SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
GEOLOGI DAN EVALUASI KESTABILAN LERENG
PADATAMBANG NIKELTERBUKA
KECAMATAN PETASIATIMUR, KABUPATEN MOROWALI UTARA, PROVINSI
SULAWESI TENGAH
KAMIS, 4 FEBRUARI 2021
METODOLOGI & KAJIAN PUSTAKA
DIAGRAM ALIR
Gambar. Diagram Alir Penelitian
METODOLOGI & KAJIAN PUSTAKA
BATUAN ULTRAMAFIK
Menurut Streckeisen (1973), batuan ultramafic dibagi menjadi:
1. Peridotit, Merupakan batuan ultramafik dengan kandungan mineral olivin
dan piroksen, serta mineral mafik lainnya, dimana mineral olivin >40%.
Peridotit dapat dibagi menjadi
a. Dunit, terdiri atas >90% mineral olivin, dengan mineral aksesori
kromit.
b. Harzburgit, kandungan olivin dan orthopiroksen.
c. Wehrlit, kandungan olivin dan klinopiroksen
d. Lherzolit, kandungan olivin, klinopiroksen, serta ortopiroksen.
2. Piroksenit, Dibedakan menjadi ortopiroksenit, websterit, klinopiroksenit,
olivin ortopiroksenit, olivin websterit, dan olivine klinoprioksenit
berdasarkan jenis piroksennya.
3. Hornblendit, Merupakan batuan ultramafik dengan kandungan >90%
hornblenda
Gambar. Diagram Klasifikasi batuan ultramafic menurut
Streckeisen (1973)
METODOLOGI & KAJIAN PUSTAKA
ENDAPAN NIKEL LATERIT
Evans (1933), endapan nikel residual terbentuk karena tingginya intensitas pelapukan kimia batuan yang mengandung Ni di daerah
tropis, batuan tersebut adalah peridotit, serpentinit, dan beberapa batuan lainnya. Serpentinisasi peridotit akan merubah olivin menjadi serpentin
dan akan membentuk mineral pembawa Ni berupa garnierit. Ni dalam batuan ultramafik biasanya terdapat dalam mineral mafik. Pada umumnya
mempunyai proporsi : olivin > orthopiroksen > klinopiroksen. Kromit dan magnetit mungkin juga berisi sedikit Ni.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih
Nikel Laterit :
1. Batuan asal
2. Iklim
3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi
4. Struktur Batuan Beku
5. Topografi
6. Waktu
Gambar. Profil Laterit (Waheed, 2009)
METODOLOGI & KAJIAN PUSTAKA
KESTABILAN LERENG
Analisis kestabilan lereng didasarkan pada konsep keseimbangan batas (Limit Equilibrium). LEM adalah metode yang menggunakan
prinsip kesetimbangan gaya. Dalam menganalisis stabilitas lereng menggunakan metode kesetimbangan batas diperlukan metode irisan untuk
mendapatkan hasil faktor keamanan lereng. Material diatas permukaan gelincir dibagi menjadi beberapa irisan tegak.
Gambar. Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Irisan
GEOLOGI REGIONAL
FISIOGRAFI REGIONAL
Sulawesi terletak pada zona konvergen antara tiga
lempeng lithosfer, yaitu Lempeng Australia yang bergerak ke
utara, pergerakan ke barat Lempeng Pasifik, dan Lempeng
Eurasia di bagian selatan-tenggara. Sulawesi tengah tersusun
oleh Kompleks Pompangeo, batugamping malih, dan ofiolit.
Ofiolit juga disebut Lajur Ofiolit Sulawesi Timur, yang
didominasi oleh batuan ultrabasa dan basal serta sedimen
pelagik. Batuan ultramafik terdiri atas harzburgit, dunit,
werlit, lerzolit, websterit, serpentinit, dan peridotit.
Gambar. Peta Geologi Daerah Sulawesi (Parkinson, 1998)
GEOLOGI REGIONAL
STRATIGRAFI REGIONAL
Daerah penelitian termasuk kedalam Formasi Kompleks Ultramafik pada Geologi Lembar Bungku. Mandala Sulawesi Timur
meliputi Kompleks Ultramafik (Ku) yang sampai saat ini umumya masih dianggap yang paling tua. Batuannya terdiri dari harzburgit,
lherzolit, wehrlit, websterlit, serpentinit, dunit dan gabro.
Daerah
Penelitian
Gambar. Daerah Penelitian Pada Peta Geologi Lembar Bungku,
Sulawesi Oleh Simandjuntak, dkk. (1993)
Gambar. Korelasi Satuan Peta Dari Peta Geologi Regional
Lembar Bungku (Simandjuntak, dkk 1993)
GEOLOGI REGIONAL
TEKTONIK REGIONAL
Pergerakan Tektonik yang terjadi pada daerah Sulawesi
Tengah Sekarang:
1. Pembentukan Lempeng Oceanic pada zaman Kapur Awal-
Kapur Akhir.
2. Obduksi pada kala Eosen – Oligosen.
3. Subduksi pada kala Miosen Awal.
4. Kolisi pada kala Miosen Akhir.
