SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
121
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK
(OCTORALLIA: ALCYONACEA)
DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA
(The Study of Potential Bioactive Compounds in Soft Corals (Octorallia: Alcyonacea)
Conducted in Several Small Islands of Kepulauan Seribu, Jakarta)
Dedi Soedharma1
, Mujizat Kawaroe1
dan Abdul Haris1
ABSTRAK
Dalam upaya memperkaya khasanah pengetahuan karang lunak di Indonesia, dilakukan penelitian
mengenai kajian potensi bioaktif karang lunak di beberapa pulau di Kepulauan Seribu. Selama penelitian, ke-
giatan ini berhasil mendata 39 spesies (12 genera, 4 famili) karang lunak yang tersebar di Pulau Pari, Pulau
Pramuka, dan Pulau Kotok. Genus Lobophytum mendominasi perairan dangkal (3 m), sedangkan genera Sar-
cophyton dan Dendronephthya lebih kerap ditemukan di perairan dalam (10 m). Dari ke-39 spesies tersebut,
ekstrak dari 30 jenis karang lunak menunjukkan bioaktivitas terhadap keberadaan bakteri patogen Escheri-
chia coli dan Staphylococcus aureus. Ditinjau dari lokasi pengambilan contoh terhadap daratan utama, kan-
dungan bioaktif karang lunak semakin tinggi bila semakin jauh dari daratan utama. Hal yang serupa berlaku
untuk karang lunak yang hidup di kedalaman yang lebih dalam.
Kata kunci: potensi, bioaktif, karang lunak, bakteri, Kepulauan Seribu.
ABSTRACT
The study of potential bioactive compounds in soft corals was conducted in several small islands of
Kepulauan Seribu was aimed to developed the knowledge soft coral resource in Indonesia. During the re-
search, 39 species belong to 12 genera and 4 families of soft coral were recorded from Pari, Pramuka, and
Kotok island. Lobophyton was found dominant in shallow water environment (3 m), while Sacrophyton and
Dendronephthya were common at 10 m depth. After extraction processes, 30 species of soft corals showed
bioactive reaction in response to the present of patogenic bacteria Eschericia coli and Staphylococcus aureus.
Bioactive compounds of soft corals were lesser in response to the incerase of the distance from the mainland
(Java Island) and water depth.
Key word: potensial, bioactive, soft corals, bacteria, Seribu Island.
PENDAHULUAN
Sumberdaya karang lunak yang ada di Ke-
pulauan Seribu diperkirakan mencapai 103 spe-
sies dari 4 famili (Manuputty, 1992). Dari jumlah
tersebut, hanya sebagian kecil yang telah diteliti
potensi bioaktifnya. Di sisi lain, karang lunak
difahami sebagai biota terumbu yang memiliki
bahan bioaktif dari golongan senyawa terpeno-
id, yang bersifat sitoksik, antikanker, algisida, dan
antipredator. Dengan demikian, kegiatan peneli-
tian dan pengkajian ilmiah terhadap jenis-jenis
karang lunak yang ada di perairan Indonesia yang
diketahui memiliki luas wilayah terumbu karang
terluas di dunia perlu ditingkatkan (UNEP, 2002).
Penelitian ini dilakukan di beberapa pu-
lau di Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Pari, Pulau
Pramuka, dan Pulau Kotok sebagai lokasi peng-
ambilan contoh karang lunak. Tujuan peneliti-
an adalah: (a) mengetahui distribusi horisontal
dan vertikal karang lunak yang mempunyai po-
tensi bioaktif di Kepulauan Seribu, DKI Jakar-
ta, dan (b) mengetahui jenis-jenis karang lunak
yang mempunyai potensi bioaktif di Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta.
METODE
Penentuan Stasiun
Stasiun pengambilan contoh karang lu-
nak ditentukan pada tiga buah pulau di tiga zo-
na pengambilan, yaitu Pulau Pari (mewakili inner
zone), Pulau Pramuka (mewakili middle zone),
Pulau Kotok Besar (mewakili outer zone) (Gam-
bar 1). Pada setiap pulau ditentukan sebanyak 2
titik pengambilan contoh, yaitu pada kedalaman
3 m dan 10 m.
1
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
122 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 121-128
Pencarian dan pengambilan contoh karang
lunak pada setiap titik dilakukan dengan menye-
lam menyusuri luasan selebar 5 m pada sisi kiri-
kanan transek garis sepanjang 50 m. Penempat-
an transek garis dilakukan pada setiap titik de-
ngan posisi yang sejajar garis pantai.
Gambar 1. Pulau Tempat Pengambilan Contoh Karang Lunak (Kotak Hitam) di Kepulauan Seribu, DKI Ja-
karta (Dishidros TNI AL 1998, Bakosurtanal 2000, DP2T DKI, Jakarta in Subagio, 2003)
Identifikasi Contoh Karang Lunak
Identifikasi contoh karang lunak didasar-
kan pada ukuran dan bentuk skleritnya. Prose-
dur identifikasi contoh dilakukan dengan jalan
mengambil sedikit jaringan contoh karang lu-
nak pada bagian-bagian tertentu dengan mema-
kai scalpel dan pinset. Potongan contoh tersebut
selanjutnya diletakkan pada cawan petri, lalu
diberi larutan natrium hipoklorit sesuai kebu-
Soedharma, D., M. Kawaroe dan A. Harris, Kajian Potensi Bioaktif Karang Lunak (Octorallia: … 123
tuhan dan dibiarkan selama sekitar 5 menit. Se-
telah itu diaduk-aduk sampai kelihatan sklerit-
nya yang penampakannya berupa kristal-kristal
putih yang kecil. Setelah itu kemudian ditetesi
air suling secukupnya, dan diaduk-aduk kemba-
li agar skleritnya semakin bersih dan terang. Se-
telah bersih, sklerit yang terdapat di cawan petri
disedot dengan pipet tetes dan dipindahkan di
gelas obyek, kemudian ditutup dengan gelas un-
tuk dilakukan pengamatan di mikroskop (Toma-
souw, 1998).
Identifikasi berdasarkan ukuran dan ben-
tuk sklerit ini didasarkan pada petunjuk Verse-
veldt (1966, 1980, 1982, 1983), Ofwagen dan Ven-
nam (1994), Thomson dan Dean (1931).
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan metode ma-
serasi menurut petunjuk Rachmaniar (1994, 1995),
yang mengikuti prosedur berikut: karang lunak
dipotong-potong kecil, dikeluarkan bahan-ba-
han pengotornya lalu ditimbang sebanyak 25 g
bobot segar dan selanjutnya diblender sampai ha-
lus, kemudian dimaserasi dengan metanol p.a 80%
sebanyak 35 ml. Setelah dimaserasi selama 24
jam, suspensi pekat di-sentrifuge selama 15 me-
nit dengan kecepatan 3500 rpm. Setelah itu, eks-
trak yang didapatkan disaring dengan kertas sa-
ring kemudian dicukupkan volumenya. Ekstrak
disimpan di dalam lemari pendingin untuk dila-
kukan pengujian bioaktivitas.
Uji Aktivitas Bakteri
Pembuatan Media Agar
Sebanyak 10 g NaCl, 10 g yeast ekstract
dan 5 g tripton-pepton dilarutkan dalam 1 l akua-
des, ditambah 15 g agar bacto kemudian dipa-
naskan dan diaduk hingga larut. Kemudian la-
rutan dimasukkan ke dalam cawan petri sekitar
17 ml, dibiarkan memadat pada suhu kamar.
Pembiakan Bakteri Uji
Bakteri dari media agar miring diambil sa-
tu ose secara aseptik ke dalam erlenmeyer yang
berisi medium Nutrient Broth (NB) steril dan
diseker selama 24 jam. Optical Density (OD)
diukur dengan spektronik-20 pada panjang ge-
lombang 680 nm untuk mengetahui rapatan bak-
teri melalui hubungan:
logOD T= −
Uji Bioaktifitas Antibakteri
Uji bioaktifitas antibakteri menggunakan
bioindikator berupa bakteri patogen Staphylo-
coccus aureus dan Escherichia coli. Uji bioakti-
vitas ini menggunakan metode cawan sebar yai-
tu sebanyak 0.1 ml bakteri yang telah diketahui
OD-nya disebar ke dalam cawan petri yang te-
lah dituang media dan dibiarkan memadat pada
suhu kamar. Kemudian diletakkan cakram ker-
tas (paper disc) yang telah mengandung ekstrak
uji sebanyak 20 µl, pelarutnya sebagai kontrol
negatif, dan amphisilin trihidrat sebagai kontrol
positif. Setelah itu, kemudian diinkubasi pada
suhu 37 °C selama 24 jam. Zona terang di seki-
tar cakram kertas (paper disc) menunjukkan ada-
nya bioaktivitas anti bakteri yang dapat diukur
diameternya.
Analisis Data
Data bioaktifitas antibakteri ekstrak kasar
karang lunak dianalisis deskriptif dengan bantu-
an tabel dan grafik melalui bantuan Microsoft
Excel 2000 dan SPSS versi 10.05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi jenis karang lunak
Dari hasil pendataan komunitas karang
lunak di tiga pulau di Kepulauan Seribu pada
