SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perdebatan teologis dalam Islam menarik untuk dikaji, salah satunya faksi Sunni dan
Syiah. Yang disayangkan justru kemunculannya bukan berlatarbelakang teologi murni
melain1kan lahir karena pandangan politik perihal siapa yang berhak mewarisi kepimpinan
umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad.
Perdebatan tersebut menjadi menarik ketika membahas pandangan kedua faksi tersebut
tentang otentisitas al-Qur’an. Di satu sisi pandangan Sunni-awal menyodorkan fakta ketidak-
sempurnaan al-Qur’an dalam pengumpulannya, di sisi lain Syiah-awal, dengan merujuk
sumber Sunni-awal, turut serta mempersoalkan kecacatan al-Qur’an tersebut. Meski Sunni
dan Syi’ah belakangan “sepakat” untuk tidak lagi mempersoalkan otentisitas al-Qur’an,
kalangan Syiah ekstrimis bersikukuh akan ketidak-sempurnaan al-Qur’an sehingga dirasa
perlu merujuk
kepada al-Qur’an versi Ali.
Makalah ini berisi sub-bab yang disusun secara kronologis. Artinya, telaah atas tulisan ini
hendaknya dilakukan secara runtut, dengan harapan pertanyaan “mengapa terjadi perdebatan
sengit perihal otentisitas al-Qur’an di kalangan Islam dapat dengan jelas dan lugas terjawab.
Makalah ini terdiri atas: 1) pendahuluan: yang menjadi pengantar secara khusus kepada
perdebatan Sunni-Syi’ah mengenai otentisitas al-Qur’an, 2) pandangan Sunni-Syiah awal
perihal otentisitas al-Qur’an, dengan menyuguhkan data-data mengenai ayat-ayat al-Qur’an
yang luput dari pencatatan tim pengumpul al-Qur’an versi Usman 3) faksi Syiah ekstrimis
yang berseberangan sikap Sunni-Syiah moderat sehingga memperuncing perdebatan
otentisitas al-Qur‟an, adapun usaha-usaha Sunni-Syiah moderat menyongosong kajian baru
al-Qur’an tanpa perselisihan juga dipaparkan, dan 4) kesimpulan yang menggambarkan di
balik perdebatan otentisitas al-Qur’an yang pelik.
1
Slamet Untung,Melacak Historisitas Syi>„ah: Kontrovesi Seputar Ahl al-Bait Nabi
(Semarang: Pustaka Rizki Putra Semarang, 2009), hlm. 3.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Keotentikan mushaf al – qur’an ?
2. Bagaimana Keotentikan mushaf al – qur’an prespektif sunni dan syiah ?
3. Apa perbedaan Keotentikan mushaf al – qur’an prespektif sunni dan syiah ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mampu memahami Keotentikan mushaf al – qur’an.
2. Mampu mengetahui Keotentikan mushaf al – qur’an prespektif sunni dan syiah.
3. Mampu mengetahui perbedaan Keotentikan mushaf al – qur’an prespektif sunni dan
syiah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PANDANGAN SUNNI-SYIAH AWAL PERIHAL OTENTISITAS ALQUR’AN
Pandangan umum Sunni perihal historisitas al-Qur’an adalah sebagai berikut.
Pertama. Bahwa penulisan al-Qur’an tuntas ketika Nabi masih hidup.3 Hal ini menjadi
mungkin karena Nabi memiliki kuttab al-wahy yang senantiasa siap diminta Nabi untuk
menulis ayat-ayat al-Qur’an setiap kali diturunkan.4 Kedua. Bahwa kegiatan penghimpunan
al-Qur’an dilakukan selama 3 kali. Satu kali pada saat Nabi masih hidup, sebagaimana
pengakuan Zaid bin Shabit,
“Kunna inda Rasulillah nuallif al-Qur’an min al-riqa Kedua kalinya dihimpun pada
kekhalifahan Abu Bakr atas insiatif Umar. Ketika itu terjadi Perang Yamamah dan para
huffad al-Qur’an berguguran. Umar berinisiatif dengan mengusulkan kepada Abu Bakar
perihal pengumpulan naksah yang ada pada sahabat. Abu Bakar setuju dan menunjuk Zaid
bersama timnya sebagai pihak yang diberi wewenang penuh pengumpulan al-Qur’an. Metode
yang ditempuh Zaid dalam menyeleksi naskah yang diterima mensyaratkan minimal
dikuatkan
oleh dua saksi, sehingga yang tidak memenuhi unsur ini tertolak. Salah satu di antara tertolak
adalah ayat yang disampaikan Umar (tentang hukuman rajam), karena tidak dapat
menunjukkan bentuk fisik naskahnya. Sekumpulan naskah tersebut lalu disimpan Abu Bakar
hingga wafatnya, lalu berada di tangan Umar ketika menjadi amir al-mu‟minin hingga
wafatnya, dan disimpan Hafsah (puteri„Umar) pasca Umar wafat.
Adapun penghimpunan ketiga terjadi pada tahun 25 H atau (menurut informasi lain
akhir 30 H) dengan alasan kekhawatiran akan perbedaan “versi” al-Qur’an di kalangan umat
Islam, serta menghindarikan dari kesimpangsiuran mengenai dialek al-Qur’an yang beragam.
Dipilihlah dialek Quraysh sebagai dialek resmi al-Qur’an versi Usman. Kekhawatiran ini
pertama kali diutarakan oleh Huzaifah dan ditanggapi dengan persetujuan oleh Usman. Teks
yang ada di
tangan Hafsah diminta Usman dan disalin ulang. Sementara teks selain yang dimiliki Usman
“diperintahkan” untuk dimusnahkan. Salinan mushaf yang berjumlah tujuh dikirimkan ke
beberapa daerah, antara lain Makkah, Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, Kufah, dan salinan
utama berada di Madinah bersama Usman. Naskah-naskah ini dikenal dengan Mushaf Usman
4
Dari penjelasan di atas, lalu muncul pertanyaan besar. 1) Apakah pengumpulan al-Qur’an
oleh Abu bakar telah mencakup keseluruhan teks yang ada pada saat itu? 2) bukankah
insiatif Usman atas saran Huzaifah dengan cara menulis ulang al-Qur’an “hanya” dalam
dialek Quraysh justru meninggalkan kesan bahwa al-Qur’an yang ada sekarang ini adalah al-
Qur’an ala Usman dan bukan al-Qur’an yang sesungguhnya, yang hadir dalam begaram
dialek? Beragam kerancuan ini ternyata berkait-kelindan dengan fakta di lapangan bahwa
pada proses pengumpulan al Qur’an hingga penulisannya memang masih menyimpan
beberapa tanda tanya besar.
Berikut ini beberapa fakta yang patut dicermati dan ditelaah secara kritis. Pertama,
soal hilangnya naskah. Diceritakan bahwa „Umar menghafal suatu ayat tentang rajam.
Dirinya teringat bahwa yang memiliki rekaman dalam bentuk naskah tertulis adalah
seseorang yang gugur di Perang Yamamah.Umar lantas bersaksi di hadapan tim pengumpul
naskah, namun tetap ditolak lantaran tidak mencapai syarat minimal 2 saksi dan naskah
tertulisnya.Aisyah mengalami kehilangan naskah tatkala ada seekor hewan gembalaan masuk
ke kamarnya dan memakan kertas yang berisi rekaman tulisan ayat al-Qur’an. Ketika itu
Aisyah sedang sibuk menghadiri pemakaman Nabi. Dalam informasi lain, beberapa naskah
al-Qur’an pernah tercecer dalam penjagaan para sahabat Nabi, beberapa di antaranya adalah
ayat-ayat terkait kewajiaban terhadap orang tua dan tentang peperangan. Hal ini sebagaimana
dituturkan Umar dan beberapa sahabat yang otoritatif di bidang pengumpulan al-Qur’an
(Zaid bin Sabit Abdullah bin Abbas, dan Ubay bin Kaab).
