SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-9
Abstrak—Telah dilakukan penelitian tentang batuan fosfat,
yang bertujuan untuk menentukan sebaran serta kualitas batuan
fosfat (kadar P2O5) di lokasi penelitian yaitu di daerah
kecamatan Saronggi kabupaten Sumenep Madura. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi
Wenner-Schlumberger pada proses pengambilan data lapangan.
Pemodelan dan inversi data lapangan dilakukan dengan
menggunakan software Res2Dinv. Nilai resistivitas yang terukur
dibandingkan dengan hasil pengukuran nilai resistivitas skala
laboratorium pada sampel batuan fosfat yang diambil dari lokasi
penelitian menggunakan LCR meter. Sedangkan uji kimiawi
dilakukan untuk mengetahui kandungan P2O5 pada batuan
fosfat yang telah terukur nilai resistivitasnya. Berdasarkan pada
hasil pengukuran di laboratorium, didapatkan nilai resistivitas
batuan fosfat sebesar 96 Ωm hingga 353 Ωm. Hasil ini nantinya
dijadikan sebagai acuan dalam menentukan letak sebaran fosfat
pada kontur resistivitas hasil inversi menggunakan Res2Dinv.
Kemudian setelah dilakukan uji kimiawi, didapatkan kadar P2O5
sebesar 12,30% hingga 15%. Jadi, batuan fosfat di daerah
penelitian dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
pupuk Super Phosphate jenis Single Super Phosphate.
Kata Kunci—konfigurasi Wenner-Schlumberger, resistivitas,
fosfat, kadar P2O5, Saronggi Sumenep.
I. PENDAHULUAN
ebutuhan akan pupuk di Indonesia semakin meningkat
tiap tahunnya. Kelangkaan pupuk seringkali menganggu
kebutuhan dasar para petani di Indonesia, sehingga
dampaknya harga pupuk melonjak di pasaran. Permintaan
pupuk jenis TSP, ZA dan SP-36 sejak tahun 2003 tidak dapat
dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sehingga kekurangan
pasokan jenis pupuk ini dipenuhi melalui impor. Bahan baku
pupuk jenis TSP, SP-36 dan NPK adalah fosfat. Unsur fosfat
(P) adalah salah satu nutrisi utama yang sangat penting bagi
tanaman di samping Nitrogen (N) dan Kalium (K). Peranan
fosfat yang terpenting adalah memacu pertumbuhan akar dan
pembentukan sistem perakaran serta memacu pertumbuhan
generatif tanaman [1].
Umumnya deposit fosfat alam ditemukan di daerah-daerah
yang banyak mengandung kapur. Namun fosfat alam di
Indonesia umumnya mempunyai kandungan P yang rendah,
sebagian besar kelas D atau E. Artinya kandungannya dibawah
20% dan jumlahnya hanya cocok untuk penambangan kecil.
Berdasarkan hasil Survei Explorasi tahun 1968-1985 oleh
Direktorat Geologi dan Mineral, Departemen Pertambangan
telah ditemukan cadangan fosfat alam yang diperkirakan
sebesar 895 ribu t yang tersebar di Pulau Jawa (66%),
Sumatera Barat (17%), Kalimantan (8%), Sulawesi (5%), dan
sekitar 4% tersebar di Papua, Aceh, Sumatera Utara, dan Nusa
Tenggara. Perkiraan cadangan deposit fosfat alam terbesar
terdapat di Jawa Timur yaitu di daerah Tuban, Lamongan,
Gresik, dan Madura sekitar 313 ribu ton [2].
Dengan mengacu pada kondisi diatas, Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu studi geofisika agar dapat diketahui sebaran
serta potensi fosfat di Jawa Timur, khususnya di daerah
Saronggi kabupaten Sumenep Madura. Pada penelitian ini
menggunakan metode geolistrik resistivitas dengan
konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger. Survei geolistrik
dapat digunakan untuk menentukan secara tidak langsung
keberadaan dan posisi serta dimensi material geologi di bawah
permukaan, kedalaman, ketebalan serta evaluasi endapan.
Penelitian ini merupakan survei awal sebagai penunjang
dilakukannya eksploitasi lebih lanjut terhadap batuan fosfat.
A. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah interpretasi
sebaran fosfat pada lokasi penelitian yaitu di daerah Saronggi,
Sumenep, Madura. Kemudian dalam proses akuisisi data
lapangan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner-
Schlumberger. Pada proses pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan Res2Dinv untuk interpretasi persebaran fosfat
daerah penelitian. Serta untuk pengukuran nilai resistivitas di
laboratorium menggunakan alat LCR meter.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk sebagai identifikasi
struktur bawah permukaan tanah dengan menggunkan metode
geolistrik yang memanfaatkan sifat tahanan jenis, mempelajari
nilai tahanan jenis batuan daerah penelitian terutama batuan
fosfat dalam skala laboratorium dan lapangan, menentukan
persebaran fosfat di daerah penelitian serta menentukan kadar
kandungan P2O5.
Analisa Sebaran Fosfat dengan Menggunakan
Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-
Schlumberger : Studi Kasus Saronggi, Madura
Faza Nabeel, Dwa Desa Warnana, dan Ayi Syaeful Bahri
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: syaeful_b@physics.its.ac.id
K
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-10
II. DASAR TEORI
A. Fosfat
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau
sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya,
kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime
(BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan
kandunganP2O5.Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena
gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit
(Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan
magma.
Fosfat merupakan satu -satunya bahan galian (diluar air)
yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam diserap oleh
mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup
yang telah mati terurai, kemudian terakumulasi dan
terendapkan di lautan. Proses terbentuknya endapan fosfat ada
tiga, yaitu [3]:
1. Fosfat primer, terbentuk dari pembekuan magma alkalin
pada intrusi hidrotermal yang terkadang berasosiasi dengan
batuan beku alkalin yang mengandung mineral fosfat
apatit. Terutama fluor apatit {Ca5 (PO4)3 F}dalam keadaan
murni mengandung 42 % P2O5 dan 3,8 % F2.
2. Fosfat sedimen, merupakan endapan fosfat sedimen yang
terendapkan di laut dalam. Endapan laut terbentuk dari
hasil penguraian berbagai kehidupan yang ada di laut, atau
akibat erosi mineral-mineral yang mengandung fosfat oleh
aliran sungai yang kemudian dibawa kelaut dan masuk ke
dalam urat-urat batu gamping. Akibat adanya peristiwa
geologi, endapan akan terangkat dan membentuk daratan.
3. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi hewan-
hewan darat, burung pemakan ikan dan kelelawar yang
terlarut dan bereaksi dengan batu gamping karena
pengaruh air hujandan air tanah [3].
B. Sifat Kelistrikan Batuan
Batuan merupakan suatu materi yang mempunyai sifat–sifat
kelistrikan. Sifat listrik ini merupakan karakteristik dari batuan
tersebut yang besarnya sangat bergantung dari media
pembentuk batuan tersebut. Sifat listrik ini dapat berasal dari
alam itu sendiri yang akan muncul jika terjadi gangguan
kesetimbangan atau dengan sengaja dimasukkan arus listrik ke
dalam batuan sehingga terjadi ketidakseimbangan muatan di
dalamnya [4].
C. Teori Potensial Listrik
Hukum yang dapat menjelaskan mengenai hambatan adalah
hukum Ohm. Hambatan listrik material biasanya dinyatakan
dengan tahanan jenis atau resistivitas. Untuk selanjutnya
digunakan istilah resistivitas untuk tahanan jenis. Jika suatu
material mempunyai hambatan (R) dengan panjang (l) dan
luas (A), maka harga resistivitas (  ) dirumuskan ;
lRA/ atau AlR / (1)
 dinyatakan dalam ohm meter (Ωm), R dalam ohm (Ω), l
dalam meter dan A dalam meter persegi (m2
).
D. Elektroda Arus Pada Medium Homogen
Pada prakteknya arus listrik dimasukkan melalui elektroda
C1 dan C2. sedangkan beda potensial diukur dengan elektroda
potensial P1 dan P2 yang terletak antara C1 dan C2 (Gambar1).
Susunan elektroda arus ganda di permukaanmedium homogen
ditunjukkan dalam gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Susunan elektroda ganda di permukaan untuk model
mediumhomogen.
Gambar 2. Distribusi potensial dan aliran arus oleh sumber arus ganda di
permukaan
Sehingga beda potensial pada P1 akibat arus yang diinjeksikan
pada C1 dan C2 didapatkan persamaan sebagai berikut ;
)
rr
(
I
V P
21
1
11
2



