SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
MAKALAH

                       EMULSI




                       Disusun Oleh:

1. Roby Barnabas Y                     ( 021090003 )
2. Iqdam Aziz Syafrudin                ( 021090014 )
3. Isvara Pranidhana                   ( 021090019 )




                 TEKNIK KIMIA

            UPN “V” YOGYAKARTA

                           2009
BAB I

                                      PENDAHULUAN

           Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.Salah satu sistem koloid yang ada dalam
kehidupan sehari – hari dan dalam industri adalah jenis emulsi.


           Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan         dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari
segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu
emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam
susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh
emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi
gelatin.


           Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi
karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk
mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu
juga dapat diketahui faktor – faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain
faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi.


           Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun
dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem emulsi saja diantaranya dari
defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan fisika, teori dan persamaannya dan serta
penerapannya dalam kehidupan sehari – hari dan industri.
BAB II

                                             ISI

   1. DEFINISI EMULSI

       Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan
medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan
yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi
ini tidak stabil, butir – butir ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air
dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan
komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi
(emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil.
Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan).
Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga
emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000).
       Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga
krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk
cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat
terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume
fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah
padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal
hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh
fase eksternal setengah padat (Anonim, 1995).
       Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat dugunakan bersama surfakatan
pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan dan juga
meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembenrukan agregat
tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase
yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih
rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat,
terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula
kecepatan pembentukan krim (Anonim, 1995).
Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi minyak
dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih
sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi ionik dan nonionik,
gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti tragakan dan gom (Anonim, 1995).
      Masing – masing emulsi dengan medium pendipersi yang berbeda juga mempunyai
nama yang berbeda,yaitu sebagai berikut:

          a) Emulsi gas (aerosol cair )
              Emulsi gas merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dan
              medium pendispersinnya berupa gas.Salah satu contohnya hairspray, dimana
              dapat membentuk emulsi gas yang diingikan karena adannya bantuan bahan
              pendorong atau propelan aerosol


          b) Emulsi cair
              Emulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun
              pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena kedua
              fase bersifat polar dan non polar.Emulsi ini dapat digolongkan menjadi 2
              jenis yaitu emulsi minyak didalam air contoh susu terdiri dari lemak sebagai
              fase terdispersi dalam air jadi butiran minyak didalam air atau emulsi air
              dalam minyak contoh margarine terdispersi dalam minyak jadi butiran air
              dalam minyak.


          c) Emulsi padat
              Emulsi padat merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya cair dengan fase
              pendispersinnya berupa fase padat.Contoh : Gel yang dibedakan menjadi gel
              elastic dan gel non elastic dimana gel elastic ikatan partikelnya tidak kuat
              sedangkan non elastic ikatan antar partikelnya membentuk ikatan kovalen
              yang kuat.
                     Gel elastic dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil yang pekat
              contoh gel ini adalah gelatin dan sabun.Sedangkan gel non-elastis dapat dibuat
              secara kimia sebagai contoh gel silica yang terbentuk karena penambahan HCl
pekat dalam larutan natrium silikat sehingga molekul – molekul asam silikat
          yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel.

                                   (http://www.freewebs.com/leosylvi/koloidemulsi.htm)


                  Terdapat 2 tipe emulsi yaitu sebagai berikut :
              1) Emulsi A/M yaitu butiran – butiran air terdispersi dalam minyak
                  Pada emulsi ini butiran – butiran air yang hidrofilik stabil dalam
                  minyak yang hidrofobik.
              2) Emulsi M/A yaitu butiran – butiran minyak terdispersi dalam air
                  Minyak yang hidrofobik stabil dalam air yang hidrofilik

          Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan. Tujuan dari penstabilan adalah untuk
mencegah pecahnya atau terpisahnya antara fase terdispersi dengan pendispersinnya.
Dengan penambahan emulgator berarti telah menurunkan tegangan permukaan secara
bertahap sehingga akan menurunkan energi bebas pembentukan emulsi, artinya dengan
semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi akan semakin mudah.

          Namun kesetabilan emulsi juga dipengaruhi beberapa faktor lain yaitu,
ditentukan gaya – gaya:

                  Gaya tarik – menarik yang dikenal gaya Van der walss. Gaya ini
                  menyebabkan partikel – partikel koloid membentuk gumpalan lalu
                  mengendap
                  Gaya tolak – menolak yang terjadi karena adanya lapisan ganda
                  elektrik yang muatannya sama saling bertumpukan.