Kedua, beberapa ayat dan surat yang bersumber dari naskah-naskah para sahabat tidak
termuat dalam Mushaf Usmani. Contoh pertama adalah tidak dimuatnya surat al-Khul dan
al-Hafd dalam naskah Ubay.
‫اخللع‬ ‫ة‬‫ر‬‫سو‬46
‫الرحيم‬ ‫الرمحن‬ ‫هللا‬ ‫بسم‬
‫نس‬ ّ‫ن‬‫إ‬ ّ‫اللهم‬‫ت‬‫علك‬(51)‫ونستغفرك‬(50)‫عليك‬ ‫نثين‬ ‫و‬(49)‫نكفرك‬ ‫وال‬(48)‫يفجرك‬ ‫من‬ ‫ونرتك‬ ‫خنلع‬ ‫و‬
‫احلفد‬ ‫ة‬‫ر‬‫سو‬52
‫الرحيم‬ ‫الرمحن‬ ‫هللا‬ ‫بسم‬
(‫ى‬ّ‫ل‬‫نص‬ ‫ولك‬ ‫نعبد‬ ‫ايك‬ ‫اللهم‬53‫عذابك‬ ‫وخنشى‬ ‫رمحتك‬ ‫نرجو‬ ‫حنفظ‬ ‫و‬ ‫نسعى‬ ‫وإليك‬ ‫نسجد‬ ‫و‬ )(55)
‫بالكفار‬(54)‫ملحق‬
5
Meskipun kedua surat tersebut telah ditelaah secara cermat dan disimpulkan sebagai bukan
bagian dari al-qur’an karena beberapa sebab,2 hal ini tetap menjadi sebuah pertanyaan yang
belum final terjawab secara ontologis. Contoh lain, masih dalam naskah Ubay, adalah adanya
suatu ayat yang seharusnya disisipkan di antara ayat 24 dan 25 pada QS 10.
‫هللا‬ ‫ويتوب‬ ‫اب‬‫رت‬‫ال‬ ‫اال‬ ‫آدم‬ ‫ابن‬ ‫ميألجوف‬ ‫ثالثاوال‬ ‫اديا‬‫و‬ ‫البتغى‬ ‫مال‬ ‫من‬ ‫اديان‬‫و‬ ‫آدم‬ ‫ابن‬ ‫ان‬ ‫لو‬‫باب‬ ‫من‬ ‫ى‬ ‫ى‬
Sekali lagi, analisa linguistik menyatakan ayat yang dimaksud bukan ayat al- Qur’an.
Namun demikian, hal-hal tersebut tetap menjadi misteri yang belum final terjawab secara
ontologis.3
Menurut informasi lainnya, terdapat beberapa surat yang dilaporkan menyusut dan
berkurang secara kuantitas. Yang semula utuh, kini (dalam Mushaf Usmani) hanya tersisa
sepertiga atau seperempatnya saja (misalnya, QS al - Taubah). Hal ini sebagaimana penuturan
Huzaifah bin al-Yaman. Beberapa surat lain yang terjadi perbedaan kuantitas adalah QS al-
Hijr dan QS al-Nur.
Ketiga, fakta bahwa Ali memiliki al-Qur’an versi tersendiri. Kejadian ini dapat dirujuk
tatkala Ali absen secara publik selama beberapa hari termasuk saat pembaiatan Abu Bakar
ditunjuk menjadi khalifah pengganti Nabi. Ketika Ali menyerahkan naskah yang dimilikinya
kepada panitia pengumpulan al-Quran dimasa Usman, naskah Ali tidak diterima lantaran
Usman memprioritaskan naskah-naskah yang berasal dari para sahabat lainnya. Karenanya,
Ali membawa pulang naskah yang dimilikinya. Selain naskah Ali naskah Ibnu Masud juga
mengalami penolakan serupa meskipun diyakini kebenarannya oleh sebagian besar kalangan
Syiah bahwa Ali memiliki naskah, menurut Nöldeke, hal ini perlu ditinjau ulang. Asalan
Nöldeke adalah karena Ali tidak pernah menyinggung perihal naskah yang dimilikinya pada
periode pra-pengumpulan naskah oleh Usman dilakukan. Berikut pernyataan Nöldeke.4
Nöldeke juga menganggap para pengikut yang meyakini kesucian Ali telah mengada-
ada soal naskah Ali. Selain keberadaannya diragukan, kalangan Syiah kemunculan naskah
tersebut bersamaan dengan kemunculan Imam Keduabelas “yang dijanjikan”.Sambil
2
Lihat ulasannya dalam Theodor Nöldeke, dkk., History of The Qur‟an,terj. Wolfgang
H. Behn (Leiden: Brill, 2013) hlm. 240-242. Lihat juga Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah
Al-Qur‟an, Edisi Digital (Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi, 2011), hlm. 267-268.
3
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an, hlm. 261. Masih ada beberapa
contoh lain, Rujuk ibid., hlm. 262-270.
4 Theodor Nöldeke, dkk., History of The Qur‟an,hlm. 219-220.
6
menunggu kedatangan Imam Kedua belas dan al-Qur’an versi Ali yang dibawanya, sebagai
solusi temporalnya, kalangan Syiah tetap menggunakan Mushaf Usmani sebagai kitab suci.5
Bersandar pada fakta bahwa Ali absen dari publik untuk menyusun naskah al-
Qur’an, kalangan Syiah memandang dan meyakini naskah Ali memang benar-benar ada.
Wajar jika muncul klaim bahwa Ali, “was the one who established the official and standard
Qur’an”.
Namun demikian, ini patut dipertanyakan mengingat ada himbauan dari Usman
untuk membumihanguskan teks selain milik Usman yang dianggap paling otoritatif saat itu.
Ali, hemat
kami, bukan sosok yang tidak bijaksana dalam berinteraksi dengan koleganya.
Wajar jika dikatakan Ali turut serta membumihanguskan naskah yang ada padanya.
Terlebih, Ali secara tegas tidak menolak integritas Mushaf Usmani. Karenanya, wajar jika
teks Ali diragukan masih ada saat itu, apalagi saat ini. Dari ketiga fakta di atas, dapat
disimpulkan bahwa tradisi Sunni-awal mengkonfirmasi adanya kecacatan al-Qur‟an dari sisi
data. Selain faktor “alami”, misalnya naskah yang hilang, faktor “non-alami” berupa otoritas
„Usman dalam
menyeleksi al-Qur’an berperan penting dalam “kecacatan” al-Qur’an tersebut.
Sementara itu dalam tradisi Syiah-awal, secara khusus sebelum abad 3H/9M,
golongan Syiah banyak merujuk sumber Sunni di atas. Hanya setelah abad 3H/9M kalangan
Syiah mengutip tradisi mereka sendiri. Tradisi Syiah yang dimaksud tak lain adalah
representasi pandangan para Imam mereka, yang sekalipun pandangan tersebut patut dikritisi
karena memunculan polemik dan menghadirkan “data aneh” (alien material), tetap dijadikan
rujukan di kalangan Syiah.
B. SYIAH EKSTRIMIS, SUNNI MODERAT, DAN SYIAH MODERAT
Setidaknya ada tiga sikap kelompok yang muncul dalam menanggapi persoalan
otentisitas
al-Qur’an, yang sebagian faktanya telah dipaparkan di atas. Kelompok yang dimaksud antara
lain: Syiah ekstirims, Sunni moderat, dan Syiah moderat. Kelompok pertama cenderung
serampangan dan lebih mendekati kepada menyimpang daripada benar, sementara dua
kelompok lainnya menampakkan sikap apologetik dalam berteologi.
5 Theodor Nöldeke, dkk., History of The Qur‟an..., hlm. 289.
7
A. Syiah Ektrimis
Kelompok ini menuduh bahwa telah terjadi penyimpangan (tahrif) dan perubahan (tabdil)
dalam al-Qur’an yang dilakukan oleh Usman secara sengaja. Al-Quran, menurut mereka,
semula memuat kisah-kisah keluarga Ali dan di dalam kisah-kisah tersebut terdapat kisaran
70 ayat yang secara khusus membicarakan tentang AlPemuka syiah abad 4H, Abu al-Hasan
Ali Ibn Ibrahim al-Qummi, menyatakan bahwa ada sekitar 500 tempat di dalam al-Quran
yang telah diubah. Dan masih banyak kasus penyimpangan dan perubahan redaksi teks lain
dalam al-Quran.6
Penyimpangan yang dianggap paling menarik sekaigus mengejutkan adalah adanya
sikap tendensius Syiah ektrimis ini yang seolah ingin mengubah al-Qur‟an secara maknawi
menurut pemikiran mereka. Mereka menilai ada usaha yang sengaja dilakukan dalam
menghilangkan redaksiredaksi kata tertentu di dalam al-Quran. Misalnya, sisipan kata Aliy
dan Al yang“hilang” pada beberapa ayat. Belum lagi frasa Shirat „Aliy yang diuba menjadi
