SlideShare a Scribd company logo
1 of 60
Download to read offline
Kontrol Struktur terhadap Alterasi dan Mineralisasi Au-Ag-Cu
Sistem Endapan Epitermal Sulfidasi Tinggi di Pit B East dan B West,
Tambang Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur
Ilham Aji Dermawan
NIM 22017009
Pembimbing:
Dr. Ir. Andri S. Subandrio, Dipl. Geol.
Alfend Rudyawan, S.T., M.T., Ph.D
Program Studi Magister Teknik Geologi
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung
Kerangka Presentasi
➢Pendahuluan
➢Tinjauan Pustaka
➢Struktur Geologi
➢Alterasi
➢Mineralisasi
➢Kesimpulan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terbentuknya endapan bijih ekonomis harus memiliki sistem yang
mengontrolnya.
➢Konsep barren pluton (Cloos dan Sapiie, 2013)
➢Rekahan akibat tekanan hidraulik (hydraulic fracturing)?
➢Rekahan akibat tektonik yang memiliki orientasi arah?
Identifikasi Masalah
Kontrol struktur geologi yang berperan dalam pembentukan karakteristik
alterasi dan mineralisasi sistem epitermal sulfidasi tinggi yang berkembang di
Tujuh Bukit.
Objek Penelitian
Secara administratif terletak di
Desa Sumberagung,
Kecamatan Pesanggaran,
Kabupaten Banyuwangi,
Provinsi Jawa Timur.
Tampak udara Pit A, Pit
C, Pit B East, dan Pit B
West. Foto menghadap
ke arah baratlaut,
diambil pada tanggal 25
Juli 2019.
Pit B East
Pit B West
Pit A
Pit C
Pulau Merah
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sistem struktur geologi yang berkembang di Pit B East dan B
West.
2. Mengetahui karakteristik alterasi dan mineralisasi sistem endapan epitermal
sulfidasi tinggi dari integrasi data geologi lapangan, data pengeboran, dan
geokimia.
3. Mengetahui paragenesa mineral.
4. Mengetahui sistem struktur yang mengontrol terbentuknya alterasi dan
mineralisasi Au-Ag-Cu endapan epitermal sulfidasi tinggi di Pit B East dan B
West.
Batasan Masalah
Pembahasan mengenai struktur geologi, alterasi, dan mineralisasi sistem
epitermal sulfidasi tinggi yang berkembang di tambang terbuka Pit B East dan
B West.
Hipotesis dan Asumsi
Hipotesis
Diduga kehadiran mineral bijih dalam jumlah ekonomis dikontrol oleh sistem
sesar mendatar yang dicirikan dengan tipe alterasi dan tekstur batuannya.
Asumsi
Terbentuknya alterasi dan mineralisasi terjadi sesaat setelah sistem struktur
geologi terbentuk pada satu periode tektonik yang sama.
Metodologi Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Persebaran sistem
mineralisasi endapan
porfiri dan epitermal di
Indonesia (Harrison dkk.,
2018).
Alterasi dan
mineralisasi menurut
perhitungan umur
absolut dari 40Ar/39Ar
pada mineral alunit
memiliki umur 4,385
± 0,049 Ma dan Re-
Os pada mineral
molibdenit memiliki
umur 4,303 ± 0,018
Ma (Harrison dkk.,
2018).
Peta geologi regional
lembar Blambangan,
Jawa Timur
(modifikasi dari
Achdan dan Bachri,
1993).
Geometri stepover yang menghasilkan zona
depresi dan punggungan (van der Pluijm dan
Marshak, 2004).
Sistem sesar mendatar yang menghasilkan tiga pola
utama sesar dan rekahan di Grasberg, Papua (Sapiie
dan Cloos, 2013).
Karakteristik umum endapan epitermal yang berasosiasi dengan batuan
vulkanik (Hedenquist dkk., 1996)
Low sulfidation (LS) High sulfidation (HS)
Adularia-sericite Acid-sulfate
Deposit form
Open-space veins dominant, stockwork ore common
Disseminated and replacement ore minor
Disseminated ore dominant, replacement ore common
Stockwork ore minor, veins commonly subordinate
Textures Veins, cavity filling (bands, colloforms, druses), breccias Wallrock replacement, breccias, veins
Ore minerals Pyrite, electrum, gold, sphalerite, galena (arsenopyrite)
Pyrite, enargite, chalcopyrite, tennantite, covellite, gold,
tellurides
Gangue Quartz, chalcedony, calcite, adularia, illite, carbonates Quartz, alunite, barite, kaolinite, pyrophyllite
Metals Au, Ag, Zn, Pb (Cu, Sb, As, Hg, Se) Cu, Au, Ag, As (Pb, Hg, Sb, Te, Sn, Mo, Bi)
STRUKTUR GEOLOGI
Peta geologi
regional Tumpang
Pitu dan
Sekitarnya(Anditya
dan Purwanto,
2016, tidak
dipublikasikan).
Pit B East and B West
Sesar
BW
3
(A) Bukti lapangan berupa cermin
sesar yang ada di foot wall,
pergerakan menganan normal.
