SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
1
KHITAN UNTUK PEREMPUAN
Disusun oleh:
Fardha Syavriliand
P07133215014
DIV Kesehatan Lingkungan
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2015/2016
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bagi sebagian masyarakat khitan bagi anak laki-laki adalah sebuah
perkara yang sangat wajar. Namun tidak demikian dengan khitan wanita,
mereka masih menganggapnya tabu atau menjadi sebuah perkara yang sangat
jarang dilakukan, bahkan oleh sebagian kalangan khitan wanita adalah tindakan
kriminal yang harus dilarang, seperti yang diserukan oleh gerakan feminisme,
LSM-LSM asing, Population Council, PBB, WHO dan lain-lainnya. Larangan
khitan wanita juga diputuskan dalam Konferensi Kaum Wanita sedunia di
Beijing China (1995).
Di Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa, kaum feminis telah
berhasil mendorong pemerintah membuat undang-undang larangan sunat
perempuan. Di Belanda, khitan pada perempuan diancam hukuman 12 tahun.
Pelarang khitan perempuan juga pernah diterapkan di Negara Mesir yang nota
benenya adalah Negara Islam.( Muhammad Sayyid as-Syanawi, Khitan al-
Banat baina as-Syar'I wa at-Thibbi, hal. 92-95 ).
Di Indonesia sendiri khitan wanita juga dilarang secara legal, dengan
alasan bahwa Indonesia tidak akan bisa melepaskan diri dari ketentuan WHO,
dan karena khitan wanita dinilai bertentangan dengan HAM. Padahal mereka
orang-orang Barat sengaja melarang khitan wanita dengan tujuan agar para
wanita Islam tidak terkendalikan syahwat mereka, sehingga praktek perzinaan
3
meluas dan terjadi di mana-mana, dan ini telah terbukti.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1. Memahami sunat perempuan dalam agama islam
2. Menambah wawasan tentang anjuran Rasulullah saw
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud khitan itu ?
2. Bagaimana islam memandang hukum khitan bagi perempuan ?
3. Atas dasar apakah mereka mensunatkan khitan bagi perempuan ?
4. Adakah hikmah khitan bagi perempuan ?
5. Bagaimana cara pengkhitanan bagi kaum perempuan ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Khitan
Di dalam kamus bahasa Arab terkenal 'Lisan al-'Arab' (materi: Khatana)
dinyatakan, kata Khitan berasal dari kata kerja Khatana al-ghulama wa al-
jariyata, yakhtinuhuma, khitnan. Bentuk Ism (Kata benda)-nya adalah Khitan
dan Khitanah. Seorang yang dikhitan (disunat) disebut makhtun.Ada yang
mengatakan, al-khatnu untuk laki-laki sedangkan untuk wanita disebut al-
khafdhu.Sedangkan kata khatiin artinya orang yang dikhitan, baik laki-laki mau
pun wanita. Abu Manshur mengatakan, ?Khitan adalah letak pemotongan dari
kelamin laki-laki maupun wanita.? Dalam hal ini, terdapat hadits masyhur yang
berbunyi, (artinya) Bila dua khitan (alat kelamin laki-laki dan wanita) telah
bertemu, maka telah wajiblah mandi.
Imam An-Nawawi di dalam Syarah Shahih Muslim (I: 543) berkata, Yang
wajib bagi laki-laki adalah memotong seluruh kulit yang menutup ujung dzakar
hingga terbuka semua ujungnya tersebut. Sedangkan bagi wanita adalah
memotong sedikit bagian dari kulit yang di atas farji.
Al-Hafizh Ibn Hajar di dalam kitabnya Fath Al-Bari (X: 340) berkata, Al-
Khitan adalah bentuk mashdar dari kata kerja Khatana, yaitu Qatha'a
(memotong). Sedangkan Al-Khatnu adalah memotong sebagian tertentu dari
anggota tertentu.
Al-Hafizh Ibn Hajar juga ber-kata, ?Imam an-Nawawi berkata, Khitan bagi
laki-laki dinamakan I'dzar sedangkan bagi wanita dinamakan Khafdh. Abu
5
Syammah berkata, ?Menurut ahli bahasa, untuk sebutan semua (bagi laki-laki
dan wanita) digunakan I'dzar sedangkan Khafdh khusus bagi wanita.
2.2 Hukum Khitan Bagi Perempuan
Para ulama sepakat bahwa khitan wanita secara umum ada di dalam
Syari'at Islam. (al-Bayan min Al Azhar as-Syarif: 2/18) Tetapi mereka berbeda
pendapat tentang satatus hukumnya, apakah wajib, sunnah, ataupun hanya
anjuran dan suatu kehormatan. Hal ini disebabkan dalil-dalil yang menerangkan
tentang khitan wanita sangat sedikit dan tidak tegas, sehingga memberikan
ruangan bagi para ulama untuk berbeda pendapat. Diantara dalil-dalil tentang
khitan wanita adalah sebagai berikut :
Pertama:
Hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rosulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
‫خ‬َ‫م‬ َ‫ٌس‬‫خنِم‬ ‫ا‬‫ل‬ْ ‫ل‬ِ‫خ‬ َ‫ٌس‬‫ل‬ِ‫ا‬‫ل‬‫خنخ‬ َ‫ا‬‫ن‬َ َ‫ل‬‫ِل‬ ‫ل‬ِ‫خ‬ ََِْ‫خنا‬ َ‫و‬‫لن‬‫ت‬ ‫ل‬ِ‫خ‬ َ‫ا‬‫ن‬‫ل‬َِْ‫ن‬‫و‬ َ‫نت‬ ‫ل‬ِ‫خ‬ َ‫ٌي‬‫ل‬‫ن‬ َ‫ْل‬ِ‫خن‬ ََ ‫ل‬‫ر‬ َِِ‫خن‬ ‫ا‬َ‫خش‬ ‫ا‬‫ر‬‫لب‬ِ
"Lima hal yang termasuk fitroh yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan,
mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan memotong kumis." [Dikeluarkan
oleh Al-Bukhari (6297 - Fathul Bari), Muslim (3/257 - Nawawi), Malik dalam
Al-Muwatha (1927), Abu Daud (4198), At-Tirmidzi (2756), An-Nasa'i (1/14-
15), Ibnu Majah (292), Ahmad dalam Al-Musnad (2/229) dan Al-Baihaqi
(8/323)]
Bagi yang mewajibkan khitan wanita mengatakan bahwa arti " fitrah " dalam
hadist di atas perikehidupan yang dipilih oleh para nabi dan disepakati oleh