Shirat Mustaqim. Selain itu, pada beberapa ayat berlatar dialog, kelompok ektrimis ini juga
membubuhi kata panggil ya Aliy. Selain itu, kata ummah di dalam al-Qur’an yang dianggap
seharusnya menjadi
aimmah, yang merujuk pada konsep Imamah dalam tradisi Syiah.7
Pada sumber lain, dalam manuskrip Bankipur, ditemukan pula“ayat Syiah” yang
isinya adalah pengagungan Ali dan keluarganya yang sengaja ditolak keberadaannya di
Mushaf Usmani. Ayat-ayat ini, setelah diteliti secara mendalam, tak lain adalah rekayasa
semata di era belakangan.8
Selain itu, Syiah ekstrimis juga menganggap adanya unsur kesengajaan para
pengumpul al-Qur’an dengan tidak memasukkan empat surat dari naskah Ubay: surat al-KhaI
al-Hafd, al-Nurayn, dan al- Walayah.9
B.Sunni Moderat
6 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 271.
7 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 273-274.
8 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 285.
9
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 277. Penjelasan keempat
surat tersebut dapat dilihat pada ibid., hlm. 277-285 dan 266-268.
8
Adanya beberapa bukti kecacatan al-Quran membuat siapa saja tidak nyaman.
Kalangan Sunni, dalam tataran teologis, menanggapi hal tersebut dengan menunjukkan sikap
apologetik. Dari sinilah konsep naskh dalam al-Quran muncul10 bahwa ayat-ayat dan surat
yang tidak dimuat
dalam Mushaf Usmani boleh jadi ternaskh. Konsep ini akan membuat semua kecacatan al-
Quran masuk akal (logical) dan bisa diterima dengan baik oleh semua kalangan. Konsep ini
dianggap telah “berhasil” membalikkan fakta al-Qur’an yang cacat menjadi anti-cacat.
Yang hendak dibidik dari konsep ini adalah ayat-ayat yang para periwayatnya masih
mengingat ayat yang diriwayatkannya namun tidak didukung bukti fisik naskah. misalnya
adalah kisah Umar tatkala teringat ayat rajm. Ketika berhadapan dengan tim pengumpul al-
Qur’an, Umar tak memiliki bukti naskahnya lantaran pemiliknya telah gugur di perang
Yamamah. Karenanya, ayat rajm tersebut tertolak. Secara eksplisit, sunni menilai ayat
yang“luput tercatat dalam Mushaf Usmani dihukumi sebagai naskh. Yang menarik, sampai
saat ini konsep ini masih berlaku di kalangan sebagian Sunni.
C.Syi’ah Moderat
Sikap moderat ini ditunjukkan dengan sikap “menerima’’ mushaf Usmani sebagai
kitab suci mereka.11 Bahkan, seorang ahli hadis kalangan Syiah Muhammad Ibn Babawayh
mengatakan bahwa penerimaan tersebut dihitung sebagai keimanan sikap yang menyatakan
tidak adanya “kecacatan” (non-alteration) dalam al-Qur’an.12 Tentu hal ini menjadi angin
segar akan pemahaman ontologis al-Qur’an.
Namun begitu, sikap moderat ini menyisakan catatan lain, yaitu adanya pandangan
yang baku mengenai Mushaf „Usmani. Pandangan baku yang tampak teologis ini mencakup
dual hal: pandangan Imamah dan pandangan terhadap status beberapa surat dalam Mushaf
Usmani.
Imamah, dalam pandangan Syiah, adalah konsep kepemimpinan dalam Islam yang
merupakan warisan dari kepemimpinan Nabi dan dimulai dari Ali. Sumber yang secara
eksplisit menyatakan hal ini adalah hadis Nabi yang disampaikan di Ghadir Khumm. Hadis
10
Penjelasan tentang konsep naskh yang dimaksud dalam Taufik Adnan Amal,
Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 260-261.
11 Theodor Nöldeke, dkk., History of The Qur‟an..., hlm. 289.
12 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 286.
9
ini masih debatable. Lebih jauh, kalaupun asumsi ini benar adanya, Hossein Modarressi
menyatakan tidak
adanya satu ayatpun dalam al-Quran yang menyinggung Ali berikut Imamah yang dimaksud.
Ayat-ayat yang diduga sebagai “korban” eksploitasi kalangan Syiah antara lain: QS 5:67, QS
3:33, QS 56:10-12, QS 25:1, dan QS 24:35.
Syiah menerima Mushaf Usmani dengan beberapa opsi yang tidak disepakati, yaitu
bahwa QS 105-106 dan QS 93-94 adalah satu kesatuan surat. Sumber rujukan Syiah adalah
mushaf Ubay. Pendapat tentang kesatuan QS 93-94 diperkuat dengan pernyataan Umar Ibn
Abd al-„Aziz dan seorang tabiin Tawus al-Kaysan.
Dari ketiga sikap kelompok di atas, secara implisit dapat dikatakan bahwa memang ada
celah untuk mengatakan al-Quran memiliki kecacatan. Ada seorang ulama Syiah belakangan
yang berusaha membuktikan asumsi kecacatan al- Quran. Melalui tafsirnya Bayan fi Tafsir
al-Qur‟an (The Prolegomena to The Qur’an, terj. Abdul Aziz A. Sachedina), secara khusus
dalam pengantar, al-Sayyid Abu al-Qasim al-Musawi al-Khui membantai semua gagasan
yang menyatakan ada tahrif (penyimpangan) dalam al-Qur‟an, baik dari kalangan Sunni
maupun Syiah. Cara yang ditempuh adalah dengan menganalisa semua sumber-sumber yang
dijadikan rujukan untuk menyatakan ketersimpangan al-Quran, untuk lalu dipatahkan semua
argumentasi-argumentasinya.13
13 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an…, hlm. 286.
10
BAB III
KESIMPULAN
Secara umum, perihal meragukan validitas Mushaf Usmani yang terjadi di dunia
Islam (dalam hal ini sekte-sekte dalam Islam) bertumpu pada factor dogmatis sinis dan bukan
kritik historis murni. Hal ini sebagaimana tampak pada ketiga faksi di atas. Contoh lainnya
adalah aliran Mu’tazilah. Mereka berpandangan bahwa al-Qur’an yang suci mustahil memuat
hal-hal yang tidak suci, semisal hujatan kepada musuh-musuh nabi pada QS 111. Sementara
itu sekte Maimuniyah dari aliran Khawarij menolak keberadaan QS 12 yang berisi cerita
kisah cinta Nabi Yusuf. Kisah ini dianggap tidak layak menjadi bagian dari
kesucian al-Qur’an.14
Beberapa argumen kecacatan al-Quran, bagaimanapun, tidak lantas dapat dikonfirmasi
kebenarannya. Pembuktian melalui analisa kebahasaan, sedikit banyak menolak afirmasi
argumen kecacatan al-Quran. Barangkali memang perlu dikedepankan studi kritis historis
daripada dogmatis. Barangkali juga perlu dikedepankan “kesamaan” pandangan bahwa al-
Qur’an tidak cacat dan darinya umat Islam mendapatkan h}ikmah bagi kehidupan, daripada
terpaku pada aspek problematis yang mengundang perdebatan tanpa akhir.
14Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an…, hlm. 270-271.
11
DAFTAR PUSTAKA
 Amal, Taufik Adnan. 2011. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Edisi Digital. Jakarta:
Yayasan Abad Demokrasi.
 Nöldeke, Theodor, dkk. 2013. History of The Qur’an, terj. Wolfgang H. Behn.
Leiden:
Brill.
 Quraish,Shihab. 1994. Membumikan Al – Qur’an,Bandung : Mizan.
 Al – A’zami.2005. The history of the qur’anic teks. Jakarta : Gema insani.

