SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi merupakan faktor penting yang mengiringi perkembangan suatu wilayah.
Diperlukan pembahasan yang mendasar tentang perkembangan ekonomi suatu wilayah
agar dapat diketahui kemana arah perkembangan wilayah tersebut. Salah satu permodelan
untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi adalah sektor basis. Sektor basis merupakan
indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dilihat dari jumlah ekspor wilayah tersebut ke
daerah lain. Di samping sektor basis, ada kegiatan sektor pendukung yang dibutuhkan untuk
melayani (service) kegiatan produksi sektor basis termasuk pekerjanya. Sektor ini disebut
sebagai sektor non-basis. Kedua sektor (basis dan non-basis) saling berhubungan. Artinya
bahwa bila permintaan dari luar meningkat, maka sektor basis akan berkembang.
Berkembangnya sektor basis akan mendorong perkembangan sektor non-basis dan
perkembangan kedua sektor tersebut pada gilirannya akan menumbuhkembangkan
perekonomian wilayah/kota melalui proses penggandaan.
Terdapat dua metode yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis, yaitu
metode langsung (melalui survei) dan tak langsung. Metode pengukuran tak langsung
adalah metode yang menggunakan cara Metode Location Quotient (LQ) atau menggunakan
data sekunder (PDRB/ tenaga kerja) dlm menentukan sektor basis serta dengan cara
Analisis Shift – Share atau dengan menganalisis perubahan kegiatan ekonomi (mis:
produksi dan kesempatan kerja) pada periode waktu tertentu (> 1 tahun). Kedua cara ini
berguna untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah, apakah
termasuk cepat ataukah lambat.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam laporan ini akan dibahas mengenai analisis intrawilayah dan agrerat wilayah
Kabupaten Banjarnegara terhadap Provinsi Jawa Tengah dan Kecamatan yang ada di
Kabupaten Banjarnegara tahun 2009 sampai 2013. Metode analisis yang digunakan meliputi
statistik dasar berupa deskripsi atau profil ekonomi wilayah Kabupaten Banjarnegara,
analisis LQ dan shiftshare, dan identifikasi serta analisis arahan pengembangan ekonomi
(sektor apa yg dikembangkan dan di mana akan dikembangkan).
1.3 Tujuan dan Sasaran
Laporan Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara dalam
Menentukan Sektor Ekonomi Basis Kabupaten Banjarnegara ini memiliki tujuan dan sasaran
sebagai berikut:
2
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari laporan ini ialah mengetahui sektor ekonomi basis di Kabupaten
Banjarnegara. Sektor ekonomi basis ini mencerminkan sektor unggulan yang
kemudian dikembangkan untuk menopang kegiatan perekonomian. Selain itu, juga
untuk mengetahui komoditas utama di Kabupaten Banjarnegara. Komoditas utama ini
juga dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Banjarnegara.
1.3.2 Sasaran
Ada beberapa sasaran yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan dalam
penyusunan laporan ini, diantaranya:
1. Teridentifikasinya karakteristik ekonomi Kabupaten Banjarnegara
2. Teridentifikasinya kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara dengan
Propinsi Jawa Tengah
3. Teridentifikasinya karakteristik ekonomi masing-masing kecamatan di
Kabupaten Banjarnegara
4. Teranalisisnya sektor basis dan non basis Kabupaten Banjarnegara
5. Teranalisisnya sektor unggulan dan non unggulan yang dimiliki Kabupaten
Banjarnegara.
6. Terciptanya arahan atau kebijakan pengembangan ekonomi di Kabupaten
Banjarnegara.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup merupakan batasan identifikasi wilayah studi yang mencakup ruang
lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Penjelasan mengenai ruang lingkup wilayah dan
materi adalah sebagai berikut:
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dibagi menjadi ruang lingkup makro dan ruang lingkup
mikro.
a. Ruang Lingkup Wilayah Makro
Ruang lingkup makro mencakup wilayah Provinsi Jawa Tengah seluas 34.548
km2
. Batas-batas administrasi Provinsi Jawa Tengah adalah:
Utara : Laut Jawa;
Timur : Jawa Timur;
Selatan : Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
Barat : Jawa Barat.
b. Ruang Lingkup Wilayah Mikro
Ruang lingkup mikro mencakup wilayah Kabupaten Banjarnegara seluas
106.970,997 ha. Batas-batas administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah:
3
Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang;
Timur : Kabupaten Wonosobo;
Selatan : Kabupaten Kebumen;
Barat : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga.
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang digunakan pada laporan ini mencakup
komponen PDRB sebagai alat untuk mengetahui karakteristik ekonomi dan input yang
dianalisis. Beberapa teori yang digunakan dalam analisis adalah sebagai berikut:
a. Teori ekonomi wilayah dan kota
b. Teori analisis agregat wilayah
c. Teori analisis intra wilayah
d. Teori LQ
e. Teori Shift share
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, kajian literatur,
gambaran umum Kabupaten Banjarnegara dan Provinsi Jawa Tengah, analisis ekonomi
wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan penutup. Untuk lebih jelasnya, diuraikan seperti
berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang penulisan laporan, perumusan masalah, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup baik ruang lingkup wlayah dan ruang lingkup materi, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Kajian literatur berisi tentang ruang lingkup materi yang terkait dengan laporan. Materi
tersebut adalah analisis ekonomi dalam perencanaan wilayah dan kota meliputi analisis
agregat dan analisis intrawilayah.
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA DAN PROVINSI JAWA
TENGAH
Bab ini mendeskripsikan gambaran umum dalam ruang lingkup wilayah studi yaitu
Kabupaten Banjarnegara dan Provinsi Jawa Tengah. Gambaran umum tersebut terdiri dari
kondisi geografis, kependudukan.
BAB IV ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA
Bab ini berisi tentang analisis ekonomi wilayah dan kota yaitu berupa analisis perekonomian
wilayah (analisis agregat wilayah dan analisis intrawilayah). Analisis agraga berupa statistic
dasar, analisis sektor basis (Perhitungan LQ), analisis kinerja sektor ekonomi (Perhitungan
4
Shiftshare). Sedangkan analisis intrawilayah berupa analisis sektor ekonomi unggulan (LQ
dan SS) dan arahan pengembangan ekonomi.
BAB V PENUTUP
Bab terakhir ini membahas kesimpulan dan rekomendasi dari pembahasan yang ada di
laporan.
5
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Analisis Agregat
Analisis agregat digunakan untuk mengetahui gambaran umum konstribusi
perkembangan perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas dimana
wilayah tersebut berada pada satu tempat. Dengan demikian, analisis agregat dapat
digunakan untuk melihat wilayah sebagai replika dari nasional dengan modifikasi, wilayah
dipandang sebagai sebuah unit dalam konteks ruang yang lebih luas.
Dengan analisis agregat kita dapat mengetahui bagaimana tingkat, sumber dan
distribusi pendapatan dan tenaga kerja yang terdapat dalam suatu wilayah, data ini sangat
penting untuk melihat gambaran umum keadaan perekonomian suatu wilayah dan
bagaimana setiap sektor perekonomian menyumbangkan pendapatannya dalam
pendapatan suatu wilayah.
Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, kita juga
dapat mengetahui bagaimana komposisi sektor ekonomi berkonstribusi dalam
perkembangan perekonomian wilayah tersebut, sehingga kita dapat mengetahui jumlah
faktor – faktor produksi (investasi, tenaga kerja) yang tersedia dan bagaimana kualitasnya.
Seluruh data-data tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, terutama antar sektor
ekonomi (backward forward linkage) yang dapat menunjukan pola perubahan aspek-aspek
ekonomi dan perbandingan aspek-aspek tesebut terhadap aspek yang terdapat di nasional
dan wilayah lain.
Pola perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memliki sifat dan intensitas aliran
faktor-faktor produksi yang terjadi antarwilayah. Dalam analisa agregat hal ini tidak
mendapat perhatian yang khusus, akan tetapi dalam pola tersebut terdapat konsekuensi
yang terjadi dari adanya aliran-aliran faktor produksi yang berdampak terhadap
perkembangan perekonomian wilayah.
Peran pemerintah dalam perkembangan perekonomian yang dilihat melalui analisis
agregat sangat penting, terutama dalam menentukan kebijakan publik, dan administrasi
yang berpengaruh terhadap kinerja perekonomian wilayah. Oleh karena itu pola perubahan
aliran faktor produksi dan tingkat pendapatan sangat dipengaruhi kebijakan instusional yang
berkaitan dengan bagaimana potensi masalah dan peluang yang dapat dilihat dalam upaya
pengembangan kondisi perekonomian suatu wilayah di masa depan. Kebujakan pemerintah
juga sangat berpengaruh dalam melihat konsekuensi dari kebijakan ini dalam kaitan dengan
wilayah lain.
6
2.2 Analisis Intra Wilayah
Analisis intrawilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih
mendalam apa yang ada di wilayah. Wilayah dilihat sebagai sebuah unit atau penjumlahan
dari elemen-elemen yang ada di dalamnya.
Dalam analisis intarawilayah ini, hal yang disoroti adalah bagaimana karakteristik dari
tempat-tempat dalam suatu wilayah dan bagaimana interaksi yang terjadi di dalamnya.
Analisis dilakukan lebih dalam pada setiap komponen yang ada di dalamnya. Jadi, analisis
ini memandang suatu wilayah sebagai kumpulan dari wilayah-wilayah lain yantg skalanya
lebih sempit serta masing-masingnya memiliki aktivitas dan karakteristik sendiri-sendiri.
Analisis intrawilayah suatu kotamadya berarti menyoroti pokok analisis pada kecamatan-
kecamatan yang ada di dalamnya, analisis intrawilayah suatu provinsi berarti menyoroti
pokok analisis pada kabupaten-kabupaten yang ada di dalamnya, dan seterusnya.
Contoh hal yang dibahas dalam suatu analisis intarawilayah yaitu bagaimana
karakteristik ekonomi di subwilayah dan bagaimana perbandingan diantaranya, bagaimana
tingkat pendapatan pada masing-masing subwilayah dan bagaimana kontribusi masing-
masingnya terhadap wilayah, bagaimana tingkat konsentrasi dan spesialisasi sektor-sektor
ekonomi pada masing-masing subwilayah, dan lain-lain.
2.3 PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto)
Gross Domestik Product (GDP) / Produk Domestik Bruto (PDB) adalah besarnya nilai
barang dan jasa yang diproduksikan di dalam suatu negara atau wilayah dalam satu tahun
tertentu. Untuk wilayah kabupaten dan propinsi disebut Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Pengertian Produk Domestik Regional Bruto itu sendiri merupakan suatu ukuran
pendapatan suatu wilayah atau kota yang dihitung dengan menggunakan seluruh output
barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh input (faktor produksi) yang ada yang nantinya
akan digunakan oleh satu perekonomian untuk menghasilkan barang atau jasa.
Produk Domestik Regional Bruto dapat didefinisikan menurut 3 sudut pandang yang
berbeda, yaitu:
a. Menurut pendekatan produksi
Merupakan jumlah nilai tambah bruto dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagi unit produksi didalam satu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Adapun
pembagian unit-unit produksi/sektor tersebut dibagi menjadi 9 lapangan usaha, yaitu:
1) Pertanian
2) Pertambangan dan penggalian
3) Penghasilan dan pajak langsung lainnya
4) Listrik, gas, dan air minum
5) Bangunan
7
6) Perdagangan, hotel, dan restaurant
7) Pengangkutan dan komunikasi
8) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
9) Jasa-jasa
b. Menurut pendekatan pendapatan
Merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi dalam satu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas
jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
c. Menurut pendekatan pengeluaran
Merupakan jumlah pengeluaran oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah,
lembaga swasta tidak mencari keuntungan, pengeluaran untuk pembentukan modal
tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu daerah atau wilayah
dalam jangka waktu tertentu. Ekspor netto yang dimaksud adalah nilai ekspor
dikurangi dengan jumlah nilai impor.
PDRB secara berkala dapat disajikan dalam 2 bentuk, yaitu atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, yang dapat di jelaskan berikut ini :
a. PDRB atas dasar harga berlakumenggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung dengan menggunakanharga pada setiap tahun.
b. PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar
penghitungannya.
2.4 Metode Analisis LQ
Metode Location Quotient (LQ) untuk mengidentifikasi komoditas unggulan
diakomodasi dari Miller & Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998). Menurut
Hood (1998). Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam
model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sector kegiatan yang menjadi
pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relative atau derajat spesialisasi kegiatan
ekonomi melalui pendekatan perbandingan.
Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu
wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk
barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang
berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001).
Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah
pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relative
kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sector unggulan sebagai
8
leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan
pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.
Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, metode LQ relevan
digunakan sebagai metoda dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi
penawaran (produksi atau populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian
(areal tanam atau areal panen), produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas
pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan
jumlah populasi (ekor). Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan
demikian halnya dengan metode LQ.
a. Kelebihan metode LQ
1) Mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit.
2) Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet dari Microsoft Excel atau
program Lotus
b. Keterbatasan metode LQ
1) Validitas data sangat diperlukan, sehingga harus diperhitungkan akurasi
datanya.
2) Diperlukan nilai rata-rata dari data series yang cukup panjang (tidak kurang
dari 5 tahun).
3) Deliniasi wilayah kajian yang acuannya seringkali tidak jelas, sehingga muncul
hasil hitungan yang tidak sama dengan yang diduga.
Selanjutnya untuk menganalisis data menggunakan metode LQ yang dilakukan secara
sederhana menggunakan spreadsheet dari Excel dalam Microsoft Windoows XP perlu
dilakukan beberapa tahap, yaitu:
a. Insert data
Insert data menurut subsektor dengan jangka waktu lima tahun terakhir ke dalam
spreadsheet dengan format kolom dan baris. Kolom diisi nama wilayah dan tahun,
sedangkan baris diisi nama sektor yang akan dianalisis.
b. Menghitung LQ
Dalam tahapan ini adalah menghitung nilai LQ. Caranya dengan memasukkan
notasi-notasi yang diperoleh ke dalam formula LQ, yaitu pi/pt sebagai pembilang
dan Pi/Pt sebagai penyebut. Secara ringkas ditulis:
𝐿𝑄 =
𝑝𝑖/𝑝𝑡
𝑃𝑖/𝑃𝑡
Keterangan:
LQ = Location Quotient
pi = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkat lokal
9
pt = Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkat lokal
Pi = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkat regional
Pt = Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkat regional
c. Interpretasi nilai LQ
Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama dengan
satu sampai lebih besr dari angka 1, atau 1 ≥ LQ > 1. Besaran nilai LQ
menunjukkan besaran derajat spesialisasi atau konsentrasi dari komoditas itu di
wilayah yang bersangkutan relatif terhadap wilayah referensi. Artinya semakin
besar nilai LQ di suatu wilayah, semakin besar pula derajat konsentrasinya di
wilayah tersebut. Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) criteria yaitu:
1) LQ > 1; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.
Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi
kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar
wilayah.
2) LQ = 1; komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif.
Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebetuhan wilayah sendiri dan tidak
mampu untuk diekspor.
3) LQ < 1; komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu
wilayah tidak dapet memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau
impor dari luar.
2.5 Metode Analisis Shift Share
Analisis Shift Share adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja
perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relative sektor-sektor ekonomi dan
identifikasi sektor unggul daerah dalam kaitannya dengan perekonomian acuan (wilayah
acuan atau wilayah yang lebih luas) dalam dua atau lebih titik waktu.
Analisis ini bertumpu pada asumisi pertumbuhan sektor daerah sama dengan tingkat
wilayah acuan, membagi perubahan atua pertumbuhan kinerja ekonomi daerah (local)
dalam tiga komponen, yaitu:
a. Komponen pertumbuhan wilayah acuan (KPW), yaitu mnegukur perubahan kinerja
ekonomi pada perekonomian acuan. Artinya, daerah yang bersangkutan tumbuh
karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum.
b. Komponen pertumbuhan proporsional (KPP), yaitu mengukur perbedaan
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila
komponen ini pada salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti bahwa
sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan. Sebaliknya jika negative,
maka kinerja sektor tersebut menurun.
10
c. Komponen pergeseran atau pertumbuhan pangsa wilayah (KPPW), yaitu mengukur
kinerja sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Sektor-sektor local
terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Apabila komponen
ini pada salah satu sektor positif, maka daya saing sektor local meningkat
dibandingkan sektor yang sama pada perekonomian acuan, begitu juga sebaliknya.
Apabila perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi kota adalah PEK, maka
persamaan dapat diformulasikan sebagai berikut:
PEK = KPW+KPP+KPK atau
PEK = (
𝑌∗
𝑌
− 1) + (
𝑌𝑖′
𝑌𝑖
−
𝑌∗
𝑌
) + (
yi′
yi
−
Yi′
Yi
)
Keterangan :
Y* = indikator ekonomi acuan akhir tahun kajian
Y = indikator ekonomi acuan awal tahun kajian
Yi’ = indikator ekonomi acuan sektor I akhir tahun kajian
Yi = Indikator ekonomi acuan sektor I awal tahun kajian
yi’ = indikator ekonomi daerah (local) sektor I akhir tahun kajian
yi = indikator ekonomi daerah (local) sektor I awal tahun kajian
Pergeseran Netto (PN) dihitung dengan rumus :
PN = KPP + KPK
Langkah-langkah dasar
a. Langkah 1
Hitung dan bandingkan pertumbuhan pendapatan di daerah dengan wilayah acuan.
Untuk memudahkan analisis, perekonomian daerah dan wilayah acuan dipecah
dalam sebelas sektor, yaitu : pertanian, pertambangan dan penggalian, industry
pengolahan, listrik/ gas/ air bersih, bangunan, perdagangan/ hotel/ restoran,
pengangkutan/ komunikasi, keuangan/ persewaan/ jasa perusahaan, dan jasa-jasa.
b. Langkah 2
Hitung perubahan pendapatan daerah setiap sektor, yaitu dengan mengurangi
pendapatan pada akhir waktu kajian untuk masing-masing sektor dengan
pendapatan pada awal tahun kajian
c. Langkah 3
Hitung komponen masing-masing pertumbuhan sesuai rumus yang telah dijabarkan
secara rincisebagai berikut :
1) Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPW)
2) Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)
3) Komponen Pertumbuhan Daya Saing (KPK)
11
d. Langkah 4
Tafsirkan hasil perhitungan, dengan membandingkan sektor-sektor KPP yang
bertanda positif dengan negative. Apabila suatu sektor bertanda positif, maka
sektor tersebut pesat pertumbuhannya dan pengaruhnya pada pendapatan daerah
juga positif. Begitu juga sebaliknya. Suatu daerah yang sebagian besar
pendapatannya berasal dari sektor-sektor yang lamban pertumbuhannya, maka
pendapatan di daerah tersebut akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan wilayah
acuan. Begitu juga sebaliknya.
e. Langkah 5
Hubungkan sektor KPK yang bertanda positif dan negative. Sektor yang bertanda
positif berarti mengalami peningkatan daya saing/keunggulan komparatif daerah
dalam kaitannya dengan daerah lain pada waktu kajian.
f. Langkah 6
Hitung pergeseran bersih (net shift) untuk menemukan sektor-sektor maju dan
kurang maju, yaitu dengan menjumlahkan komponen KPK dan KPP dari masing-
masing sektor. Apabila hasil penjumlahan yang diperoleh untuk suatu sektor adalah
positif, maka sektor yang bersangkutan termasuk maju, begitu jjuga sebaliknya.
g. Langkah 7
Sebagian alternative dari langkah 6, analisis dilanjutkan untuk menemukan sektor-
sektor yang termasuk unggul, agak unggul mundur, dan mundur dalam selang
waktu ujian. Keluaran semua sektor daerah diletakkan pada suatu diagram yang
terdiri dari empat kuadran. Kuadran I mempresentasikan sektor unggul karena KPK
dan KPP memiliki nilai positif, kuadran II menggambarkan sektor agak mundur
karena KPK negative namun KPP positif, kuadran III mempresentasikan sektor
mundur karena KPK maupun KPP negative, kuadran IV merpakan tempat
kedudukan sektor agak unggul karena KPK positif, sedangkan KPP negative. Yang
menjadi acuan utama dalam analisis ini adalah KPK atau komponen pertumbuhan
daya saing daerah, karena komponen tersebut merupakan komponen terpenting
dalam pertumbuhan suatu daerah.
2.6 Analisis Gabungan (Tipologi)
Dari gabungan analisis LQ dan Shift Share, dapat diketahui sektor ekonomi unggulan
suatu wilayah. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sektor ekonomi unggulan
adalah pendekatan LQ dan pendekatan input-output. Indikator dari analisis LQ yaitu sektor
yang mempunyai nilai LQ >1 adalah sektor unggulan sehingga dijadikan prioritas
pengembangan sektor ekonomi wilayah/kota. Indikator dari analisis Shift Share yaitu sektor
yang mempunyai nilai bacward linkage dan forward linkage yang tinggi adalah sektor
12
unggulan, sehingga dijadikan prioritas pengembangan sektor ekonomi wilayah/kota. Berikut
ini adalah contoh penghitungan beberapa sektor ekonomi dengan mencari rata-rata LQ dan
komponen KPPW.
Tabel II.1
Tipologi Sektor Berdasarkan Gabungan Nilai LQ & Komponen KPPW
NO SEKTOR
RATA – RATA
LQ
KOMPONEN KPPW
1 Pertanian LLQQ >> 11 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
2 Pertambangan & Penggalian LLQQ >> 11 MEMPUNYAI DAYA SAING
3 Industri LLQQ >> 11 MEMPUNYAI DAYA SAING