semua Syari'at, atau bisa disebut agama, sehingga menunjukkan kewajiban.
Sebaliknya yang berpendapat sunnah mengatakan bahwa khitan dalam hadist
tersebut disebut bersamaan dengan amalan-amalan yang status hukumnya
6
adalah sunnah, seperti memotong kumis, memotong kuku dan seterusnya,
sehingga hukumnya-pun menjadi sunnah.
Kedua:
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Bila telah bertemu dua khitan (khitan laki-laki dan wanita dalam jima'-pent)
maka sungguh telah wajib mandi (junub)" [Shahih, Dikeluarkan oleh At-
Tirmidzi (108-109), Asy-Syafi'i (1/38), Ibnu Majah (608), Ahmad (6/161),
Abdurrazaq (1/245-246) dan Ibnu Hibban (1173-1174 - Al Ihsan)]
Kelompok yang berpendapat wajib mengatakan bahwa hadist di atas menyebut
dua khitan yang bertemu, maksudnya adalah kemaluan laki-laki yang dikhitan
dan kemaluan perempuan yang dikhitan. Hal ini secara otomatis menunjukkan
bahwa khitan wanita hukumnya wajib. Sedangkan bagi yang berpendapat
khitan wanita adalah sunnah mengatakan bahwa hadist tersebut tidak tegas
menyatakan kewajiban khitan bagi perempuan. (Asy Syaukani, Nailul Author :
1/147)
Ketiga:
Hadist Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rosulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda kepada kepada Ummu 'Athiyah (wanita tukang
khitan):
‫خ‬َ‫ر‬‫ل‬ِ‫ت‬‫ل‬،‫خ‬ ََ‫ت‬َُ‫ل‬ْ‫خ‬ ِ‫ك‬َ‫ي‬َ ََ‫ِل‬‫خ‬ ‫ت‬ ‫ل‬ِ‫خ‬ ِ‫ك‬ ََِِِ‫خن‬ ‫خ‬َ‫ل‬ِ‫خنِج‬ ‫ل‬َََِ‫خ‬ ْ‫ل‬َ ‫ل‬، ‫ل‬ِ‫خ‬ ََِ‫ز‬ ‫ل‬‫و‬ َِ
"Apabila engkau mengkhitan wanita potonglang sedikit, dan janganlah
berlebihan (dalam memotong bagian yang dikhitan), karena itu lebih bisa
membuat ceria wajah dan lebih menyenangkan (memberi semangat) bagi
suami." [Shahih, Dikeluarkan oleh Abu Daud (5271), Al-Hakim (3/525), Ibnu
Ady dalam Al-Kamil (3/1083) dan Al-Khatib dalam Tarikhnya 12/291)]
7
"Bagi yang mewajibkan khitan wanita, menganggap bahwa hadist di atas
derajatnya 'Hasan', sedang yang menyatakan sunnah atau kehormatan wanita
menyatakan bahwa hadist tersebut lemah.
Keempat:
Riwayat Aisyah Radhiyallahu 'anha secara marfu':
"Artinya : Jika seorang lelaki telah duduk di antara cabang wanita yang
empat (kinayah dari jima, -pent) dan khitan yang satu telah menyentuh khitan
yang lain maka telah wajib mandi (junub)" [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari
(1/291 - Fathul Bari), Muslim (249 - Nawawi), Abu Awanah (1/269),
Abdurrazaq (939-940), Ibnu Abi Syaibah (1/85) dan Al-Baihaqi (1/164)]
Hadits ini juga mengisyaratkan dua tempat khitan yang ada pada lelaki
dan wanita, maka ini menunjukkan bahwa wanita juga dikhitan.
Berkata Imam Ahmad : "Dalam hadits ini ada dalil bahwa para wanita
dikhitan" [Tuhfatul Wadud].
Kelima:
" Khitan itu sunnah bagi laki-laki dan kehormatan bagi wanita. " (HR. Ahmad
dan Baihaqi)
Ini adalah dalil yang digunakan oleh pihak yang mengatakan bahwa khitan
wanita bukanlah wajib dan sunnah, akan tetapi kehormatan. Hadist ini
dinyatakan lemah karena di dalamnya ada perawi yang bernama Hajaj bin
Arthoh.
Dari beberapa hadist di atas, sangat wajar jika para ulama berbeda
pendapat tentang hukum khitan wanita.Tapi yang jelas semuanya mengatakan
bahwa khitan wanita ada dasarnya di dalam Islam, walaupun harus diakui
8
bahwa sebagian dalilnya masih samar-samar.Perbedaan para ulama di atas di
dalam memandang khitan wanita harus disikapi dengan lapang dada, barangkali
di dalam perbedaan pendapat tersebut ada hikmahnya, diantaranya bahwa
keadaan organ wanita (klitorisnya) antara satu dengan yang lainnya berbeda-
beda. Bagi yang mempunyai klitoris yang besar dan mengganggu aktivitasnya
sehari-hari dan mebuatnya tidak pernah tenang karena seringnya kena
rangsangan dan dikhawatirkan akan menjeremuskannya ke dalam tindakan
yang keji seperti berzina, maka bagi wanita tersebut khitan adalah wajib.
Sedang bagi wanita yang klitoris berukuran sedang dan tertutup dengan selaput
kulit, maka khitan baginya sunnah karena akan menjadikannya lebih baik dan
lebih dicintai oleh suaminya sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist diatas,
sekaligus akan membersihkan kotoran-kotoran yang berada dibalik klistorisnya.
Adapun wanita yang mempunyai klitoris kecil dan tidak tertutup dengan kulit,
maka khitan baginya adalah kehormatan.( Ridho Abdul Hamid, Imta'ul Khilan
bi ar-Raddi 'ala man Ankara al-Khitan, hal. 21-22 )
2.3 Cara Khitan Pada Perempuan
Di tengah-tengah masyarakat, khitan wanita dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya adalah:
1. Memotong sedikit kulit (selaput) yang menutupi ujung klistoris
(preputium clitoris). Cara ini dianjurkan dalam Islam, karena akan
membersihkan kotoran-kotoran putih yang bersembunyi di balik
kulit tersebut atau menempel di bagian klistorisnya atau yang sering
disebut ( smegma ), sekaligus akan membuat wanita tidak frigid dan
bisa mencapai orgasme ketika melakukan hubungan seks dengan
suaminya, karena klistorisnya terbuka. Bahkan anehnya di sebagian
Negara-negara Barat khitan perempuan semacam ini, mulai populer.
9
Di sana klinik-klinik kesehatan seksual secara gencar mengiklankan
