SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
I. TOPIK
EKSTRAKSI KASAR TANIN DARI DAUN SALAM
II. TUJUAN
Untuk mengidentifikasi senyawa tanin yang terdapat pada daun salam.
III. DASAR TEORI
Ekstraksi adalah metode pemisahan satu atau beberapa zat terlarut atau solut
di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang
berbeda dalam ke dua fase pelarut.Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan
ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga
pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa
dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah
menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan
dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi
yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan.
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. Jenis-
jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut:
1. Cara Dingin
 Maserasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan
prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik
berarti dilakukan pengadukan kontinyu. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan ekstraksi maserat pertama
dan seterusnya.
 Perkolasi, adalah ekstraksi pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
umumnya pada suhu ruang. Prosesnya didahului dengan pengembangan
bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penampungan
ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang
jumlahnya 1-5 kali bahan.
2. Cara Panas
 Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperatur didihnya selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
 Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru menggunakan
alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relative
konstan dengan adanya pendingin balik.
 Digesi, adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari temperatur
kamar sekitar 40-50 C.
 Destilasi uap, adalah ekstraksi zat kandungan menguap dari bahan dengan uap
air berdasarkan peristiwa tekanan parsial zat kandungan menguap dengan fase
uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan
kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air bersama kandungan yang
memisah sempurna atau sebagian.
 Infuse, adalah ekstraksi pelarut air pada temperature penangas air 96-98 C
selama 15-20 menit.
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini
berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi.
Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan
sebaliknya.
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:
1. Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.
2. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak
yang besar.
3. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut
dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara
pelarut dengan bahan ekstraksi.
5. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen bahan ekstraksi.
6. Titik didih, titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan
pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.
7. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun,
tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka
emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik.
Karena tidak ada pelarut yang sesuai dengan semua persyaratan tersebut, maka untuk
setiap proses ekstraksi harus dicari jenis pelarut yang paling sesuai dengan kebutuhan.
 DAUN SALAM
Tumbuhan Salam (Syzygium polyanthum)
Klasifikasi tumbuhan Salam (Syzygiumpolyanthum)
Secara ilmiah tumbuhan (Salam) ini dikalisifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Dialypetalae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygiumpolyanthum
Spesies : Syzygiumpolyanthum (Wight) Walp.
Ciri-ciri Morfologi Salam:
Tumbuhan Salam terdapat di Birma kearah selatan sampai Indonesia. Tanaman ini
tumbuh pada ketinggian 5 m sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Pohon Salam
dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1800 m, banyak
tumbuh di hutan mau pun rimba belantara (Dalimarta, 2000).
Pohon atau perdu, daun tunggal, bersilang berhadapan, pada cabang mendatar
seakan-akan tersusun dalam 2 baris pada 1 bidang. Kebanyakan tanpa daun penumpu.
Bunga kebanyakan banci, kelopak dan mahkota masing-masing terdiriatas 4-5 daun
kelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama, kadang-kadang berlekatan. Benang
sari banyak, kadang-kadang berkelopak berhadapan dengan daun-daun mahkota.
Mempunyai tangkai sari yang berwarna cerah, yang kadang-kadang menjadi bagian
bunga. Yang paling menarik, bakal buah tenggelam, mempunyai 1 tangkai putik,
beruang 1 sampai banyak, dengan 1-8 bakal biji dalam tiap ruang. Biji dengan sedikit
atau tanpa endosperm, lembaga lurus, bengkok atau melingkar Van Steenis, 2003).
Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telufsungsang, ujung
meruncing, pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin,
berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda, panjang 5 sampai 15 cm,
lebar 3 sampai 8 cm dan jika diremas berbau harum. Bunga majemuk tersusun dalam
malai yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih, baunya harum. Buahnya buah
buni, bulat, diameter 8 sampai 9 mm, buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi
merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat diameter sekitr 1 cm, berwarna cokelat.
Masyarakat lebih mengenal daun salam sebagai pengharum masakan, dikarenakan
aromanya yang khas. Tanaman salam juga merupakan salah satu alternative obat
tradisional. Khasiat dari tanaman salam menurut bagian tanaman yang digunakan untuk
pengobatan kolestrol tinggi, diabetes, hipertensi, diare, sakit maag dan asamurat tinggi.
Beberapa senyawa kimia yang terkandung di dalam daun salam diantaranya:
tanin, flavonoid, saponin, triterpen, polifenol, alkaloid dan minyak atsiri.
 Definisi Tanin
Tannin adalah zat, pahit polyphenol tanaman yang baik dan cepat mengikat atau
mengecilkan protein. Zat dari tannin menyebabkan perasaan kering pada mulut dengan
konsumsi anggur merah, teh pekat, atau buah yang tidak tumbuh. Selain itu, "Tannin"
merupakan suatu nama deskriptif umum untuk satu grup substansi fenolik polimer yang
mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal
sebagai astringensi.. Istilah tannin merujuk pada Penggunaan tannin dalam penyamakan
hewan yang tersembunyi pada kulit; Namun, istilah ini secara luas dirujukan untuk setiap
polyphenolic besar kompleks yang mengandung cukup hydroxyl dan lainnya sesuai
kelompok (seperti carboxyl) kuat untuk membentuk kompleks dengan protein dan lainnya
macromolecule. Kata tannin berasal dari praktek historis menggunakan tanin yang
ditemukan di kulit pohon ek untuk kulit tan, meskipun di dunia modern, sintetis biasanya
digunakan untuk tujuan ini sebagai gantinya.
 Sifat Tanin
Salah satu sumber daya alam di Indonesia yang cukup potensial dan belum
dimamfaatkan secara optimal adalah tanin. Tanin merupakan salah satu komponen zat
organik yang sangat kompleks, berbentuk serbuk putih atau kecoklatan, atau mempunyai
rasa spesifik (sepet). Tanin dapat mengendap dengan larutan gelatin, aluminium dan
protein sehingga banyak digunakan dalam penyamakan kulit. Tanin bertindak sebagai
pengawet dan mellows, membantu anggur tumbuh ke dalam kompleksitas dan menjadi
benar-benar luar biasa. Tannin memiliki beratmolekul dari 500 hingga 3,000. Tannins
bertentangan dengan basa, gelatin, logam berat, besi, air kapur, garam logam, zat oksidasi
yang kuat dan sulfat seng. Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. dapat
mengendapkan protein dari larutan. Secara kimia tannin sangat komplek dan biasanya
dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable
tannin mudah dihidrolisa secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume
tropika seperti Acacia Spp.
Condensed tannin atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar di tanaman dan
dianggap sebagai tannin tanaman. Sebagian besar biji legume mengandung tannin
terkondensasi terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan
tannin makin tinggi.
 Identifikasi Tanin
Telah diteliti fitokimia ekstrak kulit batang salam (Syzygium polyanthum
(Wight)Walp., Myrtaceae) dan aktivitas ekstraknya dalam menghambat xantin oksidase.
Simplisia ini mengandung senyawa tanin terkondensasi dan steroid/triterpenoid.
Kandungan utama ekstrak etanol adalah tanin terkondensasi dengan kadar 82,7 % b/b. Uji
degradasi dengan asam hidroklorida-n-butanol menunjukkan bahwa tanin tersebut adalah
prodelfinidin. Uji aktivitas ekstrak air, ekstrak etanol, ekstrak air dari ampas ekstrak
etanol dan masing-masing ekstrak bebas tanin tidak menunjukkan penghambatan aktivitas
