Dokumen tersebut memberikan pedoman tentang teknik pendampingan dan perlindungan diri untuk tunanetra. Beberapa teknik yang dijelaskan adalah cara membuat kontak fisik, posisi berjalan, berpindah pegangan, berbalik arah, melewati pintu dan tangga, serta teknik melindungi diri seperti upper hand, lower hand, dan kombinasi keduanya.
Pedoman Orientasi Mobilitas dan Teknik Perlindungan Diri
1. Pedoman Orientasi Mobilitas
Tehnik Pendamping Awas dan Perlindungan Diri
(Self Guidance Techniques and Self Protective Techniques)
1. Tehnik Pendamping Awas
a. Making Contact (Membuat Kontak)
- Sentuhkan punggung tangan pendamping awas ke punggung tangan tunanetra dan mengajaknya
dengan mengatakan “ayo kita jalan”.
b. Grip (Pegangan)
- Tangan tunanetra menelusur tangan pendamping awas diatas sikut
- Ibu jari tunanetra berada diluar lengan pendamping dan jari jari yang lain berada di sebelah dalam
dari lengan pendamping dengan tujuan agar pegangan tunanetra kuat.
c. Posisi
- Posisi tunanetra berada setengah langkah di belakang pendamping awas dengan bahu lurus sejajar
di belakang bahu pendamping awas
- posisi siku tunanetra 90⁰
d. Berpindah Pegangan
- Tangan tunanetra yang bebas menelusur punggung pendamping kemudian memegang lengan
pendamping sehingga tangan kiri dan kanan tunanetra bersatu pada lengan pendamping
- Tangan tunanetra yang pertama memegang lengan pendamping di lepaskan.
- Tunanetra membetulkan kembali posisinya setengah langkah di belakang pendamping
- Terjadilah perpindahan posisi
e. Berbalik Arah
- Penamping berhenti sejenak dan mengatakan “kita akan berbalik arah”
- Kemudian pendamping dan tunanetra keduanya berputar 45⁰ ke arah dalam (ke arah dimana
lengan pendamping di pegang dan tangan tunanetra memegang)
- Tunanetra memegang tangan pendamping yang bebas dan menelusur hingga atas siku
- Tunanetra membetulkan kembali posisi setengah langkah di belakang pendamping kemudian
berjalan kembali.
f. Teknik melewati jalan sempit
- Pendamping menngatakan kepada tunanetra bahwa kita akan melewati jalan sempit
- Pendamping menarik kebelakang lengannya yang dipegang tunanetra ke sebelah dalam
2. - Tunanetra memberikan respons dengan meluruskan lengannya yang memegang lengan
pendamping, sehingga posisi tunanetra berada tepat dibelakang badan pendamping awas dengan
jarak satu langkah
- Setelah melalui jalan sempit kemudian pendamping menarik kembali lengannya ke posisi seperti
semula maka tunanetra juga berada pada posisi semula dan posisi tunet kembali keposisi semula
yaitu berada di samping dari pendamping
g. Teknik melewati pintu
- Tunanetra dan pendamping awas berhenti sejenak sebelum melewati pintu kemudian pendamping
memberitahukan kepada tunanetra bahwa kita akan melewati pintu.
- Kemudian pendamping menjelaskan kepada tunanetra ke arah manakah pintu itu membuka
(membuka menjauh atau mendekat dank e arah kiri atau ke kanan)
- Apabila pintu terbuka ke arah berlawanan dengan posisi tunanetra,maka tunanetra harus
berpindah pegangan terlebih dahulu. Saat membuka pintu pendampinglah yang membuka pertama
kali dan tunanetra yang menutup pintu.
- Selesai memberikan informasi tentang membukanya pintu, pendamping membuka pintu melalui
pegangan pintu. Tangan yang membuka pintu adalah tangan yang searah dengan membukanya
pintu. Kalau pintu membuka ke sebelah kiri maka pendamping harus membuka pintu dengan
tangan kiri dan posisi tunanetra berada di sebelah kiri
- Tangan bebas tunanetra menelusur lengan pendamping awas yang sedang memegang pintu
- Pendamping berjalan melewati pintu dan melepas pegangannya pada pintu kemudian tunanetra
memegang pegangan pintu yang sebelumnya dipegang oleh pendamping, setelah itu tunanetra
melewati pintu dan menutup pintu tersebut.
h. Teknik duduk dikursi tanpa meja
- Sebelum tunet duduk dikursi pendamping menyakinkan pada tunet tentang bentuk,ukuran dan
kondisi kursi.
- Seandainya datang dari depan kursi, pendamping menuntun tunet sejauh setengah langkah dari
bagian depan kursi dan menerangkan posisi kursi.
