Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Metode transplantasi karang menggunakan kerangka besi dan jaring tempat substrat untuk merehabilitasi terumbu karang yang rusak dengan cara memotong fragmen karang dan menempelkannya pada substrat yang dipasang pada kerangka dan jaring di dasar laut.
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
1. Metode Jaring, Rangka dan Substrat
(menggunakan kerangka besi dan jaring tempat substrat
untuk media transplantasi)
Tugas Kelompok ke 1:
Bioteknologi Laut
OLEH KELOMPOK V:
Anggota :
1. Robiatul Adhawiyah 120341100069
2. Hosniati 120341100071
3. Lailatul Magfirroh 120341100073
4. Yuda Witjarnoko 120341100075
5. Mohammad Hadi H. 120341100077
6. Luhur Moekti P. 120341100079
7. Andre Setyono 120341100081
8. Dorthea W. 120341100085
9. Olience 120341100087
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2014
2. ii
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Metode Jaring, Rangka dan Substrat (menggunakan kerangka besi dan jaring
tempat substrat untuk media transplantasi)”
Meskipun penulis berharap isi dari tugas ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar tugas ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Bangkalan, 09 November 2014
Penyusun
3. iii
Daftar Isi
Halaman judul ...................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar isi ............................................................................................................... iii
BAB I. PEMBAHASAN....................................................................................... 1
1 Deskripsi Karang ...................................................................................... 1
2 Sejarah Transplantasi Karang .................................................................... 2
3 Transplantasi Karang ................................................................................. 3
4 Deskripsi Metode Jaring, Rangka dan Substrat ....................................... 6
5 Tahapan Transplantasi karang Metode Jaring, Rangka & Substrat........... 8
Daftar pustaka ......................................................................................................10
4. 1
BAB I
PEMBAHASAN
1. Deskripsi Karang
Terumbu karang adalah struktur dasar laut berupa deposit kalsium karbonat
di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak
bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (Hewan berongga)
atau Cnidaria yang disebut sebagai Karang (Coral) mencakup karang dari Ordo
scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (Kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa
(Siringgoringo, dkk 2013).
Terumbu karang merupakan struktur hidup yang terbesar dan tertua di
dunia. Untuk sampai yang kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan
waktu berjuta-juta tahun, tergantung pada jenis dan kondisi perairannya. Terumbu
karang umumnya hanya tumbuh beberapa mm/tahun. Saat ini, yang ada di
perairan Indonesia. Terdapat ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu
karang, namun hanya sebagian yang menghasilkan karbonat pembentuk terumbu.
Organisme pembentuk terumbu yang terpenting adalah hewan karang (Veron
1986 ).
Karang adalah bentuk hewan kecil yang hidup dalam semacam cawan yang
terbentuk dari kalsium Karbonat yang biasa disebut polip karang. Jutaan polip ini
membentuk struktur dasar dari terumbu karang. Hewan karang hidup bersimbiosa
dengan alga bersel satu yang disebut Zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan
jenis alga dinoflagelata bewarna coklat dan kuning yang dinyatakan sebagai
symbiodinium mikroadriaticum. Alga ini hidup bersimbiosis dengan hewan-
hewan lain di terumbu karang, seperti kimia raksasa (Tridacna spp), anemon laut
coelentrata lainnya (Guntur 2002).
Karang merupakan organisme primitif, kerangka mereka seperti pada
banyak organisme primitive lainnya, yang sering kali bersifat sangat kompleks.
Kerangka dari polip disebut Corallite, yaitu sebuah tabung yang mengandung plat
vertical yang meradiasi dari pusat tabung. Tabung itu sendiri adalah dinding
Corallite dan platnya adalah septo-costae. Tabung ini digabungkan bersama oleh
plat horizontal dan struktur lainnya yang secara kolektif disebut conesteum.
Beberapa polip memiliki film tipis tambahan dari kerangka di sekeliling dinding
yang disebut epithecea. Dinding dibentuk oleh tiga elemen kerangka yang
5. 2
bervariasi dalam proporsi family karang yang berbeda. Beberapa memiliki
dinding yang terdiri utamanya dari septo-costae yang menjadi menebal di dalam
dinding. Dari batang memiliki dinding yang terdiri utamanya dari batang
horizontal dyang berhubungan dengan septo-costae. Pada beberapa ahermatipik,
dindingnya dapat terdiri utamanya dari epitheca. Pada beberapa karang,
dindingnya sangat menonjol, dan jarang terbentuk pada karang lainnya (Wasilun,
1994).
