SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Sesi-11&12
EMULSI
Diah indah kumala sari
PEMBAHASAN
1. Definisi sediaan
2. Kelebihan dan kekurangan
3. Komponen penyusun sediaan
4. Contoh formula
5. Proses pembuatan
6. Hal yang perlu diperhatikan saat pembuatan sediaan
emulsi
7. IPC pada manufaktur sediaan emulsi
8. Stabilitas sediaan
9. Evaluasi mutu
Definisi
 Merupakan system bifasik yang terdiri dari 2 cairan
yang saling tidak bercampur salah satunya (fase
terdispersi), terdispersi secara halus dan seragam
sebagai gumpalan yang tersebar di seluruh fase (fase
continue).
 Emulsi merupakan system termodinamika yang tidak
stabil, agen yang wajib ditambahkan adalah emulsifier
(penstabil emulsi)
 Emulsi viskositas rendah disebut lotion , viskositas
tinggi disebut krim.
 Ukuran partikel fase terdispersi berkisar 0,1 0100
mikrometer
Jenis emulsi
m/a
Tetesan minyak tersebar
pada fase air.
Lemak/minyak diberikan
u/pemberian oral. M/a tidak
berminyak dn mudah
dicucidari permukaan kulit,
serta memberikan efek
dingin dan menutupi rasa
pahit obat.
a/m
Sistem ini memiliki efek
oklusif dengan menhidrasi
SC dan menghambat
penguapan sekresi. Memiliki
efek penyerapan obat
Berfungsi memberishkan
kulit dari kotoran, meskipun
tekstur berminyak, namun
untuk kosmetik sangat
diminati masyarakat.. Obat
yg larut minyak lebih cepat
dilepaskan dari sistemnya.
Proses
emulsifikasi
Susu merupakan jenis emulsi alami, yang terdiri dari
gumpalan lemak yang dikelilingi oleh lapisan kasein,
dan tersuspensi dalam air.
Awalnya teori emulsi terbentuk karena studi tentang
susu, setelah adanya teori dan penelitian tentang susu,
maka pertimbangan utama adalah bahwa emulsi sama
dengan susu.
Komponen
penyusun
sediaan
 Emulsifying dapat memberikan stabilitas pada system
tersebut, dengan demikian factor pemilihan emulgator
sangat penting karena kualitas dan stabilitas emulsi.
Emulgator secara luas dapat diklasifikasikan sebagai
surfaktan (tween, span), koloid hidroilik (akasia,
bentonite, veegum.
 Beberapa sifat emulgator :
a. Harus mampu mengurangi tegangan permukaan di
bawah 10 dyne/cm
b. Harus dapat diserap dengan cepat di sekitar fase
terdispersi
c. Meningkatkan zeta potensial dan viskositas yang
memadai dalam system sehingga memberikan
stabilitas optimal
d. Harus efektif pada kadar cukup rendah
Fase
eksternal
Antioksidan
Perasa,
pewarna
Chelating
agent
Preservatif
Fase
internal
Buffer
Contoh
formula
Proses
pembuatan
1. Pertama, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan berat masing-
masing.
2. Gom arab sebagai emulgator ditambahkan dengan sejumlah
aquadest didalam beaker glass lalu diaduk menggunakan mixer
dengan selama 15 menit.
3. Emulgator adalah fase air. Minyak ikan lemuru didalam beaker
glass ditambahkan BHT dan dihomogenkan menggunakan
homogenizer dengan kecepatan 30 rpm selama 1 menit.
4. Selanjutnya minyak sedikit demi sedikit ditambahkan ke dalam
fase air dan diaduk menggunakan mixer selama 15 menit hingga
terbentuk korpus emulsi.
5. Xanthan gum dikembangkan menggunakan aquadest dan
gliserin sampai mengental lalu dimasukkan ke dalam korpus
emulsi dan dihomogenkan dengan kecepatan 50 rpm selama 5
menit.
6. Natrium benzoat ditambahkan kedalam emulsi dan diaduk
menggunakan mixer.
7. Terakhir, ditambahkan sakarin dan essence secukupnya sambil
diaduk hingga didapatkan rasa dan warna yang sesuai.
Uji Stabilitas
 B.Obat harus dievaluasi dalam kondisi penyimpanan
yang menguji stabilitas termal dan kepekaanya
terhadap kelembaban. Kondisi penyimpanan dan lama
studi yang dipilih harus cukup untuk menutupisaat
proses penyimpanan, pengiriman dan penggunaan
selanjutnya.
 Pengujian jangka Panjang harus mencakup durasi
minimal 12 bulan pada setidaknya 3 batch utama pada
saat pengajuan dan harus dilanjutkan untukjangka
waktu yang cukup dan mencakup periode pengujian
ulang yang ditetapkan.
Uji Stabilitas
Evaluasi mutu
A. Dilution test : jika emulsi diteteskan dengan air, jika
tetap stabil selama pengenceran, maka emulsi
tersebut berjenis minyak dalam air (m/a), jika pecah
maka berjenis air dalam minyak (a/m)
B. Dye test : digunakan pewara merah yang
dicampurkan dengan emulsi. Satu tetes + emulsi
diatas kaca preparate kemudian diamati di bawah
