SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
BAB I
                              PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
         Indonesia    merupakan     negara    dengan     kekayaan    alam    yang
   melimpah.Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negara
   ini.Sebagian besar sudah dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk
   mengobati     berbagai    penyakit.Tumbuhan-tumbuhan         tersebut    dalam
   penggunaannya dikenal dengan obat tradisional (Anonim, 2011).
         Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik
   yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia,
   biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi
   biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien,
   dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari
   sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.Dalam penggunaan
   umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit (Anonim, 2011).
         Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan
   tradisional adalah benalu hutan. Di Indonesia sendiri tanaman ini masih
   sangat   sulit untuk ditemukan danjuga belum          dikenal oleh masyarakat
   luas.Berdasarkan informasi tersebut, sangat perlu untuk melakukan ekstraksi
   dan identifikasi kandungan kimia dari benalu hutan. Dari proses ekstraksi akan
   didapatkan isolat-isolat suatu senyawa atau kumpulan senyawa sehingga dapat
   mempermudah       untuk   melakukan    identifikasi   senyawa-senyawa     yang
   terdapatdalam simplisia. Sedangkan identifikasi diperlukan untuk mengetahui
   jenis senyawa kimia yang berada dalam simplisia(Anonim, 2011).
I.2 Rumusan Masalah
         Dalam uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
    1. Bagaimana cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowiafrutescens
      Champ) ?
    2. Bagaimana     cara   mengidentifikasi   ekstrak   sampel   benalu   hutan
      (Henslowiafrutescens Champ) ?
    3. Apa    saja    kandungan     kimia      dari   tanaman     benalu   hutan
      (Henslowiafrutescens Champ) ?


I.3 Maksud Percobaan
         Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami
    cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
    dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi.


I.4 Tujuan Percobaan
    1. Mengetahui cara mengekstraksi daun benalu hutan (Henslowia frutescens
      Champ) dengan metode sokletasi.
    2. Mengetahui cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia
      frutescens Champ).
    3. Mengetahui kandungan kimia daun benalu hutan (Henslowia frutescens
      Champ).
I.5 Prinsip Percobaan
    I.5.1 Metode Ekstraksi Sokletasi
             Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
         simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi dengan kertas
         saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas
         bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola-bola
         menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong
         menyari zat aktif didalam simplisia dan jika cairan penyari telah
         mencapai permukaan siphon, seluruh cairan akan turun kembali
         kedalam labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan disifon tidak berwarna, tidak
     tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.
     Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.


I.5.2 Ekstraksi Cair-Cair
         Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen
     kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana
     sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada
     fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok,
     lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
     lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua
     fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
     konsentrasi yang tetap.


I.5.3 Penguapan Rotavapor
         Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan
     pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan
     penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya
     disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan
     pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor
     dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut
     murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.