Dalam siklus hidupnya, karang berkembangbiak (Reproduksi) secara
aseksual (vegetative) dan secara seksual (generative). Reproduksi secara aseksual
terjadi melalui pembentukan tunas yang akan menjadi individu baru pada induk.
Pembentukan tunas yang terus menerus merupakan mekanisme untuk menambah
ukuran koloni, tetapi tidak untuk membentuk koloni baru. Reproduksi secara
vegetative ini dijadikan dasar dalam teknologi transplantasi dalam upaya
pemulihan terumbu karang.Karang memiliki mekanisme perkembangbiakan
secara seksual melalui dua cara, yaitu: penghsil gamet dan fertilisasi. Sifat
gonokoris dalam satu jenis atau spesies sel telur dan sperma dihasilkan oleh
individu yang berbeda melalui karang jantan dan karang betina, sifat ini di jumpai
pada genus poriters dan galaxea. Sebagian besar karang bersifat gonokoris,
sedangkan sifat hermafrodit sel telur dan sperma dihasilkan oleh satu polip
karang(Guntur, 2002)
2. Sejarah Transplantasi Karang
Sejarah transplantasi di Indonesia dimulai dari penggiat/pemerhati karang.
Institut Pertanian Bogor (IPB), Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia
(AKKI), WWF, TNI-AL dan Pusat Penelitian Oseanologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) yang menjadi pionir dalam pengembangan
metode transplantasi ini pada tahun 1996. Penelitian awal berlangsung dari tahun
1996-2003 yang dilaksanakan oleh mahasiswa dan dosen IPB serta beberapa
universitas lain di pulau Pari, Kepulauan Seribu , Jakarta. Hampir 50 jenis karang
dari jenis karang bercabang dan jenis lainya dilakukan penelitian tentang
pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang melalui teknik dan metode tertentu
(transplantasi karang). Hasil-hasil penelitian digunakan sebagai dasar untuk
meyakinkan pemerintah dan dunia untuk mengakui bahwa transplantasi sebagai
6. 3
metode yang dapat digunakan untuk rehabilitasi karang di Indonsesia.
Selanjutnya, sejak tahun 2000 transplantasi disebarluaskan diseluruh Indonesia.
Kegiatan transplantasi pada awalnya dilakukan oleh pemerintah pusat maupun
daerah setelah itu banyak pemerhati karang mulai melakukan kegiatan tentang
transplantasi karang. Jutaan bibit karang sudah ditancapkan di laut pada ekosistem
terumbu karang di seluruh Indonesia. Beberapa kegiatan transplantasi
dilaksanakan di empat lokasi Kawasan Konservasi Laut dan Taman Nasional
Laut, yaitu di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Taman Nasional Laut
Bunaken, Taman Wisata Alam laut Teluk Kupang (NTT) dan Taman Wisata
Alam Laut Gili Air, Gili Trawangan dan Gili Meno (NTB) (Soedarma 2012).
Awal tahun 2001 perdagangan karang hasil transplantasi sudah mulai
diperdagangkan oleh para nelayan. serta dikirim keluar negeri oleh para exportir.
Pada tahun 2008 Kelompok jaringan monitor Kepulauan Seribu telah mencatat
sebanyak ± 7000 fragmen karang yang dijual oleh nelayan untuk kepentingan
perdagangan ,dimana jenis jenis karang yang banyak dijual adalah Acropora sp,
Hydnopora rigida dan Montipora sp. Sejek 2008 sampai sekarang semakin banyak
penelitian dan kegiatan tentang terumbu karang dengan teknik-tekni transplantasi
yang lebih baik dan ramah lingkungan (Soedarama 2012).
3. Transplantasi Karang
Transplantasi pada prinsipnya adalah menanam atau memindahkan
potongan sebagian koloni pada suatu daerah tertentu. Namun pelaksanaannya
tidak semudah yang dibayangkan, karena harus memperhatikan factor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan transplantasi yaitu tingkat kehidupan dan
pertumbuhannya. Factor-faktor yang mempengaruhi dapat berupa factor internal
maupun eksternal, biotic maupun abiotik seperti substrat, jenis karang trasplantasi,
kondisi perairan seperti tingkat sedimentasi dan sebagainya(Munasik,dkk 2001).
