1. PENYUSUNAN BAHAN AJAR
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
yang dibimbing oleh Ibu
Oleh:
Galuh Setyowati (109151415400)
Lebi Chandra (109151415402)
Dewi Noria S. (109151420287)
Maratus Sholihah (109151420290)
Asri Diyah Putranti (207151453883)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PGSD
November 2011
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam prilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Proses
belajar yang diselenggarakan secara formal disekolah adalah untuk menggarahkan
perubahan pada diri sendiri siswa secara terencana baik dalam aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Dalam proses belajar banyak dijumpai banyak kesulitan yang disebabkan
oleh beberapa faktor : tidak produktif, bersikap terlalu defensif, tidak integratif, tidak
ada komunikasi humanistik antara orang-orang di dalam kelas, perhatian tidak
terfokus, tidak terlibat secara utuh, dan menghafal dianggap tidak relevan dimasa ini
(Arsyad, 2002:31). Sikap belajar defensif adalah sikap yang cenderung
menganggap bahasa asing sebagai rangkaian bunyi, kata, aturan-pola yang harus
secara paksa dipindahkan dari buku teks ke otak. Sehingga hal tersebut akan
menghalangi proses pembelajaran. Tak jarang pembelajaran di kelas akan menjadi
sangat membosankan.
Untuk meningkatkan mutu pedidikan dalam proses belajar mengajar tidak
terlepas dari komponen komponen pengajaran yaitu penyusunan bahan ajar.
Berdasarkan uraian diatas makan penyusun akan menguraikan secara lebih detail
tentang penyususan bahan ajar
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa syarat syarat penyusunan bahan ajar?
2. Bagaimana tahap-tahap penyusunan bahan ajar?
3. Bagaimana menguraikan petunjuk penyusunan bahan ajar?
4. Bagaimana menyusun isntrumen evaluasi bahan ajar?
3. C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui syarat –syarat penyusunan bahan ajar
2. Untuk mengetahui tahap tahap penyusunan bahan ajar.
3. Untuk mengetahuai cara menyusun instrument bahan ajar
4. Untuk mengetahui petunjuk penyusunan bahan ajar.
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. Syarat-syarat Penyusunan Bahan Ajar
Peserta didik seringkali mengalami kesulitan dalam mencatat atau menulis isi
pembelajaran. Kesulitan itu disebabkan banyak faktor. Pertama, tidak semua siswa
yang mengikuti pembelajaran dapat menangkap dan mencatat dengan baik dan
lengkap seluruh isi pembelajaran. Kedua, tidak semua pengajar dapat
mengkomunikasikan dan menjelaskan isi pembelajara dengan baik, mungkin terlalu
cepat atau gangguan lain. Ketiga, keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran
yang memungkinkan pengajar tidak dapat memberikn pengajaran dengan baik.
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi dengan bantuan catatan tertulis berupa
bahan ajar yang disusun oleh pengajar yang bersangkutan.
Bahan ajar merupakan isi pembelajaran yang termuat di dalam buku yang
ditulis oleh pengajar atau penulis lain untuk kepentingan pembelajaran. Di dalam
buku tersebut memuat materi yang akan dibahas di dalam pembelajaran. Tujuannya
untuk membantu mempermudah proses belajar peserta didik sehingga penyusunannya
memerlukan persyaratan khusus. Bahan ajar ini mempunyai fungsi terbatas dalam
rangka memberikan orientasi yang lengkap mengenai teori, cara penalaran, dan
penerapan teori.
Bahan ajar yang terdapat dalam buku pembelajaran berbeda dengan buku lain
pada umumnya.bahan ajar secara fisik mencakup readers, diktat, dan buku teks.
Readers merupakan bahan ajar yang disusun oleh pengajar atau orang lain dengan
cara mengumpulkan tulisan-tulisan yang relevan (kliping) dari berbagai sumber
bacaan pilihan yang ada, dan diorientasikan untuk kepentingan pembelajaran.
Readers merupakan bahan awal penyusunan diktat. Diktat merupakan pengembangan
lebih lanjut dari readers yang telah berulangkali dievaluasi dan disempurnakan.