(B) Analisis kinematika sesar
dengan proyeksi stereografi,
menggunakan perangkat lunak
FaultKin 8 (Marrett dan
Allmendinger, 1990; Allmendinger
dkk., 2012).
(A) (B)
Jalur Sesar BE 1
Salah satu struktur penyerta pada
jalur Sesar BE 2 berupa breksiasi.
Foto menghadap ke arah utara.
5 m
Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BE 2 dengan
proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10
(Allmendinger dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013).
Jalur Sesar BE 2
Salah satu struktur penyerta pada
jalur Sesar BE 3 berupa breksiasi.
Foto menghadap ke arah baratlaut.
Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BE 3 dengan
proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10
(Allmendinger dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013).
5 m
Jalur Sesar BE 3
(A) Bukti lapangan berupa
cermin sesar yang ada di
hanging wall, pergerakan
normal menganan.
(B) Analisis kinematika sesar
dengan proyeksi stereografi,
menggunakan perangkat lunak
FaultKin 8 (Marrett dan
Allmendinger, 1990;
Allmendinger dkk., 2012).
Jalur Sesar BW 4
(B)
(A)
(A) Bukti lapangan berupa
cermin sesar yang ada di
hanging wall, pergerakan
normal menganan.
(B) Analisis kinematika sesar
dengan proyeksi stereografi,
menggunakan perangkat lunak
FaultKin 8 (Marrett dan
Allmendinger, 1990;
Allmendinger dkk., 2012).
Jalur Sesar BW 6
Salah satu struktur
penyerta pada jalur
Sesar BW 6 berupa
breksiasi. Foto
menghadap ke arah
tenggara.
5 m
Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BW 6 dengan proyeksi
stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10 (Allmendinger
dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013).
(A) Bukti lapangan berupa
cermin sesar yang ada di
hanging wall, pergerakan
normal menganan.
(B) Analisis kinematika sesar
dengan proyeksi stereografi,
menggunakan perangkat lunak
FaultKin 8 (Marrett dan
Allmendinger, 1990;
Allmendinger dkk., 2012).
Jalur Sesar BW 7
Struktur penyerta
pada jalur Sesar
BW 7 berupa
breksiasi dan
shear fracture.
Foto menghadap
ke arah selatan.
Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BW 7 dengan proyeksi
stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10 (Allmendinger
dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013).
30 cm
Analisis kinematika enam sesar yang bekerja di Pit B East dan B West dengan proyeksi stereografi,
menggunakan perangkat lunak FaultKin 8 (Marrett dan Allmendinger, 1990; Allmendinger dkk., 2012).
Analisis Kinematika Sesar
Tegasan utama berarah relatif
NNW-SSE. Memiliki nilai arah:
σ1= 14°, N099°E
σ2= 21°, N003°E
σ3= 64°, N221°E.
Pit B East dan B West
Peta geologi regional Tujuh Bukit pada saat
awal eksplorasi proyek porfiri (Kavalieris
dan Khashgerel, 2011).
Struktur geologi di Tujuh Bukit yang
mengikuti model pure shear dengan
arah tegasan utama NNW-SSE
(modifikasi dari Van der Pluijm dan
Marshak, 2004).
ALTERASI
Peta alterasi Pit B
East dan B West
akhir bulan Juni
2019 dari
perusahaan
(sumber: monthly
report mine
geology section,
technical service
department, PT
Bumi Suksesindo).
100 m
Sil
Hydrothermal silicification
Hydrothermal silicification-alunite
Hydrothermal silicification-kaolinite
Propylitic
Clay
Penampang A-B
Penampang C-D
Foto singkapan yang menunjukkan tekstur kuarsa vuggy
sebagai ciri khusus endapan epitermal sulfidasi tinggi.
Satuan Alterasi Kuarsa
Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa. (A) Pengamatan
nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Grafik hasil pemindaian ASD
Kaolinit + dikit Nakrit + kaolinit
Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa. (A) Pengamatan
nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Paragenesa mineral pada satuan alterasi kuarsa yang terjadi
dalam dua tahap dilihat dari pengamatan petrografi
Kuarsa
Alunit
Anhidrit
Barit
Epidot
Muskovit
Kaolinit
Dikit
Nakrit
Montmorilonit
Pirit
Kalkopirit
Tetrahedrit
Kovelit
Bornit
Azurit
Malakit
Goetit
Jarosit
Mineral bijih
sekunder
Mineral bijih
primer
Mineral
lempung
Mineral
transparan
Silisifikasi-argilik lanjut
Mineralogi
Temperatur (°C)
100 200 300
Terbentuk pada suhu 210° - 220°C pada pH