Gambar. Tektonik Regional Sulawesi Timur (Kadarusman, 2004)
GEOLOGI DAERAH KEUNO
GEOMORFOLOGI
D1
D2
A1
Tabel. Geomorfologi Daerah Keuno (mengacu pada Van Zuidam, 1983 dan David Lourant, 2003)
GEOLOGI DAERAH KEUNO
SATUAN PERIDOTIT
Sayatan tipis batuan beku plutonik ultrabasa ini
memiliki deskripsi batuan sebagai berikut : warna
absorbsi netral-kecoklatan, indeks warna 80%, Derajat
Kristalinitas Holokristalin, Granularitas Fanerik
sedang-kasar, Bentuk Kristal Subhedral-Anhedral,
Ukuran Kristal 0,5mm-5mm, Relasi Inequigranular
Hipidiomorfik, memiliki tesktur khusus Mesh
Structure pada mineral Olivin. Disusun oleh mineral
Olivin, Clinopiroksen, Orthopiroksen, Antigorit, dan
Opaq. Nama batuannya adalah Hazburgit menurut
Streckeisen (1973)
Gambar. Kenampakan singkapan Peridotit LP 26
tersingkap di area masuk daerah Pit, arah kamera N 302° E
Gambar. Analisis Petrografi LP 26 dengan Nama Hazburgit (Streckeisen, 1973)
Oli
Cli Ort
Opq
Anti
GEOLOGI DAERAH KEUNO
SATUAN SERPENTINIT
Sayatan tipis batuan metamorf non-foliasi ini
memiliki deskripsi batuan sebagai berikut : warna
absorbsi netral – kecoklatan, Struktur Liniasi, Tekstur
Nematoblastik, disusun oleh mineral Olivin,
Chrysotille, Antigorit, dan Opaq. Nama batuannya
adalah Serpentinit Winkler (1979)
Gambar. Kenampakan singkapan Serpentinit LP 85
tersingkap di Timur daerah Pit, arah kamera N 77° E
Gambar. Analisis Petrografi LP 85 dengan Nama Serpentint (Winkler, 1979)
Oli
Krsl
Anti
Opq
GEOLOGI DAERAH KEUNO
STRUKTUR KEKAR LP 59
Berdasarkan analisa kekar pada lokasi pengamatan 59 maka
didapatkan : shear joint 1 N 308° E/ 48°, shear joint 2 N 274° E/ 66°,
tegasan maksimum (T1) 37°, N 292° E, tegasan menengah (T2) 43°, N
68° E, tegasan minimum (T3) 35°, N 202°E
Gambar. Hasil Analisis Stereografis Kekar LP 59
Gambar. Data Pengukuran Kekar pada LP 59
Gambar. Kenampakan struktur kekar LP 59
tersingkap di daerah alur liar, arah kamera N 93° E
GEOLOGI DAERAH KEUNO
SEJARAH GEOLOGI
1. Pada zaman Kapur Awal (120 Ma.), batuan pada
daerah penelitian ini diperkirakan berasal dari Mid Oceanic
Ridge Samudra Pasifik.
2. Pada kala Eosen (40 Ma.), daerah Keuno (ESO)
bergerak kearah barat mendekati dengan batas dari
mikrokontinen Australia yang diapit oleh kerak samudra di
belakangnya. Pada kala Oligosen (30 Ma.) daerah Keuno
(ESO) mengalami obduksi dengan batas kerak samudra.
Gambar. Awal Pembentukan Sekuen Ofiolit Pada
Zona MOR Pada Zaman Kapur
Gambar. Obduksi yang Menyebabkan Zona Ofiolit Terangkat
ke Permukaan Pada Kala Eosen - Oligosen
Gambar. Tumbukan Mikrokontinen Banggai Sula dan
Sulawesi Bagian Barat Pada Kala Miosen Akhir
GEOLOGI DAERAH KEUNO
4. Saat Pliosen, seluruh area didominasi oleh block faulting
dan sesar utama seperti sesar Palu-Koro dan sesar Matano.
Pergerakan struktur sesar ini membentuk morfologi Pulau Sulawesi
yang sekarang (Sompotan, 2012). Sesar mendatar kiri pada lokasi
penelitian berkaitan dengan segmen dari sesar regional Matano.
3. Pada kala Miosen Akhir (10 Ma.) daerah Keuno (ESO)
mengalami kolisi akibat adanya pergerakan mikrokontinen
Banggai-Sula kearah barat sehingga menyebabkan daerah Keuno
(ESO) terangkat ke permukaan dan membentuk sesar naik.
SEJARAH GEOLOGI
Gambar. Pembentukan Sesar Mendatar Keuno Pada Berkaitan
Dengan Segmen Sesar Regional Matano Pada Kala Pliosen
GEOLOGI DAERAH KEUNO
POTENSI POSITIF
Gambar. Profil Nikel Laterit Pada LP 47
Gambar. Endapan Bijih Nikel Laterit
GEOLOGI DAERAH KEUNO
POTENSI NEGATIF
Gambar. Perubahan Bentuk Morfologi
Gambar. Daerah Rawan Material Lepas
EVALUASI KESTABILAN LERENG
Bor yang berada pada penampang tersebut
merupakan bor : P162913, P162911, P162909, P162707,
P162505, dan BOR GEOTEK GT-01.
KORELASI LERENG A-A’
Lereng ini memiliki geometri lereng dengan sudut lereng sebesar 57⁰, panjang lereng 292 meter, dan berada pada elevasi 219 – 327