Pengembangan lebih lanjut dari diktat yang terus menerus disempurnakan untuk
kepentingan pembelajaran disebut buku teks atau textbook.
5. Menurut Tjipto Utomo dan Kees Ruitjer (1994), persyaratan khusus yang
harus dipenuhi untuk penyusunan bahan ajar itu sebagai berikut:
a. Memberikan orientasi terhadap teori, penalaran teori, dan cara-cara penerapan
teori dalam praktik.
b. Bahan ajar itu memungkinkan latihan terhadap pemakaian teori dan
aplikasinya.
c. Bahan ajar itu di dalamnya memberikan umpan balik mengenai kebenaran
latihan itu.
d. Menyesuaikan informasi dan tugas dengan tingkat awal masing-masing siswa
atau peserta didik.
e. Membangkitkan minat siswa atau peserta didik.
f. Menjelaskan sasaran belajar kepada siswa atau peserta didik.
g. Meningkatkan motivasi siswa atau peserta didik.
h. Menunjukkan sumber informasi yang lain.
Berdasarkan persyaratan di atas, maka penyusunan bahan ajar harus memuat
beberapa hal berikut:
1. Teori, istilah, persamaan.
2. Contoh soal dan contoh praktik.
3. Tugas-tugas latihan, pertanyaan, dan soal-soal latihan.
4. Jawaban dan penyelesaian beberapa tugas itu.
5. Penjelasan mengenai sasaran belajar, contoh ujian.
6. Petunjuk tentang bahan yang dianggap diketahui.
7. Sumber pustaka.
8. Petunjuk belajar.
Melalui bahan ajar, pengajar juga harus dipilih supaya: (1) relevan dan
representative untuk bidangnya, (2) sesuai dengan kebenaran ilmiah dan aktualitas,
(3) pembaca perlu mempelajari sumber lain.
6. Melalui bahan ajar, pengajar dengan sendirinya akan mempelajari
pengajarannya secara mendalam. Pengajar dapat menjadikan bahan ajar sebagai
sarana untuk menyatakan harapan-harapannya di dalam pengajaran. Siswa juga lebih
tertarik untuk mempelajari bahan pembelajaran karena bahan ajarnya telah disusun
dengan teratur. Bahan ajar ini akan menjadi lebih berharga bagi mereka yang kurang
mampu mencatat isi pengajaran. Tersedianya bahan ajar memungkinkan peserta didik
mengurangi aktivitas mencatatnya sehingga ia dapat lebih banyak waktu untuk
memahami suatu pembelajaran. Bahan ajar juga memungkinkan siswa untuk
mendiskusikan lebih lanjut materi pengajaran. Akhirnya, bahan ajar sangat menolong
pengajar untuk melakukan pengajaran tanpa banyak membuang waktu, dan ia
memberikan tugas dan latihan kepada siswa bila ia kekurangan waktu (Rooijakkers,
1989)
B. Tahap-Tahap Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun berdasarkan rancangan isi pembelajaran sebagaimana
telah dibicarakan pada bab-bab sebelumnya. Rancangan isi pembelajaran itu
selanjutnya dikembangkan dengan uraian dari berbagai sumber belajar yang ada.
Tahap-tahap penyusunan bahan ajar:
1. Menentukan tujuan, isi, dan fungsi bahan ajar.
Langkah awal yang harus ditempuh dalam menyusun bahan ajar adalah
menentukan dengan cermat tujuan dari suatu pembelajaran. Melalui penentuan
tujuan pembelajaran itu, seorang pengajar dapat memikirkan cara terbaik untuk
mencapai hasilnya. Selanjutnya pengajar dapat juga menentukan fungsi dari
suatu bahan ajar yang telah disusunnya. Pengajar dapat pula memikirkan isi dari
suatu bahan ajar dapat disusun ke dalam beberapa bab. Caranya dengan:
a. Menentukan dan memilih hal-hal yang akan dibahas dalam masing-masing
bab;
b. Menentukan bentuk bab dengan menyusun secara logis hal-hal yang telah
dipilih;
7. c. Mengumpulkan sebanyak mungkin bahan yang diperlukan untuk menyusun
masing-masing bab;
d. Mendiskusikan bab-bab itu dengan rekan sejawat;
e. Membuat daftar isi secara terinci (Rooijakkers,1989).
