1. Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) untuk sediaan
Liquida – Semisolida
Ernoviya, M.Si., Apt.
2. Mengapa dibuat sediaan farmasi ?
Zat aktif sulit untuk langsung digunakan (krn.
dosis sangat rendah)
Pemberian dosis obat yang akurat sangat sulit
Supaya zat aktif dapat memberi efek terapi
perlu diberikan dengan rute yang memadai
Beberapa zat aktif berkurang khasiatnya saat
terpapar lingkungan (cahaya, lembab, dll)
sehingga diperlukan penstabil agar efek terapi
tercapai
Zat aktif dapat terurai di tempat pemberian
3. Mengapa dibuat sediaan farmasi ?
Kadangkala zat aktif dapat mengiritasi atau
melukai tempat dimana ia diberikan
Kebanyakan zat aktif memiliki persepsi
organoleptis yang tidak menyenangkan (pahit,
rasa atau bau yang kurang enak)
Rute pemberian zat aktif tidak mungkin
dimodifikasi agar sesuai dengan profil
farmakokinetik
4. BENTUK PRODUK FARMASI
Bentuk sediaan gas
Bentuk sediaan cair (Liquid)
Bentuk sediaan semi padat (semi solida)
Bentuk sediaan padat (solida)
5. Bentuk sediaan gas
Gas medis, anestesi inhalasi / volatil
(diuapkan sebelum pemberian melalui
inhalasi)
Aerodispersi partikel padat (mis., Inhalasi
antiasthmatic) atau partikel cair (inhalasi
antiasthmatic atau sprays)
6. Bentuk sediaan cair (Liquid)
Larutan (solutio) : dibuat dengan cara dengan
melarutkan satu atau lebih zat terlarut dalam pelarut
Suspensi (Suspensions)
Suatu sistem dispersi di mana partikel padat
terdispersi dalam fase cair (media dispersi)
Berdasarkan ukuran partikel terdispersi yaitu
berkisar 1 nm - 0,5 mm, maka dispersi molekul,
koloid dan kasar dapat dibedakan.
7. Agar terdispersi merata diperlukan pengadukan
Tidak digunakan untuk pemberian obat sistemik
dengan dosis tinggi
Emulsi (Emulsions)
Merupakan sistem dispersi yang terdiri dari dua
cairan yang tidak larut
Tipe sediaan o/w or w/o
Penampilan sediaan keruh
9. Bentuk sediaan semi padat (semi solida)
1.Tidak berbentuk (tanpa bentuk fisik tertentu)
Salep : bentuk sediaan semipadat yang mengandung
dasar hidrokarbon, larut dalam air atau dengan pengemulsi
Dasar salep hidrokarbon : Vaselin album/flavum
Dasar salep yang larut dalam air : Polyethylenglycol
(PEG)
Dasar salep dengan pengemulsi (dasar salep serap) :
cera flava : oleum sesami = 30 : 70
10. Pasta : sistem dispersi semipadat, dimana partikel padat
(> 25%, mis. ZnO) tersebar dalam salep - sebagian besar
mengandung minyak (Petrolatum)
2- Berbentuk
Supositoria : untuk pemberian rektal
sediaan ini mempunyai berbagai bentuk
melebur/larut pada suhu tubuh
Bahan dasarnya : berlemak (oleum cacao) atau larut
dalam air (PEG, gelatine-gliserin)
Pessari (supositoria vagina)
Mirip seperti di atas, PEG atau gelatin-gliserin sering
digunakan sebagai dasar.
11. RUTE PEMBERIAN PRODUK FARMASI
secara sistemik
Peroral (p.o)
Sublingual (S.L) and buccal.
Rectal
Parenteral
Transdermal
Inhalasi
secara lokal
Topical (melalui kulit atau mucosa)
mata, hidung, telinga
rongga mulut
vagina, rectum
bronkus
kulit
Local parenteral (parenteral pada
bagian atas kulit)
Oral ( efek lokal pada GIT : antacids,
adsorbents)
12. Bagaimana membuat sediaan
farmasi yang bermutu baik ?
DEFINISI CPOB
“ Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu”
13. c G M P
GMP juga kadang-kadang disebut
sebagai "cGMP". "C" adalah singkatan
dari "current," mengingatkan produsen
bahwa mereka harus menggunakan
teknologi dan sistem yang mutakhir untuk
mematuhi peraturan tersebut.