clitoral hood removal (membuang kulit penutup klitoris).
2. Menghilangkan sebagian kecil dari klistoris, jika memang
klistorisnya terlalu besar dan menonjol. Ini bertujuan untuk
mengurangi hasrat seks wanita yang begitu besar dan membuatnya
menjadi lebih tenang dan disenangi oleh suami.
3. Menghilangkan semua klitoris dan semua bagian dari bibir
kemaluan dalam (labium minora). Cara ini sering disebut
infibulation Ini dilarang dalam Islam, karena akan menyiksa wanita
dan membuatnya tidak punya hasrat terhadap laik-laki. Cara ini
sering dilakukan di Negara-negara Afrika, begitu juga dipraktekan
pada zaman Fir'aun, karena mereka mengira bahwa wanita adalah
penggoda laki-laki maka ada anggapan jika bagian klitoris wanita di
sunat akan menurunkan kadar libido perempuan dan ini
mengakibatkan wanita menjadi frigid karena berkurangnya kadar
rangsangan pada klitoris.
4. Menghilangkan semua klistoris, dan semua bagian dari bibir
kemaluan dalam (labium minora), begitu juga sepasang bibir
kemaluan luar (labium mayora). Ini sering disebut clitoridectomy
(pemotongan klitoris penuh ujung pembuluh saraf) Ini juga dilarang
dalam Islam, karena menyiksa wanita.
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa 97,6 % khitan di Mesir
merujuk kepada model kedua, dan 1,6 % merujuk pada model
pertama. Sedang model ketiga/ keempat hanya 4 % saja. (DR.
Maryam Ibrahim Hindi , Misteri dibalik Khitan Wanita, hal 17 dan
101)
Di Indonesia sendiri praktek khitan pada wanita sering kali salah dalam
tekniknya, karena cuma dilakukan secara simbolis dengan sedikit menggores
10
klitoris sampai berdarah, atau menyuntik klitoris, atau bahkan hanya
menempelkan kapas yang berwarna kuning pada klistoris, atau sepotong kunyit
diruncingkan kemudian ditorehkan pada klitoris anak, bahkan di daerah tertentu
di luar Jawa, ada yang menggunakan batu permata yang digosokkan ke bagian
tertentu klitoris anak. Itu semua hakekatnya tidak atau belum dikhitan.
2.4 Hikmah Khitan Pada Perempuan
1. Khitan pada wanita yang dilakukan secara benar justru bermanfaat
untuk kehidupan seksual wanita yang bersangkutan. Karena membuat
lebih bersih dan lebih mudah menerima rangsangan.
2. Khitan dapat membawa kesempurnaan agama, karena ia disunnahkan.
3. Khitan adalah cara sehat yang memelihara seseorang dari berbagai
penyakit.
4. Khitan membawa kebersihan, keindahan, dan meluruskan syahwat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Hikmah khitan bagi laki-laki
adalah mensucikan mereka dari najis yang tertahan pada kulup
kemaluan.Sedangkan hikmah khitan bagi wanita adalah untuk
menyederhanakan syahwatnya, sesungguhnya kalau tidak wanita tidak dikhitan
maka syahwatnya akan menggejolak." (Fatawa Al-Kubra, I/273).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Khitan perempuan merupakan sunnah fitrah yang sudah diterima oleh
umat Islam. Walaupun terjadi perbedaan pendapat para ulama dalam masalah
hukum khitan pada perempuan, namun syiar khitan perempuan ini harus
dilakukan oleh umat Islam.
Karena khitan perempuan yang sesuai dengan prosedur dan dilakukan
oleh orang yang mengerti caranya, akan membawa hikmah yang baik bagi
perempuan dalam menstabilkan syahwatnya. Dan juga akan bermanfaat bagi
hubungan suami istri selanjutnya.
Para bidan dan dokter yang mengkhitan perempuan harus berhati-hati,
sehingga tidak memotong atau menyayat terlalu besar, sehingga akan membawa
akibat yang buruk bagi yang dikhitan.
Sehubungan dengan menjaga diri dari penyimpangan seksual, maka para
muslimah harus mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan selalu
pengawasan Allah.Sehingga perzinahan dan perselingkuhan jauh dari kita umat
Islam ini.
Mengenai adanya pelarangan khitan bagi perempuan dari beberapa pihak,
hal itu sebenarnya tidak hak bagi siapapun melarang sesuatu yang dibolehkan
oleh Allah dan Rasul-Nya.Kalau terdapat kesalahan dalam praktek, maka
kesalahan itu saja yang harus diluruskan.
12
3.2 Saran
Mengingat betapa pentingnya mengembangkan ilmu syar'I dalam
membangun diri dalam bingkai agama yang hakiki, materi ini kami sajikan tidak
luput dari berbagai hujjah, dalil dan sunnah yang insyaallah sejati. Perlu
pengembangan dan pembaharuan ilmu di bidang itu. Karena beragam bentuk
perbedaaan pendapat yang memandang hal ini wajib ataukah sunnah. Kajian dan
tafsiran yang sangat mungkin untuk menelaah kembali perbedaan itu, tentunya
dengan dasar atau kembali kepada al Qur'an dan haidst.
Berpijak dari deskripsi tersebut, maka sangat perlu bagi kita untuk
menyandarkan diri dalam konsep pematangan keilmuan dengan tujuan sebagai
tindakan prepentif dalam menghadapi kehidupan globali, Khususnya dalam ranah
dunia pendidikan.
Perlunya prosedur tetap (protap) untuk khitan wanita ini, jika perlu ada
peraturan pemerintah yang mengaturnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://parminbebo.blogspot.co.id/2012/03/makalah-khitam-bagi-
perempuan.html
http://amalilmukita.blogspot.co.id/p/makalah-sunat-perempuan-menurut-
islam.html

