Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
ADHD Anak
1. 17
Anak dengan ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Di Amerika Serikat, anak dengan ADHD pada umumnya diatasi dengan
pengobatan. ADHD adalah permasalahan mental yang diderita oleh 3 - 5% anak
di Amerika. Kelemahan dalam memusatkan pehatian yang disertai dengan
hiperaktivitas (ADHD) adalah gangguan yang diderita selama bertahun-tahun dan
dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Gangguan ini dialami oleh 3-5 persen anak
usia sekolah dalam kurun waktu 6 bulan.
1. Definisi dan Konsep Anak dengan ADHD
a. Menurut Barkley
ADHD di definisikan oleh Barkley (1991) sebagai sebuah gangguan dimana
respons menjadi terhalang dan mengalami disfungsi pelaksana yang mengarah
pada kurangnya pengaturan diri, lemahnya kemampuan untuk mengatur perilaku
untuk tujuan sekarang dan masa depan, sulit beradaptasi secara social dan perilaku
dengan tuntutan lingkungan.
b. Menurut Manual Statistik dan Diagnostik Gangguan Psikiatrik (DSM
[Diagnostic and statistical Manual of Mental Disorder]-IV)
ADHD adalah sebuah gangguan kejiwaan yang pengaruhnya bias mengarah
pada orang-orang yang ada disekitar penderita. Meskipun demikian, tidak seperti
dua gangguan kejiwaan lainnya, yakni sikap selalu menentang dan gangguan
perilaku, maka ADHD adalah satu-satunya “yang dilakukan diluar kesadaran”.
ADHD terjadi karena keterbelakangan atau ketidakmampuan mental sehingga
para penderitanya gagal untuk berperilaku secara pantas. (Schaughency &
Rothlind, 1991).
c. Menurut Profesor George F. Still
Anak dengan ADHD adalah anak yang menunjukkan suatu ketidakmampuan
abnormal untuk memusatkan perhatian, gelisah, dan resah.
d. Menurut Laufer, Denhoff dan Solomons
2. 18
ADHD disebut hiperkinesis yang biasanya ditujukan terhadap lemahnya
penyaringan stimuli (rangsang) yang masuk ke dalam otak.
e. Menurut Douglas
Simtom-simtom pengaturan diri yang lemah dan mengalami kesulitan karena
perilaku yang terhambat menjadi fokus kajian sebagai penyebab utama yang
memperparah kerusakan otak
2. Terminologi yang digunakan
a. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD atau AD-HD)
b. Attention Deficit Disorder (ADD)
c. Attention Deficit Disorder (with or without) Hyperactivity (ADD/H)
d. Gangguan Pemusatan Perhatian (dengan atau tanpa) Hiperaktivitas (GPP/H)
e. Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH)
3. Faktor – faktor yang menyebabkan anak mengalami ADHD
Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari tetapi belum ada satu pun
penyebab pasti yang tampak berlaku bagi semua gangguan yang ada. Namun
untuk bahan kajian lebih lanjut akan dikemukakan hasil penelitian Faron dkk,
2000, Kuntsi dkk, 2000, Barkley, 20003 (dalam MIF Baihaqi & Sugiarmin, 2006),
yang mengatakan bahwa terdapat faktor yang berpengaruh terhadap munculnya
ADHD , yaitu:
a. Faktor genetika
Bukti penelitian menyatakan bahwa faktor genetika merupakan faktor penting
dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari anggota keluarga
ADHD memiliki gangguan, yaitu jik orang tua mengalami ADHD, maka anaknya
beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada anak kembar, jika salah satu mengalami.
ADHD, maka saudaranya 70-80 % juga beresiko mengalami ADHD.
Pada studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan bahwa molekul
genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan munculnya ADHD.Dengan
3. 19
demikian temuan-temun dari aspek keluarga, anak kembar, dan gen-gen tertentu
menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan keturunan.
b. Faktor neurobiologis
Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis diantaranya bahwa
terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD dengan yang muncul
pada kerusakan fungsi lobus prefrontl. Demikian juga penurunan kemampuan
pada anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi
lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak dengan teknologi
tinggi) menunjukan ada ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini
meliputi korteks prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam bawah
korteks serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia.