Transplantasi menunjukkan bahwa kelulushidupan dan laju pertumbuhan
dipengaruhi oleh jarak penanaman atau letak dasar perairan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi jarak penanaman maka pengaruh sedimentasi
semakin kecil(Munasik,dkk 2001).
Terumbu karang merupakan ekosistem dasar laut yang penghuni utamanya
berupa karang batu. Berbagai spesies dan spesies bentuk karang karang batu ini
7. 4
bersama sama dengan makhluk hidup lainnya membentuk suatu ekosistem. Secara
umum kondisi terumbu karang di Indonesia semakin memburuk. Hal tersebut
terjadi akibat degradasi atau kerusakan terumbu karang. Penyebab terjadinya
kerusakan tersebut karena factor manusia dan factor alam. Faktor manusia seperti
penambangan karang, perdagangan karang, pengeboman ikan di daerah terumbu
karang, dan lain lain. Sedangkan kerusakan alam yaitu secara fisik meliputi
adanya badai, perubahan iklim, dan lain lain. Secara biologis yaitu adanya hewan
pemangsa atau predator oleh biota laut( Zulfikar dan Soedarma, 2008).
Teknologi trasplantasi karang (coral transplantasion) adalah mengembalikan
terumbu karang melalui pencangkokan teknologi transplantasi karang (Coral
Tranplatation) adalah usaha mengembalikan terumbu karang melalui
pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk ditanam di tempat lain atau
ditempat yang karangnya telah mengalami kerusakan. Hal ini bertujuan untuk
pemulihan atau pembentukan pembentukan terumbu karang alami(Anpusyahnur,
2006).
Transplantasi karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu
karang yang telah rusak, dan dapat pula dipakai untuk membangun daerah
terumbu karang baru yang sebelumnya tidak ada. Tehnik ini diharapkan dapat
mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak dan dapat di pakai
untuk membangun daerah terumbu karang yang baru. Transplantasi ini juga
dilakukan unuk mempercepat dan memperbanyak tutupan karang(Anpusyahnur,
2006).
Metode jarring dan substrat yaitu metode transplantasi dengan
menggunakan jarring yang dilengkapi dengan substrat yang terbuat dari semen,
keramik, atau gerabah dengan ukuran 10x10 cm(Anpusyahnur, 2006).
Metode jarring dan rangka yaitu metode transplantasi dengan menggunakan
rangka besi yang di cat anti karat yang ideal berukuran 100x80 cm berbentuk
bujur sangkar dan pada bagian ujung-ujung bujur terdapat kaki-kaki tegak lurus
masing-masing sepanjang 10 cm. Di bagian atas bujur sangkarnya ditutupi oleh
jarring(Anpusyahnur, 2006).
Metode jaring, rangka, dan substrat yaitu metode transplantasi yang
merupakan perpaduan antara jaring substrat dan metode jaring rangka. Ukuran
diameter substrat kurang lebih 100 cm dengan tebal 2 cm. Panjang patok 5-10 cm.
8. 5
Bahan patok terbuat dari peralatan kecil yang diisi semen dan di beri cat agar
tidak mengakibatkan pencemaran(Anpusyahnur, 2006).
Teknologi terumbu karang buatan (artificial reef) merupakan suatu struktur
bangunan yang ditenggelamkan di dasar laut dan diharapkan dapat berfungsi
menyerupai terumbu karang alami yaitu sebagai tempat berlindung, mencari
makn, memijah, dan berkembangbiak bagi biota yang berasosiasi di dalamnya(
Zulfikar dan Soedarma, 2008).
Teknologi transplantasi karang ( coral transplantation) adalah metode
penanaman dan penumbuhana suatu koloni karang baru dengan metode
fragmentasi untuk ditempatkan pada daerah yang mengalami kerusakan. Negara
negara maju transplantsi digunakan untuk tujuan wisata bahari dan untuk
rehabilitasi ekosistem terumbu karang( Zulfikar dan Soedarma, 2008).