dua tingkat kedalaman (3 dan 10 m), diperoleh
39 jenis karang lunak, yang berasal dari 12 ge-
nera dan 2 famili. Pulau Pari yang mewakili
wilayah inner zone memiliki 9 genera karang
lunak, selanjutnya Pulau Pramuka dan Pulau Ko-
tok memiliki masing-masing 10 dan 7 genera ka-
rang lunak. Secara rinci, informasi mengenai ge-
nus karang lunak yang ditemukan di tiap pulau
disajikan pada Tabel 1.
Apabila dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh Manuputty (1992) yang juga melaku-
kan pendataan komunitas karang lunak di Ke-
pulauan Seribu dan berhasil mendata 22 jenis,
11 genera dan 4 famili; maka hasil yang diper-
oleh pada penelitian kali ini lebih sedikit. Na-
mun demikian, hal ini bisa dimaklumi karena
pada survei Manuputty jumlah pulau yang di-
jadikan lokasi penelitian lebih banyak, yaitu 12
pulau. Selain itu, Tomasouw (1998) menemu-
kan 43 jenis, 9 genera, 2 famili karang lunak di
perairan Pulau Barang Lompo, Kepulauan Sper-
monde. Perbedaan komposisi jenis karang lu-
nak pada kawasan-kawasan tersebut di atas di-
124 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 121-128
sebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama
adalah perbedaan tekanan terhadap terumbu ka-
rang di masing-masing kawasan tersebut. Fak-
tor kedua adalah perbedaan kondisi lingkungan,
yang meliputi substrat keras sebagai tempat un-
tuk melekatkan diri, baik larvanya maupun ko-
loni dewasanya (Dinesen 1983; Benayahu 1985;
Satapoomin dan Sudara 1991); kecepatan arus
(Benayahu 1985), tekanan ombak dan arus pa-
sang (Dollar 1982 in Sorokin 1992), dan kom-
petisi ruang (Sammarco et al. 1983; La Barre et
al. 1986; Dai 1990).
Tabel 1. Komposisi Genus Karang Lunak yang
Ditemukan di Lokasi Penelitian.
No Genera Karang Lunak
Pulau
Pari
Pulau
Pramuka
Pulau
Kotok
1 Gorgonian X X X
2 Lobophyton X X X
3 Nepththea X X X
4 Sarcophyton X X X
5 Coelogorgia X X
6 Litophyton X
7 Stereonephthya X X
8 Sinularia X X X
9 Dendronephthya X X X
10 Capnella X
11 Paralemnalia X
12 Xenia X
Jumlah 9 10 7
Keterangan: X = ditemukan
Di Pulau Pari terdapat 17 jenis karang lu-
nak, dari 9 genera; 8 jenis ditemukan di 3 m dan
4 jenis di kedalaman 10 m (Gambar 2). Genera
yang ditemukan pada kedalaman 3 m adalah: Gor-
gonian (2 jenis), Lobophytum (4 jenis), Neph-
thea (1 jenis), dan Sarcophyton (1 jenis), se-
dangkan yang ditemukan pada kedalaman 10 m
adalah: Sarcophyton (2 jenis), Coelegorgia (1
jenis), Litophyton (1 jenis), Streonephthya (1 je-
nis), Sinularia (2 jenis), dan Dendronephthya (2
jenis). Di Pulau Pramuka juga ditemukan 17 je-
nis karang lunak, 7 jenis pada kedalaman 3 m
dan 10 jenis pada kedalaman 10 m (Gambar 2).
Genera yang ditemukan di 3 m adalah: Lobo-
phytum (4 jenis), Gorgonian (1 jenis), Sarco-
phyton (1 jenis), Capnella (1 jenis), pada keda-
laman 10 m adalah: Sarcophyton (1 jenis), Den-
dronephthya (1 jenis), Sinularia (2 jenis), Lobo-
phytum (1 jenis), Streonephthya (1 jenis), Coe-
logorgia (1 jenis), Gorgonian (1 jenis), Neph-
thea (1 jenis), dan Paralemnalia (1 jenis). Di
Pulau Kotok Besar, karang lunak yang ditemu-
kan berjumlah 16 jenis, 6 jenis ditemukan pada
kedalaman 3 m dan 10 jenis pada kedalaman 10
m (Gambar 2). Genera yang ditemukan pada
kedalaman 3 m adalah: Gorgonian (2 jenis), Lo-
bophytum (3 jenis), dan Sarcophyton (1 jenis);
sedangkan yang ditemukan pada kedalaman 10
m adalah: Gorgonian (1 jenis), Sarcophyton (2
jenis), Nephthea (1 jenis), Xenia (1 jenis), Den-
dronephthya (2 jenis), dan Sinularia (3 jenis).
8
4
9
6
7
4
10
9
6
3
10
6
0
2
4
6
8
10
12
Jenis
Genera
Jenis
Genera
Jenis
Genera
Jenis
Genera
Jenis
Genera
Jenis
Genera
3 meter 10 meter 3 meter 10 meter 3 meter 10 meter
P. Pari P. Pramuka P. Kotok Besar
Jumlah
Gambar 2. Jumlah Jenis dan Genera Karang
Lunak yang Ditemukan pada Keda-
laman 3 m dan 10 m di Pulau Pari,
Pulau Pramuka, dan Pulau Kotok
Besar, Kepulauan Seribu.
Dari Gambar 2 terlihat bahwa ada pening-
katan jumlah spesies karang lunak dengan ber-
tambahnya kedalaman. Fenomena ini didapat-
kan juga oleh Manuputty (1992) yang meneliti
penutupan karang lunak di 12 pulau (P. Bidada-
ri, P. Rambut, P. Lancang, P. Pari, P. Semak da-
un, P. Karang Congkak, P. Genteng Besar, P.
Bira Besar, P. Kayu Angin Bira, P. Belanda, P.
Pelangi, dan P. Panjaliran Barat). Menurut Ma-
nuputty (1992), karang lunak pada reef slope
didominasi oleh Sarcophyton dan Dendroneph-
thya, berbaur dengan Sinularia.
Pada kedalaman 3 m di setiap pulau, ge-
nus yang mendominasi dan sering ditemukan
adalah Lobophytum. Menurut Manuputty (1992),
Lobophytum (selain Sinularia dan Sarcophyton)
merupakan salah satu jenis utama karang lunak
yang biasa menyusun terumbu karang bersama
dengan karang batu. Di sisi lain, pada kedalam-
an 10 m di setiap pulau, genera yang mendomi-
nasi dan sering ditemukan adalah Sarcophyton
dan Dendronephthya (Gambar 3).
Soedharma, D., M. Kawaroe dan A. Harris, Kajian Potensi Bioaktif Karang Lunak (Octorallia: … 125
Bioaktivitas Antibakteri Patogen pada
Karang Lunak
Dari 39 karang lunak yang ditemukan di
lokasi penelitian, terdapat 30 jenis karang lunak
yang ekstraknya memiliki bioaktivitas terhadap
bakteri patogen Escherichia coli dan Staphylo-
coccus aureus. Karang lunak yang ekstraknya
memiliki bioaktivitas dan yang tidak memiliki
bioaktivitas terhadap bakteri patogen tersebut
disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan jumlah je-
nis, di Pulau Pari terdapat 17 jenis karang lunak
bioaktif, di Pulau Pramuka 12 jenis, dan di Pu-
lau Kotok Besar 12 jenis (Gambar 4, Tabel 2).
Gambar 3. Dua Genera Karang Lunak yang Terdapat di Seluruh Lokasi Penelitian, Dendronephthya
(kiri) dan Sinularia (kanan) [foto: Julius P]
17
12 12
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Pulau Pari Pulau Pramuka Pulau Kotok Besar
Jumlahjenis
Gambar 4. Jumlah Jenis Karang Lunak yang
Memiliki Bioaktivitas Terhadap Bak-
teri Escherichia coli dan Staphylo-
coccus aureus di Pulau Pari, Pulau
Pramuka, dan Pulau Kotok Besar,
Kepulauan Seribu.
Berdasarkan Gambar 4, semakin ke arah
menjauhi daratan utama (P. Jawa), jumlah jenis
karang lunak yang ditemukan semakin berku-
rang. P. Pari yang dekat dengan daratan utama
memiliki jumlah jenis karang lunak tertinggi,
disusul Pulau Pramuka yang menengah jarak-
nya dari daratan utama, dan terendah didapat-
kan di Pulau Kotok yang jaraknya terjauh dari
daratan utama pada penelitian ini. Fenomena
seperti ini disebabkan karena perbedaan kondisi
lingkungan di ketiga pulau tersebut. Pulau yang
dekat dengan daratan utama (P. Pari), umumnya
memiliki kandungan bahan-bahan organik yang
relatif tinggi. Bagi karang lunak, bahan organik
tersebut, selain merupakan sumber makanannya,
dia juga berperan dalam proses biosintetis se-
nyawa-senyawa yang dikandungnya.
Bioaktivitas ekstrak karang lunak terha-
dap bakteri bioindikator ditandai dengan adanya
zona bening di sekeliling kertas cakram (sudah
ditetesi ekstrak) yang diletakkan di permukaan
agar yang sudah diinokulasikan bakteri bioindi-
kator. Bioaktivitas ekstrak rata-rata karang lu-
nak pada setiap pulau di setiap kedalaman ter-
hadap bakteri Escherichia coli dan bakteri Sta-
phylococcus aureus disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa bioaktivitas
ekstrak beberapa jenis karang lunak, baik dari
kedalaman 3 maupun 10 m, terhadap bakteri Es-
cherichia coli dan Staphylococcus aureus cen-
derung semakin rendah, apabila lokasinya se-
makin menjauhi daratan utama ke arah laut.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kondisi ling-
kungan, baik lingkungan biotik maupun ling-
kungan abiotik mempengaruhi bioaktivitas ka-
rang lunak. Kondisi lingkungan sangat berperan
dalam mempengaruhi reaksi-reaksi biokimia da-
lam tubuh karang lunak, terutama dalam proses
biosintesis metabolit primer dan sekunder. Ada
126 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 121-128