asam hingga netral
Mineral-mineral hasil pemindaian ASD
Kaolinit, montmorilonit, dikit, nakrit
Muskovit
Jarosit
Mineral-mineral hasil pengamatan lapangan dan mineragrafi
Pirit, kalkopirit, kovelit, bornit, tetrahedrit, azurit, malakit, goetit
Tahap 1 Tahap 2
Kuarsa
Mineral lempung
Mineral opak
Alunit
Anhidrit
Barit
Epidot
Gelas vulkanik
Sekunder
Mineralogi Primer
Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran kuarsa
sekunder dan alunit bertekstur sugary alunite dominan
Satuan Alterasi Kuarsa-Alunit
Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa-alunit. (A)
Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Grafik hasil pemindaian ASD
Kaolinit + dikit Nakrit + kaolinit
Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa-alunit. (A)
Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol
bersilang.
Paragenesa mineral pada satuan alterasi
kuarsa-alunit yang terjadi dalam dua tahap dilihat
dari pengamatan petrografi
Terbentuk pada suhu 210° - 220°C pada pH
asam hingga netral
Mineral-mineral hasil pemindaian ASD
Kaolinit, dikit, nakrit, montmorilonit
Mineral-mineral hasil pengamatan lapangan dan mineragrafi
Pirit, kovelit, kalkopirit, azurit, malakit, hematit, goetit
Kuarsa
Alunit
Anhidrit
Barit
Epidot
Kaolinit
Dikit
Nakrit
Montmorilonit
Pirit
Kalkopirit
Kovelit
Azurit
Malakit
Hematit
Goetit
Mineral bijih
sekunder
Mineral bijih
primer
Mineral
lempung
Mineral
transparan
Mineralogi
Temperatur (°C)
Argilik lanjut-silisifikasi
100 200 300
Tahap 1 Tahap 2
Kuarsa
Plagioklas
Gelas vulkanik
Mineral opak
Mineral lempung
Alunit
Anhidrit
Barit
Epidot
Sekunder
Mineralogi Primer
Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran kuarsa
sekunder masif dan kaolinit yang dominan.
Satuan Alterasi Kuarsa-Kaolinit
Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa-kaolinit. (A)
Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Grafik hasil pemindaian ASD
Kaolinit
Paragenesa mineral pada satuan alterasi kuarsa-
kaolinit yang terjadi dalam dua tahap dilihat dari
pengamatan petrografi
Grafik hasil pemindaian ASD
Dikit + kaolinit Montmorilonit + kaolinit
Paragonitikilit + montmorilonit Montmorilonit + siderit
Mineral-mineral hasil pemindaian ASD
Kaolinit, nakrit, dikit, montmorilonit
Paragonitikilit
Siderit
Mineral-mineral hasil pengamatan lapangan dan mineragrafi
Pirit, kovelit, kalkopirit, bornit, enargit, tetrahedrit, hematit, goetit,
azurit, malakit
Tahap 1 Tahap 2
Kuarsa
Plagioklas
Gelas vulkanik
Mineral opak
Mineral lempung
Alunit
Anhidrit
Barit
Epidot
Mineralogi Primer
Sekunder
Kuarsa
Alunit
Anhidrit
Barit
Siderit
Paragonitikilit
Epidot
Kaolinit
Dikit
Nakrit
Montmorilonit
Pirit
Kalkopirit
Tetrahedrit
Kovelit
Enargit
Bornit
Hematit
Goetit
Azurit
Malakit
Mineral bijih
sekunder
Mineral bijih
primer
Silisifikasi-argilik lanjut
Mineralogi
Mineral
transparan
Mineral
lempung
Temperatur (°C)
100 200 300
Perajahan kisaran temperatur
pembentukan satuan kuarsa-kaolinit
dari himpunan mineral alterasi dan
mineral bijih
Terbentuk pada pH asam
hingga netral
Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran
mineral lempung dan klorit yang dominan.
Satuan Alterasi Mineral Lempung-Klorit
Fotomikrograf satuan alterasi mineral lempung-klorit. (A)
Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Grafik hasil pemindaian ASD
Montmorilonit + paragonitikilit Kaolinit + muskovit
Paragenesa mineral pada satuan alterasi
mineral lempung-klorit yang terjadi dalam
dua tahap dilihat dari pengamatan
petrografi
Mineral-mineral hasil pemindaian ASD
Montmorilonit, kaolinit, nakrit, dikit
Klorit
Paragonitikilit, paragonit, muskovit
Siderit, jarosit
Kuarsa
Alunit
Barit
Klorit
Siderit
Montmorilonit
Nakrit
Kaolinit
Dikit
Paragonit
Paragonitikilit
Muskovit
Mineral bijih sekunder Jarosit
Mineral lempung
Mineral mika
Mineral transparan
Argilik menengah-argilik
Mineralogi
Temperatur (°C)
100 200 300
Terbentuk pada pH asam
hingga netral
Perajahan kisaran temperatur pembentukan satuan mineral lempung-klorit dari himpunan mineral alterasi
dan mineral bijih
Tahap 1 Tahap 2
Mineral lempung
Plagioklas
Barit
Kuarsa
Hornblenda