More Related Content

What's hot

Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisatjehh
 
Terjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilTerjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilMohamad Bastomii
 
MAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
MAKALAH QASHASH AL-QUR’ANMAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
MAKALAH QASHASH AL-QUR’ANAmalia Damayanti
 
Fiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaFiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaRisma Amalia
 
QASHASH AL-QUR’AN.pptx
QASHASH AL-QUR’AN.pptxQASHASH AL-QUR’AN.pptx
QASHASH AL-QUR’AN.pptxLaluAbdulHafiz
 
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Tasyri'  masa nabi Muhammad SawTasyri'  masa nabi Muhammad Saw
Tasyri' masa nabi Muhammad SawMarhamah Saleh
 
muhkam dan mutasyabih
muhkam dan mutasyabihmuhkam dan mutasyabih
muhkam dan mutasyabihfajriatus sny
 
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarMutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarHanifah Habibah
 
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabat
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabatTafsir pada masa nabi saw dan sahabat
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabatJumal Ahmad
 
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsFakhri Cool
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalRatih Aini
 
Muhkam mutasyabih
Muhkam mutasyabihMuhkam mutasyabih
Muhkam mutasyabihYS YS
 
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORERfissilmikaffah1
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
asbab an-nuzul
asbab an-nuzulasbab an-nuzul
asbab an-nuzulReza Rizki
 

What's hot (20)

Qawaid fiqh pt 1
Qawaid fiqh  pt 1Qawaid fiqh  pt 1
Qawaid fiqh pt 1
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historis
 
Terjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilTerjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wil
 
MAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
MAKALAH QASHASH AL-QUR’ANMAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
MAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
 
Fiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaFiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablana
 
QASHASH AL-QUR’AN.pptx
QASHASH AL-QUR’AN.pptxQASHASH AL-QUR’AN.pptx
QASHASH AL-QUR’AN.pptx
 
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Tasyri'  masa nabi Muhammad SawTasyri'  masa nabi Muhammad Saw
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
 
muhkam dan mutasyabih
muhkam dan mutasyabihmuhkam dan mutasyabih
muhkam dan mutasyabih
 
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarMutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
 
Asbabul wurud
Asbabul wurudAsbabul wurud
Asbabul wurud
 
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabat
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabatTafsir pada masa nabi saw dan sahabat
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabat
 
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
Ulumul Quran
Ulumul QuranUlumul Quran
Ulumul Quran
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
 
Keotentikan al qur'an
Keotentikan al qur'anKeotentikan al qur'an
Keotentikan al qur'an
 
Muhkam mutasyabih
Muhkam mutasyabihMuhkam mutasyabih
Muhkam mutasyabih
 
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
asbab an-nuzul
asbab an-nuzulasbab an-nuzul
asbab an-nuzul
 

Viewers also liked

Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anTugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anNur Alfiyatur Rochmah
 
Makalah al qur'an hadist
Makalah al qur'an hadistMakalah al qur'an hadist
Makalah al qur'an hadistAgus Suyitno
 
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)35255466
 
Ilmu Rasm Usmani pdf
Ilmu Rasm Usmani pdfIlmu Rasm Usmani pdf
Ilmu Rasm Usmani pdfRulHas SulTra
 
Makalah hadist dan ulumul hadist
Makalah hadist dan ulumul hadistMakalah hadist dan ulumul hadist
Makalah hadist dan ulumul hadistNur Afifah
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointLontongSayoer
 
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyasmanea
 
Quran (A Code Of Life)
Quran (A Code Of Life)Quran (A Code Of Life)
Quran (A Code Of Life)tariqmehsud
 

Viewers also liked (11)

Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anTugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
 
Makalah al qur'an hadist
Makalah al qur'an hadistMakalah al qur'an hadist
Makalah al qur'an hadist
 
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
 
PERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITSPERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITS
 
Ilmu Rasm Usmani pdf
Ilmu Rasm Usmani pdfIlmu Rasm Usmani pdf
Ilmu Rasm Usmani pdf
 
Makalah hadist dan ulumul hadist
Makalah hadist dan ulumul hadistMakalah hadist dan ulumul hadist
Makalah hadist dan ulumul hadist
 