kecenderungan, semakin besar gangguan biotik
dan abiotik di lingkungan karang lunak, sema-
kin tinggi produksi senyawa bioaktif dan bioak-
tivitas metabolit sekunder yang dihasilkan.
Tabel 2. Diameter Zona Hambat Rata-Rata Ekstrak Karang Lunak Terhadap Bakteri Escherichia Coli
dan Staphylococcus aureus pada Kedalaman 3 m dan 10 m, serta Diameter Zona Hambat Kon-
trol (-) dan Kontrol (+).
Escherichia coli Stapylococcus aureus
Zona hambat (mm) (25 g/35 ml, b/v)No.
Jenis Karang Lunak
di Tiap Lokasi Penelitian
3 m 10 m 3 m 10 m
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Pulau Pari
Gorgonian spesies - 1
Lobophytum sp – 1
Nephthea sp – 1
Lobophytum sp – 2
Lobophytum sp – 3
Sarcophyton sp – 1
Lobophytum sp – 4
Gorgonian spesies 2
Sarcophyton crassocaule
Coelegorgia sp
Litophyton sp
Stereonephthya sp
Sarcophyton sp – 3
Sinularia dura
Dendronephtya sp – 1
Sinularia sp – 3
Dendronephtya sp – 2
4.83
7.11
7.00
9.11
4.67
3.33
12.17
6.25
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6.75
5.00
3.50
5.00
3.00
5.30
3.17
3.00
6.25
2.50
2.83
3.00
2.17
1.33
1.28
9.12
13.84
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.33
4.83
3.11
1.55
1.33
1.72
0.78
0.67
1.09
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15
16.
17.
18.
19.
20.
Pulau Pramuka
Lobophytum strictum
Lobophytum sp – 6
Gorgonian sp – 1
Lobophytum sp – 7
Lobophytum sp - 8
Lobophytum sp - 9
Sarcophyton roseum-1
Capnella sp
Sarcophyton roseum-2
Dendronephtya sp – 3
Sarcophyton roseum-3
Sinularia brassica
Lobophytum sp – 10
Streonephthya sp
Sarcophyton roseum-4
Coelogorgia sp
Gorgonian spesies – 2
Nephthea sp – 2
Sinularia dura
Paralemnalia sp.
3.39
3.89
3.11
2.89
0.00
3.22
3.89
2.40
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6.42
2.11
10.00
4.78
0.00
0.00
6.25
3.89
1.78
0.00
6.42
0.00
1.78
0.33
0.84
2.05
0.00
0.40
0.17
0.50
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.28
2.39
4.22
1.56
0.00
0.00
2.28
11.50
1.50
0.00
2.59
0.00
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pulau Kotok Besar
Gorgonian spesies – 2
Lobophytum sp –11
Sarcophyton trocheliophorum
Gorgonian spesies – 1
Lobophytum sp – 12
Lobophytum sp – 13
5.34
5.16
1.89
2.67
3.45
1.57
-
-
-
-
-
-
12.17
3.89
3.67
1.89
5.41
1.95
-
-
-
-
-
-
Soedharma, D., M. Kawaroe dan A. Harris, Kajian Potensi Bioaktif Karang Lunak (Octorallia: … 127
Escherichia coli Stapylococcus aureus
Zona hambat (mm) (25 g/35 ml, b/v)No.
Jenis Karang Lunak
di Tiap Lokasi Penelitian
3 m 10 m 3 m 10 m
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Gorgonian spesies – 2
Sarcophyton trocheliphorum
Nephthea sp – 2
Xenia sp
Sarcophyton sp – 2
Dendronephthya sp – 1
Dendronephthya sp – 4
Sarcophyton sp – 6
Sinularia sp – 4
Sinularia sp – 5
Sinularia sp – 6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3.00
3.22
1.50
2.17
0.00
0.00
5.00
0.00
2.06
0.00
2.22
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16.67
4.22
0.57
0.22
0.00
0.00
0.33
0.00
2.11
0.00
1.95
D.
1.
2.
Kontrol (-) dan Kontrol (+)
Kontrol (-) (metanol p.a. 80 %)
Kontrol (+) (amphisilin trihidrat)
0.00
2.15
Bahan-bahan pencemar yang relatif ba-
nyak di sekitar perairan pulau yang dekat de-
ngan daratan utama (Pulau Pari) mendorong ka-
rang lunak yang hidup di pulau ini merespon-
nya sebagai bentuk gangguan abiotik yang ha-
rus diatasi dengan menghasilkan suatu mekanis-
me pertahanan diri, yaitu pertahanan kimia (che-
mical defense). Rachmaniar (komunikasi priba-
di 2003) mengatakan bahwa lingkungan perair-
an yang berbeda dapat menghasilkan bioaktivi-
tas yang berbeda. Lingkungan perairan yang
relatif kotor (relatif tercemar) memiliki bioakti-
vitas yang relatif tinggi, sedangkan perairan yang
relatif bersih bioaktivitasnya relatif rendah dan
bahkan tidak aktif. Hal ini disebabkan karena
organisme yang hidup pada perairan yang re-
latif kotor banyak memproduksi metabolit se-
kunder untuk mempertahankan hidupnya, se-
dangkan organisme yang hidup pada perairan
yang relatif bersih terjadi sebaliknya. Pertahan-
an kimia pada suatu organisme dapat dipakai se-
bagai mekanisme pertahanan terhadap pence-
gahan infeksi yang disebabkan oleh mikroorga-
nisme patogenik.
PUSTAKA
Benayahu, Y. 1985. Faunistic Composition and Patterns
in the Distribution of Soft Corals (Octocorallia, Al-
cyonacea) Along the Coral Reefs of Sinai Penin-
sula. Proceeding of the Fifth International Coral Reef
Congress, Tahiti, Vol. 6.
Dai, C. F. 1990. Interspecific Competition in Taiwanese
Corals With Special reference to Interactions Bet-
ween Alcyonaceans and Scleractinians. Mar. Ecol.
Prog. Ser. Vol. 60: 291 – 297.
Dinesen, Z. D. 1983. Patterns in the Distribution of Soft
Corals Across the Central Great Barrier Reef. Co-
ral Reef 1: 229 – 236.
Duradola, J. I. 1977. Antibacterial property of crude ex-
tracts from herbal wound healing remedy Agera-
tum conyzoides L. Planta. Medica 32: 388-390
La Barre, S. C., J. C. Coll, P. W. Sammarco. 1986.
Competitive Strategies of Soft Corals (Coelente-
rata: Octocorallia): III. Spacing and Aggressive
Interactions Between Alcyonaceans. Mar.Ecol. Prog.
Ser. Vol: 28: 147-156. 1986
Manuputty, A. E. W. 1992. Sebaran, Keanekaragaman
dan Komposisi Jenis Karang Lunak di Teluk Ja-
karta. Seminar Ekologi Laut dan Pesisir I. Jakarta
27 – 29 November 1989. hlm 287 – 293
Ofwagen, L. P van dan J. Vennam, 1994. Result of Rum-
phius Biohistorical Expeditions to Ambon (1990).
Part 3. The Alcyoniidae (Octocorallia: Alcyonacea).
Zool. Med. Leiden 68 (14), 15.vii.: 135 – 158; figs. 1-
20.
Rachmaniar, R. 1994. Penelitian Produk Alam Laut
Skreening Substansi Bioaktif. Laporan Penelitian
Tahun Anggaran 1993/1994. Lembaga Ilmu Pengeta-
huan Indonesia. Puslitbang Oseanologi.
Rachmaniar, R. 1995. Penelitian Produk Alam Laut
Skreening Substansi Bioaktif. Laporan Penelitian
Tahun Anggaran 1994/1995. Lembaga Ilmu Pengeta-
huan Indonesia. Puslitbang Oseanologi.
Sammarco, P. W., J. C. Coll, S. La Barre dan B. Willis,
1983. Competitive Strategies of Soft Corals (Coe-
lentereta: Octocorallia): Allelopathic Effects on
Selected Scleractinian Corals. Coral Reefs (1983)1:
173-176
Satapoomin, U. dan S. Sudara. 1991. Preliminary Survey
of Soft Corals in the Gulft of Thailand. Proc.
Regional Symp. On Living resources, 6: 87 - 94
Sorokin, Y. I. 1992. Coral Reef Ecology. Ecological
Studies 102. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg,
128 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 121-128
New York, London, Paris, Tokyo, Hongkong, Barce-
lona, Budapest.
Subagio. 2003. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang
Pesisir dan Laut Kepulauan Seribu dalam Mening-
katkan Pendapatan Masyarakat Melalui Kegaiatan
Budidaya Perikanan dan Pariwisata [Draft Disertasi
I]. Bogor: Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pe-
sisir dan Lautan, Program Pascasarjana, Institut Perta-
nian Bogor.
Thomson, A. J. dan L. M. I. Dean. 1931. Alcyonacea of
the Siboga Expedition, with an addendum to the
Gorgonacea. E. J. Brill, Leiden. 227pp, 28pls & 1 text
fig.
Tomasouw, J. L. 1998. Komposisi jenis, Keanekaragam-
an dan Distribusi Karang lunak (Alcyonacea) di
Perairan Pulau Barrang Lompo. Skripsi. Jurusan Il-
mu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.
UNEP. 2002. Coral reef atlas of the world. (Ed: M
Spalding). United Nations Environment Programme.
Verseveldt, J. 1966. Biological Result of the Snellius Ex-
pedition. XXII. Octocorallia from the Malay Archi-
pelago (Part II). Zool.Verhand. 80: 1- 109, PL. 1 – 16.
Verseveldt, J. 1980. A Revision of the Genus Sinularia
May (Octocorallia, Alcyonacea). Zool. Verhand.
179 : 1-128, PL. 1-38.
Verseveldt, J. 1982. A Revision of the Genus Sarco-
phyton Lesson (Octocorallia, Alcyonacea). Zool.
Verhand. 192 : 1-91, PL. 1-24.
Verseveldt, J., 1983. A Revision of the Genus Lobophy-
tum Von Marenzeller (Octocorallia, Alcyonacea).
Zool. Verhand. 200 : 1-103, PL. 1-31.