2. Menyempurnakan dari tulisan bahan ajar awal ke penulisan berikutnya. Artinya
pengajar tidak mungkin menulis bahan ajar secara sekaligus menjadi bahan jadi.
Bahan ajar awal (draft awal) harus diperbaiki secara terus menerus. Perbaikan itu
dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Membaca kembali bahan ajar yang ditulisnya dengan senantiasa melakukan
pemeriksaan pada bagian-bagian yang perlu diperbaiki;
b. Melakukan perubahan-perubahan dengan menyisipkan bahan-bahan yang
baru;
c. Memeriksa keseluruhan naskah bahan ajar agar diperoleh gambaran
menyeluruh;
d. Menuliskan daftar pustaka;
e. Memeriksa bahasa yang dipakai agar mudah dipahami pemakainya.
3. Memberi bentuk dan merinci bagian-bagian bahan ajar. Penyusunan bahan ajar
perlu memperhatikan bentuk dan bagian-bagian sebagai berikut:
a. Sampul atau kulit luar (cover) bahan ajar;
b. Pengantar yang di dalamnya pengajar dapat menyampaikan fungsi bahan
ajar yang disusunnya;
c. Daftar isi yang memuat keseluruhan isi bahan ajar secara singkat dan garis
besarnya;
d. Daftar gambar/bagan/skema/tabel;
e. Pendahuluan
f. Daftar pustaka yang dirujuk
g. Glosarium (kalau ada)
h. Daftar rumus
i. Lampiran-lampiran, menentukan lay out (sering tidak disusun sendiri oleh
penulisnya).
8. 4. Menilai bahan ajar
Sebelum suatu naskah bahan ajar dicetak, pengajar harus memeriksanya lebih
dulu. Pengajar perlu memperhatikan saran, masukan, sanggahan-sanggahan yang
diberikan oleh orang lain. Tujuannya agar naskah bahan ajar yang disusunnya
dapat menampilkan isi dan bentuk yang menarik dan mudah dipahami
pembacanya. Penulis bahan ajar sebaiknya tidak perlu segan-segan mencari
balikan dan penilaian terhadap tulisannya. Semakin banyak tanggapan terhadap
suatu bahan ajar maka semakin menarik dan sempurna bahan ajar itu. Melalui
balikan dapat diketahui kekurangan dan kelebihan bahan ajar yang ditulisnya.
Setelah berulangkali diadakan penilaian dan perbaikan diharapkan ada
penyempurnaan serta dapat dicetak untuk diperbanyak. Evaluasi terhadap bahan
ajar itu dapat diberikan oleh mahasiswa atau teman sejawat.
C. Instrumen Penilaian Bahan Ajar
Agar bahan ajar dapat disusun dengan sempurna dan layak digunakan untuk
keperluan pembelajaran/perkuliahan secara luas, maka setiap bahan ajar itu harus
dievaluasi oleh materi (teman sejawat), ahli media, siswa/mahasiswa.
1. Evaluasi bahan ajar dari siswa/mahasiswa.
Bahan ajara yang sudah disusun pengajara perlu dimintakan evaluasi pada
siswa/mahasiswa. Hal ini dimaksudkan bahan ajar itu benar-benar dipahami para
pembacanya.
Bebarapa instrument evaluasi bahan ajar yang dapat diajukan kepada
mahasisawa adalah sebagai berikut:
a. Apakah bahan ajar ini cukup berkesinambungan dengan mata epelajaran
yangs usdah diberikan?
b. Apakah semua pokok bahasana sudah cukup dibicarakan?
c. Apakah isi bahan ajar itu sudah cukup dapat dimengerti?
d. Apakah rumus-rumus yang diberikan sudah cukup jelas?
e. Apakah pokok bahasan yang utama sudah cukup jelas dipisahkan dengan
yang lainnya yang kurang penting?