Studi al qur'an
Studi al qur'anStudi al qur'an
Studi al qur'an
 
Makalah al qur'an
Makalah al qur'anMakalah al qur'an
Makalah al qur'an
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power point
 
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas
1 Al Quran, 2 Sunnan, 3 Al Ijma, 4 Al Ijtehad, 5 Al Qiyas
 
Quran (A Code Of Life)
Quran (A Code Of Life)Quran (A Code Of Life)
Quran (A Code Of Life)
 

Similar to Makalah studi qur'an

PP PSI1D Sejarah penulisan alquran
PP PSI1D Sejarah penulisan alquranPP PSI1D Sejarah penulisan alquran
PP PSI1D Sejarah penulisan alquranqoida malik
 
Buku Pedoman MUI ttg Syiah 4
Buku  Pedoman MUI ttg Syiah 4Buku  Pedoman MUI ttg Syiah 4
Buku Pedoman MUI ttg Syiah 4Feizal Karim
 
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.pdf
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.pdfSejarah Penulisan Al-Qur'an.pdf
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.pdfZukét Printing
 
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.docx
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.docxSejarah Penulisan Al-Qur'an.docx
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.docxZukét Printing
 
JAM’UL QUR’AN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN.pptx
JAM’UL QUR’AN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN.pptxJAM’UL QUR’AN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN.pptx
JAM’UL QUR’AN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN.pptxzulkiflikifli5
 
Kelompok 2 (1).pdf
Kelompok 2 (1).pdfKelompok 2 (1).pdf
Kelompok 2 (1).pdfGhinaLulu
 
Assalamualaikum
AssalamualaikumAssalamualaikum
AssalamualaikumUjey Tobat
 
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u Roeslandy Ahmad Andy
 
Al-Qur'an, Orientalisme dan Luxenberg
Al-Qur'an, Orientalisme dan Luxenberg Al-Qur'an, Orientalisme dan Luxenberg
Al-Qur'an, Orientalisme dan Luxenberg Syamsuddin Arif
 
penghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanpenghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanKeonk Hawk
 
Reverensi pengertian rasmil quran
Reverensi pengertian rasmil quranReverensi pengertian rasmil quran
Reverensi pengertian rasmil quranHaubibBro
 
FUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALIS
FUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALISFUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALIS
FUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALISAl Mushawir
 

Similar to Makalah studi qur'an (20)

I.hadits
I.haditsI.hadits
I.hadits
 
PP PSI1D Sejarah penulisan alquran
PP PSI1D Sejarah penulisan alquranPP PSI1D Sejarah penulisan alquran
PP PSI1D Sejarah penulisan alquran
 
Rasm al-ur'an
Rasm al-ur'anRasm al-ur'an
Rasm al-ur'an
 
Tugas study al quran
Tugas study al quranTugas study al quran
Tugas study al quran
 
ULUM AL- QUR'AN
ULUM AL- QUR'ANULUM AL- QUR'AN
ULUM AL- QUR'AN
 
Buku Pedoman MUI ttg Syiah 4
Buku  Pedoman MUI ttg Syiah 4Buku  Pedoman MUI ttg Syiah 4
Buku Pedoman MUI ttg Syiah 4
 
Ppt ulumul qur'an
Ppt ulumul qur'anPpt ulumul qur'an
Ppt ulumul qur'an
 
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.pdf
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.pdfSejarah Penulisan Al-Qur'an.pdf
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.pdf
 
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.docx
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.docxSejarah Penulisan Al-Qur'an.docx
Sejarah Penulisan Al-Qur'an.docx
 
Ulumul quran
Ulumul quranUlumul quran
Ulumul quran
 
JAM’UL QUR’AN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN.pptx
JAM’UL QUR’AN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN.pptxJAM’UL QUR’AN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN.pptx
JAM’UL QUR’AN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN.pptx
 
Kelompok 2 (1).pdf
Kelompok 2 (1).pdfKelompok 2 (1).pdf
Kelompok 2 (1).pdf
 
Assalamualaikum
AssalamualaikumAssalamualaikum
Assalamualaikum
 
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
 
Al-Qur'an, Orientalisme dan Luxenberg
Al-Qur'an, Orientalisme dan Luxenberg Al-Qur'an, Orientalisme dan Luxenberg
Al-Qur'an, Orientalisme dan Luxenberg
 
Kuliah 2
Kuliah 2Kuliah 2
Kuliah 2
 
Mahamai kitab tafsir
Mahamai kitab tafsirMahamai kitab tafsir
Mahamai kitab tafsir
 
penghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanpenghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraan
 
Reverensi pengertian rasmil quran
Reverensi pengertian rasmil quranReverensi pengertian rasmil quran
Reverensi pengertian rasmil quran
 
FUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALIS
FUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALISFUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALIS
FUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALIS
 