meter (memiliki perbedaan elevasi 108 meter), lereng ini cenderung mengarah utara - selatan dengan sayatan arah Azimuth N 0⁰ E/ N 180⁰ E.
Ketebalan zona saprolitnya sekitar 8 meter.
Gambar. Material Properties Penampang Lereng A – A’
Gambar. Geometri Penampang Lereng A – A’ serta Keterangan Bor Pada Lereng
Gambar. Faktor Gangguan Pada Lereng Salah Satunya
Adalah Aktivitas Alat Berat
Nama Material Warna Berat Volume
(kN/m )
3 Kriteria Keruntuhan Kohesi
(KPa)
Sudut Geser
Dalam (KPa)
UCS (KPa) mi GSI
Top Soil
Limonit
Saprolit
BedRock
Mohr-Coulomb
Mohr-Coulomb
Mohr-Coulomb
Generalised
Hoek-Brown
18.338
17.162
17.162
20.692
26.086
21.575
11.081
35.678
35.107
28.236
649.396 20 50
Selatan
EVALUASI KESTABILAN LERENG
KESTABILAN LERENG AKTUALA-A’
Gambar. Kestabilan Lereng Aktual Penampang A – A’ (Kriteria Keruntuhan Morgenstern - Price)
Nilai FK 0,896
Selatan
EVALUASI KESTABILAN LERENG
REKOMENDASI LERENG A-A’
Gambar. Geometri Rekomendasi Lereng A – A’
Selatan
EVALUASI KESTABILAN LERENG
REKOMENDASI LERENG A-A’
Gambar. Rekomendasi Lereng Penampang A – A’ Tanpa Beban (Kriteria Keruntuhan Morgenstern – Price)
Nilai FK 1,476
Selatan
EVALUASI KESTABILAN LERENG
REKOMENDASI LERENG A-A’
Gambar. Rekomendasi Lereng Penampang A – A’ Dengan Beban (Kriteria Keruntuhan Morgenstern – Price)
Nilai FK 1,443
Selatan
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Kondisi Geologi Daerah Telitian
a. Kondisi Geomorfologi Desa Keuno dibagi menjadi : Bentukasal antropogenik terdiri dari Lahan Bukaan
Tambang (A1). Bentukasal denudasional terdiri dari Bukit Laterit (D1) dan Lereng Laterit (D2).
b. Stratigrafi Desa Keuno dibagi menjadi : Satuan Peridotit dan Satuan Serpentinit. Kedua satuan ini termasuk
dalam formasi Komplek Ultramafik pada Kapur Awal - Kapur Akhir.
c. Struktur Geologi Desa Keuno ditemukan : Kekar gerus dengan arah tegasan utama relatif barat–timur dan
timur laut-barat daya, Sesar Mendatar Kiri berkedudukan N 109° E/ 74° dengan nama Left Slip Fault. Sesar
Naik Kanan berkedudukan N 200° E/ 72° dengan nama Right Reverse Slip Fault (Rickard, 1972).
d. Sejarah Geologi Daerah Keuno : Batuan terbentuk pada zaman Kapur Awal (120 Ma.), dari pembekuan
magma pada Mid Oceanic Ridge Samudra Pasifik. Pada kala Oligosen (30 Ma.) daerah Keuno mengalami
obduksi sehingga terdapat beberapa bagian mengalami pengangkatan. Pada kala Miosen Akhir (10 Ma.)
daerah Keuno mengalami kolisi sehingga menyebabkan daerah Keuno terbentuk sesar naik yang dapat. Saat
Pliosen, seluruh area didominasi oleh block faulting dan sesar utama seperti sesar Matano.
e. Potensi geologi positif pada daerah penelitian yakni terdapatya endapan nikel laterit yang bernilai ekonomis.
Potensi negatif pada daerah penelitian yakni dearah rawan gerakan massa tanah dan perubahan bentuk
morfologi akibat kegiatan penambangan nikel.
KESIMPULAN
2. Kajian Kestabilan Lereng Aktual
a. Kelas massa batuan pada zona Bedrock memiliki nilai dengan nilai Geological Strength Index sebesar 45
dan 50.
b. Untuk intensitas kelongsoran berdasarkan nilai faktor keamanan (Bowles,1991). Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa pada penampang lereng aktual A - A’ tergolong dalam kelas labil (FK 0,896), sedangkan
pada penampang lereng aktual B - B’ tergolong dalam kelas stabil (FK 2,313), dan pada penampang lereng
aktual C - C’ tergolong dalam kelas stabil (FK 1,926)
KESIMPULAN
3. Kajian Rekomendasi Lereng
a. Terdapat 2 Rekomenasi Lereng, tidak diberi beban dan diberi beban. Pada lereng yang diberi beban,
peneliti mengasumsikan setiap bench menerima tekanan dari excavator tipe PC 300 dengan lebar track 3
meter sebesar 21,67 KN/m2. Dari hasil penelitian semua lereng mendapatkan FK > 1,2 yang termasuk
lereng stabil menurut Bowles, 1991. Rekomendasi yang diberikan yakni mengubah geometri lereng
dengan lebar tiap bench selebar 3,5 m, beda tinggi crest dan toe setinggi 6 meter, dan Bench Face Angle
sebesar 60°.
TERIMA KASIH BANYAK