I.5.4 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
           Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip absorpsi dan
     partisi, yang ditentukan oleh fase dalam (adsorben) dan fase gerak
     (eluen). Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena
     daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama
     sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang
     berbeda   berdasarkan     tingkat   kepolarannya,   hal   inilah   yang
     menyebabkan terjadinya pemisahan.
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel
akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi.
     Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor
yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
     Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
BAB II
                           TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Uraian Bahan Alam
   II.1.1 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)
        II.1.1.1 Klasifikasi
                 Kingdom             : Plantae
                 Divisi              : Spermatophyta
                 Subdivisi           : Angiospermae
                 Kelas               : Dicotyledonae
                 Ordo                : Santalales
                 Familia             : Santalaceae
                 Genus               : Henslowia
                 Species             : Henslowiafrutescens Champ
                 (Anonim, 2012)
        II.1.1.2 Morfologi
                     Benalu (Henslowia frutescens Champ)merupakan perdu
                 yang bercabang banyak. Ranting dengan ruas yang membesar.
                 Daun bertangkai pendek, eliptis sampai bentuk lanset, kadang-
                 kadang bulat telur, gundul 3,5-17 kali 1,5-7 dengan ujung yang
                 agak meruncing, serupa kulit, mengkilat. Benalu merupakan
                 tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang.
                 Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari
                 ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut. Berbunga
                 pada bulan Juni-September. Waktu panen pada bulan April-
                 Mei. Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian
                 tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan.
        II.1.1.3 Nama Daerah
                 Sumatra : Dalu-dalu, Mendalu, Benalu (Melayu)
                 Jawa          : Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)
II.1.1.4 Kandungan Kimia
                 Daun     dan     batang    benalu    mengandung      alkaloida,
                 saponin,flavonoid dan tannin (Hutapea, 1999)
        II.1.1.5 Kegunaan
                    Herba    benalu   secara   umum    berkhasiat   antiradang,
                 antibakteri dan antibengkak. Penelitian lain menyebutkan
                 bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk, diuretik,
                 pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan, penghilang rasa
                 nyeri, luka atau infeksi kapang (Hargono, 1995 cit Sasmito et
                 al., 2001). Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain
                 juga berkhasiat dalam pengobatan kanker, amandel dan
                 penyakit campak (Thomas, 1999).
II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
   II.2.1 Tujuan Ekstraksi
              Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen
          kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstrak ini didasarkan pada
          perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana
          perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
          berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim, 2011).
   II.2.2 Jenis-Jenis Ekstraksi
        II.2.2.1 Ekstraksi Cara Dingin
                     Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi, perkolasi,
                 dan soxhletasi. Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara
                 merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara cairan
                 penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan
                 turun menyari simplisia.
                     Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang
                 lunak, tidak tahan panas, tidak mudah mengembang dalam
                 cairan penyari (Ditjen POM, 1986).
II.2.2.2 Ekstraksi Cara Panas
                Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap
             karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut, dimana
             umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal.
                Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel
             yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti
             batang, akar dan biji (Ditjen POM, 1986).
II.2.3 Cara-Cara Ekstraksi
     II.2.3.1 Maserasi (Anonim, 2011)
                Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
             serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
             hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan
             penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel
             akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
             di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya
             tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
             dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut
             berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
             larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi
             dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
             hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
             dipekatkan.
                Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
             yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
             cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
             dan terlindung dari cahaya.
                Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang
             mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
             penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Pelarut
             akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena ada
        perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
        di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar,
        terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan
        konsentrasi antara di dalam dan di luar sel.
II.2.3.2 Perkolasi (Anonim, 2011)
            Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
        simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia
        dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
        diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke
        bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan
        melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
        sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh
        karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi
        gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang
        diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
            Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
        penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Perkolasi
        dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang
        telah dibasahi. Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian
        bawah mempunyai sekat berpori. Pelarut dialirkan dari atas
        melalui simplisia, pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah
        dilaluinya sampai larutan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan
        oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya
        dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya.
II.2.3.3 Sokletasi (Tobo F., 2001)
            Soxhletasi   merupakan      penyarian      simplisia     secara
        berkesinambungan,     cairan   penyari    dipanaskan       sehingga
        menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
        molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
        dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon. Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak
memberikan noda lagi.
    Metode     soxhletasi    bila    dilihat   secara   keseluruhan
termaksud cara panas, namun proses ekstraksinya secara
dingin, sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin.
    Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
o   Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
    dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
o   Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o   Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
o   Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada
    wadah     di   sebelah   bawah     terus-menerus    dipanaskan
    sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
o   Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
            melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
            dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
            pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
        o   Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok
            untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
            tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang
            berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
            ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
II.2.3.4 Refluks (Ditjen POM, 1986)
            Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
        di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
        bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
        dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap,
        uap tersebut diembunkan oleh pendingintegak dan turun
        kembali      menyari   zat   aktif   dalam   simplisia   demikian
        seterusnya. Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
        3-4 jam.
            Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
        mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
        dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, biji
        dan herba.
            Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
        sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
        dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
        terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
        cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,
        akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
        bulat,demikianseterusnya              berlangsung          secara
        berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
                  diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
II.3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim, 2011)
       Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
    dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
    tidak saling campur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
    lain adalah pelarut organik. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
    ditemukan di dalam fase air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat
    hidrofobik akan masuk pada pelarut organik. Analit yang terekstraksi ke
    dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
    pelarut, sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
    secara langsung ke dalam kolom.Disamping itu, ekstraksi pelarut juga
    digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
    kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
    kuantifikasinya.Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu alikuot larutan air
    digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air. Kebanyakan
    prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase air ke dalam
    pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti heksana,
    metilbenzen atau diklorometan. Meskipun demikian proses sebaliknya
    (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga mungkin
    terjadi. Dengan kata lain, dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah mungkin untuk
    mencapai 100% analit terekstraksi pada salah satu fase/pelarut.Karena
    ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan efisiensi terbatas, maka
    sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase. Kesetimbangan kimia
    yang melibatkan perubahan pH, kompleksasi, pasangan ion, dan sebagainya
    dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali analit dan/atau
    menghilangkan pengganggu.
       Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau juga
    disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
    populer.pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.
    Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur.
   Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
   dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
   prepratif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua kerja.
      Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
   menyatakan bahwa ”pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan
   terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
   tidak campur”. Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
   fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi.
II.4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim, 2011)
      Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang
    ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia
    bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
    komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
    bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya,
    hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.Prinsip Penampakan
    Noda adalah sebagai berikut.
    a. Pada UV 254 nm
        Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
        tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm
        adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
        fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak
        merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
        ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
        yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
        melepaskan energi.
    b. Pada UV 366 nm
        Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
        gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
        daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
        auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
   tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
   tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
   sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
   366   terlihat   terang   karena   silika   gel   yang   digunakan   tidak
   berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%
   Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah
   berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
   merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
   gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
   VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
BAB III
                             METODOLOGI KERJA
III.1 Alat dan Bahan
     III.1.1 Alat yang dipakai
           1. Gunting
           2. Parang
           3. Gegep Bambu
           4. Gunting Bunga
           5. Cutter
           6. Ember
           7. Toples Kaca
           8. Koran
           9. Karung
           10. Seperangkat alat Sokletasi
           11. Statif dan Klem
           12. Penangas Air
           13. Neraca Analitik
           14. Rotavapor
           15. Gelas Ukur
           16. Gelas Kimia
           17. Cawan Porselin
           18. Corong Pisah
           19. Aluminium Foil
           20. Pipet Tetes
           21. Pipet Volume
           22. Pipa Kapiler
           23. Mistar
           24. Lampu UV
           25. Kipas Angin
           26. Lempeng KLT
           27. Tabung Reaksi
28. Rak Tabung
          29. Mangkok
          30. Batang Pengaduk
          31. Sendok Tanduk
          32. Botol Semprot
     III.1.2 Bahan yang dipakai
           1.   Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
           2.   Metanol
           3.   Etil asetat
           4.   n-hexana
           5.   n-butanol
           6.   Eluen Etil asetat : Heksan : Air (9:1:1)
           7.   Eluen Etil asetat : Heksan : Air (9:2:1)
           8.   Eluen Heksan : Etil asetat (9:1)
           9.   Eluen Heksan : Etil asetat (10:1)
           10. H2SO4 20 %
           11. AlCl3
           12. Pereaksi Dragendrof
           13. Aquadest
           14. Aluminium foil
           15. Isolasi
           16. Koran
           17. Kertas saring
           18. Dus
III.2 Pengerjaan Sampel
    III.2.1 Pengambilan Sampel
                  Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada,
           Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala. Dilakukan
           dengan cara daunnya dipetik.
    III.2.2 Pengolahan Sampel
           1. Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
          mengambil sampel yang diinginkan.
      2. Pencucian
          Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
          mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
          tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah, batu dan
          sebagainya.
      3. Sortasi basah
          Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
          tumbuhan yang tidak diinginkan.
      4. Pengeringan
          Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
          tempat yang tidak tersinari matahari langsung. Pengeringan ini
          dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
          saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan. Selain
          itu, untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
          ekstraksi, dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
          mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi.
      5. Pemotongan
          Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
          dengan ukuran tertentu.Hal ini bertujuan untuk memperbesar luas
          permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif.
      6. Sortasi kering
          Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
          kotoran-kotoran yang tidak diinginkan.
III.2.3 Ekstraksi Sampel
      III.2.3.1 Ekstraksi Sokletasi
               a. Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
                   frutescens Champ) yang sudah dirajang/diserbukkan.
               b. Tabung klonsong diisi dengan sampel, dengan cara :
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
           diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
           pipa sifon)
           Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
           kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
           tinggi pipa sifon.
           Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
           sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol.
           Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
           (labu alas bulat) maksimum 2/3 dari ukuran labu.
           Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
           dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
           air dan di beri pemanas air.
           Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
           penyari naik keatas pipa samping kemudian di
           embunkan oleh kondensor bola. Cairan kemudian turun
           ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
           simplisia. Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
           mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
           turun ke labu ( 1 siklus). Dilakukan hingga 15 siklus
           hingga cairan penyari menjadi bening.
           Ditimbang     wadah    yang    akan   digunakan    untuk
           menempatkan ekstrak kental metanol.
           Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
           kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan.
III.2.3.2 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
        1. Ditimbang Ekstrak metanol 1 g, dimasukkan ke dalam
           gelas kimia, tambah 20 ml n-heksan.
        2. Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
           corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
           terpisah.
3. Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
                    kimia.
               4. Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
                    porselin.
               5. Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
                    corong pisah, lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
                    kocok.
               6. Dilakukan pengocokan hingga terpisah, dilakukan
                    sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
                    sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
                    yang diuapkan lapisan atas n-heksan).
               7. Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap.
      III.2.3.3 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
               a. Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
                    dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambah 10 ml n-
                    butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah.
               b. Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
                    kimia.
               c. Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
                    porselin.
               d. Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
                    corong pisah, tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
                    didiamkan hingga terpisah
               e. Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
                    kali
               f. Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap.
III.2.4 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
      III.2.4.1 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
               1.   Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
                    sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi.
               2.   Ditambahkan 1 ml H2SO4 20 %.
3.   Ditambahkan 10 ml aquadest.
               4.   Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff.
               5.   Dikocok dan diamati perubahan warna.
               6.   Positif jika warna merah kekuningan.
      III.2.4.2 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
               1.   Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
                    sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi.
               2.   Ditambahkan 1 ml AlCl3.
               3.   Dikocok dan diamati perubahan warna.
               4.   Positif jika warna kuning.
III.2.5 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
       III.2.5.1 Pembuatan Lempeng KLT
                       Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel,
                dibuat dengan ukuran yang disesuaikan. Diberi batas atas
                dan batas bawah, dimana batas bawah diukur dengan
                panjang ± 1 cm, dan batas atas dengan panjang ± 0,5 cm.
      III.2.5.2 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
                1. Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
                2. Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
                3. Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
                    panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
                    ditutup dan dibiarkan terelusi.
      III.2.5.3 Pembuatan Eluen
                Dibuat 20 ml dengan perbandingan :
                1. Etil asetat : Heksana : Air
                       9        :    1           : 1
                       Etil Asetat           :

