PPT usaha Air Minum masak untuk jualan- Umum fix.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
1. 1
3
4
5
7
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Hasil & Pembahasan
Rencana Lintasan
Daftar Pustaka
GEOLOGI DAERAH JALATUNDA DAN SEKITARNYA,
KECAMATAN MANDIRAJA, KABUPATEN BANJARNEGARA,
PROVINSI JAWA TENGAH
USULAN SKRIPSI
TIPE IA
Oleh :
Jhon Richard Rahayaan
NIM. 410017029
Dosen Pembimbing I :
Ignatius Adi Prabowo, S.T., M.Si.
NIK. 1973 0251
2 Metode Penelitian
6
Jadwal Pelaksanaan
& Anggaran
Dosen Pembimbing II :
Rizqi Muhammad Mahbub, S.T., M. T.
NIK. 1973 0305
Dosen Penguji :
Ir. Dianto Isnawan, M.T.
NIK. 19630919 199403 1 003
2. 1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lokasi daerah penelitian masuk kedalam zona Geologi Serayu Selatan (Van
Bemmelen, 1949), dan masuk dalam lembar regional Banjarnegara - Pekalongan, (W.H
Condon, dkk, 1996). Dalam skala yang lebih besar telah banyak peneliti yang sudah
melakukan penelitian di daerah ini namun masih memberikan kesimpulan secara luas dan
perbedaan pandangan terkait aspek-aspek geologi yang dikaji, meliputi maksud dan
tujuan penelitian, metode, fokus studi yang diteliti serta yang dianalisis dari masing-
masing peneliti yang berbeda. Selain dari itu, lokasi penelitian cukup menarik secara
geologi untuk dilakukan penelitian, hal ini dikarenakan regional Serayu Selatan memiliki
tatanan geologi yang unik khususnya didaerah penelitian yang masih mendapat pengaruh
oleh tektonik Pulau Jawa yang dicirikan dengan tersingkapnya batuan Metamorf (W.H
Condon, dkk, 1996).
Berdasarkan beberapa alasan tersebutlah yang melatarbelakangi peneliti untuk
melakukan penelitian di daerah Jalatunda dan sekitarnya, Kecamatan Mandiraja,
Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
2. Maksud dan Tujuan
Penelitian ini bermaksud untuk melakukan pemetaan geologi permukaan serta
mempelajari dan mengumpulkan data geologi pada daerah penelitian yaitu mencakup
pemerian data geologi yang tersingkap di permukaan bumi berupa geomorfologi,
pengelompokan batuan menjadi satuan batuan maupun stratigrafi, dan struktur geologi
yang di dukung dari data sekunder oleh peneliti terdahulu dan survei lapangan secara
langsung.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi atau gambaran awal dan
perkembangan geologi daerah penelitian serta kelayakan daerah penelitian yang meliputi
aspek geomorfologi, stratigrafi, serta struktur geologi yang ada di daerah penelitian. Hasil
penelitian ini akan disajikan dalam bentuk peta Rencana Lintasan, Peta Lokasi
Pengamatan, Peta Geologi, dan Peta Geomorfologi dengan skala peta 1 : 25.000, serta
laporan akhir.
3. Batasan Masalah
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dibatasi pada pemetaan geologi
permukaan (geological surface mapping) dengan mengumpulkan data singkapan yang
teramati sepanjang jalur lintasan yang dilalui dengan melakukan pengamatan, penafsiran,
pengukuran, penggambaran, dokumentasi, dan pengambilan data-data geologi
permukaan, meliputi data litologi, geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi.
4. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah
Secara adminstratif daerah penelitian
terletak di 2 Kabupaten yaitu Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen.
Secara astronomis daerah penelitian terletak
pada posisi koordinat UTM Zona 49
(9168000 – 9177000 mE) dan (340800 –
334800 mN) dengan luas daerah kurang lebih
9 x 6 kilometer. Berdasarkan Indeks Peta
Rupa Bumi Indonesia yang diterbitkan oleh
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional daerah penelitian termasuk dalam
Lembar Purwanegara 1408-411 dan Lembar
Gombong 1408-133.
Gambar Peta administrasi lokasi daerah penelitian (Bakosurtanal, 1975).
3. 2
B. METODE PENELITIAN
Gambar Diagram Skema Alur Penelitian
(Pengembangan dari Hartono,1991).
Gambar Diagram Skema Alur Penelitian Tahap 1
(Pengembangan dari Hartono,1991).