More Related Content

What's hot

FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITAFELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABonita Susimah
 
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -Isya Ansyari
 
Laterit dan-endapan-bijih
Laterit dan-endapan-bijihLaterit dan-endapan-bijih
Laterit dan-endapan-bijihAgus Kus
 
Sekilas genesa coal
Sekilas genesa coalSekilas genesa coal
Sekilas genesa coaloilandgas24
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen Wahidin Zuhri
 
Teknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi TambangTeknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi Tambangnyongker29
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamFajar Perdana
 
New microsoft office power point presentation
New microsoft office power point presentationNew microsoft office power point presentation
New microsoft office power point presentationBudisantoso Peujakesuma
 
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesiaKuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesiaoilandgas24
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaAlbert Tiar
 

What's hot (20)

Bgi ppt presentation
Bgi ppt presentationBgi ppt presentation
Bgi ppt presentation
 
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITAFELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
 
Genesa Bahan Galian
Genesa Bahan GalianGenesa Bahan Galian
Genesa Bahan Galian
 
Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010
Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010
Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010
 
Eksplorasi Emas
Eksplorasi EmasEksplorasi Emas
Eksplorasi Emas
 
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
 
Laterit dan-endapan-bijih
Laterit dan-endapan-bijihLaterit dan-endapan-bijih
Laterit dan-endapan-bijih
 
Sekilas genesa coal
Sekilas genesa coalSekilas genesa coal
Sekilas genesa coal
 
Endapan epithermal agus sabar
Endapan epithermal agus sabarEndapan epithermal agus sabar
Endapan epithermal agus sabar
 
Endapan phorpiry
Endapan phorpiryEndapan phorpiry
Endapan phorpiry
 
Hitung cadangan
Hitung cadanganHitung cadangan
Hitung cadangan
 
Genesa bahan galian
Genesa bahan galian Genesa bahan galian
Genesa bahan galian
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen
 
Teknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi TambangTeknik Eksplorasi Tambang
Teknik Eksplorasi Tambang
 
Tahapan eksplorasi
Tahapan eksplorasiTahapan eksplorasi
Tahapan eksplorasi
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi Karsam
 
Endapan Placer
Endapan PlacerEndapan Placer
Endapan Placer
 
New microsoft office power point presentation
New microsoft office power point presentationNew microsoft office power point presentation
New microsoft office power point presentation
 
