SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
MAKALAH KIMIA 
SISTEM KOLOID 
OLEH : 
NAMA : INDRA LESMANA 
KELAS : XI.IPA6
Makalah Tentang Sistem Koloid 
A. SISTEM KOLOID 
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran 
(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel 
terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen 
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang 
dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga 
dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). 
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan 
contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga 
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri 
karena kepentingannya. 
PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID 
Sistem koloid adalah campuran yang heterogen. Telah diketahui bahwa terdapat tiga fase 
zat, yaitu padat, cair, dan gas. Dari ketiga fasa zat ini dapat dibuat sembilan kombinasi 
campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya delapan. Kombinasi 
campuran fase gas dan fase gas selalu menghasilkan campuran yang homogen (satu fase) 
sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid. 
1. Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol) 
Sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat 
dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contoh-contoh 
sistem koloid fase padat-cair. 
a. Agar-agar
Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan sistem koloid yang 
disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin sol ini akan tetap 
berwujud cair. Sebaliknya jika konsentrasi agar-agar tinggi pada keadaan dingin sol akan 
menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel. 
b. Pektin 
Pektin adalah tepung yang diperoleh dari buah pepaya muda, apel, dan kulit jeruk. Jika 
pektin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat sehingga 
membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk pembuatan selai. 
c. Gelatin 
Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang, misalnya 
sapi. Jika gelatin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat 
dan membentuk gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar, 
pektin dan gelatin juga digunakan untuk pembuatan makanan, seperti jelly atau 
permen kenyal (gummy candies). 
d. Cairan Kanji 
Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu suspensi. Jika 
suspensi dipanaskan akan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung kanji cukup tinggi, sol 
tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu gel terbentuk karena fase 
terdispersi mengembang, memadat dan menjadi kaku. 
e. Air sungai (tanah terdispersi di dalam medium air). 
f. Cat tembok dan tinta (zat warna terdispersi di dalam medium air). 
g. Cat kayu dan cat besi (zat warna terdispersi di dalam pelarut organik). 
h. Gel kalsium asetat di dalam alkohol. 
i. Sol arpus (damar). 
j. Sol emas, sol Fe(OH)3, sol Al(OH)3, dan sol belerang. 
2. Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat) 
Sistem koloid fase pada-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi yang 
sama-sama berwujud zat padat sehingga dikenal dengan nama sol padat. Lazimnya, istilah 
sol digunakan untuk menyatakan sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispersi berupa 
zat padat di dalam medium pendispersi berupa zat cair sehingga tidak perlu digunakan 
istilah sol cair. Contoh sistem koloid fase padat-padat adalah logam campuran (aloi), 
misalnya stainless steel yang terbentuk dari campuran logam besi, kromium dan nikel.
Contoh lainnya adalah kaca berwarna yang dalam ini zat warna terdispersi di dalam 
medium zat padat (kaca). 
3. Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat) 
Sistem koloid fase padat-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan fase 
pendispersi berupa gas. Anda sering menjumpai asap dari pembakaran sampah atau dari 
kendaraan bermotor. Asap merupakan partikel padat yang terdispersi di dalam medium 
pendispersi berupa gas (udara). Partikel padat di udara disebut partikulat padat. Sistem 
dispersi zat padat dalam medium pendispersi gas disebut aerosol padat. Sebenarnya istilah, 
aerosol lazim digunakan untuk menyatakan sistem dispersi zat cair di dalam medium gas 
sehingga tidak perlu disebut aerosol cair. 
4. Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol) 
Sistem koloid fase cair-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase 
pendispersi berupa gas. Contoh sistem koloid ini adalah kabut dan awan. Partikel-partikel 
zat cair yang terdispersi di udara (gas) disebut partikulat cair. Contoh aerosol adalah 
hairspray, obat nyamuk semprot, parfum (body spray), cat semprot dan lain-lain. Pada 
produk-produk tersebut digunakan zat pendorong (propellant) berupa senyawa 
klorofluorokarbon (CFC). 
5. Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi) 
Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium 
pendispersi yang juga berupa cairan. Campuran yang terbentuk bukan berupa larutan, 
melainkan bersifat heterogen. Misalnya campuran antara minyak dan air. Air yang bersifat 
polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang bersifat nonpolar. Untuk dapat 
“mendamaikan” air dan minyak, harus ada zat “penghubung” antara keduanya. Zat 
penghubung ini harus memiliki gugus polar (gugus yang dapat larut di dalam air) dan juga 
harus memiliki gugus nonpolar (gugus yang dapat larut di dalam minyak) sehingga zat 
penghubung tersebut dapat bercampur dengan air dan dapat pula bercampur dengan 
minyak. 
Sistem koloid cair-cair disebut emulsi. Zat penghubung yang menyebabkan pembentukan 
emulsi disebut emulgator (pembentuk emulsi). Jadi, tidak ada emulsi tanpa emulgator. 
Contoh zat emulgator, yaitu sabun, detergen, dan lesitin. Minyak dan air dapat bercampur 
jika ditambahkan emulgator berupa sabun atau deterjen. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan minyak yang menempel pada tangan atau pakaian digunakan sabun atau 
deterjen, yang kemudian dibilas dengan air. 
Susu, air santan, krim, dan lotion merupakan beberapa emulsi yang Anda kenal dalam 
kehidupan sehari-hari. Susu murni (dalam bentuk cair) merupakan contoh bentuk emulsi 
alami karena di dalam susu murni telah terdapat emulgator alami, yaitu kasein. Di dalam 
industri makanan, biasanya susu murni diolah menjadi susu bubuk. Susu bubuk yang 
terbentuk menjadi sukar larut dalam air, kecuali dengan menggunakan air panas. Oleh 
karena itu, digunakan zat emulgator yang berupa lesitin sehingga susu bubuk tersebut dapat 
mudah larut dalam air, sekalipun hanya dengan menggunakan air dingin. Susu bubuk yang 
dicampur dengan zat emulgator dikenal dengan istilah susu bubuk instant. Contoh lain 
emulsi adalah krim (emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang berbentuk cairan 
kental atau krim yang encer). 
Sistem emulsi banyak digunakan dalam berbagai industri seperti berikut. 
a. Industri kosmetik: dalam bentuk berbagai krim untuk perawatan kulit, dan berbagai 
lotion yang berasal dari minyak, serta haircream (minyak rambut). 
b. Industri makanan: dalam bentuk es krim dan mayones. 
c. Industri farmasi: dalam bentuk berbagai krim untuk penyakit kulit, sirup, minyak ikan, 
dan lain-lain. 
Mayones terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak jagung atau minyak kedelai) dan 
air. Pada mayones ini digunakan kuning telur sebagai zat emulgator. 
6. Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat) 
Sistem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium 
pendispersi berupa zat padat sehingga dikenal dengan nama emulsi padat. Sebenarnya, 
istilah emulsi hanya digunakan untuk sistem koloid fase cair-cair. Jadi, emulsi berarti sistem 
koloid fase cair-cair (tidak ada istilah emulsi cair). Contoh emulsi padat, yaitu keju, mentega, 
dan mutiara. 
7. Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa) 
Sistem koloid fase gas-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium 
pendispersi berupa zat cair. Jika anda mengocok larutan sabun, akan timbul busa. Di dalam 
busa sabun terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun merupakan fase gas dalam 
medium cair. Contoh-contoh zat yang dapat menimbulkan busa atau buih, yaitu sabun, 
deterjen, protein, dan tanin.
Pada proses pencucian, busa yang ditimbulkan oleh sabun atau deterjen dapat 
mempercepat proses penghilangan kotoran. Busa atau buih pada zat pemadam api berfungsi 
memperluas jangkauan (voluminous) dan mengurangi penguapan air. Pada proses 
pemekatan bijih logam, sengaja ditimbulkan busa agar zat-zat pengotor dapat terapung di 
dalam busa tersebut. 
Di dalam suatu proses industri kimia, misalnya proses fermentasi, kadang-kadang 
pembentukan busa tidak diinginkan sehingga dilakukan penambahan zat antibusa 
(antifoam), seperti silikon, eter, isoamil alkohol, dan lain-lain. 
8. Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat) 
Sistem koloid fase gas-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium 
pendispersi berupa zat padat, yang dikenal dengan istilah busa padat, sedangkan dispersi gas 
dalam medium cair disebut busa dan tidak perlu disebut busa cair. Di dalam kehidupan 
sehari-hari, anda dapat menemui busa padat yang dikenal dengan istilah karet busa dan batu 
apung. Pada kedua contoh busa padat ini terdapat rongga atau pori-pori yang dapat diisi 
oleh udara. 
Secara garis besar, kedelapan jenis sistem koloid tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 1.2 
berikut ini. 
Tabel 2 Jenis Sistem Koloid dan Contoh-contohnya 
No. Fase Terdispersi 
Medium 
Pendispersi 
Nama Koloid Contoh 
1. Padat Cair Sol 
Sol emas, agar-agar, jelly, cat, tinta, air 
sungai 
2. Padat Gas Aerosol padat Asap, debu padat 
3. Padat Padat Sol padat Paduan logam, kaca berwarna 
4. Cair Gas Aerosol Kabut, awan 
5 Cair Cair Emulsi 
Santan, susu, es krim, krim, lotion, 
mayonaise 
6. Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, mutiara 
7. Gas Cair Buih, busa Busa sabun 
8. Gas Padat Busa padat Karet busa, batu apung 
B. Penggunaan Koloid
I. Bidang Industri 
- Getah karet 
Getah karet merupakan koloid tipe sol yang banyak digunakan sebagai bahan dasar idustri 