More Related Content

What's hot

Anamnesa pada kunjungan awal ibu hamil trimester
Anamnesa pada kunjungan awal ibu hamil trimesterAnamnesa pada kunjungan awal ibu hamil trimester
Anamnesa pada kunjungan awal ibu hamil trimesterOperator Warnet Vast Raha
 
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananCara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananAprillia Indah Fajarwati
 
Aspek Sosial Budaya Persalinan
Aspek Sosial Budaya PersalinanAspek Sosial Budaya Persalinan
Aspek Sosial Budaya Persalinanevianamsaputri
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Al-Ikhlas14
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varneysicua050896
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikAl-Ikhlas14
 
Dialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramata
Dialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramataDialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramata
Dialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramataOperator Warnet Vast Raha
 
TUGAS DAN WEWENANG BIDAN
TUGAS DAN WEWENANG BIDANTUGAS DAN WEWENANG BIDAN
TUGAS DAN WEWENANG BIDANrisdiana21
 
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan KebidananAjeng Hayuningtyas
 
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kb
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kbPercakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kb
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kbOperator Warnet Vast Raha
 
Standard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidanStandard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidanJoni Iswanto
 
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartumAdaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartumSarjan unissula
 
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiPembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiAffiZakiyya
 
Contoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiContoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiWarnet Raha
 
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iiiProses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iiiOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah tuntunan agama islam terhadap ibu nifas, kebersihan mandi, ibadah, ma...
Makalah tuntunan agama islam terhadap ibu nifas, kebersihan mandi, ibadah, ma...Makalah tuntunan agama islam terhadap ibu nifas, kebersihan mandi, ibadah, ma...
Makalah tuntunan agama islam terhadap ibu nifas, kebersihan mandi, ibadah, ma...Sentra Komputer dan Foto Copy
 

What's hot (20)

Anamnesa pada kunjungan awal ibu hamil trimester
Anamnesa pada kunjungan awal ibu hamil trimesterAnamnesa pada kunjungan awal ibu hamil trimester
Anamnesa pada kunjungan awal ibu hamil trimester
 
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananCara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
 
Aspek Sosial Budaya Persalinan
Aspek Sosial Budaya PersalinanAspek Sosial Budaya Persalinan
Aspek Sosial Budaya Persalinan
 
Ruang lingkup asuhan kebidanan
Ruang lingkup asuhan kebidananRuang lingkup asuhan kebidanan
Ruang lingkup asuhan kebidanan
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILANASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
 
Dialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramata
Dialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramataDialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramata
Dialog percakapan pasien dan bidan mual muntah berlebihan akbid paramata
 
TUGAS DAN WEWENANG BIDAN
TUGAS DAN WEWENANG BIDANTUGAS DAN WEWENANG BIDAN
TUGAS DAN WEWENANG BIDAN
 
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
 
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kb
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kbPercakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kb
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kb
 
Konsep Kebidanan
Konsep KebidananKonsep Kebidanan
Konsep Kebidanan
 
Standard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidanStandard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidan
 