          Sedangkan bentuk – bentuk ketidak stabilan dari emulsi sendiri ada beberapa
macam yaitu sebagai berikut :
                  Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak
                  tertutupi oleh lapisa pelindung sehingga terbentuklah flok –flok atau
                  sebuah agregat
                  Koalescens, yang disebabkan hilangnya lapisan film dan globul
                  sehingga terjadi pencampuran
Kriming, adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat pada
                daerah permukaan dan dasar
                Inversi massa (pembalikan massa ) yang terjadi karena adannya
                perubahan viskositas
                Breaking/demulsifikasi, lapisan film mengalami pemecahan sehingga
                hilang karena pengaruh suhu.
                                                                    (Ladytulipe, 2009)

         Emulsi dapat mengalami kestabilan namun juga dapat mengalami kerusakan
  (Demulsifikasi)   dimana rusaknya emulsi ini disebabkan faktor suhu, rusaknya
  emulgator sendiri, penambahan elektrolit sehingga semua ini akan dapat
  menyebabkan timbulnya endapan atau terjadi sedimentasi atau membentuk
  krim.Contoh penggunaan proses demulsifikasi dengan menambahkan elektrolit guna
  pemisahan karet dalam lateks yaitu menambahkan asam format asam asetat.

                                                                (Nuranimahabah,2009

2. MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKA

         a) Mekanisme secara kimia
                Mekanisme secara kimia dapat kita jelaskan pada emulsi air dan
            minyak. Air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila
            suatu pengemulsi ditambahkan, karena kebanyakan emulsi adalah disperse
            air dalam minyak dan dispersi minyak dalam air, sehingga emulgator yang
            digunakan harus dapat larut dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi
            tersebut adalah senyawa organik yang mempunyai gugus hidrofilik dan
            hidrofobik, bagian hidrofobik akan berinteraksi dengan minyak sedangkan
            yang hidrofilik dengan air sehingga terbentuklah emulsi yang stabil.


         b) Mekanisme secara fisika
                Secara fisika emulsi dapat terbentuk karena adanya pemasukan tenaga
             misalnya dengan cara pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka fase
             terdispersinya akan tersebar merata ke dalam medium pendispersinya.
                                                                            (Ian, 2009)
3. TEORI DAN PERSAMAAN


         Satu variable penting dalam uraian emulsi - emulsi adalah fraksi volum ǿ ,
  dalam dan luar fase.Untuk tetesan bentuk bola radius α, fraksi volume diberikan
  sejumlah densitas n, waktu untuk volum bentuk bola ǿ = 4πα3 n/3 .Banyak sifat – sifat
  emulsi ditandai ole jumla volumnya.
         Tetesan emulsi karena lemah atau tidak stabil nilai fraksi volume ǿ bisa
  diantara 3- 6 untuk kebanyakan sistem emulsi.
         Konduktivitas dari emulsi sendiri dapat ditentukan dengan teori klasik
  (Maxwell)




         Dimana K, Km dan Kd adalah konduktivitas spesifik dari emulsi,medium
  pendispersi dan fase terdispersi.


         Dalam sistem koloi akan terjadi peningkatan dielektrika, salah satu model
  untuk menentukan konstanta dieletrika tipe emulsi adalah:
                 Tipe M/A




                 Tipe A/M




                 Dimana €∞ dan €s adalah permitivitas dengan frekuensi tinggi dan
         statis.T waktu tenggang dan α luas pendistribusian, serta ώ adalah komponen
         polarisasi.
4. KESTABILAN EMULSI

          Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air,
  dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem
  dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di
  sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan
  sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang
  sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang
  sangat singkat .
          Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
         1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals.
              Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk
              agregat dan mengendap.
         2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan
              ganda elektrik yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi
              koloid.

         Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai
  berikut :
         1. Tegangan antarmuka rendah
         2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
         3. Tolakkan listrik double layer
         4. Relatifitas phase pendispersi kecil
         5. Viskositas tinggi.


5. ADA BEBERAPA CARA PEMBUATAN EMULSI

          a. Dengan Mortir dan Stampel
              Sering digunakan untuk membuat minyak lemak dalam ukuran kecil
          b. Botol
              Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam
              botol pengocokan dilakukan terputus – putus untuk memberi kesempatan
              emulgator bekerja.
c. Mixer
             Partikel fase dispersi dihaluskan dengan memasukkan kedalam ruangan
             yang didalamnya terdapat pisau berputar denagn kecepatan tinggi.
         d. Homogenizer
             Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga
             partikel mempunyai ukuran yang sama.