karet. Karet diperoleh dengan cara mengkoagulasikan getah karet dengan asam formiat 
(HCOOH) atau asam asetat, agar menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. 
Gumpalan karet kemudian digiling dan dicuci kemudian diproses lebih lanjut sebaga 
lembaran yang disebut sheet. 
Getah karet yang digunakan pada pembatan balon atau karet busa tidak digumpalkan,tetapi 
dibiarkan dalam wujud cair yang dikenal dengan lateks. Agar tetap dalam keadaan stabil, 
getah karet dicampur dengan larutan ammonia (NH3 (aq)). Larutan ammonia bersifat basa 
akan melindungi karet didalam sol lateks dari zat-zat bersifat asam. Kondisi ni akan 
melindungi sol dari penggumpalan. 
- Cat 
Merupakan koloid tipe sol. Partikel-partikel padat berupa zat warna, oksia logam, bahan 
penstabil, bahan pengawet, zat pencermelang, zat pereduksi dihaluskan hingga berukuran 
partikel koloid. Partikel koloid ini selanjutnya didispersikan dalam suatu cairan, agar sol 
tetap terjaga kestabilannya dan bahan-bahan didispersikan tidak mengendap ditambahkan 
emulgator atau zat pelindnung yang tergantung pada jenis medium pendispersinya. Apabila 
medium pendispersi berupa senyawa polar missal air dan alcohol, emulgatornya harus yang 
dapat larut dalam pelarut polar. Dan sebaliknya jika medium pendispersi berupa senyaw 
nonpolar, maka emulgator juga dapat larut dalam pelarut nonpolar 
Zat pelindung dalam cat berfungsi untuk melindungi bahan-bahan pewarna atau bahan 
padat lain yang menempel pada bahan yag dicat dari pengaruh panas. Oleh karena itu, saat
cairan pelarut menguap, sifat-sifat bahan pewarna dan bahan-bahan lain yang didispersikan 
tidak berubah oleh pengaruh cahaya matahari atau zat-zat kimia lain yang bersentuhan 
dengan bahan cat tersebut. 
II. Bidang makanan 
Contoh dalam bidang makan adalah susu, mentega dsb. Susu merupakan emulsi yang 
berwarna putih kekuningan dan bersifat asam lemah. 
III. Bidang kosmetik dan farmasi 
Bahan-bahan kosmetik hampir 90% dibuat dalam bentuk koloid. Bahan berbentuk koloid 
mempunyai beberapa kelebihan seperti: 
a. Mudah dibersihkan 
b. Tidak merusak kulit dan rambut 
c. Mudah menyerap berbagai bahan yang berfungi sebagai pewangi,pelembut, dan pewarna 
d. Mengandung dua jenis bahan yang tidak aling melarutkan. 
Beberapa tipe koloid yang digunakan dalam kosmetik sebagai berikut. 
a. Sol padat, contoh: kosmetik lipstick, mascara, dan pensil alis. 
b. Sol, contoh: kosmetik cat kuku, susu pembersih muka dan kulit, cairan mascara. 
c. Emulsi, contoh: kosmetik pembersih muka. 
d. Aerosol: kosmetik parfum semprot, hair spray, penyegar mulut bentuk semprot. 
e. Buih, contoh: sabun cukur 
f. Gel, kosmetik minyak rambut. 
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan 
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat 
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen 
dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Ada banyak penggunaan sistem koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam 
berbagai industri seperti industri kosmetik, makanan, farmasi dan sebagainya. Beberapa 
macam koloid tersebut antara lain; 
1. Aerosol 
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Aerosol 
yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam industri 
modern, banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk aerosol, 
dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara lain adalah hair spray, 
deodorant dan obat nyamuk. 
2. Sol 
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan. Berdasarkan sifat 
adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita mengenal dua macam sol; 
a. Sol liofil , dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga 
terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya “cinta cairan” (Bahasa 
Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel. Contoh gel 
antara lain selai dan gelatin. 
b. Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib 
artinya “takut cairan” (phobia=takut). 
Jika medium pendispersinya berupa air, kedua macam koloid di atas masing-masing disebut 
koloid hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil adalah kanji, 
protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan 
sol-sol logam. 
3. Emulsi 
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama 
merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat 
pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai 
emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan 
dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat 
disebut krim. 
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid: 
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, 
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel 
koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut 
mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih. 
2. Penggumpalan Darah 
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka 
luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ 
dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral 
sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.

