SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
RESUME EMULSI
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II

OLEH :

NAMA

:

Hardiyanti Syarif

NIM

:

70100111031

KELAS

:

Farmasi A2

DOSEN

:

Isriani Ismail, S.Si., M.Si., Apt.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SAMATA – GOWA
2013
RESUME EMULSI
Emulsi adalah gabungan dari dua fase cairan yang tidak saling bercampur,
dimana salah satunya sebagai fase terdispersi (fase internal) yang terdispersi
secara seragam dalam bentuk tetesan – tetesan kecil pada medium pendispersi
(fase eksternal), dan distabilkan dengan emulgator yang cocok.

Tipe-tipe emulsi diantaranya:
1.

Emulsi Tipe O/W
Emulsi ini minyak terdispersi di dalam air. Biasanya digunakan untuk
penggunaan oral karena membran mukosa bersifat hidrofilik sehingga mudah
ditelan.

2.

Emulsi Tipe W/O
Emulsi ini air terdispersi di dalam minyak. Biasanya digunakan untuk
penggunaan topikal karena lapisan kulit terluar pada membran sel bersifat
lipofil sehingga lebih mudah untuk melintasi membran.

3.

Emulsi Ganda (o/w/o atau w/o/w)
Emulsi ini pada umumnya lebih stabil. Emulsi o/w/o melindungi tetes air di
dalam emulsinya, sedangkan w/o/w melindungi tetes minyak di dalam
emulsinya.

Gaya kohesi adalah gaya tarik-menarik anatara molekul-molekul sejenis.
Sedangkan gaya adhesi adalah gaya tarik-menarik anatara molekul-molekul yang
tidak sejenis. Adanya gaya adhesi ini menyebabkan zat cair memiliki tegangan
permukaan.

Teori pembentukan emulsi pada umumnya ada 3, yaitu:
1. Teori tegangan permukaan (surface tension theory)
Tegangan terjadi karena adanya ketidakseimbangan gaya kohesi,
sehingga digunakan surfaktan. Surfaktan ini akan menurunkan tegangan antar
muka kedua cairan dan membantu memecahkan tetes dispersi menjadi tetesan
yang kecil, kemudian menyelimuti permukaan tetes tersebut agar susah
bergabung kembali.
2. Teori bentuk baji (oriented-wedge theory)
Menggunakan surfaktan, dimana setiap surfaktan memiliki sisi
hidrofobik dan hidrofilik yang akan mengikat fase air dan fase minyak dalam
cairan tersebut sehingga akhirnya seimbang. Kemudian dalam cairan akan
terbentuk bulatan-bulatan minyak atau air yang dikelilingi oleh zat
pengemulsi.

o/w

w/o

3. Teori plastik (Interfacial film theory)
Terbentuk lapisan tipis oleh pengemulsi yang teradsorpsi dan
mengelilingi tetes terdispersi. Lapisan ini mencegah kontak dan bersatunya
tetes terdispersi. Makin kuat dan plastik lapisan tersebut, maka akan makin
stabil emulsi yang terbentuk. Terdapat 3 jenis lapisan yang terbentuk, yaitu:
a. Lapisan monomolekuler
Satu jenis molekul yang mengelilingi lapisan, sehingga tidak terlalu
stabil karena hanya menggunakan emulgator tunggal.

Film monomolekuler

dapat digambarkan seperti di atas

b. Lapisan Multimolekuler
Dua atau lebih jenis molekul yang mengelilingi lapisan, sehingga
lebih stabil dibandingkan film monomolekuler karena film multimolekuler
menggunakan emulgator ganda. Contoh span (minyak) dan tween (air)
dengan terlebih dahulu menghitung nilai HLB butuhnya, lalu dihitung
persentase emulgator kombinasinya.
span
twen

Film multimolekuler

dapat digambarkan seperti di atas

c. Lapisan liat
Zat padat atau serbuk terbagi halus pada permukaan tetes terdispersi.
Terlebih dahulu dipilih emulgator jenis surfaktan untuk menurunkan
tegangan antarmukanya sebelum membuat tetes terdispersi.

dapat digambarkan seperti di atas

Pertimbangan-pertimbangan dalam pembuatan emulsi meliputi:
penurunan tegangan antar muka, pemberian koloid pelindung, pembentukan
potensial zeta, perancangan jenis sedimen, dan pengendalian laju sedimentasi.
Biasanya seorang formulator akan memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan
penggunaan sediaan, jumlah, jenis dan kelarutan emulgator serta rasio/jenis fase
air dan minyak.

