SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
TEKHNOLOGI SEDIAAN
CAIR
YAYUK SRI RAHAYU,S.FARM.,APT
PENGERTIAN EMULSI
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi
dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan
emulgator (emulsifying agent). Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya
menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal
emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam
ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang
terdapat dalam biji tersebut.
Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-bagi menjadi
butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal). Fase kontinyu (zat cair yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal)
dan Emulgator (zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi). Tujuan pemakaian
emulsi antara lain secara umum untuk mempersiapkan obat yang larut dalam air
maupun minyak dalam satu campuran, yaitu emulsi dalam pemakaian dalam
(peroral) umumnya tipe O/W serta emulsi untuk pemakaian luar dapat berbentuk
O/W maupun W/O
Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian
dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung pada
konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa
disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat).
Tipe emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
a) Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak
merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang
kurang dari 10 – 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis
ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit
bercampur/dicuci dengan air.
Pada fase ini bersifat non polar maka molekul–molekul emulsifier tersebut akan
teradsorbsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan oleh air. Akibatnya tegangan
permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase
kontinu.
 b) Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang
terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinyu yang
berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31 –
41% sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat
mudah dicuci.
pada fase ini bersifat polar maka molekul – molekul emulsifier tersebut akan
teradsorbsi lebih kuat oleh air dibandingkan minyak. Akibatnya tegangan
permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase
kontinue.
emulgator
pengemulsi (emulgator) adalah komponen yang ditambahkan untuk mereduksi
bergabungnya tetesan dispersi dalam fase kontinue sampai batas yang tidak
nyata. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar
permukaan antar tetesan dalam fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik
disekeliling partikel yang akan berkoalesensi, juga mengurangi tegangan
antarmuka antar fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama
pencampuran. Penggunaan emulgator biasanya diperlukan 5% – 20% dari berat
fase minyak.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak
sama.Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl
Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil
dengan kelompok hidrofil .
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air,
itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya.
Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan suatu
emulgator ditinjau dari harga HLB-nya
Harga HLB Kegunaan
1 Anti Foaming Agent
4 Emulgator tipe W/O
7 Bahan Pembasah (wetting agent)
8 Emulgator tipe O/W
10 Detergent
13 Kelarutan (Solubilizing Agent)
Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
a.Creaming
Creming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain.
Creaming bersifat reversible artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi
kembali.
b. Koalesen dan cracking (breaking)
Koalesen dan cracking adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya irreversible (
tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :
1. Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
2. Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan
c. Inversi
adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w
atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.
Sifat-sifat fisik emulsi
1. Penampakan
Penampakan emulasi ini pada dasarnya dipengaruhi oleh ukuran pertikel emusi
dan perbedaan indeksbias antara fase terdispersidan medium terdispersi. Pada
prinsipnya emulsi yang tampak jernih hanya mungkin terbentuk bila indeks bias
kedua fasenya sama atau ukuran partikel terdispersinya lebih kecil dari panjang
gelombang cahaya sehingga terjadi refraksi.
2. Viskositas
Faktor – faktor yang mempengaruhi viskositas suatu emulsi adalah viskositas
medium dispersi, persentase volume medium dispersi, ukuran partikel fase
terdispersi dan jenis serta konsentrasi emulsifier/stabilizer yang digunakan.
Semakin tinggi viskositas dan persentase medium disperse, maka makin tinggi
viskositas emulsi. Demikian juga semakin kecil ukuran partiker suatu emulsi,
maka semakin tinggi viskositasnya dan makian tinggi konsentrasi
emulsifier/stabilizer yang digunakan.
3. Dispersibilitas dan Daya Emulsi