4 Listrik, Gas & Air Minum LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
5 Konstruksi LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
6 Perdagangan, Hotel & Restoran LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
7 Transportasi & Komunikasi LQ < 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
8 Keuangan LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
9 Jasa - Jasa LQ < 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
Sumber :
Dari tabel di atas, analisis antara hasil LQ dan KPPW sebagai komponen Shift Share
menghasilkan 4 kategori sektor ekonomi, yaitu :
- Kategori 1 : Sektor Basis & Berdaya Saing -> Industri, Pertambangan &
Penggalian
- Kategori 2 : Sektor Non Basis & Berdaya Saing -> Listrik, Gas & Air Minum,
Konstruksi, Perdagangan, Hotel & Restoran serta Keuangan
- Kategori 3 : Sektor Basis & Tidak Berdaya Saing -> Pertanian
- Kategori 4 : Sektor Non Basis & Tidak Berdaya Saing -> Transportasi &
Komunikasi serta Jasa-jasa.
13
Sumber :
Gambar 2.1
Pembagian 4 Kategori Analisis Sektor Ekonomi Unggulan
Dapat disimpulkan bahwa sektor yang menjadi prioritas dikembangkan (Unggulan)
adalah Industri, Pertambangan & Penggalian serta Pertanian. Khusus untuk Pertanian,
sektor ini tetap menjadi sektor unggulan meskipun tidak berdaya saing karena dilihat dari
jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor ini menyumbang jumlah PDRB yng
jauh lebih besar dari sektor lainnya sehingga tetap menjadi sektor unggulan. Sektor lain
yang bukan merupakan sektor unggulan harus lebih dikembangkan secara signifikan agar
perkembangan dan p emerataan sektor ekonomi wilayah tersebut dapat ditingkatkan.
14
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Gambaran umum wilayah Kabupaten Banjarnegara merupakan penjabaran mengenai
kondisi eksisting yang terdapat di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Dalam gambaran umum
ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek non fisik.
3.1 Aspek Fisik Kabupaten Banjarnegara
Aspek fisik Kabupaten Banjarnegara meliputi keadaan geografis dan administrasi;
bentuk alam dan topografi; jenis tanah; klimatologi; dan penggunaan lahan.
3.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi
Kabupaten Banjarnegara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Banjarnegara yang mempunyai luas wilayah 106,971,01 Ha, terdiri dari 20
kecamatan 253 desa 12 kelurahan. Batas-batas wilayah Kabupaten Banjarnegara
adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Sebelah Timur : Kabupaten Wonosobo
Sebelah Selatan : Kabupaten Kebumen
Sebelah Barat : Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas
Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010
Gambar 3.1
Peta Administrasi Kabupaten Banjarnegara
15
Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara menurut kecamatan dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut.
Tabel III.1
Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Menurut Kecamatan
NO. KECAMATAN LUAS (Ha) PERSENTASE
1 SUSUKAN 5,265.67 4.92
2
PURWAREJA
KLAMPOK
2,186.67 2.04
3 MANDIRAJA 5,261.58 4.92
4 PURWANEGARA 7,386.53 6.91
5 BAWANG 5,520.64 5.16
6 BANJARNEGARA 2,624.20 2.45
7 PAGEDONGAN 8,055.24 7.53
8 SIGALUH 3,955.95 3.70
9 MADUKARA 4,820.15 4.51
10 BANJARMANGU 4,635.61 4.33
11 WANADADI 2,827.41 2.64
12 RAKIT 3,244.62 3.03
13 PUNGGELAN 10,284.01 9.61
14 KARANGKOBAR 3,906.94 3.65
15 PANGETAN 4,618.98 4.32
16 PEJAWARAN 5,224.97 4.88
17 BATUR 4,717.10 4.41
18 WANAYASA 8,201.13 7.67
19 KALIBENING 8,377.56 7.83
20 PANDANARUM 5,856.05 5.47
JUMLAH 106,971.01 100.00
Sumber; Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014
3.1.2 Bentuk Alam dan Topografi
Kabupaten Banjarnegara terdiri dari tiga zona yaitu zona utara, zona tengah, dan
zona selatan sebagai berikut (Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010).
a. Zona utara merupakan wilayah pegunungan yang lebih dikenal dengan
pegunungan Kendeng Utara, rona alamanya bergunung berbukit,
bergelombang dan curam. Potensi utamanya adalah sayur mayor, kentang,
kobis, jamur,teh, jagung, kayu, getah pinus, sapi kereman, kambing dan
domba, Juga pariwisata dan tenaga listrik panas bumi di dataran Dieng.
b. Zona tengah merupakan dataran lembah sungai Serayu. Rona alamnya relatif
datar dan subur. Potensi utama adalah padi,palawija, buah-buahan, ikan
homeindustri, PLTA Mrica, keramik, dan anyam-anyaman bambu.
c. Zona Selatan merupakan pegunungan kapur dengan nama pegunungan
Serayu Selatam. Rona alamnya bergunung, bergelombang dan curam.
Potensinya utamanya adalah ketela pohon, gula kelapa, bambu, getah pinus,
16
damar dan bahan mineral meliputi : marmer, buah kwarsa, feld sart, asbes,
andesit, pasir dan kerikil. Buah-buahan: duku, manggis, durian, rambutan,
pisang, dan jambu.
Kabupaten Banjarnegara mempunyai ketinggian yang bervariasi, meskipun
kebanyakan berada pada ketinggian 100 mdpl karena letaknya yang berada pada jalur
pegunungan; yang sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 mdpl (37,04%);
500-1.000 mdpl (28,74%); dan >1.000 mdpl (24,4%); sedangkan wilayah dengan
ketinggian kurang dari 100 mdpl hanya seluas 9,82% (Bappeda Kabupaten
Banjarnegara, 2010).
Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010
Gambar 3.1
Peta Topografi Kabupaten Banjarnegara
3.1.3 Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut (Bappeda
Kabupaten Banjarnegara, 2010).
a. Tanah alluvial: dengan asosiasinya berwarna kelabu coklat dan hitam,
sifatnya beraneka ragam. Produktivitas tanah rendah hingga tinggi sesuai
untuk pertanian. Jenis tanah tersebut terdapat pada Kecamatan Batur,
Kalibening, Rakit, Punggelan, Susukan, Purworejo Klampok, dan Wanadadi.
b. Tanah latosol: berasosiasi dengan andosol, sifatnya agak asam hingga netral,
warnanya beraneka ragam yaitu kelabu, coklat, hitam coklat kemerah-
merahan. Tingkat kesuburan tanah sedang sampai tinggi. Sesuai untuk usaha
17
pertanian, kebun campuran, pertanian sayur-sayuran dan hutan. Terdapat
pada Kecamatan Susukan, Purworejo Kalmpok, Purwonegoro, Wanadadi,
Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran,
Kalibening, Karangkobar, Banjarmangu, Padedongan, Mandiraja, Punggelan,
Pandanarum, dan Pangetan.
c. Tanah andosol: dengan asosiasi berwarna coklat, coklat kekuning-kuningan,
bersifat netral sampai asam. Produktivitas tanah sedang hingga tinggi, cocok
untuk tegalan, kebun campuran dan hutan. Terdapat di Kecamatan
Wanayasa, Pejawaran, Pegentan, dan Batur.
d. Tanah grumosol: asosiasinya dengan tanah mediteran, bersifat agak netral,
warna kelabu hingga hitam, merah kekuning-kuningan, merah hingga coklat.
Produktivitasnya rendah sampai sedang, cocok dipergunakan untuk usaha-
usaha persawahan dan tegalan. Terdapat di Kecamatan Karangkobar,
Pagetan, Wanadadi, Wanayasa, Madukara, dan Banjarmangu.
e. Tanah pedsolik merah kuning: tanah bertekstur liat, struktur blok di lapisan
bawah, konsistensi teguj, bersifat asam dengan pH kurang dari 5,5.
Terbentuk pada daerah dengan curah hujan antara 2500 sampai 3000 mm
tiap tahun serta biasanya berada pada ketinggian di atas 25 meter di atas
permukaan laut. Terdapat di sekitar tegalan pada Kecamatan Pandarum,
Kalibening, dan Punggelan.
f. Tanah litosol: tanah yang beraneka sifat dan warnanya. Jenis tanah ini kurang
baik untuk pertanian, terdapat di Kecamatan Banjarmangu.
18
Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010
Gambar 3.2
Peta Jenis Tanah Kabupaten Banjarnegara
3.1.4 Klimatologi
Menurut Bappeda Kabupaten Banjarnegara (2010) kondisi klimatologi
KabupatenBanjarnegara beriklim tropis, dengan bulan basah umumnya lebih banyak
darpada bulan kering. Temperatur udara berkisar antara 20-260
C, temperature
terdingin yaitu 3-180
C dengan temperatur terdingin tercatat pada musim kemarau di
Dataran Tinggi Dieng. Kembaban udara berkisar antara 80%-85% dengan curah hujan
tertinggi rata-rata 3.000 mm/tahun. Kabupaten Banjarnegara bagian Utara merupakan
wilayah yang memiliki curah hujan yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah
tengah maupun selatan.
19
Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010
Gambar 3.3
Peta Curah Hujan Kabupaten Banjarnegara
3.1.5 Penggunaan Lahan
Berdasarkan Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2014, luas wilayah
Kabupaten Banjarnegara mempunyai persentase sebesar 3,29% dari luas wilayah
Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas sebesar (3,25 juta Ha). Pada tahun
2013, luas tersebut terbagi atas lahan sawah sebesar 15.034 Ha atau 14,05% dari
wilayah keseluruhan Kabupaten Banjarnegara dan Lahan Bukan Sawah sebesar
71.744 Ha atau 64,07% dari total Kabupaten. Sedangkan lahan bukan pertanian
sebesar 20.193 Ha atau 18,88%.
Tabel III.2
Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenis Penggunaan di Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013
PENGGUNAAN
LAHAN
2009 2010 2011 2012 2013
LAHAN SAWAH 14,563 14,663 14,867 14,874 15,034
BUKAN LAHAN
SAWAH 61,001 55,952 55,840 72,562 71,744
LAHAN BUKAN
PERTANIAN 31,306 36,356 36,263 19,535 20,193
JUMLAH 106,870 106,971 106,970 106,971 106,971
Sumber:Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka,2014
20
3.2 Aspek Non Fisik Kabupaten Banjarnegara
Aspek non fisik Kabupaten Banjarnegara yang dibahas pada laporan ini adalah
kependudukan, perekonomian, dan ketenagakerjaan.
3.2.1 Kependudukan
Menurut Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2014, proyeksi penduduk akhir
tahun 2013 Kabupaten Banjarnegara sebanyak 892.477 jiwa, terdiri dari 447.219 laki-
laki dan 445.228 perempuan, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 5.158 jiwa
atau 0,58% dari jumlah penduduk akhir tahun 2012 sebanyak 887.289 jiwa.
Kepadatan penduduk akhir tahun 2013 sebesar 834 jiwa per km2
, yang berarti bahwa
setiap 1 km2
luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, dihuni oleh sekitar 834 orang.
Kecamatan Banjarnegara, Purworejo Klampok, dan Rakit adalah kecamatan dengan
tingkat kepadatan penduduk tertinggi, masing-masing dengan jumlah kepadatan 2.204
jiwa per km2
, 2.118 jiwa per km2
, dan 1.523 jiwa per km2
. Sedangkan kecamatan yang
tingkat kepadatan penduduknya rendah adalah Kecamatan Pandanarum dan
Kecamatan Pagedongan, yakni sebesar 360 per km2
dan 436 per km2
. Jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk per kecamatan di Banjarnegara tahun 2013 dapat
dilihat pada Tabel III.3.
Tabel III.3
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
NO. KECAMATAN
JUMLAH
PENDUDUK
KEPADATAN
1 SUSUKAN 59,689 1,133
2 PURWAREJA KLAMPOK 46,314 2,118
3 MANDIRAJA 64,138 1,219
4 PURWANEGARA 69,625 943
5 BAWANG 52,254 946
6 BANJARNEGARA 57,821 2,204
7 PAGEDONGAN 35,130 436
8 SIGALUH 29,234 739
9 MADUKARA 40,645 843
10 BANJARMANGU 39,469 851
11 WANADADI 28,549 1,010
12 RAKIT 49,437 1,523
13 PUNGGELAN 69,592 677
14 KARANGKOBAR 27,704 709
15 PANGETAN 35,635 771
16 PEJAWARAN 41,436 793
17 BATUR 36,960 784
18 WANAYASA 44,533 543
19 KALIBENING 43,210 516
20 PANDANARUM 21,072 360
Sumber:Kabupaten Banjarnegara dalam Angka,2014
Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin pada Kabupaten
Banjarnegara berdasarkan piramida penduduk pada Gambar 3.5 dapat
menggambarkan usia produktif, usia anak-anak dan usia tidak produktif. Usia anak-
anak meliputi usia di bawah 15 tahun sedangkan usia antara 15 sampai dengan 59
21
tahun, sedangkan usia tidak produktif pada usia di atas 60 tahun. Dilihat dari kondisi
tersebut maka Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2013 memiliki struktur umur
dominan pada usia produktif, kemudian disusul pada usia anak-anak dan usia tidak
produktif.
Sumber: Kabupaten Banjarnegara dalam Angka, 2014
Gambar 3.4
Piramida Penduduk Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
3.2.2 Perekonomian
Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa
Tengah merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, sebagian besar
masyarakatnya menyandarkan hidupnya dari sektor pertanian. Kondisi ini dapat dilihat
dari tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan produk domestik
regional bruto (PDRB). Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2013 sebesar 37,33
persen dari total PDRB Kabupaten Banjarnegara memberikan dasar yang kuat untuk
menyatakan kondisi tersebut. Lihat Tabel III.4.
60,000 40,000 20,000 00 20,000 40,000 60,000
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN
2013
PEREMPUAN
LAKI-LAKI
22
Tabel III.4
PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013
Perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara kurun waktu lima tahun
terakhir menunjukan perbaikan dari waktu ke waktu, dimana pertumbuhan selama
kurun waktu tersebut masih berada pada posisi positif dengan besaran angkanya
antara 4 sampai dengan 5 persen. Perkembangan yang mendukung pertumbuhan
tersebut adalah dari sektor jasa-jasa kemudian ditambah dengan dukungan sektor
transportasi dan komunikasi. Kedua sektor ini memang bukan merupakan sektor yang
dominan dalam perekonomian Kabupaten Banjarnegara, akan tetapi tingginya
perkembangan sektor ini terakumulai dengan pertumbuhan dari sektor lainnya
sehingga menambah besar tingkat pertumbuhan dari PDRB Kabupaten Banjarnegara
(BPS Kabupaten Banjarnegara, 2013). Laju pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2009-2013 dan distribusi PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel III.5 dan Tabel III.6.
Tabel III.5
Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (Persen)
NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 4.02 1.89 2.37 3.08 2.43
2
Pertambangan &
Penggalian 4.64 4.27 4.09 4.47 5.69
3 Industri Pengolahan 2.11 1.51 3.87 3.65 6.22
4 Listrik, Gas & Air Minum 9.28 8.45 7.67 6.58 7.78
5 Konstruksi/ Bangunan 7.01 3.49 6.81 6.42 7.72
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 4.90 4.72 4.69 5.41 7.13
7
Transportasi &
Komunikasi 9.77 9.71 7.34 8.94 5.87
8 Keuangan 7.51 8.32 5.96 8.39 10.82
NO SEKTOR
KABUPATEN (rupiah)
PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013
1 Pertanian 1,016,343.12 1,035,558.72 1,060,086.56 1,092,737.31 1,119,288.35
2
Pertambangan &
Penggalian
14,669.27 15,294.96 15,920.99 16,633.35 17,579.78
3 Industri Pengolahan 374,321.85 379,955.75 394,671.82 409,083.88 434,528.67
4
Listrik, Gas & Air
Minum
12,715.20 13,789.94 14,848.29 15,825.12 17,056.26
5 Konstruksi/ Bangunan 185,754.77 192,240.54 205,326.13 218,512.05 235,383.94
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran
349,819.18 366,334.84 383,513.40 404,269.40 433,087.86
7
Transportasi &
Komunikasi
118,822.74 130,362.23 139,930.92 152,445.43 161,397.23
8 Keuangan 162,948.45 176,509.23 187,035.27 202,736.43 224,670.11
9 Jasa - Jasa 518,541.13 578,477.91 629,208.65 677,408.67 715,077.50
Total 2,753,935.71 2,888,524.12 3,030,542.03 3,189,651.64 3,358,069.70
23
NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
9 Jasa - Jasa 7.18 11.56 8.77 7.66 6.56
PDRB 5.11 4.89 4.92 5.25 5.28
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013
Tabel III.6
Distribusi PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 36.91 35.85 34.98 34.26 33.33
2
Pertambangan &
Penggalian 0.53 0.53 0.53 0.52 0.52
3 Industri Pengolahan 13.59 13.15 13.02 12.83 12.94
4 Listrik, Gas & Air Minum 0.46 0.48 0.49 0.50 0.51
5 Konstruksi/ Bangunan 6.75 6.66 6.78 6.85 7.01
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 12.70 12.68 12.65 12.67 12.90
7
Transportasi &
Komunikasi 4.31 4.51 4.62 4.78 4.81
8 Keuangan 5.92 6.11 6.17 6.36 6.69
9 Jasa - Jasa 18.83 20.03 20.76 21.24 21.29
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013
3.2.3 Ketenagakerjaan
Di Kabupaten Banjarnegara banyaknya permintaan tenaga kerja yang tercatat
pada tahun 2013 sebanyak 18.556 orang, sedangkan jumlah pencari kerja yang belum
ditempatkan pada tahun 2011 sebanyak 14.689 orang dengan rincian 7.838 orang
laki-laki dan 6.851 orang perempuan. Adapun pencari kerja yang telah ditempatkan
pada tahun 2013 sebanyak 3.867 orang, dengan rincian 1.266 orang laki-laki dan
2.601 orang perempuan (BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014).
Banyaknya permintaan tenaga kerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin
di Kabupaten Banjarnegara tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel III.7. Sedangkan
banyaknya pencari kerja yang belum ditempatkan menurut lapangan usaha dan jenis
kelamin di Kabupaten Banjarnegara tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel III.8.
Tabel III.7
Banyaknya Permintaan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
NO SEKTOR
BANYAKNYA
PERMINTAAN TENAGA
KERJA PERSENTASE
L P JUMLAH
1 Pertanian 180 90 270 6.94
2
Pertambangan &
Penggalian
- - - -
3 Industri Pengolahan 951 1,908 2,859 73.44
4 Listrik, Gas & Air Minum - - - -
5 Konstruksi/ Bangunan - - - -
6 Perdagangan, Hotel & 120 100 220 5.65
24
NO SEKTOR
BANYAKNYA
PERMINTAAN TENAGA
KERJA PERSENTASE
L P JUMLAH
Restoran
7
Transportasi &
Komunikasi
- - - -
8 Keuangan 7 5 12 0.31
9 Jasa - Jasa 27 505 432 13.67
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014
Tabel III.8
Banyaknya Pencari Kerja Yang Belum Ditempatkan Menurut Lapangan Usaha dan Jenis
Kelamin Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
NO SEKTOR
BANYAKNYA PERMINTAAN
TENAGA KERJA PERSENTASE
L P JUMLAH
1 Pertanian 609 320 929 6.32
2
Pertambangan &
Penggalian
- - - -
3 Industri Pengolahan 4,292 1,759 6 41.19
4 Listrik, Gas & Air Minum - - - -
5 Konstruksi/ Bangunan 50 - 50 0.34
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 606 739 1,345 9.16
7
Transportasi &
Komunikasi
- - - -
8 Keuangan 1,100 1,062 2,162 14.72
9 Jasa - Jasa 1,181 2,971 4,152 28.27
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014
25
BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisis Agregat
Dalam rangka membangun perekonomian kabupaten yang lebih baik, maka
pemerintah daerah harus menentukan sektor-sektor yang perlu dikembangkan agar
perekonomian daerah dapat tumbuh cepat, salah satunya dengan menggunakan analisis
agregat. Analisis agregat digunakan untuk mengetahui gambaran umum konstribusi
perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara terhadap wilyah lain yang
hierarkinya lebih luas yaitu Provinsi Jawa Tengah. Dalam melakukan analisis perekonomian
Kabupaten Banjarnegara secara agregat dibutuhkan beberapa data.
4.1.1 Statistik Dasar
Berikut adalah data-data Kabupaten Banjarnegara yang dibutuhkan untuk
analisis:
Tabel IV.1
PDRB ADHK dan Laju Pertumbuhan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013
Tahun PDRB (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan
2009 2.753.935,73 5,11
2010 2.888.524,12 4,89
2011 3.030.542,04 4,92
2012 3.189.651,65 5,25
2013 3.358.069,70 5,28
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Gambar 4.1
Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Dari tabel dan grafik-grafik di atas, diketahui bahwa jumlah PDRB Kabupaten
Banjarnegara atas dasar harga konstan (ADHK) dalam kurun waktu lima tahun yaitu
0.00
500,000.00
1,000,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,500,000.00
4,000,000.00
2009 2010 2011 2012 2013
(JutaRupiah)
Tahun
Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara
PDRB Kabupaten
Banjarnegara (Juta
Rupiah)
26
tahun 2009 hingga tahun 2013 terus menerus mengalami peningkatan. PDRB
Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2009 adalah 2.753.935,73 juta rupiah, terus
meningkat hingga tahun 2013 sebesar 3.358.069,70 juta rupiah. Agar lebih jelas, laju
pertumbuhan Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 dapat dilihat pada gambar
4.2 di bawah ini:
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Gambar 4.2
Grafik Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Untuk mengetahui sektor yang paling berperan dalam perekonomian di
Kabupaten Banjarnegara, dibutuhkan data PDRB ADHK Persektor Kabupaten
Banjarnegara tahun 2009 hingga tahun 2013. Berikut adalah tabelnya:
Tabel IV.2
PDRB Kabupaten Banjarnegara Per Sektor Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2009-2013
NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013
1 PERTANIAN 1.016.343,12 1.035.558,72 1.060.086,56 1.092.737,31 1.119.288,35
2
PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN 14.669,27 15.294,96 15.920,82 16.633,35 17.579,78
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 374.321,85 379.955,75 394.671,82 409.083,88 434.528,67
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 12.715,20 13.789,94 14.848,29 15.825,12 17.056,26
5 BANGUNAN 185.754,77 192.240,54 205.326,13 218.512,05 235.383,94
6 PERDAG. HOTEL & RESTORAN 349.819,18 366.334,84 383.513,40 505.269,40 433.087,86
7 PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI 118.822,74 130.362,23 139.930,92 152.445,43 161.397,23
8
KEU. PERSEWAAN, & JASA
PERUSAHAAN 162.948,45 176.509,23 187.035,27 202.736,43 224.670,11
9 JASA-JASA 518.541,13 578.477,91 629.208,65 677.408,67 715.077,50
Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014
4.6
4.7
4.8
4.9
5
5.1
5.2
5.3
5.4
2009 2010 2011 2012 2013
(%)
Tahun
Laju Pertumbuhan PDRB ADHK
Laju Pertumbuhan
27
Berdasarkan tabel PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 di atas,
dapat diketahui bahwa PDRB Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu tahun
2009-2013 cukup stabil, akan tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan pada
sektor bangunan. PDRB tertinggi terdapat pada sektor pertanian dengan jumlah yang
selalu meningkat tiap tahunnya dari tahun 2009-2013. Untuk memperjelas
pemahaman mengenai perkembangan PDRB Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat
pada diagram di bawah ini :
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Gambar 4.3
Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Per Sektor Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Tabel IV.3
Distribusi PDRB Per Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (persen)
NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013
1 PERTANIAN 36,91 35,85 34,98 34,26 33,33
2 PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN 0,53 0,53 0,53 0,52 0,52
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 13,59 13,25 13,02 12,83 12,94
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,46 0,48 0,49 0,50 0,51
5 BANGUNAN 6,75 6,66 6,78 6,85 7,01
6 PERDAG. HOTEL & RESTORAN 12,70 12,68 12,65 12,67 12,90
7 PEGANGKUTAN &
KOMUNIKASI 4,31 4,51 4,62 4,78 4,81
8 KEU. PERSEWAAN, & JASA
PERUSAHAAN 5,92 6,11 6,17 6,36 6,69
-
200,000.00
400,000.00
600,000.00
800,000.00
1,000,000.00
1,200,000.00
2009 2010 2011 2012 2013
PDRB KabupatenBanjarnegaraPer Sektor Atas Dasar