Makalah studi qur'an

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Perdebatan teologis dalam Islam menarik untuk dikaji, salah satunya faksi Sunni dan Syiah. Yang disayangkan justru kemunculannya bukan berlatarbelakang teologi murni melain1kan lahir karena pandangan politik perihal siapa yang berhak mewarisi kepimpinan umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad. Perdebatan tersebut menjadi menarik ketika membahas pandangan kedua faksi tersebut tentang otentisitas al-Qur’an. Di satu sisi pandangan Sunni-awal menyodorkan fakta ketidak- sempurnaan al-Qur’an dalam pengumpulannya, di sisi lain Syiah-awal, dengan merujuk sumber Sunni-awal, turut serta mempersoalkan kecacatan al-Qur’an tersebut. Meski Sunni dan Syi’ah belakangan “sepakat” untuk tidak lagi mempersoalkan otentisitas al-Qur’an, kalangan Syiah ekstrimis bersikukuh akan ketidak-sempurnaan al-Qur’an sehingga dirasa perlu merujuk kepada al-Qur’an versi Ali. Makalah ini berisi sub-bab yang disusun secara kronologis. Artinya, telaah atas tulisan ini hendaknya dilakukan secara runtut, dengan harapan pertanyaan “mengapa terjadi perdebatan sengit perihal otentisitas al-Qur’an di kalangan Islam dapat dengan jelas dan lugas terjawab. Makalah ini terdiri atas: 1) pendahuluan: yang menjadi pengantar secara khusus kepada perdebatan Sunni-Syi’ah mengenai otentisitas al-Qur’an, 2) pandangan Sunni-Syiah awal perihal otentisitas al-Qur’an, dengan menyuguhkan data-data mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang luput dari pencatatan tim pengumpul al-Qur’an versi Usman 3) faksi Syiah ekstrimis yang berseberangan sikap Sunni-Syiah moderat sehingga memperuncing perdebatan otentisitas al-Qur‟an, adapun usaha-usaha Sunni-Syiah moderat menyongosong kajian baru al-Qur’an tanpa perselisihan juga dipaparkan, dan 4) kesimpulan yang menggambarkan di balik perdebatan otentisitas al-Qur’an yang pelik. 1 Slamet Untung,Melacak Historisitas Syi>„ah: Kontrovesi Seputar Ahl al-Bait Nabi (Semarang: Pustaka Rizki Putra Semarang, 2009), hlm. 3.
  • 2. 2 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Keotentikan mushaf al – qur’an ? 2. Bagaimana Keotentikan mushaf al – qur’an prespektif sunni dan syiah ? 3. Apa perbedaan Keotentikan mushaf al – qur’an prespektif sunni dan syiah ? C. Tujuan Pembahasan 1. Mampu memahami Keotentikan mushaf al – qur’an. 2. Mampu mengetahui Keotentikan mushaf al – qur’an prespektif sunni dan syiah. 3. Mampu mengetahui perbedaan Keotentikan mushaf al – qur’an prespektif sunni dan syiah.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. PANDANGAN SUNNI-SYIAH AWAL PERIHAL OTENTISITAS ALQUR’AN Pandangan umum Sunni perihal historisitas al-Qur’an adalah sebagai berikut. Pertama. Bahwa penulisan al-Qur’an tuntas ketika Nabi masih hidup.3 Hal ini menjadi mungkin karena Nabi memiliki kuttab al-wahy yang senantiasa siap diminta Nabi untuk menulis ayat-ayat al-Qur’an setiap kali diturunkan.4 Kedua. Bahwa kegiatan penghimpunan al-Qur’an dilakukan selama 3 kali. Satu kali pada saat Nabi masih hidup, sebagaimana pengakuan Zaid bin Shabit, “Kunna inda Rasulillah nuallif al-Qur’an min al-riqa Kedua kalinya dihimpun pada kekhalifahan Abu Bakr atas insiatif Umar. Ketika itu terjadi Perang Yamamah dan para huffad al-Qur’an berguguran. Umar berinisiatif dengan mengusulkan kepada Abu Bakar perihal pengumpulan naksah yang ada pada sahabat. Abu Bakar setuju dan menunjuk Zaid bersama timnya sebagai pihak yang diberi wewenang penuh pengumpulan al-Qur’an. Metode yang ditempuh Zaid dalam menyeleksi naskah yang diterima mensyaratkan minimal dikuatkan oleh dua saksi, sehingga yang tidak memenuhi unsur ini tertolak. Salah satu di antara tertolak adalah ayat yang disampaikan Umar (tentang hukuman rajam), karena tidak dapat menunjukkan bentuk fisik naskahnya. Sekumpulan naskah tersebut lalu disimpan Abu Bakar hingga wafatnya, lalu berada di tangan Umar ketika menjadi amir al-mu‟minin hingga wafatnya, dan disimpan Hafsah (puteri„Umar) pasca Umar wafat. Adapun penghimpunan ketiga terjadi pada tahun 25 H atau (menurut informasi lain akhir 30 H) dengan alasan kekhawatiran akan perbedaan “versi” al-Qur’an di kalangan umat Islam, serta menghindarikan dari kesimpangsiuran mengenai dialek al-Qur’an yang beragam. Dipilihlah dialek Quraysh sebagai dialek resmi al-Qur’an versi Usman. Kekhawatiran ini pertama kali diutarakan oleh Huzaifah dan ditanggapi dengan persetujuan oleh Usman. Teks yang ada di tangan Hafsah diminta Usman dan disalin ulang. Sementara teks selain yang dimiliki Usman “diperintahkan” untuk dimusnahkan. Salinan mushaf yang berjumlah tujuh dikirimkan ke beberapa daerah, antara lain Makkah, Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, Kufah, dan salinan utama berada di Madinah bersama Usman. Naskah-naskah ini dikenal dengan Mushaf Usman
  • 4. 4 Dari penjelasan di atas, lalu muncul pertanyaan besar. 1) Apakah pengumpulan al-Qur’an oleh Abu bakar telah mencakup keseluruhan teks yang ada pada saat itu? 2) bukankah insiatif Usman atas saran Huzaifah dengan cara menulis ulang al-Qur’an “hanya” dalam dialek Quraysh justru meninggalkan kesan bahwa al-Qur’an yang ada sekarang ini adalah al- Qur’an ala Usman dan bukan al-Qur’an yang sesungguhnya, yang hadir dalam begaram dialek? Beragam kerancuan ini ternyata berkait-kelindan dengan fakta di lapangan bahwa pada proses pengumpulan al Qur’an hingga penulisannya memang masih menyimpan beberapa tanda tanya besar. Berikut ini beberapa fakta yang patut dicermati dan ditelaah secara kritis. Pertama, soal hilangnya naskah. Diceritakan bahwa „Umar menghafal suatu ayat tentang rajam. Dirinya teringat bahwa yang memiliki rekaman dalam bentuk naskah tertulis adalah seseorang yang gugur di Perang Yamamah.Umar lantas bersaksi di hadapan tim pengumpul naskah, namun tetap ditolak lantaran tidak mencapai syarat minimal 2 saksi dan naskah tertulisnya.Aisyah mengalami kehilangan naskah tatkala ada seekor hewan gembalaan masuk ke kamarnya dan memakan kertas yang berisi rekaman tulisan ayat al-Qur’an. Ketika itu Aisyah sedang sibuk menghadiri pemakaman Nabi. Dalam informasi lain, beberapa naskah al-Qur’an pernah tercecer dalam penjagaan para sahabat Nabi, beberapa di antaranya adalah ayat-ayat terkait kewajiaban terhadap orang tua dan tentang peperangan. Hal ini sebagaimana dituturkan Umar dan beberapa sahabat yang otoritatif di bidang pengumpulan al-Qur’an (Zaid bin Sabit Abdullah bin Abbas, dan Ubay bin Kaab). Kedua, beberapa ayat dan surat yang bersumber dari naskah-naskah para sahabat tidak termuat dalam Mushaf Usmani. Contoh pertama adalah tidak dimuatnya surat al-Khul dan al-Hafd dalam naskah Ubay. ‫اخللع‬ ‫ة‬‫ر‬‫سو‬46 ‫الرحيم‬ ‫الرمحن‬ ‫هللا‬ ‫بسم‬ ‫نس‬ ّ‫ن‬‫إ‬ ّ‫اللهم‬‫ت‬‫علك‬(51)‫ونستغفرك‬(50)‫عليك‬ ‫نثين‬ ‫و‬(49)‫نكفرك‬ ‫وال‬(48)‫يفجرك‬ ‫من‬ ‫ونرتك‬ ‫خنلع‬ ‫و‬ ‫احلفد‬ ‫ة‬‫ر‬‫سو‬52 ‫الرحيم‬ ‫الرمحن‬ ‫هللا‬ ‫بسم‬ (‫ى‬ّ‫ل‬‫نص‬ ‫ولك‬ ‫نعبد‬ ‫ايك‬ ‫اللهم‬53‫عذابك‬ ‫وخنشى‬ ‫رمحتك‬ ‫نرجو‬ ‫حنفظ‬ ‫و‬ ‫نسعى‬ ‫وإليك‬ ‫نسجد‬ ‫و‬ )(55) ‫بالكفار‬(54)‫ملحق‬