More Related Content

What's hot

What's hot (13)

Ppt sistem koloid
Ppt sistem koloidPpt sistem koloid
Ppt sistem koloid
 
Bab 10 koloid
Bab 10 koloidBab 10 koloid
Bab 10 koloid
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia PematangsiantarSistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
 
Makalah tentang koloid
Makalah tentang koloidMakalah tentang koloid
Makalah tentang koloid
 
Manfaat koloid dalam kehidupan sehari
Manfaat koloid dalam kehidupan sehariManfaat koloid dalam kehidupan sehari
Manfaat koloid dalam kehidupan sehari
 
Makalah kimia
Makalah kimiaMakalah kimia
Makalah kimia
 
koloid
 koloid koloid
koloid
 
Sistem Koloid (Pengertian)
Sistem Koloid (Pengertian)Sistem Koloid (Pengertian)
Sistem Koloid (Pengertian)
 
SISTEM KOLOID KIMIA SMA XI IPA
SISTEM KOLOID KIMIA SMA XI IPA SISTEM KOLOID KIMIA SMA XI IPA
SISTEM KOLOID KIMIA SMA XI IPA
 
Ppt koloid(dewi,ain,miftah)
Ppt koloid(dewi,ain,miftah)Ppt koloid(dewi,ain,miftah)
Ppt koloid(dewi,ain,miftah)
 
Makalah koloidd
Makalah koloiddMakalah koloidd
Makalah koloidd
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 

Similar to Makalah kimia 2 (20)

Makalah kimia 2
Makalah kimia 2Makalah kimia 2
Makalah kimia 2
 
Makalah koloid lengkap
Makalah koloid lengkapMakalah koloid lengkap
Makalah koloid lengkap
 
Makalah kimia 2
Makalah kimia 2Makalah kimia 2
Makalah kimia 2
 
Bab 9 koloid kelas xi
Bab 9 koloid kelas xiBab 9 koloid kelas xi
Bab 9 koloid kelas xi
 
Bab 10 koloid
Bab 10 koloidBab 10 koloid
Bab 10 koloid
 
Bab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bab10 koloid | Kimia Kelas XIBab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bab10 koloid | Kimia Kelas XI
 
Bab10 kol
Bab10 kolBab10 kol
Bab10 kol
 
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
 
Sistem koloid berhubungan dengan proses
Sistem koloid berhubungan dengan prosesSistem koloid berhubungan dengan proses
Sistem koloid berhubungan dengan proses
 
Makalah koloidd
Makalah koloiddMakalah koloidd
Makalah koloidd
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Makalah koloid,,,,
Makalah koloid,,,,Makalah koloid,,,,
Makalah koloid,,,,
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
SISTEM KOLOID
SISTEM KOLOIDSISTEM KOLOID
SISTEM KOLOID
 
E m u_l_s_i
E m u_l_s_iE m u_l_s_i
E m u_l_s_i
 
Makalah sistem koloid (cutnyak)
Makalah sistem koloid (cutnyak)Makalah sistem koloid (cutnyak)
Makalah sistem koloid (cutnyak)
 