Dispersibilitas atay daya larut suatu emulsi ditentukan oleh medium dispersinya.
Bila medium dispersinya air, maka emulsinya dapat diencerkan dengan air,
sebaliknya bila medium dispersinya lemak, maka emulsinya dapat dilarutkan
dengan minyak
4. Ukuran Partkel Emulsi
Ukuran partikel emulsi tergantung pada peralatan mekanis dan total energy yang
diperlukan pada waktu pembuatannya, perbedaan vikositas antara fase
terdispersi dan medium disperse, tipe dan konsentrasi emulsifier yang digunakan
serta lama penyimpanan.
 a) Metode gom basah
Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau
harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metilselulosa.
Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang kental dengan
sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang
kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara bergantian sambil diaduk
sampai volume yang diinginkan.
 b) Metode gom kering
Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi
berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan
mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai
terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain
sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya suatu emulsi yang baik.
 c) Metode botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan kedalam
botol kering, ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian campuran
tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sedikit demi sedikit sambil dikocok.
Teori Emulsifikasi
 Teori terjadinya emulsi terdapat 4 metode yang dapat dilihat dari sudut pandang
yang berbeda:
Daya tarik menarik molekul (Kohesi (sejenis) dan Adesi (berlainan jenis)). Daya kohesi
tiap zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair (bidang batas antara air
dan udara) akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan gaya
kohesi (tegangan permukaan/surface tension). Semakin tinggi perbedaan tegangan
yang terjadi pada bidang batas mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin
susah untuk bercampur. Tegangan pada air bertambah dengan penambahan garam-
garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi berkurang dengan penambahan
senyawa organik tertentu seperti sabun.
 2. Teori Oriented Wedengane 
Teori ini menjellaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya
kelarutan selektif dari berbagai molekul emulgator, Emulgator terbagi 2, yaitu
Hidrofilik adalah bagian emulgator yg suka pada air dan Lipofilik adalah bagian
emulgator yg suka pd minyak. Emulgator dapat dikatakan pengikat antara air dan
minyak yang membentuk suatu keseimbangan (HLB) antara kelompok hidrofil &
lipofil. Makin besar HLB makin hidrofil (emulgator mudah larut dalam air &
sebaliknya).
 3. Teori Interpelasi film
Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak,sehingga terbentuk lapisan
film yang akan membungkus partikel fase dispersi menyebabkan partikel sejenis yang
akan tegabung akan terhalang. Untuk memberikan stabilitas maksimum,emulgator
· Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
· Jumlahnya cukup utk menutupi semua partikel fase disperse
· Dapat membentuk lapisan flm dengan cepat & dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.
 4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap).
Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yg menyelubungi partikel
sehingga terjadi tolak-menolak antara partikel sejenis. Terjadinya muatan listrik
disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara berikut:
· Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
· Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan sekitarnya
· Terjadinya gesekan partikel dengan cairan sekitarnya.
Cara mengukur stabilitas emulsi
1. Pengukuran sedimentasi
a. Settling rate dalam area grafitasi
b. Sentrifuse
c. Ultrasentrifuse
2. Gerak brown
3. Koalesen
4. Distribusi ukuran partikel
Faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakstabilan emulsi
1. Komposisi bahan yang tidak tepat
2. Ketidakcocokan bahan
3. Kecepatan dan waktu pencampuran yang tidak tepat
4. Tidak sesuainya rasio antara fasa terdispersi dan fasa pendispersi
5. Pemanasan dan penguapan yang berlebihan
6. Jumlah dan pemilihan emulsifier yang tidak tepat
7. Pembekuan
8. Guncangan mekanik atau getaran
9. Ketidakseimbangan densitas
10. Ketidakmurnian emulsi
11. Reaksi antara dua atau lebih komponen dalam sistem emulsi
12. Penambahan asam atau senyawa elektrolit
Usaha-usaha untuk mempertahankan
stabilitas emulsi
1. Pengendalian bahan-bahan pembuat emulsi sebelum proses pembuatan Emulsi
a. Fasa terdispersi dan fasa pendispersi
b. Pemilihan jenis dan jumlah emulsifier
c. Pemilihan jenis dan jumlah stabilizer
2. Pengendalian selama proses pembuatan emulsi
a. Pemilihan peralatan yang tepat
b. Penyesuaian suhu, tekanan, dan waktu pencampuran pada saat proses
emulsifikasi
3. Pengendalian setelah terbentuk emulsi
a. Disimpan pada suhu yang tepat
b. Terlindung dari sinar matahari
c. Terhindar dari guncangan mekanik
TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to OPTIMALKAN EMULSI

Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi1234ulha
 
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.pptMateri tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.pptAFRILION1
 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooNur Rasmi
 
SESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptxSESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptxdiah72
 
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptbentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptPadmaNingsih
 
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIFORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIarymita
 
Plugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasiPlugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasidukuhwaru
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solidDokter Tekno
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiMina Audina
 
Laporan praktikum 2 biokimia dasar
Laporan praktikum 2 biokimia dasarLaporan praktikum 2 biokimia dasar
Laporan praktikum 2 biokimia dasarpuput62
 
Kel 11 kelas m preparat untuk perawatan kulit
Kel 11 kelas m preparat untuk perawatan kulitKel 11 kelas m preparat untuk perawatan kulit
Kel 11 kelas m preparat untuk perawatan kulitdanyindriawaty
 
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.2110070100058
 
E M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPTE M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPTssuser8cafc5
 

Similar to OPTIMALKAN EMULSI (20)

Lotion Pegagan
Lotion PegaganLotion Pegagan
Lotion Pegagan
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi
 
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.pptMateri tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
 
Kuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.pptKuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.ppt
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan Shampoo
 
SESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptxSESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptx
 
E m u_l_s_i
E m u_l_s_iE m u_l_s_i
E m u_l_s_i
 
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptbentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
 
kelompok Emulsi
kelompok Emulsikelompok Emulsi
kelompok Emulsi
 
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIFORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
 
Plugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasiPlugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasi
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
 
Laporan praktikum 2 biokimia dasar
Laporan praktikum 2 biokimia dasarLaporan praktikum 2 biokimia dasar
Laporan praktikum 2 biokimia dasar
 
Kel 11 kelas m preparat untuk perawatan kulit
Kel 11 kelas m preparat untuk perawatan kulitKel 11 kelas m preparat untuk perawatan kulit
Kel 11 kelas m preparat untuk perawatan kulit
 
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
 
E M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPTE M U L S I-Revised.PPT
E M U L S I-Revised.PPT
 
SISTEM KOLOID
SISTEM KOLOIDSISTEM KOLOID
SISTEM KOLOID
 
Polimer emulsi
Polimer emulsiPolimer emulsi
Polimer emulsi
 

Recently uploaded

power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.tency1
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx12MIPA3NurulKartikaS
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIariwidiyani3
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaErvina Puspita
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdfMutiaraArafah2
 
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxKelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxWitaadw
 
Metodologi penelitian teknik sipil unesa
Metodologi penelitian teknik sipil unesaMetodologi penelitian teknik sipil unesa
Metodologi penelitian teknik sipil unesaYanuarBayu2
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfindigobig
 
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIAPPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIACochipsPJW
 

Recently uploaded (9)

power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
 
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxKelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
 
Metodologi penelitian teknik sipil unesa
Metodologi penelitian teknik sipil unesaMetodologi penelitian teknik sipil unesa
Metodologi penelitian teknik sipil unesa
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
 
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIAPPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
 