Mineral opak
Alunit
Klorit
Sekunder
Primer
Mineralogi
Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran mineral
lempung yang dominan.
Satuan Alterasi Mineral Lempung
Fotomikrograf satuan alterasi mineral lempung. (A)
Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang.
Grafik hasil pemindaian ASD
Kaolinit + paragonit Paragonitikilit + montmorilonit
Paragenesa mineral pada satuan alterasi
mineral lempung yang terjadi dalam dua
tahap dilihat dari pengamatan petrografi
Terbentuk pada pH asam
hingga netral
Perajahan kisaran temperatur pembentukan satuan mineral lempung dari himpunan mineral alterasi dan
mineral bijih
Mineral-mineral hasil pemindaian ASD
Dikit, montmorilonit, kaolinit, nakrit
Paragonitikilit, paragonit
Kuarsa
Alunit
Anhidrit
Barit
Paragonitikilit
Paragonit
Montmorilonit
Nakrit
Kaolinit
Dikit
Mineral
lempung
Mineral
transparan
Temperatur (°C)
Argilik
Mineralogi 100 200 300
Tahap 1 Tahap 2
Kuarsa
Gelas vulkanik
Mineral lempung
Mineral opak
Alunit
Anhidrit
Barit
Primer
Mineralogi
Sekunder
MINERALISASI
n B East = 145 data lapangan, 30.763 data pengeboran
n B West = 120 data lapangan, 74.594 data pengeboran
n B East = 145 data lapangan, 30.763 data pengeboran
n B West = 120 data lapangan, 74.589 data pengeboran
n B East = 145 data lapangan, 30.762 data pengeboran
n B West = 120 data lapangan, 72.427 data pengeboran
Sampel berukuran sekepal tangan (hand specimen) mineral bijih
pembawa Cu. (A) Kovelit. (B) Bornit.
Sampel berukuran sekepal tangan (hand specimen) mineral bijih
pembawa Cu. (A) Enargit sebagai mineral bijih primer yang
terdapat dalam kuarsa vuggy. (B) Azurit dan malakit sebagai
mineral bijih sekunder hasil pengayaan supergen.
Fotomikrograf beberapa mineral bijih pembawa Cu. (A) Tetrahedrit dan
pirit. (B) Kovelit. Kedua foto dalam pengamatan nikol sejajar.
Fotomikrograf beberapa mineral bijih pembawa Cu. (A) Kovelit, kalkopirit,
dan setempat bornit. (B) Kalkopirit dan pirit. Kedua foto dalam pengamatan
nikol sejajar.
KESIMPULAN
1. Struktur geologi yang dominan berkembang berupa sistem sesar mendatar
berumur Pliosen, berarah relatif NW-SE dan N-S, dengan arah tegasan utama
NNW-SSE mengikuti model pure shear.
2. Terdapat lima satuan alterasi, yaitu satuan kuarsa, kuarsa-alunit, kuarsa-kaolinit,
mineral lempung-klorit, dan mineral lempung. Umumnya batuan terubah dengan
intensitas sedang cenderung kuat hingga terubah total. Mengacu pada terminologi
alterasi hidrotermal berdasarkan himpunan mineralnya, alterasi yang berkembang
adalah silisifikasi, argilik lanjut, argilik menengah, dan argilik.
3. Dari hubungan cetak-tindihnya pada pengamatan petrografi, kelima satuan alterasi
terjadi dalam dua tahap yang terbentuk pada pH asam hingga netral.
4. Alterasi silisifikasi dan mineralisasi Au-Ag-Cu kadar menengah hingga sangat
tinggi umumnya berada pada zona-zona depresi dan subsidens yang diakibatkan
oleh pergerakan sesar mendatar pada geometri releasing bend dan releasing
stepover, serta sesar normal yang sejajar dengan arah tegasan utamanya pada
skala regional.
TERIMA KASIH
Pit B West
CODES-University of Tasmania Workshop at Tujuh Bukit
March 2019
Tektonik Regional
Sundaland pada akhir Kapur
(Hall, 2008).
Arah dari cabang-cabang struktur
geologi yang berasosiasi dengan
sistem sesar mendatar menganan
(van der Pluijm dan Marshak, 2004).
Alterasi
Hidrotermal
Himpunan mineral ubahan pada
sistem hidrotermal berdasarkan
suhu dan pH saat proses
terbentuknya (Corbett dan Leach,
1998).
Terminologi alterasi hidrotermal (Pirajno, 2009)
Penamaan modern tipe endapan epitermal dan sejarahnya
(Sillitoe dan Hedenquist, 2003)
Diagram zonasi skematik karakteristik alterasi epitermal sulfidasi tinggi ke arah luar (Arribas Jr., 1995).
Stabilitas suhu dan pH mineral
alterasi hidrotermal yang umum
di lingkungan epitermal
(Hedenquist dkk., 1996)
Batuan termineralisasi pada jalur struktur geologi berwarna
kemerahan akibat oksidasi intensif. Foto menghadap ke arah
tenggara.
Fotomikrograf mineral oksida berupa hematit
dan goetit. (A) Pengamatan nikol sejajar. (B)
Pengamatan nikol bersilang.
25 m
Oksidasi Intensif

