2. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya.
Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan
motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan
seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat
tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu
dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang
bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
Beberapa devinisi kepemimpinan menurut para ahli.
3.
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli
sebagai berikut :
1] Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan
sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang
sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk
meraih tujuan kelompoknya.
2] Wexley & Yuki [1977], kepemimpinan mengandung
arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha
mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah
tingkah laku mereka.
4.
3] Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha
mencapai tujuan bersama.
4] Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu
proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau
sekelompok orang.
Dari keempat definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
sudut pandangan yang dilihat oleh para ahli tersebut
adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan bersama.
5.
Definisi lain, para ahli kepemimpinan merumuskan
definisi, sebagai berikut:
[1] Fiedler [1967], kepemimpinan pada dasarnya
merupakan pola hubungan antara individu-individu yang
menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap
kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan [2] John Pfiffner, kepemimpinan adalah
kemampuan mengkoordinasikan dan memotivasi orangorang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang di
kehendaki.
6.
[3] Davis [1977], mendefinisikan kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mengajak orang lain mencapai tujuan
yang sudah ditentukan dengan penuh semangat . [4] Ott
[1996], kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai
proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya
seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan
khususnya perilaku orang lain.
7.
[5] Locke et.al. [1991], mendefinisikan kepemimpinan
merupakan proses membujuk orang lain untuk
mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama
Dari kelima definisi ini, para ahli ada yang meninjau
dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan
mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan
mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang lain.
8. Unsur-unsur Kepemimpinan
Dari beberapa definisi di atas, ada beberapa
unsur pokok yang mendasari atau sudut
pandang dan sifat-sifat dasar yang ada dalam
merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:
Unsur-unsur yang mendasari
Sifat dasar kepemimpinan
9. a.
Unsur-unsur yang mendasari
Unsur-unsur yang mendasai kepemimpinan dari
definisi-definis yang dikemukakan di atas, adalah:
[1] Kemampuan mempenga ruhi orang lain [kelom
pok/bawahan]. [2] Kemampuan mengarahkan atau
memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok.
[3] Adanya unsur kerja sama untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
10. b. Sifat dasar kepemimpinan
Sifat-sifat yang mendasari kepemimpinan adalah
kecakapan memimpin. Paling tidak, dapat dikatakan
bahwa kecakapan memimpin mencakup tiga unsur
kecakapan pokok, yaitu:
[1] Kecakapan memahami individual, artinya mengetahui
bahwa setiap manusia mempunyai daya motivasi yang
berbeda pada berbagai saat dan keadaan yang
berlainan.
[2] Kemampuan untuk menggugah semangat dan
memberi inspirasi.
11. [3] Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara
yang dapat mengembangkan suasana [iklim] yang mampu
memenuhi dan sekaligus menimbulkan dan mengendalikan
motivasi-motivasi [Tatang M. Amirin, 1983:15]. Pendapat
lain, menyatakan bahwa kecakapan memimpin mencakup
tiga unsure pokok yang mendasarinya, yaitu :
[1] Seseorang pemimpin harus memiliki kemampuan
persepsi sosial [sosial perception].
[2] Kemampuan berpikir abstrak [abilitiy in abstrakct
thinking].
[3] Memiliki kestabilan emosi [emosional stability].
12.
Kemudian dari definisi Locke, yang dikemukakan di
atas, dapat dikategorikan kepemimpinan menjadi 3
[tiga] elemen dasar, yaitu:
1] Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi
[relation consept], artinya kepemimpinan hanya ada
dalam relasi dengan orang lain, maka jika tiadak ada
pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin. Dalam
defines Locke, tersirat premis bahwa para pemimpin
yang efektif harus mengetahui bagaimana
membangkitkan inspirasi dan berelasi dengan para
pengikut mereka.
13. 2] Kepemimpinan merupakan suatu proses,
artinya proses kepemimpinan lebih dari sekedar
menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan
saja, karena dipandang tidak cukup memadai
untuk membuat seseorang menjadi pemimpin,
artinya seorang pemimpin harus melakukan
sesuatu. Maka menurut Burns [1978], bahwa
untuk menjadi pemimpin seseorang harus dapat
mengembangkan motivasi pengikut secara terus
menerus dan mengubah perilaku mereka menjadi
responsive.