Berbagai teknik dan upaya untuk merehabilitasi terumbu karang yaitu
dengan transplantasi karang. Teknik tersebut dikombinasikan dengan terumbu
buatan sebagai tempat yang kokoh bagi penempelan transplantasi karang. Namun
penggunaan penggunaan terumbu buatan membutuhkan peralatan yang berat dan
biaya pembuatan yang cukup mahal( Edwards dan Clark, 1998).
Kualitas perairan dapat mengancam kelstarian terumbu karang oleh
perubahan iklim. Kualitas perairan antara lain:
a. Suhu
Suhu air merupakan factor penting untuk kelangsungan hidup biota karang.
Suhu yang baik untuk pertumbuhan karang berkisar anatara 250C-290C
sedangkan batas maksimum dan minimum berkisar antara 160C-120C dan
sekitar 360C(Supriharyono,2000).
b. Salinitas
Salinitas mempengaruhi kehidupan hewan karang baik untuk kelangsungan
hidup maupun pertumbuhannnya. Salinitas mempengaruhi tekanan osmosis
organisme perairan termasuk hewan karang. Salinitas yang optimal berkisar
antara 30-33ppt. Dengan demikian karang tidak ditemukan pada daerah
muara sungai, curah hujan tinggi atau perairan yang memiliki kadar garam
tinggi(Sadarun, 2008).
c. Kecerahan Perairan
9. 6
Kecerahan perairan merupakan ukuran untuk mengetahui daya tembus
cahaya matahari kedalam kolom perairan. Kecerahan perairan sangat
ditentukan oleh padatan tersuspensi dan intensitas cahaya yang masuk ke
perairan. Semakin tinggi tingkat kecerahan suatu perrairan, maka intensitas
cahaya yang masuk juga semakin baik. Kecerahan perairan merupakan salah
satu parameter lingkungan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
karang. merupakan dua faktor pembatas yang dapat mempengaruhi proses
fotosintesisi zooxanthella yang hidup dalam jaringan karang. Semakin tinggi
tingkat kecerahan suatu perairan, maka semakin baik pula proses
fotosintesis yang dilakukan oleh zooxanthella(Sadarun, 2008).
4. Deskripsi Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Metode Jaring, Rangka dan Substrat, metode ini merupakan perpaduan
antara metode 3 dan metode 4. Yaitu dimana gabungan antara Metode Jaring dan
Substrat, pada metode ini bahan yang digunakan terdiri dari jaring yang
dilengkapi dengan substrat yang terbuat dari semen, keramik atau gerabah dengan
diameter ±1 cm dan jarak antara substrat sekitar ±25 cm dan Metode Jaring dan
Rangka, metode ini terbuat dari rangka besi yang dicat anti karat dan di atasnya
ditutupi dengan jaring yang diikat secara kuat dan rapih.
Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, ada beberapa ketentuan
untuk transplantasi karang, yaitu :
a. Untuk transplantasi karang diperlukan suatu wadah beton sebagai substrat
dimana karang ditanamkan.
b. Jenis karang bercabang lebih cepat pertumbuhannya, dan lebih mampu
menyesuaikan dibandingkan karang massive.
c. Semua lokasi perairan pada dasarnya dapat dilakukan transplantasi dengan
syarat kondisi hidrologik masih dalam batas toleransi pertumbuhan karang.
d. Hasil percobaan pada habitat yang berpasir tetapi dengan kesuburan yang
tinggi pertumbuhan karang lebih cepat dibandingkan pada daerah yang
karangnya rusak.
e. Wadah karang yang ditransplantasi sebaiknya tidak menghalangi aerasi
oleh arus.
10. 7
Substrat yang digunakan dalam melakukan transplantasi karang dapat juga
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1. Substrat Gerabah Berangka
Substrat ini menggunakan rangka besi berbentuk segi empat 20x20 cm,
disetiap sudut rangka besi diberi kaki dengan tinggi 20 cm yang berfungsi
sebagai patok pada saat ditancapkan ke dasar perairan. Fragmen karang
diikat ke tiang substrat dengan menggunakan pengikat kabel berukuran
panjang 15 cm.
2. Substrat Patok Besi
Patok besi dengan panjang 30 cm yang ujungnya telah dibengkokkan
ditancapkan ke dasar perairan. Bagian besi yang bengkok berfungsi
sebagai penahan fragmen karang yang telah diikatkan ke besi dengan
menggunakan pengikat kabel dengan panjang 10 cm.