6. CARA PEMURNIAN KOLOID

         Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu
  pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau
  dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang
  dapat digunakan, yaitu :


       1. DIALISIS
                 Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan
          yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput
          semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput
          semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion
          pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion
          penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran
          semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena
          diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan
          merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan
          tertinggal.
                 Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut
          dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator
          adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan
          ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan
          molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti
          sel-sel darah merah.
2. ELEKTODIALISIS

                Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh
          medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua
          layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-
          partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak
          menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan
          listrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis
          hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut
          elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.


       3. PENYARING ULTRA


                Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring,
          karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-
          partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa
          seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas
          saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.
                Proses    pemurnian     dengan    menggunakan          penyaring   ultra   ini
          termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini.
          Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-
          partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan
          menggunakan penyaring ultra bertahap.

4. PENERAPAN DALAM PERISTIWA SEHARI DAN INDUSTRI


  a. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari


        Salah satu contoh penerapan emulsi dalam kehidupan sehari-hari adalah
     penggunaan detergen untuk mencuci pakaian, dimana detergen merupakan suatu
     emulgator yang akan menstabilkan emulsi minyak (pada kotoran) dan air.
     Detergen terdiri dari bagian hidrofobik dan hidrofilik, minyak akan terikat pada
     bagian hidrofobik dari detergen sehingga bagian luar dari minyak akan menjadi
hidrofilik secara keseluruhan, sehingga terbentuk emulsi minyak dan air, dimana
   kotoran akan terbawa lebih mudah oleh air.


b. Penerapan dalam bidang industri


      Dalam bidang industri salah satu sistem emulsi yang digunakan adalah industri
   saus salad yang terbuat dari larutan asam cuka dan minyak. Dimana asam cuka
   bersifat hidrofilik dan minyak yang bersifat hidrofobik, dengan mengocok minyak
   dan cuka. Pada awalnya akan mengandung butiran minyak yang terdispersi dalam
   larutan asam cuka setelah pengocokan dihentikan, maka butiran-butiran akan
   bergabung kembali membentuk partikel yang lebih besar sehingga asam cuka dan
   minyak akan terpisah lagi. Agar saus salad ini kembali stabil maka dapat
   ditambahkan emulagator misalnya kuning telur yang mengandung lesitin. Sistem
   koloid ini dikenal sebagai mayonnaise.
BAB III
                                       PENUTUP
KESIMPULAN


       Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan
medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan
yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Emulsi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria
(emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak
lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur.
       Dengan mengetahui sistem emulsi maka kita akan mengetahui sifat – sifat emulsi,
stabil atau tidak stabilnya suatu emulsi serta faktor apa yang membuat emulsi tidak stabil
sehingga kita akan dapat menentukan zat pengemulsi untuk dapat menstabilkannya.Sebagai
contoh detergen yang digunakan untuk mencuci disini detergen berfungsi sebagai emulgator
yang dapat menstabilkan emulsi air dan minyak sehingga minyak dapat mudah lepas dari
pakaian.Selain itu dalam bidang industri contohnya pembuatan saus salad, saus salad dari
asam cuka dan minyak yang awalnya stabil saat pengocokan namun setelah pengocokan
dihentikan kedua fase akan terpisah lagi sehingga dibutuhkan kuning telur sebagai emulgator.
DAFTAR PUSTAKA



http://www.freewebs.com/leosylvi/koloidemulsi.htm


Ian, 17 Januari 2009 , sistem koloid http://blogkita.info/tag/emulsi/


Ibnuhayyan, 10 September 2008, colloid-chemistry
      http://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/emulsi/

Ladytulipe, 4 januari 2009 , Emulsi http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/emulsi/


Nuranimahabah, 16 Mei 2009, koloid suspense larutan (kimia)
      http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/


Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press, Jogjakarta.