Emulsifying agent merupakan zat yang ditambahkan dalam suatu sediaan
emulsi untuk membuat emulsi menjadi lebih stabil. Sebab secara termodinamika
∆F ≠ 0 pada sediaan emulsi, sehingga dengan penambahan zat ini ∆F

0.

Nilai HLB yang tinggi pada suatu sediaan emulsi mengindikasikan bahwa
emulsi lebih bersifat polar/hidrofil (fase airnya lebih banyak). Sedangkan nilai
HLB yang lebih rendah mengindikasikan bahwa emulsi lebih bersifat
nonpolar/lipofil (fase minyaknya lebih banyak).
Adapun metode pembuatan emulsi ada 3, yaitu:
1. Metode gom kering (metode kontinental)
Metode ini dikenal dengan metode “4:2:1”, karena 4 bagian minyak
(volume), 2 bagian air, dan 1 bagian gom ditambahkan untuk membuat emulsi
utama atau emulsi awal. Skema pembuatannya sebagai berikut:
4 bagian minyak + 1 bagian air

Digerus homogen dalam mortir

+ 2 bagian air

Gerus terus-menerus dengan cepat hingga terbentuk emulsi utama/corpus
(ditandai terbentuk krim putih susu&bunyi „krek‟ pada pergerakan stamper)

Bahan tambahan lain yang larut air sebagai fase luar
ditambahkan perlahan dengan pengadukan

dicukupkan dalam gelas ukur sesuai volume perencanaan

dituang ke dalam wadah
2. Metode gom basah (metode Inggris)
Metode ini cocok untuk membuat emulsi dari minyak-minyak yang sangat
kental. Proporsi minyak, air, dan gom sama dengan metode gom kering, namun
urutan pencampurannya berbeda dan perbandingan bahan-bahannya bisa
bervariasi selama pembuatan emulsi primer. Skema pembuatannya sebagai
berikut:
haluskan granular gom dengan
air 2 kali beratnya dalam mortir

terbentuk mucilago gom
+ Minyak perlahan ke dalam mucilago

gerus terus-menerus hingga minyak teremulsi
Campuran harus kental

Bahan tambahan lain yang larut air sebagai fase luar
ditambahkan perlahan dengan pengadukan

dicukupkan dalam gelas ukur sesuai volume perencanaan

dituang ke dalam wadah
3. Metode Botol (metode botol Forbes)
Metode ini biasanya digunakan untuk bahan-bahan seperti minyak menguap
atau zat-zat bersifat minyak dengan viskositas yang rendah. Tetapi tidak cocok
untuk mengemulsikan minyak-minyak yang kental. Skema pembuatannya
sebagai berikut:
Serbuk gom arab diisikan ke dalam botol kering

+ air 2 kali bobot gom

dikocok kuat dengan mulut botol tertutup.

dimasukkan volume air yang sama banyak dengan minyak

dilakukan berulang-ulang, sedikit demi sedikit
dan terus dikocok hingga minyak habis

terbentuk emulsi utama

diencerkan hingga volume yang direncanakan dengan air
dan campuran zat-zat tambahan lainnya
Misel adalah agregat surfaktan. Jadi suatu misel dapat terbentuk hanya jika
terjadi penambahan surfaktan. Untuk membuat emulsi dengan surfaktan, harus
dicapai CMC (critical micelle concentration) agar dapat terbentuk misel. Hal ini
berhubungan dengan tegangan muka, dimana
mencapai CMC maka

. Jadi, apabila

sudah

akan konstan atau tidak berubah lagi. Kecuali jika

diganggu/dipengaruhi, misalnya dengan pemanasan. Dapat dilihat pada grafik
berikut:

