Sistem struktur geologi yang berkembang di Pit B East dan B West terdiri dari enam jalur sesar mendatar utama dengan arah NNW-SSE yang mengontrol terbentuknya tiga jenis alterasi yaitu alterasi kuarsa, kuarsa-alunit, dan kuarsa-kaolinit. Mineralisasi Au-Ag-Cu terkait dengan alterasi kuarsa dan kuarsa-alunit yang terbentuk pada suhu 210-220°C.
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Presentation_Ilham Aji Dermawan.pdf
1. Kontrol Struktur terhadap Alterasi dan Mineralisasi Au-Ag-Cu
Sistem Endapan Epitermal Sulfidasi Tinggi di Pit B East dan B West,
Tambang Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur
Ilham Aji Dermawan
NIM 22017009
Pembimbing:
Dr. Ir. Andri S. Subandrio, Dipl. Geol.
Alfend Rudyawan, S.T., M.T., Ph.D
Program Studi Magister Teknik Geologi
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung
4. Latar Belakang
Terbentuknya endapan bijih ekonomis harus memiliki sistem yang
mengontrolnya.
➢Konsep barren pluton (Cloos dan Sapiie, 2013)
➢Rekahan akibat tekanan hidraulik (hydraulic fracturing)?
➢Rekahan akibat tektonik yang memiliki orientasi arah?
5. Identifikasi Masalah
Kontrol struktur geologi yang berperan dalam pembentukan karakteristik
alterasi dan mineralisasi sistem epitermal sulfidasi tinggi yang berkembang di
Tujuh Bukit.
7. Tampak udara Pit A, Pit
C, Pit B East, dan Pit B
West. Foto menghadap
ke arah baratlaut,
diambil pada tanggal 25
Juli 2019.
Pit B East
Pit B West
Pit A
Pit C
Pulau Merah
8. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sistem struktur geologi yang berkembang di Pit B East dan B
West.
2. Mengetahui karakteristik alterasi dan mineralisasi sistem endapan epitermal
sulfidasi tinggi dari integrasi data geologi lapangan, data pengeboran, dan
geokimia.
3. Mengetahui paragenesa mineral.
4. Mengetahui sistem struktur yang mengontrol terbentuknya alterasi dan
mineralisasi Au-Ag-Cu endapan epitermal sulfidasi tinggi di Pit B East dan B
West.
9. Batasan Masalah
Pembahasan mengenai struktur geologi, alterasi, dan mineralisasi sistem
epitermal sulfidasi tinggi yang berkembang di tambang terbuka Pit B East dan
B West.
10. Hipotesis dan Asumsi
Hipotesis
Diduga kehadiran mineral bijih dalam jumlah ekonomis dikontrol oleh sistem
sesar mendatar yang dicirikan dengan tipe alterasi dan tekstur batuannya.
Asumsi
Terbentuknya alterasi dan mineralisasi terjadi sesaat setelah sistem struktur
geologi terbentuk pada satu periode tektonik yang sama.
14. Alterasi dan
mineralisasi menurut
perhitungan umur
absolut dari 40Ar/39Ar
pada mineral alunit
memiliki umur 4,385
± 0,049 Ma dan Re-
Os pada mineral
molibdenit memiliki
umur 4,303 ± 0,018
Ma (Harrison dkk.,
2018).
Peta geologi regional
lembar Blambangan,
Jawa Timur
(modifikasi dari
Achdan dan Bachri,
1993).
15. Geometri stepover yang menghasilkan zona
depresi dan punggungan (van der Pluijm dan
Marshak, 2004).
Sistem sesar mendatar yang menghasilkan tiga pola
utama sesar dan rekahan di Grasberg, Papua (Sapiie
dan Cloos, 2013).
21. (A) Bukti lapangan berupa cermin
sesar yang ada di foot wall,
pergerakan menganan normal.
(B) Analisis kinematika sesar
dengan proyeksi stereografi,
menggunakan perangkat lunak
FaultKin 8 (Marrett dan
Allmendinger, 1990; Allmendinger
dkk., 2012).
(A) (B)
Jalur Sesar BE 1
22. Salah satu struktur penyerta pada
jalur Sesar BE 2 berupa breksiasi.
Foto menghadap ke arah utara.
5 m
Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BE 2 dengan
proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10
(Allmendinger dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013).
Jalur Sesar BE 2
23. Salah satu struktur penyerta pada
jalur Sesar BE 3 berupa breksiasi.