mikroskop. Jika tampak gumpalan merah dan tak
basis tak berwarna maka emulsi tersebut tipe air
dalam minyak (a/m)
Evaluasi mutu
C. Conductivity test : sepasang elektroda yang
dihubungkan ke lampu dan sumber listrik dicelupkan ke
dalam emulsi. Apabila emulsi bertipe m/a maka akan
menimbulkan nyala lampu, jika tidak maka sebaliknya
D. Fluorosence test : beberapa jenis minyak
menunjukkan fluorosensi pabila terkena sinar UV bila
emulsi jenis a/m terkena cahaya fluorosensi di bawah
mikroskop maka seluruh area akan berfluorosensi atau
berpendar. Namun jika emulsi m/a maka emulsi akan
berbintik
E. Macroscopic examination : pengujian stabilitas fisik
emulsi menggunakan tingkat creaming atau koalesensi
yang terjadi selama periode watu tertentu. Menghitung
jumlah dan rasio volume emulsi yang mengendap dan
tidak dan dibagi dengan volume total
Evaluasi mutu
a. Uji viskositas: pengukuran viskositas sediaan
dilakukan dengan menggunakan viskometer
Brookfield.6Viskometer yang digunakan adalah
Viskometer Brookfiled DV-E dengan spindle nomor 2.
b. Uji pH: pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH meter. Elektroda sebelumnya telah
dikalibrasi. Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam
sediaan, pH yang muncul diamati dan
dicatat.Kriteria nilai pH emulsi adalah pH oral (5,5-
7,5)
c. Uji ukuran globul: diameter globul emulsi diukur
menggunakan instrument Particle Size Analyzer.
Kriteria ukuran globul sediaan emulsi berada pada
rentang 0,1-100 μm.10
Pengaruh
variable proses
yang berbeda
terhadap
stabilitas
emulsi
 Luas permukaan meningkat dengan meningkatnya
kecepatan putar dan diameter pisau pengaduk tangka
sampel.
 Secara tidak langsung, suhu memengaruhi
emulsifikasi sebagai akibat perubahan tegangan
antarmuka, adsorbs emulsifying agent dan viskositas
 Suhu yang lebih tinggi akan menguntungkan
emulsifikasi karena viskositas dan tegangan
antarmuka menurun karena kenaikan suhu
 Beberapa peneitian membuktikan bahwa penurunan
suhu selama beberapa menit dapat menyebabkan
koagulasi partikel sehingga mengakibatkan emulsi
menjadi buruk
Efek
konsentrasi
emulsi
 Konsentrasi emulsi memiliki dampak besar pada
stabilitas emulsi
 Viskositas emulsi yang rendah akan mengakibatkan
emulsi tidak stabil karena adanya aglomerasi tetesan
minyak. Pada konsentrasi emulsifier yang tinggi akan
terjadi penggabungan partikel yang cepat
Pengaruh
intensitas
pengadukan
 Emulsifikasi dapat diterapkan menggunakan energi
mekanik. Dalam proses tsb bermula dari terjadinya
antarmuka antara 2 fase dideformasi sedemikian rupa
sehingga terbentuk globul/tetesan besar yang akan
pecah menjadi partikel kecil.
 Pengadukan dilakukan untuk membentuk emulsi
stabil dan homogen dengan mengubah globul besar
menjadi kecil
 Emulsi yang lebih stabil dapat dibuat dengan
kecepatan pengadukan <2500 rpm, jika >2500 rpm
akan menyebabkan pengemulsi melepaskan globul
dari antarmuka minyak -air
Pengaruh
suhu
pencampura
n
 Emulsi yang dibuat pada suhu rendah akan relative
lebih stabil, namun emulsi yang stabil dapat dibuat
pada suhu 30 derajat celcius. Dengan hal tersebut
maka suhu tinggi dapat menurunkan tegangan
permukaan antar cairan. Karena energi kinetic yang
tinggi, permukaan molekul akan cenderung mengatasi
gaya Tarik yang lebih tinggi
 Nilai suhu kritis, gaya kohesif natar molekul cairan
menjadi nol, oleh karena itu, tegangan permukaan
akan memudar pada nilai suhu kritis
Pengaruh
waktu
pencampura
n
 Diameter tetesan pada fase terdispersi berkurang
seiring eningkatnya keceptan pengadukan dan waktu
pencampuran.waktu pencampuran yang lama akan
meningkatkan efektivitas pengemulsi.
 Disisi lain, waktu pencampuran yang terlalu lama
akan menyebabkan penurunan efektivitas bahan
pengemulsi, karena pengadukan yang lama akan
menyebabkan pengemulsi pecah dan mengarah ke
arah bagian luar (rembes) dari cairan antarmuka
Sistem HLB
 Merupakan system yang berfungsi untuk
mengklasifikasikan surfaktan berdasarkan
kelarutannya dalam air.
 Nilai numerik dalam system ini disebut hidrophylic
lipophilic balance yang menunjukkan afinitas relative
surfaktan untuk minyak dan air
 Nilai 3-6 (emulsi a/m)
 Nilai 7-20 (emulsi m/a)
OPTIMASI EMULSI
OPTIMASI EMULSI