HargaKonstan
PERTANIAN
PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAG. HOTEL & RESTORAN
PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI
KEU. PERSEWAAN, & JASA
PERUSAHAAN
JASA-JASA
28
NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013
9 JASA-JASA 18,83 20,03 20,76 21,24 21,29
Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014
Berdasarkan tabel Distribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara, dapat diketahui
bahwa sektor yang memberikan distribusi paling besar pada PDRB Kabupaten
Banjarnegara selama lima tahun berturut-turut adalah sektor Pertanian. Sektor yang
paling kecil memberikan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kabuaten
Banjarnegara adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Seperti yang diketahui, listrik
dan air adalah kebutuhan pokok/vital bagi rumah tangga, sehingga walaupun hampir
setiap tahun tarif dasar listrik naik dan tarif air minum naik pertumbuhan sektor ini
masih menunjukkan angka yang positif pada tahun, walaupun mengalami penurunan.
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Gambar 4.4
Grafik Rata-rata Distribusi Per Sektor Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Berdasarkan grafik rata-rata distribusi per sektor Kabupaten Banjarnegara
kurang lebih 35% adalah sektor pertanian. Lahan pertanian di Kabupaten
Banjarnegara memang tersedia sangat luas. Hasil-hasil pertanian dan peternakannya
juga menjadi komoditas utama Kabupaten Banjarnegara. Salah satu hasil
peternakannya yaitu sapi potong. 20% adalah jasa-jasa yang meliputi Pemerintahan
Umum dan Swasta (jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayyaan, serta
jasa perorangan dan rumah tangga), sektor ini merupakan sektor yang distribusinya
kedua terbesar setelah pertanian. Industri pengolahan berkontribusi sekitar 13% pada
PDRB Kabupaten Banjarnegara.
35%
1%
13%
0%
7%
13%
5%
6%
20%
Persentase Rata-rata (2009-2013) Distribusi Persektor
Kabupaten Banjarnegara
PERTANIAN
PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS & AIR
BERSIH
BANGUNAN
PERDAG. HOTEL &
RESTORAN
PEGANGKUTAN &
KOMUNIKASI
KEU. PERSEWAAN, &
JASA PERUSAHAAN
JASA-JASA
29
Tabel IV.4
Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten Banjarnegara
2009 2010 2011 2012 2013
Pendapatan Perkapita 4,21 11,09 4,11 4,48 4,54
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan perkapita di Kabupaten
Banharnegara tidak stabil. Perkembangan perkapita tertinggi di Kabupaten
Banjarnegara adalah pada tahun 2010, kemudian mengalami naik turun pada tahun
berikutnya. Untuk memperjelas pemahaman mengenai perkembangan perkapita
Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Gambar 4.5
Grafik Pendapatan Perkapita Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Tabel IV.5
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Banjaranegara (ribu jiwa)
2008 2009 2010 2011
Jumlah Penduduk Miskin (ribu) 200,6 184,0 166,7 177,3
Sumber:BPS Jawa Tengah, 2012
Tabel IV.6
Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Kabupaten Banjaranegara (persen)
2011 2012 2013
Tingkat Pengangguran Terbuka 5,57 3,76 4,17
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 71,25 79,47 73,61
Sumber:BPS Jawa Tengah, 2014
Dari tabel IV.5 dan IV.6 terlihat pertumbuhan yang naik turun dari tahun ke
tahunnya, hal tersebut menandakan bahwa masih ada kesenjangan ekonomi di
Kabupaten Banjarnegara.
4.21
11.09
4.11 4.48 4.54
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
2009 2010 2011 2012 2013
Pendapatan Perkapita
Pendapatan Perkapita
30
4.1.2 Perhitungan LQ
Location Qoutient (LQ) digunakan untuk membahas kondisi perekonomian,
mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur
konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan
sektor Interpretasi nilai LQ yang didapatkan dari haris perhitungan adalah berada pada
kisaran lebih kecil atau sama dengan 1 sampai lebih besar dari 1 atau 1 ≥ LQ > 1. ,
semakin besar LQ maka semakin berpengaruh terhadap perekonomian wilayah
tersebut.
Tabel IV.7
PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013
NO SEKTOR
KABUPATEN BANJARNEGARA (rupiah)
PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013
1 Pertanian 1.016.343,12 1.035.558,72 1.060.086,56 1.092.737,31 1.119.288,35
2 Pertambangan & Penggalian 14.669,27 15.294,96 15.920,99 16.633,35 17.579,78
3 Industri Pengolahan 374.321,85 379.955,75 394.671,82 409.083,88 434.528,67
4 Listrik, Gas & Air Minum 12.715,20 13.789,94 14.848,29 15.825,12 17.056,26
5 Konstruksi/ Bangunan 185.754,77 192.240,54 205.326,13 218.512,05 235.383,94
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 349.819,18 366.334,84 383.513,40 404.269,40 433.087,86
7 Transportasi & Komunikasi 118.822,74 130.362,23 139.930,92 152.445,43 161.397,23
8 Keuangan 162.948,45 176.509,23 187.035,27 202.736,43 224.670,11
9 Jasa - Jasa 518.541,13 578.477,91 629.208,65 677.408,67 715.077,50
Total 2.753.935,71 2.888.524,12 3.030.542,03 3.189.651,64 3.358.069,70
Sumber:Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2009-2013
Tabel IV.8
PDRB Jawa Tengah tahun 2009-2013
NO SEKTOR
PROPINSI JAWA TENGAH (rupiah)
PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013
1 Pertanian 34.101.148,13 34.956.425,39 35.399.800,56 36.712.340,43 37.513.957,62
2
Pertambangan &
Penggalian
1.952.866,70 2.091.257,42 2.193.964,23 2.355.848,88 2.504.980,10
3
Industri
Pengolahan
57.444.185,45 61.387.556,40 65.439.443,00 69.012.495,82 73.092.337,30
4
Listrik, Gas & Air
Minum
1.489.552,65 1.614.857,68 1.711.200,96 1.820.436,99 1.973.195,73
5
Konstruksi/
Bangunan
10.300.647,63 11.014.598,60 11.753.387,92 12.573.964,87 13.449.631,46
6
Perdagangan,
Hotel & Restoran
37.766.356,61 40.054.938,34 43.159.132,59 46.719.025,28 50.209.544,03
7
Transportasi &
Komunikasi
9.192.949,90 9.805.500,11 10.645.260,49 11.486.122,63 12.238.463,10
8 Keuangan 6.701.533,13 7.038.128,91 7.503.725,18 8.206.252,08 9.073.225,04
9 Jasa - Jasa 17.724.216,37 19.029.722,65 20.464.202,99 21.961.937,06 23.044.405,96
Total 176.673.456,57 186.992.985,50 198.270.117,92 210.848.424,04 223.099.740,34
Sumber:Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2009-2013
31
Tabel IV.9
LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009
NO. SEKTOR BANJARNEGARA
JAWA
TENGAH TAHUN 2009 KETERANGAN
pi / p total Pi / P total LQ 2009
1 Pertanian 0,3691 0,1930 1,912 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0111 0,482 NON-BASIS
3 Industri 0,1359 0,3251 0,418 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0046 0,0084 0,548 NON-BASIS
5 Konstruksi 0,0675 0,0583 1,157 BASIS
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 0,1270 0,2138 0,594 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,0431 0,0520 0,829 NON-BASIS
8 Keuangan 0,0592 0,0379 1,560 BASIS
9 Jasa - Jasa 0,1883 0,1003 1,877 BASIS
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014
Tabel IV.10
LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010
NO. SEKTOR BANJARNEGARA
JAWA
TENGAH TAHUN 2010 KETERANGAN
pi / p total Pi / P total LQ 2010
1 Pertanian 0,3585 0,1869 1,918 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0112 0,473 NON-BASIS
3 Industri 0,1315 0,3283 0,401 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0048 0,0086 0,553 NON-BASIS
5 Konstruksi 0,0666 0,0589 1,130 BASIS
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 0,1268 0,2142 0,592 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,0451 0,0524 0,861 NON-BASIS
8 Keuangan 0,0611 0,0376 1,624 BASIS
9 Jasa - Jasa 0,2003 0,1018 1,968 BASIS
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014
Tabel IV.11
LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011
NO. SEKTOR BANJARNEGARA
JAWA
TENGAH TAHUN 2011 KETERANGAN
pi / p total Pi / P total LQ 2011
1 Pertanian 0,3498 0,1785 1,959 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0111 0,475 NON-BASIS
3 Industri 0,1302 0,3301 0,395 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0049 0,0086 0,568 NON-BASIS
5 Konstruksi 0,0678 0,0593 1,143 BASIS
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 0,1265 0,2177 0,581 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,0462 0,0537 0,860 NON-BASIS
8 Keuangan 0,0617 0,0378 1,631 BASIS
9 Jasa – Jasa 0,2076 0,1032 2,012 BASIS
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014
32
Tabel IV.12
LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012
NO. SEKTOR BANJARNEGARA
JAWA
TENGAH TAHUN 2012 KETERANGAN
pi / p total Pi / P total LQ 2012
1 Pertanian 0,3426 0,1741 1,968 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian 0,0052 0,0112 0,467 NON-BASIS
3 Industri 0,1283 0,3273 0,392 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0050 0,0086 0,575 NON-BASIS
5 Konstruksi 0,0685 0,0596 1,149 BASIS
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 0,1267 0,2216 0,572 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,0478 0,0545 0,877 NON-BASIS
8 Keuangan 0,0636 0,0389 1,633 BASIS
9 Jasa – Jasa 0,2124 0,1042 2,039 BASIS
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014
Tabel IV.13
LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
NO. SEKTOR BANJARNEGARA
JAWA
TENGAH TAHUN 2013 KETERANGAN
pi / p total Pi / P total LQ 2013
1 Pertanian 0,3333 0,1681 1,982 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian 0,0052 0,0112 0,466 NON-BASIS
3 Industri 0,1294 0,3276 0,395 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0051 0,0088 0,574 NON-BASIS
5 Konstruksi 0,0701 0,0603 1,163 BASIS
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 0,1290 0,2251 0,573 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,0481 0,0549 0,876 NON-BASIS
8 Keuangan 0,0669 0,0407 1,645 BASIS
9 Jasa – Jasa 0,2129 0,1033 2,062 BASIS
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014
Dari tabel perhitungan LQ di atas, dapat ditentukan mana sektor basis dan mana
sektor non basis dengan ketentuan sebagai berikut: LQ > 1 artinya sektor tersebut
menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, sektor terebut memiliki
keunggulan komparatif, hasilnya tidak hanya memenuhi kebutuhan di Kabupaten
Banjarnegara saja tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah
a. LQ = 1 artinya sektor tersebut tergolong sektor basis. Produksinya hanya
mampu untuk memenuhi kebutuhan di Kabupaten Banjarnegara saja dan
tidak mampu untuk diekspor ke luar wilayah.
b. LQ < 1 artinya sektor tersebut juga termasuk ke dalam sektor non basis.
Produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten
Banjarnegara sendiri, sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.
33
Berikut hasil perhitungan LQ pada sektor-sektor ekonomi di Kabupaten
Banjarnegara:
Tabel IV.14
Rata-rata LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
NO. SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
RATA-
RATA LQ
KETERANGAN
1 Pertanian 1,912 1,918 1,959 1,968 1,982 1,948 BASIS
2
Pertambangan &
Penggalian
0,482 0,473 0,475 0,467 0,466 0,473 NON-BASIS
3 Industri 0,418 0,401 0,395 0,392 0,395 0,400 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,548 0,553 0,568 0,575 0,574 0,563 NON-BASIS
5 Konstruksi 1,157 1,130 1,143 1,149 1,163 1,148 BASIS
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran
0,594 0,592 0,581 0,572 0,573 0,583 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,829 0,861 0,860 0,877 0,876 0,861 NON-BASIS
8 Keuangan 1,560 1,624 1,631 1,633 1,645 1,618 BASIS
9 Jasa - Jasa 1,877 1,968 2,012 2,039 2,062 1,991 BASIS
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014
Dari perhitungan LQ Kabupaten Banjarnegara, diketahui bahwa sektor basisnya
adalah sektor pertanian; sektor konstruksi; sektor keuangan; dan sektor jasa-jasa.
Sedangkan sektor non-basisnya adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor
industri; sektor listrik, sektor gas dan air minum; sektor perdagangan, hotel dan
restoran; serta sektor transportasi dan komunikasi. Setelah diketahui, sektor basisnya
dapat diutamakan pengembangan atau peningkatan produksi pada sektor basisnya.
4.1.3 Perhitungan Shift Share
Data-data PDRB yang telah disajikan digunakan dalam analisis shift
share.Analisis Shift – Share menganalisis perubahan kegiatan ekonomi pada periode
waktu tertentu, dalam laporan ini ialah 4 tahun.Hasil analisis digunakan untuk
mengetahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu daerah/wilayah
dibandingkan secara relatif dengan sektor lainnya, apakah tumbuh cepat atau lambat.
Dari analisis ini, didapat nilai-nilai KPP (Komponen Pertumbuhan Nasional),
KPPW (Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah), PB (Pergeseran Bersih). Masing-
masing dari nilai-nilai ini dapat diinterpretasikan dan dapat menjelaskan kondisi tiap
sektor. Selain itu, didapat pula tipologi sektor berdasarkan gabungan antara KPP dan
KPPW, yang juga memiliki interpretasi tersendiri. Dalam analisis ini diasumsikan
bahwa perubahan produksi/kesempatan kerja dipengaruhi oleh 3 komponen
pertumbuhan wilayah, yaitu KPN, KPP, dan KPPW.
34
Tabel IV.15
Tabel Awal Perhitungan Shift Share
No. SEKTOR
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
PDRB
2009
PDRB
2013 PDRB 2009 PDRB 2013 ri Ri Ra
yo Yt Yo Yt yit/yio Yit/Yio Yt/Yo
1 Pertanian 1016343,12 1119288,35 34.101.148,13 37.513.957,62 1,1013 1,1001 1,2628
2
Pertambangan &
Penggalian 14669,27 17579,78 1.952.866,70 2.504.980,10 1,1984 1,2827 1,2628
3 Industri 374321,85 434528,67 57.444.185,45 73.092.337,30 1,1608 1,2724 1,2628
4
Listrik, Gas & Air
Minum 12715,20 17056,26 1.489.552,65 1.973.195,73 1,3414 1,3247 1,2628
5 Konstruksi 185754,77 235383,94 10.300.647,63 13.449.631,46 1,2672 1,3057 1,2628
6
Perdagangan,
Hotel & Restoran 349819,18 433087,86 37.766.356,61 50.209.544,03 1,2380 1,3295 1,2628
7
Transportasi &
Komunikasi 118822,74 161397,23 9.192.949,90 12.238.463,10 1,3583 1,3313 1,2628
8 Keuangan 162948,45 224670,11 6.701.533,13 9.073.225,04 1,3788 1,3539 1,2628
9 Jasa - Jasa 518541,13 715077,50 17.724.216,37 23.044.405,96 1,3790 1,3002 1,2628
Total 2.753.936 3.358.070 176.673.457 223.099.740 11,4233 11,6004 11,3650
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014.
KPN merupakan komponen share dan sering disebut sebagai national share.
Pada Kabupaten Banjarnegara, terdapat perubahan produksi atau kesempatan kerja
sebanyak 26,28% di suatu wilayah yg disebabkan oleh perubahan produksi atau KK
secara umum, kebijakan ekonomi nasional dan kebijakan lain yg mampu
mempengaruhi sektor perekonomian dalam suatu wilayah. Contoh kebijakan
dimaksud: kebijakan kurs, pengendalian inflasi dan masalah pengangguran serta
kebijakan dalam perpajakan.
Tabel IV.16
Perhitungan Komponen Pertumbuhan Wilayah
SEKTOR
KPN KPP KPPW pertumbuhan ekonomi
Ra - 1 Ri - Ra ri - Ri shift share manual
Pertanian 26,28% -16,27% 0,12% 10,13% 10,13%
Pertambangan &
Penggalian 26,28% 1,99% -8,43% 19,84% 19,84%
Industri 26,28% 0,96% -11,16% 16,08% 16,08%
Listrik, Gas & Air
Minum 26,28% 6,19% 1,67% 34,14% 34,14%
Konstruksi 26,28% 4,29% -3,85% 26,72% 26,72%
Perdagangan,
Hotel & Restoran 26,28% 6,67% -9,14% 23,80% 23,80%
Transportasi &
Komunikasi 26,28% 6,85% 2,70% 35,83% 35,83%
Keuangan 26,28% 9,11% 2,49% 37,88% 37,88%
Jasa – Jasa 26,28% 3,74% 7,89% 37,90% 37,90%
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014.
Dari komponen KPP, dalam perhitungan di atas dapat terlihat bahwa nilai KPP
sektor pertanian bernilai negatif yaitu sebesar -16,27% dan sektor lainnya bernilai
35
positif. Hal ini berarti sektor pertanian dalam Kabupaten Banjarnegara secara nasional
tumbuh secara lambat dan menyebabkan perlambatan pertumbuhan sektor pertanian
di Kabupaten/kota seluruh Indonesia, sedang sektor lain dalam Kabupaten
Banjarnegara secara nasional tumbuh secara cepat.
Dari sini dapat diinterpretasikan bahwa produksi atau kesempatan kerja pada
sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara menurun karena terdapat komposisi
sektor-sektor industri yang meningkat, adanya perbedaan sektor dalam permintaan
produk akhir, serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Berikut arti dari
nilai KPP dari hasil perhitungan yang didapat:
Tabel IV.17
Interpretasi Nilai KPP Pada Sektor-Sektor
No. Sektor
KPP
Keterangan
+ / -
1 Pertanian -16,27%
Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh lambat
2
Pertambangan &
Penggalian 1,99%
Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
3 Industri 0,96%
Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
4 Listrik, Gas & Air Minum 6,19% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
5 Konstruksi 4,29%
Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 6,67%
Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
7
Transportasi &
Komunikasi 6,85%
Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
8 Keuangan 9,11% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
9 Jasa – Jasa 3,74%
Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014.
Kemudian nilai KPPW pada perhitungan di atas bernilai positif pada pertanian;
listrik, gas, dan air minum; transportasi dan komunikasi; keuangan; dan jasa-jasa.
Sedang pada sektor-sektor lain seperti pertambangan dan penggalian; industri;
konstruksi; serta perdagangan, hotel, dan restoran bernilai positif. Sektor-sektor
dengan KPPW bernilai positif, yaitu pertambangan dan penggalian; industri;
konstruksi; serta perdagangan, hotel, dan restoran; adalah sektor yang dapat
bersaing. Sebaliknya, sektor-sektor dimana komponen KPPW bernilai negatif, yaitu
pertanian; listrik, gas, dan air minum; transportasi dan komunikasi; keuangan; dan
jasa-jasa; merupakan sektor yang tidak dapat bersaing.
Kemampuan untuk dapat bersaing atau tidaknya sebuah/beberapa sektor itu
ditentukan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja, yang disebabkan oleh
36
keunggulan komparatif atau keuntungan lokasional, dukungan kelembagaan,
prasarana sosial ekonomi serta kebijakan lokal di wilayah tersebut. Dapat dikatakan
bahwa sektor-sektor di Kabupaten Banjarnegara dengan nilai KPPW positif tersebut
merupakan sektor yang memiliki lokasi yang menguntungkan; kelembagaan
pemerintah maupun swasta mendukung; adanya prasarana sosial-ekonomi yang
mendukung seperti jalan, pasar, bank, listrik, dan air; serta adanya kebijakan lokal
terkait dengan sektor tersebut yang tentu juga mendukung. Dengan adanya
keuntungan lokasional, dukungan kelembagaan, prasarana sosial-ekonomi, serta
kebijakan lokal wilayah tersebut, maka akan terdapat perubahan postif
(peningkatan/penambahan) produksi atau kesempatan kerja sehingga sektor-sektor
tersebut dapat bersaing atau memiliki keunggulan komparatif. Berikut arti dari nilai
KPPW dari hasil perhitungan yang didapat:
Tabel IV.18
Interpretasi Nilai KPPW Pada Sektor-Sektor
No. Sektor
KPPW
Keterangan
+ / -
1 Pertanian 0,12%
Mempunyai daya saing
2 Pertambangan & Penggalian -8,43%
Tidak mempunyai daya saing
3 Industri -11,16%
Tidak mempunyai daya saing
4 Listrik, Gas & Air Minum 1,67%
Mempunyai daya saing
5 Konstruksi -3,85%
Mempunyai daya saing
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran -9,14%
Mempunyai daya saing
7 Transportasi & Komunikasi 2,70%
Tidak mempunyai daya saing
8 Keuangan 2,49%
Mempunyai daya saing
9 Jasa – Jasa 7,89%
Tidak mempunyai daya saing
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014.
Perhitungan lainnya adalah perhitungan bersih, yang didapat dari penjumlahan
KPP dan KPPW. Pada perhitungan bersih (PB), diketahui bahwa sektor pertanian;
pertambangan dan penggalian; industri; serta perdagangan, hotel dan restoran
merupakan sektor-sektor memiliki nilai PB negatif. Hal ini menjelaskan bahwa sektor-
sektor tersebut tidak memiliki progress, atau perkembangannya stagnan.Sedang
sektor listrik, gas, dan air minum; konstruksi; transportasi dan komunikasi;
keuangan;serta jasa-jasa memiliki nilai PB positif. Berarti pada sektor-sektor ini, tidak
terdapat kemajuan. Berikut arti dari nilai PB dari hasil perhitungan yang didapat:
37
Tabel IV.19
Interpretasi Nilai KPP + KPPW Pada Sektor-Sektor
NO. SEKTOR KPP KPPW
KPP +
KPPW
(PB)
KETERANGAN
1 Pertanian -16,27% 0,12% -16,15% mundur
2 Pertambangan & Penggalian 1,99% -8,43% -6,44% mundur
3 Industri 0,96% -11,16% -10,19% mundur
4 Listrik, Gas & Air Minum 6,19% 1,67% 7,86% Progresif
5 Konstruksi 4,29% -3,85% 0,44% Progresif
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 6,67% -9,14% -2,47% Mundur
7 Transportasi & Komunikasi 6,85% 2,70% 9,55% Progresif
8 Keuangan 9,11% 2,49% 11,60% Progresif
9 Jasa - Jasa 3,74% 7,89% 11,62% Progresif
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.
4.1.4 Analisis Tipologi
a. Analisis Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara (KPP-KPPW)
Hasil dari perhitungan KPP-KPPW dapat digambarkan dalam suatu bagan
tipologi. Bagan terbagi dalam empat kuadran.KPP dibagi menjadi kanan dan kiri;
kanan untuk KPP positif dan kiri untuk KPP negatif. Sedang KPPW terbagi
menjadi atas dan bawah; atas untuk KPPW positif dan bawah KPPW negatif.
Bagan dapat dilihat seperti sebagai berikut:
38
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Gambar 4.6
Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Komponen KPP-KPPW
Tahun 2009-2013
Pada tipologi di atas, dapat diketahui bahwa pertanian merupakan sektor
yang secara nasional di tumbuh lambat (KPP bernilai negatif) tetapi dapat
bersaing (KPPW bernilai positif). Hal ini dapat terjadi karena sektor pertanian
memiliki lokasi yang menguntungkan; kelembagaan pemerintah daerah maupun
swasta yanga ada mendukung; terdapat prasarana sosial-ekonomi yang
mendukung seperti jalan, pasar, bank, listrik, dan air; serta adanya kebijakan
lokal terkait dengan sektor tersebut yang juga mendukung.Beberapa kebijakan
yang mendukung sektor pertanian ini antara lain: memanfaatkan iptek nuklir
untuk berbagai hal termasuk untuk menghasilkan benih-benih unggul,
pengadaan lokakarya yang bertujuan mengembangkan zona zona komoditas,
merumuskan rencana aksi pengembangkan komoditas pertanian unggulan,
mendukung kegiatan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Dintankanak
dengan melakukan rakor P2BN, menginventarisir data lahan sawah dan lahan
padi gogo, memperluas penanaman padi varietas 13 yang toleran terhadap
ancaman serangan WBC, melakukan pengamatan OPT secara intensif,
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
-20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15%
KKPW
KKP
TIPOLOGI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN BANJARNEGARA
BERDASARKAN KOMPONEN KKP-KKPW
TAHUN 2009-2013
Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
Industri
