SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Ragam Model dan Sintak Pembelajaran Berdasarkan Teori Behavioristik,
Kognitif, dan Konstruktivistik
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Belajar dan Pembelajaran
Yang diampu oleh Prof. Dr. Amat Mukhadis, M.Pd.
Disusun oleh:
Fikri Hedi Cahyono Istiawan 150513603602
Ilham Akbar 150513604729
Yulius Lyan 150513602605
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Februari 2016
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat-Nya penulis dapat
mengerjakan tugas makalah dengan lancar dan berkat izin-Nya penulis bisa
menyelesaikan tugas makalah dalam waktu yang cukup singkat.
Makalah ini dibuat agar pembaca bisa mengetahui bahwa di dalam
pelaksanaan pembelajaran tidaklah lepas dari acuan yangberupa teori tentang
pendidikan tersebut yang kemudian bertrnsformasi menjadi sebuah bentuk cara
mendidik, Dalam makalah ini terdapat materi yang membahas tentang konsep
pembelajaran, teori dari behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses
pengembangan pembelajaran, dan ragam model pembelajaran yang didasarkan
dari teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik
Penulis menyadari bahwa makalah ini dibuat masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran ataupun kritik yang
membangun demi sempurnanya makalah ini.
Penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat
kesalahan baik itu penulis maupun penyusunan yang telah penulis lakukan dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Malang, 22 Februari 2016
Penulis
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
PENDAHULUAN..........................................................................................iii
Latar Belakang .............................................................................iii
Rumusan Masalah........................................................................iv
Tujuan Penulsan...........................................................................iv
PEMBAHASAN ............................................................................................1
Konsep Pembelajaran..................................................................2
Teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses
pengembangan pembelajaran ......................................................3
1. Behaviorisme.........................................................................3
2. Kognitivisme .........................................................................7
3. Kontruktivisme....................................................................11
Perbedaan Teori Behavioristik, Kognitif, dan Kontruktivistik .13
Ragam Model Pembelajaran yang Didasarkan dari Teori
Behavioristik, Kognitif, dan Kontruktivistik.............................14
1. Pembelajaran Langsung(direct instruction)........................15
2. Model Pembelajaran dalam Paradigma
”Perubahan Konseptual” .....................................................17
3. Model Reasoning and Problem Solving..............................20
PENUTUP....................................................................................................21
Kesimpulan.......................................................................................21
Saran.................................................................................................21
DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................22
iii
Pendahuluan
Latar Belakang
Belajar adalah sintesis dari pembelajaran, dimana belajar berada di dalam
proses yaitu pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah proses mendidik anak
dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,
ketidakjujuran, ketidakadilan, dan dari segala keburukan dalam menghadapi
lingkungannya kelak (Mulyasana, 2015: 67). Fokus dari pembelajaran diarahkan
pada pembentukan jati diri pesrta didik, karena proses pembeljaran akan efektif
jika jati diri (fisik, emosional, dan mental) peserta didik terbangun dengan utuh.
Dalam perjalanannya, pembelajaran mengalami perkembangan seiring dengan
zaman yang berubah dan pembaharuan teori-teori pembelajaran yang banyak
dikemukakan para ahli pendidikan yang sekaligus dijadikan acuan acuan dalam
pembaharuan pembelajaran dari masa ke masa.
Di dalam praktik pembelajaran saat ini, banyak terjadi penyimpangan
antara tujuan dari pembelajaran dan hasil dari proses pembelajaran yang berimbas
pada kualitas tenaga kerja dan hasil kerja para generasi penerus yang kurang
optimal bahkan dapat menimbulkan beberapa tindakan menyimpang seperti
korupsi. Hal tersebut terjadi karena ketidaksesuaian dari metode pembelajaran
yang diberikan oleh pengajar, kurikulum yang kurang fleksibel, evaluasi
pembelajaran yang hanya memfokuskan pada kuantitas lulusan bukan kualitas
lulusan sehingga peserta didik tidak dapat mengembangkan potensi dan
ketrampilannya secara optimal. Permasalahan tersebut juga diperburuk dengan
kualitas pengajar yang tidak kompeten dalam bidangnya, sehingga peserta didik
merasa belum memaknai arti dari apa yang mereka pelajari. Efeknya, peserta
didik hanya mendapat bahan ajar yang ada sesuai dengan perintah guru dan tidak
mendapatkan pelajaran tentang kepribadian dan karakter yang menjadi
penyeimbang dari sisi kognitif peserta didik.
iv
Dari permasalahan pendidikan di atas maka penulis menyusun makalah ini
sebagai sumber informasi bagi pembaca agar lebih memaknai proses
pembelajaran dan metode yang diberikan dengan mengacu pada konsepsi
behavioristik, kognitif, kontruktivistik sebagai pengembangan potensi peserta
didik dan pengembangan karakter yang lebih baik. Jadi proses pembelajaran akan
lebih bermakna dengan adanya acuan yang memberi kelengkapan pada hasil
pendidikan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik
beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep dari pembelajaran ?
