil di bagian hilir
dari tempat di mana ada jalan melintas dan longsoran. Conto tidak diambil
pada tempat yang sulit ditentukan lokasinya.
Beberapa pertimbangan dan alasan pemilihan metoda sedimen sungai adalah:
a) Dipakai dalam eksplorasi tahap awal (regional geochemical
reconnaissance) diareal yang luas
b) Menangkap dispersi geokimia sekunder di sepanjang aliran sungai
c) Keuntungan: mampu menjangkau daerah yang luas dalam waktu yang
singkat, jumlah conto yang relatif sedikit, dan biaya yang relatif murah.
21. Beberapa metoda yang dilakukan dalam metoda sedimen sungai adalah:
1. Sedimen sungai aktif (stream sediment, SS), yaitu mengambil fraksi
berukuran silt-clay dengan cara menyaring sedimen dengan saringan
berukuran -80#. Tujuan dari metoda ini adalah menangkap butiran emas dan
base metal berukuran halus.
Gambar pengambilan conto sedimen sungai aktif
2. Konsentrat dulang (pan concentrate, PC) yaitu mengambil fraksi mineral
berat dalam sedimen sungai dengan cara mendulang dengan tujuan
menangkap emas berbutir kasar dan mineral berat lainnya. Dapat dilihat
seperti gambar di bawah ini :
Gambar geologist mengambil sampel dulang
3. Bulk Leach Extractable Gold (BLEG), semua fraksi sedimen diambil tanpa
terkecuali. Tujuannya untuk menangkap semua butiran emas dan mampu
mendeteksi kadar emas yang sangat rendah (ambang deteksi 0,1 ppb). Dalam
prakteknya BLEG dilakukan pada tahap awal dengan densitas 1 conto per 5-
10 km, sedangkan SS dan PC dilakukan pada tahap berikutnya dengan
22. densitas1 conto per 1-3 km. Contoh peta yang dihasilkan dengan
menggunakan metoda geokimia dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
B. Metode Percontoan Tanah ( Soil Sampling )
Warna tanah dan perbedaan komposisi dapat merupakan indikator yang
penting untuk berbagai kandungan logam. Contohnya, tanah organik dan
inorganik reaksinya akan berbeda terhadap logam (kandungan logamnya berbeda).
Dari kedua tipe ini dapat diharapkan perbedaan levelbackground yang jelas.
Mengabaikan perbedaan ini akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan
keputusan eksplorasi, yaitu anomali yang signifikan tidak terlihat dan anomali
yang salah
Anomali yang salah umumnya berkaitan erat dengan komponen yang
menunjukkan konsentrasi unsur yang ekstrim, seperti pada material organik dan
mineral lempung, juga unsur jejak dalam airtanah.
Kegagalan mendefinisikan kondisi anomali (yang menunjukkan adanya
mineralisasi) dapat terjadi jika contoh tidak berhasil menembus zona pelindian.
Ini sering terjadi pada pengambilan contoh yang tergesa-gesa, sehingga bukti
mineralisasi tidak terlihat.
Unsur jejak yang dikandung contoh tanah umumnya mewakili daerah
terbatas. Oleh karena itu diperlukan sejumlah contoh yang diambil secara
sistematis untuk mengevaluasi sifat-sifat mineralisasi. Perencanaan penyontoan
biasanya mengikuti grid bujur sangkar atau empat persegi panjang. Contoh
23. tambahan diambil dari lingkungan yang berasosiasi dengan akumulasi unsur jejak,
seperti zona depresi atau rembesan untuk menguji dispersi hidromorfik dari badan
mineral yang tertimbun.
Survey tanah terdiri dari analisis contoh tanah yang biasanya diambil dari
horizon tanah khusus, kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran fraksi
tertentu. Contoh umumnya diambil pada pola kisi (grid) yang beraturan. Di daerah
yang terisolir dengan medan yang sulit, akan sulit pula untuk membuat grid
pengambilan contoh yang baik.