(2)
dan beda potensial di P2 dirumuskan sebagai berikut ;
)
rr
(
I
V P
43
2
11
2



(3)
sehingga bisa kita dapatkan beda potensial antara P1 dan P2
dari persamaan (2) dan (3) sebagai berikut ;







4321
1111
2 rrrr
I
V


atau dapat ditulis I/VK
dimana K =
1
4321 r
1
r
1
r
1
r
1
2













 (4)
K adalah faktor geometri yang besarnya sangat tergantung dari
jarak antar elektroda yang digunakan dalam pengolahan data.
Gambar 2 adalah ilustrasi penjalaran arus oleh dua elektroda
arus dalam media homogen dengan titik sounding berada di
tengah elektroda arus.
Pada gambar 2 di atas, garis aliran arus dan bidang
equipotensial pada C1 terdistorsi akibat adanya penjalaran
arus pada C2. Dalam medium yang homogen isotropis, besar
potensial adalah konstan dan simetris terhadap elektroda.
Akibat pengaruh arus pada elektroda C2, maka bidang
equipotensial yang terbentuk akan semakin berbentuk tidak
setengah bola silinder. Jika jarak antar elektroda C1 dan C2
diperbesar, maka equipotensial bernilai lebih kecil dari
setengah permukan bola silinder.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-11
Gambar 3. Pengukuran Resistivitas 2D dengan Konfigurasi Elektroda
Wenner-Schlumberger.
Gambar 4. Peta Geologi Sumenep (Situmorang, 1992). Qa merupakan daerah
endapan alluvium, Qpp daerah formasi Pamekasan, Tpm daerah formasi
Madura, Tmp daerah formasi Pasean, Tmb daerah formasi Bulu, Tmtn daerah
formasi Ngrayong dan Tmtmerupakan daerah Formasi Tawun.
Bila mediumnya tidak homogen isotropi, maka
resistivitasnya disebut resistivitas semu. Dengan
menggunakan susunan elektroda tertentu maka harga K
(persamaan 4) dapat diketahui. Sehingga beda potensial dan
arus yang dialirkan dapat diukur. Dengan demikian resistivitas
semu dapat dihitung .
E. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Konfigurasi ini merupakan gabungan antara konfigurasi
Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi Wenner-
Sclumberger mempuyai penetrasi maksimum kedalaman 15%
lebih baik dari konfigurasi Wenner.
Faktor geometri dari konfigurasi elektroda Wenner-
Schlumberger adalah :
K = n (n + 1) a (5)
Dimana a adalah jarak antara elektroda P1 dan P2, serta r
adalah perbandingan antara jarak elektroda C1 – P1 dengan P1
– P2. Nilai reistivitas semu dirumuskan :
ρ . (6)
Gambar 5. Diagram alir pelaksanaan penelitian
Berdasarkan pada gambar 4, peta geologi Lembar Waru –
Sumenep [5], daerah penelitian termasuk dari bagian
Cekungan Jawa Timur utara. Tataan stratigrafinya dari tua ke
muda adalah Formasi Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi
Bulu, Formasi Pasean, Formasi Madura, Formasi Pamekasan,
dan Aluvium.
III. METODOLOGI
Pada penelitian ini,tahap pertama yang dilakukan adalah
kajian literatur seperti : buku, internet, jurnal dan sebagainya.
Tahap kedua yaitu melakukan survei geologi dan morfologi
daerah penelitian, merencanakan bentuk lintasan yang akan
digunakan. Tahapan selanjutnya adalah pengambilan data.
Pengambilan data dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama
yaitu pengambilan data di laboratorium, meliputi analisa
kimiawi batuan fosfat dan pengambilan data resistivitas
sampel batuan. Kemudian yang kedua adalah pengambilan
data di lapangan. Setelah itu tahap pengolahan data dan
tahapterakhir adalah interpretasidata dari hasil yang diperoleh
di lapangan. Adapun diagram alirnya sebagai berikut:
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengukuran Resistivitas di Laboratorium
Pada proses pengukuran pada sampel batuan, sampel batuan
yang telah diambil dari lokasi penelitian (Saronggi,Sumenep)
selanjutnya diukur nilai resistivitasnya dan diuji kadar P2O5 di
laboratorium. Untuk pengukuran nilai resistivitasnya,
pengukuran sampel batuan telah dilakukan terhadap 10 sampel
batuan yang berbeda. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat Automatic LCR meter Fluke and Philips
The T&M Alliance PM 6303. Hasil pengukuran sampel di
laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil pengukuran
nilai resistivitas tersebut akan dijadikan dasar untuk
interpretasi persebaran fosfat pada pengolahan data lapangan.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-12
Tabel 1.
Hasil Pengukuran Resistivitas Sampel Batuan
No Kode A (m2
) L (m) R (ohm) ρ (Ωm)
1 Sampel 1 0,000121 0,015 22410 180,774
2 Sampel 2 0,00013 0,023 62494 353,2269
3 Sampel 3 0,000156 0,022 27578 195,553
4 Sampel 4 0,000224 0,022 9488,6 96,6112
5 Sampel 5 0,00021 0,02 18030 189,315
6 Sampel 6 0,000196 0,023 141772 1208,144
7 Sampel 7 0,00018 0,02 73150 658,35
8 Sampel 8 0,000156 0,023 102918 698,0525
9 Sampel 9 0,00018 0,029 263260 1634,027
10 Sampel 10 0,00021 0,028 227220 1704,15
Tabel 2.
Hasil Uji Kimiawi Kadar P2O5 Pada Sampel Batuan
No Kode ρ (Ωm) Kadar P2O5 (%)
1 sampel 1 180,774 14,90
2 sampel 2 353,2269 14,40
3 sampel 3 195,553 12,30
Selanjutnya dilakukan Analisa kimiawi. Analisa ini
dilakukan terhadap 3 sampel batuan fosfat yang telah diukur
nilai resistivitasnya. Metode yang digunakan adalah
spektrofotometer. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
kandungan fosfat khususnya P2O5 dalam satuan % berat.
Kandungan P2O5 pada batuan fosfat dapat dilihat pada tabel 2.
Sampel batuan pertama sampai sampel batuan kelima
merupakan batuan fosfat sedangkan lima batuan lainnya
merupakan batuan selain fosfat (limestone dan lempung
pasiran), yang nantinya nilai dari resistivitas batuan tersebut
digunakan sebagai pembanding dari nilai sampel batuan fosfat
yang telah diukur.
B. Pengolahan Data Lapangan
Setelah dilakukan pengambilan data geolistrik di lapangan
menggunakan metode Wenner-Schlumberger, selanjutnya data
diolah dengan menggunakan software Res2Dinv untuk
mendapatkan tampilan 2 dimensi kontur resistivitas dari
lapisan bawah permukaan tanah. Tampilan 2 dimensi yang
dihasilkan tediri dari 3 kontur isoresistivitas pada penampang
kedalaman semu (Pseudoseph Resistivity). Penampang
pertama adalah measure apparent resistivity yang
menunjukkan kontur resistivitas semu hasil pengukuran,
penampang kedua menunjukkan kontur resistivitas semu dari
hasil perhitungan (calculated apparent resistivity), dan
penampang yang ketiga adalah inverse model resistivitysection
yang menggambarkan kontur resistivitas sebenarnya (true
resistivity) setelah melalui permodelan inversi.