Listrik, Gas & Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel &
Restoran
Transportasi &
Komunikasi
Keuangan
Jasa - Jasa
39
melakukan pengendalian WBC secara terpadu, mendukung diseminasi teknologi
melalui pembelajaran di Laboratorium Lapangan (sistem penyampaian informasi
teknologi pertanian kepada masyarakat pertanian dalam rangka pendidikan dan
pengembangan usaha produktif untuk meningkatkan kesejahteraan), serta
pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul berupa padi non Hibrida, Padi
Hibrida, Padi Gogo, Jagung serta Kedelai, serta padi sistem of rice intensification
(SRI) dan pupuk organik.
b. Analisis Sektor Ekonomi Unggulan
1) Tipologi Sektor Ekonomi Berdasarkan Gabungan Nilai LQ-KPPW
Analisis sektor ekonomi unggulan ini didapat dari tipologi sektor
ekonomi berdasarkan gabungan nilai rata-rata LQ Kabupaten Banjarnegara
tahun 2009-2013 dan komponen KPPW Kabupaten Banjarnegara yang
tabelnya dapat dilihat pada tabel IV.20.
Tabel IV.20
Tabel Nilai Rata-Rata LQ dan KPPW Kabupaten Banjarnegara
NO SEKTOR
RATA-
RATA
LQ
KPPW INTERPRETASI KPPW
RATA-
RATA
LQ
KPPW
1 Pertanian 1.948 0.12% MEMPUNYAI DAYA
SAING
LQ>1 KPPW>0
2 Pertambangan &
Penggalian
0.473 -8.43% TIDAK MEMPUNYAI
DAYA SAING
LQ<1 KPPW<0
3 Industri 0.400 -
11.16%
TIDAK MEMPUNYAI
DAYA SAING
LQ<1 KPPW<0
4 Listrik, Gas & Air
Minum
0.563 1.67% MEMPUNYAI DAYA
SAING
LQ<1 KPPW>0
5 Konstruksi 1.148 -3.85% TIDAK MEMPUNYAI
DAYA SAING
LQ>1 KPPW<0
6 Perdagangan, Hotel
& Restoran
0.583 -9.14% TIDAK MEMPUNYAI
DAYA SAING
LQ<1 KPPW<0
7 Transportasi &
Komunikasi
0.861 2.70% MEMPUNYAI DAYA
SAING
LQ<1 KPPW>0
8 Keuangan 1.618 2.49% MEMPUNYAI DAYA
SAING
LQ>1 KPPW>0
9 Jasa - Jasa 1.991 7.89% MEMPUNYAI DAYA
SAING
LQ>1 KPPW>0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
40
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Gambar 4.7
Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan Gabungan Nilai LQ dan
Komponen KPPW
Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa sektor jasa-jasa,
keuangan, dan pertanian merupakan sektor basis dan berdaya saing, yang
artinya ketiga sektor tersebut didukung kebijakan lokal/daerah dan
mendapat dorongan percepatan pertumbuhan nasional. Sedangkan sektor
konstruksi/bangunan merupakan sektor basis juga tetapi tidak berdaya
saing. Hal itu terjadi karena sektor konstruksi tidak didukung oleh kebijakan
lokal/daerah dan adanya pengaruh perlambatan pertumbuhan dari nasional.
Sektor non-basis dan berdaya saing di Kabupaten Banjarnegara adalah
sektor listrik,gas, dan air minum serta sektor transportasi dan komunikasi
yang artinya dua sektor tersebut tidak menjadi sektor unggulan di
Kabupaten Banjarnegara namun keduanya merupakan sektor yang
mendapat dorongan percepatan pertumbuhan nasional. Sedangkan sektor
non-basis dan tidak berdaya saing di Kabupaten Banjarnegara adalah
sektor pertambangan dan penggalian; sektor perdagangan, hotel, dan
restoran; serta sektor industri.
Dari topologi tersebut, sektor ekonomi yang dapat dikembangkan atau
sektor unggulan di Kabupaten Banjarnegara adalah sektor jasa-jasa,
keuangan, pertanian, dan konstruksi/bangunan.
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
0.0 1.0 2.0 3.0
KKPW
LQ
TIPOLOGI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN BANJARNEGARA
BERDASARKAN GABUNGAN NILAI LQ DAN KOMPONEN KKPW
(SEKTOR EKONOMI UNGGULAN)
TAHUN 2009 DAN 2013
Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
Industri
Listrik, Gas & Air
Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel
& Restoran
Transportasi&
Komunikasi
Keuangan
Jasa - Jasa
SEKTOR BASIS &
BERDAYA SAING
SEKTOR BASIS &
TIDAK BERDAYA SAING
SEKTOR
NONBASIS&
BERDAYA SAING
SEKTOR
NONBASIS& TIDAK
BERDAYA SAING
41
2) Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara berdasarkan LQ dan
PB
Analisis sektor ekonomi unggulan juga dapat dilihat dari tipologi sektor
ekonomi berdasarkan gabungan nilai rata-rata LQ dan Pergeseran Bersih
Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 yang tabelnya dapat dilihat pada
tabel IV.21.
Tabel IV.21
Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan LQ dan PB
Tahun 2009-2013
NO SEKTOR
RATA-
RATA
LQ
PB
NILAI
LQ
NILAI
PB
1 Pertanian 1.948 -
16.15%
LQ>1 PB<0
2 Pertambangan & Penggalian 0.473 -6.44% LQ<1 PB<0
3 Industri 0.400 -
10.19%
LQ<1 PB<0
4 Listrik, Gas & Air Minum 0.563 7.86% LQ<1 PB>0
5 Konstruksi 1.148 0.44% LQ>1 PB>0
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.583 -2.47% LQ<1 PB<0
7 Transportasi & Komunikasi 0.861 9.55% LQ<1 PB>0
8 Keuangan 1.618 11.60% LQ>1 PB>0
9 Jasa - Jasa 1.991 11.62% LQ>1 PB>0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
42
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Gambar 4.8
Tipologi Sektor Unggulan Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan LQ dan PB Tahun 2009-2013
Berdasarkan Gambar 4.8 sektor unggulan Kabupaten Banjarnegara
yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan sektor ekonomi wilayah
adalah sektor keuangan, jasa-jasa, dan konstruksi. Sedangkan sektor
potensial Kabupaten Banjarnegara yang menjadi prioritas kedua adalah
sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor yang potensial karena di
Kabupaten Banjarnegara lahan pertanian mempunyai luas yang cukup
banyak. Sektor berkembang yang menjadi prioritas ketiga bagi Kabupaten
Banjarnegara adalah sektor transportasi dan komunikasi serta sektor listrik,
gas, dan air minum. Untuk sektor terberlakang yang merupakan sektor
ekonomi yang tidap perlu menjadi prioritas pengembangan Kabupaten
Banjarnegara ada tiga sektor. Ketiga sektor tersebut adalah sektor
perdagangan, hotel, dan restoran; sektor industri; dan sektor pertambangan
dan penggalian.
4.2 Analisis Intra Wilayah
Berdasarkan tipologi KPP-KPPW, LQ-PB, dan LQ-KPPW didapatkan empat sektor
yang berada di kuadran pertama yang berarti sektor unggulan dari Kabupaten
PB<0
LQ≥1
TIPOLOGI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN BANJARNEGARA
BERDASARKAN LQ DAN PB
TAHUN 2009 DAN 2013
Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
Industri
Listrik, Gas & Air
Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel &
Restoran
Transportasi &
Komunikasi
Keuangan
Jasa - Jasa
LQ<1
PB>0
SEKTOR UNGGUL
SEKTOR POTENSIALSEKTOR TERBELAKANG
SEKTOR BERKEMBANG
43
Banjarnegara, sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor
konstruksi/bangunan, dan sektor keuangan yang akan dijabarkan sebagai berikut:
4.2.1 Sektor Pertanian
Tabel IV.22
PDRB Sektor Pertanian Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
NO KECAMATAN
PDRB SEKTOR PERTANIAN RATA-
RATA
PRIORITAS
2009 2010 2011 2012 2013
16 Pejawaran 152.877,93 161.575,98 166.817,18 172.109,84 176.843,79 166.045 1
17 Batur 142.343,44 150.187,46 154.636,84 159.145,38 163.349,93 153.933 2
9 Madukara 96.538,85 98.610,54 102.416,39 106.248,51 109.917,43 102.746 3
18 Wanayasa 70.514,16 72.818,23 72.943,68 75.496,09 77.497,49 73.854 4
4 Purwanegara 72.962,90 68.173,01 71.497,57 73.002,50 74.422,17 72.012 4
13 Punggelan 63.623,66 66.457,75 66.727,77 69.057,38 71.084,79 67.390 4
10 Banjarmangu 52.785,92 52.175,71 52.121,63 53.166,10 54.399,27 52.930 4
3 Mandiraja 40.409,59 42.550,38 43.374,89 44.480,78 44.783,32 43.120 5
5 Bawang 38.013,41 39.067,05 39.896,24 40.651,91 41.711,59 39.868 5
19 Kalibening 35.216,11 34.808,07 35.161,29 36.869,56 37.860,08 35.983 5
14 Karangkobar 34.703,56 33.554,86 34.127,25 35.114,59 35.844,18 34.669 5
8 Sigaluh 31.529,74 33.238,80 33.265,93 34.017,95 34.777,57 33.366 5
1 Susukan 29.307,45 30.352,93 30.844,63 31.864,66 32.027,67 30.879 5
6 Banjarnegara 31.536,63 29.793,99 30.271,97 30.827,82 30.632,55 30.613 5
15 Pagentan 28.956,54 28.370,88 29.286,98 30.726,82 31.905,15 29.849 5
12 Rakit 23.831,69 24.543,47 25.964,49 27.123,54 27.639,34 25.821 5
11 Wanadadi 24.415,55 22.474,81 23.130,72 23.614,10 24.251,73 23.577 5
2
Purwareja
Klampok 18.149,40 18.640,00 19.310,17 19.694,11 19.765,99 19.112
5
20 Pandanarum 16.327,11 16.367,48 16.362,03 17.040,10 17.756,18 16.771 5
7 Pagedongan 12.299,51 11.797,32 11.928,91 12.485,59 12.863,13 12.275 5
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Dalam analisis intrawilayah untuk sektor pertanian yang akan dikembangkan
menggunakan rata-rata hasil PDRB Sektor Pertanian per kecamatan di Kabupaten
Banjarnegara dari tahun 2009-2013. Dari data tersebut, kemudian dikelompokkan
untuk mengetahui prioritas pengembangan sektor pertanian di setiap kecamatan. Hasil
dari analisis tersebut, diketahui bahwa Kecamatan Penjawaran merupakan
kecamatan yang dapat menjadi prioritas dalam pengembangan sektor pertanian
karena mempunyai nilai rata-rata PDRB Sektor Pertanian yang tertinggi. Prioritas
kedua dalam pengembangan sektor pertanian adalah Kecamatan Batur dan perioritas
ketiga berada di Kecamatan Madukara. Sedangkan prioritas keempat adalah
Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Purwanegara, Kecamatan Punggelan, dan
Kecamatan Banjarmangu. Sementara untuk prioritas terakhir dalam pengembangan
44
sektor pertanian adalah kecamatan-kecamatan lainnya. Kecamatan tersebut adalah
Madiraja, Bawang, Kalibening, Karangkobar, Sigaluh, Susukan, Banjarnegara,
Pagentan, rakit, Wanadadi, Purwareja Klampok, Pandanarum, dan Pagedongan.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Gambar 4.9
Peta Persebaran Rata-Rata PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013
4.2.2 Sektor Jasa-jasa
Tabel IV.23
PDRB Sektor Jasa Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
NO KECAMATAN
PDRB SEKTOR JASA RATA-
RATA
PRIORITAS
2009 2010 2011 2012 2013
20 Banjarnegara 167.893,07 182.273,74 196.732,43 210.841,78 223.128,16 196.174 1
19
Purwareja
Klampok 48.283,39 53.571,57 59.147,08 63.673,58 68.983,51 58.732
2
18 Bawang 32.696,42 37.454,92 40.235,64 43.101,48 44.996,93 39.697 3
17 Purwanegara 26.805,77 31.848,64 35.042,48 38.323,07 40.901,77 34.584 3
16 Banjarmangu 21.820,42 25.451,84 28.004,20 30.595,97 32.120,24 27.599 4
15 Punggelan 22.405,18 24.615,36 26.377,72 28.068,08 29.871,39 26.268 4
14 Rakit 20.777,86 23.062,79 25.375,57 27.317,55 27.944,61 24.896 4
13 Mandiraja 18.548,97 22.015,17 23.726,90 25.439,36 27.222,85 23.391 4
12 Kalibening 18.949,72 20.926,40 23.024,93 24.676,86 26.053,86 22.726 4
45
NO KECAMATAN
PDRB SEKTOR JASA RATA-
RATA
PRIORITAS
2009 2010 2011 2012 2013
11 Madukara 17.549,05 20.445,93 22.080,59 23.948,83 25.123,38 21.830 4
1 Susukan 17.066,38 19.806,31 21.792,52 23.870,87 24.969,02 21.501 4
10 Wanadadi 17.534,79 19.717,59 21.129,29 22.483,32 23.138,99 20.801 4
9 Batur 14.482,20 15.644,44 17.114,93 18.436,91 19.808,31 17.097 5
8 Wanayasa 13.616,52 15.294,73 16.889,70 18.270,10 19.443,91 16.703 5
7 Pagentan 12.311,03 13.868,27 15.212,05 16.636,16 17.536,38 15.113 5
6 Pagedongan 11.814,12 13.749,23 15.215,61 16.516,25 17.242,57 14.908 5
5 Sigaluh 12.955,99 13.653,59 14.641,73 15.595,46 15.965,15 14.562 5
4 Karangkobar 9.514,61 10.730,33 11.806,38 12.716,03 13.101,24 11.574 5
3 Pejawaran 7.896,03 8.568,78 9.301,15 9.999,23 10.477,94 9.249 5
2 Pandanarum 5.619,60 5.778,29 6.357,75 6.897,76 7.047,29 6.340 5
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Analisis Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara untuk sektor jasa, diketahui
bahwa Kecamatan Banjanegara adalah kecamatan yang menjadi prioritas utama
untuk pengembangan sektor jasa. Hal tersebut karena Kecamatan Banjarnegara
mempunyai nilai rata-rata tertinggi untuk hasil PDRB Sektor Jasa dibandingkan
kecamatan lainnya. Hal tersebut didukung dengan status Kecamatan Banjarnegara
sebagai ibukota Kabupaten Banjarnegara. Sementara, untuk prioritas kedua berada di
Kecamatan Purwareja Klampok. Dan prioritas ketiga berada di Kecamatan Bawang
dan Kecamatan Purwanegara. Sedangkan untuk prioritas keempat berada di
Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Rakit, Kecamatan
Mandiraja, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Madukara, Kecamatan Susukan, dan
Kecamatan Wanadadi. Kecamatan yang menjadi prioritas terakhir atau prioritas kelima
adalah Kecamatan Batur, Wanayasa, Pagentan, Pagedongan, Sigaluh, Karangkobar,
Pajawaran, dan Pandanarum.
46
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Gambar 4.10
Peta Persebaran Rata-Rata PDRB Sektor Jasa Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013
4.2.3 Sektor Konstruksi/Bangunan
Tabel IV.24
PDRB Sektor Konstruksi/Bangunan Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
NO KECAMATAN
PDRB SEKTOR BANGUNAN
RATA-
RATA
PRIORITAS
2009 2010 2011 2012 2013
20 Banjarnegara 34.810,89 36.270,67 38.754,21 42.487,49 46.055,54 39.676 1
19
Purwareja
Klampok 23.406,22 24.480,27 25.968,09 27.484,90 29.594,65 26.187
2
18 Purwanegara 20.464,02 21.382,31 22.749,85 24.504,88 26.512,24 23.123 3
17 Bawang 11.922,58 12.218,93 12.966,76 12.658,81 13.505,22 12.654 4
16 Banjarmangu 11.042,36 11.238,17 11.995,41 13.099,62 14.171,80 12.309 4
15 Batur 9.625,77 9.882,67 10.441,10 11.448,82 12.399,70 10.760 4
14 Sigaluh 8.786,34 9.074,39 9.612,07 10.430,35 11.196,18 9.820 4
13 Mandiraja 8.391,20 8.758,71 9.491,43 10.409,03 11.122,85 9.635 4
12 Madukara 6.475,42 6.819,39 7.218,87 7.263,32 7.873,42 7.130 5
1 Susukan 6.336,90 6.531,34 6.917,47 7.493,18 8.023,57 7.060 5
11 Wanadadi 5.675,86 5.778,13 6.347,53 6.871,16 7.364,30 6.407 5
10 Kalibening 5.606,48 5.764,82 6.229,75 6.822,78 7.271,25 6.339 5
9 Pejawaran 5.405,14 5.512,96 5.827,35 6.355,69 6.829,11 5.986 5
8 Karangkobar 5.144,96 5.288,03 5.694,40 6.163,32 6.689,11 5.796 5
47
NO KECAMATAN
PDRB SEKTOR BANGUNAN
RATA-
RATA
PRIORITAS
2009 2010 2011 2012 2013
7 Pagentan 4.666,03 4.814,28 5.143,93 5.596,41 5.970,61 5.238 5
6 Wanayasa 4.716,87 4.845,00 5.224,42 4.939,52 5.241,23 4.993 5
5 Punggelan 4.610,48 4.746,20 5.178,02 4.892,10 5.275,03 4.940 5
4 Rakit 3.430,74 3.506,43 3.840,21 4.162,95 4.487,17 3.886 5
3 Pagedongan 3.631,68 3.705,62 3.961,37 3.750,20 4.017,85 3.813 5
2 Pandanarum 1.604,84 1.622,23 1.763,89 1.677,53 1.780,13 1.690 5
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Untuk sektor kontruksi, diketahui bahwa Kecamatan Banjanegara menjadi
prioritas utama. Hal tersebut karena Kecamatan Banjarnegara mempunyai nilai rata-
rata tertinggi untuk PDRB Sektor Kontruksi dibandingkan kecamatan lainnya sama
seperti PDRB Sektor Jasa. Sementara, untuk prioritas kedua dan ketiga berturut-turut
berada di Kecamatan Purwareja Klampok dan Kecamatan Purwanegara. Sedangkan
untuk prioritas keempat berada di Kecamatan Bawang, Mandiraja, Banjarmangu,
Batur, dan Sigaluh. Untuk kecamatan yang mempunyai prioritas pengembangan
sektor bangunan terendah berada di Kecamatan Madukara, Susukan, Wanadadi,
Kalibening, Pejawaran, Karangkobar, Pagetan, Wanayasa, Punggelan, Rakit,
Pagedongan, dan Pandanarum.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Gambar 4.11
Peta Persebaran Rata-Rata PDRB Sektor Bangunan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013
48
4.2.4 Sektor Keuangan
Tabel IV.25
PDRB Sektor Keuangan Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
NO KECAMATAN
PDRB SEKTOR KEUANGAN
RATA-
RATA
PRIORITAS
2009 2010 2011 2012 2013
6 Banjarnegara 42.222,34 47.028,36 50.198,95 53.930,20 59.023,98 50.481 1
9 Madukara 12.639,19 20.445,93 13,962,78 15.027,36 16.764,07 16.219
2
3 Mandiraja 13.608,48 14.785,39 15.819,53 16.961,86 18.618,47 15.959 2
8 Sigaluh 11.151,33 12.229,36 13.037,20 14.321,77 15.888,67 13.326 2
1 Susukan 11.314,61 11.682,29 12.205,55 13,404,39 14,654,05 11.734
3
11 Wanadadi 9.689,69 10.560,80 11.316,63 12.397,73 13.801,88 11.553 3
17 Batur 9.197,55 10.043,49 10.503,49 11.387,78 12.965,16 10.819 3
2
Purwareja
Klampok 8.890,66 9.651,15 10.104,67 11.094,29 12.506,59 10.449
3
14 Karangkobar 6.016,61 6.599,54 6.921,70 7.595,31 8.560,65 7.139 4
12 Rakit 5.477,35 5.979,95 6.278,35 6.762,51 7.578,15 6.415 4
5 Bawang 5.164,22 5.405,05 5.657,18 6.184,40 6.813,37 5.845 4
4 Purwanegara 4.624,76 5.080,52 5.346,01 5.823,56 6.397,14 5.454 4
19 Kalibening 4.163,89 4.398,66 4.596,44 4.957,76 5.639,06 4.751 4
10 Banjarmangu 3.942,75 4.294,12 4.235,29 4.912,44 5.512,53 4.579 5
16 Pejawaran 3.761,49 4.027,56 4.229,54 4.526,13 5.144,58 4.338 5
15 Pangetan 2.689,68 2.898,75 3.109,35 3.342,36 3.636,73 3.135 5
18 Wanayasa 2.730,99 2.803,46 2.954,83 3.249,45 3.635,00 3.075 5
13 Punggelan 2.650,59 2.708,05 2.875,45 3.150,96 3.464,48 2.970 5
7 Pagedongan 2.300,08 2.424,99 2.576,92 2.823,82 3.074,75 2.640 5
20 Pandanarum 712,2 769,51 805,41 882,58 990,8 832 5
Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013
Analisis Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara untuk sektor keuangan didapat
bahwa Kecamatan Banjarnegara menjadi prioritas utama untuk pengembangan sektor
keuangan karena mempunyai nilai rata-rata PDRB Sektor Keuangan yang terbesar
diantara kecamatan-kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan yang berada
di urutan prioritas kedua adalah Kecamatan Madukaran, Mandiraja, dan Sigaluh.
Untuk prioritas ketiga berada di kecamatan Susukan, Wanadadi, Batur, dan Purwaraja
Klampok. Di urutan prioritas keempat untuk pengembangan sektor keuangan adalah
Kecamatan Karangkobar, Rakit, Bawang, Purwanegara, dan Kalibening. Untuk
Kecamatan Banjarmangu, Penjawaran, Pangetan, Wanayasa, Punggelan,
Pagedongan, dan Pandanarum berada di prioritas terakhir untuk pengembangan
sektor keuangan.
49
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Gambar 4.12
Peta Persebaran Rata-Rata PDRB Sektor Keuangan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013
50
4.3 Sintesa
Tabel IV.26
Kelompok Prioritas Kecamatan Per Sektor Unggulan di Kabupaten Banjarnegara
PRIORITAS
SEKTOR
PERTANIAN
SEKTOR JASA
SEKTOR
BANGUNAN
SEKTOR
KEUANGAN
1 Pejawaran Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara
2
Batur
Purwareja
Klampok
Purwareja
Klampok
Madukara
Mandiraja
Sigaluh
3
Madukara Bawang Purwanegara Batur
Purwanegara
Purwareja
Klampok
Susukan
Wanadadi
4
Banjarmangu Banjarmangu Banjarmangu Bawang
Punggelan Kalibening Batur Kalibening
Purwanegara Madukara Bawang Karangkobar
Wanayasa Mandiraja Mandiraja Purwanegara
Punggelan Sigaluh Rakit
Rakit
Susukan
Wanadadi
5
Banjarnegara Batur Kalibening Banjarmangu
Bawang Karangkobar Karangkobar Pagedongan
Kalibening Pagedongan Madukara Pandanarum
Karangkobar Pagentan Pagedongan Pangetan
Mandiraja Pandanarum Pagentan Pejawaran
Pagedongan Pejawaran Pandanarum Punggelan
Pagentan Sigaluh Pejawaran Wanayasa
Pandanarum Wanayasa Punggelan
Purwareja
Klampok
Rakit
Rakit Susukan
Sigaluh Wanadadi
Susukan Wanayasa
Wanadadi
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sektor berkembang yang menjadi prioritas ketiga bagi Kabupaten Banjarnegara
adalah sektor transportasi dan komunikasi serta sektor listrik, gas, dan air minum. Untuk
sektor terberlakang yang merupakan sektor ekonomi yang tidap perlu menjadi prioritas
pengembangan Kabupaten Banjarnegara ada tiga sektor. Ketiga sektor tersebut adalah
sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor industri; dan sektor pertambangan dan
penggalian.
Setelah menganalisis PDRB Kabupaten Banjarnegara dengan menggunakan analisis
agregat dan intra wilayah, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1) Sektor jasa, sektor bangunan, dan sektor keuangan merupakan sektor unggulan
yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan ekonomi Kabupaten
Banjarnegara.
2) Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang dapat disiapkan untuk menjadi
sektor unggulan dalam pengembangan ekonomi Kabupaten Banjarnegara.
3) Pengembangan sektor pertanian dapat diarahkan ke Kecamatan Pejawan dan
Kecamatan Batur.
4) Pengembangan sektor Jasa-jasa dan sektor konstruksi/bangunan dapat diarahkan
ke Kecamatan Banjarnegara dan Kecamatan Purwareja Klampok.
5) Pengembangan sektor keuangan dapat diarahkan ke Kecamatan Banjarnegarea,
Kecamatan Madukara, Kecamatan Mandiraja, dan Kecamatan Sigaluh.
5.2 Rekomendasi
Dari hasil analisis agregat wilayah dan intra wilayah untuk perkembangan ekonomi
Kabupaten Banjarnegara, perlu digarisbawahi bahwa terdapat sektor-sektor yang menjadi
komoditas unggulan Kabupaten Banjarnegara. Sektor-sektor tersebut harus lebih mendapat
perhatian dari pemerintah daerah setempat agar lebih dikembangkan lagi supaya dapat
meningkatkan komoditas ekspor oleh Kabupaten Banjarnegara ke daerah lain. Beberapa
sektor tersebut antara lain sektor pertanian, jasa, bangunan dan keuangan. Meskipun
sektor-sektor ekonomi tersebut merupakan sektor unggulan dari Kabupeten Banjarnegara,
di tingkat regional (Provinsi), produksi dari sektor tersebut harus lebih ditingkatkan lagi agar
dapat menjadikan Banjarnegara sebagai sentra utama salah satu sektor ekonomi tersebut di
Jawa Tengah. Kabupaten Banjarnegara juga semestinya memiliki salah satu produk turunan
dari salah satu sektor ekonomi yang perkembangannya dari tahun ke tahun mengalami
52
kenaikan jumlah produksi, sehingga produk tersebut dapat dikenal secara luas serta menjadi
komoditas unggulan yang menjadi ciri khas dari Kabupaten Banjarnegara sendiri.
Pada tingkat intra wilayah, masih terdapat beberapa Kecamatan yang hasil produksi
dari sektor-sektor ekonomi tersebut masih rendah, seperti Kecamatan Pandanarum dan
Pagedongan. Kecamatan-Kecamatan tersebut juga harus mendapatkan perhatian lebih dari
pemerintah setempat untuk dapat meningkatkan potensi sektor ekonominya. Pemerataan
sektor ekonomi harus dilakukan dan semestinya mendapatkan penanganan dari berbagai
pihak yang terkait agar tidak ada lagi daerah yang mengalami ketertinggalan di bidang
ekonomi, khususnya pada hasil produksi sektor-sektor unggulan di Kabupaten
Banjarnegara.
53
DAFTAR PUSTAKA
Arial. 2011. Pemanfaatan Iptek Nuklir di Kabupaten Banjarnegara dalam www.batan.go.id.
Diakses pada 12 Desember 2014.
BPS Jateng. 2012. Penduduk Miskin menurut Kota/Kabupaten di Jawa Tengah dalam
www.jateng.bps.go.id. Diakses pada 17 Desember 2014.
BPS Jateng. 2013. Penduduk Miskin menurut Kota/Kabupaten di Jawa Tengah dalam
www.jateng.bps.go.id. Diakses pada 17 Desember 2014.
BPS Jateng. 2014. Berita Resmi Statistik dalam www.jateng.bps.go.id. Diakses pada 17
Desember 2014.
BPS Kabupaten Banjarnegara. 2013. PDRB Kabupaten Banjarnegara dalam
www.banjarnegarakab.bps.go.id. Diakses pada 12 Desember 2014.
Muchlas. 2013. PDRB Sektor Pertanian Meningkat 3,24 Persen/Tahun dalam www.majalah-
lifestyle.com. Diakses pada 12 Desember 2014.
Nurholidah, Lilik. Tanpa Tahun. Modul Ekonomi Pendapatan Naional dalam
www.academia.edu. Diakses pada 12 Desember 2014.
Tonang, Andi. Tanpa Tahun. Analisis Sektor Basis Location Quotient dalam
www.academia.edu. Diakses pada 10 Desember 2014.

