Dokumen tersebut membahas tentang emulsi, termasuk definisi, jenis, komponen penyusun, proses pembuatan, uji stabilitas, dan evaluasi mutu emulsi. Faktor-faktor seperti konsentrasi, suhu, waktu dan kecepatan pencampuran dapat mempengaruhi stabilitas emulsi. Sistem HLB digunakan untuk mengklasifikasikan surfaktan berdasarkan sifat hidrofilik dan lipofiliknya.
2. PEMBAHASAN
1. Definisi sediaan
2. Kelebihan dan kekurangan
3. Komponen penyusun sediaan
4. Contoh formula
5. Proses pembuatan
6. Hal yang perlu diperhatikan saat pembuatan sediaan
emulsi
7. IPC pada manufaktur sediaan emulsi
8. Stabilitas sediaan
9. Evaluasi mutu
3. Definisi
Merupakan system bifasik yang terdiri dari 2 cairan
yang saling tidak bercampur salah satunya (fase
terdispersi), terdispersi secara halus dan seragam
sebagai gumpalan yang tersebar di seluruh fase (fase
continue).
Emulsi merupakan system termodinamika yang tidak
stabil, agen yang wajib ditambahkan adalah emulsifier
(penstabil emulsi)
Emulsi viskositas rendah disebut lotion , viskositas
tinggi disebut krim.
Ukuran partikel fase terdispersi berkisar 0,1 0100
mikrometer
4. Jenis emulsi
m/a
Tetesan minyak tersebar
pada fase air.
Lemak/minyak diberikan
u/pemberian oral. M/a tidak
berminyak dn mudah
dicucidari permukaan kulit,
serta memberikan efek
dingin dan menutupi rasa
pahit obat.
a/m
Sistem ini memiliki efek
oklusif dengan menhidrasi
SC dan menghambat
penguapan sekresi. Memiliki
efek penyerapan obat
Berfungsi memberishkan
kulit dari kotoran, meskipun
tekstur berminyak, namun
untuk kosmetik sangat
diminati masyarakat.. Obat
yg larut minyak lebih cepat
dilepaskan dari sistemnya.
5. Proses
emulsifikasi
Susu merupakan jenis emulsi alami, yang terdiri dari
gumpalan lemak yang dikelilingi oleh lapisan kasein,
dan tersuspensi dalam air.
Awalnya teori emulsi terbentuk karena studi tentang
susu, setelah adanya teori dan penelitian tentang susu,
maka pertimbangan utama adalah bahwa emulsi sama
dengan susu.
6. Komponen
penyusun
sediaan
Emulsifying dapat memberikan stabilitas pada system
tersebut, dengan demikian factor pemilihan emulgator
sangat penting karena kualitas dan stabilitas emulsi.
Emulgator secara luas dapat diklasifikasikan sebagai
surfaktan (tween, span), koloid hidroilik (akasia,
bentonite, veegum.
Beberapa sifat emulgator :
a. Harus mampu mengurangi tegangan permukaan di
bawah 10 dyne/cm
b. Harus dapat diserap dengan cepat di sekitar fase
terdispersi
c. Meningkatkan zeta potensial dan viskositas yang
memadai dalam system sehingga memberikan
stabilitas optimal
d. Harus efektif pada kadar cukup rendah
9. Proses
pembuatan
1. Pertama, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan berat masing-
masing.
2. Gom arab sebagai emulgator ditambahkan dengan sejumlah
aquadest didalam beaker glass lalu diaduk menggunakan mixer
dengan selama 15 menit.
3. Emulgator adalah fase air. Minyak ikan lemuru didalam beaker
glass ditambahkan BHT dan dihomogenkan menggunakan
homogenizer dengan kecepatan 30 rpm selama 1 menit.
4. Selanjutnya minyak sedikit demi sedikit ditambahkan ke dalam
fase air dan diaduk menggunakan mixer selama 15 menit hingga
terbentuk korpus emulsi.
5. Xanthan gum dikembangkan menggunakan aquadest dan
gliserin sampai mengental lalu dimasukkan ke dalam korpus
emulsi dan dihomogenkan dengan kecepatan 50 rpm selama 5
menit.
6. Natrium benzoat ditambahkan kedalam emulsi dan diaduk
menggunakan mixer.
7. Terakhir, ditambahkan sakarin dan essence secukupnya sambil
diaduk hingga didapatkan rasa dan warna yang sesuai.
10.
11. Uji Stabilitas
B.Obat harus dievaluasi dalam kondisi penyimpanan
yang menguji stabilitas termal dan kepekaanya
terhadap kelembaban. Kondisi penyimpanan dan lama
studi yang dipilih harus cukup untuk menutupisaat
proses penyimpanan, pengiriman dan penggunaan
selanjutnya.
Pengujian jangka Panjang harus mencakup durasi
minimal 12 bulan pada setidaknya 3 batch utama pada
saat pengajuan dan harus dilanjutkan untukjangka
waktu yang cukup dan mencakup periode pengujian
ulang yang ditetapkan.