4. 3
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Zona Pegunungan Selatan
2. Zona Busur Vulkanik Kuarter
3. Zona Solo
4. Zona Kendang
5. Zona Randublatung
6. Zona Rembang
7. Zona Serayu Selatan
Pegunungan Serayu Selatan
terletak di antara Zona Depresi
Jawa Tengah yang membentuk
kubah dan pegunungan. Di
bagian barat dari pegunungan
Serayu Selatan yang berarah
barat-timur dicirikan oleh
bentuk antiklinorium yang
berakhir di timur pada suatu
singkapan batuan tertua
tersebar di Pulau Jawa, yaitu
daerah Luk Ulo, Kebumen
sampai ke Banjarnegara dan
masuk kedalam daerah
penelitian, dimana dijumpai
formasi Luk Ulo pada sebelah
timur daerah penelitian.
Gambar Peta Fisiografi Daerah Penelitian (Van
Bemmelen, 1949 dalam Hartono, 2010).
Fisiografi Regional
6. 5
Struktur Regional
Gambar Pola struktur Pulau Jawa (Martodjojo dan Pulonggono, 1994).
1. Arah timurlaut-baratdaya (NE-SW) yang disebut dengan arah
Meratus. Pola struktur dengan arah Meratus ini merupaka pola
dominan yang berkembang di Pulau Jawa terbentuk pada 80
sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur Akhir-Eosen Awal).
2. Arah pola struktur yang dijabarkan oleh sesar-sesar yang
berarah utara-selatan. Arah ini diwakili oleh sesar-sesar yang
membatasi Cekungan Asri, Cekungan Sunda, dan Cekungan
Arjuna. Pola ini disebut dengan Pola Sunda. Pola Sunda berarah
utara- selatan (N-S) terbentuk 53 sampai 32 juta tahun yang lalu
(Eosen Awal-Oligosen Awal)
3. Arah barat-timur yang umumnya dominan berada di dataran
Pulau Jawa dan dinamakan dengan Pola Jawa. Pola Jawa
berarah barat-timur (E-W) terbentuk sejak 32 juta tahun yang
lalu dan diwakili oleh sesar-sesar naik seperti Baribis dan sesar-
sesar di dalam Zona Bogor.
7. 6
D. HASIL & PEMBAHASAN
Gambar Peta Geomorfologi
Satuan geomorfologi ini menempati ± 5% dari seluruh daerah penelitian. Satuan
geomorfologi ini meliputi Sungai Serayu dan Kalisapi dengan pelamparan relatif
timur laut – barat daya pada bagian utara dan selatan daerah penelitian. Satuan ini
memiliki nilai sudut lereng 0 % dan beda tinggi 0 %. Morfologi pada satuan ini
berupa tubuh sungai yang secara morfogenesa nampak di lapangan terbentuk akibat
adanya aliran sungai atau proses erosi dan transportasi oleh aktivitas air sungai yang
berlangsung pada daerah penelitian.
Gambar Satuan Geomorfologi Tubuh Sungai (F1), lensa kamera mengadap arah timur,
foto diambil pada LP 35.
Satuan Geomorfologi ini menempati ± 45% dari daerah penelitian. Satuan ini
memiliki pelamparan relatif mengarah timur laut - barat daya dan masuk
kedalam satuan geomorfologi topografi bergelombang lemah denudasional
dan memiliki nilai sudut lereng ± 1,1 - 4,5 % dan beda tinggi ± 4,2 - 16,3 meter
dengan morfogenesa terbentuk karena proses penelanjangan/erosi tingkat
lanjut. Satuan geomorfologi ini tersusun oleh litologi breksi andesit, tuf kasar.
Pola pengaliran yang berkembang yaitu sub-parallel. Satuan ini dimanfaatkan
sebagai lahan pemukiman dan persawahan oleh warga.
Gambar Satuan Geomorfologi Footslopes (D7), lensa kamera
mengadap arah Tenggara, foto diambil pada LP 22
Gambar Satuan Geomorfologi Lereng Dan Perbukitan Denudasional (D2),
lensa kamera mengadap arah Selatan, foto diambil pada LP 20
Satuan Geomorfologi ini menempati ± 25% dari luas daerah penelitian. Satuan
ini memiliki kemiringan lereng ± 15 - 28,5 % dan beda tinggi ± 54 - 102,8 meter.