More Related Content

What's hot

MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANMANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Septinia Silviana
 
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata RuangPerencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata Ruang
Sri Wahyuni
 
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfPPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
HackEuy
 

What's hot (20)

Presentasi Tugas Studio Perencanaan Kecamatan Wonogiri (profil,konstelasi,ana...
Presentasi Tugas Studio Perencanaan Kecamatan Wonogiri (profil,konstelasi,ana...Presentasi Tugas Studio Perencanaan Kecamatan Wonogiri (profil,konstelasi,ana...
Presentasi Tugas Studio Perencanaan Kecamatan Wonogiri (profil,konstelasi,ana...
 
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANMANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
 
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANGSTANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENATAAN RUANG
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
 
Struktur ruang
Struktur ruangStruktur ruang
Struktur ruang
 
PPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxPPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptx
 
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampek
 
Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTR
 
Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahan
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Tabel Indikasi Program Studio Perencanaan Wonogiri
Tabel Indikasi Program Studio Perencanaan WonogiriTabel Indikasi Program Studio Perencanaan Wonogiri
Tabel Indikasi Program Studio Perencanaan Wonogiri
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata RuangPerencanaan Tata Ruang
Perencanaan Tata Ruang
 
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfPPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
 
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
 
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah SekitarnyaAnalisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
 

Similar to Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
Siti Aziza
 
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatDampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Operator Warnet Vast Raha
 
1. Perencanaan wilayah.ppt
1. Perencanaan wilayah.ppt1. Perencanaan wilayah.ppt
1. Perencanaan wilayah.ppt
febriantiznn
 
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
julimeigea
 
Review jurnal Ekonomi
Review jurnal EkonomiReview jurnal Ekonomi
Review jurnal Ekonomi
sena gumelar
 

Similar to Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara (20)

proposal penelitian rajab
proposal penelitian rajabproposal penelitian rajab
proposal penelitian rajab
 
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
 
Analisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxAnalisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docx
 
Laporan kajian proyeksi makroekonomi
Laporan kajian proyeksi  makroekonomiLaporan kajian proyeksi  makroekonomi
Laporan kajian proyeksi makroekonomi
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
 
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
 
Lq share, lqshift, lqtrend
Lq share, lqshift, lqtrendLq share, lqshift, lqtrend
Lq share, lqshift, lqtrend
 
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatDampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
 
Pad kota medan
Pad kota medanPad kota medan
Pad kota medan
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAHLaporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
 
Saila rahmah
Saila rahmah Saila rahmah
Saila rahmah
 
1. Perencanaan wilayah.ppt
1. Perencanaan wilayah.ppt1. Perencanaan wilayah.ppt
1. Perencanaan wilayah.ppt
 
Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahPengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan Daerah
 
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Sid...
 
BAB 1 (Autosaved).docx
BAB 1 (Autosaved).docxBAB 1 (Autosaved).docx
BAB 1 (Autosaved).docx
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
 
Model analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsihModel analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsih
 
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitanJurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
 
perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerahperekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
perekonomian indonesia pembangunan ekonomi daerah
 
Review jurnal Ekonomi
Review jurnal EkonomiReview jurnal Ekonomi
Review jurnal Ekonomi
 

More from Laras Kun Rahmanti Putri

Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyantoPemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Laras Kun Rahmanti Putri
 

More from Laras Kun Rahmanti Putri (20)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdfPENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf
 
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12BLaporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
 
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
 
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
 
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
 
Laporan Perkim Penggaron Kidul
Laporan Perkim Penggaron KidulLaporan Perkim Penggaron Kidul
Laporan Perkim Penggaron Kidul
 
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota BatamLaporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
 
Review Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah PerkimReview Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah Perkim
 
Perencanaan BRT Kota Semarang
Perencanaan BRT Kota SemarangPerencanaan BRT Kota Semarang
Perencanaan BRT Kota Semarang
 
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri RayaStudio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
 
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota KendalStudio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
 
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-NgampelStudio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
 
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio PerencanaanLaporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
 
Studio Perencanaa - Proposal teknis
Studio Perencanaa - Proposal teknisStudio Perencanaa - Proposal teknis
Studio Perencanaa - Proposal teknis
 
Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)
 
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraMelihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
 
Jurnal Kesadaran Sosial Bandara Kualanamu
Jurnal Kesadaran Sosial Bandara KualanamuJurnal Kesadaran Sosial Bandara Kualanamu
Jurnal Kesadaran Sosial Bandara Kualanamu
 
Jurnal KTI Smt 2
Jurnal KTI Smt 2Jurnal KTI Smt 2
Jurnal KTI Smt 2
 
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyantoPemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
 
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau RuangLaporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
 