Sistem dan peralatan yang digunakan
untuk mencegah kontaminasi, campur
baur, dan kesalahan, yang mungkin
merupakan "top-of-the-line" 20 tahun yang
lalu, tetapi untuk saat ini kurang memadai.
14. Praktik cara pembuatan obat yang baik dimulai pada 1960-
an dan sekarang berlaku di lebih dari 100 negara. Banyak
negara belum mengembangkan persyaratan lokal dan
mengandalkan Good Manufacturing Practices (GMP) untuk
Produk Farmasi yang dikeluarkan oleh WHO.
Persyaratan regional juga telah muncul untuk ke beberapa
negara. Contohnya :
Pharmaceutical Inspection Convention (PIC) Guide to
Good Manufacturing Practice for Pharmaceutical
Products : Austria, Denmark, Finlandia, Hongaria,
Liechtenstein, Norwegia, Portugal, Rumania, Swedia,
Swiss, dan Inggris.
Association of South – East Asia Nations (ASEAN) –
Good Manufacturing Practice : General Guidelines : -
Brunei, Indonesia, Malaysia, Vitnam, Fhilippines,
Singapura, dan Thailand.
15. European Economic Community (EEC) - Guide to
Good Manufac-turing Practice for Medicinal
Products : Belgium, Denmark, France, Germany,
Greece, Ireland, Italy, Luxembrueg, the Netherlands,
Portugal, Spain, the United Kingdom, and more
recently Austria, Finland, and Sweden.
17. Istilah-istilah CPOB w
Dalam pembahasan pedoman
CPOB terdapat beberapa istilah
yang harus diketahui, karena sering
digunakan.
Pemahaman terhadap istilah-istilah
tersebut penting, untuk
memudahkan memahami tentang
pedomanCPOB
18. Aspek/ hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan CPOB
Sistem Mutu Industri Farmasi
Personalia
Bangunan - Fasilitas
Peralatan
Produksi
Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik
Pengawasan Mutu
Inspeksi Diri (Audit Mutu dan Audit Pemasok)
Keluhan dan Penarikan Produk
Dokumentasi
Kegiatan Alih Daya
Kualifikasi dan Validasi
19. Produk Jadi
■ Produk Jadi:
Produk yang telah melalui seluruh tahap
proses pembuatan obat.
Telah selesai diolah dan dikemas,
siap dipasarkan.
20. Produk ruahan
■ Produk ruahan:
Bahan yang telah selesai diolah, tinggal
dikemas.
Contoh: tablet yang telah dicetak, kapsul
yang sudah diisi.
*
*
47
21. Produk antara
■ Produk antara:
Bahan atau campuran bahan yang masih
memerlukan tahapan pengolahan lebih lanjut
untuk menjadi produk ruahan.
Contoh: granul tablet yang belum d
granul kapsul yang belum diisikan.
48
22. Bahan awal
■ Bahan awal:
Semua bahan baku dan bahan pengemas
yang digunakan dalam produksi obat.
49
23. Bahan baku to
■ Semua bahan aktif dan bahan tidak aktif
yang digunakan dalam pengolahan obat.
■ Bahan baku aktif : Bahan yang memili
langsung terhadap tubuh.
Bahan yang memiliki khasiat.
24. Bahan baku u)
■ Bahan baku tidak aktif:
Bahan yang tidak memiliki efek langsung
terhadap tubuh pasien.
Tidak memiliki khasiat, digunakan untuk
membantu formulasi.
Contohnya :Air dan gula untuk pemanis
sirup.
25. Bahan pengemas u>
■ Bahan pengemas :
Semua bahan yang digunakan untuk
mengemas produk.
Untuk memudahkan distribusi produk dan
untuk melindungi produk dari pengaruh
lingkungan.
■Terdiri dari:
■ Bahan pengemas primer
■ Bahan pengemas sekunder
26. Bahan pengemas
■ Bahan pengemas primer :
Bahan pengemas yang berkontak
langsung dengan produk
■ alufoil, blister, botol, vial dan ampul
■ Karena berkontak langsung dengan produk,
proses pengemasan primer harus dilakukan
di area pengolahan, tidak boleh dilakukan di
area pengepakan.
27. Bahan pengemas
Bahan pengemas sekunder :
Bahan pengemas yang tidak berkontak
langsung dengan produk.
■ Unit box, dus, corrugated box
Proses pengemasan sekunder harus
dilakukan di area pengepakan, tidak boleh
di area pengolahan
28. Batch (i)
■ Sejumlah tertentu obat yang memiliki
sifat dan mutu yang seragam.