Kerusakan-kerusakan atau destabilitasasi pada sediaan emulsi, yaitu:
1. Flokulasi
Disebabkan oleh potensial zeta. Karena muatannya sejenis, maka hanya
terjadi gaya tolakan. Ikatan paling luar sudah lemah, sehingga tolakannya pun
melemah. Hal ini menyebabkan partikel-partikel zat berdekatan atau tampak
melekat. Keadaan ini cukup berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya
koaselensi dan lama-kelamaan akan rusak, sehingga harus ditambahkan koloid
pelindung(mucilago). Jadi meskipun partikel berlekatan, mudah berpisah
kembali atau tidak koaselens.

Emulsi segar

flokulasi
2. Inversi fase
Terjadi perubahan tipe emulsi dari emulsi yang sebelumnya dibuat.
Misalnya, dari tipe o/w ke w/o atau sebaliknya. Hal ini terjadi karena jumlah
fase air dan fase minyak hampir sama, sehingga dapat distabilkan tetesannya
dengan penambahan surfaktan ataupun emulgator lainnya.

Emulsi segar

terinversi

3. Koalensens
Terjadi karena molekul sejenis yang berdekatan lama-kelamaan
bergabung. Maka ditambahkan koloid pelindung dari surfaktan agar dapat
melapisi dua molekul-molekul tersebut. Jadi surfaktan tidak sebatas mencapai
CMC saja.

Emulsi segar

Koaselense

4. Ostwald ripening
Kerusakan ini sebenarnya jalan menuju koalesense, dan lama-kelamaan
menjadi koalesens. Kerusakan ini dapat terjadi karena ukuran partikel zat yang
terlalu kecil. Dimana flokulat tidak kuat ikatannya sehingga terjadi koalesens.

Emulsi segar

ostwald ripening
5. Creaming
Sebenarnya bukan kerusakan pada emulsi, tetapi hanya dari segi
estetikanya. Oleh karena itu wadah yang dibutuhkan adalah wadah gelap.
Namun pada sediaan obat emulsi, creaming ini dapat berbahaya jika tidak
dikocok kuat saat akan digunakan karena dapat mempengaruhi ketepatan dosis
obat. Adapun kerusakan ini berdasarkan hukum stokes, yaitu:
V=

atau V =

Semakin besar perbedaan kerapatan antar fase, peningkatan diameter fase
terdispersi akibat flokulasi, dan peningkatan gaya grafitasi dengan sentrifugasi,
akan meningkatkan kecepatan creaming. Untuk mengurangi kecepatan
creaming, maka faktor-faktor dalam persamaan Stokes dapat diubah.
Perlambatan creaming dapat tercapai dengan meningkatkan viskositas fase,
pengecilan ukuran tetes dispersi dan peningkatan kerapatan fase minyak.
Kerapatan fase minyak dapat ditingkatkan dengan menambahkan zat-zat
yang larut dalam minyak. Kekentalannya fase kontinyu dapat dilakukan dengan
penambahan suatu hidrokoloid seperti CMC, tragakan atau Na alginat tetapi
harus diperhitungkan dalam penggunaanya

Emulsi segar

creaming

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

formulasi sediaan larutan
formulasi sediaan larutanformulasi sediaan larutan
formulasi sediaan larutan
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULITBIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
 
Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
 
Rheologi
RheologiRheologi
Rheologi
 
Bab vi spektrofotometri
Bab vi spektrofotometriBab vi spektrofotometri
Bab vi spektrofotometri
 
SALEP, KRIM, DAN PASTA
SALEP, KRIM, DAN PASTASALEP, KRIM, DAN PASTA
SALEP, KRIM, DAN PASTA
 
Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin
 
Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi ObatLaporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
Laporan Praktikum Absorbsi & Ekskresi Obat
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusi
 
Emulsifikasi
EmulsifikasiEmulsifikasi
Emulsifikasi
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja Obat
 
Uji Xantoprotein
Uji XantoproteinUji Xantoprotein
Uji Xantoprotein
 
Klt ku
Klt kuKlt ku
Klt ku
 

Similar to Resume emulsi harsya

Similar to Resume emulsi harsya (20)

emulsi.pptx
emulsi.pptxemulsi.pptx
emulsi.pptx
 
Emulsi (7)
Emulsi (7)Emulsi (7)
Emulsi (7)
 