Recently uploaded

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 

Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi merupakan faktor penting yang mengiringi perkembangan suatu wilayah. Diperlukan pembahasan yang mendasar tentang perkembangan ekonomi suatu wilayah agar dapat diketahui kemana arah perkembangan wilayah tersebut. Salah satu permodelan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi adalah sektor basis. Sektor basis merupakan indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dilihat dari jumlah ekspor wilayah tersebut ke daerah lain. Di samping sektor basis, ada kegiatan sektor pendukung yang dibutuhkan untuk melayani (service) kegiatan produksi sektor basis termasuk pekerjanya. Sektor ini disebut sebagai sektor non-basis. Kedua sektor (basis dan non-basis) saling berhubungan. Artinya bahwa bila permintaan dari luar meningkat, maka sektor basis akan berkembang. Berkembangnya sektor basis akan mendorong perkembangan sektor non-basis dan perkembangan kedua sektor tersebut pada gilirannya akan menumbuhkembangkan perekonomian wilayah/kota melalui proses penggandaan. Terdapat dua metode yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis, yaitu metode langsung (melalui survei) dan tak langsung. Metode pengukuran tak langsung adalah metode yang menggunakan cara Metode Location Quotient (LQ) atau menggunakan data sekunder (PDRB/ tenaga kerja) dlm menentukan sektor basis serta dengan cara Analisis Shift – Share atau dengan menganalisis perubahan kegiatan ekonomi (mis: produksi dan kesempatan kerja) pada periode waktu tertentu (> 1 tahun). Kedua cara ini berguna untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah, apakah termasuk cepat ataukah lambat. 1.2 Perumusan Masalah Dalam laporan ini akan dibahas mengenai analisis intrawilayah dan agrerat wilayah Kabupaten Banjarnegara terhadap Provinsi Jawa Tengah dan Kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara tahun 2009 sampai 2013. Metode analisis yang digunakan meliputi statistik dasar berupa deskripsi atau profil ekonomi wilayah Kabupaten Banjarnegara, analisis LQ dan shiftshare, dan identifikasi serta analisis arahan pengembangan ekonomi (sektor apa yg dikembangkan dan di mana akan dikembangkan). 1.3 Tujuan dan Sasaran Laporan Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara dalam Menentukan Sektor Ekonomi Basis Kabupaten Banjarnegara ini memiliki tujuan dan sasaran sebagai berikut:
  • 2. 2 1.3.1 Tujuan Tujuan dari laporan ini ialah mengetahui sektor ekonomi basis di Kabupaten Banjarnegara. Sektor ekonomi basis ini mencerminkan sektor unggulan yang kemudian dikembangkan untuk menopang kegiatan perekonomian. Selain itu, juga untuk mengetahui komoditas utama di Kabupaten Banjarnegara. Komoditas utama ini juga dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Banjarnegara. 1.3.2 Sasaran Ada beberapa sasaran yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan dalam penyusunan laporan ini, diantaranya: 1. Teridentifikasinya karakteristik ekonomi Kabupaten Banjarnegara 2. Teridentifikasinya kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara dengan Propinsi Jawa Tengah 3. Teridentifikasinya karakteristik ekonomi masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara 4. Teranalisisnya sektor basis dan non basis Kabupaten Banjarnegara 5. Teranalisisnya sektor unggulan dan non unggulan yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara. 6. Terciptanya arahan atau kebijakan pengembangan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara. 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup merupakan batasan identifikasi wilayah studi yang mencakup ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Penjelasan mengenai ruang lingkup wilayah dan materi adalah sebagai berikut: 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah dibagi menjadi ruang lingkup makro dan ruang lingkup mikro. a. Ruang Lingkup Wilayah Makro Ruang lingkup makro mencakup wilayah Provinsi Jawa Tengah seluas 34.548 km2 . Batas-batas administrasi Provinsi Jawa Tengah adalah: Utara : Laut Jawa; Timur : Jawa Timur; Selatan : Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta; Barat : Jawa Barat. b. Ruang Lingkup Wilayah Mikro Ruang lingkup mikro mencakup wilayah Kabupaten Banjarnegara seluas 106.970,997 ha. Batas-batas administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah:
  • 3. 3 Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang; Timur : Kabupaten Wonosobo; Selatan : Kabupaten Kebumen; Barat : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga. 1.4.2 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang digunakan pada laporan ini mencakup komponen PDRB sebagai alat untuk mengetahui karakteristik ekonomi dan input yang dianalisis. Beberapa teori yang digunakan dalam analisis adalah sebagai berikut: a. Teori ekonomi wilayah dan kota b. Teori analisis agregat wilayah c. Teori analisis intra wilayah d. Teori LQ e. Teori Shift share 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan laporan ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, kajian literatur, gambaran umum Kabupaten Banjarnegara dan Provinsi Jawa Tengah, analisis ekonomi wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan penutup. Untuk lebih jelasnya, diuraikan seperti berikut ini: BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penulisan laporan, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup baik ruang lingkup wlayah dan ruang lingkup materi, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR Kajian literatur berisi tentang ruang lingkup materi yang terkait dengan laporan. Materi tersebut adalah analisis ekonomi dalam perencanaan wilayah dan kota meliputi analisis agregat dan analisis intrawilayah. BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA DAN PROVINSI JAWA TENGAH Bab ini mendeskripsikan gambaran umum dalam ruang lingkup wilayah studi yaitu Kabupaten Banjarnegara dan Provinsi Jawa Tengah. Gambaran umum tersebut terdiri dari kondisi geografis, kependudukan. BAB IV ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA Bab ini berisi tentang analisis ekonomi wilayah dan kota yaitu berupa analisis perekonomian wilayah (analisis agregat wilayah dan analisis intrawilayah). Analisis agraga berupa statistic dasar, analisis sektor basis (Perhitungan LQ), analisis kinerja sektor ekonomi (Perhitungan
  • 4. 4 Shiftshare). Sedangkan analisis intrawilayah berupa analisis sektor ekonomi unggulan (LQ dan SS) dan arahan pengembangan ekonomi. BAB V PENUTUP Bab terakhir ini membahas kesimpulan dan rekomendasi dari pembahasan yang ada di laporan.
  • 5. 5 BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Analisis Agregat Analisis agregat digunakan untuk mengetahui gambaran umum konstribusi perkembangan perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas dimana wilayah tersebut berada pada satu tempat. Dengan demikian, analisis agregat dapat digunakan untuk melihat wilayah sebagai replika dari nasional dengan modifikasi, wilayah dipandang sebagai sebuah unit dalam konteks ruang yang lebih luas. Dengan analisis agregat kita dapat mengetahui bagaimana tingkat, sumber dan distribusi pendapatan dan tenaga kerja yang terdapat dalam suatu wilayah, data ini sangat penting untuk melihat gambaran umum keadaan perekonomian suatu wilayah dan bagaimana setiap sektor perekonomian menyumbangkan pendapatannya dalam pendapatan suatu wilayah. Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, kita juga dapat mengetahui bagaimana komposisi sektor ekonomi berkonstribusi dalam perkembangan perekonomian wilayah tersebut, sehingga kita dapat mengetahui jumlah faktor – faktor produksi (investasi, tenaga kerja) yang tersedia dan bagaimana kualitasnya. Seluruh data-data tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, terutama antar sektor ekonomi (backward forward linkage) yang dapat menunjukan pola perubahan aspek-aspek ekonomi dan perbandingan aspek-aspek tesebut terhadap aspek yang terdapat di nasional dan wilayah lain. Pola perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memliki sifat dan intensitas aliran faktor-faktor produksi yang terjadi antarwilayah. Dalam analisa agregat hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, akan tetapi dalam pola tersebut terdapat konsekuensi yang terjadi dari adanya aliran-aliran faktor produksi yang berdampak terhadap perkembangan perekonomian wilayah. Peran pemerintah dalam perkembangan perekonomian yang dilihat melalui analisis agregat sangat penting, terutama dalam menentukan kebijakan publik, dan administrasi yang berpengaruh terhadap kinerja perekonomian wilayah. Oleh karena itu pola perubahan aliran faktor produksi dan tingkat pendapatan sangat dipengaruhi kebijakan instusional yang berkaitan dengan bagaimana potensi masalah dan peluang yang dapat dilihat dalam upaya pengembangan kondisi perekonomian suatu wilayah di masa depan. Kebujakan pemerintah juga sangat berpengaruh dalam melihat konsekuensi dari kebijakan ini dalam kaitan dengan wilayah lain.
  • 6. 6 2.2 Analisis Intra Wilayah Analisis intrawilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih mendalam apa yang ada di wilayah. Wilayah dilihat sebagai sebuah unit atau penjumlahan dari elemen-elemen yang ada di dalamnya. Dalam analisis intarawilayah ini, hal yang disoroti adalah bagaimana karakteristik dari tempat-tempat dalam suatu wilayah dan bagaimana interaksi yang terjadi di dalamnya. Analisis dilakukan lebih dalam pada setiap komponen yang ada di dalamnya. Jadi, analisis ini memandang suatu wilayah sebagai kumpulan dari wilayah-wilayah lain yantg skalanya lebih sempit serta masing-masingnya memiliki aktivitas dan karakteristik sendiri-sendiri. Analisis intrawilayah suatu kotamadya berarti menyoroti pokok analisis pada kecamatan- kecamatan yang ada di dalamnya, analisis intrawilayah suatu provinsi berarti menyoroti pokok analisis pada kabupaten-kabupaten yang ada di dalamnya, dan seterusnya. Contoh hal yang dibahas dalam suatu analisis intarawilayah yaitu bagaimana karakteristik ekonomi di subwilayah dan bagaimana perbandingan diantaranya, bagaimana tingkat pendapatan pada masing-masing subwilayah dan bagaimana kontribusi masing- masingnya terhadap wilayah, bagaimana tingkat konsentrasi dan spesialisasi sektor-sektor ekonomi pada masing-masing subwilayah, dan lain-lain. 2.3 PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Gross Domestik Product (GDP) / Produk Domestik Bruto (PDB) adalah besarnya nilai barang dan jasa yang diproduksikan di dalam suatu negara atau wilayah dalam satu tahun tertentu. Untuk wilayah kabupaten dan propinsi disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pengertian Produk Domestik Regional Bruto itu sendiri merupakan suatu ukuran pendapatan suatu wilayah atau kota yang dihitung dengan menggunakan seluruh output barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh input (faktor produksi) yang ada yang nantinya akan digunakan oleh satu perekonomian untuk menghasilkan barang atau jasa. Produk Domestik Regional Bruto dapat didefinisikan menurut 3 sudut pandang yang berbeda, yaitu: a. Menurut pendekatan produksi Merupakan jumlah nilai tambah bruto dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagi unit produksi didalam satu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Adapun pembagian unit-unit produksi/sektor tersebut dibagi menjadi 9 lapangan usaha, yaitu: 1) Pertanian 2) Pertambangan dan penggalian 3) Penghasilan dan pajak langsung lainnya 4) Listrik, gas, dan air minum 5) Bangunan
  • 7. 7 6) Perdagangan, hotel, dan restaurant 7) Pengangkutan dan komunikasi 8) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 9) Jasa-jasa b. Menurut pendekatan pendapatan Merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam satu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. c. Menurut pendekatan pengeluaran Merupakan jumlah pengeluaran oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah, lembaga swasta tidak mencari keuntungan, pengeluaran untuk pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu daerah atau wilayah dalam jangka waktu tertentu. Ekspor netto yang dimaksud adalah nilai ekspor dikurangi dengan jumlah nilai impor. PDRB secara berkala dapat disajikan dalam 2 bentuk, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, yang dapat di jelaskan berikut ini : a. PDRB atas dasar harga berlakumenggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakanharga pada setiap tahun. b. PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya. 2.4 Metode Analisis LQ Metode Location Quotient (LQ) untuk mengidentifikasi komoditas unggulan diakomodasi dari Miller & Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998). Menurut Hood (1998). Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sector kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relative atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001). Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relative kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sector unggulan sebagai
  • 8. 8 leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, metode LQ relevan digunakan sebagai metoda dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksi atau populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian (areal tanam atau areal panen), produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan jumlah populasi (ekor). Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan demikian halnya dengan metode LQ. a. Kelebihan metode LQ 1) Mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. 2) Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet dari Microsoft Excel atau program Lotus b. Keterbatasan metode LQ 1) Validitas data sangat diperlukan, sehingga harus diperhitungkan akurasi datanya. 2) Diperlukan nilai rata-rata dari data series yang cukup panjang (tidak kurang dari 5 tahun). 3) Deliniasi wilayah kajian yang acuannya seringkali tidak jelas, sehingga muncul hasil hitungan yang tidak sama dengan yang diduga. Selanjutnya untuk menganalisis data menggunakan metode LQ yang dilakukan secara sederhana menggunakan spreadsheet dari Excel dalam Microsoft Windoows XP perlu dilakukan beberapa tahap, yaitu: a. Insert data Insert data menurut subsektor dengan jangka waktu lima tahun terakhir ke dalam spreadsheet dengan format kolom dan baris. Kolom diisi nama wilayah dan tahun, sedangkan baris diisi nama sektor yang akan dianalisis. b. Menghitung LQ Dalam tahapan ini adalah menghitung nilai LQ. Caranya dengan memasukkan notasi-notasi yang diperoleh ke dalam formula LQ, yaitu pi/pt sebagai pembilang dan Pi/Pt sebagai penyebut. Secara ringkas ditulis: 𝐿𝑄 = 𝑝𝑖/𝑝𝑡 𝑃𝑖/𝑃𝑡 Keterangan: LQ = Location Quotient pi = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkat lokal
  • 9. 9 pt = Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkat lokal Pi = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkat regional Pt = Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkat regional c. Interpretasi nilai LQ Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama dengan satu sampai lebih besr dari angka 1, atau 1 ≥ LQ > 1. Besaran nilai LQ menunjukkan besaran derajat spesialisasi atau konsentrasi dari komoditas itu di wilayah yang bersangkutan relatif terhadap wilayah referensi. Artinya semakin besar nilai LQ di suatu wilayah, semakin besar pula derajat konsentrasinya di wilayah tersebut. Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) criteria yaitu: 1) LQ > 1; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah. 2) LQ = 1; komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebetuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor. 3) LQ < 1; komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapet memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar. 2.5 Metode Analisis Shift Share Analisis Shift Share adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relative sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor unggul daerah dalam kaitannya dengan perekonomian acuan (wilayah acuan atau wilayah yang lebih luas) dalam dua atau lebih titik waktu. Analisis ini bertumpu pada asumisi pertumbuhan sektor daerah sama dengan tingkat wilayah acuan, membagi perubahan atua pertumbuhan kinerja ekonomi daerah (local) dalam tiga komponen, yaitu: a. Komponen pertumbuhan wilayah acuan (KPW), yaitu mnegukur perubahan kinerja ekonomi pada perekonomian acuan. Artinya, daerah yang bersangkutan tumbuh karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum. b. Komponen pertumbuhan proporsional (KPP), yaitu mengukur perbedaan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila komponen ini pada salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti bahwa sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan. Sebaliknya jika negative, maka kinerja sektor tersebut menurun.
  • 10. 10 c. Komponen pergeseran atau pertumbuhan pangsa wilayah (KPPW), yaitu mengukur kinerja sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Sektor-sektor local terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Apabila komponen ini pada salah satu sektor positif, maka daya saing sektor local meningkat dibandingkan sektor yang sama pada perekonomian acuan, begitu juga sebaliknya. Apabila perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi kota adalah PEK, maka persamaan dapat diformulasikan sebagai berikut: PEK = KPW+KPP+KPK atau PEK = ( 𝑌∗ 𝑌 − 1) + ( 𝑌𝑖′ 𝑌𝑖 − 𝑌∗ 𝑌 ) + ( yi′ yi − Yi′ Yi ) Keterangan : Y* = indikator ekonomi acuan akhir tahun kajian Y = indikator ekonomi acuan awal tahun kajian Yi’ = indikator ekonomi acuan sektor I akhir tahun kajian Yi = Indikator ekonomi acuan sektor I awal tahun kajian yi’ = indikator ekonomi daerah (local) sektor I akhir tahun kajian yi = indikator ekonomi daerah (local) sektor I awal tahun kajian Pergeseran Netto (PN) dihitung dengan rumus : PN = KPP + KPK Langkah-langkah dasar a. Langkah 1 Hitung dan bandingkan pertumbuhan pendapatan di daerah dengan wilayah acuan. Untuk memudahkan analisis, perekonomian daerah dan wilayah acuan dipecah dalam sebelas sektor, yaitu : pertanian, pertambangan dan penggalian, industry pengolahan, listrik/ gas/ air bersih, bangunan, perdagangan/ hotel/ restoran, pengangkutan/ komunikasi, keuangan/ persewaan/ jasa perusahaan, dan jasa-jasa. b. Langkah 2 Hitung perubahan pendapatan daerah setiap sektor, yaitu dengan mengurangi pendapatan pada akhir waktu kajian untuk masing-masing sektor dengan pendapatan pada awal tahun kajian c. Langkah 3 Hitung komponen masing-masing pertumbuhan sesuai rumus yang telah dijabarkan secara rincisebagai berikut : 1) Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPW) 2) Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP) 3) Komponen Pertumbuhan Daya Saing (KPK)
  • 11. 11 d. Langkah 4 Tafsirkan hasil perhitungan, dengan membandingkan sektor-sektor KPP yang bertanda positif dengan negative. Apabila suatu sektor bertanda positif, maka sektor tersebut pesat pertumbuhannya dan pengaruhnya pada pendapatan daerah juga positif. Begitu juga sebaliknya. Suatu daerah yang sebagian besar pendapatannya berasal dari sektor-sektor yang lamban pertumbuhannya, maka pendapatan di daerah tersebut akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan wilayah acuan. Begitu juga sebaliknya. e. Langkah 5 Hubungkan sektor KPK yang bertanda positif dan negative. Sektor yang bertanda positif berarti mengalami peningkatan daya saing/keunggulan komparatif daerah dalam kaitannya dengan daerah lain pada waktu kajian. f. Langkah 6 Hitung pergeseran bersih (net shift) untuk menemukan sektor-sektor maju dan kurang maju, yaitu dengan menjumlahkan komponen KPK dan KPP dari masing- masing sektor. Apabila hasil penjumlahan yang diperoleh untuk suatu sektor adalah positif, maka sektor yang bersangkutan termasuk maju, begitu jjuga sebaliknya. g. Langkah 7 Sebagian alternative dari langkah 6, analisis dilanjutkan untuk menemukan sektor- sektor yang termasuk unggul, agak unggul mundur, dan mundur dalam selang waktu ujian. Keluaran semua sektor daerah diletakkan pada suatu diagram yang terdiri dari empat kuadran. Kuadran I mempresentasikan sektor unggul karena KPK dan KPP memiliki nilai positif, kuadran II menggambarkan sektor agak mundur karena KPK negative namun KPP positif, kuadran III mempresentasikan sektor mundur karena KPK maupun KPP negative, kuadran IV merpakan tempat kedudukan sektor agak unggul karena KPK positif, sedangkan KPP negative. Yang menjadi acuan utama dalam analisis ini adalah KPK atau komponen pertumbuhan daya saing daerah, karena komponen tersebut merupakan komponen terpenting dalam pertumbuhan suatu daerah. 2.6 Analisis Gabungan (Tipologi) Dari gabungan analisis LQ dan Shift Share, dapat diketahui sektor ekonomi unggulan suatu wilayah. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sektor ekonomi unggulan adalah pendekatan LQ dan pendekatan input-output. Indikator dari analisis LQ yaitu sektor yang mempunyai nilai LQ >1 adalah sektor unggulan sehingga dijadikan prioritas pengembangan sektor ekonomi wilayah/kota. Indikator dari analisis Shift Share yaitu sektor yang mempunyai nilai bacward linkage dan forward linkage yang tinggi adalah sektor
  • 12. 12 unggulan, sehingga dijadikan prioritas pengembangan sektor ekonomi wilayah/kota. Berikut ini adalah contoh penghitungan beberapa sektor ekonomi dengan mencari rata-rata LQ dan komponen KPPW. Tabel II.1 Tipologi Sektor Berdasarkan Gabungan Nilai LQ & Komponen KPPW NO SEKTOR RATA – RATA LQ KOMPONEN KPPW 1 Pertanian LLQQ >> 11 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING 2 Pertambangan & Penggalian LLQQ >> 11 MEMPUNYAI DAYA SAING 3 Industri LLQQ >> 11 MEMPUNYAI DAYA SAING 4 Listrik, Gas & Air Minum LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING 5 Konstruksi LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING 6 Perdagangan, Hotel & Restoran LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING 7 Transportasi & Komunikasi LQ < 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING 8 Keuangan LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING 9 Jasa - Jasa LQ < 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING Sumber : Dari tabel di atas, analisis antara hasil LQ dan KPPW sebagai komponen Shift Share menghasilkan 4 kategori sektor ekonomi, yaitu : - Kategori 1 : Sektor Basis & Berdaya Saing -> Industri, Pertambangan & Penggalian - Kategori 2 : Sektor Non Basis & Berdaya Saing -> Listrik, Gas & Air Minum, Konstruksi, Perdagangan, Hotel & Restoran serta Keuangan - Kategori 3 : Sektor Basis & Tidak Berdaya Saing -> Pertanian - Kategori 4 : Sektor Non Basis & Tidak Berdaya Saing -> Transportasi & Komunikasi serta Jasa-jasa.
  • 13. 13 Sumber : Gambar 2.1 Pembagian 4 Kategori Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Dapat disimpulkan bahwa sektor yang menjadi prioritas dikembangkan (Unggulan) adalah Industri, Pertambangan & Penggalian serta Pertanian. Khusus untuk Pertanian, sektor ini tetap menjadi sektor unggulan meskipun tidak berdaya saing karena dilihat dari jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor ini menyumbang jumlah PDRB yng jauh lebih besar dari sektor lainnya sehingga tetap menjadi sektor unggulan. Sektor lain yang bukan merupakan sektor unggulan harus lebih dikembangkan secara signifikan agar perkembangan dan p emerataan sektor ekonomi wilayah tersebut dapat ditingkatkan.
  • 14. 14 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Gambaran umum wilayah Kabupaten Banjarnegara merupakan penjabaran mengenai kondisi eksisting yang terdapat di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Dalam gambaran umum ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek non fisik. 3.1 Aspek Fisik Kabupaten Banjarnegara Aspek fisik Kabupaten Banjarnegara meliputi keadaan geografis dan administrasi; bentuk alam dan topografi; jenis tanah; klimatologi; dan penggunaan lahan. 3.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banjarnegara yang mempunyai luas wilayah 106,971,01 Ha, terdiri dari 20 kecamatan 253 desa 12 kelurahan. Batas-batas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang Sebelah Timur : Kabupaten Wonosobo Sebelah Selatan : Kabupaten Kebumen Sebelah Barat : Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010 Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Banjarnegara
  • 15. 15 Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Tabel III.1 Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Menurut Kecamatan NO. KECAMATAN LUAS (Ha) PERSENTASE 1 SUSUKAN 5,265.67 4.92 2 PURWAREJA KLAMPOK 2,186.67 2.04 3 MANDIRAJA 5,261.58 4.92 4 PURWANEGARA 7,386.53 6.91 5 BAWANG 5,520.64 5.16 6 BANJARNEGARA 2,624.20 2.45 7 PAGEDONGAN 8,055.24 7.53 8 SIGALUH 3,955.95 3.70 9 MADUKARA 4,820.15 4.51 10 BANJARMANGU 4,635.61 4.33 11 WANADADI 2,827.41 2.64 12 RAKIT 3,244.62 3.03 13 PUNGGELAN 10,284.01 9.61 14 KARANGKOBAR 3,906.94 3.65 15 PANGETAN 4,618.98 4.32 16 PEJAWARAN 5,224.97 4.88 17 BATUR 4,717.10 4.41 18 WANAYASA 8,201.13 7.67 19 KALIBENING 8,377.56 7.83 20 PANDANARUM 5,856.05 5.47 JUMLAH 106,971.01 100.00 Sumber; Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014 3.1.2 Bentuk Alam dan Topografi Kabupaten Banjarnegara terdiri dari tiga zona yaitu zona utara, zona tengah, dan zona selatan sebagai berikut (Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010). a. Zona utara merupakan wilayah pegunungan yang lebih dikenal dengan pegunungan Kendeng Utara, rona alamanya bergunung berbukit, bergelombang dan curam. Potensi utamanya adalah sayur mayor, kentang, kobis, jamur,teh, jagung, kayu, getah pinus, sapi kereman, kambing dan domba, Juga pariwisata dan tenaga listrik panas bumi di dataran Dieng. b. Zona tengah merupakan dataran lembah sungai Serayu. Rona alamnya relatif datar dan subur. Potensi utama adalah padi,palawija, buah-buahan, ikan homeindustri, PLTA Mrica, keramik, dan anyam-anyaman bambu. c. Zona Selatan merupakan pegunungan kapur dengan nama pegunungan Serayu Selatam. Rona alamnya bergunung, bergelombang dan curam. Potensinya utamanya adalah ketela pohon, gula kelapa, bambu, getah pinus,
  • 16. 16 damar dan bahan mineral meliputi : marmer, buah kwarsa, feld sart, asbes, andesit, pasir dan kerikil. Buah-buahan: duku, manggis, durian, rambutan, pisang, dan jambu. Kabupaten Banjarnegara mempunyai ketinggian yang bervariasi, meskipun kebanyakan berada pada ketinggian 100 mdpl karena letaknya yang berada pada jalur pegunungan; yang sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 mdpl (37,04%); 500-1.000 mdpl (28,74%); dan >1.000 mdpl (24,4%); sedangkan wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 mdpl hanya seluas 9,82% (Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010). Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010 Gambar 3.1 Peta Topografi Kabupaten Banjarnegara 3.1.3 Jenis Tanah Jenis tanah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut (Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010). a. Tanah alluvial: dengan asosiasinya berwarna kelabu coklat dan hitam, sifatnya beraneka ragam. Produktivitas tanah rendah hingga tinggi sesuai untuk pertanian. Jenis tanah tersebut terdapat pada Kecamatan Batur, Kalibening, Rakit, Punggelan, Susukan, Purworejo Klampok, dan Wanadadi. b. Tanah latosol: berasosiasi dengan andosol, sifatnya agak asam hingga netral, warnanya beraneka ragam yaitu kelabu, coklat, hitam coklat kemerah- merahan. Tingkat kesuburan tanah sedang sampai tinggi. Sesuai untuk usaha
  • 17. 17 pertanian, kebun campuran, pertanian sayur-sayuran dan hutan. Terdapat pada Kecamatan Susukan, Purworejo Kalmpok, Purwonegoro, Wanadadi, Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran, Kalibening, Karangkobar, Banjarmangu, Padedongan, Mandiraja, Punggelan, Pandanarum, dan Pangetan. c. Tanah andosol: dengan asosiasi berwarna coklat, coklat kekuning-kuningan, bersifat netral sampai asam. Produktivitas tanah sedang hingga tinggi, cocok untuk tegalan, kebun campuran dan hutan. Terdapat di Kecamatan Wanayasa, Pejawaran, Pegentan, dan Batur. d. Tanah grumosol: asosiasinya dengan tanah mediteran, bersifat agak netral, warna kelabu hingga hitam, merah kekuning-kuningan, merah hingga coklat. Produktivitasnya rendah sampai sedang, cocok dipergunakan untuk usaha- usaha persawahan dan tegalan. Terdapat di Kecamatan Karangkobar, Pagetan, Wanadadi, Wanayasa, Madukara, dan Banjarmangu. e. Tanah pedsolik merah kuning: tanah bertekstur liat, struktur blok di lapisan bawah, konsistensi teguj, bersifat asam dengan pH kurang dari 5,5. Terbentuk pada daerah dengan curah hujan antara 2500 sampai 3000 mm tiap tahun serta biasanya berada pada ketinggian di atas 25 meter di atas permukaan laut. Terdapat di sekitar tegalan pada Kecamatan Pandarum, Kalibening, dan Punggelan. f. Tanah litosol: tanah yang beraneka sifat dan warnanya. Jenis tanah ini kurang baik untuk pertanian, terdapat di Kecamatan Banjarmangu.
  • 18. 18 Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010 Gambar 3.2 Peta Jenis Tanah Kabupaten Banjarnegara 3.1.4 Klimatologi Menurut Bappeda Kabupaten Banjarnegara (2010) kondisi klimatologi KabupatenBanjarnegara beriklim tropis, dengan bulan basah umumnya lebih banyak darpada bulan kering. Temperatur udara berkisar antara 20-260 C, temperature terdingin yaitu 3-180 C dengan temperatur terdingin tercatat pada musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng. Kembaban udara berkisar antara 80%-85% dengan curah hujan tertinggi rata-rata 3.000 mm/tahun. Kabupaten Banjarnegara bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah tengah maupun selatan.