More Related Content

Similar to Presentation_Ilham Aji Dermawan.pdf

12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptxAnshariMatin
 
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdf
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdfBasicROckTExture_porphyry deposits.pdf
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdfJulianISwandi
 
DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptHitamKaktus
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingR. Ferro Aviyanto
 
PPT_FIRNA F12117058.pptx
PPT_FIRNA F12117058.pptxPPT_FIRNA F12117058.pptx
PPT_FIRNA F12117058.pptxHeberBaka1
 
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdfWahyuPrayetno1
 
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionSkripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionAkbar Dwi Wahyono
 
Data Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah Pesisir
Data Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah PesisirData Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah Pesisir
Data Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah PesisirLuhur Moekti Prayogo
 
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.pptPower Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.pptMarselinaRihi1
 
Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran...
Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran...Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran...
Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran...Dasapta Erwin Irawan
 
Praktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwarePraktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwareJihad Brahmantyo
 
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...Hidayat Muhammad
 
Tugas geokimia
Tugas geokimiaTugas geokimia
Tugas geokimiaElsonManek
 
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMI
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI  DAN EVALUASI PANAS BUMIMETODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI  DAN EVALUASI PANAS BUMI
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMIMeilani Sukanda
 
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogilaporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogiFridolin bin stefanus
 

Similar to Presentation_Ilham Aji Dermawan.pdf (18)

Dasar ilmu bumi
Dasar ilmu bumiDasar ilmu bumi
Dasar ilmu bumi
 
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
 
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdf
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdfBasicROckTExture_porphyry deposits.pdf
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdf
 
DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.ppt
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
 
PPT_FIRNA F12117058.pptx
PPT_FIRNA F12117058.pptxPPT_FIRNA F12117058.pptx
PPT_FIRNA F12117058.pptx
 
Pembahasan minggu ke 2
Pembahasan minggu ke 2Pembahasan minggu ke 2
Pembahasan minggu ke 2
 
Leo tbt
Leo tbtLeo tbt
Leo tbt
 
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
 
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionSkripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
 
Data Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah Pesisir
Data Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah PesisirData Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah Pesisir
Data Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah Pesisir
 
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.pptPower Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
Power Point_SKRIPSI Yoveyanti Hidegardis Abi.ppt
 
Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran...
Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran...Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran...
Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran...
 
Praktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwarePraktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + software
 
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
STUDI MIKROFASIES DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DI DAERAH NAWUNGAN DAN SEKIT...
 
Tugas geokimia
Tugas geokimiaTugas geokimia
Tugas geokimia
 
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMI
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI  DAN EVALUASI PANAS BUMIMETODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI  DAN EVALUASI PANAS BUMI
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMI
 
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogilaporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
laporan laboratorium kristalografi dan mineralogi
 

Recently uploaded

sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyasistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyaANTARASATU
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaNikmah Suryandari
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfIAARD/Bogor, Indonesia
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 

Recently uploaded (9)

sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyasistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 