More Related Content

Similar to OPTIMASI EMULSI

Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016Ayyu Sartheeqaa
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiMina Audina
 
E M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPTE M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPTssuser8cafc5
 
Kimia koloid analitik (pulp orange)
Kimia koloid analitik (pulp orange)Kimia koloid analitik (pulp orange)
Kimia koloid analitik (pulp orange)dian mero
 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooNur Rasmi
 
Plugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasiPlugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasidukuhwaru
 
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptbentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptPadmaNingsih
 
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.2110070100058
 
SESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxSESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxdiah72
 
laporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cairlaporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cairagusasnafi
 
PPT KIMIA FARMASI.pptx
PPT KIMIA FARMASI.pptxPPT KIMIA FARMASI.pptx
PPT KIMIA FARMASI.pptxBryanDixon13
 

Similar to OPTIMASI EMULSI (20)

Lotion Pegagan
Lotion PegaganLotion Pegagan
Lotion Pegagan
 
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
 
Emulsifikasi
EmulsifikasiEmulsifikasi
Emulsifikasi
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
E M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPTE M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPT
 
Kimia koloid analitik (pulp orange)
Kimia koloid analitik (pulp orange)Kimia koloid analitik (pulp orange)
Kimia koloid analitik (pulp orange)
 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan Shampoo
 
Plugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasiPlugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasi
 
Ppt emulsi
Ppt emulsiPpt emulsi
Ppt emulsi
 
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptbentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
 
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
 
Kuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.pptKuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.ppt
 
EKSTRAKSI.ppt
EKSTRAKSI.pptEKSTRAKSI.ppt
EKSTRAKSI.ppt
 
SESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxSESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptx
 
Tujuan percobaan
Tujuan percobaanTujuan percobaan
Tujuan percobaan
 
laporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cairlaporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cair
 
kelompok Emulsi
kelompok Emulsikelompok Emulsi
kelompok Emulsi
 
PPT KIMIA FARMASI.pptx
PPT KIMIA FARMASI.pptxPPT KIMIA FARMASI.pptx
PPT KIMIA FARMASI.pptx
 
Gel
GelGel
Gel
 

Recently uploaded

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 

Recently uploaded (20)