xantin oksidase.
Isolat zat warna coklat dari kulit batang salam mengandung prodelfinidin (tanin
terkondensasi) dan antosianidin. Tanin yang terkandung dalam kulit batang salam
berbeda dengan yang terkandung dalam daun salam.
 Isolasi
Ekstraksi secara refluks dengan pelarut etanol dan air sebanyak tiga kali. Ampas
ekstraksi etanol dikeringkan dan diekstraksi dengan air secara refluks disebut ekstrak
AAE. Ekstrak air dikeringkan dengan cara pengering bekuan.Ekstrak etanol dipekatkan
dengan penguap putar vakum. Rendemen ekstrak air 17,1 %, ekstrak etanol 19,6 %,
ekstrak AAE 4,8 %. Ekstrak air, etanol, dan AAE dipantau dengan KLT menggunakan
pelat silika gel GF254 dengan pengembang kombinasi etil asetat-metanol dan etil asetat-
metanol-asam asetat dan kromatografi kertas menggunakan kertas Whatman no.1 dengan
pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5), Forestal, dan asam asetat berbagai
konsentrasi. Keduanya tidak menghasilkan pemisahan yang baik. Kadar tanin ditentukan
terhadap ekstrak air, ekstrak etanol, ekstrak AAE dan simplisia. Kadar tanin (%)
dihitung dengan persamaan:
W= T1- (T2-T0)500
Dengan W adalah berat simplisia/ekstrak dalam gram. T1 adalah jumlah bahan
yang terekstraksi, T2 jumlah bahan yang terekstraksi dalam campuran filtrat uji dan
blanko. T0 adalah jumlah bahan yang terekstraksi dalam blanko. Diperoleh kadar tanin
simplisia kulit batang salam 12,8 %, ekstrak etanol 82,7 % (terbesar), ekstrak air 65,5 %
dan ekstrak AAE 27,1 %. Ekstrak etanol difraksinasi secara KCV menggunakan fase
diam silika gel H-60 dan pelarut pengelusi sintem landaian etil asetat-metanol (100:0 dan
0:100), diperoleh 21 fraksi. Fraksi dipantau dengan KLT menggunakan pelat silika gel
GF254, pengembang etil asetat-metanol-asam asetat (6:14:1) dan penampak bercak besi
(III) klorida 1 % dalam metanol. Fraksi dengan pola kromatogram sama disatukan
diperoleh fraksi A-C. Fraksi C diisolasi dengan kromatografi kertas pengembang 50 %, n-
butanol-asam asetat-air (4:1:5), dan Forestal, penampak bercak besi (III) klorida dan
vanillin-HCL menghasilkan bercak berekor dinamakan isolat berwarna coklat.
Identifikasi isolat menggunakan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak. Deteksi gula
menggunakan pereaksi Molisch dengan hasil negatif. Uji reaksi pemutusan ikatan
dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu 95 0C selama dua jam dengan campuran
HCL-n-butanol (95:5) menunjukkan perbedaan Rf dan warna bercak. Larutan merah ungu
hasil pemutusan ikatan isolat berwarna coklat dilakukan reaksi asam basa dengan
menambahkan air sehingga membentuk dua fase, menunjukkan warna merah ungu yang
diduga sebagai antosianidin. Pembandingan jenis tanin pada kulit batang dan daun salam
dilakukan berdasarkan reaksi pengendapan tanin terhadap gelatin, warna yang terbentuk
pada pemutusan ikatan, dan pola kromatogram kertasnya. Ekstraksi daun salam secara
refluks dengan pelarut etanol 95 % sampai ekstraktan tidak berwarna. Ekstraksi pelarut
air sebanyak tiga kali pengulangan dihasilkan ekstrak AAE berwarna coklat. Masing-
masing ekstrak dipantau dengan pereaksi untuk penapisan flavonoid dan tanin.
Ekstrak etanol mengandung tanin terkondensasi dan flavonoid. Sedangkan ekstrak
AAE hanya mengandung tanin terkondensasi. Pemantauan ekstrak AAE menggunakan
KLT pengembang etil asetat-metanol-asam asetat (6:14:1), penampak bercak asam sulfat
10 % dalam metanol, besi (III) klorida 1 % dalam metanol dan aluminium klorida 5 %
dalam metanol menunjukkan bercak berekor tunggal yang merupakan tanin
terkondensasi, dinamakan isolat coklat. Isolat coklat direaksikan dengan gelatin 4 % (b/v)
dalam air menghasilkan endapan berwarna coklat. Identifikasi tanin pada kulit batang
daun salam dilakukan dengan metode yang sama pada daun salam. Larutan coklat
menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 277 nm. Uji deteksi gula tidak
terbentuk cincin merah ungu, menunjukkan adanya antosianidin. Pemutusan ikatan
larutan coklat diperoleh larutan berwarna merah tua dan dipantau dengan kromatografi
kertas Whatman No.1 dengan pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5). Pola
kromatogram menunjukkan 2 bercak berwarna merah muda dan jingga pada Rf 0,39 dan
0,53. Isolasi larutan merah tua dilakukan pada kromatografi kertas Whatman No.3 dan
pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5). Isolat zat warna coklat dari kulit batang
salam mengandung prodelfinidin (tanin terkondensasi) dan antosianidin. Tanin yang
terkandung dalam kulit batang salam berbeda dengan yang terkandung dalam daun salam.
 Uji Farmakologi
Uji xantin oksidase dilakukan pada enam ekstrak yaitu ekstrak air, ekstrak etanol,
ekstrak AAE, dan masing-masing ekstrak yang telah dibebaskan dari tanin. Nilai hambat
kerja xantin oksidase ditentukan dari penurunan jumlah asam urat yang terbentuk pada
suhu kamar. Nilai KH50 ditentukan dari konsentrasi ekstrak yang dapat menghambat
kerja xantin oksidase sebanyak 50%. Volume akhir pengukuran ini adalah 2 mL. Larutan
dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 1,6 mL, 20 µL xantin 100 µM dalam dapar fosfat pH 7,4
dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan enzim xantin oksidase 0,1 unit, inkubasi
selama 15 menit, diukur serapannya dalam panjang gelombang 295 nm. Kontrol dapar
fosfat, pembanding alopurinol dalam DMSO dengan konsentrasi sama dengan sampel.
Nilai KH50 Alopurinol pada konsentrasi 2,14 µg/mL. Nilai KH50 semua ekstrak dengan
konsentrasi lebih besar dari 10 µg/mL. Ekstrak kulit batang salam tidak menunjukkan
aktivitas penghambatan xantin oksidase.
 Letak Tanin pada Tanaman
Tannin adalah suatu zat yang ditemukan dalam berbagai tanaman. Di alam, tanin
banyak terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan seperti pada pohon bakau, pinus, teh,
gambir, dan lain-lain. Bagian tumbuhan yang banyak mengandung tanin adalah kulit
kayu, daun, akar, dan buahnya (Suprijati, 1999).Tannin ini terutama ditemukan secara
alami terjadi pada buah anggur, daun teh, dan ek. Tannin ditemukan dalam kulit, biji, dan
batang anggur. Anggur yang difermentasi selama masih kontak dengan bagian-bagian ini
anggur - anggur merah - menyerap sejumlah tannin, yang meminjamkan karakter yang
berbeda pada anggur. Karena tannin dalam biji anggur terutama keras, anggur biasanya
dilumatkan daripada ditekan, untuk meminimalkan penyerapan benih berbasis tannin.
Anggur juga banyak menyerap sebagian tanin dari tong kayu ek mereka berusia di, yang
meminjamkan bumbu tambahan anggur.
 Kegunaan Tanin
Tanin digunakan secara luas dalam industri, antara lain industri minuman, tanin
digunakan untuk mengendapkan serat-serat organik dan menonaktifkan enzim-enzim
yang terdapat dalam bahan. Tannin merupakan sangat penting untuk kompleksitas anggur
dan seberapa baik itu akan usia sepanjang waktu. Tanin tinggi cenderung usia anggur
terbaik untuk jangka waktu yang lama, seperti yang terbuat dari Cabernet Sauvignon,
Nebbiolo, dan Syrah anggur. Anggur yang memiliki banyak tanin di dalamnya ketika
muda sering terlihat membakar, menciptakan sensasi kekeringan di mulut, terutama
langit-langit mulut.
Paling tannic anggur menyebabkan mulut untuk mengerut, yang bukan merupakan
pengalaman yang menyenangkan. Dibuat dengan baik, anggur tannin tinggi, yang
mungkin hampir undrinkable ketika muda, dapat menjadi sebuah karya dari anggur di
kemudian hari. Yang mengatakan, banyak anggur yang terlalu tannic, dan pada saat
astringency mereka memudar, anggur akan telah berlalu perdana. Satu hal yang dapat
membantu dengan anggur yang memiliki jumlah yang tinggi tanin adalah untuk
menggabungkan mereka dengan tinggi lemak dan protein makanan. Susu idealnya cocok
peran ini, membantu untuk melunakkan tepi tajam tannin. Ini adalah salah satu alasan
mengapa begitu banyak orang menambahkan teh susu yang kuat, yang juga sangat tinggi
tannin. Bagus keju atau saus krim yang hangat dapat mengubah anggur yang sekilas
tampak terlalu tannic ke pasangan yang sempurna. Secara umum, kecenderungan
terhadap winemaking adalah tannin wine dengan kurang dari lima puluh tahun yang lalu.
Anggur ini lebih mudah untuk minum pada saat pembelian atau dalam waktu singkat atau
dua tahun setelah membeli mereka, sehingga lebih sesuai untuk pasar anggur global baru.
Untuk menjadi baik-bulat di dunia anggur, bagaimanapun, itu adalah ide yang baik untuk
sampel sejumlah tannin tinggi anggur, untuk mencicipi nuansa bahwa zat ini dapat
menambahkan. Mereka ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman; kulit kayu,
daun, buah, dan akar. Mereka dibagi ke dalam dua grup, tanin yang dapat dihidrolisis dan
tanin kondensasi.