  • 19. 19 Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010 Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Kabupaten Banjarnegara 3.1.5 Penggunaan Lahan Berdasarkan Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2014, luas wilayah Kabupaten Banjarnegara mempunyai persentase sebesar 3,29% dari luas wilayah Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas sebesar (3,25 juta Ha). Pada tahun 2013, luas tersebut terbagi atas lahan sawah sebesar 15.034 Ha atau 14,05% dari wilayah keseluruhan Kabupaten Banjarnegara dan Lahan Bukan Sawah sebesar 71.744 Ha atau 64,07% dari total Kabupaten. Sedangkan lahan bukan pertanian sebesar 20.193 Ha atau 18,88%. Tabel III.2 Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenis Penggunaan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 PENGGUNAAN LAHAN 2009 2010 2011 2012 2013 LAHAN SAWAH 14,563 14,663 14,867 14,874 15,034 BUKAN LAHAN SAWAH 61,001 55,952 55,840 72,562 71,744 LAHAN BUKAN PERTANIAN 31,306 36,356 36,263 19,535 20,193 JUMLAH 106,870 106,971 106,970 106,971 106,971 Sumber:Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka,2014
  • 20. 20 3.2 Aspek Non Fisik Kabupaten Banjarnegara Aspek non fisik Kabupaten Banjarnegara yang dibahas pada laporan ini adalah kependudukan, perekonomian, dan ketenagakerjaan. 3.2.1 Kependudukan Menurut Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2014, proyeksi penduduk akhir tahun 2013 Kabupaten Banjarnegara sebanyak 892.477 jiwa, terdiri dari 447.219 laki- laki dan 445.228 perempuan, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 5.158 jiwa atau 0,58% dari jumlah penduduk akhir tahun 2012 sebanyak 887.289 jiwa. Kepadatan penduduk akhir tahun 2013 sebesar 834 jiwa per km2 , yang berarti bahwa setiap 1 km2 luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, dihuni oleh sekitar 834 orang. Kecamatan Banjarnegara, Purworejo Klampok, dan Rakit adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, masing-masing dengan jumlah kepadatan 2.204 jiwa per km2 , 2.118 jiwa per km2 , dan 1.523 jiwa per km2 . Sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya rendah adalah Kecamatan Pandanarum dan Kecamatan Pagedongan, yakni sebesar 360 per km2 dan 436 per km2 . Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk per kecamatan di Banjarnegara tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel III.3. Tabel III.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013 NO. KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK KEPADATAN 1 SUSUKAN 59,689 1,133 2 PURWAREJA KLAMPOK 46,314 2,118 3 MANDIRAJA 64,138 1,219 4 PURWANEGARA 69,625 943 5 BAWANG 52,254 946 6 BANJARNEGARA 57,821 2,204 7 PAGEDONGAN 35,130 436 8 SIGALUH 29,234 739 9 MADUKARA 40,645 843 10 BANJARMANGU 39,469 851 11 WANADADI 28,549 1,010 12 RAKIT 49,437 1,523 13 PUNGGELAN 69,592 677 14 KARANGKOBAR 27,704 709 15 PANGETAN 35,635 771 16 PEJAWARAN 41,436 793 17 BATUR 36,960 784 18 WANAYASA 44,533 543 19 KALIBENING 43,210 516 20 PANDANARUM 21,072 360 Sumber:Kabupaten Banjarnegara dalam Angka,2014 Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin pada Kabupaten Banjarnegara berdasarkan piramida penduduk pada Gambar 3.5 dapat menggambarkan usia produktif, usia anak-anak dan usia tidak produktif. Usia anak- anak meliputi usia di bawah 15 tahun sedangkan usia antara 15 sampai dengan 59
  • 21. 21 tahun, sedangkan usia tidak produktif pada usia di atas 60 tahun. Dilihat dari kondisi tersebut maka Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2013 memiliki struktur umur dominan pada usia produktif, kemudian disusul pada usia anak-anak dan usia tidak produktif. Sumber: Kabupaten Banjarnegara dalam Angka, 2014 Gambar 3.4 Piramida Penduduk Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013 3.2.2 Perekonomian Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, sebagian besar masyarakatnya menyandarkan hidupnya dari sektor pertanian. Kondisi ini dapat dilihat dari tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan produk domestik regional bruto (PDRB). Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2013 sebesar 37,33 persen dari total PDRB Kabupaten Banjarnegara memberikan dasar yang kuat untuk menyatakan kondisi tersebut. Lihat Tabel III.4. 60,000 40,000 20,000 00 20,000 40,000 60,000 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 PEREMPUAN LAKI-LAKI
  • 22. 22 Tabel III.4 PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013 Perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara kurun waktu lima tahun terakhir menunjukan perbaikan dari waktu ke waktu, dimana pertumbuhan selama kurun waktu tersebut masih berada pada posisi positif dengan besaran angkanya antara 4 sampai dengan 5 persen. Perkembangan yang mendukung pertumbuhan tersebut adalah dari sektor jasa-jasa kemudian ditambah dengan dukungan sektor transportasi dan komunikasi. Kedua sektor ini memang bukan merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian Kabupaten Banjarnegara, akan tetapi tingginya perkembangan sektor ini terakumulai dengan pertumbuhan dari sektor lainnya sehingga menambah besar tingkat pertumbuhan dari PDRB Kabupaten Banjarnegara (BPS Kabupaten Banjarnegara, 2013). Laju pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 dan distribusi PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel III.5 dan Tabel III.6. Tabel III.5 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (Persen) NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 4.02 1.89 2.37 3.08 2.43 2 Pertambangan & Penggalian 4.64 4.27 4.09 4.47 5.69 3 Industri Pengolahan 2.11 1.51 3.87 3.65 6.22 4 Listrik, Gas & Air Minum 9.28 8.45 7.67 6.58 7.78 5 Konstruksi/ Bangunan 7.01 3.49 6.81 6.42 7.72 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4.90 4.72 4.69 5.41 7.13 7 Transportasi & Komunikasi 9.77 9.71 7.34 8.94 5.87 8 Keuangan 7.51 8.32 5.96 8.39 10.82 NO SEKTOR KABUPATEN (rupiah) PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013 1 Pertanian 1,016,343.12 1,035,558.72 1,060,086.56 1,092,737.31 1,119,288.35 2 Pertambangan & Penggalian 14,669.27 15,294.96 15,920.99 16,633.35 17,579.78 3 Industri Pengolahan 374,321.85 379,955.75 394,671.82 409,083.88 434,528.67 4 Listrik, Gas & Air Minum 12,715.20 13,789.94 14,848.29 15,825.12 17,056.26 5 Konstruksi/ Bangunan 185,754.77 192,240.54 205,326.13 218,512.05 235,383.94 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 349,819.18 366,334.84 383,513.40 404,269.40 433,087.86 7 Transportasi & Komunikasi 118,822.74 130,362.23 139,930.92 152,445.43 161,397.23 8 Keuangan 162,948.45 176,509.23 187,035.27 202,736.43 224,670.11 9 Jasa - Jasa 518,541.13 578,477.91 629,208.65 677,408.67 715,077.50 Total 2,753,935.71 2,888,524.12 3,030,542.03 3,189,651.64 3,358,069.70
  • 23. 23 NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013 9 Jasa - Jasa 7.18 11.56 8.77 7.66 6.56 PDRB 5.11 4.89 4.92 5.25 5.28 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013 Tabel III.6 Distribusi PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 36.91 35.85 34.98 34.26 33.33 2 Pertambangan & Penggalian 0.53 0.53 0.53 0.52 0.52 3 Industri Pengolahan 13.59 13.15 13.02 12.83 12.94 4 Listrik, Gas & Air Minum 0.46 0.48 0.49 0.50 0.51 5 Konstruksi/ Bangunan 6.75 6.66 6.78 6.85 7.01 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 12.70 12.68 12.65 12.67 12.90 7 Transportasi & Komunikasi 4.31 4.51 4.62 4.78 4.81 8 Keuangan 5.92 6.11 6.17 6.36 6.69 9 Jasa - Jasa 18.83 20.03 20.76 21.24 21.29 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013 3.2.3 Ketenagakerjaan Di Kabupaten Banjarnegara banyaknya permintaan tenaga kerja yang tercatat pada tahun 2013 sebanyak 18.556 orang, sedangkan jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan pada tahun 2011 sebanyak 14.689 orang dengan rincian 7.838 orang laki-laki dan 6.851 orang perempuan. Adapun pencari kerja yang telah ditempatkan pada tahun 2013 sebanyak 3.867 orang, dengan rincian 1.266 orang laki-laki dan 2.601 orang perempuan (BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014). Banyaknya permintaan tenaga kerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin di Kabupaten Banjarnegara tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel III.7. Sedangkan banyaknya pencari kerja yang belum ditempatkan menurut lapangan usaha dan jenis kelamin di Kabupaten Banjarnegara tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel III.8. Tabel III.7 Banyaknya Permintaan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013 NO SEKTOR BANYAKNYA PERMINTAAN TENAGA KERJA PERSENTASE L P JUMLAH 1 Pertanian 180 90 270 6.94 2 Pertambangan & Penggalian - - - - 3 Industri Pengolahan 951 1,908 2,859 73.44 4 Listrik, Gas & Air Minum - - - - 5 Konstruksi/ Bangunan - - - - 6 Perdagangan, Hotel & 120 100 220 5.65
  • 24. 24 NO SEKTOR BANYAKNYA PERMINTAAN TENAGA KERJA PERSENTASE L P JUMLAH Restoran 7 Transportasi & Komunikasi - - - - 8 Keuangan 7 5 12 0.31 9 Jasa - Jasa 27 505 432 13.67 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014 Tabel III.8 Banyaknya Pencari Kerja Yang Belum Ditempatkan Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013 NO SEKTOR BANYAKNYA PERMINTAAN TENAGA KERJA PERSENTASE L P JUMLAH 1 Pertanian 609 320 929 6.32 2 Pertambangan & Penggalian - - - - 3 Industri Pengolahan 4,292 1,759 6 41.19 4 Listrik, Gas & Air Minum - - - - 5 Konstruksi/ Bangunan 50 - 50 0.34 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 606 739 1,345 9.16 7 Transportasi & Komunikasi - - - - 8 Keuangan 1,100 1,062 2,162 14.72 9 Jasa - Jasa 1,181 2,971 4,152 28.27 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014
  • 25. 25 BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Agregat Dalam rangka membangun perekonomian kabupaten yang lebih baik, maka pemerintah daerah harus menentukan sektor-sektor yang perlu dikembangkan agar perekonomian daerah dapat tumbuh cepat, salah satunya dengan menggunakan analisis agregat. Analisis agregat digunakan untuk mengetahui gambaran umum konstribusi perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara terhadap wilyah lain yang hierarkinya lebih luas yaitu Provinsi Jawa Tengah. Dalam melakukan analisis perekonomian Kabupaten Banjarnegara secara agregat dibutuhkan beberapa data. 4.1.1 Statistik Dasar Berikut adalah data-data Kabupaten Banjarnegara yang dibutuhkan untuk analisis: Tabel IV.1 PDRB ADHK dan Laju Pertumbuhan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 Tahun PDRB (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan 2009 2.753.935,73 5,11 2010 2.888.524,12 4,89 2011 3.030.542,04 4,92 2012 3.189.651,65 5,25 2013 3.358.069,70 5,28 Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 Dari tabel dan grafik-grafik di atas, diketahui bahwa jumlah PDRB Kabupaten Banjarnegara atas dasar harga konstan (ADHK) dalam kurun waktu lima tahun yaitu 0.00 500,000.00 1,000,000.00 1,500,000.00 2,000,000.00 2,500,000.00 3,000,000.00 3,500,000.00 4,000,000.00 2009 2010 2011 2012 2013 (JutaRupiah) Tahun Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara PDRB Kabupaten Banjarnegara (Juta Rupiah)
  • 26. 26 tahun 2009 hingga tahun 2013 terus menerus mengalami peningkatan. PDRB Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2009 adalah 2.753.935,73 juta rupiah, terus meningkat hingga tahun 2013 sebesar 3.358.069,70 juta rupiah. Agar lebih jelas, laju pertumbuhan Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini: Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 Untuk mengetahui sektor yang paling berperan dalam perekonomian di Kabupaten Banjarnegara, dibutuhkan data PDRB ADHK Persektor Kabupaten Banjarnegara tahun 2009 hingga tahun 2013. Berikut adalah tabelnya: Tabel IV.2 PDRB Kabupaten Banjarnegara Per Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013 NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013 1 PERTANIAN 1.016.343,12 1.035.558,72 1.060.086,56 1.092.737,31 1.119.288,35 2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 14.669,27 15.294,96 15.920,82 16.633,35 17.579,78 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 374.321,85 379.955,75 394.671,82 409.083,88 434.528,67 4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 12.715,20 13.789,94 14.848,29 15.825,12 17.056,26 5 BANGUNAN 185.754,77 192.240,54 205.326,13 218.512,05 235.383,94 6 PERDAG. HOTEL & RESTORAN 349.819,18 366.334,84 383.513,40 505.269,40 433.087,86 7 PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI 118.822,74 130.362,23 139.930,92 152.445,43 161.397,23 8 KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 162.948,45 176.509,23 187.035,27 202.736,43 224.670,11 9 JASA-JASA 518.541,13 578.477,91 629.208,65 677.408,67 715.077,50 Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014 4.6 4.7 4.8 4.9 5 5.1 5.2 5.3 5.4 2009 2010 2011 2012 2013 (%) Tahun Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Laju Pertumbuhan
  • 27. 27 Berdasarkan tabel PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 di atas, dapat diketahui bahwa PDRB Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu tahun 2009-2013 cukup stabil, akan tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan pada sektor bangunan. PDRB tertinggi terdapat pada sektor pertanian dengan jumlah yang selalu meningkat tiap tahunnya dari tahun 2009-2013. Untuk memperjelas pemahaman mengenai perkembangan PDRB Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada diagram di bawah ini : Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Per Sektor Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 Tabel IV.3 Distribusi PDRB Per Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (persen) NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013 1 PERTANIAN 36,91 35,85 34,98 34,26 33,33 2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,53 0,53 0,53 0,52 0,52 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 13,59 13,25 13,02 12,83 12,94 4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,46 0,48 0,49 0,50 0,51 5 BANGUNAN 6,75 6,66 6,78 6,85 7,01 6 PERDAG. HOTEL & RESTORAN 12,70 12,68 12,65 12,67 12,90 7 PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4,31 4,51 4,62 4,78 4,81 8 KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 5,92 6,11 6,17 6,36 6,69 - 200,000.00 400,000.00 600,000.00 800,000.00 1,000,000.00 1,200,000.00 2009 2010 2011 2012 2013 PDRB KabupatenBanjarnegaraPer Sektor Atas Dasar HargaKonstan PERTANIAN PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS & AIR BERSIH BANGUNAN PERDAG. HOTEL & RESTORAN PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN JASA-JASA
  • 28. 28 NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013 9 JASA-JASA 18,83 20,03 20,76 21,24 21,29 Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014 Berdasarkan tabel Distribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara, dapat diketahui bahwa sektor yang memberikan distribusi paling besar pada PDRB Kabupaten Banjarnegara selama lima tahun berturut-turut adalah sektor Pertanian. Sektor yang paling kecil memberikan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kabuaten Banjarnegara adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Seperti yang diketahui, listrik dan air adalah kebutuhan pokok/vital bagi rumah tangga, sehingga walaupun hampir setiap tahun tarif dasar listrik naik dan tarif air minum naik pertumbuhan sektor ini masih menunjukkan angka yang positif pada tahun, walaupun mengalami penurunan. Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Distribusi Per Sektor Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 Berdasarkan grafik rata-rata distribusi per sektor Kabupaten Banjarnegara kurang lebih 35% adalah sektor pertanian. Lahan pertanian di Kabupaten Banjarnegara memang tersedia sangat luas. Hasil-hasil pertanian dan peternakannya juga menjadi komoditas utama Kabupaten Banjarnegara. Salah satu hasil peternakannya yaitu sapi potong. 20% adalah jasa-jasa yang meliputi Pemerintahan Umum dan Swasta (jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayyaan, serta jasa perorangan dan rumah tangga), sektor ini merupakan sektor yang distribusinya kedua terbesar setelah pertanian. Industri pengolahan berkontribusi sekitar 13% pada PDRB Kabupaten Banjarnegara. 35% 1% 13% 0% 7% 13% 5% 6% 20% Persentase Rata-rata (2009-2013) Distribusi Persektor Kabupaten Banjarnegara PERTANIAN PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS & AIR BERSIH BANGUNAN PERDAG. HOTEL & RESTORAN PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN JASA-JASA
  • 29. 29 Tabel IV.4 Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten Banjarnegara 2009 2010 2011 2012 2013 Pendapatan Perkapita 4,21 11,09 4,11 4,48 4,54 Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan perkapita di Kabupaten Banharnegara tidak stabil. Perkembangan perkapita tertinggi di Kabupaten Banjarnegara adalah pada tahun 2010, kemudian mengalami naik turun pada tahun berikutnya. Untuk memperjelas pemahaman mengenai perkembangan perkapita Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Gambar 4.5 Grafik Pendapatan Perkapita Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 Tabel IV.5 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Banjaranegara (ribu jiwa) 2008 2009 2010 2011 Jumlah Penduduk Miskin (ribu) 200,6 184,0 166,7 177,3 Sumber:BPS Jawa Tengah, 2012 Tabel IV.6 Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Banjaranegara (persen) 2011 2012 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka 5,57 3,76 4,17 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 71,25 79,47 73,61 Sumber:BPS Jawa Tengah, 2014 Dari tabel IV.5 dan IV.6 terlihat pertumbuhan yang naik turun dari tahun ke tahunnya, hal tersebut menandakan bahwa masih ada kesenjangan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara. 4.21 11.09 4.11 4.48 4.54 - 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 2009 2010 2011 2012 2013 Pendapatan Perkapita Pendapatan Perkapita
  • 30. 30 4.1.2 Perhitungan LQ Location Qoutient (LQ) digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor Interpretasi nilai LQ yang didapatkan dari haris perhitungan adalah berada pada kisaran lebih kecil atau sama dengan 1 sampai lebih besar dari 1 atau 1 ≥ LQ > 1. , semakin besar LQ maka semakin berpengaruh terhadap perekonomian wilayah tersebut. Tabel IV.7 PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 NO SEKTOR KABUPATEN BANJARNEGARA (rupiah) PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013 1 Pertanian 1.016.343,12 1.035.558,72 1.060.086,56 1.092.737,31 1.119.288,35 2 Pertambangan & Penggalian 14.669,27 15.294,96 15.920,99 16.633,35 17.579,78 3 Industri Pengolahan 374.321,85 379.955,75 394.671,82 409.083,88 434.528,67 4 Listrik, Gas & Air Minum 12.715,20 13.789,94 14.848,29 15.825,12 17.056,26 5 Konstruksi/ Bangunan 185.754,77 192.240,54 205.326,13 218.512,05 235.383,94 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 349.819,18 366.334,84 383.513,40 404.269,40 433.087,86 7 Transportasi & Komunikasi 118.822,74 130.362,23 139.930,92 152.445,43 161.397,23 8 Keuangan 162.948,45 176.509,23 187.035,27 202.736,43 224.670,11 9 Jasa - Jasa 518.541,13 578.477,91 629.208,65 677.408,67 715.077,50 Total 2.753.935,71 2.888.524,12 3.030.542,03 3.189.651,64 3.358.069,70 Sumber:Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2009-2013 Tabel IV.8 PDRB Jawa Tengah tahun 2009-2013 NO SEKTOR PROPINSI JAWA TENGAH (rupiah) PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013 1 Pertanian 34.101.148,13 34.956.425,39 35.399.800,56 36.712.340,43 37.513.957,62 2 Pertambangan & Penggalian 1.952.866,70 2.091.257,42 2.193.964,23 2.355.848,88 2.504.980,10 3 Industri Pengolahan 57.444.185,45 61.387.556,40 65.439.443,00 69.012.495,82 73.092.337,30 4 Listrik, Gas & Air Minum 1.489.552,65 1.614.857,68 1.711.200,96 1.820.436,99 1.973.195,73 5 Konstruksi/ Bangunan 10.300.647,63 11.014.598,60 11.753.387,92 12.573.964,87 13.449.631,46 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 37.766.356,61 40.054.938,34 43.159.132,59 46.719.025,28 50.209.544,03 7 Transportasi & Komunikasi 9.192.949,90 9.805.500,11 10.645.260,49 11.486.122,63 12.238.463,10 8 Keuangan 6.701.533,13 7.038.128,91 7.503.725,18 8.206.252,08 9.073.225,04 9 Jasa - Jasa 17.724.216,37 19.029.722,65 20.464.202,99 21.961.937,06 23.044.405,96 Total 176.673.456,57 186.992.985,50 198.270.117,92 210.848.424,04 223.099.740,34 Sumber:Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2009-2013
  • 31. 31 Tabel IV.9 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009 NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA TENGAH TAHUN 2009 KETERANGAN pi / p total Pi / P total LQ 2009 1 Pertanian 0,3691 0,1930 1,912 BASIS 2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0111 0,482 NON-BASIS 3 Industri 0,1359 0,3251 0,418 NON-BASIS 4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0046 0,0084 0,548 NON-BASIS 5 Konstruksi 0,0675 0,0583 1,157 BASIS 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1270 0,2138 0,594 NON-BASIS 7 Transportasi & Komunikasi 0,0431 0,0520 0,829 NON-BASIS 8 Keuangan 0,0592 0,0379 1,560 BASIS 9 Jasa - Jasa 0,1883 0,1003 1,877 BASIS Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014 Tabel IV.10 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA TENGAH TAHUN 2010 KETERANGAN pi / p total Pi / P total LQ 2010 1 Pertanian 0,3585 0,1869 1,918 BASIS 2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0112 0,473 NON-BASIS 3 Industri 0,1315 0,3283 0,401 NON-BASIS 4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0048 0,0086 0,553 NON-BASIS 5 Konstruksi 0,0666 0,0589 1,130 BASIS 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1268 0,2142 0,592 NON-BASIS 7 Transportasi & Komunikasi 0,0451 0,0524 0,861 NON-BASIS 8 Keuangan 0,0611 0,0376 1,624 BASIS 9 Jasa - Jasa 0,2003 0,1018 1,968 BASIS Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014 Tabel IV.11 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA TENGAH TAHUN 2011 KETERANGAN pi / p total Pi / P total LQ 2011 1 Pertanian 0,3498 0,1785 1,959 BASIS 2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0111 0,475 NON-BASIS 3 Industri 0,1302 0,3301 0,395 NON-BASIS 4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0049 0,0086 0,568 NON-BASIS 5 Konstruksi 0,0678 0,0593 1,143 BASIS 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1265 0,2177 0,581 NON-BASIS 7 Transportasi & Komunikasi 0,0462 0,0537 0,860 NON-BASIS 8 Keuangan 0,0617 0,0378 1,631 BASIS 9 Jasa – Jasa 0,2076 0,1032 2,012 BASIS Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014
  • 32. 32 Tabel IV.12 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012 NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA TENGAH TAHUN 2012 KETERANGAN pi / p total Pi / P total LQ 2012 1 Pertanian 0,3426 0,1741 1,968 BASIS 2 Pertambangan & Penggalian 0,0052 0,0112 0,467 NON-BASIS 3 Industri 0,1283 0,3273 0,392 NON-BASIS 4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0050 0,0086 0,575 NON-BASIS 5 Konstruksi 0,0685 0,0596 1,149 BASIS 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1267 0,2216 0,572 NON-BASIS 7 Transportasi & Komunikasi 0,0478 0,0545 0,877 NON-BASIS 8 Keuangan 0,0636 0,0389 1,633 BASIS 9 Jasa – Jasa 0,2124 0,1042 2,039 BASIS Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014 Tabel IV.13 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013 NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA TENGAH TAHUN 2013 KETERANGAN pi / p total Pi / P total LQ 2013 1 Pertanian 0,3333 0,1681 1,982 BASIS 2 Pertambangan & Penggalian 0,0052 0,0112 0,466 NON-BASIS 3 Industri 0,1294 0,3276 0,395 NON-BASIS 4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0051 0,0088 0,574 NON-BASIS 5 Konstruksi 0,0701 0,0603 1,163 BASIS 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1290 0,2251 0,573 NON-BASIS 7 Transportasi & Komunikasi 0,0481 0,0549 0,876 NON-BASIS 8 Keuangan 0,0669 0,0407 1,645 BASIS 9 Jasa – Jasa 0,2129 0,1033 2,062 BASIS Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014 Dari tabel perhitungan LQ di atas, dapat ditentukan mana sektor basis dan mana sektor non basis dengan ketentuan sebagai berikut: LQ > 1 artinya sektor tersebut menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, sektor terebut memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak hanya memenuhi kebutuhan di Kabupaten Banjarnegara saja tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah a. LQ = 1 artinya sektor tersebut tergolong sektor basis. Produksinya hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan di Kabupaten Banjarnegara saja dan tidak mampu untuk diekspor ke luar wilayah. b. LQ < 1 artinya sektor tersebut juga termasuk ke dalam sektor non basis. Produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Banjarnegara sendiri, sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.
  • 33. 33 Berikut hasil perhitungan LQ pada sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Banjarnegara: Tabel IV.14 Rata-rata LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 NO. SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013 RATA- RATA LQ KETERANGAN 1 Pertanian 1,912 1,918 1,959 1,968 1,982 1,948 BASIS 2 Pertambangan & Penggalian 0,482 0,473 0,475 0,467 0,466 0,473 NON-BASIS 3 Industri 0,418 0,401 0,395 0,392 0,395 0,400 NON-BASIS 4 Listrik, Gas & Air Minum 0,548 0,553 0,568 0,575 0,574 0,563 NON-BASIS 5 Konstruksi 1,157 1,130 1,143 1,149 1,163 1,148 BASIS 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,594 0,592 0,581 0,572 0,573 0,583 NON-BASIS 7 Transportasi & Komunikasi 0,829 0,861 0,860 0,877 0,876 0,861 NON-BASIS 8 Keuangan 1,560 1,624 1,631 1,633 1,645 1,618 BASIS 9 Jasa - Jasa 1,877 1,968 2,012 2,039 2,062 1,991 BASIS Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014 Dari perhitungan LQ Kabupaten Banjarnegara, diketahui bahwa sektor basisnya adalah sektor pertanian; sektor konstruksi; sektor keuangan; dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor non-basisnya adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri; sektor listrik, sektor gas dan air minum; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor transportasi dan komunikasi. Setelah diketahui, sektor basisnya dapat diutamakan pengembangan atau peningkatan produksi pada sektor basisnya. 4.1.3 Perhitungan Shift Share Data-data PDRB yang telah disajikan digunakan dalam analisis shift share.Analisis Shift – Share menganalisis perubahan kegiatan ekonomi pada periode waktu tertentu, dalam laporan ini ialah 4 tahun.Hasil analisis digunakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu daerah/wilayah dibandingkan secara relatif dengan sektor lainnya, apakah tumbuh cepat atau lambat. Dari analisis ini, didapat nilai-nilai KPP (Komponen Pertumbuhan Nasional), KPPW (Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah), PB (Pergeseran Bersih). Masing- masing dari nilai-nilai ini dapat diinterpretasikan dan dapat menjelaskan kondisi tiap sektor. Selain itu, didapat pula tipologi sektor berdasarkan gabungan antara KPP dan KPPW, yang juga memiliki interpretasi tersendiri. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan produksi/kesempatan kerja dipengaruhi oleh 3 komponen pertumbuhan wilayah, yaitu KPN, KPP, dan KPPW.
  • 34. 34 Tabel IV.15 Tabel Awal Perhitungan Shift Share No. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA TENGAH PDRB 2009 PDRB 2013 PDRB 2009 PDRB 2013 ri Ri Ra yo Yt Yo Yt yit/yio Yit/Yio Yt/Yo 1 Pertanian 1016343,12 1119288,35 34.101.148,13 37.513.957,62 1,1013 1,1001 1,2628 2 Pertambangan & Penggalian 14669,27 17579,78 1.952.866,70 2.504.980,10 1,1984 1,2827 1,2628 3 Industri 374321,85 434528,67 57.444.185,45 73.092.337,30 1,1608 1,2724 1,2628 4 Listrik, Gas & Air Minum 12715,20 17056,26 1.489.552,65 1.973.195,73 1,3414 1,3247 1,2628 5 Konstruksi 185754,77 235383,94 10.300.647,63 13.449.631,46 1,2672 1,3057 1,2628 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 349819,18 433087,86 37.766.356,61 50.209.544,03 1,2380 1,3295 1,2628 7 Transportasi & Komunikasi 118822,74 161397,23 9.192.949,90 12.238.463,10 1,3583 1,3313 1,2628 8 Keuangan 162948,45 224670,11 6.701.533,13 9.073.225,04 1,3788 1,3539 1,2628 9 Jasa - Jasa 518541,13 715077,50 17.724.216,37 23.044.405,96 1,3790 1,3002 1,2628 Total 2.753.936 3.358.070 176.673.457 223.099.740 11,4233 11,6004 11,3650 Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014. KPN merupakan komponen share dan sering disebut sebagai national share. Pada Kabupaten Banjarnegara, terdapat perubahan produksi atau kesempatan kerja sebanyak 26,28% di suatu wilayah yg disebabkan oleh perubahan produksi atau KK secara umum, kebijakan ekonomi nasional dan kebijakan lain yg mampu mempengaruhi sektor perekonomian dalam suatu wilayah. Contoh kebijakan dimaksud: kebijakan kurs, pengendalian inflasi dan masalah pengangguran serta kebijakan dalam perpajakan. Tabel IV.16 Perhitungan Komponen Pertumbuhan Wilayah SEKTOR KPN KPP KPPW pertumbuhan ekonomi Ra - 1 Ri - Ra ri - Ri shift share manual Pertanian 26,28% -16,27% 0,12% 10,13% 10,13% Pertambangan & Penggalian 26,28% 1,99% -8,43% 19,84% 19,84% Industri 26,28% 0,96% -11,16% 16,08% 16,08% Listrik, Gas & Air Minum 26,28% 6,19% 1,67% 34,14% 34,14% Konstruksi 26,28% 4,29% -3,85% 26,72% 26,72% Perdagangan, Hotel & Restoran 26,28% 6,67% -9,14% 23,80% 23,80% Transportasi & Komunikasi 26,28% 6,85% 2,70% 35,83% 35,83% Keuangan 26,28% 9,11% 2,49% 37,88% 37,88% Jasa – Jasa 26,28% 3,74% 7,89% 37,90% 37,90% Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014. Dari komponen KPP, dalam perhitungan di atas dapat terlihat bahwa nilai KPP sektor pertanian bernilai negatif yaitu sebesar -16,27% dan sektor lainnya bernilai