  • 5. 5 Meskipun kedua surat tersebut telah ditelaah secara cermat dan disimpulkan sebagai bukan bagian dari al-qur’an karena beberapa sebab,2 hal ini tetap menjadi sebuah pertanyaan yang belum final terjawab secara ontologis. Contoh lain, masih dalam naskah Ubay, adalah adanya suatu ayat yang seharusnya disisipkan di antara ayat 24 dan 25 pada QS 10. ‫هللا‬ ‫ويتوب‬ ‫اب‬‫رت‬‫ال‬ ‫اال‬ ‫آدم‬ ‫ابن‬ ‫ميألجوف‬ ‫ثالثاوال‬ ‫اديا‬‫و‬ ‫البتغى‬ ‫مال‬ ‫من‬ ‫اديان‬‫و‬ ‫آدم‬ ‫ابن‬ ‫ان‬ ‫لو‬‫باب‬ ‫من‬ ‫ى‬ ‫ى‬ Sekali lagi, analisa linguistik menyatakan ayat yang dimaksud bukan ayat al- Qur’an. Namun demikian, hal-hal tersebut tetap menjadi misteri yang belum final terjawab secara ontologis.3 Menurut informasi lainnya, terdapat beberapa surat yang dilaporkan menyusut dan berkurang secara kuantitas. Yang semula utuh, kini (dalam Mushaf Usmani) hanya tersisa sepertiga atau seperempatnya saja (misalnya, QS al - Taubah). Hal ini sebagaimana penuturan Huzaifah bin al-Yaman. Beberapa surat lain yang terjadi perbedaan kuantitas adalah QS al- Hijr dan QS al-Nur. Ketiga, fakta bahwa Ali memiliki al-Qur’an versi tersendiri. Kejadian ini dapat dirujuk tatkala Ali absen secara publik selama beberapa hari termasuk saat pembaiatan Abu Bakar ditunjuk menjadi khalifah pengganti Nabi. Ketika Ali menyerahkan naskah yang dimilikinya kepada panitia pengumpulan al-Quran dimasa Usman, naskah Ali tidak diterima lantaran Usman memprioritaskan naskah-naskah yang berasal dari para sahabat lainnya. Karenanya, Ali membawa pulang naskah yang dimilikinya. Selain naskah Ali naskah Ibnu Masud juga mengalami penolakan serupa meskipun diyakini kebenarannya oleh sebagian besar kalangan Syiah bahwa Ali memiliki naskah, menurut Nöldeke, hal ini perlu ditinjau ulang. Asalan Nöldeke adalah karena Ali tidak pernah menyinggung perihal naskah yang dimilikinya pada periode pra-pengumpulan naskah oleh Usman dilakukan. Berikut pernyataan Nöldeke.4 Nöldeke juga menganggap para pengikut yang meyakini kesucian Ali telah mengada- ada soal naskah Ali. Selain keberadaannya diragukan, kalangan Syiah kemunculan naskah tersebut bersamaan dengan kemunculan Imam Keduabelas “yang dijanjikan”.Sambil 2 Lihat ulasannya dalam Theodor Nöldeke, dkk., History of The Qur‟an,terj. Wolfgang H. Behn (Leiden: Brill, 2013) hlm. 240-242. Lihat juga Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an, Edisi Digital (Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi, 2011), hlm. 267-268. 3 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an, hlm. 261. Masih ada beberapa contoh lain, Rujuk ibid., hlm. 262-270. 4 Theodor Nöldeke, dkk., History of The Qur‟an,hlm. 219-220.
  • 6. 6 menunggu kedatangan Imam Kedua belas dan al-Qur’an versi Ali yang dibawanya, sebagai solusi temporalnya, kalangan Syiah tetap menggunakan Mushaf Usmani sebagai kitab suci.5 Bersandar pada fakta bahwa Ali absen dari publik untuk menyusun naskah al- Qur’an, kalangan Syiah memandang dan meyakini naskah Ali memang benar-benar ada. Wajar jika muncul klaim bahwa Ali, “was the one who established the official and standard Qur’an”. Namun demikian, ini patut dipertanyakan mengingat ada himbauan dari Usman untuk membumihanguskan teks selain milik Usman yang dianggap paling otoritatif saat itu. Ali, hemat kami, bukan sosok yang tidak bijaksana dalam berinteraksi dengan koleganya. Wajar jika dikatakan Ali turut serta membumihanguskan naskah yang ada padanya. Terlebih, Ali secara tegas tidak menolak integritas Mushaf Usmani. Karenanya, wajar jika teks Ali diragukan masih ada saat itu, apalagi saat ini. Dari ketiga fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi Sunni-awal mengkonfirmasi adanya kecacatan al-Qur‟an dari sisi data. Selain faktor “alami”, misalnya naskah yang hilang, faktor “non-alami” berupa otoritas „Usman dalam menyeleksi al-Qur’an berperan penting dalam “kecacatan” al-Qur’an tersebut. Sementara itu dalam tradisi Syiah-awal, secara khusus sebelum abad 3H/9M, golongan Syiah banyak merujuk sumber Sunni di atas. Hanya setelah abad 3H/9M kalangan Syiah mengutip tradisi mereka sendiri. Tradisi Syiah yang dimaksud tak lain adalah representasi pandangan para Imam mereka, yang sekalipun pandangan tersebut patut dikritisi karena memunculan polemik dan menghadirkan “data aneh” (alien material), tetap dijadikan rujukan di kalangan Syiah. B. SYIAH EKSTRIMIS, SUNNI MODERAT, DAN SYIAH MODERAT Setidaknya ada tiga sikap kelompok yang muncul dalam menanggapi persoalan otentisitas al-Qur’an, yang sebagian faktanya telah dipaparkan di atas. Kelompok yang dimaksud antara lain: Syiah ekstirims, Sunni moderat, dan Syiah moderat. Kelompok pertama cenderung serampangan dan lebih mendekati kepada menyimpang daripada benar, sementara dua kelompok lainnya menampakkan sikap apologetik dalam berteologi. 5 Theodor Nöldeke, dkk., History of The Qur‟an..., hlm. 289.
  • 7. 7 A. Syiah Ektrimis Kelompok ini menuduh bahwa telah terjadi penyimpangan (tahrif) dan perubahan (tabdil) dalam al-Qur’an yang dilakukan oleh Usman secara sengaja. Al-Quran, menurut mereka, semula memuat kisah-kisah keluarga Ali dan di dalam kisah-kisah tersebut terdapat kisaran 70 ayat yang secara khusus membicarakan tentang AlPemuka syiah abad 4H, Abu al-Hasan Ali Ibn Ibrahim al-Qummi, menyatakan bahwa ada sekitar 500 tempat di dalam al-Quran yang telah diubah. Dan masih banyak kasus penyimpangan dan perubahan redaksi teks lain dalam al-Quran.6 Penyimpangan yang dianggap paling menarik sekaigus mengejutkan adalah adanya sikap tendensius Syiah ektrimis ini yang seolah ingin mengubah al-Qur‟an secara maknawi menurut pemikiran mereka. Mereka menilai ada usaha yang sengaja dilakukan dalam menghilangkan redaksiredaksi kata tertentu di dalam al-Quran. Misalnya, sisipan kata Aliy dan Al yang“hilang” pada beberapa ayat. Belum lagi frasa Shirat „Aliy yang diuba menjadi Shirat Mustaqim. Selain itu, pada beberapa ayat berlatar dialog, kelompok ektrimis ini juga membubuhi kata panggil ya Aliy. Selain itu, kata ummah di dalam al-Qur’an yang dianggap seharusnya menjadi aimmah, yang merujuk pada konsep Imamah dalam tradisi Syiah.7 Pada sumber lain, dalam manuskrip Bankipur, ditemukan pula“ayat Syiah” yang isinya adalah pengagungan Ali dan keluarganya yang sengaja ditolak keberadaannya di Mushaf Usmani. Ayat-ayat ini, setelah diteliti secara mendalam, tak lain adalah rekayasa semata di era belakangan.8 Selain itu, Syiah ekstrimis juga menganggap adanya unsur kesengajaan para pengumpul al-Qur’an dengan tidak memasukkan empat surat dari naskah Ubay: surat al-KhaI al-Hafd, al-Nurayn, dan al- Walayah.9 B.Sunni Moderat 6 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 271. 