Secara morfogenesa terbentuk karena proses erosi lanjut. Satuan
geomorfologi ini tersusun oleh litologi breksi andesit, batupasir, serpentinit dan
lava basalt. Pola pengaliran yang berkembang pada satuan ini adalah pola
sub-dendritik. Satuan ini dimanfaatkan sebagai lahan pemukiman dan
perkebunan.
Gambar Satuan Geomorfologi Perbukitan Tersayat Kuat (D3),
lensa kamera mengadap arah Selatan, foto diambil pada LP 11
Satuan Geomorfologi ini menempati ± 25% dari luas daerah. Satuan ini
memiliki kemiringan lereng ± 25 - 66 % dan beda tinggi ± 90 - 240 meter. Pola
Pengaliran yang berkembang pada satuan ini yaitu sub- dendritik dan litologi
pada satuan ini tersusun atas breksi andesit dan serpentinit. Satuan
Geomorfologi ini dimanfaatkan untuk sebagian kecil lahan Pemukiman
Pertanian dan industri kayu.
1. GEOMORFOLOGI
8. 7
2. STRATIGRAFI & LITOLOGI
Gambar Peta Lokasi Pengamatan Gambar Peta Geologi Daerah Penelitian
Tabel Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian
9. 8
Tabel Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian
Satuan ini tersusun oleh serpentinit yang secara megaskopis memiliki
kenampakan warna segar hitam kehijauan, warna lapuk coklat
keabuan,tekstur lepidoblastik, struktur non-foliasi, komposisi tersusun
atas mineral mafic berupa olivin dan piroksen. Dan satuan ini menempati
± 10% luas keseluruhan daerah penelitian.
Gambar Kenampakan Batuan Serpentinit Komplek Lok Ulo pada LP 25. Lensa kamera
menghadap ke arah selatan
Satuan ini tersusun oleh lava basal yang secara megaskopis memiliki
kenampakan warna segar abu-abu kehijauan, warna lapuk coklat
kehitaman, tekstur afanitik, struktur bantal, komposisi tersusun atas
mineral plagioklas, olivin piroksen dan kuarsa. Dan menempati ± 2% dari
luas keseluruhan daerah penelitian.
Gambar Kenampakan Lava Basal Komplek Lok Ulo pada LP 23. Lensa
kamera ke arah barat laut
Satuan ini tersusun oleh Batulempung. Batuan ini secara megaskopis
memiliki kenampakan warna segar hijau keabuan, warna lapuk hijau
kecoklatan, ukuran butir lempung, struktur masif, komposisi mineral
kuarsa, feldspar, dan mineral-mineral lempung. Dan menempati ± 10% dari
luas keseluruhan daerah penelitian.
Gambar Kenampakan Batulempung Totogan pada LP
23. Lensa kamera ke arah barat daya
Satuan ini tersusun atas batupasir yang secara megaskopis memiliki
kenampakan warna segar kuning cerah, warna lapuk kuning kecoklatan,
kemas terbuka, sortasi baik, kekompakan sedang, ukuran butir pasir
halus-kasar, struktur berlapis, komposisi mineral kuarsa, feldspar, kalsit,
dengan kedudukan N 176°E/25°.
Gambar Kenampakan Perselingan Batupasir dengan Tuf Totogan pada LP 09.
Lensa kamera menghadap ke arah barat
Satuan ini tersusun atas breksi andesit yang secara Megaskopis memiliki
kenampakan warna segar abu-abu cerah dan warna lapuk abu-abu
kehitaman, tekstur klastik, struktur masif, kemas tertutup, sortasi buruk,
berkomposisi fragmen berupa andesit, ukuran butir 3 - 15 cm, bentuk
butir menyudut - membulat tanggung, berkomposisi mineral plagioklas,
piroksen dan gelas. Untuk matriksnya tersusun oleh batulempung
berwarna abu gelap - kehijauan, struktur masif, ukuran butir lempung
Gambar Kenampakan Breksi Andesit Waturanda pada LP 01.
Lensa kamera menghadap ke arah selatan
Satuan ini tersusun atas breksi andesit yang secara megaskopis memiliki
kenampakan warna segar abu-abu cerah dan warna lapuk abu-abu
kehitaman, tektur klastik, struktur masif, komposisi terdiri dari fragmen
berupa andesit yang terususun oleh mineral-mineral felsik diantaranya
horblenda dan plagioklas, ukuran butir 3-15 cm, bentuk butir menyudut -
membulat tanggung, kemas tertutup, sortasi buruk. Untuk matriks
tersusun oleh semen silika dan batupasir berwarna kuning kecoklatan,
dengan ukuran butir pasir sedang-kasar (0,1 - 0,2 cm), komposisi mineral
kurang teramati.