More Related Content

What's hot

Artikel filum platyhelmintes new.en.id
Artikel filum platyhelmintes new.en.idArtikel filum platyhelmintes new.en.id
Artikel filum platyhelmintes new.en.idEkaSaputri14
 
Materi pelajaran biologi kelas x
Materi pelajaran biologi kelas xMateri pelajaran biologi kelas x
Materi pelajaran biologi kelas xpreute
 
Keanekaragaman gen,jenis, dan ekosistem
Keanekaragaman gen,jenis, dan ekosistemKeanekaragaman gen,jenis, dan ekosistem
Keanekaragaman gen,jenis, dan ekosistemAlvianNurAzqy
 
Presentasi biologi tentang keanekaragaman hayati
Presentasi biologi tentang keanekaragaman hayatiPresentasi biologi tentang keanekaragaman hayati
Presentasi biologi tentang keanekaragaman hayatiRafi Hidayat
 
Bab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayatiBab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayatikawidian_putri
 
BAHAN AJAR STAD (FILUM PORIFERA dll)
BAHAN AJAR STAD (FILUM PORIFERA dll)BAHAN AJAR STAD (FILUM PORIFERA dll)
BAHAN AJAR STAD (FILUM PORIFERA dll)Mutiara Zizou
 
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...Kalisthiana Yi Ku
 
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu Geologi
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu GeologiPaleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu Geologi
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu GeologiBudhi Kuswan Susilo
 
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)RaissaMaulidya
 
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanPengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanSteven Steven
 
LDS Biologi kelas X (STAD)
LDS Biologi kelas X (STAD)LDS Biologi kelas X (STAD)
LDS Biologi kelas X (STAD)Mutiara Zizou
 
2 keanekaragaman-hayati
2 keanekaragaman-hayati2 keanekaragaman-hayati
2 keanekaragaman-hayatiYus Ndut
 
Kajian bioaktif-spons-laut-forifera-demospongiae
Kajian bioaktif-spons-laut-forifera-demospongiaeKajian bioaktif-spons-laut-forifera-demospongiae
Kajian bioaktif-spons-laut-forifera-demospongiaeYuga Rahmat S
 
Bab 1 keanekaragaman hayati
Bab 1 keanekaragaman hayatiBab 1 keanekaragaman hayati
Bab 1 keanekaragaman hayatiDian Kartikasari
 
Laporan praktikum genetika Keanekaragaman Pada hewan DanHukum Mendel (1&2)
Laporan praktikum genetika Keanekaragaman Pada hewan DanHukum Mendel (1&2)Laporan praktikum genetika Keanekaragaman Pada hewan DanHukum Mendel (1&2)
Laporan praktikum genetika Keanekaragaman Pada hewan DanHukum Mendel (1&2)jackruto
 

What's hot (20)

Artikel filum platyhelmintes new.en.id
Artikel filum platyhelmintes new.en.idArtikel filum platyhelmintes new.en.id
Artikel filum platyhelmintes new.en.id
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati
 
Materi pelajaran biologi kelas x
Materi pelajaran biologi kelas xMateri pelajaran biologi kelas x
Materi pelajaran biologi kelas x
 
Keanekaragaman gen,jenis, dan ekosistem
Keanekaragaman gen,jenis, dan ekosistemKeanekaragaman gen,jenis, dan ekosistem
Keanekaragaman gen,jenis, dan ekosistem
 
Keanekeragaman hayati
Keanekeragaman hayatiKeanekeragaman hayati
Keanekeragaman hayati
 
Presentasi biologi tentang keanekaragaman hayati
Presentasi biologi tentang keanekaragaman hayatiPresentasi biologi tentang keanekaragaman hayati
Presentasi biologi tentang keanekaragaman hayati
 
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman HayatiKeanekaragaman Hayati
Keanekaragaman Hayati
 
Bab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayatiBab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayati
 