More Related Content

What's hot

Sediaan Suspensi
Sediaan SuspensiSediaan Suspensi
Sediaan SuspensiAkfar ikifa
 
Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanuus17F
 
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Mina Audina
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiMina Audina
 
Laporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologiLaporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologiMina Audina
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1marwahhh
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksirnzaraa
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolKezia Hani Novita
 
penerapan-hukum-termodinamika-ii-dalam-bidang-farmasi-1
penerapan-hukum-termodinamika-ii-dalam-bidang-farmasi-1penerapan-hukum-termodinamika-ii-dalam-bidang-farmasi-1
penerapan-hukum-termodinamika-ii-dalam-bidang-farmasi-1Ahmad Fitra Ritonga
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrikTrie Marcory
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutanYaumil Fajri
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKARezkyNurAziz
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 

What's hot (20)

Sediaan Suspensi
Sediaan SuspensiSediaan Suspensi
Sediaan Suspensi
 
Laporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentumLaporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentum
 
Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutan
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
 
Laporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologiLaporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologi
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksir
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
 
penerapan-hukum-termodinamika-ii-dalam-bidang-farmasi-1
penerapan-hukum-termodinamika-ii-dalam-bidang-farmasi-1penerapan-hukum-termodinamika-ii-dalam-bidang-farmasi-1
penerapan-hukum-termodinamika-ii-dalam-bidang-farmasi-1
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
 
Pill
PillPill
Pill
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
pH dan Larutan Buffer
pH dan Larutan BufferpH dan Larutan Buffer
pH dan Larutan Buffer
 

Similar to Makalah emulsi (20)

emulsi.pptx
emulsi.pptxemulsi.pptx
emulsi.pptx
 
Resume emulsi harsya
Resume emulsi harsyaResume emulsi harsya
Resume emulsi harsya
 
E m u_l_s_i
E m u_l_s_iE m u_l_s_i
E m u_l_s_i
 
Pembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensiPembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensi
 
Emulsi (7)
Emulsi (7)Emulsi (7)
Emulsi (7)
 
Emulsifikasi
EmulsifikasiEmulsifikasi
Emulsifikasi
 
Makalah kimia 2
Makalah kimia 2Makalah kimia 2
Makalah kimia 2
 
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
 
SISTEM KOLOID
SISTEM KOLOIDSISTEM KOLOID
SISTEM KOLOID
 
Lotion Pegagan
Lotion PegaganLotion Pegagan
Lotion Pegagan
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptbentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
 
Kuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.pptKuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.ppt
 
Pembahasan koloid 2
Pembahasan koloid 2Pembahasan koloid 2
Pembahasan koloid 2
 
Makalah koloid lengkap
Makalah koloid lengkapMakalah koloid lengkap
Makalah koloid lengkap
 
Plugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasiPlugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasi
 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan Shampoo
 