Foto menghadap ke arah baratlaut.
Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BE 3 dengan
proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10
(Allmendinger dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013).
5 m
Jalur Sesar BE 3
24. (A) Bukti lapangan berupa
cermin sesar yang ada di
hanging wall, pergerakan
normal menganan.
(B) Analisis kinematika sesar
dengan proyeksi stereografi,
menggunakan perangkat lunak
FaultKin 8 (Marrett dan
Allmendinger, 1990;
Allmendinger dkk., 2012).
Jalur Sesar BW 4
(B)
(A)
25. (A) Bukti lapangan berupa
cermin sesar yang ada di
hanging wall, pergerakan
normal menganan.
(B) Analisis kinematika sesar
dengan proyeksi stereografi,
menggunakan perangkat lunak
FaultKin 8 (Marrett dan
Allmendinger, 1990;
Allmendinger dkk., 2012).
Jalur Sesar BW 6
Salah satu struktur
penyerta pada jalur
Sesar BW 6 berupa
breksiasi. Foto
menghadap ke arah
tenggara.
5 m
Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BW 6 dengan proyeksi
stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10 (Allmendinger
dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013).
26. (A) Bukti lapangan berupa
cermin sesar yang ada di
hanging wall, pergerakan
normal menganan.
(B) Analisis kinematika sesar
dengan proyeksi stereografi,
menggunakan perangkat lunak
FaultKin 8 (Marrett dan
Allmendinger, 1990;
Allmendinger dkk., 2012).
Jalur Sesar BW 7
Struktur penyerta
pada jalur Sesar
BW 7 berupa
breksiasi dan
shear fracture.
Foto menghadap
ke arah selatan.
Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BW 7 dengan proyeksi
stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10 (Allmendinger
dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013).
30 cm
27. Analisis kinematika enam sesar yang bekerja di Pit B East dan B West dengan proyeksi stereografi,
menggunakan perangkat lunak FaultKin 8 (Marrett dan Allmendinger, 1990; Allmendinger dkk., 2012).
Analisis Kinematika Sesar
Tegasan utama berarah relatif
NNW-SSE. Memiliki nilai arah:
σ1= 14°, N099°E
σ2= 21°, N003°E
σ3= 64°, N221°E.
28. Pit B East dan B West
Peta geologi regional Tujuh Bukit pada saat
awal eksplorasi proyek porfiri (Kavalieris
dan Khashgerel, 2011).
Struktur geologi di Tujuh Bukit yang
mengikuti model pure shear dengan
arah tegasan utama NNW-SSE
(modifikasi dari Van der Pluijm dan
Marshak, 2004).
30. Peta alterasi Pit B
East dan B West
akhir bulan Juni
2019 dari
perusahaan
(sumber: monthly
report mine
geology section,
technical service
department, PT
Bumi Suksesindo).
100 m
Sil
Hydrothermal silicification
Hydrothermal silicification-alunite
Hydrothermal silicification-kaolinite
Propylitic
Clay
34. Foto singkapan yang menunjukkan tekstur kuarsa vuggy
sebagai ciri khusus endapan epitermal sulfidasi tinggi.
Satuan Alterasi Kuarsa
Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa. (A) Pengamatan
nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Grafik hasil pemindaian ASD
Kaolinit + dikit Nakrit + kaolinit
35. Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa. (A) Pengamatan
nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Paragenesa mineral pada satuan alterasi kuarsa yang terjadi
dalam dua tahap dilihat dari pengamatan petrografi
Kuarsa
Alunit
Anhidrit
Barit
Epidot
Muskovit
Kaolinit
Dikit
Nakrit
Montmorilonit
Pirit
Kalkopirit
Tetrahedrit
Kovelit
Bornit
Azurit
Malakit
Goetit
Jarosit
Mineral bijih
sekunder
Mineral bijih
primer
Mineral
lempung
Mineral
transparan
Silisifikasi-argilik lanjut
Mineralogi
Temperatur (°C)
100 200 300
Terbentuk pada suhu 210° - 220°C pada pH
asam hingga netral
Mineral-mineral hasil pemindaian ASD
Kaolinit, montmorilonit, dikit, nakrit
Muskovit
Jarosit
Mineral-mineral hasil pengamatan lapangan dan mineragrafi
Pirit, kalkopirit, kovelit, bornit, tetrahedrit, azurit, malakit, goetit
Tahap 1 Tahap 2
Kuarsa
Mineral lempung
Mineral opak
Alunit
Anhidrit
Barit
Epidot
Gelas vulkanik
Sekunder
Mineralogi Primer
36. Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran kuarsa
sekunder dan alunit bertekstur sugary alunite dominan
Satuan Alterasi Kuarsa-Alunit
Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa-alunit. (A)
Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Grafik hasil pemindaian ASD
Kaolinit + dikit Nakrit + kaolinit
37. Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa-alunit. (A)
Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol
bersilang.