BAHAN AJAR STAD (FILUM PORIFERA dll)
BAHAN AJAR STAD (FILUM PORIFERA dll)BAHAN AJAR STAD (FILUM PORIFERA dll)
BAHAN AJAR STAD (FILUM PORIFERA dll)
 
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
 
494 981-1-sm
494 981-1-sm494 981-1-sm
494 981-1-sm
 
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu Geologi
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu GeologiPaleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu Geologi
Paleontologi 2: Fossil, Evolusi & Waktu Geologi
 
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
 
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanPengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
 
LDS Biologi kelas X (STAD)
LDS Biologi kelas X (STAD)LDS Biologi kelas X (STAD)
LDS Biologi kelas X (STAD)
 
2 keanekaragaman-hayati
2 keanekaragaman-hayati2 keanekaragaman-hayati
2 keanekaragaman-hayati
 
Kajian bioaktif-spons-laut-forifera-demospongiae
Kajian bioaktif-spons-laut-forifera-demospongiaeKajian bioaktif-spons-laut-forifera-demospongiae
Kajian bioaktif-spons-laut-forifera-demospongiae
 
Bab 1 keanekaragaman hayati
Bab 1 keanekaragaman hayatiBab 1 keanekaragaman hayati
Bab 1 keanekaragaman hayati
 
Laporan praktikum genetika Keanekaragaman Pada hewan DanHukum Mendel (1&2)
Laporan praktikum genetika Keanekaragaman Pada hewan DanHukum Mendel (1&2)Laporan praktikum genetika Keanekaragaman Pada hewan DanHukum Mendel (1&2)
Laporan praktikum genetika Keanekaragaman Pada hewan DanHukum Mendel (1&2)
 

Similar to KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan SubstratBioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan SubstratLuhur Moekti Prayogo
 
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Mujiyanto -
 
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
INVENTARISASI  JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)INVENTARISASI  JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)Amos Pangkatana
 
Inventarisasi dan identifikasi makroalga di teluk lombok
Inventarisasi dan identifikasi makroalga di teluk lombokInventarisasi dan identifikasi makroalga di teluk lombok
Inventarisasi dan identifikasi makroalga di teluk lombokEci Oktaviani
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
 
IDENTIFIKASI JENIS DAN PENGELOMPOKAN TIPE KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA...
IDENTIFIKASI JENIS DAN PENGELOMPOKAN TIPE  KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA...IDENTIFIKASI JENIS DAN PENGELOMPOKAN TIPE  KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA...
IDENTIFIKASI JENIS DAN PENGELOMPOKAN TIPE KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA...Amos Pangkatana
 
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilisKONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilisRepository Ipb
 
Tugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahariTugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam baharinisha althaf
 
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATANDISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATANRepository Ipb
 
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)Amos Pangkatana
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
 
Inventarisasi Jenis Bintang Laut
Inventarisasi Jenis Bintang LautInventarisasi Jenis Bintang Laut
Inventarisasi Jenis Bintang LautAmos Pangkatana
 
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"AzkiyaBanata
 
PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...
PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...
PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...UNESA
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANGAmos Pangkatana
 
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1PT. SASA
 

Similar to KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA (20)

Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan SubstratBioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
 
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
 
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
INVENTARISASI  JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)INVENTARISASI  JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)
 
Inventarisasi dan identifikasi makroalga di teluk lombok
Inventarisasi dan identifikasi makroalga di teluk lombokInventarisasi dan identifikasi makroalga di teluk lombok
Inventarisasi dan identifikasi makroalga di teluk lombok
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
 
IDENTIFIKASI JENIS DAN PENGELOMPOKAN TIPE KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA...
IDENTIFIKASI JENIS DAN PENGELOMPOKAN TIPE  KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA...IDENTIFIKASI JENIS DAN PENGELOMPOKAN TIPE  KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA...
IDENTIFIKASI JENIS DAN PENGELOMPOKAN TIPE KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA...
 
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilisKONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
 
Tugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahariTugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahari
 
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATANDISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
 
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
Inventarisasi Jenis-Jenis Lamun (Seagrass)
 
Jurnal avertebrata air
Jurnal avertebrata airJurnal avertebrata air
Jurnal avertebrata air
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
 
Inventarisasi Jenis Bintang Laut
Inventarisasi Jenis Bintang LautInventarisasi Jenis Bintang Laut
Inventarisasi Jenis Bintang Laut
 
Biota laut dalam
Biota laut dalamBiota laut dalam
Biota laut dalam
 
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"
 
PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...
PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...
PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
 
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
 
2 elmu sidad
2   elmu sidad2   elmu sidad
2 elmu sidad
 
2 elmu sidad
2   elmu sidad2   elmu sidad
2 elmu sidad
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 