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartumAdaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
 
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiPembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
 
Contoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiContoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iii
 
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iiiProses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
Proses konseling bidan pada ibu hamil trimester iii
 
Makalah tuntunan agama islam terhadap ibu nifas, kebersihan mandi, ibadah, ma...
Makalah tuntunan agama islam terhadap ibu nifas, kebersihan mandi, ibadah, ma...Makalah tuntunan agama islam terhadap ibu nifas, kebersihan mandi, ibadah, ma...
Makalah tuntunan agama islam terhadap ibu nifas, kebersihan mandi, ibadah, ma...
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 

Similar to Khitan untuk Perempuan (20)

Perempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkahPerempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkah
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
ushul fiqh
ushul fiqhushul fiqh
ushul fiqh
 
Makalah khitan adat muna
Makalah  khitan adat munaMakalah  khitan adat muna
Makalah khitan adat muna
 
Makalah khitan adat muna
Makalah  khitan adat munaMakalah  khitan adat muna
Makalah khitan adat muna
 
Makalah khitan adat muna
Makalah  khitan adat munaMakalah  khitan adat muna
Makalah khitan adat muna
 
Makalah katoba suku muna
Makalah katoba suku munaMakalah katoba suku muna
Makalah katoba suku muna
 
Makalah katoba adat muna
Makalah  katoba  adat munaMakalah  katoba  adat muna
Makalah katoba adat muna
 
Makalah katoba adat muna
Makalah  katoba  adat munaMakalah  katoba  adat muna
Makalah katoba adat muna
 
Makalah katoba adat muna
Makalah  katoba  adat munaMakalah  katoba  adat muna
Makalah katoba adat muna
 
Aman antropologi
Aman antropologiAman antropologi
Aman antropologi
 
Agama (2)
Agama (2)Agama (2)
Agama (2)
 
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'manAnta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
 
Makalah katoba adat muna
Makalah  katoba  adat munaMakalah  katoba  adat muna
Makalah katoba adat muna
 
Makalah katoba suku muna
Makalah katoba suku munaMakalah katoba suku muna
Makalah katoba suku muna
 
Makalah khitan adat muna
Makalah  khitan adat munaMakalah  khitan adat muna
Makalah khitan adat muna
 
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita KarirIddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
 
Aurat wanita
Aurat wanitaAurat wanita
Aurat wanita
 
B’gaul nyar’i
B’gaul nyar’iB’gaul nyar’i
B’gaul nyar’i
 
HUKUM BERCADAR
HUKUM BERCADARHUKUM BERCADAR
HUKUM BERCADAR
 

More from fardhasyavril

More from fardhasyavril (8)

Toksoplasmosis
ToksoplasmosisToksoplasmosis
Toksoplasmosis
 
Toxoplasmosis1
Toxoplasmosis1Toxoplasmosis1
Toxoplasmosis1
 
New sulfida oksidan
New sulfida oksidanNew sulfida oksidan
New sulfida oksidan
 
Geografi
GeografiGeografi
Geografi
 
Softball
SoftballSoftball
Softball
 
Tali temali
Tali temaliTali temali
Tali temali
 
Pengaruh Pendidikan bagi Kehidupan Manusia
Pengaruh Pendidikan bagi Kehidupan ManusiaPengaruh Pendidikan bagi Kehidupan Manusia
Pengaruh Pendidikan bagi Kehidupan Manusia
 
Pembunuhan berencana
Pembunuhan berencanaPembunuhan berencana
Pembunuhan berencana
 