Tannin mungkin dibentuk dengan kondensasi derivatif flavan yang
ditransportasikan ke jaringan kayu dari tanaman. Tannin mungkin juga dibentuk dengan
polimerisasi unit quinon. Telah diindikasikan bahwa konsumsi minuman yang
mengandung tannin, terutama teh hijau dan anggur merah dapat mengobati atau
mencegah sejumlah penyakit.
Banyak aktivitas fisiologik manusia, seperti stimulasi sel-sel fagositik, host-
mediated tumor activity, dan sejumlah aktivitas anti-infektif telah ditetapkan untuk
tannin. Salah satu aksi molekul mereka adalah membentuk kompleks dengan protein
melalui kekuatan non-spesifik seperti ikatan hidrogen dan efek hidrofobik sebagaimana
pembentukan ikatan kovalen. Cara kerja aksi antimikrobial mereka mungkin berhubungan
dengan kemampuan mereka untuk menginaktivasi adhesin mikroba, enzim, protein
transport cell envelope. Mereka juga membentuk kompleks dengan polisakarida.
Pada tahun 1996, paling sedikit 1.300 coumarin telah teridentifikasi. Mereka
dikenal terutama karena aktivitas antitrombotik, antiinflamatori, dan vasodilatori.
Warfarin yang merupakan salah satu coumarin telah digunakan sebagai antikoagulan dan
rodentisida. Ia mungkin juga memiliki efek antiviral. Coumarin secara in vitro dapat
menghambat Candida albicans.
Sebagai suatu grup, coumarin telah ditemukan dapat menstimulasi makrofag, yang
dapat memiliki efek negatif tidak langsung pada infeksi. Lebih spesifik, coumarin telah
digunakan untuk mencegah infeksi oleh HSV-1 pada manusia. Asam hidroksisinnamat
yang berhubungan dengan coumarin terlihat memiliki efek inhibtori terhadap bakteri
gram positif. Fitoaleksin yang merupakan derivatif terhidroksilasi dari coumarin telah
diproduksi dalam wortel sebagai respons terhadap infeksi fungsi, dan ia dapat
diasumsikan memiliki aktivitas antifungsi.
Kandungan senyawa tanin pada buah cranberry memiliki khasiat anti pembekuan
darah, dan mampu mengurangi infeksi saluran kencing serta plak gigi, sekaligus dapat
pula digunakan untuk mencegah radang gusi (gingivitis).
Beberapa bahan pakan yang digunakan dalam ransum unggas mengandung sejumlah
condensed tannin seperti biji sorgum, millet, rapeseed , fava bean dan beberap biji yang
mengandung minyak. Bungkil biji kapas mengandung tannin terkondensasi 1,6 % BK
sedangkan barley, triticale dan bungkil kedelai mengandung tannin 0,1 % BK. Diantara
bahan pakan unggas yang paling tinggi kandungan tannin terlihat pada biji sorgum
(Sorghumbicolor). Kandungan tannin pada varietas sorgum tannin tinggi sebesar 2,7 dan
10,2 % catechin equivalent. Dari 24 varietas sorgum kandungan tannin berkisar dari 0,05-
3,67 % (catechin equivalent). Kandungan tannin sorgum sering dihubungkan dengan
warna kulit luar yang gelap. Peranan tannin pada tanaman yaitu untuk melindungi biji
dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, melindungi dari jamur
dan cuaca. Sorgum bertannin tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan
penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada broiler,
menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg abnormalitas.
Cara mengatasi pengaruh dari tannin dalam ransum yaitu dengan
mensuplementasi DL-metionin dan suplementasi agen pengikat tannin, yaitu gelatin,
polyvinylpyrrolidone (PVP) dan polyethyleneglycol yang mempunyai kemampuan
mengikat dan merusak tannin. Selain itu kandungan tannin pada bahan pakan dapat
diturunkan dengan berbagai cara seperti perendaman, perebusan, fermentasi, dan
penyosohan kulit luar biji.
 Klasifikasi Tanin
Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa yang
memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang
terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi.
1. Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan
oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat
atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan
senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin,
dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins.Berat
molekul galitanin 1000-1500,sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 1000-3000.
Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa
ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat
merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin yang
sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat.
2. Tanin terkondensasi (condensed tannins).
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi
meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid
yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan
dapat berkondensasi dengan formaldehida.Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap
formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi
merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi
terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak ditemukan dalam
tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin.
Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui
C8 dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini
merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin.
 Biosintesis Tanin
Biosintesa dari Tanin secara umum :
Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid
Contoh :
- Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin
- Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat
- Dengan precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina)
- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin
1. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan
cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa dimer dan
kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu
satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan
flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain untuktanin-terkondensasi
adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan
karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin.
Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan
asam akan menghasilkan sianidin.
2. Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalah
depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh
lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun berikatan dengan
glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat. Tannin
terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat
menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam
lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat. Contoh
gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46),
ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
No Nama Alat Volume Jumblah
1 Corong - 2
2 Pipet tetes - 2
3 Gelas ukur 10 ml 2
4 Tabung reaksi - 4
5 Gelas kimia pyrex 100 ml 2
6 Rak tabung - 1
7 Kertas saring - 2
8 Pengaduk - 1
9 Pipet volume 1 ml dan 20 ml 2
10 Lumping porselin - 1
B. Bahan
No Nama Bahan Rumus Kimia Konsentrasi Jumblah
1 Serbuk Dau Salam - - 2 Gram
2 Aquades H2O - 40 ml
3 Etanol C2H5OH 0,1 M 40 ml
4 Besi (III) Klorida Fecl3 4 Tetes
V. PROSEDUR KERJA
A. Pelarut Air
1. Ditimbang 1 gram serbuk daun salam yang telah dikeringkan
2. Direndam dengan 20 ml air selama 10 menit dalam gelas kimia
3. Disaring ekstrak daun salam menggunakan daun kertas saring kemudian dipipet
sebanyak 1 ml ekstrak tersebut
4. Ditambahkan 2 tetes FeCl3 jenuh
5. Diamati perubahan yang terjadi
B. Pelarut Etanol
1. Ditimbang 1 gram serbuk daun salam yang telah kuning
2. Direndam dengan 20 ml etanol selama 10 menit dalam gelas kimia
3. Disaring ekstrak daun salam dengan menggunakan kertas saring, kemudian
dipipet sebanyak 1 ml
4. Diteteskan 2 tetes FeCl3 jenuh
5. Diamati perubahan yang terjadi
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Pelarut Air
No Perlakuan Hasil
1
Ditimbang 1 gram serbuk daun salam
yang telah dikeringkan
- Massa serbuk daun salam 1 gram
2
Direndam dengan 20 ml air selama 10
menit dalam gelas kimia
-
3
Disaring ekstrak daun salam
menggunakan daun kertas saring
kemudian dipipet sebanyak 1 ml ekstrak
tersebut
- Warna larutan setelah disaring
berwarna coklat bening
4
Ditambahkan 2 tetes FeCl3 jenuh
- Warna coklat kehitaman ( coklat
pekat )
5 Diamati perubahan yang terjadi
- Warna coklat kehitamam tersebut
menandakan bahwa didalam daun
salam terdapat senyawa tanin
B. Pelarut Etanol
No Perlakuan Hasil
1
Ditimbang 1 gram serbuk daun salam
yang telah kuning
- Massa serbuk daun salam 1 gram
2
Direndam dengan 20 ml etanol selama
10 menit dalam gelas kimia
-
3
Disaring ekstrak daun salam dengan
menggunakan kertas saring, kemudian
dipipet sebanyak 1 ml
- Warna larutan hijau bening
4 Diteteskan 2 tetes FeCl3 jenuh - Warna larutan hijau pekat
5 Diamati perubahan yang terjadi
- Warna larutan tersebut berwarna hijau
menandakan bahwa pada daun salam
terdapat senyawa tanin
Laporan tanin