Chemytri Presentation
Chemytri PresentationChemytri Presentation
Chemytri Presentation
 
Bab10 kol
Bab10 kolBab10 kol
Bab10 kol
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Makalah kimia 2

  • 1. MAKALAH KIMIA SISTEM KOLOID OLEH : NAMA : INDRA LESMANA KELAS : XI.IPA6
  • 2.
  • 3. Makalah Tentang Sistem Koloid A. SISTEM KOLOID Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya. PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID Sistem koloid adalah campuran yang heterogen. Telah diketahui bahwa terdapat tiga fase zat, yaitu padat, cair, dan gas. Dari ketiga fasa zat ini dapat dibuat sembilan kombinasi campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya delapan. Kombinasi campuran fase gas dan fase gas selalu menghasilkan campuran yang homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid. 1. Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol) Sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contoh-contoh sistem koloid fase padat-cair. a. Agar-agar
  • 4. Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan sistem koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin sol ini akan tetap berwujud cair. Sebaliknya jika konsentrasi agar-agar tinggi pada keadaan dingin sol akan menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel. b. Pektin Pektin adalah tepung yang diperoleh dari buah pepaya muda, apel, dan kulit jeruk. Jika pektin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat sehingga membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk pembuatan selai. c. Gelatin Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang, misalnya sapi. Jika gelatin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat dan membentuk gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar, pektin dan gelatin juga digunakan untuk pembuatan makanan, seperti jelly atau permen kenyal (gummy candies). d. Cairan Kanji Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu suspensi. Jika suspensi dipanaskan akan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung kanji cukup tinggi, sol tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu gel terbentuk karena fase terdispersi mengembang, memadat dan menjadi kaku. e. Air sungai (tanah terdispersi di dalam medium air). f. Cat tembok dan tinta (zat warna terdispersi di dalam medium air). g. Cat kayu dan cat besi (zat warna terdispersi di dalam pelarut organik). h. Gel kalsium asetat di dalam alkohol. i. Sol arpus (damar). j. Sol emas, sol Fe(OH)3, sol Al(OH)3, dan sol belerang. 2. Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat) Sistem koloid fase pada-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi yang sama-sama berwujud zat padat sehingga dikenal dengan nama sol padat. Lazimnya, istilah sol digunakan untuk menyatakan sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat di dalam medium pendispersi berupa zat cair sehingga tidak perlu digunakan istilah sol cair. Contoh sistem koloid fase padat-padat adalah logam campuran (aloi), misalnya stainless steel yang terbentuk dari campuran logam besi, kromium dan nikel.
  • 5. Contoh lainnya adalah kaca berwarna yang dalam ini zat warna terdispersi di dalam medium zat padat (kaca). 3. Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat) Sistem koloid fase padat-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan fase pendispersi berupa gas. Anda sering menjumpai asap dari pembakaran sampah atau dari kendaraan bermotor. Asap merupakan partikel padat yang terdispersi di dalam medium pendispersi berupa gas (udara). Partikel padat di udara disebut partikulat padat. Sistem dispersi zat padat dalam medium pendispersi gas disebut aerosol padat. Sebenarnya istilah, aerosol lazim digunakan untuk menyatakan sistem dispersi zat cair di dalam medium gas sehingga tidak perlu disebut aerosol cair. 4. Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol) Sistem koloid fase cair-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase pendispersi berupa gas. Contoh sistem koloid ini adalah kabut dan awan. Partikel-partikel zat cair yang terdispersi di udara (gas) disebut partikulat cair. Contoh aerosol adalah hairspray, obat nyamuk semprot, parfum (body spray), cat semprot dan lain-lain. Pada produk-produk tersebut digunakan zat pendorong (propellant) berupa senyawa klorofluorokarbon (CFC). 5. Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi) Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi yang juga berupa cairan. Campuran yang terbentuk bukan berupa larutan, melainkan bersifat heterogen. Misalnya campuran antara minyak dan air. Air yang bersifat polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang bersifat nonpolar. Untuk dapat “mendamaikan” air dan minyak, harus ada zat “penghubung” antara keduanya. Zat penghubung ini harus memiliki gugus polar (gugus yang dapat larut di dalam air) dan juga harus memiliki gugus nonpolar (gugus yang dapat larut di dalam minyak) sehingga zat penghubung tersebut dapat bercampur dengan air dan dapat pula bercampur dengan minyak. Sistem koloid cair-cair disebut emulsi. Zat penghubung yang menyebabkan pembentukan emulsi disebut emulgator (pembentuk emulsi). Jadi, tidak ada emulsi tanpa emulgator. Contoh zat emulgator, yaitu sabun, detergen, dan lesitin. Minyak dan air dapat bercampur jika ditambahkan emulgator berupa sabun atau deterjen. Oleh karena itu, untuk
  • 6. menghilangkan minyak yang menempel pada tangan atau pakaian digunakan sabun atau deterjen, yang kemudian dibilas dengan air. Susu, air santan, krim, dan lotion merupakan beberapa emulsi yang Anda kenal dalam kehidupan sehari-hari. Susu murni (dalam bentuk cair) merupakan contoh bentuk emulsi alami karena di dalam susu murni telah terdapat emulgator alami, yaitu kasein. Di dalam industri makanan, biasanya susu murni diolah menjadi susu bubuk. Susu bubuk yang terbentuk menjadi sukar larut dalam air, kecuali dengan menggunakan air panas. Oleh karena itu, digunakan zat emulgator yang berupa lesitin sehingga susu bubuk tersebut dapat mudah larut dalam air, sekalipun hanya dengan menggunakan air dingin. Susu bubuk yang dicampur dengan zat emulgator dikenal dengan istilah susu bubuk instant. Contoh lain emulsi adalah krim (emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang berbentuk cairan kental atau krim yang encer). Sistem emulsi banyak digunakan dalam berbagai industri seperti berikut. a. Industri kosmetik: dalam bentuk berbagai krim untuk perawatan kulit, dan berbagai lotion yang berasal dari minyak, serta haircream (minyak rambut). b. Industri makanan: dalam bentuk es krim dan mayones. c. Industri farmasi: dalam bentuk berbagai krim untuk penyakit kulit, sirup, minyak ikan, dan lain-lain. Mayones terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak jagung atau minyak kedelai) dan air. Pada mayones ini digunakan kuning telur sebagai zat emulgator. 6. Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat) Sistem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat sehingga dikenal dengan nama emulsi padat. Sebenarnya, istilah emulsi hanya digunakan untuk sistem koloid fase cair-cair. Jadi, emulsi berarti sistem koloid fase cair-cair (tidak ada istilah emulsi cair). Contoh emulsi padat, yaitu keju, mentega, dan mutiara. 7. Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa) Sistem koloid fase gas-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Jika anda mengocok larutan sabun, akan timbul busa. Di dalam busa sabun terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun merupakan fase gas dalam medium cair. Contoh-contoh zat yang dapat menimbulkan busa atau buih, yaitu sabun, deterjen, protein, dan tanin.
  • 7. Pada proses pencucian, busa yang ditimbulkan oleh sabun atau deterjen dapat mempercepat proses penghilangan kotoran. Busa atau buih pada zat pemadam api berfungsi memperluas jangkauan (voluminous) dan mengurangi penguapan air. Pada proses pemekatan bijih logam, sengaja ditimbulkan busa agar zat-zat pengotor dapat terapung di dalam busa tersebut. Di dalam suatu proses industri kimia, misalnya proses fermentasi, kadang-kadang pembentukan busa tidak diinginkan sehingga dilakukan penambahan zat antibusa (antifoam), seperti silikon, eter, isoamil alkohol, dan lain-lain. 8. Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat) Sistem koloid fase gas-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat padat, yang dikenal dengan istilah busa padat, sedangkan dispersi gas dalam medium cair disebut busa dan tidak perlu disebut busa cair. Di dalam kehidupan sehari-hari, anda dapat menemui busa padat yang dikenal dengan istilah karet busa dan batu apung. Pada kedua contoh busa padat ini terdapat rongga atau pori-pori yang dapat diisi oleh udara. Secara garis besar, kedelapan jenis sistem koloid tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 2 Jenis Sistem Koloid dan Contoh-contohnya No. Fase Terdispersi Medium Pendispersi Nama Koloid Contoh 1. Padat Cair Sol Sol emas, agar-agar, jelly, cat, tinta, air sungai 2. Padat Gas Aerosol padat Asap, debu padat 3. Padat Padat Sol padat Paduan logam, kaca berwarna 4. Cair Gas Aerosol Kabut, awan 5 Cair Cair Emulsi Santan, susu, es krim, krim, lotion, mayonaise 6. Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, mutiara 7. Gas Cair Buih, busa Busa sabun 8. Gas Padat Busa padat Karet busa, batu apung B. Penggunaan Koloid