Berikut model kontur resistivitas hasil inversi menggunakan
Res2Dinv pada tiap-tiap lintasan:
Gambar 6. Pemodelan penampang 2D lintasan 1
Gambar 7.Pemodelan penampang 2D lintasan 2
Gambar 8. Pemodelan penampang 2D lintasan 3
Gambar 9.Pemodelan penampang 2D lintasan 4
Gambar 10. Pemodelan penampang 2D lintasan 5
Gambar 11. Pemodelan penampang 2D lintasan 6
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-13
Gambar 12. Pemodelan penyebaran fosfat pada Petak A.
Gambar 13. Pemodelan penyebaran fosfat pada Petak B.
Setelah didapatkan hasil pemodelan pada penampang
resistivitas 2D pada masing-masing lintasan (gambar 6 –
gambar 11), ditunjukkan bahwa anomali dengan nilai
resistivitas rendah mempunyai nilai resistivitas antara 101Ωm
hingga 396 Ωm yang digambarkan dengan warna hijau, biru
kehijauan dan biru muda pada model penanmpang 2D nilai
resistivitas. Letak anomali berada pada kedalaman 1,5 hingga
15 meter. Sedangkan anomali dengan nilai resistivitas tinggi,
dengan nilai resistivitas antara 1027 Ωm hingga 8000 Ωm
yang diinterpretasikan dengan warna coklat dan coklat
kemerahan.
C. Pembahasan
Setelah semua data telah didapat, kemudian dilakukan
pengolahan data lapangan dengan menggunakan software
Res2Dinv. Selanjutnya dilakukan interpretasi data untuk
menentukan pendugaan sebaranfosfat.Interpretasi ini
didasarkan pada karakteristik atau kecenderungan harga
resistivitas yang diperoleh dari permodelan dengan
menggunakan software Res2Dinv dan nilai resistivitas hasil
pengukuran pada sampel batuan fosfat skala laboratorium
sebagai acuan. Untuk menunjang interpretasi hasil pengolahan
data resistivitas software Res2Dinv, harus dilakukan korelasi
terhadap hasil pengukuran di laboratorium dan pengukuran
resistivitas batuan fosfat di lapangan, serta data-data geologi
yang ada.
Berdasarkan pada hasil pengukuran nilai resistivitas di
laboratorium pada 5 sampel batuan fosfat yang diambil dari
Gambar 14. Peta sebaran fosfat pada Garmin MapSource
lokasi penenitian, didapatkan nilai resistivitas batuan fosfat
antara 96,611 Ωm hingga 353,226 Ωm. Hasil tersebut
nantinya digunakan sebagai acuan dalam menunjukkan
sebaran fosfat pada penampang resistivitas 2D hasil
pengukuran di lapangan. Kemudian dilakukan korelasi
terhadap hasil pengukuran skala laboratorium dengan hasil
pengukuran skala lapangan. Sehingga bisa didapatkan sebaran
fosfat di lokasi penelitian. Berdasarkan dari model penampang
2D dari hasil pengolahan data lapangan menggunakan
software Res2Dinv, menunjukkan bahwa pada nilai resistivitas
tersebut (hasil pengukuran di laboratorium) digambarkan
dengan warna hijau, biru kehijauan dan biru muda. Dengan
letak pada penampang resistivitas 2D berada pada kedalaman
1,5 hingga 15 meter. Sedangkan anomali dengan nilai
resistivitas tinggi, dengan nilai resistivitas antara 1027 Ωm
hingga 8000 Ωm yang diinterpretasikan dengan warna coklat
dan coklat kemerahan. Yang diindikasikan sebagai batu
gamping (limestone). Berdasarkan pada literatur yang telah
ada, nilai resistivitas batu gamping berkisar antara50 Ωm
hingga 4x102
Ωm [6].
D. Persebaran Batuan Fosfat
Berdasarkan dari hasil penampang kontur resistivitas tiap-tiap
lintasan, kemudian masing-masing penampang dikorelasikan
menurut petak lokasi penelitiannya. Petak A meliputi lintasan
1 dan lintasan 2. Sedangkan petak B meliputi lintasan 3,
lintasan 4, lintasan 5 dan lintasan 6. Dari pemodelan tersebut
diperoleh tiga buah persebaran batuanfosfat pada area
penelitian. Satu sebaran di petak A (gambar 12), dan dua
sebaran di petak B (gambar 13). Pada petak A terdapat sebuah
sebaran yang memotong lintasan 1 dan lintasan 2 dengan arah
sebaran ke arah timur. Sedangkan pada petak B terdapat 2
buah sebaran, sebaran pertama memotong lintasan 3, lintasan
4, lintasan5 dan lintasan 6 dengan arah sebaran ke arah barat
daya. Sebaran kedua memotong lintasan 4, lintasan 5 dan
lintasan 6 dengan arah sebaran mengarah ke barat daya.
Berikut pola sebaran fosfat dapat dilihat dari Garmin map
source (Gambar 14).
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-14
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil berdasarkan hasil
pengukuran, pengolahan data dan pembahasan pada penelitian
ini adalah:
1. Harga resistivitas batuan fosfat berdasarkan hasil
pengukuran dilaboratorium adalah 96,6112Ωm hingga
353,2269 Ωm. Hasil ini kemudian dijadikan sebagai acuan
dalam menentukan sebaran fosfat pada kontur resistivitas
penampang 2D hasil pengukuran di lapangan.
2. Pada area penelitian ditemukan 3 buah sebaran batuan
fosfat. Sebaran pertama terletak pada petak A, yang
memotong lintasan 1 dan 2 dengan arah sebaran ke barat.
Sedangkan sebaran kedua dan ketiga terletak pada petak
B. Sebaran kedua memotong lintasan 3, lintasan 4,
lintasan 5 dan lintasan 6, dan sebaran ketiga memotong
lintasan 4, lintasan 5 dan lintasan 6 dengan arah sebaran
(sebaran 2 dan 3) ke barat daya.
3. Berdasarkan hasil analisa kimiawi pada 3 sampel batuan
fosfat, diketahui nilai kandungan P2O5 masing-masing
sampel adalah sebesar 14,90%; 14,40% dan 12,30%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada kedua orang tua, dosen pembimbing
Dr.A.Syaeful Bahri, S.Si, MT, Bapak Dwa Desa Warnana,
S.Si, M,Si, dan teman-teman yang telah membantu penelitian
ini.Terima kasih kepada Geoadvance dan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya atas fasilitas yang telah ada.
Terima kasih juga kepada orang-orang yang telah mendukung
penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] P. Lingga, Hakim. “Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya”,
Jakarta, (1986).
[2] M. Sediyarso, “Fosfat Alam sebagai Bahan Baku dan Pupuk Fosfat.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat”, Bogor, (1999).
[3] Adiningsih, S. Rochayati, M. Sediarso, dan A. Kasno. “Prospek
Penggunaan Pupuk Fosfat Alam untuk Budidaya Pertanian Tanaman
Pangan”. disajikan dalam Seminar, (1997).
[4] M.B. Dobrin, “Introduction to Geophysical Prospecting”, New York:
McGraw-Hill, (1981).
[5] R. L. Situmorang, D.A. Agustianto, dan M. Suparman, Geologi Lembar
Waru Sumenep, Skala 1:1.00.000.Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung, (1992).
[6] M.H. Loke and R. D. Barker, Rapid Least-Squares Inversion of
Apparent Resistivity Pseudosection by A Quasi-Newton Method,
Geophysical Prospecting, 44, (1996) 131-152.