Makalah emulsi
Makalah emulsiMakalah emulsi
Makalah emulsi
 
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
 
Emulsi
Emulsi Emulsi
Emulsi
 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan Shampoo
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Ppt emulsi
Ppt emulsiPpt emulsi
Ppt emulsi
 
Lotion Pegagan
Lotion PegaganLotion Pegagan
Lotion Pegagan
 
SESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptxSESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptx
 
Kuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.pptKuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.ppt
 
E m u_l_s_i
E m u_l_s_iE m u_l_s_i
E m u_l_s_i
 
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.pptMateri tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
 
Plugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasiPlugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasi
 
SISTEM KOLOID
SISTEM KOLOIDSISTEM KOLOID
SISTEM KOLOID
 
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptbentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
 
SESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxSESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptx
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 
Makalah kimia 2
Makalah kimia 2Makalah kimia 2
Makalah kimia 2
 
Sediaan Suspensi
Sediaan SuspensiSediaan Suspensi
Sediaan Suspensi
 

Recently uploaded

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 

Recently uploaded (20)

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 

Resume emulsi harsya

  • 1. RESUME EMULSI TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II OLEH : NAMA : Hardiyanti Syarif NIM : 70100111031 KELAS : Farmasi A2 DOSEN : Isriani Ismail, S.Si., M.Si., Apt. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN SAMATA – GOWA 2013
  • 2. RESUME EMULSI Emulsi adalah gabungan dari dua fase cairan yang tidak saling bercampur, dimana salah satunya sebagai fase terdispersi (fase internal) yang terdispersi secara seragam dalam bentuk tetesan – tetesan kecil pada medium pendispersi (fase eksternal), dan distabilkan dengan emulgator yang cocok. Tipe-tipe emulsi diantaranya: 1. Emulsi Tipe O/W Emulsi ini minyak terdispersi di dalam air. Biasanya digunakan untuk penggunaan oral karena membran mukosa bersifat hidrofilik sehingga mudah ditelan. 2. Emulsi Tipe W/O Emulsi ini air terdispersi di dalam minyak. Biasanya digunakan untuk penggunaan topikal karena lapisan kulit terluar pada membran sel bersifat lipofil sehingga lebih mudah untuk melintasi membran. 3. Emulsi Ganda (o/w/o atau w/o/w) Emulsi ini pada umumnya lebih stabil. Emulsi o/w/o melindungi tetes air di dalam emulsinya, sedangkan w/o/w melindungi tetes minyak di dalam emulsinya. Gaya kohesi adalah gaya tarik-menarik anatara molekul-molekul sejenis. Sedangkan gaya adhesi adalah gaya tarik-menarik anatara molekul-molekul yang tidak sejenis. Adanya gaya adhesi ini menyebabkan zat cair memiliki tegangan permukaan. Teori pembentukan emulsi pada umumnya ada 3, yaitu: 1. Teori tegangan permukaan (surface tension theory) Tegangan terjadi karena adanya ketidakseimbangan gaya kohesi, sehingga digunakan surfaktan. Surfaktan ini akan menurunkan tegangan antar muka kedua cairan dan membantu memecahkan tetes dispersi menjadi tetesan
