Dokumen tersebut membahas tentang rotifera, termasuk habitat, morfologi, fisiologi, dan reproduksinya. Rotifera adalah hewan mikroskopis yang hidup di air tawar dan memiliki corona bergerak di sekitar mulutnya. Morfologinya terdiri dari bagian kepala, tubuh, dan kaki. Fisiologinya meliputi pencernaan di mastax, ekskresi melalui protonephridia, dan sistem saraf sederhana. Rotifera dapat bereproduksi secar
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
Bab i, ii, iii
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dam
mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut, mulai dari pantai,
permukaan laut sampai dasar laut yang terjeluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat
menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga
manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan biota laut yang tertamung dalam
ilmu pengetahuan alam laut yang dinamakan biologi laut. Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan
tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkapkan rahasia kehidupan
berbagai jenis biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan kenekaragaman jenisnya
luar biasa tingginya.
Avertebrata air merupakan hewan yang sangat penting untuk dipelajari karena jumlah
vertebrata di seluruh dunia hanya 5% di permukaan bumi, keanekaragaman avertebrata air yang
sangat beraneka ragam, adanya kaitan antara avertebrata air dengan perikanan, avertebrata air
ada yang menguntungkan bagi manusia dan ada yang merugikan. Kaitan avertebrata air dengan
perikanan yaitu avertebrata air sebagai pakan ikan, sebagai parasit pada ikan, sebagai
bioindikator dalam perikanan, dan sebagai penentu kualitas perairan. Avertebrata air yang
menguntungkan bagi manusia yaitu bisa dikonsumsi, dapat dibudidayakan dan sebagainya. Yang
merugikan ialah avertebrata air ada yang menyebabkan penyakit contohnya demam keong dan
kaki gajah.
Salah satu contoh avertebrata air ialah filum rotifera. Filum rotifera atau rotatoria
merupakan metazoa yang sangat kecil. Filum ini pernah dianggap sebagai Infusoria. Sekitar 1200
jenis telah diketahui dan kebanyakan hidup di air tawar, beberapa hidup di air laut dan sedikit
yang parasit. Rotifera merupakan filum menarik karena bentuk tubuhnya sangat menyerupai
larva trokofor. Larva trokofor adalah salah sau fase dari daur hidup Mollusca dan Annelida,
yakni dua filum yang akan diterangkan kemudian. Adanya bentuk-bentuk yang serupa tersebut
menunjukkan adanya nenek myang yang sama antara rotifera, Mollusca, dan Annelida. Rotifera
mempunyai banyak bulu getar yang membantu untuk bergerak dan menarik makanan ke dalam
2. 2
mulutnya. Ekor atau kakinya bercabang atau menempel pada benda dengan cara mengeluarkan
sekresi dari kelenjar semen. Tubuhnya biasanya berbentuk silendrik dan ditutupi oleh kutikel
serupa cangkang. Makanannya berupa protozoa dan jasad renik lainnya. Makanan itu ditangkap
oleh bulu getar melalui mulut ke dalam kerongkongan yang juga disebut mastaks (mastax) atau
perut pengunyah. Di sini makanan dihancurkan dengan rahang berkitin yang selalu bekerja.
Gerakan-gerakan dari rahang ini mudah digunakan untuk membedakan rotifer hidup dengan
jasad hidup lainnya. Makanannya dicernakan di dalam perut berkelenjar. Makanan yang tak
tercernakan diteruskan melalui usus ke dalam kloaka dan keluar lewat anus.
B. Rumusan Maslah
1.Bagaimana Habitat,Morfologi, Fisiologi Rotifera?
2.Bagaimana Reproduksi,Klasifikasi,serta Nilai ekonomis Rotifera?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui habitat, morfologi dan fisiologi Rotifera
2. Untuk mengetahui reproduksi dan nilai ekonomis serta klasifikasi Rotifera
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rotifera
Rotifera berasal dari kata rota = roda dan fera = membawa. Kata “rotifer” berasal dari
bahasa latin artinya “roda-pembawa”, karena korona di sekitar mulut yang bergerak menyerupai
roda (meskipun organ tidak benar-benar memutar). pertama kali ditemukan oleh John Harris
tahun 1696 yang waktu itu dikenal dengan nama ‘bdelloid rotifer’ yaitu hewan mirip cacing.Dari
1.700 spesies, kebanyakan hidup di air tawar,hanya 50 spesies di laut,beberapa di hamparan
lumut yang basah. Rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2.500
mikron,rata-rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni, atau sessile. Beberapa jenis
merupakan endoparasit pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah, dan dalam ganggang
jenis Vaucheria dan Volvox. Biasanya transparan, beberapa berwarna cerah seperti seperti merah
atau coklat disebabkan warna saluran pencernaan.