3. Substrat Karang Mati
Fragmen karang langsung diikatkan dengan menggunakan pengikat kabel
dengan panjang 20 cm ke karang mati yang ada disekitar lokasi
transplantasi.
Alat dan Bahan sebagai berikut :
a. Sarana Transportasi Laut
b. Peralatan Skin Dive Atau Scuba
c. Peralatan Dokumentasi Bawah Air
d. Kapiler/Jangka Sorong (Skala Terkecil 0,01 Mm)
e. Rambu Apung
f. Alat Pengukur Kualitas Air
g. Gunting Karang/Gergaji
h. Keranjang Berlubang/Wadah Sampel
i. Sampel Karang Hidup
j. Substrat Beton 7 Cm Tebal 3 Cm
k. Rangka Besi
11. 8
5. Tahapan Transplantasi karang Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Digunakan metode jaring rangka dan substrat karena lebih kokoh dan kuat
serta bernilai ekonomis. Tahapan metode transplantasi ini adalah:
12. 9
Gambar 1. Tahapan Transplantasi Karang dengan Metode J-R-S
a. Penentuan lokasi transplantasi. Untuk mengetahui koordinat lokasi dapat
digunakan GPS (Global Positioning System).
b. Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan pada
transplantasi.
c. Memberi tanda (rambu apung) pada lokasi transplantasi.
d. Fragmen karang diambil dari induk koloni yang masih hidup berdiameter
> 25 cm menggunakan gunting dengan ukuran fragmen ±10 cm dan
dikumpulkan di keranjang berlubang dan dibawa ke lokasi transplantasi.
e. Proses pengangkutan harus dilakukan di bawah air dengan hati-hati.
f. Memasang rangka besi atau patok pada lokasi transplantasi sejajar garis
pantai. Pemasangan rangka transplantai dapat dilakukan pada kedalaman
1,3 atau 10 m.
g. Mengikat fragmen karang ke substrat dengan pengikat kabel yang telah
disiapkan.
h. Untuk mengukur laju pertumbuhan koloni karang serta parameter fisika-
kimia perairan dapat dilakukan setiap dua minggu atau setiap bulan.
13. 10
Daftar Pustaka
Anpusyahnur, E.M. 2006. Tingkat Keberhasilan Transplantasi Karang Acropora
formosa dengan Metode Akresi Mineral Pada Kedalaman Berbeda di
Pulau Samalona, Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Guntur.2002. Ekologi Karang Pada Terumbu Buatan. Penerbit Ghalia Indonesia:
Bogor.
Munasik, Widjatmoko Wisnu, Djunaidi Ali, 2001. Pengaruh Konstruksi Blok
Substrat pada Perairan dengan Strata Kedalaman dan Tingkat
Sedimentasi yang Berbeda. Universitas Diponegoro
Sadarun. 1999. Transplantasi Karang Batu (Stony Coral) di Kepulauan Seribu
Teluk Jakarta. Thesis. Institut Pertanian Bogor.
Siringgoringo,M Rikoh dan Hadi, Tri Aryono. 2013. Kondisi dan Distribusi
Karang Batu (Scleractinia corals) Di Perairan Bangka. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. Vol.5.No.2(273-285).
Soedharma, Dedi. 2012. Tekhnik Transplantasi Sebagai Pemacu Rehabilitasi
Ekosistem Terumbu. Majalah Indonesia Maritime Edisi 16/Tahun
II/Januari 2012.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis. Jakarta. Gramedia.
Timotius,Silvinita.2003. Biologi Terumbu Karang. Makalah pada Training Course
Yayasan Terumbu Karang Indonesia: Jakarta.
Veron, J.E.N.1986. Coral of Australia and Indo Pacific. Ausralia: Angust and
Robertson Publishers.
Wasilun;Suprapto,dan Murniyati. 1994. Kemungkinan pengembangan Terumbu
Karang Buatan Untuk Tujuan Peningkatan Produksi Perikanan dan
Wisata Bahari. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No.85.Hal. 69-84.
Zulfikar dan Soedarma Dedi.2008. Teknologi Fragmentasi Buatan Karang
(Caulastrea furcata dan Cynarina lacrimalis) dalam Upaya Percepatan
Pertumbuhan pada Kondisi Terkontrol. Jurnal Nature Indonesia.vol.X.no
2.76-82.