Recently uploaded (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 

KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

  • 1. 121 KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA (The Study of Potential Bioactive Compounds in Soft Corals (Octorallia: Alcyonacea) Conducted in Several Small Islands of Kepulauan Seribu, Jakarta) Dedi Soedharma1 , Mujizat Kawaroe1 dan Abdul Haris1 ABSTRAK Dalam upaya memperkaya khasanah pengetahuan karang lunak di Indonesia, dilakukan penelitian mengenai kajian potensi bioaktif karang lunak di beberapa pulau di Kepulauan Seribu. Selama penelitian, ke- giatan ini berhasil mendata 39 spesies (12 genera, 4 famili) karang lunak yang tersebar di Pulau Pari, Pulau Pramuka, dan Pulau Kotok. Genus Lobophytum mendominasi perairan dangkal (3 m), sedangkan genera Sar- cophyton dan Dendronephthya lebih kerap ditemukan di perairan dalam (10 m). Dari ke-39 spesies tersebut, ekstrak dari 30 jenis karang lunak menunjukkan bioaktivitas terhadap keberadaan bakteri patogen Escheri- chia coli dan Staphylococcus aureus. Ditinjau dari lokasi pengambilan contoh terhadap daratan utama, kan- dungan bioaktif karang lunak semakin tinggi bila semakin jauh dari daratan utama. Hal yang serupa berlaku untuk karang lunak yang hidup di kedalaman yang lebih dalam. Kata kunci: potensi, bioaktif, karang lunak, bakteri, Kepulauan Seribu. ABSTRACT The study of potential bioactive compounds in soft corals was conducted in several small islands of Kepulauan Seribu was aimed to developed the knowledge soft coral resource in Indonesia. During the re- search, 39 species belong to 12 genera and 4 families of soft coral were recorded from Pari, Pramuka, and Kotok island. Lobophyton was found dominant in shallow water environment (3 m), while Sacrophyton and Dendronephthya were common at 10 m depth. After extraction processes, 30 species of soft corals showed bioactive reaction in response to the present of patogenic bacteria Eschericia coli and Staphylococcus aureus. Bioactive compounds of soft corals were lesser in response to the incerase of the distance from the mainland (Java Island) and water depth. Key word: potensial, bioactive, soft corals, bacteria, Seribu Island. PENDAHULUAN Sumberdaya karang lunak yang ada di Ke- pulauan Seribu diperkirakan mencapai 103 spe- sies dari 4 famili (Manuputty, 1992). Dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil yang telah diteliti potensi bioaktifnya. Di sisi lain, karang lunak difahami sebagai biota terumbu yang memiliki bahan bioaktif dari golongan senyawa terpeno- id, yang bersifat sitoksik, antikanker, algisida, dan antipredator. Dengan demikian, kegiatan peneli- tian dan pengkajian ilmiah terhadap jenis-jenis karang lunak yang ada di perairan Indonesia yang diketahui memiliki luas wilayah terumbu karang terluas di dunia perlu ditingkatkan (UNEP, 2002). Penelitian ini dilakukan di beberapa pu- lau di Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Pari, Pulau Pramuka, dan Pulau Kotok sebagai lokasi peng- ambilan contoh karang lunak. Tujuan peneliti- an adalah: (a) mengetahui distribusi horisontal dan vertikal karang lunak yang mempunyai po- tensi bioaktif di Kepulauan Seribu, DKI Jakar- ta, dan (b) mengetahui jenis-jenis karang lunak yang mempunyai potensi bioaktif di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. METODE Penentuan Stasiun Stasiun pengambilan contoh karang lu- nak ditentukan pada tiga buah pulau di tiga zo- na pengambilan, yaitu Pulau Pari (mewakili inner zone), Pulau Pramuka (mewakili middle zone), Pulau Kotok Besar (mewakili outer zone) (Gam- bar 1). Pada setiap pulau ditentukan sebanyak 2 titik pengambilan contoh, yaitu pada kedalaman 3 m dan 10 m. 1 Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
  • 2. 122 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 121-128 Pencarian dan pengambilan contoh karang lunak pada setiap titik dilakukan dengan menye- lam menyusuri luasan selebar 5 m pada sisi kiri- kanan transek garis sepanjang 50 m. Penempat- an transek garis dilakukan pada setiap titik de- ngan posisi yang sejajar garis pantai. Gambar 1. Pulau Tempat Pengambilan Contoh Karang Lunak (Kotak Hitam) di Kepulauan Seribu, DKI Ja- karta (Dishidros TNI AL 1998, Bakosurtanal 2000, DP2T DKI, Jakarta in Subagio, 2003) Identifikasi Contoh Karang Lunak Identifikasi contoh karang lunak didasar- kan pada ukuran dan bentuk skleritnya. Prose- dur identifikasi contoh dilakukan dengan jalan mengambil sedikit jaringan contoh karang lu- nak pada bagian-bagian tertentu dengan mema- kai scalpel dan pinset. Potongan contoh tersebut selanjutnya diletakkan pada cawan petri, lalu diberi larutan natrium hipoklorit sesuai kebu-
  • 3. Soedharma, D., M. Kawaroe dan A. Harris, Kajian Potensi Bioaktif Karang Lunak (Octorallia: … 123 tuhan dan dibiarkan selama sekitar 5 menit. Se- telah itu diaduk-aduk sampai kelihatan sklerit- nya yang penampakannya berupa kristal-kristal putih yang kecil. Setelah itu kemudian ditetesi air suling secukupnya, dan diaduk-aduk kemba- li agar skleritnya semakin bersih dan terang. Se- telah bersih, sklerit yang terdapat di cawan petri disedot dengan pipet tetes dan dipindahkan di gelas obyek, kemudian ditutup dengan gelas un- tuk dilakukan pengamatan di mikroskop (Toma- souw, 1998). Identifikasi berdasarkan ukuran dan ben- tuk sklerit ini didasarkan pada petunjuk Verse- veldt (1966, 1980, 1982, 1983), Ofwagen dan Ven- nam (1994), Thomson dan Dean (1931). Ekstraksi Ekstraksi dilakukan dengan metode ma- serasi menurut petunjuk Rachmaniar (1994, 1995), yang mengikuti prosedur berikut: karang lunak dipotong-potong kecil, dikeluarkan bahan-ba- han pengotornya lalu ditimbang sebanyak 25 g bobot segar dan selanjutnya diblender sampai ha- lus, kemudian dimaserasi dengan metanol p.a 80% sebanyak 35 ml. Setelah dimaserasi selama 24 jam, suspensi pekat di-sentrifuge selama 15 me- nit dengan kecepatan 3500 rpm. Setelah itu, eks- trak yang didapatkan disaring dengan kertas sa- ring kemudian dicukupkan volumenya. Ekstrak disimpan di dalam lemari pendingin untuk dila- kukan pengujian bioaktivitas. Uji Aktivitas Bakteri Pembuatan Media Agar Sebanyak 10 g NaCl, 10 g yeast ekstract dan 5 g tripton-pepton dilarutkan dalam 1 l akua- des, ditambah 15 g agar bacto kemudian dipa- naskan dan diaduk hingga larut. Kemudian la- rutan dimasukkan ke dalam cawan petri sekitar 17 ml, dibiarkan memadat pada suhu kamar. Pembiakan Bakteri Uji Bakteri dari media agar miring diambil sa- tu ose secara aseptik ke dalam erlenmeyer yang berisi medium Nutrient Broth (NB) steril dan diseker selama 24 jam. Optical Density (OD) diukur dengan spektronik-20 pada panjang ge- lombang 680 nm untuk mengetahui rapatan bak- teri melalui hubungan: logOD T= − Uji Bioaktifitas Antibakteri Uji bioaktifitas antibakteri menggunakan bioindikator berupa bakteri patogen Staphylo- coccus aureus dan Escherichia coli. Uji bioakti- vitas ini menggunakan metode cawan sebar yai- tu sebanyak 0.1 ml bakteri yang telah diketahui OD-nya disebar ke dalam cawan petri yang te- lah dituang media dan dibiarkan memadat pada suhu kamar. Kemudian diletakkan cakram ker- tas (paper disc) yang telah mengandung ekstrak uji sebanyak 20 µl, pelarutnya sebagai kontrol negatif, dan amphisilin trihidrat sebagai kontrol positif. Setelah itu, kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam. Zona terang di seki- tar cakram kertas (paper disc) menunjukkan ada- nya bioaktivitas anti bakteri yang dapat diukur diameternya. Analisis Data Data bioaktifitas antibakteri ekstrak kasar karang lunak dianalisis deskriptif dengan bantu- an tabel dan grafik melalui bantuan Microsoft Excel 2000 dan SPSS versi 10.05. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi jenis karang lunak Dari hasil pendataan komunitas karang lunak di tiga pulau di Kepulauan Seribu pada dua tingkat kedalaman (3 dan 10 m), diperoleh 39 jenis karang lunak, yang berasal dari 12 ge- nera dan 2 famili. Pulau Pari yang mewakili wilayah inner zone memiliki 9 genera karang lunak, selanjutnya Pulau Pramuka dan Pulau Ko- tok memiliki masing-masing 10 dan 7 genera ka- rang lunak. Secara rinci, informasi mengenai ge- nus karang lunak yang ditemukan di tiap pulau disajikan pada Tabel 1. Apabila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Manuputty (1992) yang juga melaku- kan pendataan komunitas karang lunak di Ke- pulauan Seribu dan berhasil mendata 22 jenis, 11 genera dan 4 famili; maka hasil yang diper- oleh pada penelitian kali ini lebih sedikit. Na- mun demikian, hal ini bisa dimaklumi karena pada survei Manuputty jumlah pulau yang di- jadikan lokasi penelitian lebih banyak, yaitu 12 pulau. Selain itu, Tomasouw (1998) menemu- kan 43 jenis, 9 genera, 2 famili karang lunak di perairan Pulau Barang Lompo, Kepulauan Sper- monde. Perbedaan komposisi jenis karang lu- nak pada kawasan-kawasan tersebut di atas di-