Dan bentuk lain yang dijelaskan oleh Anton van Leeuwenhoek pada tahun 1703.
Kebanyakan rotifera sekitar 0,1-0,5 mm panjang (walaupun ukuran mereka dapat berkisar dari
50 pM menjadi lebih dari 2 mm), dan umum di air tawar lingkungan di seluruh dunia dengan
beberapa laut spesies, misalnya, orang-orang dari genus Synchaeta. Beberapa rotifera berenang
bebas dan benar-benar planktonik, bergerak lain dengan inchworming sepanjang substrat, dan
beberapa sessile, hidup di dalam tabung atau holdfasts gelatin yang melekat pada substrat.
Rotifera adalah filum ukuran sedang,berbentuk bilateral simetris, hewan unsegmented
yang hidup terutama di air. Nama filum pertama kali digunakan oleh Cuvier pada tahun 1798,
mengacu pada akhir anterior bahwa dalam banyak spesies menyerupai roda berputar karena
mengalahkan berurutan silia nya. Rotifera telah ditemukan di setiap benua, menempati beragam
habitat, termasuk laut, payau dan air tawar, serta air yang melapisi lumut terestrial dan partikel di
tanah basah. Dalam danau rotifera sering mencapai kepadatan penduduk tinggi (> 1000 individu
per liter); dengan demikian, sebagai konsumen dari bakteri, alga dan protista mereka secara
ekologis penting dalam mentransfer energi ke tingkat trofik yang lebih tinggi.
4. 4
Rotifera adalah makanan yang baik untuk ikan muda, mereka tumbuh dalam jumlah
massal dalam budidaya komersial. Mereka juga berfungsi sebagai model untuk penelitian tentang
penuaan, dan sebagai biondikator untuk Ekotoksikologi. Rotifera berguna sebagai
Ekotoksikologi karena mereka sering memainkan peran kunci pada dinamika air tawar dan
ekosistem laut pesisir.
B. Habitat
Rotifera adalah hewan air mikroskopis filum Rotifera. Rotifera dapat ditemukan di
banyak air tawar lingkungan dan tanah lembab, di mana mereka menghuni film tipis air yang
terbentuk di sekitar partikel tanah.Habitat rotifera dapat mencakup lingkungan masih air, seperti
dasar danau, serta lingkungan air yang mengalir,seperti sungai atau aliran. Rotifera juga sering
ditemukan pada lumut dan lumut tumbuh di batang pohon dan batu,di selokan hujan dan
genangan air, di tanah atau serasah daun, pada jamur tumbuh di dekat pohon mati, dalam tangki
limbah pabrik pengolahan, dan bahkan pada krustasea air tawar dan larva serangga air.
C. Morfologi dan Anatomi
Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi tiga bagian, anterior yang pendek, badan yang besar
dan kaki. Di bagian anterior terdapat corona dan mastax yang merupakan ciri khas filum rotifera.
Karena ukuran dan sebagian besar lembut tubuh mereka sangat kecil, rotifera tidak umum
disukai untuk fosilisasi. Hanya mereka bagian keras, rahang mereka, mungkin dipertahankan
dalam catatan fosil, tetapi ukuran kecil mereka membuat deteksi tantangan serius. Namun, fosil
dari spesies Habrotrocha angusticollis telah ditemukan di Pleistosen berusia 6000 tahun.