  • 35. 35 positif. Hal ini berarti sektor pertanian dalam Kabupaten Banjarnegara secara nasional tumbuh secara lambat dan menyebabkan perlambatan pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten/kota seluruh Indonesia, sedang sektor lain dalam Kabupaten Banjarnegara secara nasional tumbuh secara cepat. Dari sini dapat diinterpretasikan bahwa produksi atau kesempatan kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara menurun karena terdapat komposisi sektor-sektor industri yang meningkat, adanya perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Berikut arti dari nilai KPP dari hasil perhitungan yang didapat: Tabel IV.17 Interpretasi Nilai KPP Pada Sektor-Sektor No. Sektor KPP Keterangan + / - 1 Pertanian -16,27% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh lambat 2 Pertambangan & Penggalian 1,99% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh cepat 3 Industri 0,96% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh cepat 4 Listrik, Gas & Air Minum 6,19% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh cepat 5 Konstruksi 4,29% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh cepat 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,67% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh cepat 7 Transportasi & Komunikasi 6,85% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh cepat 8 Keuangan 9,11% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh cepat 9 Jasa – Jasa 3,74% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh cepat Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014. Kemudian nilai KPPW pada perhitungan di atas bernilai positif pada pertanian; listrik, gas, dan air minum; transportasi dan komunikasi; keuangan; dan jasa-jasa. Sedang pada sektor-sektor lain seperti pertambangan dan penggalian; industri; konstruksi; serta perdagangan, hotel, dan restoran bernilai positif. Sektor-sektor dengan KPPW bernilai positif, yaitu pertambangan dan penggalian; industri; konstruksi; serta perdagangan, hotel, dan restoran; adalah sektor yang dapat bersaing. Sebaliknya, sektor-sektor dimana komponen KPPW bernilai negatif, yaitu pertanian; listrik, gas, dan air minum; transportasi dan komunikasi; keuangan; dan jasa-jasa; merupakan sektor yang tidak dapat bersaing. Kemampuan untuk dapat bersaing atau tidaknya sebuah/beberapa sektor itu ditentukan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja, yang disebabkan oleh
  • 36. 36 keunggulan komparatif atau keuntungan lokasional, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan lokal di wilayah tersebut. Dapat dikatakan bahwa sektor-sektor di Kabupaten Banjarnegara dengan nilai KPPW positif tersebut merupakan sektor yang memiliki lokasi yang menguntungkan; kelembagaan pemerintah maupun swasta mendukung; adanya prasarana sosial-ekonomi yang mendukung seperti jalan, pasar, bank, listrik, dan air; serta adanya kebijakan lokal terkait dengan sektor tersebut yang tentu juga mendukung. Dengan adanya keuntungan lokasional, dukungan kelembagaan, prasarana sosial-ekonomi, serta kebijakan lokal wilayah tersebut, maka akan terdapat perubahan postif (peningkatan/penambahan) produksi atau kesempatan kerja sehingga sektor-sektor tersebut dapat bersaing atau memiliki keunggulan komparatif. Berikut arti dari nilai KPPW dari hasil perhitungan yang didapat: Tabel IV.18 Interpretasi Nilai KPPW Pada Sektor-Sektor No. Sektor KPPW Keterangan + / - 1 Pertanian 0,12% Mempunyai daya saing 2 Pertambangan & Penggalian -8,43% Tidak mempunyai daya saing 3 Industri -11,16% Tidak mempunyai daya saing 4 Listrik, Gas & Air Minum 1,67% Mempunyai daya saing 5 Konstruksi -3,85% Mempunyai daya saing 6 Perdagangan, Hotel & Restoran -9,14% Mempunyai daya saing 7 Transportasi & Komunikasi 2,70% Tidak mempunyai daya saing 8 Keuangan 2,49% Mempunyai daya saing 9 Jasa – Jasa 7,89% Tidak mempunyai daya saing Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014. Perhitungan lainnya adalah perhitungan bersih, yang didapat dari penjumlahan KPP dan KPPW. Pada perhitungan bersih (PB), diketahui bahwa sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri; serta perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor-sektor memiliki nilai PB negatif. Hal ini menjelaskan bahwa sektor- sektor tersebut tidak memiliki progress, atau perkembangannya stagnan.Sedang sektor listrik, gas, dan air minum; konstruksi; transportasi dan komunikasi; keuangan;serta jasa-jasa memiliki nilai PB positif. Berarti pada sektor-sektor ini, tidak terdapat kemajuan. Berikut arti dari nilai PB dari hasil perhitungan yang didapat:
  • 37. 37 Tabel IV.19 Interpretasi Nilai KPP + KPPW Pada Sektor-Sektor NO. SEKTOR KPP KPPW KPP + KPPW (PB) KETERANGAN 1 Pertanian -16,27% 0,12% -16,15% mundur 2 Pertambangan & Penggalian 1,99% -8,43% -6,44% mundur 3 Industri 0,96% -11,16% -10,19% mundur 4 Listrik, Gas & Air Minum 6,19% 1,67% 7,86% Progresif 5 Konstruksi 4,29% -3,85% 0,44% Progresif 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,67% -9,14% -2,47% Mundur 7 Transportasi & Komunikasi 6,85% 2,70% 9,55% Progresif 8 Keuangan 9,11% 2,49% 11,60% Progresif 9 Jasa - Jasa 3,74% 7,89% 11,62% Progresif Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014. 4.1.4 Analisis Tipologi a. Analisis Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara (KPP-KPPW) Hasil dari perhitungan KPP-KPPW dapat digambarkan dalam suatu bagan tipologi. Bagan terbagi dalam empat kuadran.KPP dibagi menjadi kanan dan kiri; kanan untuk KPP positif dan kiri untuk KPP negatif. Sedang KPPW terbagi menjadi atas dan bawah; atas untuk KPPW positif dan bawah KPPW negatif. Bagan dapat dilihat seperti sebagai berikut:
  • 38. 38 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014 Gambar 4.6 Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Komponen KPP-KPPW Tahun 2009-2013 Pada tipologi di atas, dapat diketahui bahwa pertanian merupakan sektor yang secara nasional di tumbuh lambat (KPP bernilai negatif) tetapi dapat bersaing (KPPW bernilai positif). Hal ini dapat terjadi karena sektor pertanian memiliki lokasi yang menguntungkan; kelembagaan pemerintah daerah maupun swasta yanga ada mendukung; terdapat prasarana sosial-ekonomi yang mendukung seperti jalan, pasar, bank, listrik, dan air; serta adanya kebijakan lokal terkait dengan sektor tersebut yang juga mendukung.Beberapa kebijakan yang mendukung sektor pertanian ini antara lain: memanfaatkan iptek nuklir untuk berbagai hal termasuk untuk menghasilkan benih-benih unggul, pengadaan lokakarya yang bertujuan mengembangkan zona zona komoditas, merumuskan rencana aksi pengembangkan komoditas pertanian unggulan, mendukung kegiatan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Dintankanak dengan melakukan rakor P2BN, menginventarisir data lahan sawah dan lahan padi gogo, memperluas penanaman padi varietas 13 yang toleran terhadap ancaman serangan WBC, melakukan pengamatan OPT secara intensif, -15% -10% -5% 0% 5% 10% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% KKPW KKP TIPOLOGI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN KOMPONEN KKP-KKPW TAHUN 2009-2013 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Listrik, Gas & Air Minum Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi Keuangan Jasa - Jasa
  • 39. 39 melakukan pengendalian WBC secara terpadu, mendukung diseminasi teknologi melalui pembelajaran di Laboratorium Lapangan (sistem penyampaian informasi teknologi pertanian kepada masyarakat pertanian dalam rangka pendidikan dan pengembangan usaha produktif untuk meningkatkan kesejahteraan), serta pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul berupa padi non Hibrida, Padi Hibrida, Padi Gogo, Jagung serta Kedelai, serta padi sistem of rice intensification (SRI) dan pupuk organik. b. Analisis Sektor Ekonomi Unggulan 1) Tipologi Sektor Ekonomi Berdasarkan Gabungan Nilai LQ-KPPW Analisis sektor ekonomi unggulan ini didapat dari tipologi sektor ekonomi berdasarkan gabungan nilai rata-rata LQ Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 dan komponen KPPW Kabupaten Banjarnegara yang tabelnya dapat dilihat pada tabel IV.20. Tabel IV.20 Tabel Nilai Rata-Rata LQ dan KPPW Kabupaten Banjarnegara NO SEKTOR RATA- RATA LQ KPPW INTERPRETASI KPPW RATA- RATA LQ KPPW 1 Pertanian 1.948 0.12% MEMPUNYAI DAYA SAING LQ>1 KPPW>0 2 Pertambangan & Penggalian 0.473 -8.43% TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING LQ<1 KPPW<0 3 Industri 0.400 - 11.16% TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING LQ<1 KPPW<0 4 Listrik, Gas & Air Minum 0.563 1.67% MEMPUNYAI DAYA SAING LQ<1 KPPW>0 5 Konstruksi 1.148 -3.85% TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING LQ>1 KPPW<0 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.583 -9.14% TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING LQ<1 KPPW<0 7 Transportasi & Komunikasi 0.861 2.70% MEMPUNYAI DAYA SAING LQ<1 KPPW>0 8 Keuangan 1.618 2.49% MEMPUNYAI DAYA SAING LQ>1 KPPW>0 9 Jasa - Jasa 1.991 7.89% MEMPUNYAI DAYA SAING LQ>1 KPPW>0 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
  • 40. 40 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014 Gambar 4.7 Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan Gabungan Nilai LQ dan Komponen KPPW Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa sektor jasa-jasa, keuangan, dan pertanian merupakan sektor basis dan berdaya saing, yang artinya ketiga sektor tersebut didukung kebijakan lokal/daerah dan mendapat dorongan percepatan pertumbuhan nasional. Sedangkan sektor konstruksi/bangunan merupakan sektor basis juga tetapi tidak berdaya saing. Hal itu terjadi karena sektor konstruksi tidak didukung oleh kebijakan lokal/daerah dan adanya pengaruh perlambatan pertumbuhan dari nasional. Sektor non-basis dan berdaya saing di Kabupaten Banjarnegara adalah sektor listrik,gas, dan air minum serta sektor transportasi dan komunikasi yang artinya dua sektor tersebut tidak menjadi sektor unggulan di Kabupaten Banjarnegara namun keduanya merupakan sektor yang mendapat dorongan percepatan pertumbuhan nasional. Sedangkan sektor non-basis dan tidak berdaya saing di Kabupaten Banjarnegara adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor industri. Dari topologi tersebut, sektor ekonomi yang dapat dikembangkan atau sektor unggulan di Kabupaten Banjarnegara adalah sektor jasa-jasa, keuangan, pertanian, dan konstruksi/bangunan. -15% -10% -5% 0% 5% 10% 0.0 1.0 2.0 3.0 KKPW LQ TIPOLOGI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN GABUNGAN NILAI LQ DAN KOMPONEN KKPW (SEKTOR EKONOMI UNGGULAN) TAHUN 2009 DAN 2013 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Listrik, Gas & Air Minum Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi& Komunikasi Keuangan Jasa - Jasa SEKTOR BASIS & BERDAYA SAING SEKTOR BASIS & TIDAK BERDAYA SAING SEKTOR NONBASIS& BERDAYA SAING SEKTOR NONBASIS& TIDAK BERDAYA SAING
  • 41. 41 2) Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara berdasarkan LQ dan PB Analisis sektor ekonomi unggulan juga dapat dilihat dari tipologi sektor ekonomi berdasarkan gabungan nilai rata-rata LQ dan Pergeseran Bersih Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 yang tabelnya dapat dilihat pada tabel IV.21. Tabel IV.21 Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan LQ dan PB Tahun 2009-2013 NO SEKTOR RATA- RATA LQ PB NILAI LQ NILAI PB 1 Pertanian 1.948 - 16.15% LQ>1 PB<0 2 Pertambangan & Penggalian 0.473 -6.44% LQ<1 PB<0 3 Industri 0.400 - 10.19% LQ<1 PB<0 4 Listrik, Gas & Air Minum 0.563 7.86% LQ<1 PB>0 5 Konstruksi 1.148 0.44% LQ>1 PB>0 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.583 -2.47% LQ<1 PB<0 7 Transportasi & Komunikasi 0.861 9.55% LQ<1 PB>0 8 Keuangan 1.618 11.60% LQ>1 PB>0 9 Jasa - Jasa 1.991 11.62% LQ>1 PB>0 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
  • 42. 42 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014 Gambar 4.8 Tipologi Sektor Unggulan Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan LQ dan PB Tahun 2009-2013 Berdasarkan Gambar 4.8 sektor unggulan Kabupaten Banjarnegara yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan sektor ekonomi wilayah adalah sektor keuangan, jasa-jasa, dan konstruksi. Sedangkan sektor potensial Kabupaten Banjarnegara yang menjadi prioritas kedua adalah sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor yang potensial karena di Kabupaten Banjarnegara lahan pertanian mempunyai luas yang cukup banyak. Sektor berkembang yang menjadi prioritas ketiga bagi Kabupaten Banjarnegara adalah sektor transportasi dan komunikasi serta sektor listrik, gas, dan air minum. Untuk sektor terberlakang yang merupakan sektor ekonomi yang tidap perlu menjadi prioritas pengembangan Kabupaten Banjarnegara ada tiga sektor. Ketiga sektor tersebut adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor industri; dan sektor pertambangan dan penggalian. 4.2 Analisis Intra Wilayah Berdasarkan tipologi KPP-KPPW, LQ-PB, dan LQ-KPPW didapatkan empat sektor yang berada di kuadran pertama yang berarti sektor unggulan dari Kabupaten PB<0 LQ≥1 TIPOLOGI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN LQ DAN PB TAHUN 2009 DAN 2013 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Listrik, Gas & Air Minum Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi Keuangan Jasa - Jasa LQ<1 PB>0 SEKTOR UNGGUL SEKTOR POTENSIALSEKTOR TERBELAKANG SEKTOR BERKEMBANG
  • 43. 43 Banjarnegara, sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor konstruksi/bangunan, dan sektor keuangan yang akan dijabarkan sebagai berikut: 4.2.1 Sektor Pertanian Tabel IV.22 PDRB Sektor Pertanian Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah) NO KECAMATAN PDRB SEKTOR PERTANIAN RATA- RATA PRIORITAS 2009 2010 2011 2012 2013 16 Pejawaran 152.877,93 161.575,98 166.817,18 172.109,84 176.843,79 166.045 1 17 Batur 142.343,44 150.187,46 154.636,84 159.145,38 163.349,93 153.933 2 9 Madukara 96.538,85 98.610,54 102.416,39 106.248,51 109.917,43 102.746 3 18 Wanayasa 70.514,16 72.818,23 72.943,68 75.496,09 77.497,49 73.854 4 4 Purwanegara 72.962,90 68.173,01 71.497,57 73.002,50 74.422,17 72.012 4 13 Punggelan 63.623,66 66.457,75 66.727,77 69.057,38 71.084,79 67.390 4 10 Banjarmangu 52.785,92 52.175,71 52.121,63 53.166,10 54.399,27 52.930 4 3 Mandiraja 40.409,59 42.550,38 43.374,89 44.480,78 44.783,32 43.120 5 5 Bawang 38.013,41 39.067,05 39.896,24 40.651,91 41.711,59 39.868 5 19 Kalibening 35.216,11 34.808,07 35.161,29 36.869,56 37.860,08 35.983 5 14 Karangkobar 34.703,56 33.554,86 34.127,25 35.114,59 35.844,18 34.669 5 8 Sigaluh 31.529,74 33.238,80 33.265,93 34.017,95 34.777,57 33.366 5 1 Susukan 29.307,45 30.352,93 30.844,63 31.864,66 32.027,67 30.879 5 6 Banjarnegara 31.536,63 29.793,99 30.271,97 30.827,82 30.632,55 30.613 5 15 Pagentan 28.956,54 28.370,88 29.286,98 30.726,82 31.905,15 29.849 5 12 Rakit 23.831,69 24.543,47 25.964,49 27.123,54 27.639,34 25.821 5 11 Wanadadi 24.415,55 22.474,81 23.130,72 23.614,10 24.251,73 23.577 5 2 Purwareja Klampok 18.149,40 18.640,00 19.310,17 19.694,11 19.765,99 19.112 5 20 Pandanarum 16.327,11 16.367,48 16.362,03 17.040,10 17.756,18 16.771 5 7 Pagedongan 12.299,51 11.797,32 11.928,91 12.485,59 12.863,13 12.275 5 Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Dalam analisis intrawilayah untuk sektor pertanian yang akan dikembangkan menggunakan rata-rata hasil PDRB Sektor Pertanian per kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2009-2013. Dari data tersebut, kemudian dikelompokkan untuk mengetahui prioritas pengembangan sektor pertanian di setiap kecamatan. Hasil dari analisis tersebut, diketahui bahwa Kecamatan Penjawaran merupakan kecamatan yang dapat menjadi prioritas dalam pengembangan sektor pertanian karena mempunyai nilai rata-rata PDRB Sektor Pertanian yang tertinggi. Prioritas kedua dalam pengembangan sektor pertanian adalah Kecamatan Batur dan perioritas ketiga berada di Kecamatan Madukara. Sedangkan prioritas keempat adalah Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Purwanegara, Kecamatan Punggelan, dan Kecamatan Banjarmangu. Sementara untuk prioritas terakhir dalam pengembangan
  • 44. 44 sektor pertanian adalah kecamatan-kecamatan lainnya. Kecamatan tersebut adalah Madiraja, Bawang, Kalibening, Karangkobar, Sigaluh, Susukan, Banjarnegara, Pagentan, rakit, Wanadadi, Purwareja Klampok, Pandanarum, dan Pagedongan. Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014 Gambar 4.9 Peta Persebaran Rata-Rata PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 4.2.2 Sektor Jasa-jasa Tabel IV.23 PDRB Sektor Jasa Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah) NO KECAMATAN PDRB SEKTOR JASA RATA- RATA PRIORITAS 2009 2010 2011 2012 2013 20 Banjarnegara 167.893,07 182.273,74 196.732,43 210.841,78 223.128,16 196.174 1 19 Purwareja Klampok 48.283,39 53.571,57 59.147,08 63.673,58 68.983,51 58.732 2 18 Bawang 32.696,42 37.454,92 40.235,64 43.101,48 44.996,93 39.697 3 17 Purwanegara 26.805,77 31.848,64 35.042,48 38.323,07 40.901,77 34.584 3 16 Banjarmangu 21.820,42 25.451,84 28.004,20 30.595,97 32.120,24 27.599 4 15 Punggelan 22.405,18 24.615,36 26.377,72 28.068,08 29.871,39 26.268 4 14 Rakit 20.777,86 23.062,79 25.375,57 27.317,55 27.944,61 24.896 4 13 Mandiraja 18.548,97 22.015,17 23.726,90 25.439,36 27.222,85 23.391 4 12 Kalibening 18.949,72 20.926,40 23.024,93 24.676,86 26.053,86 22.726 4
  • 45. 45 NO KECAMATAN PDRB SEKTOR JASA RATA- RATA PRIORITAS 2009 2010 2011 2012 2013 11 Madukara 17.549,05 20.445,93 22.080,59 23.948,83 25.123,38 21.830 4 1 Susukan 17.066,38 19.806,31 21.792,52 23.870,87 24.969,02 21.501 4 10 Wanadadi 17.534,79 19.717,59 21.129,29 22.483,32 23.138,99 20.801 4 9 Batur 14.482,20 15.644,44 17.114,93 18.436,91 19.808,31 17.097 5 8 Wanayasa 13.616,52 15.294,73 16.889,70 18.270,10 19.443,91 16.703 5 7 Pagentan 12.311,03 13.868,27 15.212,05 16.636,16 17.536,38 15.113 5 6 Pagedongan 11.814,12 13.749,23 15.215,61 16.516,25 17.242,57 14.908 5 5 Sigaluh 12.955,99 13.653,59 14.641,73 15.595,46 15.965,15 14.562 5 4 Karangkobar 9.514,61 10.730,33 11.806,38 12.716,03 13.101,24 11.574 5 3 Pejawaran 7.896,03 8.568,78 9.301,15 9.999,23 10.477,94 9.249 5 2 Pandanarum 5.619,60 5.778,29 6.357,75 6.897,76 7.047,29 6.340 5 Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Analisis Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara untuk sektor jasa, diketahui bahwa Kecamatan Banjanegara adalah kecamatan yang menjadi prioritas utama untuk pengembangan sektor jasa. Hal tersebut karena Kecamatan Banjarnegara mempunyai nilai rata-rata tertinggi untuk hasil PDRB Sektor Jasa dibandingkan kecamatan lainnya. Hal tersebut didukung dengan status Kecamatan Banjarnegara sebagai ibukota Kabupaten Banjarnegara. Sementara, untuk prioritas kedua berada di Kecamatan Purwareja Klampok. Dan prioritas ketiga berada di Kecamatan Bawang dan Kecamatan Purwanegara. Sedangkan untuk prioritas keempat berada di Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Rakit, Kecamatan Mandiraja, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Madukara, Kecamatan Susukan, dan Kecamatan Wanadadi. Kecamatan yang menjadi prioritas terakhir atau prioritas kelima adalah Kecamatan Batur, Wanayasa, Pagentan, Pagedongan, Sigaluh, Karangkobar, Pajawaran, dan Pandanarum.
  • 46. 46 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014 Gambar 4.10 Peta Persebaran Rata-Rata PDRB Sektor Jasa Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 4.2.3 Sektor Konstruksi/Bangunan Tabel IV.24 PDRB Sektor Konstruksi/Bangunan Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah) NO KECAMATAN PDRB SEKTOR BANGUNAN RATA- RATA PRIORITAS 2009 2010 2011 2012 2013 20 Banjarnegara 34.810,89 36.270,67 38.754,21 42.487,49 46.055,54 39.676 1 19 Purwareja Klampok 23.406,22 24.480,27 25.968,09 27.484,90 29.594,65 26.187 2 18 Purwanegara 20.464,02 21.382,31 22.749,85 24.504,88 26.512,24 23.123 3 17 Bawang 11.922,58 12.218,93 12.966,76 12.658,81 13.505,22 12.654 4 16 Banjarmangu 11.042,36 11.238,17 11.995,41 13.099,62 14.171,80 12.309 4 15 Batur 9.625,77 9.882,67 10.441,10 11.448,82 12.399,70 10.760 4 14 Sigaluh 8.786,34 9.074,39 9.612,07 10.430,35 11.196,18 9.820 4 13 Mandiraja 8.391,20 8.758,71 9.491,43 10.409,03 11.122,85 9.635 4 12 Madukara 6.475,42 6.819,39 7.218,87 7.263,32 7.873,42 7.130 5 1 Susukan 6.336,90 6.531,34 6.917,47 7.493,18 8.023,57 7.060 5 11 Wanadadi 5.675,86 5.778,13 6.347,53 6.871,16 7.364,30 6.407 5 10 Kalibening 5.606,48 5.764,82 6.229,75 6.822,78 7.271,25 6.339 5 9 Pejawaran 5.405,14 5.512,96 5.827,35 6.355,69 6.829,11 5.986 5 8 Karangkobar 5.144,96 5.288,03 5.694,40 6.163,32 6.689,11 5.796 5
  • 47. 47 NO KECAMATAN PDRB SEKTOR BANGUNAN RATA- RATA PRIORITAS 2009 2010 2011 2012 2013 7 Pagentan 4.666,03 4.814,28 5.143,93 5.596,41 5.970,61 5.238 5 6 Wanayasa 4.716,87 4.845,00 5.224,42 4.939,52 5.241,23 4.993 5 5 Punggelan 4.610,48 4.746,20 5.178,02 4.892,10 5.275,03 4.940 5 4 Rakit 3.430,74 3.506,43 3.840,21 4.162,95 4.487,17 3.886 5 3 Pagedongan 3.631,68 3.705,62 3.961,37 3.750,20 4.017,85 3.813 5 2 Pandanarum 1.604,84 1.622,23 1.763,89 1.677,53 1.780,13 1.690 5 Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Untuk sektor kontruksi, diketahui bahwa Kecamatan Banjanegara menjadi prioritas utama. Hal tersebut karena Kecamatan Banjarnegara mempunyai nilai rata- rata tertinggi untuk PDRB Sektor Kontruksi dibandingkan kecamatan lainnya sama seperti PDRB Sektor Jasa. Sementara, untuk prioritas kedua dan ketiga berturut-turut berada di Kecamatan Purwareja Klampok dan Kecamatan Purwanegara. Sedangkan untuk prioritas keempat berada di Kecamatan Bawang, Mandiraja, Banjarmangu, Batur, dan Sigaluh. Untuk kecamatan yang mempunyai prioritas pengembangan sektor bangunan terendah berada di Kecamatan Madukara, Susukan, Wanadadi, Kalibening, Pejawaran, Karangkobar, Pagetan, Wanayasa, Punggelan, Rakit, Pagedongan, dan Pandanarum. Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014 Gambar 4.11 Peta Persebaran Rata-Rata PDRB Sektor Bangunan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
  • 48. 48 4.2.4 Sektor Keuangan Tabel IV.25 PDRB Sektor Keuangan Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah) NO KECAMATAN PDRB SEKTOR KEUANGAN RATA- RATA PRIORITAS 2009 2010 2011 2012 2013 6 Banjarnegara 42.222,34 47.028,36 50.198,95 53.930,20 59.023,98 50.481 1 9 Madukara 12.639,19 20.445,93 13,962,78 15.027,36 16.764,07 16.219 2 3 Mandiraja 13.608,48 14.785,39 15.819,53 16.961,86 18.618,47 15.959 2 8 Sigaluh 11.151,33 12.229,36 13.037,20 14.321,77 15.888,67 13.326 2 1 Susukan 11.314,61 11.682,29 12.205,55 13,404,39 14,654,05 11.734 3 11 Wanadadi 9.689,69 10.560,80 11.316,63 12.397,73 13.801,88 11.553 3 17 Batur 9.197,55 10.043,49 10.503,49 11.387,78 12.965,16 10.819 3 2 Purwareja Klampok 8.890,66 9.651,15 10.104,67 11.094,29 12.506,59 10.449 3 14 Karangkobar 6.016,61 6.599,54 6.921,70 7.595,31 8.560,65 7.139 4 12 Rakit 5.477,35 5.979,95 6.278,35 6.762,51 7.578,15 6.415 4 5 Bawang 5.164,22 5.405,05 5.657,18 6.184,40 6.813,37 5.845 4 4 Purwanegara 4.624,76 5.080,52 5.346,01 5.823,56 6.397,14 5.454 4 19 Kalibening 4.163,89 4.398,66 4.596,44 4.957,76 5.639,06 4.751 4 10 Banjarmangu 3.942,75 4.294,12 4.235,29 4.912,44 5.512,53 4.579 5 16 Pejawaran 3.761,49 4.027,56 4.229,54 4.526,13 5.144,58 4.338 5 15 Pangetan 2.689,68 2.898,75 3.109,35 3.342,36 3.636,73 3.135 5 18 Wanayasa 2.730,99 2.803,46 2.954,83 3.249,45 3.635,00 3.075 5 13 Punggelan 2.650,59 2.708,05 2.875,45 3.150,96 3.464,48 2.970 5 7 Pagedongan 2.300,08 2.424,99 2.576,92 2.823,82 3.074,75 2.640 5 20 Pandanarum 712,2 769,51 805,41 882,58 990,8 832 5 Sumber:PDRB Kabupaten Banjarnegara,2013 Analisis Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara untuk sektor keuangan didapat bahwa Kecamatan Banjarnegara menjadi prioritas utama untuk pengembangan sektor keuangan karena mempunyai nilai rata-rata PDRB Sektor Keuangan yang terbesar diantara kecamatan-kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan yang berada di urutan prioritas kedua adalah Kecamatan Madukaran, Mandiraja, dan Sigaluh. Untuk prioritas ketiga berada di kecamatan Susukan, Wanadadi, Batur, dan Purwaraja Klampok. Di urutan prioritas keempat untuk pengembangan sektor keuangan adalah Kecamatan Karangkobar, Rakit, Bawang, Purwanegara, dan Kalibening. Untuk Kecamatan Banjarmangu, Penjawaran, Pangetan, Wanayasa, Punggelan, Pagedongan, dan Pandanarum berada di prioritas terakhir untuk pengembangan sektor keuangan.
  • 49. 49 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014 Gambar 4.12 Peta Persebaran Rata-Rata PDRB Sektor Keuangan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
  • 50. 50 4.3 Sintesa Tabel IV.26 Kelompok Prioritas Kecamatan Per Sektor Unggulan di Kabupaten Banjarnegara PRIORITAS SEKTOR PERTANIAN SEKTOR JASA SEKTOR BANGUNAN SEKTOR KEUANGAN 1 Pejawaran Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara 2 Batur Purwareja Klampok Purwareja Klampok Madukara Mandiraja Sigaluh 3 Madukara Bawang Purwanegara Batur Purwanegara Purwareja Klampok Susukan Wanadadi 4 Banjarmangu Banjarmangu Banjarmangu Bawang Punggelan Kalibening Batur Kalibening Purwanegara Madukara Bawang Karangkobar Wanayasa Mandiraja Mandiraja Purwanegara Punggelan Sigaluh Rakit Rakit Susukan Wanadadi 5 Banjarnegara Batur Kalibening Banjarmangu Bawang Karangkobar Karangkobar Pagedongan Kalibening Pagedongan Madukara Pandanarum Karangkobar Pagentan Pagedongan Pangetan Mandiraja Pandanarum Pagentan Pejawaran Pagedongan Pejawaran Pandanarum Punggelan Pagentan Sigaluh Pejawaran Wanayasa Pandanarum Wanayasa Punggelan Purwareja Klampok Rakit Rakit Susukan Sigaluh Wanadadi Susukan Wanayasa Wanadadi Sumber:Hasil Analisis Kelompok 15B,2014
  • 51. 51 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Sektor berkembang yang menjadi prioritas ketiga bagi Kabupaten Banjarnegara adalah sektor transportasi dan komunikasi serta sektor listrik, gas, dan air minum. Untuk sektor terberlakang yang merupakan sektor ekonomi yang tidap perlu menjadi prioritas pengembangan Kabupaten Banjarnegara ada tiga sektor. Ketiga sektor tersebut adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor industri; dan sektor pertambangan dan penggalian. Setelah menganalisis PDRB Kabupaten Banjarnegara dengan menggunakan analisis agregat dan intra wilayah, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1) Sektor jasa, sektor bangunan, dan sektor keuangan merupakan sektor unggulan yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan ekonomi Kabupaten Banjarnegara. 2) Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang dapat disiapkan untuk menjadi sektor unggulan dalam pengembangan ekonomi Kabupaten Banjarnegara. 3) Pengembangan sektor pertanian dapat diarahkan ke Kecamatan Pejawan dan Kecamatan Batur. 4) Pengembangan sektor Jasa-jasa dan sektor konstruksi/bangunan dapat diarahkan ke Kecamatan Banjarnegara dan Kecamatan Purwareja Klampok. 5) Pengembangan sektor keuangan dapat diarahkan ke Kecamatan Banjarnegarea, Kecamatan Madukara, Kecamatan Mandiraja, dan Kecamatan Sigaluh. 5.2 Rekomendasi Dari hasil analisis agregat wilayah dan intra wilayah untuk perkembangan ekonomi Kabupaten Banjarnegara, perlu digarisbawahi bahwa terdapat sektor-sektor yang menjadi komoditas unggulan Kabupaten Banjarnegara. Sektor-sektor tersebut harus lebih mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat agar lebih dikembangkan lagi supaya dapat meningkatkan komoditas ekspor oleh Kabupaten Banjarnegara ke daerah lain. Beberapa sektor tersebut antara lain sektor pertanian, jasa, bangunan dan keuangan. Meskipun sektor-sektor ekonomi tersebut merupakan sektor unggulan dari Kabupeten Banjarnegara, di tingkat regional (Provinsi), produksi dari sektor tersebut harus lebih ditingkatkan lagi agar dapat menjadikan Banjarnegara sebagai sentra utama salah satu sektor ekonomi tersebut di Jawa Tengah. Kabupaten Banjarnegara juga semestinya memiliki salah satu produk turunan dari salah satu sektor ekonomi yang perkembangannya dari tahun ke tahun mengalami
  • 52. 52 kenaikan jumlah produksi, sehingga produk tersebut dapat dikenal secara luas serta menjadi komoditas unggulan yang menjadi ciri khas dari Kabupaten Banjarnegara sendiri. Pada tingkat intra wilayah, masih terdapat beberapa Kecamatan yang hasil produksi dari sektor-sektor ekonomi tersebut masih rendah, seperti Kecamatan Pandanarum dan Pagedongan. Kecamatan-Kecamatan tersebut juga harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah setempat untuk dapat meningkatkan potensi sektor ekonominya. Pemerataan sektor ekonomi harus dilakukan dan semestinya mendapatkan penanganan dari berbagai pihak yang terkait agar tidak ada lagi daerah yang mengalami ketertinggalan di bidang ekonomi, khususnya pada hasil produksi sektor-sektor unggulan di Kabupaten Banjarnegara.
  • 53. 53 DAFTAR PUSTAKA Arial. 2011. Pemanfaatan Iptek Nuklir di Kabupaten Banjarnegara dalam www.batan.go.id. Diakses pada 12 Desember 2014. BPS Jateng. 2012. Penduduk Miskin menurut Kota/Kabupaten di Jawa Tengah dalam www.jateng.bps.go.id. Diakses pada 17 Desember 2014. BPS Jateng. 2013. Penduduk Miskin menurut Kota/Kabupaten di Jawa Tengah dalam www.jateng.bps.go.id. Diakses pada 17 Desember 2014. BPS Jateng. 2014. Berita Resmi Statistik dalam www.jateng.bps.go.id. Diakses pada 17 Desember 2014. BPS Kabupaten Banjarnegara. 2013. PDRB Kabupaten Banjarnegara dalam www.banjarnegarakab.bps.go.id. Diakses pada 12 Desember 2014. Muchlas. 2013. PDRB Sektor Pertanian Meningkat 3,24 Persen/Tahun dalam www.majalah- lifestyle.com. Diakses pada 12 Desember 2014. Nurholidah, Lilik. Tanpa Tahun. Modul Ekonomi Pendapatan Naional dalam www.academia.edu. Diakses pada 12 Desember 2014. Tonang, Andi. Tanpa Tahun. Analisis Sektor Basis Location Quotient dalam www.academia.edu. Diakses pada 10 Desember 2014.