OPTIMALKAN EMULSI

  • 2. PENGERTIAN EMULSI Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent). Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
  • 3.
  • 4. Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal). Fase kontinyu (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal) dan Emulgator (zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi). Tujuan pemakaian emulsi antara lain secara umum untuk mempersiapkan obat yang larut dalam air maupun minyak dalam satu campuran, yaitu emulsi dalam pemakaian dalam (peroral) umumnya tipe O/W serta emulsi untuk pemakaian luar dapat berbentuk O/W maupun W/O
  • 5. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat).
  • 6. Tipe emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu : a) Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil) Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 10 – 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.
  • 7. Pada fase ini bersifat non polar maka molekul–molekul emulsifier tersebut akan teradsorbsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan oleh air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase kontinu.
  • 8.  b) Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water) Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinyu yang berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31 – 41% sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci.
  • 9. pada fase ini bersifat polar maka molekul – molekul emulsifier tersebut akan teradsorbsi lebih kuat oleh air dibandingkan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase kontinue.
  • 10.
  • 11.
  • 12.
  • 13.
  • 14.
  • 15.
  • 16.
  • 17.
  • 18.
  • 19. emulgator pengemulsi (emulgator) adalah komponen yang ditambahkan untuk mereduksi bergabungnya tetesan dispersi dalam fase kontinue sampai batas yang tidak nyata. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antar tetesan dalam fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi, juga mengurangi tegangan antarmuka antar fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran. Penggunaan emulgator biasanya diperlukan 5% – 20% dari berat fase minyak.
  • 20.
  • 21. Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama.Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil . Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.
  • 22. Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya Harga HLB Kegunaan 1 Anti Foaming Agent 4 Emulgator tipe W/O 7 Bahan Pembasah (wetting agent) 8 Emulgator tipe O/W 10 Detergent 13 Kelarutan (Solubilizing Agent)
  • 23.
  • 24. Kestabilan Emulsi Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini : a.Creaming Creming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
  • 25. b. Koalesen dan cracking (breaking) Koalesen dan cracking adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya irreversible ( tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena : 1. Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan CaO/CaCl2 exicatus. 2. Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan
  • 26. c. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.
  • 27. Sifat-sifat fisik emulsi 1. Penampakan Penampakan emulasi ini pada dasarnya dipengaruhi oleh ukuran pertikel emusi dan perbedaan indeksbias antara fase terdispersidan medium terdispersi. Pada prinsipnya emulsi yang tampak jernih hanya mungkin terbentuk bila indeks bias kedua fasenya sama atau ukuran partikel terdispersinya lebih kecil dari panjang gelombang cahaya sehingga terjadi refraksi.
  • 28. 2. Viskositas Faktor – faktor yang mempengaruhi viskositas suatu emulsi adalah viskositas medium dispersi, persentase volume medium dispersi, ukuran partikel fase terdispersi dan jenis serta konsentrasi emulsifier/stabilizer yang digunakan. Semakin tinggi viskositas dan persentase medium disperse, maka makin tinggi viskositas emulsi. Demikian juga semakin kecil ukuran partiker suatu emulsi, maka semakin tinggi viskositasnya dan makian tinggi konsentrasi emulsifier/stabilizer yang digunakan.
  • 29. 3. Dispersibilitas dan Daya Emulsi Dispersibilitas atay daya larut suatu emulsi ditentukan oleh medium dispersinya. Bila medium dispersinya air, maka emulsinya dapat diencerkan dengan air, sebaliknya bila medium dispersinya lemak, maka emulsinya dapat dilarutkan dengan minyak
  • 30. 4. Ukuran Partkel Emulsi Ukuran partikel emulsi tergantung pada peralatan mekanis dan total energy yang diperlukan pada waktu pembuatannya, perbedaan vikositas antara fase terdispersi dan medium disperse, tipe dan konsentrasi emulsifier yang digunakan serta lama penyimpanan.
  • 31.
  • 32.  a) Metode gom basah Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metilselulosa. Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan.
  • 33.  b) Metode gom kering Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya suatu emulsi yang baik.
  • 34.  c) Metode botol atau metode botol forbes Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan kedalam botol kering, ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sedikit demi sedikit sambil dikocok.
  • 35. Teori Emulsifikasi  Teori terjadinya emulsi terdapat 4 metode yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda: Daya tarik menarik molekul (Kohesi (sejenis) dan Adesi (berlainan jenis)). Daya kohesi tiap zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair (bidang batas antara air dan udara) akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan gaya kohesi (tegangan permukaan/surface tension). Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang batas mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan pada air bertambah dengan penambahan garam- garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu seperti sabun.
  • 36.  2. Teori Oriented Wedengane Teori ini menjellaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif dari berbagai molekul emulgator, Emulgator terbagi 2, yaitu Hidrofilik adalah bagian emulgator yg suka pada air dan Lipofilik adalah bagian emulgator yg suka pd minyak. Emulgator dapat dikatakan pengikat antara air dan minyak yang membentuk suatu keseimbangan (HLB) antara kelompok hidrofil & lipofil. Makin besar HLB makin hidrofil (emulgator mudah larut dalam air & sebaliknya).
  • 37.  3. Teori Interpelasi film Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak,sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispersi menyebabkan partikel sejenis yang akan tegabung akan terhalang. Untuk memberikan stabilitas maksimum,emulgator · Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak · Jumlahnya cukup utk menutupi semua partikel fase disperse · Dapat membentuk lapisan flm dengan cepat & dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera.
  • 38.  4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap). Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yg menyelubungi partikel sehingga terjadi tolak-menolak antara partikel sejenis. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara berikut: · Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel · Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan sekitarnya · Terjadinya gesekan partikel dengan cairan sekitarnya.
  • 39. Cara mengukur stabilitas emulsi 1. Pengukuran sedimentasi a. Settling rate dalam area grafitasi b. Sentrifuse c. Ultrasentrifuse 2. Gerak brown 3. Koalesen 4. Distribusi ukuran partikel
  • 40. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan emulsi 1. Komposisi bahan yang tidak tepat 2. Ketidakcocokan bahan 3. Kecepatan dan waktu pencampuran yang tidak tepat 4. Tidak sesuainya rasio antara fasa terdispersi dan fasa pendispersi 5. Pemanasan dan penguapan yang berlebihan 6. Jumlah dan pemilihan emulsifier yang tidak tepat 7. Pembekuan
  • 41. 8. Guncangan mekanik atau getaran 9. Ketidakseimbangan densitas 10. Ketidakmurnian emulsi 11. Reaksi antara dua atau lebih komponen dalam sistem emulsi 12. Penambahan asam atau senyawa elektrolit
  • 42. Usaha-usaha untuk mempertahankan stabilitas emulsi 1. Pengendalian bahan-bahan pembuat emulsi sebelum proses pembuatan Emulsi a. Fasa terdispersi dan fasa pendispersi b. Pemilihan jenis dan jumlah emulsifier c. Pemilihan jenis dan jumlah stabilizer 2. Pengendalian selama proses pembuatan emulsi a. Pemilihan peralatan yang tepat b. Penyesuaian suhu, tekanan, dan waktu pencampuran pada saat proses emulsifikasi
  • 43. 3. Pengendalian setelah terbentuk emulsi a. Disimpan pada suhu yang tepat b. Terlindung dari sinar matahari c. Terhindar dari guncangan mekanik