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesiaKuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
 

Similar to PRESENTASI KOLOKIUM.pptx

DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptHitamKaktus
 
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxPpt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxCorazonDeatpoll
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptHitamKaktus
 
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdfWahyuPrayetno1
 
PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA PROSPEK EMAS EPITERMAL SULFIDASI RENDAH.pptx
PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA PROSPEK EMAS EPITERMAL SULFIDASI RENDAH.pptxPEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA PROSPEK EMAS EPITERMAL SULFIDASI RENDAH.pptx
PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA PROSPEK EMAS EPITERMAL SULFIDASI RENDAH.pptxSatriadiHanamichi1
 
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjingRifai Ramli
 
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTEINTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTEDhy Ganny
 
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptxAnshariMatin
 
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaFitri Indra Wardhono
 
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...'Oke Aflatun'
 
ppt Hasil Farhan.pptx
ppt Hasil Farhan.pptxppt Hasil Farhan.pptx
ppt Hasil Farhan.pptxantodarlyanto
 
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxPotensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxGustianRipi
 
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airAnalisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airsubhanalfitrah
 
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013Intan Hasanah
 

Similar to PRESENTASI KOLOKIUM.pptx (20)

DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.ppt
 
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxPpt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.ppt
 
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
 
PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA PROSPEK EMAS EPITERMAL SULFIDASI RENDAH.pptx
PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA PROSPEK EMAS EPITERMAL SULFIDASI RENDAH.pptxPEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA PROSPEK EMAS EPITERMAL SULFIDASI RENDAH.pptx
PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA PROSPEK EMAS EPITERMAL SULFIDASI RENDAH.pptx
 
1118
11181118
1118
 
Proposalku01
Proposalku01Proposalku01
Proposalku01
 
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
 
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTEINTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
 
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
 
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
 
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
 
hlLaporran lapangan prinsip ku
hlLaporran lapangan prinsip kuhlLaporran lapangan prinsip ku
hlLaporran lapangan prinsip ku
 
ppt Hasil Farhan.pptx
ppt Hasil Farhan.pptxppt Hasil Farhan.pptx
ppt Hasil Farhan.pptx
 
FIX.pdf
FIX.pdfFIX.pdf
FIX.pdf
 
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdanaJurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
 
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxPotensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
 
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airAnalisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
 
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013
Jogja geoheritage hmj t geofisika upn 25 april 2013
 
sejarah.pdf
sejarah.pdfsejarah.pdf
sejarah.pdf
 

Recently uploaded

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 

Recently uploaded (20)