  • 4. 124 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 121-128 sebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah perbedaan tekanan terhadap terumbu ka- rang di masing-masing kawasan tersebut. Fak- tor kedua adalah perbedaan kondisi lingkungan, yang meliputi substrat keras sebagai tempat un- tuk melekatkan diri, baik larvanya maupun ko- loni dewasanya (Dinesen 1983; Benayahu 1985; Satapoomin dan Sudara 1991); kecepatan arus (Benayahu 1985), tekanan ombak dan arus pa- sang (Dollar 1982 in Sorokin 1992), dan kom- petisi ruang (Sammarco et al. 1983; La Barre et al. 1986; Dai 1990). Tabel 1. Komposisi Genus Karang Lunak yang Ditemukan di Lokasi Penelitian. No Genera Karang Lunak Pulau Pari Pulau Pramuka Pulau Kotok 1 Gorgonian X X X 2 Lobophyton X X X 3 Nepththea X X X 4 Sarcophyton X X X 5 Coelogorgia X X 6 Litophyton X 7 Stereonephthya X X 8 Sinularia X X X 9 Dendronephthya X X X 10 Capnella X 11 Paralemnalia X 12 Xenia X Jumlah 9 10 7 Keterangan: X = ditemukan Di Pulau Pari terdapat 17 jenis karang lu- nak, dari 9 genera; 8 jenis ditemukan di 3 m dan 4 jenis di kedalaman 10 m (Gambar 2). Genera yang ditemukan pada kedalaman 3 m adalah: Gor- gonian (2 jenis), Lobophytum (4 jenis), Neph- thea (1 jenis), dan Sarcophyton (1 jenis), se- dangkan yang ditemukan pada kedalaman 10 m adalah: Sarcophyton (2 jenis), Coelegorgia (1 jenis), Litophyton (1 jenis), Streonephthya (1 je- nis), Sinularia (2 jenis), dan Dendronephthya (2 jenis). Di Pulau Pramuka juga ditemukan 17 je- nis karang lunak, 7 jenis pada kedalaman 3 m dan 10 jenis pada kedalaman 10 m (Gambar 2). Genera yang ditemukan di 3 m adalah: Lobo- phytum (4 jenis), Gorgonian (1 jenis), Sarco- phyton (1 jenis), Capnella (1 jenis), pada keda- laman 10 m adalah: Sarcophyton (1 jenis), Den- dronephthya (1 jenis), Sinularia (2 jenis), Lobo- phytum (1 jenis), Streonephthya (1 jenis), Coe- logorgia (1 jenis), Gorgonian (1 jenis), Neph- thea (1 jenis), dan Paralemnalia (1 jenis). Di Pulau Kotok Besar, karang lunak yang ditemu- kan berjumlah 16 jenis, 6 jenis ditemukan pada kedalaman 3 m dan 10 jenis pada kedalaman 10 m (Gambar 2). Genera yang ditemukan pada kedalaman 3 m adalah: Gorgonian (2 jenis), Lo- bophytum (3 jenis), dan Sarcophyton (1 jenis); sedangkan yang ditemukan pada kedalaman 10 m adalah: Gorgonian (1 jenis), Sarcophyton (2 jenis), Nephthea (1 jenis), Xenia (1 jenis), Den- dronephthya (2 jenis), dan Sinularia (3 jenis). 8 4 9 6 7 4 10 9 6 3 10 6 0 2 4 6 8 10 12 Jenis Genera Jenis Genera Jenis Genera Jenis Genera Jenis Genera Jenis Genera 3 meter 10 meter 3 meter 10 meter 3 meter 10 meter P. Pari P. Pramuka P. Kotok Besar Jumlah Gambar 2. Jumlah Jenis dan Genera Karang Lunak yang Ditemukan pada Keda- laman 3 m dan 10 m di Pulau Pari, Pulau Pramuka, dan Pulau Kotok Besar, Kepulauan Seribu. Dari Gambar 2 terlihat bahwa ada pening- katan jumlah spesies karang lunak dengan ber- tambahnya kedalaman. Fenomena ini didapat- kan juga oleh Manuputty (1992) yang meneliti penutupan karang lunak di 12 pulau (P. Bidada- ri, P. Rambut, P. Lancang, P. Pari, P. Semak da- un, P. Karang Congkak, P. Genteng Besar, P. Bira Besar, P. Kayu Angin Bira, P. Belanda, P. Pelangi, dan P. Panjaliran Barat). Menurut Ma- nuputty (1992), karang lunak pada reef slope didominasi oleh Sarcophyton dan Dendroneph- thya, berbaur dengan Sinularia. Pada kedalaman 3 m di setiap pulau, ge- nus yang mendominasi dan sering ditemukan adalah Lobophytum. Menurut Manuputty (1992), Lobophytum (selain Sinularia dan Sarcophyton) merupakan salah satu jenis utama karang lunak yang biasa menyusun terumbu karang bersama dengan karang batu. Di sisi lain, pada kedalam- an 10 m di setiap pulau, genera yang mendomi- nasi dan sering ditemukan adalah Sarcophyton dan Dendronephthya (Gambar 3).
  • 5. Soedharma, D., M. Kawaroe dan A. Harris, Kajian Potensi Bioaktif Karang Lunak (Octorallia: … 125 Bioaktivitas Antibakteri Patogen pada Karang Lunak Dari 39 karang lunak yang ditemukan di lokasi penelitian, terdapat 30 jenis karang lunak yang ekstraknya memiliki bioaktivitas terhadap bakteri patogen Escherichia coli dan Staphylo- coccus aureus. Karang lunak yang ekstraknya memiliki bioaktivitas dan yang tidak memiliki bioaktivitas terhadap bakteri patogen tersebut disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan jumlah je- nis, di Pulau Pari terdapat 17 jenis karang lunak bioaktif, di Pulau Pramuka 12 jenis, dan di Pu- lau Kotok Besar 12 jenis (Gambar 4, Tabel 2). Gambar 3. Dua Genera Karang Lunak yang Terdapat di Seluruh Lokasi Penelitian, Dendronephthya (kiri) dan Sinularia (kanan) [foto: Julius P] 17 12 12 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Pulau Pari Pulau Pramuka Pulau Kotok Besar Jumlahjenis Gambar 4. Jumlah Jenis Karang Lunak yang Memiliki Bioaktivitas Terhadap Bak- teri Escherichia coli dan Staphylo- coccus aureus di Pulau Pari, Pulau Pramuka, dan Pulau Kotok Besar, Kepulauan Seribu. Berdasarkan Gambar 4, semakin ke arah menjauhi daratan utama (P. Jawa), jumlah jenis karang lunak yang ditemukan semakin berku- rang. P. Pari yang dekat dengan daratan utama memiliki jumlah jenis karang lunak tertinggi, disusul Pulau Pramuka yang menengah jarak- nya dari daratan utama, dan terendah didapat- kan di Pulau Kotok yang jaraknya terjauh dari daratan utama pada penelitian ini. Fenomena seperti ini disebabkan karena perbedaan kondisi lingkungan di ketiga pulau tersebut. Pulau yang dekat dengan daratan utama (P. Pari), umumnya memiliki kandungan bahan-bahan organik yang relatif tinggi. Bagi karang lunak, bahan organik tersebut, selain merupakan sumber makanannya, dia juga berperan dalam proses biosintetis se- nyawa-senyawa yang dikandungnya. Bioaktivitas ekstrak karang lunak terha- dap bakteri bioindikator ditandai dengan adanya zona bening di sekeliling kertas cakram (sudah ditetesi ekstrak) yang diletakkan di permukaan agar yang sudah diinokulasikan bakteri bioindi- kator. Bioaktivitas ekstrak rata-rata karang lu- nak pada setiap pulau di setiap kedalaman ter- hadap bakteri Escherichia coli dan bakteri Sta- phylococcus aureus disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa bioaktivitas ekstrak beberapa jenis karang lunak, baik dari kedalaman 3 maupun 10 m, terhadap bakteri Es- cherichia coli dan Staphylococcus aureus cen- derung semakin rendah, apabila lokasinya se- makin menjauhi daratan utama ke arah laut. Fenomena ini menunjukkan bahwa kondisi ling- kungan, baik lingkungan biotik maupun ling- kungan abiotik mempengaruhi bioaktivitas ka- rang lunak. Kondisi lingkungan sangat berperan dalam mempengaruhi reaksi-reaksi biokimia da- lam tubuh karang lunak, terutama dalam proses biosintesis metabolit primer dan sekunder. Ada