Metode alternatif yang dapat digunakan adalah penyontoan ridge dan
spur. Metode ini sangat baik dikombinasikan dengan survey sedimen sungai untuk
medan yang sulit. Metode pengambilan contoh yang paling ideal adalah dengan
grid yang teratur. Prosedur yang normal adalah menentukan garis dasar kemudian
buat lintasan yang tegak lurus terhadap garis dasar. Penentuan garis dapat
dilakukan dengan theodolit atau kompas.
Pemilihan grid yang digunakan tergantung pada tipe target yang dicari. Jika
diketahui bahwa mineralisasi di daerah itu memiliki dimensi panjang searah
dengan jurus, seperti mineralisasi vein atau unit stratigrafi, maka garis dasar harus
diletakan paralel terhadap jurus.Contoh diambil sepanjang garis lintang yang
tegak lurus pada garis dasar.Dalam kasus ini interval antar garis bisa lebih besar
dari interval contoh sepanjang garis dasar.Jika jurusnya tidak dikenal dan
targetnya diduga equidimensional, maka pengambilan contoh dilakukan dengan
grid yang berbentuk bujur sangkar.
Untuk praktisnya sering digunakan grid segi empat panjang, karena
penambahan frekuensi sampling sepanjang garis dasar tidak membutuhkan
banyak waktu. Ukuran grid yang digunakan umumnya 500 m x 100 m atau 200 m
x 200 m untuk survey pendahuluan dan 100 m x 50 m atau 50 m x 50 m untuk
survey detil. Kadang-kadang digunakan juga grid jajaran genjang .
Pengambilan contoh :
• Contoh tanah umumnya diambil pada horizon B, pada kedalaman 30 – 50 cm.
Untuk unsur tertentu seperti Ag dan Hg horizon A dapat memberikan hasil
yang lebih baik. Pada daerah yang keras dan kering contoh diambil dengan
menggali lubang kecil dengan menggunakan sekop dan cangkul. Jika tanah
24. lunak dan lembab dapat digunakan sekop kecil atau hand auger. Contoh
ditempatkan pada kantong contoh standar, diberi nomor dan keterangan
singkat yang mencakup tipe tanah, warna, kandungan organik. Gejala khusus
sepanjang lintasan perlu dicatat, contohnya singkapan, jalan setapak, sungai.
• Sistem penomoran tergantung pada pola pengambilan contoh. Untuk pola
grid lebih baik menggunakan sistem koordinat dengan mengambil titik 0 pada
garis lintasan dasar, dan memberi nomor rujukan pada tiap garis lintang.
Namun penomoran alfanumerik kurang praktis untuk analisis laboratorium.
Cara penomoran lain menggunakan kode enam sampai delapan digit yang
merupakan kode proyek, daerah dan nomor contoh, misalnya nomor 2040325
bisa berarti proyekk 2, kode daerah 04, contoh 0325. Tipe ini lebih baik untuk
pengolahan data dengan komputer.
Di daerah kering dan banyak matahari, contoh dapat dikeringkan di tempat
terbuka di camp, tapi di daerah basah dibutuhkan alat pengering. Jika contoh
sudah kering, dapat digerus dan diayak. Di daerah tropis yang didominasi
tanah latosol penggerusan dapat dilakukan dengan mortar agar agregat oksida
besinya hancur. Ayakan dari stainless steel atau dari nilon dapat digunakan
Sebelum mengayak tiap-tiap sampel, ayakan harus bersih. Ayakan dapat
dibersihkan dengan kuas ukuran 3,5 cm atau 5 cm. Hasil pengayakan
dimasukkan ke dalam amplop kertas, kemudian ke dalam kantong plastik
agar tidak bocor atau terkontaminasi pada waktu pengangkutan. Fraksi
ukuran yang umum untuk contoh geokimia adalah - 80 mesh (0,2 mm), tapi
ukuran yang lebih halus atau lebih kasar dapat digunakan untuk kasus-kasus
tertentu.