Bagian otak ini berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan
respons, dan organisasi respons. Kerusakan-kerusakan daerah ini memunculkan
ciriciri yang serupa dengan ciri-ciri pada ADHD. Informasi lain bahwa anak
ADHD mempunyai korteks prefrontal lebih kecil dibanding anak yang tidak
ADHD.
4. Identifikasi ADHD melalui ciri-ciri dan karakteristiknya
Berikut ciri ADHD, dimana ciri-ciri ini muncul pada masa kanak-kanak awal,
bersifat menahun, dan tidak diakibatkan oleh kelainan fisik yang lain, mental,
maupun emosional. Ciri utama individu dengan gangguan pemusatan perhatian
meliputi: gangguan pemusatan perhatian (inattention), gangguan pengendalian diri
(impulsifitas), dan gangguan dengan aktivitas yang berlebihan
(hiperaktivitas).Dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Inatensi
Yang dimaksud adalah bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini
tampak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sangat
mudah teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau
oleh perasaan yang timbul pada saat itu. Dengan demikian mereka hanya mampu
4. 20
mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek,
sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi dari lingkungannya.
b. Impulsifitas
Yang dimaksud adalah suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak
disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga
sangat cepat bereaksi. Mereka sulit untuk memberi prioritas kegiatan, sulit untuk
mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan
ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang bersangkutan maupun
lingkungannya.
c. Hiperaktivitas
Yang dimaksud adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan yang
dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak
bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu yang
aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan. Mereka tidak
mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya,
sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan tidak penting.
Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk
memusatkan perhatian.
Untuk melakukan identifikasi ADHD dapat digunakan pedoman yang di
keluarkan oleh American Psychiatric Association, yang menerapkan kriteria untuk
menentukan gangguan pemusatan perhatian dengan mengacu kepada DSM IV
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th edition tahun 2005)
sebagai berikut:
Kriteria Diagnosis ADHD menurut DSM IV :
1. Kurang Perhatian
Pada kriteria ini, anak ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih dari gejala-
gejala berikutnya, dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai suatu
tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
a. seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau
membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah clan
kegiatankegiatan lainnya,
5. 21
b. seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-
tugas atau kegiatan bermain,
c. seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung,
d. seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi clan gagal dalam menyelesaikan
pekerjaan sekolah, pekerjaan,atau tugas di tempat kerja (bukan disebabkan
karena perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti instruksi),
e. seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan,
f. seringkali kehilangan barangf benda penting untuk tugas-tugas clan kegiatan,
misalnya kehilangan permainan;kehilangan tugas sekolah;kehilangan pensil,
buku, dan alat tulis lain,
g. seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan
tugastugas yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti
menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah,
h. seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, dan
i. seringkali cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
2. Hiperaktivitas/Impulsifitas
Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas berikutnya
bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan yang maladaptif dan
tidak dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktivitas
a. seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di
kursi,
b. sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya di
mana diharapkan agar anak tetap duduk
c. sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini
tidak tepat. (Pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah yang
subjektif),
d. sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang
secara tenang,
e. sering 'bergerak' atau bertindak seolah-olah 'dikendalikan oleh motor', dan sering
berbicara berlebihan.
Impulsivitas
a. Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesal.
b. Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran.
c. Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya rnemotong
pembicaraan atau permainan.
5. Tipe/Pengelompokkan ADHD
Dibawah ini merupakan tipe/pengelompokan yang biasa digunakan oleh
kelompok neurology dan psikiater anak di Belanda :
6. 22
a. Tipe 1 : ADHD yang diikuti dengan berbagai gejala masalah kematangan
(keterlambatan perkembangan) dengan tingkat gejala ringan. Masalah yang
paling utama tampak adalah adanya masalah perhatian, sedang
hiperaktivitas/impulsivitasnya tidak terlalu tampak atau setidaknya dalam
bentuk yang ringan.
b. Tipe 2 : ADHD dimana gangguan yang paling menonjol adalah hiperaktivitas
dan impulsivitas. Bentuk ini disebut bentuk murni ADHD. Gejalanya lebih
parah daripada tipe 1 dan tidak ada komorbiditas yang menyertainya.
