2. PENDAHILUAN
• HIV /AIDS adalah penyakit (medical illness) yang
memerlukan pendekatan dari segi bio-psiko-sosio-
spiritual, dan bukan dari segi klinis semata.
• Penderita AIDS akan mengalami krisis afektif pada
dirinya, pada keluarganya, pada orang yang dicintainya
dan pada masyarakat.
• Krisis tersebut adalah dalam bentuk kepanikan,
ketakutan, kecemasan, serba ketidakpastian,
keputusasaan, dan stigma. Perlakuan terhadap
penderita AIDS seringkali bersifat deskriptif, dan risiko
bunuh diri pada penderita cukup tinggi.
• Bahkan sering kali mereka meminta tindakan
eutanasia.(Dadang Hawari, ”Konsep Islam memerangi AIDS” dalam Al Qur’an,Ilmu Kedoteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta : Dhana Bakti Primayasa,2000, hlm. 94.)
3. • Dalam menangani kasus AIDS ini diperlukan pendekatan
biopsikososiospiritual ; artinya melihat pasien tidak semata-mata
dari segi organobiologik, psikologik/kejiwaan, psiko-sosial tetapi
juga aspek spritual/kerohanian.
• Pasien tidaklah dipandang sebagai individu seorang diri, melainkan
seseorang anggota dari sebuah keluarga, masyarakat dan
lingkungan sosialnya.
• Juga sebagai orang yang dalam keadaan tidak berdaya yang
memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritual/kerohanian atau
agama.
• Menurut Fryback, pasien dengan penyakit terminal mengalami
ketakutan dan keresahan yang luar biasa karena dihadapkan pada
kematian yang belum pasti.
• Dalam keadaan seperti ini, pasien yang memiliki tingkat
spiritualitas tinggi, lebih mampu menghadapi kondisi ini dengan
baik karena mereka mampu memaknai dengan lebih baik sakit dan
sisa hidup yang harus dijalani.
4. • Spiritualitas sangat sulit untuk didefinisikan. Kata-
kata yang digunakan untuk menjabarkan
spritualitas termasuk makna, transenden,
harapan, cinta, kualitas, hubungan dan eksistensi.
• Sedangkan berdasarkan etimiologinya, spiritual
berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan
mampu menggerakkan serta memimpin cara
berfikir dan bertingkah laku seseorang.
5. • Faran dkk (1989) menyatakan bahwa setiap
individu akan memaknai secara unik
spiritualitas atau dimensi spiritual.
• Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall,
spiritualitas merupakan bagian dari kecerdasan
manusia selain kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional
• Mickley et al (1992) mendefinisikan spiritualitas
sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi
ekstensial dan dimensia agama
6. • Stoll (1989) menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep
dua dimensi:
• dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang
Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
• dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan.
• Hungelman et al (1985) menyebutkan spiritualitas sebagai rasa
keharmonisan saling kedekatan antara diri dengan orang lain,
alam dan dengan kehidupan yang tertinggi. Rasa keharmonisan
ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara
nilai, tujuan, dan sistem keyakinan mereka dengan hubungan
mereka dengan diri sendiri, dan dengan orang lain.
7. KONSEP MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
BIO PSIKO SOSIO SPIRITUAL
Manusia :
• mahluk ciptaan tuhan
• banyak kelebihan
• mahluk yang utuh dan unik.
• satu kesatuan yang merupakan karakteristik
• Berakal
• macam-macam kebudayaan.
• perbedaan dengan setiap manusia lain
• berbeda dalam upaya memenuhi kebutuhannya.
• mahluk individu, dimana manusia perbedaan dengan
manusia lain dalam salah satu atau beberapa segi
meliputi bio- psiko sosio dan spiritual.
8. Kubler Ross (1974)
Lima Tahap Reaksi Emosi
• Penolakan/denial,
• Marah/anger,
• Tawar menawar/bargaining,
• Depresi/depression,
• Menerima/acceptance.
• Selama melalui tahapan psikologi ini seseorang dengan HIV AIDS
membutuhkan tindakan pendampingan yang intensif bahkan
konseling dimana pada tiap tahapan membutuhkan tindakan.