Makalah kimia 2
Makalah kimia 2Makalah kimia 2
Makalah kimia 2
 
Makalah kimia 2
Makalah kimia 2Makalah kimia 2
Makalah kimia 2
 
Makalah koloidd
Makalah koloiddMakalah koloidd
Makalah koloidd
 

Makalah emulsi

  • 1. MAKALAH EMULSI Disusun Oleh: 1. Roby Barnabas Y ( 021090003 ) 2. Iqdam Aziz Syafrudin ( 021090014 ) 3. Isvara Pranidhana ( 021090019 ) TEKNIK KIMIA UPN “V” YOGYAKARTA 2009
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.Salah satu sistem koloid yang ada dalam kehidupan sehari – hari dan dalam industri adalah jenis emulsi. Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin. Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor – faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi. Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem emulsi saja diantaranya dari defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan fisika, teori dan persamaannya dan serta penerapannya dalam kehidupan sehari – hari dan industri.
  • 3. BAB II ISI 1. DEFINISI EMULSI Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir – butir ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000). Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat (Anonim, 1995). Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat dugunakan bersama surfakatan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembenrukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim (Anonim, 1995).
  • 4. Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi ionik dan nonionik, gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti tragakan dan gom (Anonim, 1995). Masing – masing emulsi dengan medium pendipersi yang berbeda juga mempunyai nama yang berbeda,yaitu sebagai berikut: a) Emulsi gas (aerosol cair ) Emulsi gas merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dan medium pendispersinnya berupa gas.Salah satu contohnya hairspray, dimana dapat membentuk emulsi gas yang diingikan karena adannya bantuan bahan pendorong atau propelan aerosol b) Emulsi cair Emulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena kedua fase bersifat polar dan non polar.Emulsi ini dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu emulsi minyak didalam air contoh susu terdiri dari lemak sebagai fase terdispersi dalam air jadi butiran minyak didalam air atau emulsi air dalam minyak contoh margarine terdispersi dalam minyak jadi butiran air dalam minyak. c) Emulsi padat Emulsi padat merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya cair dengan fase pendispersinnya berupa fase padat.Contoh : Gel yang dibedakan menjadi gel elastic dan gel non elastic dimana gel elastic ikatan partikelnya tidak kuat sedangkan non elastic ikatan antar partikelnya membentuk ikatan kovalen yang kuat. Gel elastic dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil yang pekat contoh gel ini adalah gelatin dan sabun.Sedangkan gel non-elastis dapat dibuat secara kimia sebagai contoh gel silica yang terbentuk karena penambahan HCl
  • 5. pekat dalam larutan natrium silikat sehingga molekul – molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel. (http://www.freewebs.com/leosylvi/koloidemulsi.htm) Terdapat 2 tipe emulsi yaitu sebagai berikut : 1) Emulsi A/M yaitu butiran – butiran air terdispersi dalam minyak Pada emulsi ini butiran – butiran air yang hidrofilik stabil dalam minyak yang hidrofobik. 2) Emulsi M/A yaitu butiran – butiran minyak terdispersi dalam air Minyak yang hidrofobik stabil dalam air yang hidrofilik Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan. Tujuan dari penstabilan adalah untuk mencegah pecahnya atau terpisahnya antara fase terdispersi dengan pendispersinnya. Dengan penambahan emulgator berarti telah menurunkan tegangan permukaan secara bertahap sehingga akan menurunkan energi bebas pembentukan emulsi, artinya dengan semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi akan semakin mudah. Namun kesetabilan emulsi juga dipengaruhi beberapa faktor lain yaitu, ditentukan gaya – gaya: Gaya tarik – menarik yang dikenal gaya Van der walss. Gaya ini menyebabkan partikel – partikel koloid membentuk gumpalan lalu mengendap Gaya tolak – menolak yang terjadi karena adanya lapisan ganda elektrik yang muatannya sama saling bertumpukan. Sedangkan bentuk – bentuk ketidak stabilan dari emulsi sendiri ada beberapa macam yaitu sebagai berikut : Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak tertutupi oleh lapisa pelindung sehingga terbentuklah flok –flok atau sebuah agregat Koalescens, yang disebabkan hilangnya lapisan film dan globul sehingga terjadi pencampuran
  • 6. Kriming, adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat pada daerah permukaan dan dasar Inversi massa (pembalikan massa ) yang terjadi karena adannya perubahan viskositas Breaking/demulsifikasi, lapisan film mengalami pemecahan sehingga hilang karena pengaruh suhu. (Ladytulipe, 2009) Emulsi dapat mengalami kestabilan namun juga dapat mengalami kerusakan (Demulsifikasi) dimana rusaknya emulsi ini disebabkan faktor suhu, rusaknya emulgator sendiri, penambahan elektrolit sehingga semua ini akan dapat menyebabkan timbulnya endapan atau terjadi sedimentasi atau membentuk krim.Contoh penggunaan proses demulsifikasi dengan menambahkan elektrolit guna pemisahan karet dalam lateks yaitu menambahkan asam format asam asetat. (Nuranimahabah,2009 2. MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKA a) Mekanisme secara kimia Mekanisme secara kimia dapat kita jelaskan pada emulsi air dan minyak. Air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi ditambahkan, karena kebanyakan emulsi adalah disperse air dalam minyak dan dispersi minyak dalam air, sehingga emulgator yang digunakan harus dapat larut dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi tersebut adalah senyawa organik yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofobik, bagian hidrofobik akan berinteraksi dengan minyak sedangkan yang hidrofilik dengan air sehingga terbentuklah emulsi yang stabil. b) Mekanisme secara fisika Secara fisika emulsi dapat terbentuk karena adanya pemasukan tenaga misalnya dengan cara pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka fase terdispersinya akan tersebar merata ke dalam medium pendispersinya. (Ian, 2009)