Corona terdiri atas daerah sekitar mulut yang besilia, dan cilia ini melebar di sepuar tepi
anterior hingga seperti bentuk mahkota. Gerakan cilia pada trochal disk tampak seperti roda
berputar, asal nama rotifera (rota = roda dan fera = membawa). Mastaxnya terletak antara mulut
dan pharynx. Mastax ialah pharynx yang berotot bulat atau lonjong dan bagian dalamnya
5. 5
terdapat trophi, semacam rahang berkhitin. Trophi terdiri atas 7 buah gigi yang saling
berhubungan. Mastax berfungsi untuk menangkap dan menggiling makanan, bentuknya beraneka
ragam sesuai dengan tipe kebiasaan makan rotifera.
Bentuk badan bulat atau silindris. Pada bagian badan (trunk) terdapat 3 buah tonjolan
kecil yaitu sebuah atau sepasang antena dorsal dan 2 buah antena lateral. Pada ujung antena
biasanya terdapat bulu-bulu sebagai alat indra.
Sebuah kaki yang langsing terletak di ujung posterior. Kutikula pada kaki acapkali
berkerut-kerut sehingga tampak seperti beeruas-ruas, yang dapat memendek dan dimasukkan ke
dalam badan. Pada ujung kaki biasanya terdapat satu sampai empat buah jari, di dalam kaki
terdapat kelenjar kaki (pedal gland) yang menghasilkan bahan perekat untuk menempel pada
substrat. Selain empat buah jari, jenis bdelloidea mempunyai sepasang taji (spur). Pada jenis
yang sessile seperti colotheca dan floscularia, kelenjar kaki menghasilkan bahan pembentuk
selubung seperti vas bunga. Kaki pada jenis plankton adakalanya mengecil, lenyap atau di bagian
ventral.
Tubuh tertutup epidermis yang merupakan lapisan tipis dan sintisial, dengan jumlah
nuklei yang selalu tetap. Epidermis menghasilkan kutikula, tipis sampai tebal, tergantung
jenisnya, bahkan ada yang mengeras seperti cangkang yang disebut lorica. Lorica adakalanya
dihiasi galur-galur, duri yang pendek, atau panjang dan gampang digerakkan, misalnya pada
filinia.
Di bawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan membujur, namun tidak
terorganisir senaik platyhelminthes. Antara dinding tubuh dan organ dalam terdapat
pseudocoelom yang berisi cairan dan sel-sel ameboid bercabang-cabang yang tersusun seperti
jala sintial.
6. 6
D. Fisiologi
1. Pencernaan
Mulut rotifera terletak di bagian ventral dan biasanya dikelilingi oleh sebagian korona.
Daerah sekitar mulut (buccal field) pada beberapa jenis Colothecacea mengalami
modifikasi, melebar sedemikian rupa hingga menyerupai corong, dan mulut terletak di dasar
corong. Jenis filter feeder memakan partikel organik yang lembut dengan bantuan aliran air
yang dihasilkan cilia pada korona. Makanan dari mulut di alirkan ke mastax. Pharynx
dihubungkan dengan perut oleh esofagus. Perut berbentuk tabung atau kantong,
berhubungan dengan usus yang pendek dan berakhir dengan anus. Jenis karivora memakan
protozoa, rotifera yang kecil dan metazoa lain. Mangsa ditangkap dengan cara mencengkram
atau dijebak. Mangsa dicekram dengan menggunkan tophi berbentuk seperti penjepit, atau
mangsa yang terjebak di dalam corong tidak dapat keluar karena cuping yang bersetae akan
melipat ke dalam dan berkerut, hingga mangsa masuk ke mulut.
2. Alat ekskresi
Pada tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bulb. Kedua
protonephridia tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara pada bagian
ventral kloaka. Isi bladder dikosongkan melalui anus dengan jalan kontraksi, dengan
kecepatan satu sampai empat kali per menit. Pembuangan yang demikian cepat
membuktikan bahwa fungsi protonephridia adalah sebagai osmoregulator, yaitu membuang
kelebihan air di dalam tubuh. Dalam beberapa menit dikeluarkan sejumlah cairan yang
setara dengan berat tubuh rotifera tersebut.
3. Susunan saraf
Rotifera memiliki otak kecil, terletak tepat di atas mastax, dari mana sejumlah saraf
memperpanjang seluruh tubuh. Jumlah saraf bervariasi antara spesies, meskipun sistem saraf
biasanya memiliki tata letak yang sederhana. Dekat dengan otak terletak organ
retrocerebral, yang terdiri dari dua kelenjar kedua sisi kantung medial. Mengalir kantung
menjadi saluran yang membagi menjadi dua sebelum membuka melalui pori-pori di bagian
paling atas kepala.