                       Heksan                :

                       Air               :
2. Etil asetat : Heksana : Air
              9         :    2         : 1
              Etil Asetat               :

              Heksan                    :

              Air                       :

        3. Heksana : Etil asetat
               9    :       1
              Heksan               :

              Etil Asetat          :

        4. Heksana : Etil asetat
               10   :       1
              Heksan               :

              Etil Asetat          :

III.2.5.4 Penotolan Sampel pada Lempeng
            1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
            2. Ekstrak           metanol,          n-heksana,     dan    n-butanol
               dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
               berbeda.
            3. Ekstrak           metanol,          n-heksana,     dan    n-butanol
               dilarutkan dalam beberapa ml metanol.
            4. Masing-masing                  ekstrak          diambil      dengan
               menggunakan                  pipa     penotol     (pipa    kapiler),
               kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
               disiapkan.
            5. Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
               sebentar          untuk        menguapkan         pelarutnya    lalu
               dimasukkan              pada        gelas   kimia     yang     telah
               dijenuhkan.
6. Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
              silika gel, maka lempeng segera dikeluarkan.
III.2.5.5 Penampakan Noda pada UV 254 nm
            Setelah proses KLT selesai dilakukan, maka lempeng
        silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm,
        kemudian diamati noda yang tampak, kemudian di beri
        tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
        di permukaan lempeng.
BAB IV
                        HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Praktikum
    IV.1.1 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
           IV.1.1.1 Hasil Ekstraksi dan Partisi
                         Hasil Ekstraksi     Bobot Ekstrak      Persentase
                                                                 Ekstrak
                            Metanol                1g                -

                           n-Heksana             0,76g            24 %

                         n-butanol         0,49 g         51 %
           IV.1.1.2 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
                       Metanol
                                                            Hasil
                        Identifikasi       Perlakuan                Keterangan
                                                         Pengamatan
                                       a. 1 ml HCl 2N
                                                                     (-) tidak
                       Uji Alkaloid b. 5 tetes Pereaksi Warna Hijau mengandung
                                       Dragendroff                   Alkaloid

                                       a. 1 ml AlCl3                      (+)
                                                             Warna
                       Uji Flavonoid                                  mengandung
                                                             Kuning
                                                                       Flavonoid
IV.1.1.3 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
        Metanol,         n-Heksan,            dan           n-butanol
        denganmenggunakan berbagaiEluen
        1. Eluen Etil Asetat : Heksan : Air (9 : 1 : 1)
                               Nilai Rf :
                                   Ekstrak Metanol :
                                   a. Rf1= 0,65
                                   b. Rf2 = 0,78
                                   c. Rf3 = 0,95


             Ekstrak n-butanol :            Ekstrak n-butanol :
             a. Rf1 = 0,65                  a. Rf1 = 0,35
             b. Rf2 = 0,95                  b. Rf2 = 0,89
        2. Eluen Etil Asetat : Heksan : Air (9 : 2 : 1)
                              Nilai Rf :
                                   Ekstrak Metanol :
                                   a. Rf1 = 0,64
                                   b. Rf2 = 0,72
                                   c. Rf3 = 0,93


             Ekstrak n-butanol :            Ekstrak n-butanol :
             a. Rf1 = 0,60                  a. Rf1 = 0,31
             b. Rf2 = 0,92                  b. Rf2 = 0,89
        3. Heksan : Eluen Etil Asetat (9 : 1)
                              Nilai Rf :    c.
                                   Ekstrak Metanol :
                                   a. Rf1 = 0,14




             Ekstrak n-butanol :             Ekstrak n-butanol :
             a. Rf1 = 0,035                  a. Rf1 = 0,08




                                             d.
                                             e.
4. Heksan : Eluen Etil Asetat (10 : 1)
                     Nilai Rf :
                           Ekstrak Metanol :
                           a. Rf1 = 0,136




     Ekstrak n-butanol :             Ekstrak n-butanol :
     a. Rf1 = 0,09                   a. Rf1 = 0,08