Paragenesa mineral pada satuan alterasi
kuarsa-alunit yang terjadi dalam dua tahap dilihat
dari pengamatan petrografi
Terbentuk pada suhu 210° - 220°C pada pH
asam hingga netral
Mineral-mineral hasil pemindaian ASD
Kaolinit, dikit, nakrit, montmorilonit
Mineral-mineral hasil pengamatan lapangan dan mineragrafi
Pirit, kovelit, kalkopirit, azurit, malakit, hematit, goetit
Kuarsa
Alunit
Anhidrit
Barit
Epidot
Kaolinit
Dikit
Nakrit
Montmorilonit
Pirit
Kalkopirit
Kovelit
Azurit
Malakit
Hematit
Goetit
Mineral bijih
sekunder
Mineral bijih
primer
Mineral
lempung
Mineral
transparan
Mineralogi
Temperatur (°C)
Argilik lanjut-silisifikasi
100 200 300
Tahap 1 Tahap 2
Kuarsa
Plagioklas
Gelas vulkanik
Mineral opak
Mineral lempung
Alunit
Anhidrit
Barit
Epidot
Sekunder
Mineralogi Primer
38. Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran kuarsa
sekunder masif dan kaolinit yang dominan.
Satuan Alterasi Kuarsa-Kaolinit
Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa-kaolinit. (A)
Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Grafik hasil pemindaian ASD
Kaolinit
39. Paragenesa mineral pada satuan alterasi kuarsa-
kaolinit yang terjadi dalam dua tahap dilihat dari
pengamatan petrografi
Grafik hasil pemindaian ASD
Dikit + kaolinit Montmorilonit + kaolinit
Paragonitikilit + montmorilonit Montmorilonit + siderit
Mineral-mineral hasil pemindaian ASD
Kaolinit, nakrit, dikit, montmorilonit
Paragonitikilit
Siderit
Mineral-mineral hasil pengamatan lapangan dan mineragrafi
Pirit, kovelit, kalkopirit, bornit, enargit, tetrahedrit, hematit, goetit,
azurit, malakit
Tahap 1 Tahap 2
Kuarsa
Plagioklas
Gelas vulkanik
Mineral opak
Mineral lempung
Alunit
Anhidrit
Barit
Epidot
Mineralogi Primer
Sekunder
41. Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran
mineral lempung dan klorit yang dominan.
Satuan Alterasi Mineral Lempung-Klorit
Fotomikrograf satuan alterasi mineral lempung-klorit. (A)
Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Grafik hasil pemindaian ASD
Montmorilonit + paragonitikilit Kaolinit + muskovit
42. Paragenesa mineral pada satuan alterasi
mineral lempung-klorit yang terjadi dalam
dua tahap dilihat dari pengamatan
petrografi
Mineral-mineral hasil pemindaian ASD
Montmorilonit, kaolinit, nakrit, dikit
Klorit
Paragonitikilit, paragonit, muskovit
Siderit, jarosit
Kuarsa
Alunit
Barit
Klorit
Siderit
Montmorilonit
Nakrit
Kaolinit
Dikit
Paragonit
Paragonitikilit
Muskovit
Mineral bijih sekunder Jarosit
Mineral lempung
Mineral mika
Mineral transparan
Argilik menengah-argilik
Mineralogi
Temperatur (°C)
100 200 300
Terbentuk pada pH asam
hingga netral
Perajahan kisaran temperatur pembentukan satuan mineral lempung-klorit dari himpunan mineral alterasi
dan mineral bijih
Tahap 1 Tahap 2
Mineral lempung
Plagioklas
Barit
Kuarsa
Hornblenda
Mineral opak
Alunit
Klorit
Sekunder
Primer
Mineralogi
43. Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran mineral
lempung yang dominan.