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 

OPTIMASI EMULSI

  • 2. PEMBAHASAN 1. Definisi sediaan 2. Kelebihan dan kekurangan 3. Komponen penyusun sediaan 4. Contoh formula 5. Proses pembuatan 6. Hal yang perlu diperhatikan saat pembuatan sediaan emulsi 7. IPC pada manufaktur sediaan emulsi 8. Stabilitas sediaan 9. Evaluasi mutu
  • 3. Definisi  Merupakan system bifasik yang terdiri dari 2 cairan yang saling tidak bercampur salah satunya (fase terdispersi), terdispersi secara halus dan seragam sebagai gumpalan yang tersebar di seluruh fase (fase continue).  Emulsi merupakan system termodinamika yang tidak stabil, agen yang wajib ditambahkan adalah emulsifier (penstabil emulsi)  Emulsi viskositas rendah disebut lotion , viskositas tinggi disebut krim.  Ukuran partikel fase terdispersi berkisar 0,1 0100 mikrometer
  • 4. Jenis emulsi m/a Tetesan minyak tersebar pada fase air. Lemak/minyak diberikan u/pemberian oral. M/a tidak berminyak dn mudah dicucidari permukaan kulit, serta memberikan efek dingin dan menutupi rasa pahit obat. a/m Sistem ini memiliki efek oklusif dengan menhidrasi SC dan menghambat penguapan sekresi. Memiliki efek penyerapan obat Berfungsi memberishkan kulit dari kotoran, meskipun tekstur berminyak, namun untuk kosmetik sangat diminati masyarakat.. Obat yg larut minyak lebih cepat dilepaskan dari sistemnya.
  • 5. Proses emulsifikasi Susu merupakan jenis emulsi alami, yang terdiri dari gumpalan lemak yang dikelilingi oleh lapisan kasein, dan tersuspensi dalam air. Awalnya teori emulsi terbentuk karena studi tentang susu, setelah adanya teori dan penelitian tentang susu, maka pertimbangan utama adalah bahwa emulsi sama dengan susu.
  • 6. Komponen penyusun sediaan  Emulsifying dapat memberikan stabilitas pada system tersebut, dengan demikian factor pemilihan emulgator sangat penting karena kualitas dan stabilitas emulsi. Emulgator secara luas dapat diklasifikasikan sebagai surfaktan (tween, span), koloid hidroilik (akasia, bentonite, veegum.  Beberapa sifat emulgator : a. Harus mampu mengurangi tegangan permukaan di bawah 10 dyne/cm b. Harus dapat diserap dengan cepat di sekitar fase terdispersi c. Meningkatkan zeta potensial dan viskositas yang memadai dalam system sehingga memberikan stabilitas optimal d. Harus efektif pada kadar cukup rendah
  • 9. Proses pembuatan 1. Pertama, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan berat masing- masing. 2. Gom arab sebagai emulgator ditambahkan dengan sejumlah aquadest didalam beaker glass lalu diaduk menggunakan mixer dengan selama 15 menit. 3. Emulgator adalah fase air. Minyak ikan lemuru didalam beaker glass ditambahkan BHT dan dihomogenkan menggunakan homogenizer dengan kecepatan 30 rpm selama 1 menit. 4. Selanjutnya minyak sedikit demi sedikit ditambahkan ke dalam fase air dan diaduk menggunakan mixer selama 15 menit hingga terbentuk korpus emulsi. 5. Xanthan gum dikembangkan menggunakan aquadest dan gliserin sampai mengental lalu dimasukkan ke dalam korpus emulsi dan dihomogenkan dengan kecepatan 50 rpm selama 5 menit. 6. Natrium benzoat ditambahkan kedalam emulsi dan diaduk menggunakan mixer. 7. Terakhir, ditambahkan sakarin dan essence secukupnya sambil diaduk hingga didapatkan rasa dan warna yang sesuai.
  • 10.
  • 11. Uji Stabilitas  B.Obat harus dievaluasi dalam kondisi penyimpanan yang menguji stabilitas termal dan kepekaanya terhadap kelembaban. Kondisi penyimpanan dan lama studi yang dipilih harus cukup untuk menutupisaat proses penyimpanan, pengiriman dan penggunaan selanjutnya.  Pengujian jangka Panjang harus mencakup durasi minimal 12 bulan pada setidaknya 3 batch utama pada saat pengajuan dan harus dilanjutkan untukjangka waktu yang cukup dan mencakup periode pengujian ulang yang ditetapkan.
  • 13. Evaluasi mutu A. Dilution test : jika emulsi diteteskan dengan air, jika tetap stabil selama pengenceran, maka emulsi tersebut berjenis minyak dalam air (m/a), jika pecah maka berjenis air dalam minyak (a/m) B. Dye test : digunakan pewara merah yang dicampurkan dengan emulsi. Satu tetes + emulsi diatas kaca preparate kemudian diamati di bawah mikroskop. Jika tampak gumpalan merah dan tak basis tak berwarna maka emulsi tersebut tipe air dalam minyak (a/m)