                                     f.
                                     g.
IV.2 Pembahasan
        Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
   berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu
   tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran
   secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang
   disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
   yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-
   buahan.Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih
   sempit.
             Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obatyang belum
    mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakanlain, berupa bahan
    yang      telah   dikeringkan.   Dalam   percobaan    ini   akan    digunakan
    beberapametode pengujian, diantaranya          adalah pengolahan sampel,
    ekstraksi, partisi ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang
    meliputi identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis
    (KLT).
              Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
    mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
    diinginkan larut. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
    dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Prinsip
    kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar, pelarut semipolar
    melarutkan senyawa semipolar, pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
    polar.Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
    sedangkan pelarutnya disebut penyari, sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
    tersari disebut ampas.
             Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
    adalah proses ekstraksi, ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak), identifikasi
    ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
    identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya. Namun, sebelum
    proses-proses tersebut dilakukan, sebelumnya akan dilakukan preparasi
    terhadap sampel terlebih dahulu. Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan, proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya. Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel, dimana proses pengambilan sampelnya yakni daunbenalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala pada pukul 09.00 pagi.
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar. Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut. Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan.
     Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku. Dalam
pengumpulan bahan baku, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan, umur tanaman, lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya. Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya, karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah. Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian. Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun.
Kemudian di sortasi basah, proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting, kerikil, rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak. Selanjutnya dirajang, proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting, sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil. Setelah itu pengeringan sampel, proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun. Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari. Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering, prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel. Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia.Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 54,41 %.
       Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)yang telah
diolah, kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi.
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara, serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring. Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola.
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon, seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi. Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh. Cairan penyariyang digunakan
adalah methanol, hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih yang
rendah sehingga mudah disingkirkan. Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagaisenyawa organik. Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih.
       Tahap     selanjutnya   adalah   ekstrak   di    uapkan.   Penguapan
ekstrakdimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih
pekat.Tujuan    dilakukannya   penguapan     yaitu     untuk   menghilangkan
cairanpenyari yang digunakan, agar pada ekstraksi corong pisah hanya
didapatdua lapisan.Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan
iniyaitu penguapan dengan menggunakan rotavapor. Prinsip kerja dari
rotavapor yaitu, penguapan dapat terjadi karenaadanya pemanasan yang
dipercepat oleh putaran labu alas bulat, dancairan penyari dapat menguap 5-
10oC dibawah titik didih pelarutnyadisebabkan oleh adanya penurunan
tekanan. Dengan bantuan pompavakum uap larutan penyari akan menguap
pada kondensor danmengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murniyang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Proses
penguapanberakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labualas bulat tempat sampel. Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah, ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil. Kemudian ekstrak daun benalu hutandiangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator. Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram.
        Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair. Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair, yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksanakemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol. Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram. Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi, tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak. Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua, kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok,
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap. Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 0,76gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 % dan ekstrak kental n-butanol sebanyak
0,49gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51 %.
        Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut. Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid. Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya.
     Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid. Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff. Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji. Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid, dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3. Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung
flavanoiddimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna
kuning.
     Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT.Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber. Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber, kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca. Hal ini menunjukan chamber telah jenuh.Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi. Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel, sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda. Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV. Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya dayainteraksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat olehausokrom yang ada pada noda
tersebut. Flourosensi senyawa yangtampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponentersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semulasambil melepaskan energi. Energi inilah yang menyebabkan
perbedaanflourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda. Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut.Hal ini sesuai dengan literatur yang ada,
yang menyatakan bahwaperbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UVtersebut. Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensisedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.
        Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat : heksan :air denganvariasi
perbandingan 9 : 1 : 1 dan 9 : 2 :1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 : 1 dan 10 : 1. Eluen
dibuat dari beberapamacam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yangada dalam sampel. Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari duaatau tiga macam pelarut, hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semuatingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat nodadengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula.
        Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel, kurangnya ketelitian dalam carapengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel, pada proses ekstraksi,
pelarut organik yang dipakai sangat terbatassehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit, pada proses partisi ekstrak, adanya zat pengotor
sehingga terbentuktiga lapisan pada corpis, hal ini disebabkan karena
kurangnyakebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan, pada
proses KLT, kurangnya ketelitian dalam proses penotolansehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas.
BAB V
                               PENUTUP
V.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat
   disimpulkan bahwa :
   1. Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
      dengan carasokletasi.
   2. Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
      Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
      dengan metode KLT.
   3. Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
      hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
      yaitu flavonoid.
V.2 Saran
       Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
   melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
   yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/ekstraksi.html (diakses
          pada hari sabtu, 19 November 2012)
Anonim, 2011. http:///G:/ekstraksi-cair-cair.html (diakses pada hari sabtu, 19
          November 2012)
Anonim, 2011. http:///G:/ekstraksi-cair-cair.htmlm (diakses pada hari sabtu, 19
          November 2012)
Anonim, 2011. http:///G:Kromatografi-Lapis-Tipis.html (diakses pada hari sabtu,
          19 November 2012)
Anonim,       2011.      http:///G:/ekstraksi/prinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksi.html
          (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012)
Ditjen POM, (1986), “Sediaan Galenik”, Departemen Kesehatan Republik
          Indonesia, Jakarta
Tobo. F, (2001), “Buku pegangan Laboratorium Fitokimia I”, Laboratorium
          Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
  HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
  KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA




                      DI SUSUN OLEH :
            NAMA            : HERLANDO M.T
            STAMBUK         : G 701 10 026
            KELOMPOK        : VI A
            ASISTEN         : ALDY WIJAYA FEBRIYANTO




                PROGRAM STUDI FARMASI
  FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
                 UNIVERSITAS TADULAKO
2012




                             KATA PENGANTAR

       Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah
memberikan kita hidayah, kekuatan, petunjuk, serta kesehatan yang melimpah
ruah, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya.
       Pada kesempatan ini, dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya. Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012, bertempat di Desa Lembasada, Kec. Banawa Selatan, Kab.
Donggala, Sulawesi Tengah. Pada pembuatan laporan kali ini, tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak, antara lain:
 Asisten pembimbing, yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami,
  atas ketidaktahuan kami, serta begitu setia mendampingi, membantu terhadap
  segala macam aspek kesulitan.
 Orang tua, sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
  penggunaan materi, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik.
 Teman-teman, baik itu per Angkatan, bahkan dari kakak senior yang begitu
  berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini.
       Di akhir kesempatan ini, kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan, Laporan, bahkan Hasil Praktikum pun, akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.
                                                     Palu,   Desember 2012




                                                             Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I      PENDAHULUAN
           I.1   Latar Belakang
           I.2   Rumusan Masalah
           I.3   Maksud Percobaan
           I.4   Tujuan Percobaan
           I.5   Prinsip Percobaan
BAB II     TINJAUAN PUSTAKA
           II.1 Uraian Bahan Alam
           II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
           II.3 Ekstraksi Cair-cair
           II.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III    METODOLOGI KERJA
           III.1 Alat dan Bahan
           III.2 Pengerjaan Sampel
BAB IV     HASIL DAN PEMBAHASAN
           IV.1 Hasil Praktikum
           IV.2 Pembahasan
BAB V      PENUTUP
           V.1 Kesimpulan
           V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun 2012/2013




                                                Palu, 13 Desember 2011
  Dosen Pembimbing                              Praktikan




(Aldy Wijaya Febriyanto)                        (Herlando M.T)




                             Mengetahui
  Koordinator Umum                              Koordinator Golongan




(Syariful Anam, S.Si., M.Si.,Apt)               (Moh.Yusran)
BIOGRAFI

 Herlando M.T, dilahirkan di Pagimana,
 23oktober 1992. Anak pertama dari 3
 bersaudara. Menyelesaikan pendidikan SD
 pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana.
 Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP,
 di SMP Negeri 3luwuk pada tahun 2007.
 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA
 di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun
 2010. Dan sekarang sedang melanjutkan
 pendidikan di Universitas Tadulako Palu
 sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas
 Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

More Related Content

What's hot

Percobaan iii ekstraksi bahan alat fix
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fixPercobaan iii ekstraksi bahan alat fix
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fixSriYunita8
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...anandajpz
 
Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1Ani Suyono
 
Laporan praktikum kimia organik coffeine
Laporan praktikum kimia organik coffeineLaporan praktikum kimia organik coffeine
Laporan praktikum kimia organik coffeineIvander Gultom
 
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh Atika Fitria Ningrum
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...anandajpz
 
laporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cairlaporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cairagusasnafi
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...anandajpz
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinFransiska Puteri
 
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)Hani Ani
 
Bagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunderBagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunderDinda Gusti Ayu
 
Pemisahan zat dalam organik
Pemisahan zat dalam organikPemisahan zat dalam organik
Pemisahan zat dalam organikHotnida D'kanda
 

What's hot (20)

Ekstraksi
EkstraksiEkstraksi
Ekstraksi
 
Leaching
LeachingLeaching
Leaching
 
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fix
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fixPercobaan iii ekstraksi bahan alat fix
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fix
 
EKSTRAKSI
EKSTRAKSIEKSTRAKSI
EKSTRAKSI
 
Ekstraksi kimia analitik
Ekstraksi kimia analitikEkstraksi kimia analitik
Ekstraksi kimia analitik
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin...
 
Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
Laporan praktikum kimia organik coffeine
Laporan praktikum kimia organik coffeineLaporan praktikum kimia organik coffeine
Laporan praktikum kimia organik coffeine
 
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
 
laporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cairlaporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cair
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)
 
PPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara PanasPPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara Panas
 
Tujuan percobaan
Tujuan percobaanTujuan percobaan
Tujuan percobaan
 
Jurnal review alkaloid
Jurnal review alkaloidJurnal review alkaloid
Jurnal review alkaloid
 
Bagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunderBagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunder
 
Pemisahan zat dalam organik
Pemisahan zat dalam organikPemisahan zat dalam organik
Pemisahan zat dalam organik
 

Viewers also liked

5. PPT sidang penlitian
5. PPT sidang penlitian5. PPT sidang penlitian
5. PPT sidang penlitianAri Irfandy
 
jurnal-identifikasi-arnida 23-29- jurnal ku fix klt
jurnal-identifikasi-arnida 23-29- jurnal ku fix kltjurnal-identifikasi-arnida 23-29- jurnal ku fix klt
jurnal-identifikasi-arnida 23-29- jurnal ku fix kltIndah Ayu Septriyaningrum
 
modul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode utmodul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode utdinabihaqqi
 
Kelompok 6 Kimia B (Southern Blotting dan Northern Blotting)
Kelompok 6 Kimia B (Southern Blotting dan Northern Blotting)Kelompok 6 Kimia B (Southern Blotting dan Northern Blotting)
Kelompok 6 Kimia B (Southern Blotting dan Northern Blotting)Fathmasari
 
Kelompok 5 Kimia B (Sekuensing DNA)
Kelompok 5 Kimia B (Sekuensing DNA)Kelompok 5 Kimia B (Sekuensing DNA)
Kelompok 5 Kimia B (Sekuensing DNA)aminasari1995
 
File proses pembuatan roda gigi supriyadi
File proses pembuatan roda gigi supriyadiFile proses pembuatan roda gigi supriyadi
File proses pembuatan roda gigi supriyadiIpan Abahna Ipin
 
Soxhlet apparatus
Soxhlet apparatusSoxhlet apparatus
Soxhlet apparatusAbarna Abi
 
Memahami ultrasonik (ade welni, naning)
Memahami ultrasonik (ade welni, naning)Memahami ultrasonik (ade welni, naning)
Memahami ultrasonik (ade welni, naning)stikesby kebidanan
 

Viewers also liked (10)

5. PPT sidang penlitian
5. PPT sidang penlitian5. PPT sidang penlitian
5. PPT sidang penlitian
 
jurnal-identifikasi-arnida 23-29- jurnal ku fix klt
jurnal-identifikasi-arnida 23-29- jurnal ku fix kltjurnal-identifikasi-arnida 23-29- jurnal ku fix klt
jurnal-identifikasi-arnida 23-29- jurnal ku fix klt
 
modul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode utmodul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode ut
 
Kelompok 6 Kimia B (Southern Blotting dan Northern Blotting)
Kelompok 6 Kimia B (Southern Blotting dan Northern Blotting)Kelompok 6 Kimia B (Southern Blotting dan Northern Blotting)
Kelompok 6 Kimia B (Southern Blotting dan Northern Blotting)
 
Kelompok 5 Kimia B (Sekuensing DNA)
Kelompok 5 Kimia B (Sekuensing DNA)Kelompok 5 Kimia B (Sekuensing DNA)
Kelompok 5 Kimia B (Sekuensing DNA)
 
File proses pembuatan roda gigi supriyadi
File proses pembuatan roda gigi supriyadiFile proses pembuatan roda gigi supriyadi
File proses pembuatan roda gigi supriyadi
 
Isolasi DNA
Isolasi DNAIsolasi DNA
Isolasi DNA
 
ISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTING
ISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTINGISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTING
ISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTING
 
Soxhlet apparatus
Soxhlet apparatusSoxhlet apparatus
Soxhlet apparatus
 
Memahami ultrasonik (ade welni, naning)
Memahami ultrasonik (ade welni, naning)Memahami ultrasonik (ade welni, naning)
Memahami ultrasonik (ade welni, naning)
 

Similar to EKSTRAKSI BENALU HUTAN

Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2I | Dosen: Y...
Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2I | Dosen: Y...Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2I | Dosen: Y...
Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2I | Dosen: Y...Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDERSKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDERSofiaNofianti
 
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdfJURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdfDinda Gusti Ayu
 
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptxCoklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptxalipdesisuyonosaputr
 
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdfJURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdfDinda Gusti Ayu
 
Makalah tanaman obat fix(1) 1
Makalah tanaman obat fix(1) 1Makalah tanaman obat fix(1) 1
Makalah tanaman obat fix(1) 1Haniatur Rohmah
 
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhanMakalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhanSeptian Muna Barakati
 
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptxAnatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptxKhalifahRizqiyah
 
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...IsmedsyahSyah1
 
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....DesiRis1
 

Similar to EKSTRAKSI BENALU HUTAN (20)

Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2I | Dosen: Y...
Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2I | Dosen: Y...Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2I | Dosen: Y...
Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2I | Dosen: Y...
 
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDERSKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
 
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdfJURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
 
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptxCoklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
Coklat Estetik Tugas Kelompok Presentasi_20231214_113312_0000.pptx
 
Resume jurnal ilmiah laktosa
Resume jurnal ilmiah laktosaResume jurnal ilmiah laktosa
Resume jurnal ilmiah laktosa
 
Tahapan simplisia
Tahapan simplisiaTahapan simplisia
Tahapan simplisia
 
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdfJURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW FLAVONOID.docx.pdf
 
Makalah tanaman obat fix(1) 1
Makalah tanaman obat fix(1) 1Makalah tanaman obat fix(1) 1
Makalah tanaman obat fix(1) 1
 
Laporan tanin
Laporan tanin Laporan tanin
Laporan tanin
 
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhanMakalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
 
Bab 2 daun jati
Bab 2 daun jatiBab 2 daun jati
Bab 2 daun jati
 
221 301-1-pb
221 301-1-pb221 301-1-pb
221 301-1-pb
 
Makalah spermatophyta
Makalah spermatophytaMakalah spermatophyta
Makalah spermatophyta
 
Makalah spermatophyta
Makalah spermatophytaMakalah spermatophyta
Makalah spermatophyta
 
Makalah spermatophyta
Makalah spermatophytaMakalah spermatophyta
Makalah spermatophyta
 
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptxAnatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
 
Makalah biologi
Makalah biologiMakalah biologi
Makalah biologi
 
Laporanperjalanan oncet yg baru
Laporanperjalanan oncet yg baruLaporanperjalanan oncet yg baru
Laporanperjalanan oncet yg baru
 
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pela...
 
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
PPT FARMAKOGNOSI UJI MAKRO, MIKRO dan Pembuatan Sediaan Simplisia Daun Sirih....
 