  • 7. 3. TEORI DAN PERSAMAAN Satu variable penting dalam uraian emulsi - emulsi adalah fraksi volum ǿ , dalam dan luar fase.Untuk tetesan bentuk bola radius α, fraksi volume diberikan sejumlah densitas n, waktu untuk volum bentuk bola ǿ = 4πα3 n/3 .Banyak sifat – sifat emulsi ditandai ole jumla volumnya. Tetesan emulsi karena lemah atau tidak stabil nilai fraksi volume ǿ bisa diantara 3- 6 untuk kebanyakan sistem emulsi. Konduktivitas dari emulsi sendiri dapat ditentukan dengan teori klasik (Maxwell) Dimana K, Km dan Kd adalah konduktivitas spesifik dari emulsi,medium pendispersi dan fase terdispersi. Dalam sistem koloi akan terjadi peningkatan dielektrika, salah satu model untuk menentukan konstanta dieletrika tipe emulsi adalah: Tipe M/A Tipe A/M Dimana €∞ dan €s adalah permitivitas dengan frekuensi tinggi dan statis.T waktu tenggang dan α luas pendistribusian, serta ώ adalah komponen polarisasi.
  • 8. 4. KESTABILAN EMULSI Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat . Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu: 1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap. 2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid. Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut : 1. Tegangan antarmuka rendah 2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka 3. Tolakkan listrik double layer 4. Relatifitas phase pendispersi kecil 5. Viskositas tinggi. 5. ADA BEBERAPA CARA PEMBUATAN EMULSI a. Dengan Mortir dan Stampel Sering digunakan untuk membuat minyak lemak dalam ukuran kecil b. Botol Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol pengocokan dilakukan terputus – putus untuk memberi kesempatan emulgator bekerja.
  • 9. c. Mixer Partikel fase dispersi dihaluskan dengan memasukkan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar denagn kecepatan tinggi. d. Homogenizer Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga partikel mempunyai ukuran yang sama. 6. CARA PEMURNIAN KOLOID Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu : 1. DIALISIS Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal. Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.
  • 10. 2. ELEKTODIALISIS Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel- partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik. 3. PENYARING ULTRA Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel- partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra. Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel- partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap. 4. PENERAPAN DALAM PERISTIWA SEHARI DAN INDUSTRI a. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari Salah satu contoh penerapan emulsi dalam kehidupan sehari-hari adalah penggunaan detergen untuk mencuci pakaian, dimana detergen merupakan suatu emulgator yang akan menstabilkan emulsi minyak (pada kotoran) dan air. Detergen terdiri dari bagian hidrofobik dan hidrofilik, minyak akan terikat pada bagian hidrofobik dari detergen sehingga bagian luar dari minyak akan menjadi
  • 11. hidrofilik secara keseluruhan, sehingga terbentuk emulsi minyak dan air, dimana kotoran akan terbawa lebih mudah oleh air. b. Penerapan dalam bidang industri Dalam bidang industri salah satu sistem emulsi yang digunakan adalah industri saus salad yang terbuat dari larutan asam cuka dan minyak. Dimana asam cuka bersifat hidrofilik dan minyak yang bersifat hidrofobik, dengan mengocok minyak dan cuka. Pada awalnya akan mengandung butiran minyak yang terdispersi dalam larutan asam cuka setelah pengocokan dihentikan, maka butiran-butiran akan bergabung kembali membentuk partikel yang lebih besar sehingga asam cuka dan minyak akan terpisah lagi. Agar saus salad ini kembali stabil maka dapat ditambahkan emulagator misalnya kuning telur yang mengandung lesitin. Sistem koloid ini dikenal sebagai mayonnaise.
  • 12. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur. Dengan mengetahui sistem emulsi maka kita akan mengetahui sifat – sifat emulsi, stabil atau tidak stabilnya suatu emulsi serta faktor apa yang membuat emulsi tidak stabil sehingga kita akan dapat menentukan zat pengemulsi untuk dapat menstabilkannya.Sebagai contoh detergen yang digunakan untuk mencuci disini detergen berfungsi sebagai emulgator yang dapat menstabilkan emulsi air dan minyak sehingga minyak dapat mudah lepas dari pakaian.Selain itu dalam bidang industri contohnya pembuatan saus salad, saus salad dari asam cuka dan minyak yang awalnya stabil saat pengocokan namun setelah pengocokan dihentikan kedua fase akan terpisah lagi sehingga dibutuhkan kuning telur sebagai emulgator.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA http://www.freewebs.com/leosylvi/koloidemulsi.htm Ian, 17 Januari 2009 , sistem koloid http://blogkita.info/tag/emulsi/ Ibnuhayyan, 10 September 2008, colloid-chemistry http://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/emulsi/ Ladytulipe, 4 januari 2009 , Emulsi http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/emulsi/ Nuranimahabah, 16 Mei 2009, koloid suspense larutan (kimia) http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/ Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press, Jogjakarta.