14. 3] Kepemimpinan bearti mempengaruhi orang-orang
lain untuk mengambil tindakan, artinya seorang
pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya
dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas
yang terlegitimasi, menciptakan model [menjadi
teladan], penetapan sasaran, memberi imbalan dan
hukuman, restrukrisasi organisasi, dan
mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian,
seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila
dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan
kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan
organisasi [Bass, 1995. Locke et.al., 1991., dalam
Mochammad Teguh, dkk., 2001:69.
15. Teori Kelahiran Pemimpin
Para ahli teori kepemimpinan telah
mengemukakan beberapa teori tentang
timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal
ini terdapat 3 [tiga] teori yang menonjol
[Sunindhia dan Ninik Widiyanti, 1988:18],
yaitu:
teori genetis
teori sosial
teori ekologis
16.
Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu
dilahirkan dan bukan dibentuk” [Leaders are born and
not made]. Pandangan terori ini bahwa, seseorang
akan menjadi pemimpin karena “keturunan” atau ia
telah dilahirkan dengan “membawa bakat”
kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi,
karena seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi”
termasuk “memiliki potensi atau bakat” untuk
memimpin dan inilah yang disebut dengan faktor
“dasar”. Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya
dapat terjadi di kalangan bangsawan atau keturunan
raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka
seorang anak yang lahir dalam keturunan tersebut
akan diangkan menjadi raja.
17.
Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang yang
menjadi pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan [Leaders
are made and not born]. Penganut teori berkeyakinan
bahwa semua orang itu sama dan mempunyai potensi
untuk menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi
atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor
lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan
potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan
baik dan inilah yang disebut dengan faktor “ajar” atau
“latihan”.
Setiap orang dapat dididik, diajar, dan dlatih untuk
menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang memiliki
potensi untuk menjadi pemimpin, meskipun dia bukan
merupakan atau berasal dari keturunan dari seorang
pemimpin atau seorang raja, asalkan dapat dididik, diajar
dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
18.
Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat bahwa,
seseorang akan menjadi pemimpin yang
baik “manakala dilahirkan” telah memiliki
bakat kepemimpinan. Kemudian bakat
tersebut dikembangkan melalui
pendidikan, latihan, dan pengalamanpengalaman yang memungkinkan untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat
yang telah dimiliki.
19.
Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan
menjadi pemimpin merupakan perpaduan antara faktor
keturunan, bakat dan lungkungan yaitu faktor
pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang
memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasikan
dengan baik.
Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat
yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi.
Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada tiga faktor
yang turut berperan dalam proses perkembangan
seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu:
[1] Bakat kepemimpinan yang dimilikinya.
[2] Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang
pernah diperolehnya,
3] Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat
kepemimpinan tersebut.
20.
Teori ini disebut dengan teori serba
kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti,
artinya seseorang dapat menjadi pemimpin
jika memiliki bakat, lingkungan yang
membentuknya, kesempatan dan
kepribadian, motivasi dan minat yang
memungkinkan untuk menjadi pemimpin.
21. Gaya dasar kepemimpinan dalam
proses pembuatan keputusan
Gaya instruksi (G1)
Gaya konsultasi (G2)
Gaya Delegasi (G4)
Gaya Partisipasi
22.
Gaya instruksi (G1)
Merupakan perilaku pemimpin yang tinggi tugas dan
rendah hubungan. Komunikasi yang terjalin antara
pimpinan dan bawahan satu arah. Pemimpin
memberikan batasn peranan bawahannya.
Gaya konsultasi (G2)
Merupakan perilaku pemimpin yang tinggi tugas dan
tinggi hubungan. Pemimpin dengan menerapkan gaya
ini masih banyak memberikan pengarahan, dan masih
mendominasi pelaksanaan keputusan, namun juga
diikuti oleh usaha meningkatkan komunikasi dua arah
atau perilaku hubungan.
23.