More Related Content

What's hot

laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonAndriana Andriana
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrikTrie Marcory
 
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi   daya kerja antimikrobaLaporan mikrobiologi   daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikrobaMifta Rahmat
 
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinLaporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinDila Adila
 
Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamSiti Zulaikhah
 
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikFormulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikNesha Mutiara
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosawulannsftri
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Aireruna18
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Awal Rahmad
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul DeLas Rac
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.Maranata Gultom
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolNovi Fachrunnisa
 
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)Firda Shabrina
 
Formula Baku Sediaan Lotion Calamin
Formula Baku Sediaan Lotion CalaminFormula Baku Sediaan Lotion Calamin
Formula Baku Sediaan Lotion Calaminzipiklan
 
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK irmalawai
 

What's hot (20)

laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
 
Saponin
SaponinSaponin
Saponin
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
 
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi   daya kerja antimikrobaLaporan mikrobiologi   daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikroba
 
Rheologi
RheologiRheologi
Rheologi
 
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinLaporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
 
Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikam
 
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikFormulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Air
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetri
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
 
KOMPLEKSOMETRI
KOMPLEKSOMETRIKOMPLEKSOMETRI
KOMPLEKSOMETRI
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
 
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)
 
Formula Baku Sediaan Lotion Calamin
Formula Baku Sediaan Lotion CalaminFormula Baku Sediaan Lotion Calamin
Formula Baku Sediaan Lotion Calamin
 
Ilmu resep
Ilmu resepIlmu resep
Ilmu resep
 
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
 

Viewers also liked

karbohidrat dan farmasi
karbohidrat dan farmasikarbohidrat dan farmasi
karbohidrat dan farmasiAndry Natanel
 
Lampiran uji alkaloid, terpenoid, steroid, saponin
Lampiran uji alkaloid, terpenoid, steroid, saponinLampiran uji alkaloid, terpenoid, steroid, saponin
Lampiran uji alkaloid, terpenoid, steroid, saponinEka Saputra
 
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoidMakalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoiddharma281276
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Hani Ani
 
sifat dan perubahan hasil panen
sifat dan perubahan hasil panensifat dan perubahan hasil panen
sifat dan perubahan hasil paneniswoyo
 

Viewers also liked (11)

Tanin
TaninTanin
Tanin
 
karbohidrat dan farmasi
karbohidrat dan farmasikarbohidrat dan farmasi
karbohidrat dan farmasi
 
T a n i n
T a n i nT a n i n
T a n i n
 
Mutu kokon
Mutu kokonMutu kokon
Mutu kokon
 
Lampiran uji alkaloid, terpenoid, steroid, saponin
Lampiran uji alkaloid, terpenoid, steroid, saponinLampiran uji alkaloid, terpenoid, steroid, saponin
Lampiran uji alkaloid, terpenoid, steroid, saponin
 
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoidMakalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
 
BIODIVERSITAS
BIODIVERSITASBIODIVERSITAS
BIODIVERSITAS
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Senyawa bioaktif
Senyawa bioaktifSenyawa bioaktif
Senyawa bioaktif
 
Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)
 
sifat dan perubahan hasil panen
sifat dan perubahan hasil panensifat dan perubahan hasil panen
sifat dan perubahan hasil panen
 

Similar to Laporan tanin

Lap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
Lap. praktikum destilasi uap bunga kambojaLap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
Lap. praktikum destilasi uap bunga kambojaCarlosEnvious
 
Lap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
Lap. praktikum destilasi pada bungan kambojaLap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
Lap. praktikum destilasi pada bungan kambojaCarlosEnvious
 