7 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 273-274. 8 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 285. 9 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 277. Penjelasan keempat surat tersebut dapat dilihat pada ibid., hlm. 277-285 dan 266-268.
  • 8. 8 Adanya beberapa bukti kecacatan al-Quran membuat siapa saja tidak nyaman. Kalangan Sunni, dalam tataran teologis, menanggapi hal tersebut dengan menunjukkan sikap apologetik. Dari sinilah konsep naskh dalam al-Quran muncul10 bahwa ayat-ayat dan surat yang tidak dimuat dalam Mushaf Usmani boleh jadi ternaskh. Konsep ini akan membuat semua kecacatan al- Quran masuk akal (logical) dan bisa diterima dengan baik oleh semua kalangan. Konsep ini dianggap telah “berhasil” membalikkan fakta al-Qur’an yang cacat menjadi anti-cacat. Yang hendak dibidik dari konsep ini adalah ayat-ayat yang para periwayatnya masih mengingat ayat yang diriwayatkannya namun tidak didukung bukti fisik naskah. misalnya adalah kisah Umar tatkala teringat ayat rajm. Ketika berhadapan dengan tim pengumpul al- Qur’an, Umar tak memiliki bukti naskahnya lantaran pemiliknya telah gugur di perang Yamamah. Karenanya, ayat rajm tersebut tertolak. Secara eksplisit, sunni menilai ayat yang“luput tercatat dalam Mushaf Usmani dihukumi sebagai naskh. Yang menarik, sampai saat ini konsep ini masih berlaku di kalangan sebagian Sunni. C.Syi’ah Moderat Sikap moderat ini ditunjukkan dengan sikap “menerima’’ mushaf Usmani sebagai kitab suci mereka.11 Bahkan, seorang ahli hadis kalangan Syiah Muhammad Ibn Babawayh mengatakan bahwa penerimaan tersebut dihitung sebagai keimanan sikap yang menyatakan tidak adanya “kecacatan” (non-alteration) dalam al-Qur’an.12 Tentu hal ini menjadi angin segar akan pemahaman ontologis al-Qur’an. Namun begitu, sikap moderat ini menyisakan catatan lain, yaitu adanya pandangan yang baku mengenai Mushaf „Usmani. Pandangan baku yang tampak teologis ini mencakup dual hal: pandangan Imamah dan pandangan terhadap status beberapa surat dalam Mushaf Usmani. Imamah, dalam pandangan Syiah, adalah konsep kepemimpinan dalam Islam yang merupakan warisan dari kepemimpinan Nabi dan dimulai dari Ali. Sumber yang secara eksplisit menyatakan hal ini adalah hadis Nabi yang disampaikan di Ghadir Khumm. Hadis 10 Penjelasan tentang konsep naskh yang dimaksud dalam Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 260-261. 11 Theodor Nöldeke, dkk., History of The Qur‟an..., hlm. 289. 12 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, hlm. 286.
  • 9. 9 ini masih debatable. Lebih jauh, kalaupun asumsi ini benar adanya, Hossein Modarressi menyatakan tidak adanya satu ayatpun dalam al-Quran yang menyinggung Ali berikut Imamah yang dimaksud. Ayat-ayat yang diduga sebagai “korban” eksploitasi kalangan Syiah antara lain: QS 5:67, QS 3:33, QS 56:10-12, QS 25:1, dan QS 24:35. Syiah menerima Mushaf Usmani dengan beberapa opsi yang tidak disepakati, yaitu bahwa QS 105-106 dan QS 93-94 adalah satu kesatuan surat. Sumber rujukan Syiah adalah mushaf Ubay. Pendapat tentang kesatuan QS 93-94 diperkuat dengan pernyataan Umar Ibn Abd al-„Aziz dan seorang tabiin Tawus al-Kaysan. Dari ketiga sikap kelompok di atas, secara implisit dapat dikatakan bahwa memang ada celah untuk mengatakan al-Quran memiliki kecacatan. Ada seorang ulama Syiah belakangan yang berusaha membuktikan asumsi kecacatan al- Quran. Melalui tafsirnya Bayan fi Tafsir al-Qur‟an (The Prolegomena to The Qur’an, terj. Abdul Aziz A. Sachedina), secara khusus dalam pengantar, al-Sayyid Abu al-Qasim al-Musawi al-Khui membantai semua gagasan yang menyatakan ada tahrif (penyimpangan) dalam al-Qur‟an, baik dari kalangan Sunni maupun Syiah. Cara yang ditempuh adalah dengan menganalisa semua sumber-sumber yang dijadikan rujukan untuk menyatakan ketersimpangan al-Quran, untuk lalu dipatahkan semua argumentasi-argumentasinya.13 13 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an…, hlm. 286.
  • 10. 10 BAB III KESIMPULAN Secara umum, perihal meragukan validitas Mushaf Usmani yang terjadi di dunia Islam (dalam hal ini sekte-sekte dalam Islam) bertumpu pada factor dogmatis sinis dan bukan kritik historis murni. Hal ini sebagaimana tampak pada ketiga faksi di atas. Contoh lainnya adalah aliran Mu’tazilah. Mereka berpandangan bahwa al-Qur’an yang suci mustahil memuat hal-hal yang tidak suci, semisal hujatan kepada musuh-musuh nabi pada QS 111. Sementara itu sekte Maimuniyah dari aliran Khawarij menolak keberadaan QS 12 yang berisi cerita kisah cinta Nabi Yusuf. Kisah ini dianggap tidak layak menjadi bagian dari kesucian al-Qur’an.14 Beberapa argumen kecacatan al-Quran, bagaimanapun, tidak lantas dapat dikonfirmasi kebenarannya. Pembuktian melalui analisa kebahasaan, sedikit banyak menolak afirmasi argumen kecacatan al-Quran. Barangkali memang perlu dikedepankan studi kritis historis daripada dogmatis. Barangkali juga perlu dikedepankan “kesamaan” pandangan bahwa al- Qur’an tidak cacat dan darinya umat Islam mendapatkan h}ikmah bagi kehidupan, daripada terpaku pada aspek problematis yang mengundang perdebatan tanpa akhir. 14Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an…, hlm. 270-271.
  • 11. 11 DAFTAR PUSTAKA  Amal, Taufik Adnan. 2011. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Edisi Digital. Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi.  Nöldeke, Theodor, dkk. 2013. History of The Qur’an, terj. Wolfgang H. Behn. Leiden: Brill.  Quraish,Shihab. 1994. Membumikan Al – Qur’an,Bandung : Mizan.  Al – A’zami.2005. The history of the qur’anic teks. Jakarta : Gema insani.