Khitan untuk Perempuan

  • 1. 1 KHITAN UNTUK PEREMPUAN Disusun oleh: Fardha Syavriliand P07133215014 DIV Kesehatan Lingkungan POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2015/2016
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bagi sebagian masyarakat khitan bagi anak laki-laki adalah sebuah perkara yang sangat wajar. Namun tidak demikian dengan khitan wanita, mereka masih menganggapnya tabu atau menjadi sebuah perkara yang sangat jarang dilakukan, bahkan oleh sebagian kalangan khitan wanita adalah tindakan kriminal yang harus dilarang, seperti yang diserukan oleh gerakan feminisme, LSM-LSM asing, Population Council, PBB, WHO dan lain-lainnya. Larangan khitan wanita juga diputuskan dalam Konferensi Kaum Wanita sedunia di Beijing China (1995). Di Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa, kaum feminis telah berhasil mendorong pemerintah membuat undang-undang larangan sunat perempuan. Di Belanda, khitan pada perempuan diancam hukuman 12 tahun. Pelarang khitan perempuan juga pernah diterapkan di Negara Mesir yang nota benenya adalah Negara Islam.( Muhammad Sayyid as-Syanawi, Khitan al- Banat baina as-Syar'I wa at-Thibbi, hal. 92-95 ). Di Indonesia sendiri khitan wanita juga dilarang secara legal, dengan alasan bahwa Indonesia tidak akan bisa melepaskan diri dari ketentuan WHO, dan karena khitan wanita dinilai bertentangan dengan HAM. Padahal mereka orang-orang Barat sengaja melarang khitan wanita dengan tujuan agar para wanita Islam tidak terkendalikan syahwat mereka, sehingga praktek perzinaan
  • 3. 3 meluas dan terjadi di mana-mana, dan ini telah terbukti. 1.2 Tujuan dan Manfaat 1. Memahami sunat perempuan dalam agama islam 2. Menambah wawasan tentang anjuran Rasulullah saw 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud khitan itu ? 2. Bagaimana islam memandang hukum khitan bagi perempuan ? 3. Atas dasar apakah mereka mensunatkan khitan bagi perempuan ? 4. Adakah hikmah khitan bagi perempuan ? 5. Bagaimana cara pengkhitanan bagi kaum perempuan ?
  • 4. 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Khitan Di dalam kamus bahasa Arab terkenal 'Lisan al-'Arab' (materi: Khatana) dinyatakan, kata Khitan berasal dari kata kerja Khatana al-ghulama wa al- jariyata, yakhtinuhuma, khitnan. Bentuk Ism (Kata benda)-nya adalah Khitan dan Khitanah. Seorang yang dikhitan (disunat) disebut makhtun.Ada yang mengatakan, al-khatnu untuk laki-laki sedangkan untuk wanita disebut al- khafdhu.Sedangkan kata khatiin artinya orang yang dikhitan, baik laki-laki mau pun wanita. Abu Manshur mengatakan, ?Khitan adalah letak pemotongan dari kelamin laki-laki maupun wanita.? Dalam hal ini, terdapat hadits masyhur yang berbunyi, (artinya) Bila dua khitan (alat kelamin laki-laki dan wanita) telah bertemu, maka telah wajiblah mandi. Imam An-Nawawi di dalam Syarah Shahih Muslim (I: 543) berkata, Yang wajib bagi laki-laki adalah memotong seluruh kulit yang menutup ujung dzakar hingga terbuka semua ujungnya tersebut. Sedangkan bagi wanita adalah memotong sedikit bagian dari kulit yang di atas farji. Al-Hafizh Ibn Hajar di dalam kitabnya Fath Al-Bari (X: 340) berkata, Al- Khitan adalah bentuk mashdar dari kata kerja Khatana, yaitu Qatha'a (memotong). Sedangkan Al-Khatnu adalah memotong sebagian tertentu dari anggota tertentu. Al-Hafizh Ibn Hajar juga ber-kata, ?Imam an-Nawawi berkata, Khitan bagi laki-laki dinamakan I'dzar sedangkan bagi wanita dinamakan Khafdh. Abu
  • 5. 5 Syammah berkata, ?Menurut ahli bahasa, untuk sebutan semua (bagi laki-laki dan wanita) digunakan I'dzar sedangkan Khafdh khusus bagi wanita. 2.2 Hukum Khitan Bagi Perempuan Para ulama sepakat bahwa khitan wanita secara umum ada di dalam Syari'at Islam. (al-Bayan min Al Azhar as-Syarif: 2/18) Tetapi mereka berbeda pendapat tentang satatus hukumnya, apakah wajib, sunnah, ataupun hanya anjuran dan suatu kehormatan. Hal ini disebabkan dalil-dalil yang menerangkan tentang khitan wanita sangat sedikit dan tidak tegas, sehingga memberikan ruangan bagi para ulama untuk berbeda pendapat. Diantara dalil-dalil tentang khitan wanita adalah sebagai berikut : Pertama: Hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rosulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ‫خ‬َ‫م‬ َ‫ٌس‬‫خنِم‬ ‫ا‬‫ل‬ْ ‫ل‬ِ‫خ‬ َ‫ٌس‬‫ل‬ِ‫ا‬‫ل‬‫خنخ‬ َ‫ا‬‫ن‬َ َ‫ل‬‫ِل‬ ‫ل‬ِ‫خ‬ ََِْ‫خنا‬ َ‫و‬‫لن‬‫ت‬ ‫ل‬ِ‫خ‬ َ‫ا‬‫ن‬‫ل‬َِْ‫ن‬‫و‬ َ‫نت‬ ‫ل‬ِ‫خ‬ َ‫ٌي‬‫ل‬‫ن‬ َ‫ْل‬ِ‫خن‬ ََ ‫ل‬‫ر‬ َِِ‫خن‬ ‫ا‬َ‫خش‬ ‫ا‬‫ر‬‫لب‬ِ "Lima hal yang termasuk fitroh yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan memotong kumis." [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (6297 - Fathul Bari), Muslim (3/257 - Nawawi), Malik dalam Al-Muwatha (1927), Abu Daud (4198), At-Tirmidzi (2756), An-Nasa'i (1/14- 15), Ibnu Majah (292), Ahmad dalam Al-Musnad (2/229) dan Al-Baihaqi (8/323)] Bagi yang mewajibkan khitan wanita mengatakan bahwa arti " fitrah " dalam hadist di atas perikehidupan yang dipilih oleh para nabi dan disepakati oleh semua Syari'at, atau bisa disebut agama, sehingga menunjukkan kewajiban. Sebaliknya yang berpendapat sunnah mengatakan bahwa khitan dalam hadist tersebut disebut bersamaan dengan amalan-amalan yang status hukumnya