Minyak, minyak atsiri, dan lemak
Minyak, minyak atsiri, dan lemakMinyak, minyak atsiri, dan lemak
Minyak, minyak atsiri, dan lemakZeezah Al-Fauz
 
FITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKFITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKSapan Nada
 
Membuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaMembuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaWulung Gono
 
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...IsmedsyahSyah1
 
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)evindatoh
 
P12. Tingtur, Ekstrak & Infus.pdf
P12. Tingtur, Ekstrak & Infus.pdfP12. Tingtur, Ekstrak & Infus.pdf
P12. Tingtur, Ekstrak & Infus.pdfssuser90246b
 
PPT (LAMUN).pptx
PPT  (LAMUN).pptxPPT  (LAMUN).pptx
PPT (LAMUN).pptxALLKuliah
 
Teknologi Ekstraksi Bahan Alam: Fundamental dan Metode-metode Ekstraksi Bahan...
Teknologi Ekstraksi Bahan Alam: Fundamental dan Metode-metode Ekstraksi Bahan...Teknologi Ekstraksi Bahan Alam: Fundamental dan Metode-metode Ekstraksi Bahan...
Teknologi Ekstraksi Bahan Alam: Fundamental dan Metode-metode Ekstraksi Bahan...Apothecary Indonesia Persada
 
Farmakokinetik dan galenika
Farmakokinetik dan galenikaFarmakokinetik dan galenika
Farmakokinetik dan galenikaTruly Anggraini
 
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh Atika Fitria Ningrum
 

Similar to Laporan tanin (20)

Lap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
Lap. praktikum destilasi uap bunga kambojaLap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
Lap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
 
Lap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
Lap. praktikum destilasi pada bungan kambojaLap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
Lap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
 
Minyak, minyak atsiri, dan lemak
Minyak, minyak atsiri, dan lemakMinyak, minyak atsiri, dan lemak
Minyak, minyak atsiri, dan lemak
 
FITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKFITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAK
 
Membuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaMembuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan Galenika
 
Fitokimia gietha
Fitokimia giethaFitokimia gietha
Fitokimia gietha
 
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
 
Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
 
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
 
Tp ekstraksi bahan alam
Tp ekstraksi bahan alamTp ekstraksi bahan alam
Tp ekstraksi bahan alam
 
367305651-Resin.pdf
367305651-Resin.pdf367305651-Resin.pdf
367305651-Resin.pdf
 
Sediaan galenika
Sediaan galenikaSediaan galenika
Sediaan galenika
 
P12. Tingtur, Ekstrak & Infus.pdf
P12. Tingtur, Ekstrak & Infus.pdfP12. Tingtur, Ekstrak & Infus.pdf
P12. Tingtur, Ekstrak & Infus.pdf
 
PPT (LAMUN).pptx
PPT  (LAMUN).pptxPPT  (LAMUN).pptx
PPT (LAMUN).pptx
 
Sokletasi
SokletasiSokletasi
Sokletasi
 
Teknologi Ekstraksi Bahan Alam: Fundamental dan Metode-metode Ekstraksi Bahan...
Teknologi Ekstraksi Bahan Alam: Fundamental dan Metode-metode Ekstraksi Bahan...Teknologi Ekstraksi Bahan Alam: Fundamental dan Metode-metode Ekstraksi Bahan...
Teknologi Ekstraksi Bahan Alam: Fundamental dan Metode-metode Ekstraksi Bahan...
 
Galenika
GalenikaGalenika
Galenika
 
Farmakokinetik dan galenika
Farmakokinetik dan galenikaFarmakokinetik dan galenika
Farmakokinetik dan galenika
 
GALENIKA.pptx
GALENIKA.pptxGALENIKA.pptx
GALENIKA.pptx
 
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
 

More from CarlosEnvious

Analisis soal pilihan ganda 16.1
Analisis soal pilihan ganda 16.1Analisis soal pilihan ganda 16.1
Analisis soal pilihan ganda 16.1CarlosEnvious
 
Telaah kurikulum kimia
Telaah kurikulum kimiaTelaah kurikulum kimia
Telaah kurikulum kimiaCarlosEnvious
 
Pemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
Pemisahan Alkohol dan Air dengan DestilasiPemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
Pemisahan Alkohol dan Air dengan DestilasiCarlosEnvious
 
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDU
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDUIDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDU
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDUCarlosEnvious
 
Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin CarlosEnvious
 
Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirinLaporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirinCarlosEnvious
 

More from CarlosEnvious (8)

Analisis soal pilihan ganda 16.1
Analisis soal pilihan ganda 16.1Analisis soal pilihan ganda 16.1
Analisis soal pilihan ganda 16.1
 
Telaah kurikulum kimia
Telaah kurikulum kimiaTelaah kurikulum kimia
Telaah kurikulum kimia
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Kapita fix2
Kapita fix2Kapita fix2
Kapita fix2
 
Pemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
Pemisahan Alkohol dan Air dengan DestilasiPemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
Pemisahan Alkohol dan Air dengan Destilasi
 
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDU
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDUIDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDU
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDU
 
Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin
 
Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirinLaporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin
 