  • 14. Evaluasi mutu C. Conductivity test : sepasang elektroda yang dihubungkan ke lampu dan sumber listrik dicelupkan ke dalam emulsi. Apabila emulsi bertipe m/a maka akan menimbulkan nyala lampu, jika tidak maka sebaliknya D. Fluorosence test : beberapa jenis minyak menunjukkan fluorosensi pabila terkena sinar UV bila emulsi jenis a/m terkena cahaya fluorosensi di bawah mikroskop maka seluruh area akan berfluorosensi atau berpendar. Namun jika emulsi m/a maka emulsi akan berbintik E. Macroscopic examination : pengujian stabilitas fisik emulsi menggunakan tingkat creaming atau koalesensi yang terjadi selama periode watu tertentu. Menghitung jumlah dan rasio volume emulsi yang mengendap dan tidak dan dibagi dengan volume total
  • 15. Evaluasi mutu a. Uji viskositas: pengukuran viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield.6Viskometer yang digunakan adalah Viskometer Brookfiled DV-E dengan spindle nomor 2. b. Uji pH: pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elektroda sebelumnya telah dikalibrasi. Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sediaan, pH yang muncul diamati dan dicatat.Kriteria nilai pH emulsi adalah pH oral (5,5- 7,5) c. Uji ukuran globul: diameter globul emulsi diukur menggunakan instrument Particle Size Analyzer. Kriteria ukuran globul sediaan emulsi berada pada rentang 0,1-100 μm.10
  • 16. Pengaruh variable proses yang berbeda terhadap stabilitas emulsi  Luas permukaan meningkat dengan meningkatnya kecepatan putar dan diameter pisau pengaduk tangka sampel.  Secara tidak langsung, suhu memengaruhi emulsifikasi sebagai akibat perubahan tegangan antarmuka, adsorbs emulsifying agent dan viskositas  Suhu yang lebih tinggi akan menguntungkan emulsifikasi karena viskositas dan tegangan antarmuka menurun karena kenaikan suhu  Beberapa peneitian membuktikan bahwa penurunan suhu selama beberapa menit dapat menyebabkan koagulasi partikel sehingga mengakibatkan emulsi menjadi buruk
  • 17. Efek konsentrasi emulsi  Konsentrasi emulsi memiliki dampak besar pada stabilitas emulsi  Viskositas emulsi yang rendah akan mengakibatkan emulsi tidak stabil karena adanya aglomerasi tetesan minyak. Pada konsentrasi emulsifier yang tinggi akan terjadi penggabungan partikel yang cepat
  • 18. Pengaruh intensitas pengadukan  Emulsifikasi dapat diterapkan menggunakan energi mekanik. Dalam proses tsb bermula dari terjadinya antarmuka antara 2 fase dideformasi sedemikian rupa sehingga terbentuk globul/tetesan besar yang akan pecah menjadi partikel kecil.  Pengadukan dilakukan untuk membentuk emulsi stabil dan homogen dengan mengubah globul besar menjadi kecil  Emulsi yang lebih stabil dapat dibuat dengan kecepatan pengadukan <2500 rpm, jika >2500 rpm akan menyebabkan pengemulsi melepaskan globul dari antarmuka minyak -air
  • 19. Pengaruh suhu pencampura n  Emulsi yang dibuat pada suhu rendah akan relative lebih stabil, namun emulsi yang stabil dapat dibuat pada suhu 30 derajat celcius. Dengan hal tersebut maka suhu tinggi dapat menurunkan tegangan permukaan antar cairan. Karena energi kinetic yang tinggi, permukaan molekul akan cenderung mengatasi gaya Tarik yang lebih tinggi  Nilai suhu kritis, gaya kohesif natar molekul cairan menjadi nol, oleh karena itu, tegangan permukaan akan memudar pada nilai suhu kritis
  • 20. Pengaruh waktu pencampura n  Diameter tetesan pada fase terdispersi berkurang seiring eningkatnya keceptan pengadukan dan waktu pencampuran.waktu pencampuran yang lama akan meningkatkan efektivitas pengemulsi.  Disisi lain, waktu pencampuran yang terlalu lama akan menyebabkan penurunan efektivitas bahan pengemulsi, karena pengadukan yang lama akan menyebabkan pengemulsi pecah dan mengarah ke arah bagian luar (rembes) dari cairan antarmuka
  • 21. Sistem HLB  Merupakan system yang berfungsi untuk mengklasifikasikan surfaktan berdasarkan kelarutannya dalam air.  Nilai numerik dalam system ini disebut hidrophylic lipophilic balance yang menunjukkan afinitas relative surfaktan untuk minyak dan air  Nilai 3-6 (emulsi a/m)  Nilai 7-20 (emulsi m/a)