  • 3. yang kecil, kemudian menyelimuti permukaan tetes tersebut agar susah bergabung kembali. 2. Teori bentuk baji (oriented-wedge theory) Menggunakan surfaktan, dimana setiap surfaktan memiliki sisi hidrofobik dan hidrofilik yang akan mengikat fase air dan fase minyak dalam cairan tersebut sehingga akhirnya seimbang. Kemudian dalam cairan akan terbentuk bulatan-bulatan minyak atau air yang dikelilingi oleh zat pengemulsi. o/w w/o 3. Teori plastik (Interfacial film theory) Terbentuk lapisan tipis oleh pengemulsi yang teradsorpsi dan mengelilingi tetes terdispersi. Lapisan ini mencegah kontak dan bersatunya tetes terdispersi. Makin kuat dan plastik lapisan tersebut, maka akan makin stabil emulsi yang terbentuk. Terdapat 3 jenis lapisan yang terbentuk, yaitu: a. Lapisan monomolekuler Satu jenis molekul yang mengelilingi lapisan, sehingga tidak terlalu stabil karena hanya menggunakan emulgator tunggal. Film monomolekuler dapat digambarkan seperti di atas b. Lapisan Multimolekuler Dua atau lebih jenis molekul yang mengelilingi lapisan, sehingga lebih stabil dibandingkan film monomolekuler karena film multimolekuler menggunakan emulgator ganda. Contoh span (minyak) dan tween (air) dengan terlebih dahulu menghitung nilai HLB butuhnya, lalu dihitung persentase emulgator kombinasinya.
  • 4. span twen Film multimolekuler dapat digambarkan seperti di atas c. Lapisan liat Zat padat atau serbuk terbagi halus pada permukaan tetes terdispersi. Terlebih dahulu dipilih emulgator jenis surfaktan untuk menurunkan tegangan antarmukanya sebelum membuat tetes terdispersi. dapat digambarkan seperti di atas Pertimbangan-pertimbangan dalam pembuatan emulsi meliputi: penurunan tegangan antar muka, pemberian koloid pelindung, pembentukan potensial zeta, perancangan jenis sedimen, dan pengendalian laju sedimentasi. Biasanya seorang formulator akan memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan penggunaan sediaan, jumlah, jenis dan kelarutan emulgator serta rasio/jenis fase air dan minyak. Emulsifying agent merupakan zat yang ditambahkan dalam suatu sediaan emulsi untuk membuat emulsi menjadi lebih stabil. Sebab secara termodinamika ∆F ≠ 0 pada sediaan emulsi, sehingga dengan penambahan zat ini ∆F 0. Nilai HLB yang tinggi pada suatu sediaan emulsi mengindikasikan bahwa emulsi lebih bersifat polar/hidrofil (fase airnya lebih banyak). Sedangkan nilai HLB yang lebih rendah mengindikasikan bahwa emulsi lebih bersifat nonpolar/lipofil (fase minyaknya lebih banyak).
  • 5. Adapun metode pembuatan emulsi ada 3, yaitu: 1. Metode gom kering (metode kontinental) Metode ini dikenal dengan metode “4:2:1”, karena 4 bagian minyak (volume), 2 bagian air, dan 1 bagian gom ditambahkan untuk membuat emulsi utama atau emulsi awal. Skema pembuatannya sebagai berikut: 4 bagian minyak + 1 bagian air Digerus homogen dalam mortir + 2 bagian air Gerus terus-menerus dengan cepat hingga terbentuk emulsi utama/corpus (ditandai terbentuk krim putih susu&bunyi „krek‟ pada pergerakan stamper) Bahan tambahan lain yang larut air sebagai fase luar ditambahkan perlahan dengan pengadukan dicukupkan dalam gelas ukur sesuai volume perencanaan dituang ke dalam wadah 2. Metode gom basah (metode Inggris) Metode ini cocok untuk membuat emulsi dari minyak-minyak yang sangat kental. Proporsi minyak, air, dan gom sama dengan metode gom kering, namun urutan pencampurannya berbeda dan perbandingan bahan-bahannya bisa bervariasi selama pembuatan emulsi primer. Skema pembuatannya sebagai berikut: haluskan granular gom dengan air 2 kali beratnya dalam mortir terbentuk mucilago gom