13. Evaluasi mutu
A. Dilution test : jika emulsi diteteskan dengan air, jika
tetap stabil selama pengenceran, maka emulsi
tersebut berjenis minyak dalam air (m/a), jika pecah
maka berjenis air dalam minyak (a/m)
B. Dye test : digunakan pewara merah yang
dicampurkan dengan emulsi. Satu tetes + emulsi
diatas kaca preparate kemudian diamati di bawah
mikroskop. Jika tampak gumpalan merah dan tak
basis tak berwarna maka emulsi tersebut tipe air
dalam minyak (a/m)
14. Evaluasi mutu
C. Conductivity test : sepasang elektroda yang
dihubungkan ke lampu dan sumber listrik dicelupkan ke
dalam emulsi. Apabila emulsi bertipe m/a maka akan
menimbulkan nyala lampu, jika tidak maka sebaliknya
D. Fluorosence test : beberapa jenis minyak
menunjukkan fluorosensi pabila terkena sinar UV bila
emulsi jenis a/m terkena cahaya fluorosensi di bawah
mikroskop maka seluruh area akan berfluorosensi atau
berpendar. Namun jika emulsi m/a maka emulsi akan
berbintik
E. Macroscopic examination : pengujian stabilitas fisik
emulsi menggunakan tingkat creaming atau koalesensi
yang terjadi selama periode watu tertentu. Menghitung
jumlah dan rasio volume emulsi yang mengendap dan
tidak dan dibagi dengan volume total
15. Evaluasi mutu
a. Uji viskositas: pengukuran viskositas sediaan
dilakukan dengan menggunakan viskometer
Brookfield.6Viskometer yang digunakan adalah
Viskometer Brookfiled DV-E dengan spindle nomor 2.
b. Uji pH: pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH meter. Elektroda sebelumnya telah
dikalibrasi. Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam
sediaan, pH yang muncul diamati dan
dicatat.Kriteria nilai pH emulsi adalah pH oral (5,5-
7,5)
c. Uji ukuran globul: diameter globul emulsi diukur
menggunakan instrument Particle Size Analyzer.
Kriteria ukuran globul sediaan emulsi berada pada
rentang 0,1-100 μm.10
16. Pengaruh
variable proses
yang berbeda
terhadap
stabilitas
emulsi
Luas permukaan meningkat dengan meningkatnya
kecepatan putar dan diameter pisau pengaduk tangka
sampel.
Secara tidak langsung, suhu memengaruhi
emulsifikasi sebagai akibat perubahan tegangan
antarmuka, adsorbs emulsifying agent dan viskositas
Suhu yang lebih tinggi akan menguntungkan
emulsifikasi karena viskositas dan tegangan
antarmuka menurun karena kenaikan suhu
Beberapa peneitian membuktikan bahwa penurunan
suhu selama beberapa menit dapat menyebabkan
koagulasi partikel sehingga mengakibatkan emulsi
menjadi buruk
17. Efek
konsentrasi
emulsi
Konsentrasi emulsi memiliki dampak besar pada
stabilitas emulsi
Viskositas emulsi yang rendah akan mengakibatkan
emulsi tidak stabil karena adanya aglomerasi tetesan
minyak. Pada konsentrasi emulsifier yang tinggi akan
terjadi penggabungan partikel yang cepat
18. Pengaruh
intensitas
pengadukan
Emulsifikasi dapat diterapkan menggunakan energi
mekanik. Dalam proses tsb bermula dari terjadinya
antarmuka antara 2 fase dideformasi sedemikian rupa
sehingga terbentuk globul/tetesan besar yang akan
pecah menjadi partikel kecil.
Pengadukan dilakukan untuk membentuk emulsi
stabil dan homogen dengan mengubah globul besar
menjadi kecil
Emulsi yang lebih stabil dapat dibuat dengan
kecepatan pengadukan <2500 rpm, jika >2500 rpm
akan menyebabkan pengemulsi melepaskan globul
dari antarmuka minyak -air
19. Pengaruh
suhu
pencampura
n
Emulsi yang dibuat pada suhu rendah akan relative
lebih stabil, namun emulsi yang stabil dapat dibuat
pada suhu 30 derajat celcius. Dengan hal tersebut
maka suhu tinggi dapat menurunkan tegangan
permukaan antar cairan. Karena energi kinetic yang
tinggi, permukaan molekul akan cenderung mengatasi
gaya Tarik yang lebih tinggi
Nilai suhu kritis, gaya kohesif natar molekul cairan
menjadi nol, oleh karena itu, tegangan permukaan
akan memudar pada nilai suhu kritis
20. Pengaruh
waktu
pencampura
n
Diameter tetesan pada fase terdispersi berkurang
seiring eningkatnya keceptan pengadukan dan waktu
pencampuran.waktu pencampuran yang lama akan
meningkatkan efektivitas pengemulsi.
Disisi lain, waktu pencampuran yang terlalu lama
akan menyebabkan penurunan efektivitas bahan
pengemulsi, karena pengadukan yang lama akan
menyebabkan pengemulsi pecah dan mengarah ke
arah bagian luar (rembes) dari cairan antarmuka
21. Sistem HLB
Merupakan system yang berfungsi untuk
mengklasifikasikan surfaktan berdasarkan
kelarutannya dalam air.
Nilai numerik dalam system ini disebut hidrophylic
lipophilic balance yang menunjukkan afinitas relative
surfaktan untuk minyak dan air
Nilai 3-6 (emulsi a/m)
Nilai 7-20 (emulsi m/a)