Recently uploaded

polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

Laporan tanin

  • 1. I. TOPIK EKSTRAKSI KASAR TANIN DARI DAUN SALAM II. TUJUAN Untuk mengidentifikasi senyawa tanin yang terdapat pada daun salam. III. DASAR TEORI Ekstraksi adalah metode pemisahan satu atau beberapa zat terlarut atau solut di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam ke dua fase pelarut.Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan. Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. Jenis- jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut: 1. Cara Dingin  Maserasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan kontinyu. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan ekstraksi maserat pertama dan seterusnya.  Perkolasi, adalah ekstraksi pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya pada suhu ruang. Prosesnya didahului dengan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
  • 2. 2. Cara Panas  Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperatur didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.  Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik.  Digesi, adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar sekitar 40-50 C.  Destilasi uap, adalah ekstraksi zat kandungan menguap dari bahan dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial zat kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air bersama kandungan yang memisah sempurna atau sebagian.  Infuse, adalah ekstraksi pelarut air pada temperature penangas air 96-98 C selama 15-20 menit. Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh: 1. Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan. 2. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar. 3. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi. 4. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dengan bahan ekstraksi. 5. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen bahan ekstraksi.
  • 3. 6. Titik didih, titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi. 7. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik. Karena tidak ada pelarut yang sesuai dengan semua persyaratan tersebut, maka untuk setiap proses ekstraksi harus dicari jenis pelarut yang paling sesuai dengan kebutuhan.  DAUN SALAM Tumbuhan Salam (Syzygium polyanthum) Klasifikasi tumbuhan Salam (Syzygiumpolyanthum) Secara ilmiah tumbuhan (Salam) ini dikalisifikasikan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub kelas : Dialypetalae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Syzygium Jenis : Syzygiumpolyanthum Spesies : Syzygiumpolyanthum (Wight) Walp. Ciri-ciri Morfologi Salam: Tumbuhan Salam terdapat di Birma kearah selatan sampai Indonesia. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 5 m sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Pohon Salam dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1800 m, banyak tumbuh di hutan mau pun rimba belantara (Dalimarta, 2000). Pohon atau perdu, daun tunggal, bersilang berhadapan, pada cabang mendatar seakan-akan tersusun dalam 2 baris pada 1 bidang. Kebanyakan tanpa daun penumpu. Bunga kebanyakan banci, kelopak dan mahkota masing-masing terdiriatas 4-5 daun kelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama, kadang-kadang berlekatan. Benang
  • 4. sari banyak, kadang-kadang berkelopak berhadapan dengan daun-daun mahkota. Mempunyai tangkai sari yang berwarna cerah, yang kadang-kadang menjadi bagian bunga. Yang paling menarik, bakal buah tenggelam, mempunyai 1 tangkai putik, beruang 1 sampai banyak, dengan 1-8 bakal biji dalam tiap ruang. Biji dengan sedikit atau tanpa endosperm, lembaga lurus, bengkok atau melingkar Van Steenis, 2003). Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telufsungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda, panjang 5 sampai 15 cm, lebar 3 sampai 8 cm dan jika diremas berbau harum. Bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat, diameter 8 sampai 9 mm, buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat diameter sekitr 1 cm, berwarna cokelat. Masyarakat lebih mengenal daun salam sebagai pengharum masakan, dikarenakan aromanya yang khas. Tanaman salam juga merupakan salah satu alternative obat tradisional. Khasiat dari tanaman salam menurut bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan kolestrol tinggi, diabetes, hipertensi, diare, sakit maag dan asamurat tinggi. Beberapa senyawa kimia yang terkandung di dalam daun salam diantaranya: tanin, flavonoid, saponin, triterpen, polifenol, alkaloid dan minyak atsiri.  Definisi Tanin Tannin adalah zat, pahit polyphenol tanaman yang baik dan cepat mengikat atau mengecilkan protein. Zat dari tannin menyebabkan perasaan kering pada mulut dengan konsumsi anggur merah, teh pekat, atau buah yang tidak tumbuh. Selain itu, "Tannin" merupakan suatu nama deskriptif umum untuk satu grup substansi fenolik polimer yang mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal sebagai astringensi.. Istilah tannin merujuk pada Penggunaan tannin dalam penyamakan hewan yang tersembunyi pada kulit; Namun, istilah ini secara luas dirujukan untuk setiap polyphenolic besar kompleks yang mengandung cukup hydroxyl dan lainnya sesuai kelompok (seperti carboxyl) kuat untuk membentuk kompleks dengan protein dan lainnya macromolecule. Kata tannin berasal dari praktek historis menggunakan tanin yang ditemukan di kulit pohon ek untuk kulit tan, meskipun di dunia modern, sintetis biasanya digunakan untuk tujuan ini sebagai gantinya.
  • 5.  Sifat Tanin Salah satu sumber daya alam di Indonesia yang cukup potensial dan belum dimamfaatkan secara optimal adalah tanin. Tanin merupakan salah satu komponen zat organik yang sangat kompleks, berbentuk serbuk putih atau kecoklatan, atau mempunyai rasa spesifik (sepet). Tanin dapat mengendap dengan larutan gelatin, aluminium dan protein sehingga banyak digunakan dalam penyamakan kulit. Tanin bertindak sebagai pengawet dan mellows, membantu anggur tumbuh ke dalam kompleksitas dan menjadi benar-benar luar biasa. Tannin memiliki beratmolekul dari 500 hingga 3,000. Tannins bertentangan dengan basa, gelatin, logam berat, besi, air kapur, garam logam, zat oksidasi yang kuat dan sulfat seng. Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. dapat mengendapkan protein dari larutan. Secara kimia tannin sangat komplek dan biasanya dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin mudah dihidrolisa secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume tropika seperti Acacia Spp. Condensed tannin atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar di tanaman dan dianggap sebagai tannin tanaman. Sebagian besar biji legume mengandung tannin terkondensasi terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan tannin makin tinggi.  Identifikasi Tanin Telah diteliti fitokimia ekstrak kulit batang salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp., Myrtaceae) dan aktivitas ekstraknya dalam menghambat xantin oksidase. Simplisia ini mengandung senyawa tanin terkondensasi dan steroid/triterpenoid. Kandungan utama ekstrak etanol adalah tanin terkondensasi dengan kadar 82,7 % b/b. Uji degradasi dengan asam hidroklorida-n-butanol menunjukkan bahwa tanin tersebut adalah prodelfinidin. Uji aktivitas ekstrak air, ekstrak etanol, ekstrak air dari ampas ekstrak etanol dan masing-masing ekstrak bebas tanin tidak menunjukkan penghambatan aktivitas xantin oksidase. Isolat zat warna coklat dari kulit batang salam mengandung prodelfinidin (tanin terkondensasi) dan antosianidin. Tanin yang terkandung dalam kulit batang salam berbeda dengan yang terkandung dalam daun salam.