Presentation_Ilham Aji Dermawan.pdf

  • 1. Kontrol Struktur terhadap Alterasi dan Mineralisasi Au-Ag-Cu Sistem Endapan Epitermal Sulfidasi Tinggi di Pit B East dan B West, Tambang Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur Ilham Aji Dermawan NIM 22017009 Pembimbing: Dr. Ir. Andri S. Subandrio, Dipl. Geol. Alfend Rudyawan, S.T., M.T., Ph.D Program Studi Magister Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung
  • 2. Kerangka Presentasi ➢Pendahuluan ➢Tinjauan Pustaka ➢Struktur Geologi ➢Alterasi ➢Mineralisasi ➢Kesimpulan
  • 4. Latar Belakang Terbentuknya endapan bijih ekonomis harus memiliki sistem yang mengontrolnya. ➢Konsep barren pluton (Cloos dan Sapiie, 2013) ➢Rekahan akibat tekanan hidraulik (hydraulic fracturing)? ➢Rekahan akibat tektonik yang memiliki orientasi arah?
  • 5. Identifikasi Masalah Kontrol struktur geologi yang berperan dalam pembentukan karakteristik alterasi dan mineralisasi sistem epitermal sulfidasi tinggi yang berkembang di Tujuh Bukit.
  • 6. Objek Penelitian Secara administratif terletak di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
  • 7. Tampak udara Pit A, Pit C, Pit B East, dan Pit B West. Foto menghadap ke arah baratlaut, diambil pada tanggal 25 Juli 2019. Pit B East Pit B West Pit A Pit C Pulau Merah
  • 8. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sistem struktur geologi yang berkembang di Pit B East dan B West. 2. Mengetahui karakteristik alterasi dan mineralisasi sistem endapan epitermal sulfidasi tinggi dari integrasi data geologi lapangan, data pengeboran, dan geokimia. 3. Mengetahui paragenesa mineral. 4. Mengetahui sistem struktur yang mengontrol terbentuknya alterasi dan mineralisasi Au-Ag-Cu endapan epitermal sulfidasi tinggi di Pit B East dan B West.
  • 9. Batasan Masalah Pembahasan mengenai struktur geologi, alterasi, dan mineralisasi sistem epitermal sulfidasi tinggi yang berkembang di tambang terbuka Pit B East dan B West.
  • 10. Hipotesis dan Asumsi Hipotesis Diduga kehadiran mineral bijih dalam jumlah ekonomis dikontrol oleh sistem sesar mendatar yang dicirikan dengan tipe alterasi dan tekstur batuannya. Asumsi Terbentuknya alterasi dan mineralisasi terjadi sesaat setelah sistem struktur geologi terbentuk pada satu periode tektonik yang sama.
  • 13. Persebaran sistem mineralisasi endapan porfiri dan epitermal di Indonesia (Harrison dkk., 2018).
  • 14. Alterasi dan mineralisasi menurut perhitungan umur absolut dari 40Ar/39Ar pada mineral alunit memiliki umur 4,385 ± 0,049 Ma dan Re- Os pada mineral molibdenit memiliki umur 4,303 ± 0,018 Ma (Harrison dkk., 2018). Peta geologi regional lembar Blambangan, Jawa Timur (modifikasi dari Achdan dan Bachri, 1993).
  • 15. Geometri stepover yang menghasilkan zona depresi dan punggungan (van der Pluijm dan Marshak, 2004). Sistem sesar mendatar yang menghasilkan tiga pola utama sesar dan rekahan di Grasberg, Papua (Sapiie dan Cloos, 2013).
  • 16. Karakteristik umum endapan epitermal yang berasosiasi dengan batuan vulkanik (Hedenquist dkk., 1996) Low sulfidation (LS) High sulfidation (HS) Adularia-sericite Acid-sulfate Deposit form Open-space veins dominant, stockwork ore common Disseminated and replacement ore minor Disseminated ore dominant, replacement ore common Stockwork ore minor, veins commonly subordinate Textures Veins, cavity filling (bands, colloforms, druses), breccias Wallrock replacement, breccias, veins Ore minerals Pyrite, electrum, gold, sphalerite, galena (arsenopyrite) Pyrite, enargite, chalcopyrite, tennantite, covellite, gold, tellurides Gangue Quartz, chalcedony, calcite, adularia, illite, carbonates Quartz, alunite, barite, kaolinite, pyrophyllite Metals Au, Ag, Zn, Pb (Cu, Sb, As, Hg, Se) Cu, Au, Ag, As (Pb, Hg, Sb, Te, Sn, Mo, Bi)
  • 18. Peta geologi regional Tumpang Pitu dan Sekitarnya(Anditya dan Purwanto, 2016, tidak dipublikasikan). Pit B East and B West
  • 19.
  • 21. (A) Bukti lapangan berupa cermin sesar yang ada di foot wall, pergerakan menganan normal. (B) Analisis kinematika sesar dengan proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak FaultKin 8 (Marrett dan Allmendinger, 1990; Allmendinger dkk., 2012). (A) (B) Jalur Sesar BE 1
  • 22. Salah satu struktur penyerta pada jalur Sesar BE 2 berupa breksiasi. Foto menghadap ke arah utara. 5 m Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BE 2 dengan proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10 (Allmendinger dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013). Jalur Sesar BE 2
  • 23. Salah satu struktur penyerta pada jalur Sesar BE 3 berupa breksiasi. Foto menghadap ke arah baratlaut. Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BE 3 dengan proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10 (Allmendinger dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013). 5 m Jalur Sesar BE 3
  • 24. (A) Bukti lapangan berupa cermin sesar yang ada di hanging wall, pergerakan normal menganan. (B) Analisis kinematika sesar dengan proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak FaultKin 8 (Marrett dan Allmendinger, 1990; Allmendinger dkk., 2012). Jalur Sesar BW 4 (B) (A)
  • 25. (A) Bukti lapangan berupa cermin sesar yang ada di hanging wall, pergerakan normal menganan. (B) Analisis kinematika sesar dengan proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak FaultKin 8 (Marrett dan Allmendinger, 1990; Allmendinger dkk., 2012). Jalur Sesar BW 6 Salah satu struktur penyerta pada jalur Sesar BW 6 berupa breksiasi. Foto menghadap ke arah tenggara. 5 m Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BW 6 dengan proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10 (Allmendinger dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013).