More Related Content

What's hot

Teknik ekplorasi
Teknik ekplorasiTeknik ekplorasi
Teknik ekplorasidhirga456
 
177548695 bab-1-geofisika-umum
177548695 bab-1-geofisika-umum177548695 bab-1-geofisika-umum
177548695 bab-1-geofisika-umumfazar muslim
 
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapankusyanto Anto
 
Eksplorasi sumber daya bahan galian
Eksplorasi sumber daya bahan galianEksplorasi sumber daya bahan galian
Eksplorasi sumber daya bahan galianIpung Noor
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Sylvester Saragih
 
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati Ali Ramadhan
 
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airAnalisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airsubhanalfitrah
 
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangFasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangPrahara Iqbal
 
Tahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologiTahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologiIndahPasaribu1
 
Formasi batuan malosa selebes sarasin
Formasi batuan malosa selebes sarasinFormasi batuan malosa selebes sarasin
Formasi batuan malosa selebes sarasinAidilFitrah9
 
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadanganLaporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadanganSylvester Saragih
 
Mata Kuliah Pengantar Teknologi Pertambangan
Mata Kuliah Pengantar Teknologi PertambanganMata Kuliah Pengantar Teknologi Pertambangan
Mata Kuliah Pengantar Teknologi Pertambanganfridolin bin stefanus
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingR. Ferro Aviyanto
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasioilandgas24
 
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjingRifai Ramli
 

What's hot (20)

Teknik ekplorasi
Teknik ekplorasiTeknik ekplorasi
Teknik ekplorasi
 
Tugas geolistrik 2
Tugas geolistrik 2Tugas geolistrik 2
Tugas geolistrik 2
 
177548695 bab-1-geofisika-umum
177548695 bab-1-geofisika-umum177548695 bab-1-geofisika-umum
177548695 bab-1-geofisika-umum
 
Eksplorasi Emas
Eksplorasi EmasEksplorasi Emas
Eksplorasi Emas
 
Eksplorasi geokimia
Eksplorasi geokimiaEksplorasi geokimia
Eksplorasi geokimia
 
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
 
Eksplorasi sumber daya bahan galian
Eksplorasi sumber daya bahan galianEksplorasi sumber daya bahan galian
Eksplorasi sumber daya bahan galian
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
 
Tahapan eksplorasi
Tahapan eksplorasiTahapan eksplorasi
Tahapan eksplorasi
 
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
Jurnal sesar tugas mhs. unswagati
 
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airAnalisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
 
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangFasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
 
Tahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologiTahapan pemetaan geologi
Tahapan pemetaan geologi
 
Formasi batuan malosa selebes sarasin
Formasi batuan malosa selebes sarasinFormasi batuan malosa selebes sarasin
Formasi batuan malosa selebes sarasin
 
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadanganLaporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
 
Mata Kuliah Pengantar Teknologi Pertambangan
Mata Kuliah Pengantar Teknologi PertambanganMata Kuliah Pengantar Teknologi Pertambangan
Mata Kuliah Pengantar Teknologi Pertambangan
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasi
 
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
 
1
11
1
 

Similar to ANALISIS DISTRIBUSI FOSFAT DENGAN METODE GEOLISTRIK

SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAHSEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAHRepository Ipb
 
Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1PT. SASA
 
1 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-171 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-17Hotma Purba
 
18383-42777-1-PB.pdf
18383-42777-1-PB.pdf18383-42777-1-PB.pdf
18383-42777-1-PB.pdfJoseDa4
 
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...Repository Ipb
 
PPT EPB Magnetotellurik Kelompok 6.pptx
PPT EPB Magnetotellurik Kelompok 6.pptxPPT EPB Magnetotellurik Kelompok 6.pptx
PPT EPB Magnetotellurik Kelompok 6.pptxFeryanAdiAnggana1
 
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdf
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdfBasicROckTExture_porphyry deposits.pdf
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdfJulianISwandi
 
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMI
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI  DAN EVALUASI PANAS BUMIMETODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI  DAN EVALUASI PANAS BUMI
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMIMeilani Sukanda
 
33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdf33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdfUCAHFO1
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptHitamKaktus
 
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
 
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka TengahHasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka TengahDianora Didi
 
Andrew hidayat 221891-none
 Andrew hidayat   221891-none Andrew hidayat   221891-none
Andrew hidayat 221891-noneAndrew Hidayat
 

Similar to ANALISIS DISTRIBUSI FOSFAT DENGAN METODE GEOLISTRIK (20)

SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAHSEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
SEBARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN ESTUARI WAKAK-PLUMBON, SEMARANG, JAWA TENGAH
 
Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1
 
KOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNA
KOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNAKOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNA
KOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNA
 
1 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-171 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-17
 
18383-42777-1-PB.pdf
18383-42777-1-PB.pdf18383-42777-1-PB.pdf
18383-42777-1-PB.pdf
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...
 
359 394
359 394359 394
359 394
 
Proposalku01
Proposalku01Proposalku01
Proposalku01
 
Tugas_spektrometer
Tugas_spektrometerTugas_spektrometer
Tugas_spektrometer
 
PPT EPB Magnetotellurik Kelompok 6.pptx
PPT EPB Magnetotellurik Kelompok 6.pptxPPT EPB Magnetotellurik Kelompok 6.pptx
PPT EPB Magnetotellurik Kelompok 6.pptx
 
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdf
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdfBasicROckTExture_porphyry deposits.pdf
BasicROckTExture_porphyry deposits.pdf
 
Estimasi
EstimasiEstimasi
Estimasi
 
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMI
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI  DAN EVALUASI PANAS BUMIMETODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI  DAN EVALUASI PANAS BUMI
METODE PEMETAAN ALTERASI DALAM EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMI
 
Presentasi tugas
Presentasi tugasPresentasi tugas
Presentasi tugas
 
33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdf33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdf
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.ppt
 
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...
 
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka TengahHasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
 
Andrew hidayat 221891-none
 Andrew hidayat   221891-none Andrew hidayat   221891-none
Andrew hidayat 221891-none
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