  • 8. I. Bidang Industri - Getah karet Getah karet merupakan koloid tipe sol yang banyak digunakan sebagai bahan dasar idustri karet. Karet diperoleh dengan cara mengkoagulasikan getah karet dengan asam formiat (HCOOH) atau asam asetat, agar menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Gumpalan karet kemudian digiling dan dicuci kemudian diproses lebih lanjut sebaga lembaran yang disebut sheet. Getah karet yang digunakan pada pembatan balon atau karet busa tidak digumpalkan,tetapi dibiarkan dalam wujud cair yang dikenal dengan lateks. Agar tetap dalam keadaan stabil, getah karet dicampur dengan larutan ammonia (NH3 (aq)). Larutan ammonia bersifat basa akan melindungi karet didalam sol lateks dari zat-zat bersifat asam. Kondisi ni akan melindungi sol dari penggumpalan. - Cat Merupakan koloid tipe sol. Partikel-partikel padat berupa zat warna, oksia logam, bahan penstabil, bahan pengawet, zat pencermelang, zat pereduksi dihaluskan hingga berukuran partikel koloid. Partikel koloid ini selanjutnya didispersikan dalam suatu cairan, agar sol tetap terjaga kestabilannya dan bahan-bahan didispersikan tidak mengendap ditambahkan emulgator atau zat pelindnung yang tergantung pada jenis medium pendispersinya. Apabila medium pendispersi berupa senyawa polar missal air dan alcohol, emulgatornya harus yang dapat larut dalam pelarut polar. Dan sebaliknya jika medium pendispersi berupa senyaw nonpolar, maka emulgator juga dapat larut dalam pelarut nonpolar Zat pelindung dalam cat berfungsi untuk melindungi bahan-bahan pewarna atau bahan padat lain yang menempel pada bahan yag dicat dari pengaruh panas. Oleh karena itu, saat
  • 9. cairan pelarut menguap, sifat-sifat bahan pewarna dan bahan-bahan lain yang didispersikan tidak berubah oleh pengaruh cahaya matahari atau zat-zat kimia lain yang bersentuhan dengan bahan cat tersebut. II. Bidang makanan Contoh dalam bidang makan adalah susu, mentega dsb. Susu merupakan emulsi yang berwarna putih kekuningan dan bersifat asam lemah. III. Bidang kosmetik dan farmasi Bahan-bahan kosmetik hampir 90% dibuat dalam bentuk koloid. Bahan berbentuk koloid mempunyai beberapa kelebihan seperti: a. Mudah dibersihkan b. Tidak merusak kulit dan rambut c. Mudah menyerap berbagai bahan yang berfungi sebagai pewangi,pelembut, dan pewarna d. Mengandung dua jenis bahan yang tidak aling melarutkan. Beberapa tipe koloid yang digunakan dalam kosmetik sebagai berikut. a. Sol padat, contoh: kosmetik lipstick, mascara, dan pensil alis. b. Sol, contoh: kosmetik cat kuku, susu pembersih muka dan kulit, cairan mascara. c. Emulsi, contoh: kosmetik pembersih muka. d. Aerosol: kosmetik parfum semprot, hair spray, penyegar mulut bentuk semprot. e. Buih, contoh: sabun cukur f. Gel, kosmetik minyak rambut. Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
  • 10. Ada banyak penggunaan sistem koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai industri seperti industri kosmetik, makanan, farmasi dan sebagainya. Beberapa macam koloid tersebut antara lain; 1. Aerosol Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Aerosol yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam industri modern, banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk aerosol, dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara lain adalah hair spray, deodorant dan obat nyamuk. 2. Sol Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan. Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita mengenal dua macam sol; a. Sol liofil , dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya “cinta cairan” (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan gelatin. b. Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib artinya “takut cairan” (phobia=takut). Jika medium pendispersinya berupa air, kedua macam koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan sol-sol logam. 3. Emulsi Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim. Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid: 1. Pemutihan Gula
  • 11. Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih. 2. Penggumpalan Darah Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.