9. Tahap Denial
• Mengidentifikasi terhadap kematian
• Ketidaktahuan tentang penyakitnya.
• Kesalahan Pemeriksaan
• Alat Rusak
• Petugas tidak Kompeten.
• Mendorong pasien untuk mengekpresikan
perasaaan takut menghadapi kematian dan
mengeluarkan keluh kesahnya.
10. Tahap kemarahan
• Klien tampak marah-marah,
cerewet,cemberut,tak
bersahabat,kasar,menantang,mudah
tersingung,minta banyak perhatian (hudak galo)
• Memberikan kesempatan mengekspresikan marahnya
• Memahami kemarahan pasien
11. Tahap Tawar Menawar
• Membina hubungan baik,rasa
bersalah,ibadah,berdoa,berjanji(A yani)
• Mendorong pasien agar mau mendiskusikan
perasaan kehilangan dan takut menghadapi
kematian
• Mendorong pasien untuk menggunakan
kelebihan(positif) yang ada pada dirinya.
12. Tahap Depresi
• Sedih/berkabung,tidak berdaya,sedih,tak ada
harapan,bersalah,penyesalan,kesepian,menan
gis (nety)
• Memberikan dukungan dan perhatian
• Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai kondisi.
• Membantu menghilangkan rasa bersalah, bila
perlu mendatangkan pemuka agama.
13. Tahap Menerima
• beradaptasi,kepedihan berkkurang (hudak
galo)
• Memotivasi pasien untuk mau berdoa dan
Sembahyang
• Memberikan bimbingan keagamaan sesuai
keyakinan pasien.
14. Respon Adaptif Spiritual
Respon adaptif spiritual dikembangkan dari
konsep Ronaldson (2000) dan Kauman dan
Nipan (2003). Repon adaptif spiritual, meliputi:
• Harapan yang realistis
• Tabah dan sabar
• Pandai mengambil hikmah
15. 4. Manusia sebagai mahluk spiritual
Manusia diciptakan oleh Allah SWT, dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
memiliki jiwa yang sempurna, untuk menjadi khalifah dibumi.
Bukti manusia mahluk spiritual :
a. Memiliki keyakinan dan kepercayaan
b. Menyembah tuhan
16. Respons adaptif sosial
berdasarkan konsep dari Pearlin dan Aneshense
(1986) meliputi tiga hal, yakni:
• Emosi
• Cemas
• Interaksi sosial
17. Respon Adaptif Sosial
Aspek psikososial menurut Stewart (1997)
• Stigma sosial dapat memperparah depresi dan pandangan yang
negatif tentang harga diri pasien.
• Diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi HIV, misalnya penolakan
bekerja dan hidup serumah juga akan berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan. Bagi pasien homoseksual, pengguna obat-obat
narkotika akan berakibat terhadap kurangnya dukungan sosial, hal
ini akan memperparah stres pasien.
• Terjadinya waktu yang lama terhadap respons psikologi mulai
penolakan, marah-marah, tawar-menawar, dan depresi, berakibat
terhadp keterlambatan upaya pencegahan dan pengobatan. Pasien
akhirnya mengkonsumsi obat-obatan terlarang untuk
menghilangkan stres yang dialaminya.
18. Manusia sebagai mahluk social
Ciri-ciri mahluk sosial adalah :
a.Sebagai mahluk yang tidak dapat lepas dari orang lain.
manusia memiliki cipta (kemampuan untuk melakukan
sesuatu), rasa (perasaan), dan karsa (tujuan).
b.Manusia hidup dalam kelompoknya (keluarga,
masyarakat), manusia suci bagi manusia lain
(Homosacra Res Homonim), dan engkau adalah aku
(Tat Twan Asi)
c.Manusia selalu bersosialisasi, berhubungan,
menyesuaikan diri, saling mencintai, menghormati,
dan saling menghargai manusia lain dari masa kanak-
kanak sampai dengan meningal dunia.
19. Respon Adaptif Kultural
• Perubahan sosial dialami oleh setiap
masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan dengan perubahan kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan.
• Adanya diskriminasi
• Perilaku seksual
• Budaya tradisional