Gambar Kenampakan Satuan Breksi Andesit Ligung pada LP 12.
Lensa kamera menghadap ke arah timur laut
Satuan ini tersusun atas tuf kasar dan breksi andesit. Litologi tuf kasar
memiliki kenampakan warna segar coklat kekuningan dan warna lapuk
coklat gelap, terktur piroklastik, ukuran butir ± 0,1 cm, struktur masif, dan
berkompisis lithik dan material vulkanik.
Gambar Kenampakan Satuan Tuf Undak pada LP 22.
Lensa kamera menghadap ke arah utara
Satuan ini tersusun atas endapan material lepas berukuran lempung
hingga kerakal yang merupakan hasil rombakan batuan sebelumnya.
Secara megaskopis memiliki kenampakan warna abu-abu kehitaman dan
berstruktur gradasi.
Gambar Kenampakan Satuan Endapan Lempung – Kerakal Aluvium pada LP 35.
Lensa kamera menghadap ke arah utara
10. 9
3. STRUKTUR GEOLOGI
Gambar Peta Kelurusan Lembah dan Sungai daerah penelitian
Gambar Diagram Rose Kelurusan Lembah
Dari data analisan citra SRTM didapatkan kelurusan
lembah dan sungai dengan pola – pola yang beragam,
arah penyebaran diketahui arah dominan yaitu arah
timur laut – barat daya
11. 10
3. STRUKTUR GEOLOGI
Gambar Peta Kelurusan Lembah dan Sungai daerah penelitian
Gambar Diagram Rose Kelurusan Sesar
Mendatar Kaliwungu
Gambar Diagram Rose Kelurusan Sesar
Mendatar Jalatunda
Berdasarkan Analisa citra SRTM didapatkan
hasil kelurusan sungai Kaliwungu sebagai
indikasi kemunculan sesar mendatar
kaliwungu yang berarah timur laut – barat
daya
Berdasarkan Analisa citra SRTM
didapatkan hasil kelurusan lembah yang
dilingkari sebagai indikasi kemunculan
sesar mendatar Jalatuda yang berarah barat
laut – tenggara
12. 11
E. RENCANA LINTASAN
Gambar Peta Lintasan
Dari selatan menyusuri Desa Donorejo menuju ke Desa Kenteng
melewati jalan setapak dan harus melewati jalan hingga keluar kaplingan
dikarenakan jalur yang sulit dan mendapatkan data dari satuan Breksi
Andesit Waturanda. Kemudian berjalan kearah timur menyusuri Desa
Somagede hingga Desa Kalitengah didapatkan data dari satuan
Batulempung dan sebagian Serpentinit Lok Ulo. Panjang lintasan ini
diperkirakan +/- 9 km.
Dari utara menyusuri Desa Mertasari hingga ke Desa Karanganyar bagian
timur dan mendapatkan data dari sebagian satuan Tuf Undak, sebagian
satuan Breksi Andesit Ligung, satuan Lava Basal dan Serpentinit Lok Ulo.
Kemudian berjalan kearah tengan kaplingan tepatnya di Desa Jalatunda
dan mendapatkan data dari satuan Batupasir Totogan dan sebagian
satuan Breksi Andesit Ligung. Panjang lintasan ini diperkirakan +/- 10 km.
Dari utara menyusuri jalan utama ke Desa Mandiraja Wetan kemudian
berjalan kearah selatan hingga sampai ke Desa Somawangi dan
Kaliwungu dan didapatkan data dari satuan sebagian Tuf Undak, satuan
Batupasir Totogan, dan sebagian satuan Breksi Andesit Waturanda. Untuk
Panjang lintasan ini sendiri diperkirakan mencapai jarak +/- 12 km.
13. 12
F. JADWAL PELAKSANAAN & ANGGARAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Studi Literatur
Reconnaissance
Kerja Studio Tahap 1
Analisis Geomorfologi
Analisis Stratigrafi
Analisis Struktur Geologi
3 Konsultasi Usulan Skripsi
4
Penyesunan Proposal Usulan Skripsi
5
Ujian Usulan Skripsi
2022
2021
NO TAHAPAN KERJA
1
2
OKTOBER NOVEMBERDESEMBER JANUARI FEBRUARI
APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUSSEPTEMBER
JANUARI FEBRUARI MARET
JADWAL PELAKSANAAN
ANGGARAN