9. f. Apakah bab demi bab, dan paragraph-paragrafnya sudah cukup
bersambungan?
g. Apakah struktur bahan ajar sudah cukup jelas?
h. Apakah dalam bahan ajar sudah cukup diberikan grafik dan gambar?
i. Apakah grafik dan gambar yang diberikan sudah cukup jelas?
j. Apakah diberikan cukup contoh?
k. Apakah contoh-contoh yang diberikan sudah cukup jelas?
l. Apakah diberikan pertanyaan yang menyangkut cara berpikir dan soal-
soal?
m. Apakah jawaban pertanyaan dan penyelesaian soal yang diberikan cukkup
jelas?
n. Apakah hubuingan bahan ajar dengan pembelajaran cukup baik?
2. Istrumen evaluasi bahan ajar untuk teman sejawat.
Teman sejawat dapat dimintai pendapat dan penilaian terhadapa bahan
ajara yang disusun. Beberapa item instrument evaluasi teman sejawat dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Apakah tingkat awal yang dikehendakai dosen dijelasakan dalam bahan
ajar?
b. Apakah pengetahuan yang harus diketahui mahasiswa dapat dilihat
dengan jelas?
c. Apakah bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh mahasiswa?
d. Apakah semua pokok bahasan sudah dibicarakan semua didalam bahan
ajar?
e. Apakah ada pokok bahasan penting yang belum dijelaskan?
f. Apakah sususnan bahan ajar sesuai dengan logika bidang studi yang
bersangkutan?
g. Apakah susunan bahan ajar sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan?
h. Apakah susunan bahan ajar sudah ditunujukkan secara eksplisit?
i. Apakah didalam bahann ajar sudah diberikan contoh soal?
10. j. Apakah didalam bahan ajar sudah diberikan petunjuk belajar?
D. Pedoman Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar ditulis dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
samaseperti yang diterapkan dalam kelas regular. Menulis bahan ajar berarti
mengajarkan isi suatu mata pelajaran /mata kuliah melalui tulisan. Oleh karena itu,
gaya bahasa yang digunakan bukan bahasa buku teks yang bersifat sanagat resmi atau
sangat formal, melainkan bahsa setengah formal dan setengah lisan.
Susunan tulisan dalam sebuah bahan ajar mencerminkan strategi
pembelajaran/perkuliahan atau urutan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang biasa
digunakan oleh guru atau dosen dalam pembelajaran/perkuliahan.
a. Panduan Khusus
Bahan ajar sebaiknya dikembangkan mengikuti ketentuan-ketentuan umum
diatas serta ketentuan-ketentuan khusus untuk setiap bab. Setiap bab sebaiknya
diseragamkan memasukkan komponen-komponen berikut:
1. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan terdiri dari kerangka isi, tujuan pembelajaran/perkuliahan,
deskripsi singkat isi, dan relavansi.
Kerangka isi, diletakkan pada setiap awal bab, berfungsi untuk
memperlihatkan kaitannya antara bab yang sedang dibahas dengan bab
sebelumnya serta bab sesudahnya.
Tujuan pembelajaran. Mengungkapakan kemampuan apa ayang harus
dimiliki oleh peserta setalah mengikuti perkuliahan /pembelajaran bab
tersebut.
Deskripsi singkat tentang isi bab. Dengan membaca deskripsi tersebut
siswa/mahasiswa akan memperoleh gambaranumum tentang keseluruhan
isi bab yang akan dibahas.
Relevansi isi bab. Relevansi isi bab ini mengungkapkan kaitan antara isi
bab yang sedang dipelajaridengan isi bab yang telah dipelajari
sebelumnya, dan kegunaannya dalam mempelajari bab berikutnya.
11. Glosari (konsep-konsep kunci). Berisi tentang kata-kata kunci dlam
bagian aban yang dibahas.
Keseluruhan butir dibagian pendahuluan ini ditulis secara
berkesinambungan dengan ketentuan sub judul kerangka isi tidak perlu
ditulis. Uraian mengenai deskripsi dan relevansi ditulis dalam satu sub
judul: Deskripsi.