■ Dibuat atas satu perintah produksi :
Batch record/ batch processing order
■ Memiliki satu hasil pemeriksaan QC
yang tersendiri: COA
■ Diolah dalam satu siklus pengolahan:
■ satu kali mixing, satu kali coating,
kecuali apabila hasilnya dicampurkan
29. Batch (2)
Satu batch produk tidak boleh dicampur
dengan batch lain
Kecuali ada persetujuan manager QC dan
disertai pencatatan yang jelas.
■ Perlu didukung dengan alasan yang jelas, dan pembuktian
bahwa tidak terjadi penyimpangan mutu, dan stabilitas produk
30. Lot (i)
■ Lot :
Bagian dari batch yang memiliki sifat dan
mutu yang seragam.
■ Dalam proses pengolahan suatu produk dapat ditemui tahapan
yang mengharuskan untuk membagi batch kedalam beberapa
bagian.
Misalnya: karena kapasitas mesin yang kecil: mixer, coating
dan autoclave
31. Lot (2)
■ Batch tidak dibagi kedalam Lot apabila hasil
akhirnya dicampurkan.
■ Sebelum bagian-bagian batch dapat dicampurkan, harus
dipastikan bahwa semua bagian memiliki sifat mutu yang seragam
Misal : hasil pengeringan FBD
■ Apabila bagian batch tidak dijamin memiliki mutu seragam, harus
dibagi kedalam lot-lot, dan masing-masing lot diperiksa.
Misal : hasil autoclave, coating, mixing
32. Baku Pembanding
Suatu bahan seragam yang otentik untuk
digunakan dalam pengujian kimia dan
fisika tertentu, dimana dibandingkan
dengan sifat suatu produk yang diuji dan
memiliki tingkat kemurnian yang sesuai
dengan tujuan penggunaannya.
33. Dispensing : Kegiatan menimbang,
menghitung dan menyerahkan bahan
untuk digunakan dalam produksi.
Ditolak : Status bahan atau produk yang
tidak diizinkan untuk digunakan dalam
pengolahan, pengemasan atau distribusi.
34. Dokumentasi :
Seluruh prosedur, instruksi dan catatan
tertulis yang berkaitan dengan
pembuatan obat.
Ijin Edar Obat dan Pendaftaran
Dokumen yang disahkan hukum negara yang
diterbitkan oleh otorita pengawasan obat
dan berisikan komposisi dan formulasi rinci
dari suatu produk serta spesifikasi
farmakope atau spesifikasi lain yang dikenal
umum dari bahan2 yang digunakan dalam
produk akhir, termasuk juga rincian dari
bahan pengemas dan penandaan serta masa
edar dari produk tersebut.
35. Kalibrasi : Serangkaian tindakan pada kondisi
tertentu untuk menentukan tingkat kesamaan
nilai yang diperoleh dari sebuah alat atau
sistem ukur, atau nilai yang direprentasikan
dari pengukuran bahan dan membandingkannya
dengan nilai yang telah diketahui dari suatu
acuan standar.
Karantina : Status bahan atau produk yang
dipisahkan secara fisik atau dengan sistem
tertentu, sementara menunggu keputusan
apakah bahan atau produk tersebut ditolak
atau disetujui penggunaannya untuk
pengolahan, pengemasan atau distribusi
36. Pembuatan
seluruh rangkaian kegiatan dalam
menghasilkan suatu obat, meliputi produksi
dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan
bahan awal dan bahan pengemas, proses
pengolahan, pengemasan sampai obat jadi
untuk didistribusi
Penandaan (dengan label)
tindakan yang melibatkan penyeleksian label
yg benar dengan informasi yang dibutuhkan,
disusul dengan pemeriksaan kesiapan jalur
pengamasan dan aplikasi dari label tersebut
37. Pengawasan mutu
semua upaya pengawasan yang dilakukan selama
pembuatan produk dan dirancang untuk menjamin
agar produk senantiasa memenuhi spesifikasi,
identitas, kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain
yang telah ditetapkan.
Pencemaran
masuknya cemaran kimiawi, mikrobiologis atau
benda asing yang tidak diinginkan kepada atau
terhadap bahan awal, produk antara atau produk
jadi selama produksi, pengambilan sampel,
pengemasan atau pengemasan ulang, penyimpanan
atau pengangkutan