- Pendamping membawa tunanetra mendekati kursi , jika pendamping dating dari depan kursi maka
dekatkan tunanetra sehingga tulang keringnya menyentuh kursi.
- Pegangkanlah salah satu tangan tunanetra ke sandaran kursi.
- Tanpa melepaskan tangan yang memegang sandaran kursi, tangan yang bebas memeriksa kursi
dengan meraba keseluruh permukaan kursi terutama bagian tempat duduknya
3. - Selanjutnya tunet berputar , berdiri membelakangi kursi dengan menyentuh kan bagian belakang
kakinya pada pinggiran kursi,baru duduk sambil berpegangan pada kedua sisi kursi sebelum
duduk.
- Jika penyandang tunet dan pendamping datangnya dari belakang kursi maka pendamping harus
merabakan tunet pada bagian belakang kursi. Teknik duduknya sama dengan datang dari arah
depan kursi.
i. Tehnik duduk di kursi dengan meja
- Pendamping membawa tunanetra mendekati kursi sehingga jaraknya setengah langkah dan
berkata “sekarang kita akan duduk di kursi yang ada mejanya”
- Pendamping memegang tangan tunanetra yang bebas dan tangan tersebut dipegang pada
pinggiran meja,kemudian pendamping memegang tangan yang memegang tangan pendamping
dan dipegangkan kesandaran kursi. Kemudian berkata “ayo yang kamu pegang ditangan kanan
dan kirimu itu apa ?”
- Setelah itu tunanetra diinstruksikan “coba tarik kursinya kearah belakang”
- Setelah itu instruksikan pada tunanetra untuk meraba kursi dengan tangan yang memegang kursi.
“Coba diraba kursinya” ini agar tunanetra mengetahui sudah ada ruang untuk duduk atau belum,
kursinya aman dan dalam keadaan baik atau tidak setelah itu klien bisa duduk. “jika sudah dirasa
aman, silahkan duduk.”
- Setelah duduk tunanetra dapat mengecek posisi duduknya sehingga posisinya lurus dengan kedua
tangannya yang memegang pinggiran meja.
j. Naik tangga :
- Pendamping mendekati pinggiran tangga dan berhenti ketika sampai pada pinggiran tangga.
Siswa berada setengah langkah di belakangnya. Pendamping berkata “saya akan melangkahkan
kaki untuk naik tangga terlebih dahulu satu langkah, lalu anda mengikuti satu langkah”
- Katakan mulai, Pendamping melangkah naik, siswa maju setengah langkah untuk menemukan
tangga dan kemudian melangkah naik.
- Siswa tetap berada satu anak tangga di belakang pendamping. pastikan langkah berbeda satu
langkah.
- Katakan “habis” ketika anak tangga sudah habis. Setelah siswa dan pendamping sampai di tempat
datar , pendamping berhenti sebentar dan menerangkan pada siswa bahwa dia telah sampai di
puncak. Hal ini menjaga supaya jangan terjadi salah langkah. Jangan lupa untuk memberi tahu
subjek bahwa di sampinya ada susuran tangga
Catatan : Berat badan siswa harus bertumpu pada ujung kakinya.
4. k. Turun tangga :
- Pendamping menuruni tangga dan berhenti ketika kaki sampai di sisi tangga. Siswa tetap berada
setengah langkah dibelakangnya. Pendamping mengatakan “saya akan melangkahkan kaki untuk
turun terlebih dahulu satu langkah, lalu anda mengikuti satu langkah, pastikan beda setengah
langkah”
- Sewaktu pendamping bergerak menuruni anak tangga pendamping berkata “katakan mulai”,
siswa tetap berada setengah langkah di belakang sampai ia merasakan gerakan turun dari lengan
pendamping sambil merasakan tepi tangga.
- Siswa tetap berada satu anak tangga di belakang pendamping sewaktu dalam proses berjalan turun
tangga.
- Siswa harus menjaga posisi tegak, dengan titik pusat berat badan jatuh pada tumitnya. Inti
terutama untuk menjaga keseimbangan berat badannya.
- jika anak tangga sudah habis, katakan habis.
2. Tehnik Melindungi Diri (digunakan pada daerah atau tempat yang sudah dikenal dengan
baik)
Sekarang kita akan mempelajari tentang teknik perlindungan diri. Teknik ini hanya bisa dipakai
atau digunakan pada daerah atau tempat yang sudah dikenal dengan baik. Teknik ini terdiri dari
teknik perlindungan diri bagian atas atau “Uper Hand” , teknik perlindungan diri bagian bawah
atau “Lower Hand”, dan teknik gabungan atau “Combination” . Sekarang mari kita praktikkan.