2. Bagian Isi
Bagian isi sustu bab yang terdiri dari beberapa sub bagian:
Judul (bab)
Uraian atau penjelasan secara terperinci tentang isi bab, kemudian diikuti
dengna contoh-contoh konkrit, serta gambar atau grafik. Uraian dapat dimulai
dengan contoh-contoh atau kasus-kasus, selanjutnya diikuti dengan penjelasan
tentang konsep yang dimaksud.
Ringkasan dari konsep atau prinsip yang telah dipelajari dalam bab tersebut.
Latiahan yang berisi kegiatan yang harus dilakukan peserta setelah
membaca/mempelajari uraian diatas. Latihan ini berisi perintah yang harus
dilakukan peserta dengan mengikuti petunjuk-petunjuk secara bertahap,
langkah demi langkah. Tujuan latihan ini agar para peserta benar-benar
memahami dan menguasai konsep yang telah dibahas.
E. Pengembangan Modul Pembelajaran
Istilah modul dipakai menunjuk pada suatu bahan ajar yang memiliki struktur
yang khas, yang berbeda dengan bahan ajar lainnya. Disamping dapat dibedakan dari
strukturnya, modul juga dapat dibedakan dari waktu yang diperlukan untuk
mempelajarinya. Sebuah modul dapat saja dirancang untuk selesai dipelajari hanya
dalam waktu satu jam, sehari, seminggu, atau lebih tergantung pada keluasan topic
yang dibicarakan. Cara apapun yang digunakan untuk menentukan sebuah modul,
sebuah modul harus mengandung informasi yang utuh (self-contained)
12. Menulis modul berarti mengajarkan isi modul itu melalui tulisan. Oleh karena
itu, bahasa yang digunakan bukan bahasa buku teks yang bersifat sangat resmi atau
formal, melainkan bahasa setengah formal dan setengah lisan. Ketika menulis modul,
penulis harus membayangkan bahwa seolah-olah ia sedang mengajak pembaca
berbicara. Dengan demikian penulis diharapkan menggunakan bahasa yang berada
diantara bahasa formal dan bahasa lisan. Lebih lanjut, susunan tulisan harus
mencerminkan strategi pembelajaran atau urutan kegiatan pembelajaran yang biasa
digunakan oleh pengajar secara tatap muka.
1. Bagian Awal Modul
a. Tujuan
Cara yang biasa digunakan dalam menyajikan pendahuluan adalah
dalam bentuk rumusan perilaku yang operasional. Rumusan lengkapnya
umpanya adalah “Setelah berakhir mempelajari modul ini anda mampu
melakukan hal-hal berikut…” dan kemudian diikuti dengan daftar perilaku.
Cara ini dapat memberikan panduan atau arah yang nyata bagi pembaca
mengenai apa yang harus mampu ditampilakan setelah kegiatan belajar
berakhir, dan bagaimana cara mengukur pencapaian tujuan itu.
b. Kerangka topik
Penampilan kerangka topik dimaksudkan untuk menunjukkan konteks
keseluruhan isi yang dibahas dalam modul tersebut. Memasukkan unsur ini
dalam pendahuluan adalah untuk memberikan gambaran sekilas mengenai isi
(konsep, prosedur, atau prinsip) utama yang akan dibahas serta keterkaiatan
antar isi tersebut. Cara penyajian dapat saja dimasukkan dalam satu paragraf
dengan tujuan atau dipisahkan dalam paragraf yang lain. Kadang-kadang
dalam kerangka topik juga dapat ditunjukkan kaitan antara bahasan suatu
modul dengan modul lainnya, baik yang sebelumnya atau yang mengikutinya.