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 

PRESENTASI KOLOKIUM.pptx

  • 1. GEOLOGI DAN EVALUASI KESTABILAN LERENG PADATAMBANG NIKELTERBUKA KECAMATAN PETASIATIMUR, KABUPATEN MOROWALI UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGAH KAMIS, 4 FEBRUARI 2021
  • 2. METODOLOGI & KAJIAN PUSTAKA DIAGRAM ALIR Gambar. Diagram Alir Penelitian
  • 3. METODOLOGI & KAJIAN PUSTAKA BATUAN ULTRAMAFIK Menurut Streckeisen (1973), batuan ultramafic dibagi menjadi: 1. Peridotit, Merupakan batuan ultramafik dengan kandungan mineral olivin dan piroksen, serta mineral mafik lainnya, dimana mineral olivin >40%. Peridotit dapat dibagi menjadi a. Dunit, terdiri atas >90% mineral olivin, dengan mineral aksesori kromit. b. Harzburgit, kandungan olivin dan orthopiroksen. c. Wehrlit, kandungan olivin dan klinopiroksen d. Lherzolit, kandungan olivin, klinopiroksen, serta ortopiroksen. 2. Piroksenit, Dibedakan menjadi ortopiroksenit, websterit, klinopiroksenit, olivin ortopiroksenit, olivin websterit, dan olivine klinoprioksenit berdasarkan jenis piroksennya. 3. Hornblendit, Merupakan batuan ultramafik dengan kandungan >90% hornblenda Gambar. Diagram Klasifikasi batuan ultramafic menurut Streckeisen (1973)
  • 4. METODOLOGI & KAJIAN PUSTAKA ENDAPAN NIKEL LATERIT Evans (1933), endapan nikel residual terbentuk karena tingginya intensitas pelapukan kimia batuan yang mengandung Ni di daerah tropis, batuan tersebut adalah peridotit, serpentinit, dan beberapa batuan lainnya. Serpentinisasi peridotit akan merubah olivin menjadi serpentin dan akan membentuk mineral pembawa Ni berupa garnierit. Ni dalam batuan ultramafik biasanya terdapat dalam mineral mafik. Pada umumnya mempunyai proporsi : olivin > orthopiroksen > klinopiroksen. Kromit dan magnetit mungkin juga berisi sedikit Ni. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih Nikel Laterit : 1. Batuan asal 2. Iklim 3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi 4. Struktur Batuan Beku 5. Topografi 6. Waktu Gambar. Profil Laterit (Waheed, 2009)
  • 5. METODOLOGI & KAJIAN PUSTAKA KESTABILAN LERENG Analisis kestabilan lereng didasarkan pada konsep keseimbangan batas (Limit Equilibrium). LEM adalah metode yang menggunakan prinsip kesetimbangan gaya. Dalam menganalisis stabilitas lereng menggunakan metode kesetimbangan batas diperlukan metode irisan untuk mendapatkan hasil faktor keamanan lereng. Material diatas permukaan gelincir dibagi menjadi beberapa irisan tegak. Gambar. Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Irisan
  • 6. GEOLOGI REGIONAL FISIOGRAFI REGIONAL Sulawesi terletak pada zona konvergen antara tiga lempeng lithosfer, yaitu Lempeng Australia yang bergerak ke utara, pergerakan ke barat Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia di bagian selatan-tenggara. Sulawesi tengah tersusun oleh Kompleks Pompangeo, batugamping malih, dan ofiolit. Ofiolit juga disebut Lajur Ofiolit Sulawesi Timur, yang didominasi oleh batuan ultrabasa dan basal serta sedimen pelagik. Batuan ultramafik terdiri atas harzburgit, dunit, werlit, lerzolit, websterit, serpentinit, dan peridotit. Gambar. Peta Geologi Daerah Sulawesi (Parkinson, 1998)
  • 7. GEOLOGI REGIONAL STRATIGRAFI REGIONAL Daerah penelitian termasuk kedalam Formasi Kompleks Ultramafik pada Geologi Lembar Bungku. Mandala Sulawesi Timur meliputi Kompleks Ultramafik (Ku) yang sampai saat ini umumya masih dianggap yang paling tua. Batuannya terdiri dari harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterlit, serpentinit, dunit dan gabro. Daerah Penelitian Gambar. Daerah Penelitian Pada Peta Geologi Lembar Bungku, Sulawesi Oleh Simandjuntak, dkk. (1993) Gambar. Korelasi Satuan Peta Dari Peta Geologi Regional Lembar Bungku (Simandjuntak, dkk 1993)
  • 8. GEOLOGI REGIONAL TEKTONIK REGIONAL Pergerakan Tektonik yang terjadi pada daerah Sulawesi Tengah Sekarang: 1. Pembentukan Lempeng Oceanic pada zaman Kapur Awal- Kapur Akhir. 2. Obduksi pada kala Eosen – Oligosen. 3. Subduksi pada kala Miosen Awal. 4. Kolisi pada kala Miosen Akhir. Gambar. Tektonik Regional Sulawesi Timur (Kadarusman, 2004)