  • 26. (A) Bukti lapangan berupa cermin sesar yang ada di hanging wall, pergerakan normal menganan. (B) Analisis kinematika sesar dengan proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak FaultKin 8 (Marrett dan Allmendinger, 1990; Allmendinger dkk., 2012). Jalur Sesar BW 7 Struktur penyerta pada jalur Sesar BW 7 berupa breksiasi dan shear fracture. Foto menghadap ke arah selatan. Penyelesaian geometri kedudukan dan gerak Sesar BW 7 dengan proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak Stereonet 10 (Allmendinger dkk., 2013; Cardozo dan Allmendinger, 2013). 30 cm
  • 27. Analisis kinematika enam sesar yang bekerja di Pit B East dan B West dengan proyeksi stereografi, menggunakan perangkat lunak FaultKin 8 (Marrett dan Allmendinger, 1990; Allmendinger dkk., 2012). Analisis Kinematika Sesar Tegasan utama berarah relatif NNW-SSE. Memiliki nilai arah: σ1= 14°, N099°E σ2= 21°, N003°E σ3= 64°, N221°E.
  • 28. Pit B East dan B West Peta geologi regional Tujuh Bukit pada saat awal eksplorasi proyek porfiri (Kavalieris dan Khashgerel, 2011). Struktur geologi di Tujuh Bukit yang mengikuti model pure shear dengan arah tegasan utama NNW-SSE (modifikasi dari Van der Pluijm dan Marshak, 2004).
  • 30. Peta alterasi Pit B East dan B West akhir bulan Juni 2019 dari perusahaan (sumber: monthly report mine geology section, technical service department, PT Bumi Suksesindo). 100 m Sil Hydrothermal silicification Hydrothermal silicification-alunite Hydrothermal silicification-kaolinite Propylitic Clay
  • 31.
  • 32.
  • 34. Foto singkapan yang menunjukkan tekstur kuarsa vuggy sebagai ciri khusus endapan epitermal sulfidasi tinggi. Satuan Alterasi Kuarsa Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa. (A) Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang. Grafik hasil pemindaian ASD Kaolinit + dikit Nakrit + kaolinit
  • 35. Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa. (A) Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang. Paragenesa mineral pada satuan alterasi kuarsa yang terjadi dalam dua tahap dilihat dari pengamatan petrografi Kuarsa Alunit Anhidrit Barit Epidot Muskovit Kaolinit Dikit Nakrit Montmorilonit Pirit Kalkopirit Tetrahedrit Kovelit Bornit Azurit Malakit Goetit Jarosit Mineral bijih sekunder Mineral bijih primer Mineral lempung Mineral transparan Silisifikasi-argilik lanjut Mineralogi Temperatur (°C) 100 200 300 Terbentuk pada suhu 210° - 220°C pada pH asam hingga netral Mineral-mineral hasil pemindaian ASD Kaolinit, montmorilonit, dikit, nakrit Muskovit Jarosit Mineral-mineral hasil pengamatan lapangan dan mineragrafi Pirit, kalkopirit, kovelit, bornit, tetrahedrit, azurit, malakit, goetit Tahap 1 Tahap 2 Kuarsa Mineral lempung Mineral opak Alunit Anhidrit Barit Epidot Gelas vulkanik Sekunder Mineralogi Primer
  • 36. Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran kuarsa sekunder dan alunit bertekstur sugary alunite dominan Satuan Alterasi Kuarsa-Alunit Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa-alunit. (A) Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang. Grafik hasil pemindaian ASD Kaolinit + dikit Nakrit + kaolinit
  • 37. Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa-alunit. (A) Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang. Paragenesa mineral pada satuan alterasi kuarsa-alunit yang terjadi dalam dua tahap dilihat dari pengamatan petrografi Terbentuk pada suhu 210° - 220°C pada pH asam hingga netral Mineral-mineral hasil pemindaian ASD Kaolinit, dikit, nakrit, montmorilonit Mineral-mineral hasil pengamatan lapangan dan mineragrafi Pirit, kovelit, kalkopirit, azurit, malakit, hematit, goetit Kuarsa Alunit Anhidrit Barit Epidot Kaolinit Dikit Nakrit Montmorilonit Pirit Kalkopirit Kovelit Azurit Malakit Hematit Goetit Mineral bijih sekunder Mineral bijih primer Mineral lempung Mineral transparan Mineralogi Temperatur (°C) Argilik lanjut-silisifikasi 100 200 300 Tahap 1 Tahap 2 Kuarsa Plagioklas Gelas vulkanik Mineral opak Mineral lempung Alunit Anhidrit Barit Epidot Sekunder Mineralogi Primer
  • 38. Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran kuarsa sekunder masif dan kaolinit yang dominan. Satuan Alterasi Kuarsa-Kaolinit Fotomikrograf satuan alterasi kuarsa-kaolinit. (A) Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang. Grafik hasil pemindaian ASD Kaolinit
  • 39. Paragenesa mineral pada satuan alterasi kuarsa- kaolinit yang terjadi dalam dua tahap dilihat dari pengamatan petrografi Grafik hasil pemindaian ASD Dikit + kaolinit Montmorilonit + kaolinit Paragonitikilit + montmorilonit Montmorilonit + siderit Mineral-mineral hasil pemindaian ASD Kaolinit, nakrit, dikit, montmorilonit Paragonitikilit Siderit Mineral-mineral hasil pengamatan lapangan dan mineragrafi Pirit, kovelit, kalkopirit, bornit, enargit, tetrahedrit, hematit, goetit, azurit, malakit Tahap 1 Tahap 2 Kuarsa Plagioklas Gelas vulkanik Mineral opak Mineral lempung Alunit Anhidrit Barit Epidot Mineralogi Primer Sekunder