  • 6.  Isolasi Ekstraksi secara refluks dengan pelarut etanol dan air sebanyak tiga kali. Ampas ekstraksi etanol dikeringkan dan diekstraksi dengan air secara refluks disebut ekstrak AAE. Ekstrak air dikeringkan dengan cara pengering bekuan.Ekstrak etanol dipekatkan dengan penguap putar vakum. Rendemen ekstrak air 17,1 %, ekstrak etanol 19,6 %, ekstrak AAE 4,8 %. Ekstrak air, etanol, dan AAE dipantau dengan KLT menggunakan pelat silika gel GF254 dengan pengembang kombinasi etil asetat-metanol dan etil asetat- metanol-asam asetat dan kromatografi kertas menggunakan kertas Whatman no.1 dengan pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5), Forestal, dan asam asetat berbagai konsentrasi. Keduanya tidak menghasilkan pemisahan yang baik. Kadar tanin ditentukan terhadap ekstrak air, ekstrak etanol, ekstrak AAE dan simplisia. Kadar tanin (%) dihitung dengan persamaan: W= T1- (T2-T0)500 Dengan W adalah berat simplisia/ekstrak dalam gram. T1 adalah jumlah bahan yang terekstraksi, T2 jumlah bahan yang terekstraksi dalam campuran filtrat uji dan blanko. T0 adalah jumlah bahan yang terekstraksi dalam blanko. Diperoleh kadar tanin simplisia kulit batang salam 12,8 %, ekstrak etanol 82,7 % (terbesar), ekstrak air 65,5 % dan ekstrak AAE 27,1 %. Ekstrak etanol difraksinasi secara KCV menggunakan fase diam silika gel H-60 dan pelarut pengelusi sintem landaian etil asetat-metanol (100:0 dan 0:100), diperoleh 21 fraksi. Fraksi dipantau dengan KLT menggunakan pelat silika gel GF254, pengembang etil asetat-metanol-asam asetat (6:14:1) dan penampak bercak besi (III) klorida 1 % dalam metanol. Fraksi dengan pola kromatogram sama disatukan diperoleh fraksi A-C. Fraksi C diisolasi dengan kromatografi kertas pengembang 50 %, n- butanol-asam asetat-air (4:1:5), dan Forestal, penampak bercak besi (III) klorida dan vanillin-HCL menghasilkan bercak berekor dinamakan isolat berwarna coklat. Identifikasi isolat menggunakan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak. Deteksi gula menggunakan pereaksi Molisch dengan hasil negatif. Uji reaksi pemutusan ikatan dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu 95 0C selama dua jam dengan campuran HCL-n-butanol (95:5) menunjukkan perbedaan Rf dan warna bercak. Larutan merah ungu hasil pemutusan ikatan isolat berwarna coklat dilakukan reaksi asam basa dengan menambahkan air sehingga membentuk dua fase, menunjukkan warna merah ungu yang diduga sebagai antosianidin. Pembandingan jenis tanin pada kulit batang dan daun salam
  • 7. dilakukan berdasarkan reaksi pengendapan tanin terhadap gelatin, warna yang terbentuk pada pemutusan ikatan, dan pola kromatogram kertasnya. Ekstraksi daun salam secara refluks dengan pelarut etanol 95 % sampai ekstraktan tidak berwarna. Ekstraksi pelarut air sebanyak tiga kali pengulangan dihasilkan ekstrak AAE berwarna coklat. Masing- masing ekstrak dipantau dengan pereaksi untuk penapisan flavonoid dan tanin. Ekstrak etanol mengandung tanin terkondensasi dan flavonoid. Sedangkan ekstrak AAE hanya mengandung tanin terkondensasi. Pemantauan ekstrak AAE menggunakan KLT pengembang etil asetat-metanol-asam asetat (6:14:1), penampak bercak asam sulfat 10 % dalam metanol, besi (III) klorida 1 % dalam metanol dan aluminium klorida 5 % dalam metanol menunjukkan bercak berekor tunggal yang merupakan tanin terkondensasi, dinamakan isolat coklat. Isolat coklat direaksikan dengan gelatin 4 % (b/v) dalam air menghasilkan endapan berwarna coklat. Identifikasi tanin pada kulit batang daun salam dilakukan dengan metode yang sama pada daun salam. Larutan coklat menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 277 nm. Uji deteksi gula tidak terbentuk cincin merah ungu, menunjukkan adanya antosianidin. Pemutusan ikatan larutan coklat diperoleh larutan berwarna merah tua dan dipantau dengan kromatografi kertas Whatman No.1 dengan pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5). Pola kromatogram menunjukkan 2 bercak berwarna merah muda dan jingga pada Rf 0,39 dan 0,53. Isolasi larutan merah tua dilakukan pada kromatografi kertas Whatman No.3 dan pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5). Isolat zat warna coklat dari kulit batang salam mengandung prodelfinidin (tanin terkondensasi) dan antosianidin. Tanin yang terkandung dalam kulit batang salam berbeda dengan yang terkandung dalam daun salam.  Uji Farmakologi Uji xantin oksidase dilakukan pada enam ekstrak yaitu ekstrak air, ekstrak etanol, ekstrak AAE, dan masing-masing ekstrak yang telah dibebaskan dari tanin. Nilai hambat kerja xantin oksidase ditentukan dari penurunan jumlah asam urat yang terbentuk pada suhu kamar. Nilai KH50 ditentukan dari konsentrasi ekstrak yang dapat menghambat kerja xantin oksidase sebanyak 50%. Volume akhir pengukuran ini adalah 2 mL. Larutan dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 1,6 mL, 20 µL xantin 100 µM dalam dapar fosfat pH 7,4 dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan enzim xantin oksidase 0,1 unit, inkubasi selama 15 menit, diukur serapannya dalam panjang gelombang 295 nm. Kontrol dapar fosfat, pembanding alopurinol dalam DMSO dengan konsentrasi sama dengan sampel.
  • 8. Nilai KH50 Alopurinol pada konsentrasi 2,14 µg/mL. Nilai KH50 semua ekstrak dengan konsentrasi lebih besar dari 10 µg/mL. Ekstrak kulit batang salam tidak menunjukkan aktivitas penghambatan xantin oksidase.  Letak Tanin pada Tanaman Tannin adalah suatu zat yang ditemukan dalam berbagai tanaman. Di alam, tanin banyak terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan seperti pada pohon bakau, pinus, teh, gambir, dan lain-lain. Bagian tumbuhan yang banyak mengandung tanin adalah kulit kayu, daun, akar, dan buahnya (Suprijati, 1999).Tannin ini terutama ditemukan secara alami terjadi pada buah anggur, daun teh, dan ek. Tannin ditemukan dalam kulit, biji, dan batang anggur. Anggur yang difermentasi selama masih kontak dengan bagian-bagian ini anggur - anggur merah - menyerap sejumlah tannin, yang meminjamkan karakter yang berbeda pada anggur. Karena tannin dalam biji anggur terutama keras, anggur biasanya dilumatkan daripada ditekan, untuk meminimalkan penyerapan benih berbasis tannin. Anggur juga banyak menyerap sebagian tanin dari tong kayu ek mereka berusia di, yang meminjamkan bumbu tambahan anggur.  Kegunaan Tanin Tanin digunakan secara luas dalam industri, antara lain industri minuman, tanin digunakan untuk mengendapkan serat-serat organik dan menonaktifkan enzim-enzim yang terdapat dalam bahan. Tannin merupakan sangat penting untuk kompleksitas anggur dan seberapa baik itu akan usia sepanjang waktu. Tanin tinggi cenderung usia anggur terbaik untuk jangka waktu yang lama, seperti yang terbuat dari Cabernet Sauvignon, Nebbiolo, dan Syrah anggur. Anggur yang memiliki banyak tanin di dalamnya ketika muda sering terlihat membakar, menciptakan sensasi kekeringan di mulut, terutama langit-langit mulut. Paling tannic anggur menyebabkan mulut untuk mengerut, yang bukan merupakan pengalaman yang menyenangkan. Dibuat dengan baik, anggur tannin tinggi, yang mungkin hampir undrinkable ketika muda, dapat menjadi sebuah karya dari anggur di kemudian hari. Yang mengatakan, banyak anggur yang terlalu tannic, dan pada saat astringency mereka memudar, anggur akan telah berlalu perdana. Satu hal yang dapat membantu dengan anggur yang memiliki jumlah yang tinggi tanin adalah untuk menggabungkan mereka dengan tinggi lemak dan protein makanan. Susu idealnya cocok peran ini, membantu untuk melunakkan tepi tajam tannin. Ini adalah salah satu alasan