Namun, sebelum mempraktikan posisikan terlebih dahulu tunanetra lurus dengan benda (squaring
off).
a. Upper Hand (Tangan menyilang keatas)
Pertama-tama kita berlatih mengenai teknik “Upper Hand” . Teknik ini digunakan untuk
melindungi tubuh bagian atas seperti kepala dan dada dari benturan benda atau rintanganyang ada
didepan.
- Letakkan tangan kanan pada bahu sebelah kiri (atau sebaliknya).
- Kemudian geser ke arah depan sejauh 50 cm, posisi siku membentuk sudut 120 ° dan telapak
tangan menghadap kedepan.
- Sikap kepala tegak, tidak menunduk.
- Letakkan tangan pada posisi semula (sejajar dengan paha), kemudian ulangi teknik tadi beberapa
kali sampai tunanetra mampu melakukannya dengan benar.
5. - Setelah itu, cobakan pada tangan lainnya.
Praktek :
- Posisikan tunanetra tegak lurus dengan benda (meja, tembok dll)
- “coba sekarang kita praktekan, caranya sekarang kamu berjalan dengan menggunakan teknik
upper hand sampai kamu menemukan sesuatu didepan.”
- Setelah tunanetra berjalan dan menemukan sesuatu didepannya, kemudian tanyakan “apa yang
ada didepan kamu?”
- Setelah itu ulangi sampai tunanetra mampu melakukannya dengan benar
b. Lower Hand (Tangan menyilang ke bawah)
Teknik “Lower Hand”. Teknik ini digunakan utuk melindungi tubuh bagian bawah. Caranya
adalah:
- Lengan kanan/kiri diluruskan kebawah
- Sentuhkan telapak tangan ke paha yang berlawanan dengan tangan.
- Angkat tangan tersebut menjauhi paha dengan arah ke arah depan sejauh 10-15 cm.
- Ulangi teknik tersebut beberapa kali
- Setelah itu cobakan pada tangan lainnya.
Praktek :
- Posisikan tunanetra tegak lurus dengan benda (meja, tembok dll)
- “coba sekarang kita praktekan, caranya sekarang kamu berjalan dengan menggunakan teknik
lower hand sampai kamu menemukan sesuatu didepan.”
- Setelah tunanetra berjalan dan menemukan sesuatu didepannya, kemudian tanyakan “apa yang
ada didepan kamu?”
- Setelah itu ulangi sampai tunanetra mampu melakukannya dengan benar
c. Kombinasi
Teknik ini merupakan gabungan dari teknik “Uper Hand” dan “Lower Hand” atau tehnik antara
upper hand dengan tehnik trailing. Caranya adalah: lakukan kedua teknik tersebut secara bersamaan.
d. Teknik Trailing (Menelusuri Objek)
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan garis lurus atau garis pengarah menuju sasaran.
- Tunanetra berada dalam posisi squaring off. Posisikan tunanetra menyamping baik ke kanan atau
ke kiri dengan jarak dengan objek kurang lebih 10 cm. Sudut lengan dan badan kurang lebih 60⁰
6. - Pendamping awas mengatakan “ sekarang kita akan melakukan trailing (menelusur) kamu sedang
berada di samping tembok, sekarang Coba lengan (kanan atau kiri) kamu diluruskan mendekati
tembok dengan jari manis/kelingking menempel di tembok.”
- Sekerang kamu berjalan menelusuri tembok
e. Tehnik Tegak lurus dengan benda (squaring off)
Tehnik ini digunakan jika tunanetra ingin lurus dalam berjalan sehingga ia perlu melakukan
ancang-ancang dengan memanfaatkan benda atau objek apa yang ada, bias menggunakan tumit,
telapak kaki, belakang badan atau tangan.
- Tangan tunanetra disentuhkan ke tembok kemudian tunanetra diminta berbalik arah sehingga
posisi belakang badan tunanetra menyentuh tembok
- Gunakan tanganmu untuk meraba dan meluruskan posisi kamu dengan tembok
f. Tehnik Mengambil benda yang jatuh
- Sebelum mengambil benda yang jatuh, tunanetra harus mendengarkan terlebih dahulu benda yang
jatuh.
- “Saya akan menjatuhkan sebuah benda” setelah itu tanyakan. “apa benda yang jatuh tadi?”
- “sekarang coba untuk menghadap kearah benda yang jatuh, kemudian berjongkoklah dengan
tegak lurus untuk mulai mencari benda. Coba raba permukaan lantai yang dimulai dari dekat kaki
sampai melebar sekitar kaki. Apabila belum ketemu kamu bias melangkah satu langkah kedepan
dan mulaimencari lagi”