  • 40. Kuarsa Alunit Anhidrit Barit Siderit Paragonitikilit Epidot Kaolinit Dikit Nakrit Montmorilonit Pirit Kalkopirit Tetrahedrit Kovelit Enargit Bornit Hematit Goetit Azurit Malakit Mineral bijih sekunder Mineral bijih primer Silisifikasi-argilik lanjut Mineralogi Mineral transparan Mineral lempung Temperatur (°C) 100 200 300 Perajahan kisaran temperatur pembentukan satuan kuarsa-kaolinit dari himpunan mineral alterasi dan mineral bijih Terbentuk pada pH asam hingga netral
  • 41. Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran mineral lempung dan klorit yang dominan. Satuan Alterasi Mineral Lempung-Klorit Fotomikrograf satuan alterasi mineral lempung-klorit. (A) Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang. Grafik hasil pemindaian ASD Montmorilonit + paragonitikilit Kaolinit + muskovit
  • 42. Paragenesa mineral pada satuan alterasi mineral lempung-klorit yang terjadi dalam dua tahap dilihat dari pengamatan petrografi Mineral-mineral hasil pemindaian ASD Montmorilonit, kaolinit, nakrit, dikit Klorit Paragonitikilit, paragonit, muskovit Siderit, jarosit Kuarsa Alunit Barit Klorit Siderit Montmorilonit Nakrit Kaolinit Dikit Paragonit Paragonitikilit Muskovit Mineral bijih sekunder Jarosit Mineral lempung Mineral mika Mineral transparan Argilik menengah-argilik Mineralogi Temperatur (°C) 100 200 300 Terbentuk pada pH asam hingga netral Perajahan kisaran temperatur pembentukan satuan mineral lempung-klorit dari himpunan mineral alterasi dan mineral bijih Tahap 1 Tahap 2 Mineral lempung Plagioklas Barit Kuarsa Hornblenda Mineral opak Alunit Klorit Sekunder Primer Mineralogi
  • 43. Foto singkapan yang menunjukkan kehadiran mineral lempung yang dominan. Satuan Alterasi Mineral Lempung Fotomikrograf satuan alterasi mineral lempung. (A) Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang. Grafik hasil pemindaian ASD Kaolinit + paragonit Paragonitikilit + montmorilonit
  • 44. Paragenesa mineral pada satuan alterasi mineral lempung yang terjadi dalam dua tahap dilihat dari pengamatan petrografi Terbentuk pada pH asam hingga netral Perajahan kisaran temperatur pembentukan satuan mineral lempung dari himpunan mineral alterasi dan mineral bijih Mineral-mineral hasil pemindaian ASD Dikit, montmorilonit, kaolinit, nakrit Paragonitikilit, paragonit Kuarsa Alunit Anhidrit Barit Paragonitikilit Paragonit Montmorilonit Nakrit Kaolinit Dikit Mineral lempung Mineral transparan Temperatur (°C) Argilik Mineralogi 100 200 300 Tahap 1 Tahap 2 Kuarsa Gelas vulkanik Mineral lempung Mineral opak Alunit Anhidrit Barit Primer Mineralogi Sekunder
  • 46. n B East = 145 data lapangan, 30.763 data pengeboran n B West = 120 data lapangan, 74.594 data pengeboran
  • 47. n B East = 145 data lapangan, 30.763 data pengeboran n B West = 120 data lapangan, 74.589 data pengeboran
  • 48. n B East = 145 data lapangan, 30.762 data pengeboran n B West = 120 data lapangan, 72.427 data pengeboran
  • 49. Sampel berukuran sekepal tangan (hand specimen) mineral bijih pembawa Cu. (A) Kovelit. (B) Bornit. Sampel berukuran sekepal tangan (hand specimen) mineral bijih pembawa Cu. (A) Enargit sebagai mineral bijih primer yang terdapat dalam kuarsa vuggy. (B) Azurit dan malakit sebagai mineral bijih sekunder hasil pengayaan supergen. Fotomikrograf beberapa mineral bijih pembawa Cu. (A) Tetrahedrit dan pirit. (B) Kovelit. Kedua foto dalam pengamatan nikol sejajar. Fotomikrograf beberapa mineral bijih pembawa Cu. (A) Kovelit, kalkopirit, dan setempat bornit. (B) Kalkopirit dan pirit. Kedua foto dalam pengamatan nikol sejajar.
  • 51. 1. Struktur geologi yang dominan berkembang berupa sistem sesar mendatar berumur Pliosen, berarah relatif NW-SE dan N-S, dengan arah tegasan utama NNW-SSE mengikuti model pure shear. 2. Terdapat lima satuan alterasi, yaitu satuan kuarsa, kuarsa-alunit, kuarsa-kaolinit, mineral lempung-klorit, dan mineral lempung. Umumnya batuan terubah dengan intensitas sedang cenderung kuat hingga terubah total. Mengacu pada terminologi alterasi hidrotermal berdasarkan himpunan mineralnya, alterasi yang berkembang adalah silisifikasi, argilik lanjut, argilik menengah, dan argilik. 3. Dari hubungan cetak-tindihnya pada pengamatan petrografi, kelima satuan alterasi terjadi dalam dua tahap yang terbentuk pada pH asam hingga netral. 4. Alterasi silisifikasi dan mineralisasi Au-Ag-Cu kadar menengah hingga sangat tinggi umumnya berada pada zona-zona depresi dan subsidens yang diakibatkan oleh pergerakan sesar mendatar pada geometri releasing bend dan releasing stepover, serta sesar normal yang sejajar dengan arah tegasan utamanya pada skala regional.
  • 52. TERIMA KASIH Pit B West CODES-University of Tasmania Workshop at Tujuh Bukit March 2019
  • 53. Tektonik Regional Sundaland pada akhir Kapur (Hall, 2008).
  • 54. Arah dari cabang-cabang struktur geologi yang berasosiasi dengan sistem sesar mendatar menganan (van der Pluijm dan Marshak, 2004).
  • 55. Alterasi Hidrotermal Himpunan mineral ubahan pada sistem hidrotermal berdasarkan suhu dan pH saat proses terbentuknya (Corbett dan Leach, 1998).
  • 57. Penamaan modern tipe endapan epitermal dan sejarahnya (Sillitoe dan Hedenquist, 2003)
  • 58. Diagram zonasi skematik karakteristik alterasi epitermal sulfidasi tinggi ke arah luar (Arribas Jr., 1995).
  • 59. Stabilitas suhu dan pH mineral alterasi hidrotermal yang umum di lingkungan epitermal (Hedenquist dkk., 1996)
  • 60. Batuan termineralisasi pada jalur struktur geologi berwarna kemerahan akibat oksidasi intensif. Foto menghadap ke arah tenggara. Fotomikrograf mineral oksida berupa hematit dan goetit. (A) Pengamatan nikol sejajar. (B) Pengamatan nikol bersilang. 25 m Oksidasi Intensif