  • 9. mengapa begitu banyak orang menambahkan teh susu yang kuat, yang juga sangat tinggi tannin. Bagus keju atau saus krim yang hangat dapat mengubah anggur yang sekilas tampak terlalu tannic ke pasangan yang sempurna. Secara umum, kecenderungan terhadap winemaking adalah tannin wine dengan kurang dari lima puluh tahun yang lalu. Anggur ini lebih mudah untuk minum pada saat pembelian atau dalam waktu singkat atau dua tahun setelah membeli mereka, sehingga lebih sesuai untuk pasar anggur global baru. Untuk menjadi baik-bulat di dunia anggur, bagaimanapun, itu adalah ide yang baik untuk sampel sejumlah tannin tinggi anggur, untuk mencicipi nuansa bahwa zat ini dapat menambahkan. Mereka ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman; kulit kayu, daun, buah, dan akar. Mereka dibagi ke dalam dua grup, tanin yang dapat dihidrolisis dan tanin kondensasi. Tannin mungkin dibentuk dengan kondensasi derivatif flavan yang ditransportasikan ke jaringan kayu dari tanaman. Tannin mungkin juga dibentuk dengan polimerisasi unit quinon. Telah diindikasikan bahwa konsumsi minuman yang mengandung tannin, terutama teh hijau dan anggur merah dapat mengobati atau mencegah sejumlah penyakit. Banyak aktivitas fisiologik manusia, seperti stimulasi sel-sel fagositik, host- mediated tumor activity, dan sejumlah aktivitas anti-infektif telah ditetapkan untuk tannin. Salah satu aksi molekul mereka adalah membentuk kompleks dengan protein melalui kekuatan non-spesifik seperti ikatan hidrogen dan efek hidrofobik sebagaimana pembentukan ikatan kovalen. Cara kerja aksi antimikrobial mereka mungkin berhubungan dengan kemampuan mereka untuk menginaktivasi adhesin mikroba, enzim, protein transport cell envelope. Mereka juga membentuk kompleks dengan polisakarida. Pada tahun 1996, paling sedikit 1.300 coumarin telah teridentifikasi. Mereka dikenal terutama karena aktivitas antitrombotik, antiinflamatori, dan vasodilatori. Warfarin yang merupakan salah satu coumarin telah digunakan sebagai antikoagulan dan rodentisida. Ia mungkin juga memiliki efek antiviral. Coumarin secara in vitro dapat menghambat Candida albicans. Sebagai suatu grup, coumarin telah ditemukan dapat menstimulasi makrofag, yang dapat memiliki efek negatif tidak langsung pada infeksi. Lebih spesifik, coumarin telah digunakan untuk mencegah infeksi oleh HSV-1 pada manusia. Asam hidroksisinnamat yang berhubungan dengan coumarin terlihat memiliki efek inhibtori terhadap bakteri gram positif. Fitoaleksin yang merupakan derivatif terhidroksilasi dari coumarin telah
  • 10. diproduksi dalam wortel sebagai respons terhadap infeksi fungsi, dan ia dapat diasumsikan memiliki aktivitas antifungsi. Kandungan senyawa tanin pada buah cranberry memiliki khasiat anti pembekuan darah, dan mampu mengurangi infeksi saluran kencing serta plak gigi, sekaligus dapat pula digunakan untuk mencegah radang gusi (gingivitis). Beberapa bahan pakan yang digunakan dalam ransum unggas mengandung sejumlah condensed tannin seperti biji sorgum, millet, rapeseed , fava bean dan beberap biji yang mengandung minyak. Bungkil biji kapas mengandung tannin terkondensasi 1,6 % BK sedangkan barley, triticale dan bungkil kedelai mengandung tannin 0,1 % BK. Diantara bahan pakan unggas yang paling tinggi kandungan tannin terlihat pada biji sorgum (Sorghumbicolor). Kandungan tannin pada varietas sorgum tannin tinggi sebesar 2,7 dan 10,2 % catechin equivalent. Dari 24 varietas sorgum kandungan tannin berkisar dari 0,05- 3,67 % (catechin equivalent). Kandungan tannin sorgum sering dihubungkan dengan warna kulit luar yang gelap. Peranan tannin pada tanaman yaitu untuk melindungi biji dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, melindungi dari jamur dan cuaca. Sorgum bertannin tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada broiler, menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg abnormalitas. Cara mengatasi pengaruh dari tannin dalam ransum yaitu dengan mensuplementasi DL-metionin dan suplementasi agen pengikat tannin, yaitu gelatin, polyvinylpyrrolidone (PVP) dan polyethyleneglycol yang mempunyai kemampuan mengikat dan merusak tannin. Selain itu kandungan tannin pada bahan pakan dapat diturunkan dengan berbagai cara seperti perendaman, perebusan, fermentasi, dan penyosohan kulit luar biji.  Klasifikasi Tanin Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi. 1. Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins) Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin,
  • 11. dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins.Berat molekul galitanin 1000-1500,sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 1000-3000. Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin yang sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat. 2. Tanin terkondensasi (condensed tannins). Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida.Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui C8 dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin.  Biosintesis Tanin Biosintesa dari Tanin secara umum : Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid Contoh : - Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin - Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat - Dengan precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina) - Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin 1. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain untuktanin-terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin.
  • 12. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin. 2. Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat. Tannin terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat. Contoh gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46), ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.
  • 13. IV. ALAT DAN BAHAN A. Alat No Nama Alat Volume Jumblah 1 Corong - 2 2 Pipet tetes - 2 3 Gelas ukur 10 ml 2 4 Tabung reaksi - 4 5 Gelas kimia pyrex 100 ml 2 6 Rak tabung - 1 7 Kertas saring - 2 8 Pengaduk - 1 9 Pipet volume 1 ml dan 20 ml 2 10 Lumping porselin - 1 B. Bahan No Nama Bahan Rumus Kimia Konsentrasi Jumblah 1 Serbuk Dau Salam - - 2 Gram 2 Aquades H2O - 40 ml 3 Etanol C2H5OH 0,1 M 40 ml 4 Besi (III) Klorida Fecl3 4 Tetes
  • 14. V. PROSEDUR KERJA A. Pelarut Air 1. Ditimbang 1 gram serbuk daun salam yang telah dikeringkan 2. Direndam dengan 20 ml air selama 10 menit dalam gelas kimia 3. Disaring ekstrak daun salam menggunakan daun kertas saring kemudian dipipet sebanyak 1 ml ekstrak tersebut 4. Ditambahkan 2 tetes FeCl3 jenuh 5. Diamati perubahan yang terjadi B. Pelarut Etanol 1. Ditimbang 1 gram serbuk daun salam yang telah kuning 2. Direndam dengan 20 ml etanol selama 10 menit dalam gelas kimia 3. Disaring ekstrak daun salam dengan menggunakan kertas saring, kemudian dipipet sebanyak 1 ml 4. Diteteskan 2 tetes FeCl3 jenuh 5. Diamati perubahan yang terjadi
  • 15. IV. HASIL PENGAMATAN A. Pelarut Air No Perlakuan Hasil 1 Ditimbang 1 gram serbuk daun salam yang telah dikeringkan - Massa serbuk daun salam 1 gram 2 Direndam dengan 20 ml air selama 10 menit dalam gelas kimia - 3 Disaring ekstrak daun salam menggunakan daun kertas saring kemudian dipipet sebanyak 1 ml ekstrak tersebut - Warna larutan setelah disaring berwarna coklat bening 4 Ditambahkan 2 tetes FeCl3 jenuh - Warna coklat kehitaman ( coklat pekat ) 5 Diamati perubahan yang terjadi - Warna coklat kehitamam tersebut menandakan bahwa didalam daun salam terdapat senyawa tanin B. Pelarut Etanol No Perlakuan Hasil 1 Ditimbang 1 gram serbuk daun salam yang telah kuning - Massa serbuk daun salam 1 gram 2 Direndam dengan 20 ml etanol selama 10 menit dalam gelas kimia - 3 Disaring ekstrak daun salam dengan menggunakan kertas saring, kemudian dipipet sebanyak 1 ml - Warna larutan hijau bening 4 Diteteskan 2 tetes FeCl3 jenuh - Warna larutan hijau pekat 5 Diamati perubahan yang terjadi - Warna larutan tersebut berwarna hijau menandakan bahwa pada daun salam terdapat senyawa tanin