Seringkali bentuk ini juga ditemui di dalam keluarganya.
c. Tipe 3 : dengan gejala-gejala yang parah, yaitu gangguan perhatian juga
hiperaktivitas dengan komorbiditas pada bentuk gangguan fungsi kognitif
(misalnya gangguan fungsi perencanaan, gangguan memori, dan gangguan
pandang ruang). Selain itu diikuti dengan gangguan stemming dan rasa takut.
d. Tipe 4 : ADHD dengan conduct disorders (gangguan perilaku yang sangat
parah dalam bentuk agresivitas, perilaku bermasalah dan antisosial) yang
diikuti dengan bentuk perilaku oposan (oppositional deviant disorder). Gejala
utamanya dalam bentuk impulsivitas dan hiperexcibilitas yang tinggi.
Etiologinya jelas adanya trauma otak, terutama karena masalah kesulitan yang
parah saat dilahirkan. Bentuk ini jumlahnya sekitar 15 persen dari semua
jumlah penyandang ADHD.
Tipe ADD/ADHD menurut DSM IV dibagi menjadi tipe :
a. Tipe 1 : Tipe hyperactive/impulsive
b. Tipe 2 : Tipe Inattentive
c. Tipe 3 : Tipe Kombinasi
6. Perkembangan Anak dengan ADHD
a. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif anak ADHD dapat dilihat dari Tes Kecerdasan dari
Weschler. Menurut Pineda, Ardilla dan Rosselli (1999), anak-anak penderita
ADHD memeperoleh nilai yang lebih rendah dalam berbagai pengujian
7. 23
WISC-R, dengan pengecualian uji pengetahuan tentang kemiripan, membuat
kalimat, serta melengkapi gambar, di mana nilai mereka lebih tinggi. Terlepas
dari itu semua, rata-rata skala kecerdasaan intelektual (IQ) anak-anak
penderita ADHD hanya tiga angka lebih rendah. Hasil ujian memperlihatkan
bahwa anak-anak penderita ADHD mengalami kelemahan dalam mengingat,
menyusun konsep, serta kelancaran berbicara.
Berdasarkan hasil studi, Reid dan Maag (1994) mencatat bahwa hampir
50% dari anak penderita ADHD yang menjadi subjek penelitian mereka
mengalami kesulitan membaca, sedang hampir 40% di antaranya mengalami
kesulitan baik dalam matematika, dan sekitar 30% mengalami kesulitan baik
dalam matematika maupun membaca. Kesulitann untuk berbicara atau
mengekspresikan sesuatu juga dijumpai pada penelitian yang sama, di mana
rasio perbandingannya lebih tinggi pada anak-anak penderita ADHD.
Hal lain yang dapat mempengaruhi prestasi akademik anak ADHD adalah
kemauan atau tekad untuk mengawali dan menyelesaikan sesuatu, mengikuti
suatu petunjuk, hasil kerja yang konsisten, mengorganisasi langkah-langkah
dalam mengerjakan sesuatu, metakognisi, dan motivasi yang rendah (Munoz,
Smeal, David, & Witting, 1999).
b. Perkembangan Motorik Anak dengan ADHD
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas
motorik anak–anak hingga menyebabkan aktifitas anak yang cenderung tidak
lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini bisa ditandai dengan berbagai keluh
kesah perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang dan
selalu meninggalkan keadaan yang tetap. Beberapa kriteria yang lain sering
digunakan adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan dan suka membuat
keributan. Yang dimaksud adalah suatu gerakan yang berlebihan melebihi
gerakan yang dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi
mereka banyak bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan
8. 24
dengan individu yang aktif tapi produktif, perilaku anak hiperaktif tampak
tidak bertujuan.
Sugiarmin (2007, hlm.16) menyebutkan bahwa masalah motorik pada
anak ini disebabkan karena kesulitan mengontrol dan melakukan koordinasi
dalam aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat membedakan kegiatan yang
penting dan yang tidak penting. Gerakannya dilakukan terus-menerus tanpa
lelah, sehingga kesulitan memusatkan perhatian. Aktivitas motorik berlebihan
ini seperti, jalan-jalan di kelas atau bertindak berlebihan.