EKSTRAKSI BENALU HUTAN

  • 1. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah.Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negara ini.Sebagian besar sudah dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit.Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat tradisional (Anonim, 2011). Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit (Anonim, 2011). Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah benalu hutan. Di Indonesia sendiri tanaman ini masih sangat sulit untuk ditemukan danjuga belum dikenal oleh masyarakat luas.Berdasarkan informasi tersebut, sangat perlu untuk melakukan ekstraksi dan identifikasi kandungan kimia dari benalu hutan. Dari proses ekstraksi akan didapatkan isolat-isolat suatu senyawa atau kumpulan senyawa sehingga dapat mempermudah untuk melakukan identifikasi senyawa-senyawa yang terdapatdalam simplisia. Sedangkan identifikasi diperlukan untuk mengetahui jenis senyawa kimia yang berada dalam simplisia(Anonim, 2011).
  • 2. I.2 Rumusan Masalah Dalam uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowiafrutescens Champ) ? 2. Bagaimana cara mengidentifikasi ekstrak sampel benalu hutan (Henslowiafrutescens Champ) ? 3. Apa saja kandungan kimia dari tanaman benalu hutan (Henslowiafrutescens Champ) ? I.3 Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi. I.4 Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara mengekstraksi daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) dengan metode sokletasi. 2. Mengetahui cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ). 3. Mengetahui kandungan kimia daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ). I.5 Prinsip Percobaan I.5.1 Metode Ekstraksi Sokletasi Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi dengan kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola-bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong menyari zat aktif didalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan siphon, seluruh cairan akan turun kembali kedalam labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
  • 3. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan disifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. I.5.2 Ekstraksi Cair-Cair Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. I.5.3 Penguapan Rotavapor Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung. I.5.4 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip absorpsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase dalam (adsorben) dan fase gerak (eluen). Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
  • 4. Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm. Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
  • 5. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Uraian Bahan Alam II.1.1 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ) II.1.1.1 Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Santalales Familia : Santalaceae Genus : Henslowia Species : Henslowiafrutescens Champ (Anonim, 2012) II.1.1.2 Morfologi Benalu (Henslowia frutescens Champ)merupakan perdu yang bercabang banyak. Ranting dengan ruas yang membesar. Daun bertangkai pendek, eliptis sampai bentuk lanset, kadang- kadang bulat telur, gundul 3,5-17 kali 1,5-7 dengan ujung yang agak meruncing, serupa kulit, mengkilat. Benalu merupakan tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang. Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan Juni-September. Waktu panen pada bulan April- Mei. Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan. II.1.1.3 Nama Daerah Sumatra : Dalu-dalu, Mendalu, Benalu (Melayu) Jawa : Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)
  • 6. II.1.1.4 Kandungan Kimia Daun dan batang benalu mengandung alkaloida, saponin,flavonoid dan tannin (Hutapea, 1999) II.1.1.5 Kegunaan Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang, antibakteri dan antibengkak. Penelitian lain menyebutkan bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk, diuretik, pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan, penghilang rasa nyeri, luka atau infeksi kapang (Hargono, 1995 cit Sasmito et al., 2001). Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain juga berkhasiat dalam pengobatan kanker, amandel dan penyakit campak (Thomas, 1999). II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam II.2.1 Tujuan Ekstraksi Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstrak ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim, 2011). II.2.2 Jenis-Jenis Ekstraksi II.2.2.1 Ekstraksi Cara Dingin Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhletasi. Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia. Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang lunak, tidak tahan panas, tidak mudah mengembang dalam cairan penyari (Ditjen POM, 1986).
  • 7. II.2.2.2 Ekstraksi Cara Panas Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut, dimana umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal. Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti batang, akar dan biji (Ditjen POM, 1986). II.2.3 Cara-Cara Ekstraksi II.2.3.1 Maserasi (Anonim, 2011) Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
  • 8. yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena ada perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar, terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan konsentrasi antara di dalam dan di luar sel. II.2.3.2 Perkolasi (Anonim, 2011) Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan. Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Perkolasi dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang telah dibasahi. Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian bawah mempunyai sekat berpori. Pelarut dialirkan dari atas melalui simplisia, pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah dilaluinya sampai larutan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya. II.2.3.3 Sokletasi (Tobo F., 2001) Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul- molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
  • 9. alas bulat setelah melewati pipa siphon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak memberikan noda lagi. Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan termaksud cara panas, namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara dingin. Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul- molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Keuntungan metode ini adalah : o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. o Digunakan pelarut yang lebih sedikit o Pemanasannya dapat diatur Kerugian dari metode ini : o Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
  • 10. o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya. o Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif. II.2.3.4 Refluks (Ditjen POM, 1986) Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap, uap tersebut diembunkan oleh pendingintegak dan turun kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian seterusnya. Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama 3-4 jam. Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, biji dan herba. Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat,demikianseterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian
  • 11. pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. II.3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim, 2011) Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang tidak saling campur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain adalah pelarut organik. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di dalam fase air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut organik. Analit yang terekstraksi ke dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan pelarut, sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan secara langsung ke dalam kolom.Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau kuantifikasinya.Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu alikuot larutan air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti heksana, metilbenzen atau diklorometan. Meskipun demikian proses sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga mungkin terjadi. Dengan kata lain, dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah mungkin untuk mencapai 100% analit terekstraksi pada salah satu fase/pelarut.Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan efisiensi terbatas, maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase. Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH, kompleksasi, pasangan ion, dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali analit dan/atau menghilangkan pengganggu. Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau juga disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
  • 12. perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan prepratif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua kerja. Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang menyatakan bahwa ”pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling tidak campur”. Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2 fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi. II.4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim, 2011) Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.Prinsip Penampakan Noda adalah sebagai berikut. a. Pada UV 254 nm Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. b. Pada UV 366 nm Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang
  • 13. tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm. c. Pereaksi Semprot H2SO4 10% Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
  • 14. BAB III METODOLOGI KERJA III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang dipakai 1. Gunting 2. Parang 3. Gegep Bambu 4. Gunting Bunga 5. Cutter 6. Ember 7. Toples Kaca 8. Koran 9. Karung 10. Seperangkat alat Sokletasi 11. Statif dan Klem 12. Penangas Air 13. Neraca Analitik 14. Rotavapor 15. Gelas Ukur 16. Gelas Kimia 17. Cawan Porselin 18. Corong Pisah 19. Aluminium Foil 20. Pipet Tetes 21. Pipet Volume 22. Pipa Kapiler 23. Mistar 24. Lampu UV 25. Kipas Angin 26. Lempeng KLT 27. Tabung Reaksi