2. Bagaimana teori dari behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam
proses pengembangan pembelajaran?
3. Bagaimana perbedaan antara teori behavioristik, kognitif, dan
kontrutivistik?
4. Bagaimana ragam model pembelajaran yang didasarkan dari teori
behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik ?
Tujuan Penulisan
1. Memaparkan konsep dari pembelajaran.
2. Menjelaskan tentang teori dari behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik
dalam proses pengembangan pembelajaran.
3. Menjelaskan perbedaan antara teori behavioristik, kognitif, dan
kontrutivistik.
4. Menjelaskan tentang ragam model pembelajaran yang didasarkan dari
teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik.
1
Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka pada bab
pembahsan kali ini akan membahas tentang konsep pembelajaran, konsep dari
behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses pengembangan
pembelajaran, dan ragam model pembelajaran yang didasarkan dari konsep
behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik. Berikut pembahasan dari ketiga topic
tersebut.
Konsep Pembelajaran
Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik, pendidik, dan
bahan ajar/ sumber belajar yang pada akhirnya menciptakan suatu kegiatan belajar
antara peserta didik dan guru/ pengajar (Rahyubi,2012:06). Dalam konteks
berbeda pembelajaran dan pengajaran memiliki tingkatan yang hampir sama,
namun berbedaan yang signifikan antara keduanya adalah pada konsep di
dalamnya. Pembelajaran menaruh konsep pada interaksi antara guru dan murid
yang kemudian menimbulkan suatu hasil belajar, sedangkan pengajaran
memberikan konsep hanya sebagai pekerjaan satu pihak yaitu guru. Namun tujuan
dan fokus dari pengajaran dan pembelajaran adalah sama yaitu membebaskan
peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakjujuran, ketidakberdayaan,
ketidakbenaran,dan keburukan hati nurani serta kepribadian yang buruk. Pada
fikus pembelajaran, pendidik memiliki fungsi yang penting dan tidak hanya
mentransferkan ilmunya saja melainkan memberikan motivasi belajar, pengawas
perkembangan peserta didik, dan sebagai pemberi jalan yang benar dalam
bersikap kepada peserta didik, untuk itu pendidik seyogyanya dari awal
pembelajaran telah mencerminkan suatu sikap yang menjadi panutan bagi peserta
didiknya. Pendidik yang baik bukanlah pendidik yang hanya kompeten dan ahli
dalam bidangnya, melainkan pendidik yang mampu memahami peserta didiknya
dan mendorong peserta didiknya untuk belajar dengan baik.
Dalam pembelajaran terdapat ketiga aspek yang harus dicapai oleh peserta
didik yaitu : (1) perkembangan kognitif yang mumpni meliputi pencapaian
pemahaman sumber belajar secara komprehensif, (2) perkembangan afektif yang
2
mencakup perubahan sikap yang menuju manusia yang kaffah yaitu manusia yang
mimilki kualitas akhlak, logika, dan keimanan diri yang menyeluruh dan
seimbang sehingga islam bukan hanya urusan shalat dan saum (puasa) saja
melainkan memaknai islam sebagai pembentuk kepribadian yang
menyeimbangkan antara ilmu dan kehidupan nyata kelak(Mulyasana,2015: 67) (3)
perkembangan psikomotorik yang mencakup ketrampilan peserta didik yang
didasarkan pada pemahaman aspek koginitif sehingga terciptanya kemampuan
psikomotorik yang kompeten. Namun pada akhirnya pembelajaran akan
bermuara pada kemampuan manusia yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah
dan lebih efektif di masa yang akan datang. Dalam pembelajaran, peserat didik
seyogyanya dapat membentuk dirinya menjadi manusia pembelajar yang kaffah,
berkharakter, bermakna, punya keahlian yang kompeten, berguna bagi masyarkat,
dan berkomitmen sosial yang tinggi.