  • 6. 6 adalah sunnah, seperti memotong kumis, memotong kuku dan seterusnya, sehingga hukumnya-pun menjadi sunnah. Kedua: Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Bila telah bertemu dua khitan (khitan laki-laki dan wanita dalam jima'-pent) maka sungguh telah wajib mandi (junub)" [Shahih, Dikeluarkan oleh At- Tirmidzi (108-109), Asy-Syafi'i (1/38), Ibnu Majah (608), Ahmad (6/161), Abdurrazaq (1/245-246) dan Ibnu Hibban (1173-1174 - Al Ihsan)] Kelompok yang berpendapat wajib mengatakan bahwa hadist di atas menyebut dua khitan yang bertemu, maksudnya adalah kemaluan laki-laki yang dikhitan dan kemaluan perempuan yang dikhitan. Hal ini secara otomatis menunjukkan bahwa khitan wanita hukumnya wajib. Sedangkan bagi yang berpendapat khitan wanita adalah sunnah mengatakan bahwa hadist tersebut tidak tegas menyatakan kewajiban khitan bagi perempuan. (Asy Syaukani, Nailul Author : 1/147) Ketiga: Hadist Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rosulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada kepada Ummu 'Athiyah (wanita tukang khitan): ‫خ‬َ‫ر‬‫ل‬ِ‫ت‬‫ل‬،‫خ‬ ََ‫ت‬َُ‫ل‬ْ‫خ‬ ِ‫ك‬َ‫ي‬َ ََ‫ِل‬‫خ‬ ‫ت‬ ‫ل‬ِ‫خ‬ ِ‫ك‬ ََِِِ‫خن‬ ‫خ‬َ‫ل‬ِ‫خنِج‬ ‫ل‬َََِ‫خ‬ ْ‫ل‬َ ‫ل‬، ‫ل‬ِ‫خ‬ ََِ‫ز‬ ‫ل‬‫و‬ َِ "Apabila engkau mengkhitan wanita potonglang sedikit, dan janganlah berlebihan (dalam memotong bagian yang dikhitan), karena itu lebih bisa membuat ceria wajah dan lebih menyenangkan (memberi semangat) bagi suami." [Shahih, Dikeluarkan oleh Abu Daud (5271), Al-Hakim (3/525), Ibnu Ady dalam Al-Kamil (3/1083) dan Al-Khatib dalam Tarikhnya 12/291)]
  • 7. 7 "Bagi yang mewajibkan khitan wanita, menganggap bahwa hadist di atas derajatnya 'Hasan', sedang yang menyatakan sunnah atau kehormatan wanita menyatakan bahwa hadist tersebut lemah. Keempat: Riwayat Aisyah Radhiyallahu 'anha secara marfu': "Artinya : Jika seorang lelaki telah duduk di antara cabang wanita yang empat (kinayah dari jima, -pent) dan khitan yang satu telah menyentuh khitan yang lain maka telah wajib mandi (junub)" [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (1/291 - Fathul Bari), Muslim (249 - Nawawi), Abu Awanah (1/269), Abdurrazaq (939-940), Ibnu Abi Syaibah (1/85) dan Al-Baihaqi (1/164)] Hadits ini juga mengisyaratkan dua tempat khitan yang ada pada lelaki dan wanita, maka ini menunjukkan bahwa wanita juga dikhitan. Berkata Imam Ahmad : "Dalam hadits ini ada dalil bahwa para wanita dikhitan" [Tuhfatul Wadud]. Kelima: " Khitan itu sunnah bagi laki-laki dan kehormatan bagi wanita. " (HR. Ahmad dan Baihaqi) Ini adalah dalil yang digunakan oleh pihak yang mengatakan bahwa khitan wanita bukanlah wajib dan sunnah, akan tetapi kehormatan. Hadist ini dinyatakan lemah karena di dalamnya ada perawi yang bernama Hajaj bin Arthoh. Dari beberapa hadist di atas, sangat wajar jika para ulama berbeda pendapat tentang hukum khitan wanita.Tapi yang jelas semuanya mengatakan bahwa khitan wanita ada dasarnya di dalam Islam, walaupun harus diakui
  • 8. 8 bahwa sebagian dalilnya masih samar-samar.Perbedaan para ulama di atas di dalam memandang khitan wanita harus disikapi dengan lapang dada, barangkali di dalam perbedaan pendapat tersebut ada hikmahnya, diantaranya bahwa keadaan organ wanita (klitorisnya) antara satu dengan yang lainnya berbeda- beda. Bagi yang mempunyai klitoris yang besar dan mengganggu aktivitasnya sehari-hari dan mebuatnya tidak pernah tenang karena seringnya kena rangsangan dan dikhawatirkan akan menjeremuskannya ke dalam tindakan yang keji seperti berzina, maka bagi wanita tersebut khitan adalah wajib. Sedang bagi wanita yang klitoris berukuran sedang dan tertutup dengan selaput kulit, maka khitan baginya sunnah karena akan menjadikannya lebih baik dan lebih dicintai oleh suaminya sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist diatas, sekaligus akan membersihkan kotoran-kotoran yang berada dibalik klistorisnya. Adapun wanita yang mempunyai klitoris kecil dan tidak tertutup dengan kulit, maka khitan baginya adalah kehormatan.( Ridho Abdul Hamid, Imta'ul Khilan bi ar-Raddi 'ala man Ankara al-Khitan, hal. 21-22 ) 2.3 Cara Khitan Pada Perempuan Di tengah-tengah masyarakat, khitan wanita dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah: 1. Memotong sedikit kulit (selaput) yang menutupi ujung klistoris (preputium clitoris). Cara ini dianjurkan dalam Islam, karena akan membersihkan kotoran-kotoran putih yang bersembunyi di balik kulit tersebut atau menempel di bagian klistorisnya atau yang sering disebut ( smegma ), sekaligus akan membuat wanita tidak frigid dan bisa mencapai orgasme ketika melakukan hubungan seks dengan suaminya, karena klistorisnya terbuka. Bahkan anehnya di sebagian Negara-negara Barat khitan perempuan semacam ini, mulai populer.