  • 15. 28. Rak Tabung 29. Mangkok 30. Batang Pengaduk 31. Sendok Tanduk 32. Botol Semprot III.1.2 Bahan yang dipakai 1. Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) 2. Metanol 3. Etil asetat 4. n-hexana 5. n-butanol 6. Eluen Etil asetat : Heksan : Air (9:1:1) 7. Eluen Etil asetat : Heksan : Air (9:2:1) 8. Eluen Heksan : Etil asetat (9:1) 9. Eluen Heksan : Etil asetat (10:1) 10. H2SO4 20 % 11. AlCl3 12. Pereaksi Dragendrof 13. Aquadest 14. Aluminium foil 15. Isolasi 16. Koran 17. Kertas saring 18. Dus III.2 Pengerjaan Sampel III.2.1 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala. Dilakukan dengan cara daunnya dipetik. III.2.2 Pengolahan Sampel 1. Penyiapan alat dan bahan
  • 16. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengambil sampel yang diinginkan. 2. Pencucian Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah, batu dan sebagainya. 3. Sortasi basah Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan. 4. Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang tidak tersinari matahari langsung. Pengeringan ini dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan. Selain itu, untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat ekstraksi, dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi. 5. Pemotongan Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil dengan ukuran tertentu.Hal ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif. 6. Sortasi kering Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan. III.2.3 Ekstraksi Sampel III.2.3.1 Ekstraksi Sokletasi a. Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang sudah dirajang/diserbukkan. b. Tabung klonsong diisi dengan sampel, dengan cara :
  • 17. Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi pipa sifon) Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi tinggi pipa sifon. Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol. Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah (labu alas bulat) maksimum 2/3 dari ukuran labu. Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi air dan di beri pemanas air. Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan penyari naik keatas pipa samping kemudian di embunkan oleh kondensor bola. Cairan kemudian turun ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian turun ke labu ( 1 siklus). Dilakukan hingga 15 siklus hingga cairan penyari menjadi bening. Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk menempatkan ekstrak kental metanol. Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan. III.2.3.2 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan 1. Ditimbang Ekstrak metanol 1 g, dimasukkan ke dalam gelas kimia, tambah 20 ml n-heksan. 2. Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga terpisah.
  • 18. 3. Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas kimia. 4. Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan porselin. 5. Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam corong pisah, lalu tambah 30 ml heksan kemudian di kocok. 6. Dilakukan pengocokan hingga terpisah, dilakukan sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan yang diuapkan lapisan atas n-heksan). 7. Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap. III.2.3.3 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol a. Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu) dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambah 10 ml n- butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah. b. Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas kimia. c. Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan porselin. d. Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam corong pisah, tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan didiamkan hingga terpisah e. Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3 kali f. Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap. III.2.4 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia III.2.4.1 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid 1. Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi. 2. Ditambahkan 1 ml H2SO4 20 %.
  • 19. 3. Ditambahkan 10 ml aquadest. 4. Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff. 5. Dikocok dan diamati perubahan warna. 6. Positif jika warna merah kekuningan. III.2.4.2 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid 1. Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi. 2. Ditambahkan 1 ml AlCl3. 3. Dikocok dan diamati perubahan warna. 4. Positif jika warna kuning. III.2.5 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis III.2.5.1 Pembuatan Lempeng KLT Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel, dibuat dengan ukuran yang disesuaikan. Diberi batas atas dan batas bawah, dimana batas bawah diukur dengan panjang ± 1 cm, dan batas atas dengan panjang ± 0,5 cm. III.2.5.2 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia) 1. Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya 2. Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan 3. Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian ditutup dan dibiarkan terelusi. III.2.5.3 Pembuatan Eluen Dibuat 20 ml dengan perbandingan : 1. Etil asetat : Heksana : Air 9 : 1 : 1 Etil Asetat : Heksan : Air :
  • 20. 2. Etil asetat : Heksana : Air 9 : 2 : 1 Etil Asetat : Heksan : Air : 3. Heksana : Etil asetat 9 : 1 Heksan : Etil Asetat : 4. Heksana : Etil asetat 10 : 1 Heksan : Etil Asetat : III.2.5.4 Penotolan Sampel pada Lempeng 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Ekstrak metanol, n-heksana, dan n-butanol dimasukkan ke dalam cawan porselin yang berbeda. 3. Ekstrak metanol, n-heksana, dan n-butanol dilarutkan dalam beberapa ml metanol. 4. Masing-masing ekstrak diambil dengan menggunakan pipa penotol (pipa kapiler), kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan. 5. Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan pada gelas kimia yang telah dijenuhkan.
  • 21. 6. Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silika gel, maka lempeng segera dikeluarkan. III.2.5.5 Penampakan Noda pada UV 254 nm Setelah proses KLT selesai dilakukan, maka lempeng silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm, kemudian diamati noda yang tampak, kemudian di beri tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak di permukaan lempeng.
  • 22. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Praktikum IV.1.1 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan IV.1.1.1 Hasil Ekstraksi dan Partisi Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak Metanol 1g - n-Heksana 0,76g 24 % n-butanol 0,49 g 51 % IV.1.1.2 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak Metanol Hasil Identifikasi Perlakuan Keterangan Pengamatan a. 1 ml HCl 2N (-) tidak Uji Alkaloid b. 5 tetes Pereaksi Warna Hijau mengandung Dragendroff Alkaloid a. 1 ml AlCl3 (+) Warna Uji Flavonoid mengandung Kuning Flavonoid
  • 23. IV.1.1.3 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak Metanol, n-Heksan, dan n-butanol denganmenggunakan berbagaiEluen 1. Eluen Etil Asetat : Heksan : Air (9 : 1 : 1) Nilai Rf : Ekstrak Metanol : a. Rf1= 0,65 b. Rf2 = 0,78 c. Rf3 = 0,95 Ekstrak n-butanol : Ekstrak n-butanol : a. Rf1 = 0,65 a. Rf1 = 0,35 b. Rf2 = 0,95 b. Rf2 = 0,89 2. Eluen Etil Asetat : Heksan : Air (9 : 2 : 1) Nilai Rf : Ekstrak Metanol : a. Rf1 = 0,64 b. Rf2 = 0,72 c. Rf3 = 0,93 Ekstrak n-butanol : Ekstrak n-butanol : a. Rf1 = 0,60 a. Rf1 = 0,31 b. Rf2 = 0,92 b. Rf2 = 0,89 3. Heksan : Eluen Etil Asetat (9 : 1) Nilai Rf : c. Ekstrak Metanol : a. Rf1 = 0,14 Ekstrak n-butanol : Ekstrak n-butanol : a. Rf1 = 0,035 a. Rf1 = 0,08 d. e.
  • 24. 4. Heksan : Eluen Etil Asetat (10 : 1) Nilai Rf : Ekstrak Metanol : a. Rf1 = 0,136 Ekstrak n-butanol : Ekstrak n-butanol : a. Rf1 = 0,09 a. Rf1 = 0,08 f. g.
  • 25. IV.2 Pembahasan Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah- buahan.Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obatyang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakanlain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Dalam percobaan ini akan digunakan beberapametode pengujian, diantaranya adalah pengolahan sampel, ekstraksi, partisi ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang diinginkan larut. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Prinsip kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar, pelarut semipolar melarutkan senyawa semipolar, pelarut nonpolar melarutkan senyawa non polar.Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak sedangkan pelarutnya disebut penyari, sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut tersari disebut ampas. Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel adalah proses ekstraksi, ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak), identifikasi ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya. Namun, sebelum proses-proses tersebut dilakukan, sebelumnya akan dilakukan preparasi terhadap sampel terlebih dahulu. Dimana akan dilakukan proses
  • 26. pendahuluan, proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta pengolahannya. Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan sampel, dimana proses pengambilan sampelnya yakni daunbenalu hutan (Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala pada pukul 09.00 pagi. Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam keadaan segar. Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda dari daun tersebut. Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan. Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku. Dalam pengumpulan bahan baku, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan digunakan, umur tanaman, lingkungan tempat tumbuh serta waktu panennya. Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian daunnya, karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah. Setelah itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian. Tahap ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun. Kemudian di sortasi basah, proses ini dilakukan untuk memisahkan daun- daun dari pengotor-pengotor seperti ranting, kerikil, rumput dan kotoran lain serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau rusak. Selanjutnya dirajang, proses perajangannya dilakukan dengan menggunakan gunting, sampel daun digunting hingga membentuk bagian- bagian yang lebih kecil. Setelah itu pengeringan sampel, proses pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik yang terjadi di dalam sel daun. Selain itu juga dapat mencegah penguapan yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena langsung sinar matahari. Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi kering, prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel. Setelah proses sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