ANALISIS DISTRIBUSI FOSFAT DENGAN METODE GEOLISTRIK

  • 1. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-9 Abstrak—Telah dilakukan penelitian tentang batuan fosfat, yang bertujuan untuk menentukan sebaran serta kualitas batuan fosfat (kadar P2O5) di lokasi penelitian yaitu di daerah kecamatan Saronggi kabupaten Sumenep Madura. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger pada proses pengambilan data lapangan. Pemodelan dan inversi data lapangan dilakukan dengan menggunakan software Res2Dinv. Nilai resistivitas yang terukur dibandingkan dengan hasil pengukuran nilai resistivitas skala laboratorium pada sampel batuan fosfat yang diambil dari lokasi penelitian menggunakan LCR meter. Sedangkan uji kimiawi dilakukan untuk mengetahui kandungan P2O5 pada batuan fosfat yang telah terukur nilai resistivitasnya. Berdasarkan pada hasil pengukuran di laboratorium, didapatkan nilai resistivitas batuan fosfat sebesar 96 Ωm hingga 353 Ωm. Hasil ini nantinya dijadikan sebagai acuan dalam menentukan letak sebaran fosfat pada kontur resistivitas hasil inversi menggunakan Res2Dinv. Kemudian setelah dilakukan uji kimiawi, didapatkan kadar P2O5 sebesar 12,30% hingga 15%. Jadi, batuan fosfat di daerah penelitian dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk Super Phosphate jenis Single Super Phosphate. Kata Kunci—konfigurasi Wenner-Schlumberger, resistivitas, fosfat, kadar P2O5, Saronggi Sumenep. I. PENDAHULUAN ebutuhan akan pupuk di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Kelangkaan pupuk seringkali menganggu kebutuhan dasar para petani di Indonesia, sehingga dampaknya harga pupuk melonjak di pasaran. Permintaan pupuk jenis TSP, ZA dan SP-36 sejak tahun 2003 tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sehingga kekurangan pasokan jenis pupuk ini dipenuhi melalui impor. Bahan baku pupuk jenis TSP, SP-36 dan NPK adalah fosfat. Unsur fosfat (P) adalah salah satu nutrisi utama yang sangat penting bagi tanaman di samping Nitrogen (N) dan Kalium (K). Peranan fosfat yang terpenting adalah memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran serta memacu pertumbuhan generatif tanaman [1]. Umumnya deposit fosfat alam ditemukan di daerah-daerah yang banyak mengandung kapur. Namun fosfat alam di Indonesia umumnya mempunyai kandungan P yang rendah, sebagian besar kelas D atau E. Artinya kandungannya dibawah 20% dan jumlahnya hanya cocok untuk penambangan kecil. Berdasarkan hasil Survei Explorasi tahun 1968-1985 oleh Direktorat Geologi dan Mineral, Departemen Pertambangan telah ditemukan cadangan fosfat alam yang diperkirakan sebesar 895 ribu t yang tersebar di Pulau Jawa (66%), Sumatera Barat (17%), Kalimantan (8%), Sulawesi (5%), dan sekitar 4% tersebar di Papua, Aceh, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara. Perkiraan cadangan deposit fosfat alam terbesar terdapat di Jawa Timur yaitu di daerah Tuban, Lamongan, Gresik, dan Madura sekitar 313 ribu ton [2]. Dengan mengacu pada kondisi diatas, Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi geofisika agar dapat diketahui sebaran serta potensi fosfat di Jawa Timur, khususnya di daerah Saronggi kabupaten Sumenep Madura. Pada penelitian ini menggunakan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger. Survei geolistrik dapat digunakan untuk menentukan secara tidak langsung keberadaan dan posisi serta dimensi material geologi di bawah permukaan, kedalaman, ketebalan serta evaluasi endapan. Penelitian ini merupakan survei awal sebagai penunjang dilakukannya eksploitasi lebih lanjut terhadap batuan fosfat. A. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah interpretasi sebaran fosfat pada lokasi penelitian yaitu di daerah Saronggi, Sumenep, Madura. Kemudian dalam proses akuisisi data lapangan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner- Schlumberger. Pada proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Res2Dinv untuk interpretasi persebaran fosfat daerah penelitian. Serta untuk pengukuran nilai resistivitas di laboratorium menggunakan alat LCR meter. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk sebagai identifikasi struktur bawah permukaan tanah dengan menggunkan metode geolistrik yang memanfaatkan sifat tahanan jenis, mempelajari nilai tahanan jenis batuan daerah penelitian terutama batuan fosfat dalam skala laboratorium dan lapangan, menentukan persebaran fosfat di daerah penelitian serta menentukan kadar kandungan P2O5. Analisa Sebaran Fosfat dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner- Schlumberger : Studi Kasus Saronggi, Madura Faza Nabeel, Dwa Desa Warnana, dan Ayi Syaeful Bahri Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: syaeful_b@physics.its.ac.id K
  • 2. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-10 II. DASAR TEORI A. Fosfat Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandunganP2O5.Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Fosfat merupakan satu -satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup yang telah mati terurai, kemudian terakumulasi dan terendapkan di lautan. Proses terbentuknya endapan fosfat ada tiga, yaitu [3]: 1. Fosfat primer, terbentuk dari pembekuan magma alkalin pada intrusi hidrotermal yang terkadang berasosiasi dengan batuan beku alkalin yang mengandung mineral fosfat apatit. Terutama fluor apatit {Ca5 (PO4)3 F}dalam keadaan murni mengandung 42 % P2O5 dan 3,8 % F2. 2. Fosfat sedimen, merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut dalam. Endapan laut terbentuk dari hasil penguraian berbagai kehidupan yang ada di laut, atau akibat erosi mineral-mineral yang mengandung fosfat oleh aliran sungai yang kemudian dibawa kelaut dan masuk ke dalam urat-urat batu gamping. Akibat adanya peristiwa geologi, endapan akan terangkat dan membentuk daratan. 3. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi hewan- hewan darat, burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping karena pengaruh air hujandan air tanah [3]. B. Sifat Kelistrikan Batuan Batuan merupakan suatu materi yang mempunyai sifat–sifat kelistrikan. Sifat listrik ini merupakan karakteristik dari batuan tersebut yang besarnya sangat bergantung dari media pembentuk batuan tersebut. Sifat listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri yang akan muncul jika terjadi gangguan kesetimbangan atau dengan sengaja dimasukkan arus listrik ke dalam batuan sehingga terjadi ketidakseimbangan muatan di dalamnya [4]. C. Teori Potensial Listrik Hukum yang dapat menjelaskan mengenai hambatan adalah hukum Ohm. Hambatan listrik material biasanya dinyatakan dengan tahanan jenis atau resistivitas. Untuk selanjutnya digunakan istilah resistivitas untuk tahanan jenis. Jika suatu material mempunyai hambatan (R) dengan panjang (l) dan luas (A), maka harga resistivitas (  ) dirumuskan ; lRA/ atau AlR / (1)  dinyatakan dalam ohm meter (Ωm), R dalam ohm (Ω), l dalam meter dan A dalam meter persegi (m2 ). D. Elektroda Arus Pada Medium Homogen Pada prakteknya arus listrik dimasukkan melalui elektroda C1 dan C2. sedangkan beda potensial diukur dengan elektroda potensial P1 dan P2 yang terletak antara C1 dan C2 (Gambar1). Susunan elektroda arus ganda di permukaanmedium homogen ditunjukkan dalam gambar 1 di bawah ini : Gambar 1. Susunan elektroda ganda di permukaan untuk model mediumhomogen. Gambar 2. Distribusi potensial dan aliran arus oleh sumber arus ganda di permukaan Sehingga beda potensial pada P1 akibat arus yang diinjeksikan pada C1 dan C2 didapatkan persamaan sebagai berikut ; ) rr ( I V P 21 1 11 2    (2) dan beda potensial di P2 dirumuskan sebagai berikut ; ) rr ( I V P 43 2 11 2    (3) sehingga bisa kita dapatkan beda potensial antara P1 dan P2 dari persamaan (2) dan (3) sebagai berikut ;        4321 1111 2 rrrr I V   atau dapat ditulis I/VK dimana K = 1 4321 r 1 r 1 r 1 r 1 2               (4) K adalah faktor geometri yang besarnya sangat tergantung dari jarak antar elektroda yang digunakan dalam pengolahan data. Gambar 2 adalah ilustrasi penjalaran arus oleh dua elektroda arus dalam media homogen dengan titik sounding berada di tengah elektroda arus. Pada gambar 2 di atas, garis aliran arus dan bidang equipotensial pada C1 terdistorsi akibat adanya penjalaran arus pada C2. Dalam medium yang homogen isotropis, besar potensial adalah konstan dan simetris terhadap elektroda. Akibat pengaruh arus pada elektroda C2, maka bidang equipotensial yang terbentuk akan semakin berbentuk tidak setengah bola silinder. Jika jarak antar elektroda C1 dan C2 diperbesar, maka equipotensial bernilai lebih kecil dari setengah permukan bola silinder.
  • 3. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-11 Gambar 3. Pengukuran Resistivitas 2D dengan Konfigurasi Elektroda Wenner-Schlumberger. Gambar 4. Peta Geologi Sumenep (Situmorang, 1992). Qa merupakan daerah endapan alluvium, Qpp daerah formasi Pamekasan, Tpm daerah formasi Madura, Tmp daerah formasi Pasean, Tmb daerah formasi Bulu, Tmtn daerah formasi Ngrayong dan Tmtmerupakan daerah Formasi Tawun. Bila mediumnya tidak homogen isotropi, maka resistivitasnya disebut resistivitas semu. Dengan menggunakan susunan elektroda tertentu maka harga K (persamaan 4) dapat diketahui. Sehingga beda potensial dan arus yang dialirkan dapat diukur. Dengan demikian resistivitas semu dapat dihitung . E. Konfigurasi Wenner-Schlumberger Konfigurasi ini merupakan gabungan antara konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi Wenner- Sclumberger mempuyai penetrasi maksimum kedalaman 15% lebih baik dari konfigurasi Wenner. Faktor geometri dari konfigurasi elektroda Wenner- Schlumberger adalah : K = n (n + 1) a (5) Dimana a adalah jarak antara elektroda P1 dan P2, serta r adalah perbandingan antara jarak elektroda C1 – P1 dengan P1 – P2. Nilai reistivitas semu dirumuskan : ρ . (6) Gambar 5. Diagram alir pelaksanaan penelitian Berdasarkan pada gambar 4, peta geologi Lembar Waru – Sumenep [5], daerah penelitian termasuk dari bagian Cekungan Jawa Timur utara. Tataan stratigrafinya dari tua ke muda adalah Formasi Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi Bulu, Formasi Pasean, Formasi Madura, Formasi Pamekasan, dan Aluvium. III. METODOLOGI Pada penelitian ini,tahap pertama yang dilakukan adalah kajian literatur seperti : buku, internet, jurnal dan sebagainya. Tahap kedua yaitu melakukan survei geologi dan morfologi daerah penelitian, merencanakan bentuk lintasan yang akan digunakan. Tahapan selanjutnya adalah pengambilan data. Pengambilan data dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama yaitu pengambilan data di laboratorium, meliputi analisa kimiawi batuan fosfat dan pengambilan data resistivitas sampel batuan. Kemudian yang kedua adalah pengambilan data di lapangan. Setelah itu tahap pengolahan data dan tahapterakhir adalah interpretasidata dari hasil yang diperoleh di lapangan. Adapun diagram alirnya sebagai berikut: IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengukuran Resistivitas di Laboratorium Pada proses pengukuran pada sampel batuan, sampel batuan yang telah diambil dari lokasi penelitian (Saronggi,Sumenep) selanjutnya diukur nilai resistivitasnya dan diuji kadar P2O5 di laboratorium. Untuk pengukuran nilai resistivitasnya, pengukuran sampel batuan telah dilakukan terhadap 10 sampel batuan yang berbeda. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Automatic LCR meter Fluke and Philips The T&M Alliance PM 6303. Hasil pengukuran sampel di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil pengukuran nilai resistivitas tersebut akan dijadikan dasar untuk interpretasi persebaran fosfat pada pengolahan data lapangan.
  • 4. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-12 Tabel 1. Hasil Pengukuran Resistivitas Sampel Batuan No Kode A (m2 ) L (m) R (ohm) ρ (Ωm) 1 Sampel 1 0,000121 0,015 22410 180,774 2 Sampel 2 0,00013 0,023 62494 353,2269 3 Sampel 3 0,000156 0,022 27578 195,553 4 Sampel 4 0,000224 0,022 9488,6 96,6112 5 Sampel 5 0,00021 0,02 18030 189,315 6 Sampel 6 0,000196 0,023 141772 1208,144 7 Sampel 7 0,00018 0,02 73150 658,35 8 Sampel 8 0,000156 0,023 102918 698,0525 9 Sampel 9 0,00018 0,029 263260 1634,027 10 Sampel 10 0,00021 0,028 227220 1704,15 Tabel 2. Hasil Uji Kimiawi Kadar P2O5 Pada Sampel Batuan No Kode ρ (Ωm) Kadar P2O5 (%) 1 sampel 1 180,774 14,90 2 sampel 2 353,2269 14,40 3 sampel 3 195,553 12,30 Selanjutnya dilakukan Analisa kimiawi. Analisa ini dilakukan terhadap 3 sampel batuan fosfat yang telah diukur nilai resistivitasnya. Metode yang digunakan adalah spektrofotometer. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kandungan fosfat khususnya P2O5 dalam satuan % berat. Kandungan P2O5 pada batuan fosfat dapat dilihat pada tabel 2. Sampel batuan pertama sampai sampel batuan kelima merupakan batuan fosfat sedangkan lima batuan lainnya merupakan batuan selain fosfat (limestone dan lempung pasiran), yang nantinya nilai dari resistivitas batuan tersebut digunakan sebagai pembanding dari nilai sampel batuan fosfat yang telah diukur. B. Pengolahan Data Lapangan Setelah dilakukan pengambilan data geolistrik di lapangan menggunakan metode Wenner-Schlumberger, selanjutnya data diolah dengan menggunakan software Res2Dinv untuk mendapatkan tampilan 2 dimensi kontur resistivitas dari lapisan bawah permukaan tanah. Tampilan 2 dimensi yang dihasilkan tediri dari 3 kontur isoresistivitas pada penampang kedalaman semu (Pseudoseph Resistivity). Penampang pertama adalah measure apparent resistivity yang menunjukkan kontur resistivitas semu hasil pengukuran, penampang kedua menunjukkan kontur resistivitas semu dari hasil perhitungan (calculated apparent resistivity), dan penampang yang ketiga adalah inverse model resistivitysection yang menggambarkan kontur resistivitas sebenarnya (true resistivity) setelah melalui permodelan inversi. Berikut model kontur resistivitas hasil inversi menggunakan Res2Dinv pada tiap-tiap lintasan: Gambar 6. Pemodelan penampang 2D lintasan 1 Gambar 7.Pemodelan penampang 2D lintasan 2 Gambar 8. Pemodelan penampang 2D lintasan 3 Gambar 9.Pemodelan penampang 2D lintasan 4 Gambar 10. Pemodelan penampang 2D lintasan 5 Gambar 11. Pemodelan penampang 2D lintasan 6