Selain itu, Sugiarmin (2007, hlm.12) juga memandang bahwa masalah
perkembangan anak ADHD mempengaruhi keterampilan motorik kasar dan
halus atau koordinasi mata dan tangan. Dalam keterampilan motorik kasar,
mereka mengalami kesulitan dalam keseimbangan melompat, berlari, atau
naik sepeda. Dalam keterampilan motorik halus, seperti mengancingkan baju,
memakai tali sepatu, menggunting, mewarnai, dan tulisannya sulit dibaca.
Dalam koordinasi mata-tangan seperti melempar bola, menangkap bola,
menendang, maka gerakan-gerakannya cenderung terburu-buru. Hal ini
tampak juga ketika mengikuti kegiatan olah raga, gerakan-gerakannya tampak
kurang terampil.
c. Perkembangan Emosi dan Sosial
Kemampuan bersosialisasi penting sekali guna mencapai keberhasilan
hidup. Sayangnya, anak penderita ADHD mengalami banyak sekali masalah
dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Felham dan Milich 1984, mereka
paling jarang dipilih oleh rekan sebayanya sebagai sahabat karib , rekan dalam
berbagai aktivitas atau rekan sebangku. Laporan para guru menyatakan
bahawa anak anak ini sering terlibat perkelahian, senang menyela, serta tak
disukai atau di tolak oleh teman-temannya (Felham dan Bender, 1982).
Sementara itu, Barkley 1981 melaporkan bahwa orang tua dalam 80% kasus
merasa anak mereka punya masalah social yang serius.
9. 25
Waddell 1984 meyakini adanya suatu siklus yang tidak baik, dimana
masalah social ini semakin tumbuh ketika anak tumbuh besar. Pertumbuhan
itu disertai dengan kebiasaan-kebiasaan yang mengakibatkan penolakan serta
lemahnya dalam hal bersosialisasi sehingga mereka merasa rendah diri.
Hubungan pertemanan yang baik pada masa kanak-kanak dapat
memprediksikan kebiasaan dan tingkah laku positif mereka pada waktu
dewasa nanti. Begitu juga jika rasa percaya diri mereka rendah pada saat
berteman, maka akan juga turut terbawa hingga masa dewasa (Glow dan
Glow, 1980).
Anak penderita ADHD memperlihatkan bahwa mereka juga memberikan
pengaruh pada lingkungannya. Meningkatnya interaksi negative antara guru
dan murid secara keseluruhan dilaporkan dikelas-kelas yang terdapat siswa
penderita ADHD (Campbel, Enmand and Bernfield, 1977).
d. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Anak dengan ADHD
Salah satu gangguan yang sering dialami anak-anak ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan belajar dan gangguan
berkomunikasi. Gangguan ini telah menjadi bahan penelitian dan menjadi
perhatian dari dunia kesehatan karena gangguan ini kerap terjadi tidak hanya
pada anak tetapi juga bertahan hingga dewasa. Beberapa laporan
menyebutkan bahwa 10-18% anak-anak mengidap ADHD. Rata-rata 60%
anak dengan ADHD memiliki gejala-gejala yang bertahan hingga mereka
dewasa (Nass dan Leventhal, 2011:2). Ciri khas anak dengan ADHD, yaitu
sulit untuk memusatkan perhatian, impulsif dan hiperaktif secara tidak
langsung mempengaruhi kemampuan berbahasa berkomunikasi yang dimiliki
oleh anak.
Anak ADHD lebih mungkin untuk mengalami kesulitan pemosresan
bahasa yang sederhana. Mungkin tidak ada sejarah awal perkembangan bicara
dan bahasa, masalah-masalah bahasa mungkin hanya menjadi jelas ketika
10. 26
anak berlangsung melalui system sekolah. Hal ini terutama relevan dalam
kecerdasan, berbakat, pada siswa dengan masalah bahasa halus dan ADHD.
ADHD termasuk salah satu sindrom yang dilaporkan dalam diagnosis
psikiatris pada anak dengan gangguan berbahasa. Dapat dikatakan, secara
tidak langsung, karakteristik berbahasa yang dimiliki anak dengan ADHD
tersebut dapat mempengaruhi social skill atau kemampuan anak ADHD untuk
bersosialiasi. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak dengan
ADHD memiliki karakteristik tersendiri dalam berkomunikasi dan berbahasa.
Ketika dibandingkan dengan anak-anak yang pertumbuhannya normal, anak
dengan ADHD menunjukkan beberapa penanda gangguan berbahasa.