13. c. Prasyarat belajar
Pengetahuan yang menjadi prasyarat untuk mempelajari modul perlu
ditunjukkan secara jelas. Hal ini penting karena akan sangat menentukan
kemudahan dan keberhasilan dalam memepelajari modul tersebut. Dengan
memasukkan unsur prasayarat pada bagian pendahuluan, pembaca akan dapat
melakukan control secara mandiri apa yang seharusnya dipelajari lebih dulu
sebelum mempelajari modul tersebut. Pengungkapan prasyarat belajar dapat
juga diintegrasikan dalam kerangka topik, terutama ketika menunjukkan
keterkaitan dengan topik-topik sebelumnya.
d. Deskripsi singkat tentang isi, cara, dan waktu belajar
Dalam pendahuluan juga perlu terungkap deskripsi tentang isi modul,
bagaimana cara untuk mempelajarinya, serta berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Deskripsi mengenai isi dapat saja
diintegrasikan dalam uraian kerangka topik. Tentang cara belajar dapat
diintegrasikan dalam uraian mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan serta
jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari modul tersebut.
e. Keterkaitan dan relevansi dengan modul lainnya
Unsur ini mengungkapkan kaitan antara modul yang sedang dipelajari
dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya dan kegunaannya
dalam mempelajari modul-modul berikutnya, serta dalam memahami
keseluruhan isi modul. Biasanya uraian mengenai unsur ini mudah
diintegrasikan dalam kerangka topik.
Keseluruhan topik dibagian pendahuluan ini ditulis secara berkesinambungan
tanpa menyebutkan sub bagiannya. Tulisan dapat dituangkan dalam beberapa
paragraf padat. Sebenarnya tidak ada acuan yang pasti mengenai cara menulis
bagian awal dari modul, yang pasti adalah pendahuluan haruslah singkat, jelas,
dan mampu membangkitkan motivasi.
14. 2. Bagian Utama Modul
a. Judul
Pemilihan sub-sub bagian biasanya diidentifikasi dengan judul yang
berbeda. Tiap-tiap judul menyajikan sedikitnya sebuah konsep, prosedur, atau
prinsip. Perpindahan uraian, umpamanya dari satu konsep ke konsep lainnya,
ditandai dengan judul baru. Penulis harus mengembangkan struktur judul
dengan cermat sebelum memasukkan uraiannya. Dalam hal ini, hasil analisis
instruksional sebagaimana telah kita pelajari di bahasan sebelumnya dapat
dijadikan dasar dalam mengembangkan judul-judul bahasan. Struktur judul
yang terorganisasi dengan baik, berdasarkan hasil analisis instruksional, dapat
membantu pembaca dalam menentukan langkah belajarnya.
b. Uraian
Uraian atau penjelasan secara rinci tentang suatu judul segera dapat
dilakukan setelah penulis berhasil menyusun struktur judul. Penyusunan
uraian dapat dimulai dari pengungkapan contoh-contoh atau kasus-kasus
kemudian baru diikuti dengan penjelasan mengenai konsep yang dimaksud
atau sebaliknya, dimulai dari uraian konsep-konsep umum menuju ke hal-hal
rinci. Cara manapun yang digunakan dalam penulisan hal terpenting yang
tidak boleh dilupakan adalah perlu adanya contoh tentang konsep yang
diuraikan, termasuk pula gambar, grafik, atau analogi. Secara khusus
penampilan contoh atau analogi, gambar, atau tanda-tanda lain sangat penting
dalam menunjang uraian isi modul.
c. Ringkasan
Ringkasan adalah pernyataan singkat tentang isi yang baru disajikan.
Temuan-temuan penelitian secara konsisten telah menunjukkan tentang
sumbangan kehadiran ringkasan untuk meningkatkan retensi terhadap isi
bacaan. Dalam penyusunan modul, ringkasan dapat disusun pada setiap
mengakhiri uraian suatu judul atau hanya disusun pada bagian akhir
15. keseluruhan uraian isi modul. Bila diperlukan ringkasan juga bisa dibuat
untuk paragraf tertentu.
d. Tugas atau latihan
Latihan yang berisi kegiatan harus dilakukan pembaca setelah
membaca suatu bagian tertentu juga merupakan unsur yang sangat penting
dalam suatu modul. Latihan biasnya berisi perintah yang harus dikerjakan
pembaca dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang bertahap. Tujuan latihan
ini adalah agar pembaca benar-benar menguasai konsep yang telah dipelajari.