  • 9. 9 Di sana klinik-klinik kesehatan seksual secara gencar mengiklankan clitoral hood removal (membuang kulit penutup klitoris). 2. Menghilangkan sebagian kecil dari klistoris, jika memang klistorisnya terlalu besar dan menonjol. Ini bertujuan untuk mengurangi hasrat seks wanita yang begitu besar dan membuatnya menjadi lebih tenang dan disenangi oleh suami. 3. Menghilangkan semua klitoris dan semua bagian dari bibir kemaluan dalam (labium minora). Cara ini sering disebut infibulation Ini dilarang dalam Islam, karena akan menyiksa wanita dan membuatnya tidak punya hasrat terhadap laik-laki. Cara ini sering dilakukan di Negara-negara Afrika, begitu juga dipraktekan pada zaman Fir'aun, karena mereka mengira bahwa wanita adalah penggoda laki-laki maka ada anggapan jika bagian klitoris wanita di sunat akan menurunkan kadar libido perempuan dan ini mengakibatkan wanita menjadi frigid karena berkurangnya kadar rangsangan pada klitoris. 4. Menghilangkan semua klistoris, dan semua bagian dari bibir kemaluan dalam (labium minora), begitu juga sepasang bibir kemaluan luar (labium mayora). Ini sering disebut clitoridectomy (pemotongan klitoris penuh ujung pembuluh saraf) Ini juga dilarang dalam Islam, karena menyiksa wanita. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa 97,6 % khitan di Mesir merujuk kepada model kedua, dan 1,6 % merujuk pada model pertama. Sedang model ketiga/ keempat hanya 4 % saja. (DR. Maryam Ibrahim Hindi , Misteri dibalik Khitan Wanita, hal 17 dan 101) Di Indonesia sendiri praktek khitan pada wanita sering kali salah dalam tekniknya, karena cuma dilakukan secara simbolis dengan sedikit menggores
  • 10. 10 klitoris sampai berdarah, atau menyuntik klitoris, atau bahkan hanya menempelkan kapas yang berwarna kuning pada klistoris, atau sepotong kunyit diruncingkan kemudian ditorehkan pada klitoris anak, bahkan di daerah tertentu di luar Jawa, ada yang menggunakan batu permata yang digosokkan ke bagian tertentu klitoris anak. Itu semua hakekatnya tidak atau belum dikhitan. 2.4 Hikmah Khitan Pada Perempuan 1. Khitan pada wanita yang dilakukan secara benar justru bermanfaat untuk kehidupan seksual wanita yang bersangkutan. Karena membuat lebih bersih dan lebih mudah menerima rangsangan. 2. Khitan dapat membawa kesempurnaan agama, karena ia disunnahkan. 3. Khitan adalah cara sehat yang memelihara seseorang dari berbagai penyakit. 4. Khitan membawa kebersihan, keindahan, dan meluruskan syahwat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Hikmah khitan bagi laki-laki adalah mensucikan mereka dari najis yang tertahan pada kulup kemaluan.Sedangkan hikmah khitan bagi wanita adalah untuk menyederhanakan syahwatnya, sesungguhnya kalau tidak wanita tidak dikhitan maka syahwatnya akan menggejolak." (Fatawa Al-Kubra, I/273).
  • 11. 11 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Khitan perempuan merupakan sunnah fitrah yang sudah diterima oleh umat Islam. Walaupun terjadi perbedaan pendapat para ulama dalam masalah hukum khitan pada perempuan, namun syiar khitan perempuan ini harus dilakukan oleh umat Islam. Karena khitan perempuan yang sesuai dengan prosedur dan dilakukan oleh orang yang mengerti caranya, akan membawa hikmah yang baik bagi perempuan dalam menstabilkan syahwatnya. Dan juga akan bermanfaat bagi hubungan suami istri selanjutnya. Para bidan dan dokter yang mengkhitan perempuan harus berhati-hati, sehingga tidak memotong atau menyayat terlalu besar, sehingga akan membawa akibat yang buruk bagi yang dikhitan. Sehubungan dengan menjaga diri dari penyimpangan seksual, maka para muslimah harus mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan selalu pengawasan Allah.Sehingga perzinahan dan perselingkuhan jauh dari kita umat Islam ini. Mengenai adanya pelarangan khitan bagi perempuan dari beberapa pihak, hal itu sebenarnya tidak hak bagi siapapun melarang sesuatu yang dibolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya.Kalau terdapat kesalahan dalam praktek, maka kesalahan itu saja yang harus diluruskan.
  • 12. 12 3.2 Saran Mengingat betapa pentingnya mengembangkan ilmu syar'I dalam membangun diri dalam bingkai agama yang hakiki, materi ini kami sajikan tidak luput dari berbagai hujjah, dalil dan sunnah yang insyaallah sejati. Perlu pengembangan dan pembaharuan ilmu di bidang itu. Karena beragam bentuk perbedaaan pendapat yang memandang hal ini wajib ataukah sunnah. Kajian dan tafsiran yang sangat mungkin untuk menelaah kembali perbedaan itu, tentunya dengan dasar atau kembali kepada al Qur'an dan haidst. Berpijak dari deskripsi tersebut, maka sangat perlu bagi kita untuk menyandarkan diri dalam konsep pematangan keilmuan dengan tujuan sebagai tindakan prepentif dalam menghadapi kehidupan globali, Khususnya dalam ranah dunia pendidikan. Perlunya prosedur tetap (protap) untuk khitan wanita ini, jika perlu ada peraturan pemerintah yang mengaturnya.