Satuan Alterasi Mineral Lempung
Fotomikrograf satuan alterasi mineral lempung. (A)
Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Grafik hasil pemindaian ASD
Kaolinit + paragonit Paragonitikilit + montmorilonit
44. Paragenesa mineral pada satuan alterasi
mineral lempung yang terjadi dalam dua
tahap dilihat dari pengamatan petrografi
Terbentuk pada pH asam
hingga netral
Perajahan kisaran temperatur pembentukan satuan mineral lempung dari himpunan mineral alterasi dan
mineral bijih
Mineral-mineral hasil pemindaian ASD
Dikit, montmorilonit, kaolinit, nakrit
Paragonitikilit, paragonit
Kuarsa
Alunit
Anhidrit
Barit
Paragonitikilit
Paragonit
Montmorilonit
Nakrit
Kaolinit
Dikit
Mineral
lempung
Mineral
transparan
Temperatur (°C)
Argilik
Mineralogi 100 200 300
Tahap 1 Tahap 2
Kuarsa
Gelas vulkanik
Mineral lempung
Mineral opak
Alunit
Anhidrit
Barit
Primer
Mineralogi
Sekunder
46. n B East = 145 data lapangan, 30.763 data pengeboran
n B West = 120 data lapangan, 74.594 data pengeboran
47. n B East = 145 data lapangan, 30.763 data pengeboran
n B West = 120 data lapangan, 74.589 data pengeboran
48. n B East = 145 data lapangan, 30.762 data pengeboran
n B West = 120 data lapangan, 72.427 data pengeboran
49. Sampel berukuran sekepal tangan (hand specimen) mineral bijih
pembawa Cu. (A) Kovelit. (B) Bornit.
Sampel berukuran sekepal tangan (hand specimen) mineral bijih
pembawa Cu. (A) Enargit sebagai mineral bijih primer yang
terdapat dalam kuarsa vuggy. (B) Azurit dan malakit sebagai
mineral bijih sekunder hasil pengayaan supergen.
Fotomikrograf beberapa mineral bijih pembawa Cu. (A) Tetrahedrit dan
pirit. (B) Kovelit. Kedua foto dalam pengamatan nikol sejajar.
Fotomikrograf beberapa mineral bijih pembawa Cu. (A) Kovelit, kalkopirit,
dan setempat bornit. (B) Kalkopirit dan pirit. Kedua foto dalam pengamatan
nikol sejajar.
51. 1. Struktur geologi yang dominan berkembang berupa sistem sesar mendatar
berumur Pliosen, berarah relatif NW-SE dan N-S, dengan arah tegasan utama
NNW-SSE mengikuti model pure shear.
2. Terdapat lima satuan alterasi, yaitu satuan kuarsa, kuarsa-alunit, kuarsa-kaolinit,
mineral lempung-klorit, dan mineral lempung. Umumnya batuan terubah dengan
intensitas sedang cenderung kuat hingga terubah total. Mengacu pada terminologi
alterasi hidrotermal berdasarkan himpunan mineralnya, alterasi yang berkembang
adalah silisifikasi, argilik lanjut, argilik menengah, dan argilik.
3. Dari hubungan cetak-tindihnya pada pengamatan petrografi, kelima satuan alterasi
terjadi dalam dua tahap yang terbentuk pada pH asam hingga netral.
4. Alterasi silisifikasi dan mineralisasi Au-Ag-Cu kadar menengah hingga sangat
tinggi umumnya berada pada zona-zona depresi dan subsidens yang diakibatkan
oleh pergerakan sesar mendatar pada geometri releasing bend dan releasing
stepover, serta sesar normal yang sejajar dengan arah tegasan utamanya pada
skala regional.
52. TERIMA KASIH
Pit B West
CODES-University of Tasmania Workshop at Tujuh Bukit
March 2019
57. Penamaan modern tipe endapan epitermal dan sejarahnya
(Sillitoe dan Hedenquist, 2003)
58. Diagram zonasi skematik karakteristik alterasi epitermal sulfidasi tinggi ke arah luar (Arribas Jr., 1995).
59. Stabilitas suhu dan pH mineral
alterasi hidrotermal yang umum
di lingkungan epitermal
(Hedenquist dkk., 1996)
60. Batuan termineralisasi pada jalur struktur geologi berwarna
kemerahan akibat oksidasi intensif. Foto menghadap ke arah
tenggara.
Fotomikrograf mineral oksida berupa hematit
dan goetit. (A) Pengamatan nikol sejajar. (B)
Pengamatan nikol bersilang.
25 m
Oksidasi Intensif