  • 6. 126 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 121-128 kecenderungan, semakin besar gangguan biotik dan abiotik di lingkungan karang lunak, sema- kin tinggi produksi senyawa bioaktif dan bioak- tivitas metabolit sekunder yang dihasilkan. Tabel 2. Diameter Zona Hambat Rata-Rata Ekstrak Karang Lunak Terhadap Bakteri Escherichia Coli dan Staphylococcus aureus pada Kedalaman 3 m dan 10 m, serta Diameter Zona Hambat Kon- trol (-) dan Kontrol (+). Escherichia coli Stapylococcus aureus Zona hambat (mm) (25 g/35 ml, b/v)No. Jenis Karang Lunak di Tiap Lokasi Penelitian 3 m 10 m 3 m 10 m A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Pulau Pari Gorgonian spesies - 1 Lobophytum sp – 1 Nephthea sp – 1 Lobophytum sp – 2 Lobophytum sp – 3 Sarcophyton sp – 1 Lobophytum sp – 4 Gorgonian spesies 2 Sarcophyton crassocaule Coelegorgia sp Litophyton sp Stereonephthya sp Sarcophyton sp – 3 Sinularia dura Dendronephtya sp – 1 Sinularia sp – 3 Dendronephtya sp – 2 4.83 7.11 7.00 9.11 4.67 3.33 12.17 6.25 - - - - - - - - - - - - - - - - - 6.75 5.00 3.50 5.00 3.00 5.30 3.17 3.00 6.25 2.50 2.83 3.00 2.17 1.33 1.28 9.12 13.84 - - - - - - - - - - - - - - - - - 2.33 4.83 3.11 1.55 1.33 1.72 0.78 0.67 1.09 B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15 16. 17. 18. 19. 20. Pulau Pramuka Lobophytum strictum Lobophytum sp – 6 Gorgonian sp – 1 Lobophytum sp – 7 Lobophytum sp - 8 Lobophytum sp - 9 Sarcophyton roseum-1 Capnella sp Sarcophyton roseum-2 Dendronephtya sp – 3 Sarcophyton roseum-3 Sinularia brassica Lobophytum sp – 10 Streonephthya sp Sarcophyton roseum-4 Coelogorgia sp Gorgonian spesies – 2 Nephthea sp – 2 Sinularia dura Paralemnalia sp. 3.39 3.89 3.11 2.89 0.00 3.22 3.89 2.40 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6.42 2.11 10.00 4.78 0.00 0.00 6.25 3.89 1.78 0.00 6.42 0.00 1.78 0.33 0.84 2.05 0.00 0.40 0.17 0.50 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2.28 2.39 4.22 1.56 0.00 0.00 2.28 11.50 1.50 0.00 2.59 0.00 C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pulau Kotok Besar Gorgonian spesies – 2 Lobophytum sp –11 Sarcophyton trocheliophorum Gorgonian spesies – 1 Lobophytum sp – 12 Lobophytum sp – 13 5.34 5.16 1.89 2.67 3.45 1.57 - - - - - - 12.17 3.89 3.67 1.89 5.41 1.95 - - - - - -
  • 7. Soedharma, D., M. Kawaroe dan A. Harris, Kajian Potensi Bioaktif Karang Lunak (Octorallia: … 127 Escherichia coli Stapylococcus aureus Zona hambat (mm) (25 g/35 ml, b/v)No. Jenis Karang Lunak di Tiap Lokasi Penelitian 3 m 10 m 3 m 10 m 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Gorgonian spesies – 2 Sarcophyton trocheliphorum Nephthea sp – 2 Xenia sp Sarcophyton sp – 2 Dendronephthya sp – 1 Dendronephthya sp – 4 Sarcophyton sp – 6 Sinularia sp – 4 Sinularia sp – 5 Sinularia sp – 6 - - - - - - - - - - - 3.00 3.22 1.50 2.17 0.00 0.00 5.00 0.00 2.06 0.00 2.22 - - - - - - - - - - - 16.67 4.22 0.57 0.22 0.00 0.00 0.33 0.00 2.11 0.00 1.95 D. 1. 2. Kontrol (-) dan Kontrol (+) Kontrol (-) (metanol p.a. 80 %) Kontrol (+) (amphisilin trihidrat) 0.00 2.15 Bahan-bahan pencemar yang relatif ba- nyak di sekitar perairan pulau yang dekat de- ngan daratan utama (Pulau Pari) mendorong ka- rang lunak yang hidup di pulau ini merespon- nya sebagai bentuk gangguan abiotik yang ha- rus diatasi dengan menghasilkan suatu mekanis- me pertahanan diri, yaitu pertahanan kimia (che- mical defense). Rachmaniar (komunikasi priba- di 2003) mengatakan bahwa lingkungan perair- an yang berbeda dapat menghasilkan bioaktivi- tas yang berbeda. Lingkungan perairan yang relatif kotor (relatif tercemar) memiliki bioakti- vitas yang relatif tinggi, sedangkan perairan yang relatif bersih bioaktivitasnya relatif rendah dan bahkan tidak aktif. Hal ini disebabkan karena organisme yang hidup pada perairan yang re- latif kotor banyak memproduksi metabolit se- kunder untuk mempertahankan hidupnya, se- dangkan organisme yang hidup pada perairan yang relatif bersih terjadi sebaliknya. Pertahan- an kimia pada suatu organisme dapat dipakai se- bagai mekanisme pertahanan terhadap pence- gahan infeksi yang disebabkan oleh mikroorga- nisme patogenik. PUSTAKA Benayahu, Y. 1985. Faunistic Composition and Patterns in the Distribution of Soft Corals (Octocorallia, Al- cyonacea) Along the Coral Reefs of Sinai Penin- sula. Proceeding of the Fifth International Coral Reef Congress, Tahiti, Vol. 6. Dai, C. F. 1990. Interspecific Competition in Taiwanese Corals With Special reference to Interactions Bet- ween Alcyonaceans and Scleractinians. Mar. Ecol. Prog. Ser. Vol. 60: 291 – 297. Dinesen, Z. D. 1983. Patterns in the Distribution of Soft Corals Across the Central Great Barrier Reef. Co- ral Reef 1: 229 – 236. Duradola, J. I. 1977. Antibacterial property of crude ex- tracts from herbal wound healing remedy Agera- tum conyzoides L. Planta. Medica 32: 388-390 La Barre, S. C., J. C. Coll, P. W. Sammarco. 1986. Competitive Strategies of Soft Corals (Coelente- rata: Octocorallia): III. Spacing and Aggressive Interactions Between Alcyonaceans. Mar.Ecol. Prog. Ser. Vol: 28: 147-156. 1986 Manuputty, A. E. W. 1992. Sebaran, Keanekaragaman dan Komposisi Jenis Karang Lunak di Teluk Ja- karta. Seminar Ekologi Laut dan Pesisir I. Jakarta 27 – 29 November 1989. hlm 287 – 293 Ofwagen, L. P van dan J. Vennam, 1994. Result of Rum- phius Biohistorical Expeditions to Ambon (1990). Part 3. The Alcyoniidae (Octocorallia: Alcyonacea). Zool. Med. Leiden 68 (14), 15.vii.: 135 – 158; figs. 1- 20. Rachmaniar, R. 1994. Penelitian Produk Alam Laut Skreening Substansi Bioaktif. Laporan Penelitian Tahun Anggaran 1993/1994. Lembaga Ilmu Pengeta- huan Indonesia. Puslitbang Oseanologi. Rachmaniar, R. 1995. Penelitian Produk Alam Laut Skreening Substansi Bioaktif. Laporan Penelitian Tahun Anggaran 1994/1995. Lembaga Ilmu Pengeta- huan Indonesia. Puslitbang Oseanologi. Sammarco, P. W., J. C. Coll, S. La Barre dan B. Willis, 1983. Competitive Strategies of Soft Corals (Coe- lentereta: Octocorallia): Allelopathic Effects on Selected Scleractinian Corals. Coral Reefs (1983)1: 173-176 Satapoomin, U. dan S. Sudara. 1991. Preliminary Survey of Soft Corals in the Gulft of Thailand. Proc. Regional Symp. On Living resources, 6: 87 - 94 Sorokin, Y. I. 1992. Coral Reef Ecology. Ecological Studies 102. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg,
  • 8. 128 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2005, Jilid 12, Nomor 2: 121-128 New York, London, Paris, Tokyo, Hongkong, Barce- lona, Budapest. Subagio. 2003. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang Pesisir dan Laut Kepulauan Seribu dalam Mening- katkan Pendapatan Masyarakat Melalui Kegaiatan Budidaya Perikanan dan Pariwisata [Draft Disertasi I]. Bogor: Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pe- sisir dan Lautan, Program Pascasarjana, Institut Perta- nian Bogor. Thomson, A. J. dan L. M. I. Dean. 1931. Alcyonacea of the Siboga Expedition, with an addendum to the Gorgonacea. E. J. Brill, Leiden. 227pp, 28pls & 1 text fig. Tomasouw, J. L. 1998. Komposisi jenis, Keanekaragam- an dan Distribusi Karang lunak (Alcyonacea) di Perairan Pulau Barrang Lompo. Skripsi. Jurusan Il- mu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. UNEP. 2002. Coral reef atlas of the world. (Ed: M Spalding). United Nations Environment Programme. Verseveldt, J. 1966. Biological Result of the Snellius Ex- pedition. XXII. Octocorallia from the Malay Archi- pelago (Part II). Zool.Verhand. 80: 1- 109, PL. 1 – 16. Verseveldt, J. 1980. A Revision of the Genus Sinularia May (Octocorallia, Alcyonacea). Zool. Verhand. 179 : 1-128, PL. 1-38. Verseveldt, J. 1982. A Revision of the Genus Sarco- phyton Lesson (Octocorallia, Alcyonacea). Zool. Verhand. 192 : 1-91, PL. 1-24. Verseveldt, J., 1983. A Revision of the Genus Lobophy- tum Von Marenzeller (Octocorallia, Alcyonacea). Zool. Verhand. 200 : 1-103, PL. 1-31.