Penanda tersebut meliputi beberapa hal seperti penundaan permulaan kata
pertama, kombinasi kata, kelancaran membaca, memori jangka pendek,
kohesivitas wacana, dan kesulitan pragmatik, dan partisipasi percakapan yang
tidak sesuai (Redmond, 2003:108).
Selain itu, dikaitkan dengan ciri-ciri dari ADHD, Parigger (2012:19)
menyatakan bahwa gejala-gejala dari ADHD dapat berpengaruh pada masalah
berbahasa. Masalah berbahasa tersebut khususnya meliputi ranah pragmatik,
seperti sering terlihat tidak mendengarkan ketika diajak berbicara secara
langsung (inattention), sering berbicara secara terburu-buru (hiperaktif), dan
sering menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan (impulsif). Secara
tidak langsung, dapat dikatakan bahwa gejala-gejala khas yang dimiliki anak
dengan ADHD mempengaruhi kemampuan anak dalam mengelola
percakapan.
Jenis-jenis masalah bahasa yang dialami oleh anak-anak dengan ADHD
sangat bervariasi dan dapat mencakup semua modalitas bahasa. Biasanya
masalah yang terlihat pada:
1. Sintaks, yaitu kesulitan simantik dalam bahasa melibatkan masalah dengan
arti kata dan organisasi. Masalah di sekolah termasuk kesulitan memahami
bahasa lisan dan tertulis, miskin kosakata, kesulitan menemukan kata dan
11. 27
kesulitan menggunakan konteks untuk membantu dengan pemahaman
membaca.
2. Pragmatik, adalah istilah yang digunakan untuk penggunaan bahasa sosial.
Kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat untuk berinteraksi dengan
orang lain secara social atau tujuan tertentu. Misalnya, meminta informasi,
mengungkapkan erasaan, memegang percakapan dengan orang-orang dari
tingkat usia yang berbeda.
3. Metalinguistik, yaitu kemampuan untuk merefleksikan bahasa obyektif.
Untuk mengetahui dan memahami bahasa dan aturan terikat kode,
misalnya humor, multimeaning dalam kata-kata, ambiguitas, bahasa
kiasan, kemampuan untuk kata-kata menjadi suku kata atau segmen fonem
(suara).
e. Dampak ADHD terhadap Kehidupan Sehari-hari Anak dengan
ADHD
Anak ADHD menjalani kehidupan sehari-hari tidak seperti anak pada
umumnya akibat hambatan perkembangan sosial-emosi dan motoriknya.
Uraian dari kehidupan sehari-hari anak dengan ADHD antara lain:
1. Sering melakukan kecerobohan atau gagal menyimak hal yang terperinci
dan sering membuat kesalahan karena tidak cermat.
2. Sering sulit memusatkan perhatian secara terus-menerus dalam suatu
aktivitas.
3. Sering tampak tidak mendengarkan kalau diajak bicara.
4. Sering tidak mengikuti intruksi dan gagal menyelesaikan tugas.
5. Sering menghindar, tidak menyukai, atau enggan melakukan tugas yang
butuh pemikiran yang cukup lama.
6. Sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk melakukan tugas.
7. Sering mudah beralih perhatian oleh rangsang dari luar.
8. Sering lupa dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari.
9. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering
menggeliat.
12. 28
10. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya is duduk
manis.
11. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang
tidak selayaknya.
12. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
13. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorongnoleh mesin. Juga,
tenaganya tidak habis.
14. Sering terlalu banyak bicara.
15. Sering terlalu memberi jawaban ketika ditanya, padahal pertanyaan belum
selesai.
16. Sering sulit menunggu giliran.
17. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
Selain hal-hal tersebut, ada pula hal lainnya yang biasa dilakukan oleh
anak-anak ADHD dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Tidak fokus, karena tidak mampu berkonsentrasi lebih dari lima belas
menit dan mudah teralihkan perhatiannya.
2. Penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati.
3. Desdruktif atau merusak
4. Tidak kenal lelah, sepanjang hari mampu berlari-lari, melompat-lompat
dan berguling tanpa henti.
5. Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan.
6. Tidak sabaran dan usil.
7. Melakukan sesuatu tanpa dipikir lebih dulu.