• Pada daerah baru yang belum diselidiki dianjurkan untuk melakukan
survey orientasi untuk menentukan fraksi ukuran yang optimum untuk
analisis, kedalaman penyontoan yang terbaik , jika mungkin respons
geokimia dari mineralisasi .
• Hasi survey tanah biasanya disajikan dalam bentuk peta kontur yang
mengacu pada isopleth (garis yang konsentrasinya sama). Selang antar
kontur dapat digambarkan dengan warna atau arsir.Tiap titik contoh dan
harganya harus diperlihatkan, tapi nomornya tidak perlu diterakan agar
25. tidak membingungkan. Pola pengambilan contoh yang tidak beraturan
dapat disajikan dalam peta dot, atau dengan memberikan warna yang
berbeda pada setiap titik contoh.
Survey lanjut (follow-up) dilakukan dengan spasi grid yang lebih rapat.
Contohnya suatu anomali yang terdapat pada grid penyelidikan pendahuluan
500×200 m dapat dipenyontoan lagi dengan grid 250×100 m atau lebih rapat lagi,
tapi grid yang lebih rapat dari 25×25 m umumnya kurang menguntungkan, kecuali
jika target yang diharapkan berupa vein yang sangat kecil atau pegmatit. Jika hasil
survey lanjut menjanjikan, maka pada daerah anomali dapat dilanjutkan dengan
survey geofisika sebelum diputuskan dilakukan pemboran.
Situasi dimana survei soil dilakukan antara lain :
1. Survei pendahuluan dilakukan di daerah yang pola pengalirannya tidak
berkembang
2. Survei lanjutan dilakukan di daerah anomali yang dilokalisir oleh survei
sedimen sungai
3. Survei lanjutan di daerah anomali yang dilokallisir oleh survei geofisika
4. Survei lanjutan di sekitar lokasi Gossan
5. Mendeliniasi target bor uji di sekitar mineralisasi yang diketahui
Pola pengambilan sampel Ridge and Spur ( Rose et al. 1979 )
Kondisi yang harus diperhatikan pada waktu melakukan sampling dengan metoda
percontoan tanah adalah :
26. 1. Cukup material yang diambil untuk analisis
2. Conto diambil dari horison yang sama
3. Jika horison soil tidak berkembang, conto diambil pada kedalaman yang
sama
4. Conto harus diambil dari jenis soil yang sama (residual/ transported)
5. Faktor yang menyebabkan adanya kontaminasi pada sampel harus
diketahui.
C. Metode Percontoan Batuan (Rock Sampling )
Dalam rangka mendapatkan informasi kelimpahan background dari unsur
yang dianalisis dalam survey tanah atau sedimen sungai aktif perlu dilakukan
sedikitnya pengambilan contoh batuan secara terbatas.
Dalam penyelidikan geokimia endapan sungai, conto batuan mempunyai peranan
sebagai pelengkap yang akan berguna untuk menentukan kadar unsur dalam
batuan di daerah anomali geokimia. Nilai unsur yang diperoleh dari conto batuan
akan berguna sebagai nilai latar belakang unsur-unsur guna membantu dalam
mengindikasikan ada atau tidaknya mineralisasi di daerah penelitian. Cara
pengambilan conto batuan ada empat macam, yaitu :
5. Cara suban (chip sampling).
6. Cara alur (channel sampling).
7. Cara comot (grab sampling)
8. Cara meruah (bulk sampling).
Survey batuan dapat dilakukan sendiri untuk mendeteksi kemungkinan
dispersi primer yang berasosiasi dengan bijih. Survey batuan dapat digunakan
untuk prospeksi mineralisasi pada kondisi berikut:
• Prospeksi bijih yang meghasilkan pola dispersi batuan dasar yang luas
(contohnya seperti Si, K, F, Cl dapat dijumpai pada lingkaran alterasi yang
ekstensif mengitari bijih hidrotermal).
