1. Ekstrak etil asetat dari jamur endofit P. Chermesinum diisolasi menggunakan kromatografi kolom Sephadex LH-20 dan HPLC preparatif untuk menghasilkan senyawa baru poliketida, yaitu 2-chloro-3,4,7-trihydroxy-9-methobsy-1-methyl-6h-benzo[C] Chromen-6-One (1).
2. Struktur senyawa 1 dikarakterisasi menggunakan spektroskopi UV, IR, MS, dan
3. PENGERTIAN POLIKETIDA
Poliketida adalah senyawa fenolik yang berasal dari jalur asetat-malonat. Senyawa
poliketida mempunyai kerangka dasar aromatik yang disusun oleh beberapa unit dua
atom karbon dan membentuk suatu rantai karbon yang linier yakni asam poli β-
ketokarboksilat yang disebut rantai poliasetil. Poliketida atau yang sering disebut
dengan peptida nonribosom dibentuk oleh enzim besar yang multifungsional dengan
kelompok situs katalitik yang terkoordinasi, yaitu Polyketide Synthase (PKS) dan Non-
Ribosomal Peptide Synthase (NRPS) (Hanson, 2000)
4. SIFAT FISIKA DAN KIMIA POLIKETIDA
Sifat Fisika
Poliketida ini biasanya tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut organic
seperti heksana, dietil eter dan kloroform.
Umumnya bersifat asam sehingga dapat bereaksi dengan basa.
Umumnya memiliki rasa pahit
5. LANUTAN……
Sifat Kimia
Memiliki kereaktifan yang sangat tinggi karena rantai poliasetil tersebut memiliki
gugus metilen. Karena kereaktifannya tersebut, rantai poliasetil dapat mengalami
berbagai macam reaksi modifikasi seperti regiospesifik, reduksi, siklisasi atau
aromatisasi dengan bantuan enzim yang sesuai.
6. STRUKTUR SENYAWA POLIKETIDA
Menurut Mangrina (2001) secara umum senyawa poliketida memiliki struktur
CH3[CH2CO]nCOOH yang disebut ketida atau poli-β-keto. Berdasarkan struktur
poliketida tersebut, secara trivial poliketida memiliki nama poliketida atau alkan poli-
on. Sedangkan secara IUPAC diberi nama polialkanon.
7. JENIS SENYAWA POLKETIDA
Secara umum, poliketida terbagi ke dalam dua golongan, yaitu poliketida aromatik
(yang terdiri dari satu sampai enam cincin aromatik) dan poliketida kompleks yang
terdiri dari makrolida dan ansamicin (yang memiliki cincinlakton atau laktam), poliena
dan polieter.
8. LANJUTAN…..
Poliketida Aromatik
Poliketida aromatik digolongkan menjadi beberapa golongan berdasarkan pada pola-
pola struktur tertentu yang berkaitan dengan jalur biogenesisnya. Secara umum
terdapat lima golongan utama senyawa poliketidaaromatik yaitu ;
10. Deteksi Senyawa Poliketida
1. Metode spektrofotometer
Metode spektroskopi saat ini sudah merupakan metode standar dalam penentuan
struktur senyawa organic pada umumnya dan senyawa metabolit sekunder pada
khususnya. Metode tersebut terdiri dari beberapa peralatan da n mempunyai hasil
pengamatan yang berbeda, yaitu :
1. Spektroskopi UV
2. Spektrokopi IR
3. Nuklir Magnetik Resunansi Proton.
4. Nuklir Magnetik Kesonansi Isotop Karbon 13.
5. Spektroskopi Massa
11. LAJUTAN……
2. Kromatografi
Penggunaan kromatografi sangat membantu dalam pendeteksian senyawa
metabolit sekunder dan dapat dijadikan sebagai patokan untuk proses
pengerjaan berikutnya dalam menentukan struktur senyawa. Berbagai jenis
kromatografi yang umum digunakan antara lain:
1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
2. Kromatografi Kolom
3. Kromatografi Gas
4. Kromatografi Cair
12. Biosisntesis Senyawa Poliketida
Biosintesisis poliketida berasal dari suatu reaksi kondensasi asetil-CoA dengan
senyawa malonil-CoA. Pada dasarnya, asetil-CoA dibentuk dari asam asetat yang
mengalami pengaktivan pada gugus karboksilnya menjadi bentuk tio ester dengan
bantuan enzim Poliketida Sintase (PKS), sedangkan malonil-CoA berasal dari asetil-
CoA yang mengalami karboksilasi pada gugus metilennya.
13. ISOLASI POLIKETIDA
Jamur endofit P. Chermesinum adalah ditanam pada PDA (Potato Dextrose Agar) selama sembilan hari
dan kemudian dibudidayakan (diolah) menjadi 1L erlenmeyer flasks (20 termos), setiap labu berisi 250 ml
PDB (Potato Dextrose Broth), dan diinkubasi selama 31 hari pada suhu kamar. Lalu itu disaring melalui
kertas saring dan miselia dan kaldu ditangani secara terpisah. Kaldu diekstraksi dengan volume etil aset
yang sama tiga kali, dan kemudian fraksi organik digabungkan dan dikeringkan dengan mengurangi
tekanan untuk membeli ekstrak kasar (1,1 g). Ekstrak etil asetat pertama kali mengalami Sephadex LH 20
(3 x 120 cm), dielusi dengan 100% Meoh, untuk memberikan tujuh fraksi (F1-F7). Fraksi F4 menjadi
sasaran RP-HPLC (kolom hichrome 5 c18, 21,2 x 250 mm, sistem gradien MEOH (etanol) / H2O dari 35
hingga 100% dalam 60 menit, laju aliran 10 ml min-1) untuk memberikan sepuluh fraksi (G1-G10).Fraksi
G9 diidentifikasi sebagai 2-chloro-3,4,7-trihydroxy-9-methobsy-1-methil-6h-benzo[C] Chromen-6-One (1,
5,3 mg).Struktur 1 dijelaskan dengan analisis spektrofotometer UV, spektrometer IR, HR-ESI MS, dan
percobaan NMR 1D dan 2D.
14. LANJUTAN…
Kegiatan sitotoksik dievaluasi dites terhadap HUCCA-1 (clolangiocarcinoma manusia),
HEPG2 (hepatocarminoma), dan A549 (kanker paru-paru) CEL dievaluasi
menggunakan 3- (4,5-dimethylthiazol-2-yl) -2,5-diphenylrazolium bromide (MTT)
ASSAY [22], sedangkan sitotoksisitas terhadap MOLT-3 (leukemia limfoblastik akut)
Berdasarkan pengamatan tersebut maka dihasilkan Ekstrak etil asetat dari jamur
endofit P. Chermesinum mengalami kromatografi Sephadex LH-20 dan
Semipreparative Rp-18 HPLC untuk memberikan turunan polyketide baru, 2-chloro-
3,4,7-trihydroxy-9-methobsy-1-methyl-6h-benzo[C] Chromen-6- satu (1).
Sitotoksisitas senyawa 1 dievaluasi terhadap