Pembelajaran akan lebih bermakna apabila pendidik dapat menciptakan
kondisi lingkungan belajar menjadi kondusif dan menyenangkan bagi peserta
didik guna mencapai tujuan akhir dari pembelajaran yang dipaparkan di paragraf
sebelumnya. Sumber belajar yang menyenangkan juga akan menumbuh
kembangkan minat dan motivasi peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih
dimaknai sebagai kegiatan yang bermanfaat dan bernilai bagi diri peserta didik.
Guru/ pendidik juga perlu mendesain pembelajaran menjadi suatu proses yang
tidak hanya menceamahkan ilmuny saja namun juga harus memberikan desain
pembelajaran yang konkrit sehigga peserta didik mampu memetik manfaat dari
apa yang mereka lakukan dalam lingkungan belajarnya.
3
Teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses
pengembangan pembelajaran.
Teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik memiliki keterkaitan
dalam penyusunan model dan strategi dari pembelajaran di berbagai jenjang
pendidikan. Ketiga teori tersebut menjadi sebuah acuan dalam pengembangan
pendidikan diberbagai negara termasuk Indonesia, sehingga lewat ketiga konsep
tersebut dapat dijadikan penuntun dari penemuan proses pembelajaran yang cocok
bagi peserta didik sesuai dengan perkembangan zaman dan keterkaitn aspek lain.
Teori tersebut dapat diartikan sebagai prinsip awal yang berisi kumpulan prinsip
tentang bagaimana manusia belajar dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta
dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar( Rahyubi,2012: 13). Teori
dari ketiga aliran ini telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan
yang didasarkan pada perdaban manusia dan perkembangan dari keiduapan
manusia. Berikut penjelasan dari beberapa teori Behavioristik, kognitif, dan
kontruktivistik.
1. Behaviorirme
Teori behaviorisme beorientasi pada hasil yang dapat diukur, diamati, dianalisis,
dan diuji secara objektif(Rahyubi,2012: 14). Menurut teori ini pengulangan dan
pelatihan yang berulang-ulang akan menimbulkan sebuah pengalaman yang
berbuah pada perubahan tingkah laku ataupun kepribadian seseorang dalam
belajar. Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan teori tenatang
behariorisme yaitu John B. Watson dan B.F Skinner. Mereka berdua merupakan
tokoh behaviorisme yang mengembangkan teori tentang perubahan perilaku
akibat dari interksi terhadap lingkungannya. Di dalam teori behavioristik ini
menitik beratkan pada masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran (
output) yang berupa respon, namun terdapat faktor lain yang juga diangggap
penting di dalam teori ini yaitu adalah faktor penguatan. Faktor penguatan
merupakan fakor yang digunakan untuk memperkuat respon peserta didik agar
pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien( Budiningsih, 2005: 20). Pada
dasarnya teori behavioristik ini dapat diperjelas dari bagan berikut ini.
4
Gambar bagan pembelajaran menurut teori behavioristik
Di dalam perkembangan teori beharvioristik terdapat beberapa ahli yang
memiliki perbedaan yang berbeda memandang proses belajar peserta didik
menurut persepsi yang berlandaskan pada dasar stimulus- respon. Berikut
pemaparan teori behavioristik menurut beberapa ahli :
John B. Watson
John B. Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan
wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958. Beliau merupakan
penggagas teori behaviorisme pertama di Amerika Serikat. Hal ini bermula dari
penelitiannya tentang tikus putih yang ditaruh di dalam lorong yang berbelit-belit.
Dari percobaan tersebut Watson mengamati dan mencatat berbagai perilaku tikus
tersebut untuk memecahkan masalah tentang gejala-gejala perilaku binatang
dalam kondisi tertentu. Kondisi yang diberiakn Watson kepada tikus percobaan
tadi kemudian dijadikan sebuah penelitian tentang perubahan tingkah laku
manusia diberbagai keadaan yang mempengaruhi daripada proses belajarnya.
Teori yang dikemukakan Watson bertiitik tolak pada hal yang sama yaitu
mekanisme terbentuknya stimulus (S) dan respons (R).