  • 27. simplisia dan penyimpanan simplisia.Dari pengambilan dan pengolahan sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 54,41 %. Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)yang telah diolah, kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi. Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara, serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang dilapisi kertas saring. Cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola. Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon, seluruh cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh. Cairan penyariyang digunakan adalah methanol, hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih yang rendah sehingga mudah disingkirkan. Selain itu methanol juga dapat melarutkan berbagaisenyawa organik. Proses soxhletasi dilakukan hingga cairan penyari jernih. Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan. Penguapan ekstrakdimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat.Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairanpenyari yang digunakan, agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapatdua lapisan.Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan iniyaitu penguapan dengan menggunakan rotavapor. Prinsip kerja dari rotavapor yaitu, penguapan dapat terjadi karenaadanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alas bulat, dancairan penyari dapat menguap 5- 10oC dibawah titik didih pelarutnyadisebabkan oleh adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompavakum uap larutan penyari akan menguap pada kondensor danmengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murniyang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Proses penguapanberakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
  • 28. labualas bulat tempat sampel. Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi disimpan dalam wadah, ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang lubang kecil. Kemudian ekstrak daun benalu hutandiangin-anginkan dan disimpan dalam desikator. Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1 gram. Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses partisi atau ekstraksi cair-cair. Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali ekstraksi cair-cair, yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan pelarut n-Heksanakemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol. Ekstrak kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram. Ekstraksi cair- cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi, tujuannya yaitu untuk menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak. Prinsip dari ektraksi cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase kedua, kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 0,76gram sehingga persentase ekstrak kentalnya yaitu 24 % dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 0,49gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51 %. Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak kental tersebut. Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid. Pemeriksaan komponen kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
  • 29. kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel- sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses biosintesisnya. Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan alkaloid. Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi Dragendorff. Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi perubahan warna pada sampel yang diuji. Pengujian atau pemeriksaan yang kedua yaitu uji Flavanoid, dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu AlCl3. Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoiddimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning. Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan menggunakan metode KLT.Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan chamber. Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada chamber, kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga melewati penutup kaca. Hal ini menunjukan chamber telah jenuh.Prinsip dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi. Dimana prinsip adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng KLT yang mengandung silika gel, sedangkan untuk prinsip partisi atau pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng sehingga menimbulkan berbagai noda. Metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm karena adanya dayainteraksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat olehausokrom yang ada pada noda tersebut. Flourosensi senyawa yangtampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponentersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semulasambil melepaskan energi. Energi inilah yang menyebabkan
  • 30. perbedaanflourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda. Berdasarkan hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda pada kedua lampu UV tersebut.Hal ini sesuai dengan literatur yang ada, yang menyatakan bahwaperbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja lampu UVtersebut. Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan berflouresensisedangkan sampel akan tampak berwarna gelap. Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam eluen polar yang digunakan adalah etil asetat : heksan :air denganvariasi perbandingan 9 : 1 : 1 dan 9 : 2 :1 dan eluen non-polar yang digunakan adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 : 1 dan 10 : 1. Eluen dibuat dari beberapamacam variasi yang diharapkan dapat menampakkan semua noda yangada dalam sampel. Eluen yang digunakan merupakan kombinasi dari duaatau tiga macam pelarut, hal ini dimaksudkan untuk mencapai semuatingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat mengangkat nodadengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula. Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada proses pengolahan sampel, kurangnya ketelitian dalam carapengubahan bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel, pada proses ekstraksi, pelarut organik yang dipakai sangat terbatassehingga ekstrak yang dihasilkan sangat sedikit, pada proses partisi ekstrak, adanya zat pengotor sehingga terbentuktiga lapisan pada corpis, hal ini disebabkan karena kurangnyakebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan, pada proses KLT, kurangnya ketelitian dalam proses penotolansehingga menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas atas.
  • 31. BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi dengan carasokletasi. 2. Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak dengan metode KLT. 3. Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia yaitu flavonoid. V.2 Saran Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil yang baik.
  • 32. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/ekstraksi.html (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012) Anonim, 2011. http:///G:/ekstraksi-cair-cair.html (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012) Anonim, 2011. http:///G:/ekstraksi-cair-cair.htmlm (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012) Anonim, 2011. http:///G:Kromatografi-Lapis-Tipis.html (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012) Anonim, 2011. http:///G:/ekstraksi/prinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksi.html (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012) Ditjen POM, (1986), “Sediaan Galenik”, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Tobo. F, (2001), “Buku pegangan Laboratorium Fitokimia I”, Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
  • 33. EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA DI SUSUN OLEH : NAMA : HERLANDO M.T STAMBUK : G 701 10 026 KELOMPOK : VI A ASISTEN : ALDY WIJAYA FEBRIYANTO PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO
  • 34. 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah memberikan kita hidayah, kekuatan, petunjuk, serta kesehatan yang melimpah ruah, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya. Pada kesempatan ini, dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya. Adapun hasil yang didapat bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 september 2012, bertempat di Desa Lembasada, Kec. Banawa Selatan, Kab. Donggala, Sulawesi Tengah. Pada pembuatan laporan kali ini, tidak akan berhasil tanpa bantuan dari beberapa pihak, antara lain:  Asisten pembimbing, yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami, atas ketidaktahuan kami, serta begitu setia mendampingi, membantu terhadap segala macam aspek kesulitan.  Orang tua, sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta penggunaan materi, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik.  Teman-teman, baik itu per Angkatan, bahkan dari kakak senior yang begitu berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini. Di akhir kesempatan ini, kami berharap apa yang telah didapat dari Praktek Kerja Lapangan, Laporan, bahkan Hasil Praktikum pun, akan sangat bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru sebagai pengembangan ilmu pengetahuan. Amin. Palu, Desember 2012 Penyusun
  • 35. DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Rumusan Masalah I.3 Maksud Percobaan I.4 Tujuan Percobaan I.5 Prinsip Percobaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Uraian Bahan Alam II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam II.3 Ekstraksi Cair-cair II.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) BAB III METODOLOGI KERJA III.1 Alat dan Bahan III.2 Pengerjaan Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Praktikum IV.2 Pembahasan BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan V.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 36. LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun 2012/2013 Palu, 13 Desember 2011 Dosen Pembimbing Praktikan (Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando M.T) Mengetahui Koordinator Umum Koordinator Golongan (Syariful Anam, S.Si., M.Si.,Apt) (Moh.Yusran)
  • 37. BIOGRAFI Herlando M.T, dilahirkan di Pagimana, 23oktober 1992. Anak pertama dari 3 bersaudara. Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana. Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP, di SMP Negeri 3luwuk pada tahun 2007. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010. Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.