7. 7
Rotifera biasanya memiliki satu atau dua pasang pendek antena dan sampai lima
mata. Mata sederhana dalam struktur, kadang-kadang hanya dengan sel fotoreseptor
tunggal.Selain itu, bulu korona yang sensitif terhadap sentuhan, dan ada juga sepasang
lubang sensorik kecil dibatasi oleh silia pada daerah kepala.
4. Reproduksi
Siklus hidup rotifera mengandung kedua fase aseksual dan seksual. produk reproduksi
seksual adalah embrio aktif encysted disebut kista. Pada rotifera dioecious,reproduksi selalu
seksual. Individu jantan selalu lebih kecil dari pada betina, biasanya mengalami degenerasi
yaitu tidak mempunyai alat pencernaan, hanya memiliki alat reproduksi saja. Partenogenesis
merupakan peristiwa yang umum terjadi. Perkawinan pada rotifera biasanya dengan jalan
“hipodermic impregnation”, dimana sperma masuk melalui dinding tubuh. Tiap nukleus
pada ovari menjadi sebuah telur. Kebanyakan spesies mempunyai ovari dengan sepuluh
sampai dua puluh nuklei, maka telur yang dihasilkan selama hidupnya tidak lebih dari
jumlah tersebut.
Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas; kemudian akan
mati. Bila tidak menemukan rotifera betina maka rotifera jantan akan mati pada umur 2-7
hari, tergantung pada jenisnya. Pada bdelloidea, dimana tidak pernah ada jantannya,
reproduksi selalu dengan cara partenogenesis, yaitu betina menghasilkan telur yang selalu
menetas menjadi betina.
Pada kelas monogononta, yang dalam keadaan tertentu ada jantannya, terdapat tiga
macam telur. Tipe pertama adalah telur amictic, hasil dari partenogenesis, bercangkang tipis,
diploid, tidak dapat dibuahi dengan menetas menjadi betina amictic. Tipe kedua ialah mictic,
bercangkang tipis, tetapi haploid, bila tidak dibuahi secara partenogenetik aka menetas
menjadi jantan yang haploid. Bila telur mictic dibuahi oleh sperma dari janan yang haploid
tersebut akan menjadi telur dorman , bercangkang tebal dan keras, resisten terhadap
kekeringan dan lingkungan buruk, dan memerlukan istrahat beberapa bulan sebelum dapat
menetas. Dalam lingkungan yang baik, telur dorman menetas menjadi betina amictic dan
diploid
8. 8
E. Nilai Ekonomis
Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem perairan
tawar di satu pihak memakan serpihan-serpihan organik dan ganggang bersel satu, di lain pihak
rotifera merupakan makanan bagi hewan yang lebih besar seperti cacing dan crustacea.
Brachionus merupakan rotifera yang dibudidayakan sebagai makanan alami untuk larva
ikan dan udang. Karena berukuran kecil sekitar 300 mikron, dan berkembang biak dengan cepat,
hingga cocok untuk makanan burayak ikan mas yang baru habis kuning telurnya. Di daerah
tropis, Brachionus mulai bertelur pada umur 28 jam, dan setelah 24 jam telur menetas. Selama
hidupnya yang sebelas hari, seekor Brachionus menghasilkan 20 buir telur. Pada habitat yang
tercemar bahan lorganik dan berlumut, biasanya banyak dijumpai Bdelloidea seperti Philodina
dan Rotaria
F. Klaisifikasi
Filum rotifera; simetri bilateral; tubuh biasanya mempunyai jumlah sel yang tetap; bentuk
tubuh agak silindris, biasanya terdapat corona bercilia di bagian anterior, saluran pencernaan
lengkap dan mempunyai mastax; saraf ganglion dorsal sebagai otak; reproduksi seksual,
dioecious, beberapa partenogenesis; kebanyakan berukuran kurang dari 1 mm.