Gaya Partisipasi
Merupakan perilaku pemimpin yang mempunyai ciriciri tinggi hubungan dan rendah tugas. Pemimpin
dengan pola gaya ini menunjukkan perilaku
memberikan kewenangan kepada bawahan dalam
pemecahan masalah serta pengambilan keputusan
secara bergantian ataupun bersama-sama.
Gaya Delegasi (G4)
Merupakan perilaku pemimpin yang ciri-ciri rendah
hubungan dan rendah tugas. Pemimpin dalam proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
berdiskusi bersama bawahan sehingga tercapai
kesepakatan, proses pengambilan keputusan
didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.
24.
Teori Blanchard sering disebut juga dengan teori siklus
kehidupan. Konsep dasar teori ini menyatakan bahwa
pemilihan gaya kepemimpinan tergantung pada faktor
situasional dan terutama didasarkan pada kedewasaan atau
ketidakdewasaan para bawahan atau pengikut. Kedewasaan
para bawahan (maturity) dapat dirumuskan sebagai suatu
kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung
jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri.
25.
Tingkat kedewasaan bawahan atau tingkat kesiapan
pengikut secara kontinum terbagi dalam empat tingkat:
rendah (M1), rendah ke sedang (M2), sedang ke tinggi
(M3), dan tinggi (M4). Tiap tingkat perkembangan
menunjukkan kombinasi kemampuan dan kemauan
yang berbeda-beda seperti ditunjukkan dalam gambar
berikut.
26. Pemilihan gaya kepemimpinan bila
dikaitkan dengan tingkat
kedewasaan
Gaya
Gaya
Gaya
Gaya
Instruksi
Konsultasi
Partisipasi
delegasi
27.
Gaya Instruksi
Bila tingkat kedewasaan rendah (M1), maka gaya yang
efektif adalah yang bersifat mengarahkan atau
memerintah secara rinci tugas-tugas yang harus
dilaksanakan.
Gaya Konsultasi
Bila tingkat kedewasan M2, maka gaya yang efektif
adalah kombinasi antara penugasan tinggi dengan
hubungan persahabatan yang tinggi pula.
28.
Gaya Partisipasi
Jika kedewasaan pada tingkat M3, maka diprioritaskan
pada hubungan kemanusiaan dengan komunikasi dua
arah yang persuasif dan penugasan rendah.
Gaya delegasi
Bila kedewasaan berada pada tingkat M4, maka gaya
kepemimpinan yang cocok adalah pendelegasian
tugas, tanggung jawab dan wewenang yang cukup
besar pada bawahan.
29. Model Jalur – Tujuan – House – Mitchel (Path–
Goal Model)
Ada empat macam gaya utama kepemimpinan menurut
teori path–goal sebagai berikut:
Ada empat macam gaya utama kepemimpinan menurut
teori path–goal sebagai berikut:
Kepemimpinan direktif atau instruktif (directive
leadership).
Kepemimpinan yang mendukung (supportive
leadership).
Kepemimpinan partisipatif (participative leadership).
Kepemimpinan yang berorientasi prestasi (achievement
oriented leadership).
30.
Kepemimpinan direktif atau instruktif (directive
leadership). Tipe ini sama dengan tiper otokratis.
Memberitahukan kepada bawahan apa yang
diharapkan dari mereka, memberi pedoman yang
spesifik, meminta bawahan untuk mengikuti peraturanperaturan dan prosedur-prosedur, mengatur waktu dan
mengkoordinasikan pekerjaan mereka.
31.
Kepemimpinan yang mendukung (supportive
leadership). Gaya kepemimpinan yang menunjukkan
kesediaan bersahabat dan mudah didekati, mempunyai
perhatian kemanusiaan kepada bawahan.
Kepemimpinan partisipatif (participative leadership).
Pemimpin meminta dan mempergunakan saran-saran
bawahan dalam pengambilan keputusan.
32.
Kepemimpinan yang berorientasi prestasi
(achievement oriented leadership). Gaya
kepemimpinan yang menetapkan serangkaian tujuan
yang menantang para bawahan untuk berpartisipasi
dan memberikan keyakinan pada mereka mampu
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan dengan
baik.