  • 5. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-13 Gambar 12. Pemodelan penyebaran fosfat pada Petak A. Gambar 13. Pemodelan penyebaran fosfat pada Petak B. Setelah didapatkan hasil pemodelan pada penampang resistivitas 2D pada masing-masing lintasan (gambar 6 – gambar 11), ditunjukkan bahwa anomali dengan nilai resistivitas rendah mempunyai nilai resistivitas antara 101Ωm hingga 396 Ωm yang digambarkan dengan warna hijau, biru kehijauan dan biru muda pada model penanmpang 2D nilai resistivitas. Letak anomali berada pada kedalaman 1,5 hingga 15 meter. Sedangkan anomali dengan nilai resistivitas tinggi, dengan nilai resistivitas antara 1027 Ωm hingga 8000 Ωm yang diinterpretasikan dengan warna coklat dan coklat kemerahan. C. Pembahasan Setelah semua data telah didapat, kemudian dilakukan pengolahan data lapangan dengan menggunakan software Res2Dinv. Selanjutnya dilakukan interpretasi data untuk menentukan pendugaan sebaranfosfat.Interpretasi ini didasarkan pada karakteristik atau kecenderungan harga resistivitas yang diperoleh dari permodelan dengan menggunakan software Res2Dinv dan nilai resistivitas hasil pengukuran pada sampel batuan fosfat skala laboratorium sebagai acuan. Untuk menunjang interpretasi hasil pengolahan data resistivitas software Res2Dinv, harus dilakukan korelasi terhadap hasil pengukuran di laboratorium dan pengukuran resistivitas batuan fosfat di lapangan, serta data-data geologi yang ada. Berdasarkan pada hasil pengukuran nilai resistivitas di laboratorium pada 5 sampel batuan fosfat yang diambil dari Gambar 14. Peta sebaran fosfat pada Garmin MapSource lokasi penenitian, didapatkan nilai resistivitas batuan fosfat antara 96,611 Ωm hingga 353,226 Ωm. Hasil tersebut nantinya digunakan sebagai acuan dalam menunjukkan sebaran fosfat pada penampang resistivitas 2D hasil pengukuran di lapangan. Kemudian dilakukan korelasi terhadap hasil pengukuran skala laboratorium dengan hasil pengukuran skala lapangan. Sehingga bisa didapatkan sebaran fosfat di lokasi penelitian. Berdasarkan dari model penampang 2D dari hasil pengolahan data lapangan menggunakan software Res2Dinv, menunjukkan bahwa pada nilai resistivitas tersebut (hasil pengukuran di laboratorium) digambarkan dengan warna hijau, biru kehijauan dan biru muda. Dengan letak pada penampang resistivitas 2D berada pada kedalaman 1,5 hingga 15 meter. Sedangkan anomali dengan nilai resistivitas tinggi, dengan nilai resistivitas antara 1027 Ωm hingga 8000 Ωm yang diinterpretasikan dengan warna coklat dan coklat kemerahan. Yang diindikasikan sebagai batu gamping (limestone). Berdasarkan pada literatur yang telah ada, nilai resistivitas batu gamping berkisar antara50 Ωm hingga 4x102 Ωm [6]. D. Persebaran Batuan Fosfat Berdasarkan dari hasil penampang kontur resistivitas tiap-tiap lintasan, kemudian masing-masing penampang dikorelasikan menurut petak lokasi penelitiannya. Petak A meliputi lintasan 1 dan lintasan 2. Sedangkan petak B meliputi lintasan 3, lintasan 4, lintasan 5 dan lintasan 6. Dari pemodelan tersebut diperoleh tiga buah persebaran batuanfosfat pada area penelitian. Satu sebaran di petak A (gambar 12), dan dua sebaran di petak B (gambar 13). Pada petak A terdapat sebuah sebaran yang memotong lintasan 1 dan lintasan 2 dengan arah sebaran ke arah timur. Sedangkan pada petak B terdapat 2 buah sebaran, sebaran pertama memotong lintasan 3, lintasan 4, lintasan5 dan lintasan 6 dengan arah sebaran ke arah barat daya. Sebaran kedua memotong lintasan 4, lintasan 5 dan lintasan 6 dengan arah sebaran mengarah ke barat daya. Berikut pola sebaran fosfat dapat dilihat dari Garmin map source (Gambar 14).
  • 6. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-14 V. KESIMPULAN Kesimpulan yang bisa diambil berdasarkan hasil pengukuran, pengolahan data dan pembahasan pada penelitian ini adalah: 1. Harga resistivitas batuan fosfat berdasarkan hasil pengukuran dilaboratorium adalah 96,6112Ωm hingga 353,2269 Ωm. Hasil ini kemudian dijadikan sebagai acuan dalam menentukan sebaran fosfat pada kontur resistivitas penampang 2D hasil pengukuran di lapangan. 2. Pada area penelitian ditemukan 3 buah sebaran batuan fosfat. Sebaran pertama terletak pada petak A, yang memotong lintasan 1 dan 2 dengan arah sebaran ke barat. Sedangkan sebaran kedua dan ketiga terletak pada petak B. Sebaran kedua memotong lintasan 3, lintasan 4, lintasan 5 dan lintasan 6, dan sebaran ketiga memotong lintasan 4, lintasan 5 dan lintasan 6 dengan arah sebaran (sebaran 2 dan 3) ke barat daya. 3. Berdasarkan hasil analisa kimiawi pada 3 sampel batuan fosfat, diketahui nilai kandungan P2O5 masing-masing sampel adalah sebesar 14,90%; 14,40% dan 12,30%. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada kedua orang tua, dosen pembimbing Dr.A.Syaeful Bahri, S.Si, MT, Bapak Dwa Desa Warnana, S.Si, M,Si, dan teman-teman yang telah membantu penelitian ini.Terima kasih kepada Geoadvance dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya atas fasilitas yang telah ada. Terima kasih juga kepada orang-orang yang telah mendukung penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. DAFTAR PUSTAKA [1] P. Lingga, Hakim. “Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya”, Jakarta, (1986). [2] M. Sediyarso, “Fosfat Alam sebagai Bahan Baku dan Pupuk Fosfat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat”, Bogor, (1999). [3] Adiningsih, S. Rochayati, M. Sediarso, dan A. Kasno. “Prospek Penggunaan Pupuk Fosfat Alam untuk Budidaya Pertanian Tanaman Pangan”. disajikan dalam Seminar, (1997). [4] M.B. Dobrin, “Introduction to Geophysical Prospecting”, New York: McGraw-Hill, (1981). [5] R. L. Situmorang, D.A. Agustianto, dan M. Suparman, Geologi Lembar Waru Sumenep, Skala 1:1.00.000.Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, (1992). [6] M.H. Loke and R. D. Barker, Rapid Least-Squares Inversion of Apparent Resistivity Pseudosection by A Quasi-Newton Method, Geophysical Prospecting, 44, (1996) 131-152.