• Prospeksi untuk endapan yang luas berkadar rendah (contohnya endapan Cu
yang tersebar atau endapan Sn yang tersebar) yang pengenalannya tidak
27. mungkin dilakukan dari contoh setangan karena kadarnya rendah atau mineral
yang dicari tidak terlihat.
Pengambilan contoh batuan bisa dilakukan dengan chip sampling secara
acak pada singkapan atau dengan pemboran dengan pola grid (bor auger untuk
kedalaman yang kecil, atau dengan rotary percussion untuk daerah yang
overburdennya tebal). Contoh batuan, yang diperoleh digerus dan diayak. Fraksi –
80 mesh dianalisis.
a. Dilakukan dalam tahap akhir eksplorasi permukaan
b. Lokasi pengambilan conto: singkapan, float, pits, trenches, drill holes
c. Menangkap dispersi geokimia primer
d. Dimaksudkan untuk keperluan analisis kimia mineral (unsur utama, unsur
target,unsur pathfinder) dan fisika mineral (petrografi, X-Ray, dan inklusi
fluida).
Beberapa cara pengambilan conto yang dapat dilakukan adalah dengan :
1. Grab / specimen
2. Chip
3. Channel / Panel
4. Drill cutting / Core
28. BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan dan Saran
1. Eksplorasi adalah penyelidikan yang dilakukan untuk mengidentifikasi,
menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak dan sebaran, kuantitas dan
kualitas suatu sumberdaya geologi untuk kemudian dapat dilakukan
analisis atau kajian kemungkinan dilakukannya penambangan
2. Metode yang digunakan dalam eksplorasi geokimia yaitu :
a. Penyontohan dengan aliran sungai
b. Penyontohan tanah
c. Penyontohan batuan
3. Bentuk endapan mineral pirofilit di lokasi penelitian merupakan endapan yang
tebal dan tidak/belum diketahui batas perlapisan dengan kemiringan lereng
relatif mencapai 5 derajat - 87 derajat. Sampai saat ini ketebalan yang terlihat
anatara 30 - 40 m . Berdasarkan hasil pengamatan permukaan (surface
mapping) di dapat penyebaran pirofilit di permukaan sebesar 3.235.122,6 m3.
Karakteristik endapan pirofilit pada lokasi penelitian bersifat padat ( masif).
Berwarna putih, putih kehijauan sampai putih kecoklatan, kekerasan mencapai
1 - 1,5 skala mhos.
4. Proses pembentukan pirofilit pada daerah penelitian tidak lepas dari tatanan
stratigrafi daerah penelitian dan proses geologi yang terjadi pada daerah
penelitian, dimana pada daerah penelitian pada kala Oligosen Akhir - Miosen
Akhir terjadi proses geologi yang memungkinkan terbentuknya endapan
pirofilit akibat intrusi oleh batuan terobosan ( Tomi), granodiorit dan dasit, dan
mengintrusi batuan dari formasi mandalika( Tomm), terdiri dari batuan Lava
Andesit, basalt, trakit, dasit dan breksi andesit, yang diendapkan secara tidak
selaras dengan formasi anggota tuff formasi mandalika ( Tomi), terdiri dari
29. batuan tuf Andesit - Riolit - Dasit dan breksi Tuf berbatuapung. Akibat intrusi
dari formasi batuan tertrobosan ( Tomi) pada daerah penelitian terjadi ubahan
batuan (rock alteration). Pada daerah penelitian batuan intrusi yang
berkembang berupa intrusi dasit yang mengintrusi formasi anggota tuf
mandalika terdiri dari tuff andesit-riolit-dasit dan breksi tuf berbatuapung. Sifat
batuan yang menerobos mencirikan larutan hydrotermal, merubah batuan yang
diterobos( batuan asal pirofilit) bersifat asam dan batuan yang terubah menjadi
pirofilit juga bersifat asam. Kondisi ini membentuk endapan pirofilit yang akan
silikat ( SiO2) dan alumina ( AI2O3) yang terdapat pada daerah penelitian.