  • 9. GEOLOGI DAERAH KEUNO GEOMORFOLOGI D1 D2 A1 Tabel. Geomorfologi Daerah Keuno (mengacu pada Van Zuidam, 1983 dan David Lourant, 2003)
  • 10. GEOLOGI DAERAH KEUNO SATUAN PERIDOTIT Sayatan tipis batuan beku plutonik ultrabasa ini memiliki deskripsi batuan sebagai berikut : warna absorbsi netral-kecoklatan, indeks warna 80%, Derajat Kristalinitas Holokristalin, Granularitas Fanerik sedang-kasar, Bentuk Kristal Subhedral-Anhedral, Ukuran Kristal 0,5mm-5mm, Relasi Inequigranular Hipidiomorfik, memiliki tesktur khusus Mesh Structure pada mineral Olivin. Disusun oleh mineral Olivin, Clinopiroksen, Orthopiroksen, Antigorit, dan Opaq. Nama batuannya adalah Hazburgit menurut Streckeisen (1973) Gambar. Kenampakan singkapan Peridotit LP 26 tersingkap di area masuk daerah Pit, arah kamera N 302° E Gambar. Analisis Petrografi LP 26 dengan Nama Hazburgit (Streckeisen, 1973) Oli Cli Ort Opq Anti
  • 11. GEOLOGI DAERAH KEUNO SATUAN SERPENTINIT Sayatan tipis batuan metamorf non-foliasi ini memiliki deskripsi batuan sebagai berikut : warna absorbsi netral – kecoklatan, Struktur Liniasi, Tekstur Nematoblastik, disusun oleh mineral Olivin, Chrysotille, Antigorit, dan Opaq. Nama batuannya adalah Serpentinit Winkler (1979) Gambar. Kenampakan singkapan Serpentinit LP 85 tersingkap di Timur daerah Pit, arah kamera N 77° E Gambar. Analisis Petrografi LP 85 dengan Nama Serpentint (Winkler, 1979) Oli Krsl Anti Opq
  • 12. GEOLOGI DAERAH KEUNO STRUKTUR KEKAR LP 59 Berdasarkan analisa kekar pada lokasi pengamatan 59 maka didapatkan : shear joint 1 N 308° E/ 48°, shear joint 2 N 274° E/ 66°, tegasan maksimum (T1) 37°, N 292° E, tegasan menengah (T2) 43°, N 68° E, tegasan minimum (T3) 35°, N 202°E Gambar. Hasil Analisis Stereografis Kekar LP 59 Gambar. Data Pengukuran Kekar pada LP 59 Gambar. Kenampakan struktur kekar LP 59 tersingkap di daerah alur liar, arah kamera N 93° E
  • 13. GEOLOGI DAERAH KEUNO SEJARAH GEOLOGI 1. Pada zaman Kapur Awal (120 Ma.), batuan pada daerah penelitian ini diperkirakan berasal dari Mid Oceanic Ridge Samudra Pasifik. 2. Pada kala Eosen (40 Ma.), daerah Keuno (ESO) bergerak kearah barat mendekati dengan batas dari mikrokontinen Australia yang diapit oleh kerak samudra di belakangnya. Pada kala Oligosen (30 Ma.) daerah Keuno (ESO) mengalami obduksi dengan batas kerak samudra. Gambar. Awal Pembentukan Sekuen Ofiolit Pada Zona MOR Pada Zaman Kapur Gambar. Obduksi yang Menyebabkan Zona Ofiolit Terangkat ke Permukaan Pada Kala Eosen - Oligosen
  • 14. Gambar. Tumbukan Mikrokontinen Banggai Sula dan Sulawesi Bagian Barat Pada Kala Miosen Akhir GEOLOGI DAERAH KEUNO 4. Saat Pliosen, seluruh area didominasi oleh block faulting dan sesar utama seperti sesar Palu-Koro dan sesar Matano. Pergerakan struktur sesar ini membentuk morfologi Pulau Sulawesi yang sekarang (Sompotan, 2012). Sesar mendatar kiri pada lokasi penelitian berkaitan dengan segmen dari sesar regional Matano. 3. Pada kala Miosen Akhir (10 Ma.) daerah Keuno (ESO) mengalami kolisi akibat adanya pergerakan mikrokontinen Banggai-Sula kearah barat sehingga menyebabkan daerah Keuno (ESO) terangkat ke permukaan dan membentuk sesar naik. SEJARAH GEOLOGI Gambar. Pembentukan Sesar Mendatar Keuno Pada Berkaitan Dengan Segmen Sesar Regional Matano Pada Kala Pliosen
  • 15. GEOLOGI DAERAH KEUNO POTENSI POSITIF Gambar. Profil Nikel Laterit Pada LP 47 Gambar. Endapan Bijih Nikel Laterit
  • 16. GEOLOGI DAERAH KEUNO POTENSI NEGATIF Gambar. Perubahan Bentuk Morfologi Gambar. Daerah Rawan Material Lepas