  • 6. + Minyak perlahan ke dalam mucilago gerus terus-menerus hingga minyak teremulsi Campuran harus kental Bahan tambahan lain yang larut air sebagai fase luar ditambahkan perlahan dengan pengadukan dicukupkan dalam gelas ukur sesuai volume perencanaan dituang ke dalam wadah 3. Metode Botol (metode botol Forbes) Metode ini biasanya digunakan untuk bahan-bahan seperti minyak menguap atau zat-zat bersifat minyak dengan viskositas yang rendah. Tetapi tidak cocok untuk mengemulsikan minyak-minyak yang kental. Skema pembuatannya sebagai berikut: Serbuk gom arab diisikan ke dalam botol kering + air 2 kali bobot gom dikocok kuat dengan mulut botol tertutup. dimasukkan volume air yang sama banyak dengan minyak dilakukan berulang-ulang, sedikit demi sedikit dan terus dikocok hingga minyak habis terbentuk emulsi utama diencerkan hingga volume yang direncanakan dengan air dan campuran zat-zat tambahan lainnya
  • 7. Misel adalah agregat surfaktan. Jadi suatu misel dapat terbentuk hanya jika terjadi penambahan surfaktan. Untuk membuat emulsi dengan surfaktan, harus dicapai CMC (critical micelle concentration) agar dapat terbentuk misel. Hal ini berhubungan dengan tegangan muka, dimana mencapai CMC maka . Jadi, apabila sudah akan konstan atau tidak berubah lagi. Kecuali jika diganggu/dipengaruhi, misalnya dengan pemanasan. Dapat dilihat pada grafik berikut: Kerusakan-kerusakan atau destabilitasasi pada sediaan emulsi, yaitu: 1. Flokulasi Disebabkan oleh potensial zeta. Karena muatannya sejenis, maka hanya terjadi gaya tolakan. Ikatan paling luar sudah lemah, sehingga tolakannya pun melemah. Hal ini menyebabkan partikel-partikel zat berdekatan atau tampak melekat. Keadaan ini cukup berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya koaselensi dan lama-kelamaan akan rusak, sehingga harus ditambahkan koloid pelindung(mucilago). Jadi meskipun partikel berlekatan, mudah berpisah kembali atau tidak koaselens. Emulsi segar flokulasi
  • 8. 2. Inversi fase Terjadi perubahan tipe emulsi dari emulsi yang sebelumnya dibuat. Misalnya, dari tipe o/w ke w/o atau sebaliknya. Hal ini terjadi karena jumlah fase air dan fase minyak hampir sama, sehingga dapat distabilkan tetesannya dengan penambahan surfaktan ataupun emulgator lainnya. Emulsi segar terinversi 3. Koalensens Terjadi karena molekul sejenis yang berdekatan lama-kelamaan bergabung. Maka ditambahkan koloid pelindung dari surfaktan agar dapat melapisi dua molekul-molekul tersebut. Jadi surfaktan tidak sebatas mencapai CMC saja. Emulsi segar Koaselense 4. Ostwald ripening Kerusakan ini sebenarnya jalan menuju koalesense, dan lama-kelamaan menjadi koalesens. Kerusakan ini dapat terjadi karena ukuran partikel zat yang terlalu kecil. Dimana flokulat tidak kuat ikatannya sehingga terjadi koalesens. Emulsi segar ostwald ripening
  • 9. 5. Creaming Sebenarnya bukan kerusakan pada emulsi, tetapi hanya dari segi estetikanya. Oleh karena itu wadah yang dibutuhkan adalah wadah gelap. Namun pada sediaan obat emulsi, creaming ini dapat berbahaya jika tidak dikocok kuat saat akan digunakan karena dapat mempengaruhi ketepatan dosis obat. Adapun kerusakan ini berdasarkan hukum stokes, yaitu: V= atau V = Semakin besar perbedaan kerapatan antar fase, peningkatan diameter fase terdispersi akibat flokulasi, dan peningkatan gaya grafitasi dengan sentrifugasi, akan meningkatkan kecepatan creaming. Untuk mengurangi kecepatan creaming, maka faktor-faktor dalam persamaan Stokes dapat diubah. Perlambatan creaming dapat tercapai dengan meningkatkan viskositas fase, pengecilan ukuran tetes dispersi dan peningkatan kerapatan fase minyak. Kerapatan fase minyak dapat ditingkatkan dengan menambahkan zat-zat yang larut dalam minyak. Kekentalannya fase kontinyu dapat dilakukan dengan penambahan suatu hidrokoloid seperti CMC, tragakan atau Na alginat tetapi harus diperhitungkan dalam penggunaanya Emulsi segar creaming