Latihan dapat dimasukkan pada setiap akhir uraian suatu bagian atau
hanya pada akhir keseluruhan uraian, tergantung kebutuhannya. Apabila
uraian pada bagian berikut menuntut prasyarat uraian sebelumnya, maka
latihan diperlukan pada setiap akhir bagian.
3. Bagian Akhir Modul
a. Ringkasan
Ringkasan dapat dipakai sebagai alat untuk mengingatkan isi penting
yang dibahas dalam modul. Oleh karena itu, ringkasan merupakan unsur yang
penting ditampilkan di bagian akhir.
b. Tugas atau tes
Suatu tugas atau tes mandiri yang ditempatkan di bagian akhir modul
dapat dipakai untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan pembaca
mengenai keseluruhan isi modul.
c. Daftar cek
Apabila modulnya panjang (tebal) penulis biasanya menyediakan
daftar cek mengenai semua kegiatan penting yang harus dilakukan oleh
pembaca pada bagian akhir modul. Kadang-kadang penulis membuat daftar
cek ini dengan memberikan ruang kosong pada halaman-halaman tertentu
16. tempat pembaca memberikan tanda cek untuk tugas atau kegiatan yang telah
dikerjakan.
4. Kesalahan-Kesalahan Umum Penulisan Modul
Sangatlah sulit untuk membuat struktur yang jelas yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk menyusun modul dalam berbagai bidang studi (kajian).
Berikut ini adalah kesalahan-kesalahan yang umum ditemukan dalam sebuah
modul:
a. Tidak ada tanda yang jelas untuk memisahkan bagian yang satu dengan
bagian yang lain. Uraiannya melaju tanpa sub judul.
b. Penentuan judul dilakukan secara acak. Struktur penjudulan tidak nampak
dengan jelas. Memang ada judul dan sub judul, tetapi pemilihannya tanpa
mengikuti cara penataan judul yang memadai.
c. Sistematika penomoran judul dan sub judul tidak ajeg.
d. Memasukkan latihan tanpa disertai balikan.
e. Meletakkan ringkasan dan/atau latihan hanya di bagian akhir modul.
17. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk penyusunan bahan ajar yaitu
memberikan orientasi terhadap teori, penalaran teori, dan cara-cara penerapan teori
dalam praktik, bahan ajar itu memungkinkan latihan terhadap pemakaian teori dan
aplikasinya, bahan ajar itu di dalamnya memberikan umpan balik mengenai
kebenaran latihan itu, menyesuaikan informasi dan tugas dengan tingkat awal
masing-masing siswa atau peserta didik, membangkitkan minat siswa atau peserta
didik, menjelaskan sasaran belajar kepada siswa atau peserta didik, meningkatkan
motivasi siswa atau peserta didik, menunjukkan sumber informasi yang lain.
Sedangkan tahap-tahap penyusunan bahan ajar meliputi penentuan tujuan, isi, dan
fungsi bahan ajar, menyempurnakan dari tulisan bahan ajar awal ke penulisan
berikutnya, memberi bentuk dan memerinci bagian-bagian bahan ajar, dan menilai
bahan ajar. Agar bahan ajar dapat disusun dengan sempurna dan layak digunakan
untuk keperluan pembelajaran/perkuliahan secara luas, maka setiap bahan ajar itu
harus dievaluasi oleh materi (teman sejawat), ahli media, siswa/mahasiswa.
B. Saran
Pendidik harus memiliki pengetahuan tentang penyusunan bahan ajar agar
dapat meningkatkan mutu pendidikan.
18. DAFTAR RUJUKAN
Degeng, Nyoman SD. 2001. Pedoman Penyusunan Bahan Ajar (Menuju Pribadi
Unggul). Malang: LPPP Universitas Negeri Malang.
Mbulu, Joseph dan Suhartono. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Malang: Elang
Mas.
Tjipto Utomo dan Kees Ruijtr. 1994. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.