  • 17. EVALUASI KESTABILAN LERENG Bor yang berada pada penampang tersebut merupakan bor : P162913, P162911, P162909, P162707, P162505, dan BOR GEOTEK GT-01. KORELASI LERENG A-A’ Lereng ini memiliki geometri lereng dengan sudut lereng sebesar 57⁰, panjang lereng 292 meter, dan berada pada elevasi 219 – 327 meter (memiliki perbedaan elevasi 108 meter), lereng ini cenderung mengarah utara - selatan dengan sayatan arah Azimuth N 0⁰ E/ N 180⁰ E. Ketebalan zona saprolitnya sekitar 8 meter. Gambar. Material Properties Penampang Lereng A – A’ Gambar. Geometri Penampang Lereng A – A’ serta Keterangan Bor Pada Lereng Gambar. Faktor Gangguan Pada Lereng Salah Satunya Adalah Aktivitas Alat Berat Nama Material Warna Berat Volume (kN/m ) 3 Kriteria Keruntuhan Kohesi (KPa) Sudut Geser Dalam (KPa) UCS (KPa) mi GSI Top Soil Limonit Saprolit BedRock Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb Generalised Hoek-Brown 18.338 17.162 17.162 20.692 26.086 21.575 11.081 35.678 35.107 28.236 649.396 20 50 Selatan
  • 18. EVALUASI KESTABILAN LERENG KESTABILAN LERENG AKTUALA-A’ Gambar. Kestabilan Lereng Aktual Penampang A – A’ (Kriteria Keruntuhan Morgenstern - Price) Nilai FK 0,896 Selatan
  • 19. EVALUASI KESTABILAN LERENG REKOMENDASI LERENG A-A’ Gambar. Geometri Rekomendasi Lereng A – A’ Selatan
  • 20. EVALUASI KESTABILAN LERENG REKOMENDASI LERENG A-A’ Gambar. Rekomendasi Lereng Penampang A – A’ Tanpa Beban (Kriteria Keruntuhan Morgenstern – Price) Nilai FK 1,476 Selatan
  • 21. EVALUASI KESTABILAN LERENG REKOMENDASI LERENG A-A’ Gambar. Rekomendasi Lereng Penampang A – A’ Dengan Beban (Kriteria Keruntuhan Morgenstern – Price) Nilai FK 1,443 Selatan
  • 22. KESIMPULAN KESIMPULAN 1. Kondisi Geologi Daerah Telitian a. Kondisi Geomorfologi Desa Keuno dibagi menjadi : Bentukasal antropogenik terdiri dari Lahan Bukaan Tambang (A1). Bentukasal denudasional terdiri dari Bukit Laterit (D1) dan Lereng Laterit (D2). b. Stratigrafi Desa Keuno dibagi menjadi : Satuan Peridotit dan Satuan Serpentinit. Kedua satuan ini termasuk dalam formasi Komplek Ultramafik pada Kapur Awal - Kapur Akhir. c. Struktur Geologi Desa Keuno ditemukan : Kekar gerus dengan arah tegasan utama relatif barat–timur dan timur laut-barat daya, Sesar Mendatar Kiri berkedudukan N 109° E/ 74° dengan nama Left Slip Fault. Sesar Naik Kanan berkedudukan N 200° E/ 72° dengan nama Right Reverse Slip Fault (Rickard, 1972). d. Sejarah Geologi Daerah Keuno : Batuan terbentuk pada zaman Kapur Awal (120 Ma.), dari pembekuan magma pada Mid Oceanic Ridge Samudra Pasifik. Pada kala Oligosen (30 Ma.) daerah Keuno mengalami obduksi sehingga terdapat beberapa bagian mengalami pengangkatan. Pada kala Miosen Akhir (10 Ma.) daerah Keuno mengalami kolisi sehingga menyebabkan daerah Keuno terbentuk sesar naik yang dapat. Saat Pliosen, seluruh area didominasi oleh block faulting dan sesar utama seperti sesar Matano. e. Potensi geologi positif pada daerah penelitian yakni terdapatya endapan nikel laterit yang bernilai ekonomis. Potensi negatif pada daerah penelitian yakni dearah rawan gerakan massa tanah dan perubahan bentuk morfologi akibat kegiatan penambangan nikel.
  • 23. KESIMPULAN 2. Kajian Kestabilan Lereng Aktual a. Kelas massa batuan pada zona Bedrock memiliki nilai dengan nilai Geological Strength Index sebesar 45 dan 50. b. Untuk intensitas kelongsoran berdasarkan nilai faktor keamanan (Bowles,1991). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada penampang lereng aktual A - A’ tergolong dalam kelas labil (FK 0,896), sedangkan pada penampang lereng aktual B - B’ tergolong dalam kelas stabil (FK 2,313), dan pada penampang lereng aktual C - C’ tergolong dalam kelas stabil (FK 1,926)
  • 24. KESIMPULAN 3. Kajian Rekomendasi Lereng a. Terdapat 2 Rekomenasi Lereng, tidak diberi beban dan diberi beban. Pada lereng yang diberi beban, peneliti mengasumsikan setiap bench menerima tekanan dari excavator tipe PC 300 dengan lebar track 3 meter sebesar 21,67 KN/m2. Dari hasil penelitian semua lereng mendapatkan FK > 1,2 yang termasuk lereng stabil menurut Bowles, 1991. Rekomendasi yang diberikan yakni mengubah geometri lereng dengan lebar tiap bench selebar 3,5 m, beda tinggi crest dan toe setinggi 6 meter, dan Bench Face Angle sebesar 60°.