Kelas Seisonacea
Tubuh panjang; corona mengecil; ovari sepasang; jantan berkembang baik; hanya ada satu
genus seison, dengan dua spesies laut, hidup komensal pada Nebalia, filum Crustacea
Kelas Bdelloidea
Tubuh silindris dan retraktil; corona seperti dua roda yang berputar; ovari sepasang; kaki
dengan dua sampai empat jari atau tidak ada; jantan tidak dikenal; partenogenesis; berenang
atau merayap; contoh Philodina, Embata, dan Rotaria.
9. 9
Kelas Monogononta
Ovari sebuah; jantan biasanya ada dan mengalami degenerasi.
1. Ordo Ploima. Tubuh bulat sampai lonjong; ata agak pipih; lorica ada atau tidak ada;
berenang bebas atau merayap sebagai aufwuch; Keratella, Shyncaeta, dan Brachionus
di laut dan di air tawar, Chormogaster di laut hany memakan dinoflagellata.
2. Ordo Flosculariacea. Corona terdiri atas dua rangkaian cilia yang konsentrik dan di
tengahnya terdapat sebuah galur bercilia; biasanya terdapat 1-2 antena; soliter atau
koloni; berenang bebas atau sessile; testudinella berenang bebas, Floscularia sessile,
Conochilus koloni dan berenang bebas
3. Ordo Collothecacea. Corona besar sekali; mastax uncinate atau kurang berkembang;
acapkali sessile; misalnya Colotheca
10. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2.500
mikron,rata-rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni, atau sessile.
Beberapa jenis merupakan endoparasit pada insang crustacea, telur siput, cacing
tanah, dan dalam ganggang jenis Vaucheria dan Volvox.
2. Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi tiga bagian, anterior yang pendek, badan
yang besar dan kaki. Di bagian anterior terdapat corona dan mastax yang
merupakan ciri khas filum rotifera.
3. Fisiologi rotifera terdiri dari sistem pencernaan, alat ekskresi, dan susunan saraf
4. Semua rotifera dioecious. Reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih
kecil dari pada betina, biasanya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat
pencernaan, hanya memiliki alat reproduksi saja
5. Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem
perairan tawar.di satu pihak memakan serpihan-serpihan organik dang ganggang
bersel satu, di lain pihak rotifera merupakan makanan bagi hewan yang lebih
besar
6. Filum rotifera terdiri atas 3 kelas yaitu seisonacea, bdelloidea dan monogononta.
B. Saran
Saran yang dapat kami ajukan dalam makalah ini yaitu agar tetap menjaga dan
memelihara ekosistem perairan, baik di air laut maupun air tawar karena mempunyai
peranan penting dalam kehidupan. Khususnya untuk filum rotifera karena rotifera
memegang peranan penting dalam rantai makanan di perairan baik di air tawar maupun di
air laut.
11. 11
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, Robert D.1982. Avertebrata Zoologi. Philadelphia, PA: Holt-Saunders
International. pp. 272-286.
B,M Waggoner and GO Poinar, Jr, 1993. rotifera Fosil habrotrochid:Dominika.Experientia
(Basel)49 (4): page 354-357.
Friedrich.,De Smet.,LA Kutikova, D. Sc,.2000.Filum Rotifera.Rusia: Zoological Institute.
Harmer, Sidney Frederic dan Shipley, Arthur Everett.1896. The Cambridge Natural History .
The Macmillan perusahaan. p. 197
http://id.scribd.com/doc/25411240/Rot-if-Era
http://www.wikipedia.org.id/ensiklopedia/rotifera.htm
Pechenik, Jan A. 2005. Biologi invertebrata. Boston: McGraw-Hill, Pendidikan Lebih
Tinggi. p. 178
Ricci,Claudia.2006. Rotifera. 1, Biology, Ecology and Systematics.Leiden:Backhuys Publishers
Snell, Terry W., and Colin R. Janssen.1995. "Rotifers in ecotoxicology: a review."
Hydrobiologia.313.(1) page 231-247.
Suwigyo, S., dkk. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta:Penebar Swadaya.
Thomas Nogrady, Robert L. Wallace, & Terry W. Snell. 1993. Rotifera, Vol. 1: Biologi, Ekologi
dan Sistematika
Wallace,R.L. Smith ,H.A.2013. Rotifer eLS Filum.England: Wiley Online Library.