Di dalam memahami perilaku manusia Watson menekankan perubahan
tingkah laku yang menjadi hal utama dalam hasil belajar, dengan berubahnya
tingkah laku manusia maka manusia tersebut akan secara otomatis mengalami
STIMULUS
(DARI GURU)
RESPON
(OLEH SISWA)
PROSES PEMPELAJARAN
P
e
n
g
u
a
t
a
n
5
kegiatan belajar. Oleh karena itu teori Behaviorisme yang dikemukakan Watson
mempunyai pengaruh besar dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku
manusia. Behaviorisme mamandang manusia hanya dari fenomena jasmaniah dan
mengabaikan aspek mental. Jadi behaviorisme tidak memandang hasil belajar
manusia dari kecerdasan, bakat, dan minat melainkan perubahan tingkah laku
yang berawal dari pengalaman hidup dan lingkunganlah yang berpengaruh dalam
hal ini. Teori behaviorisme menekankan tenatng terbentuknya perilaku peserta
didik sebagai hasil pengalaman dan hal tersebutlah disebut hasil belajar
behaviorisme.
Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar adalah perubahan tingkah
laku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret sebagai hasil dari
pengalaman. Menurut teori ini, dalam belajar terjadi interaksi antara stimulus dan
respon, dimana guru dan lingkungan merupakan stimulus dari luar diri peserta
didik(eksternal) dan minat dari peserta didik sebagai stimulus dari dalam diri
peserta didik(nternal) dan pada akhirnya tercipta sebuah respons atau hasil dari
stimulus tersebut berupa perubahan tingkah laku. Menurut teori behaviorisme
seseorang dianggap belajar jika dapat menunjukkan perubahan periaku dirinya.
B.F Skinner
Burrhus Frederick Skinner atau biasa dipanggil B.F Skinner, beliau lahir
pada tanggal 20 Maret 1904 di Susquehanna, sebuah kota kecil di kereta api
pegunungan Pennsylvania tepat dibawah Binghamton New York. Beliau
merupakan tokoh behavioristik setelah John B. Watson, beliau mampu
menjelaskan konsep behavioristik yang sederhana daripada tokoh-tokoh lainnya.
B.F. Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model intruksi
langsung (direct instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui
proses pengkondisian operan (operant conditioning). Gaya mengajar guru
dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru
melalui pengulangan dan latihan. Manajemen kelas menurut Skinner adalah usaha
6
untuk memodifikasi perilaku (Behavior modification) antara lain dengan
penguatan (reinforcement) yaitu memberi pengharagaan terhadap perilaku yang
diinginkan dan tidak memberikan imbalan kepada perilaku yang tidak tepat.
Maksudnya pengajaran dimana guru memberikan sebuah penghargaan sebuah
nilai kepada peserta didik karena hasil kerja yang baik dan memberikan penilaian
yang kurang baik kepada hasil kerja yang asal-asalan, sehingga dengan cara
tersebut perilaku peserta didik akan mulai berubah seiring dengan perbaikan diri
yang dilakukan dengan pengawasan pendidik.
Pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan(
penguatan positif dan penguatan negatif) yang mengakibatkan perilaku tersebut
mngulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Skinner membagi
penguatan tersebut menjadi 2 bagian yaitu penguatan positif dan penguatan
negatif . kedua pengulangan tersebut memiliki efek tersendiri terhadap perubahan
perilaku peserta didik. Penguatan positif mengakibatkan pengulangan kembali
perilaku yang dianggap peserta didik baik, dan penguatan negatif mengakibatkan
hilangnya tingkah laku buruk dari peserta didik.
Operant conditioning menjamin adanya respons terhadap stimulus, bila
tidak terjadi respons maka guru tidak bisa mengarahkan peserta didik membentuk
perilakunya. Guru memiliki peran aktif dalam mengontrol dan mengarahkan siswa
dalam proses belajar sehigga tercapainya tujuan yang diinginkan. Jadi inti dari
pemikiran skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan
dari lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan “cara kerja menentukan” (operant
conditioning). Setiap makhluk hidup selalu bersinggungan dengan lingkungannya,
tanpa disadari makhluk hidup menerima rangsangan dan hal tersebut adalah
stimulus yang akhirnya menyebabkan manusia melakukan tindakan-tindakan
tertentu yang mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi tertentu.
Dari kedua tokoh behavioris yang telah dipaparkan di paragraph
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa behaviorisme berintikan pada perubahan
sikap dan perilaku peserta didik yang berasal dari pengalaman-pengalaman belajar
peserta didik dengan pengawasan dan control seorang pendidik dan lingkungan di
7
sekitar peserta didik memberikan rangsangan sehingga terbentuklah perilaku baik
dari peserta didik akibat stimulus yang muncul dari diri peserta didik.
Kelebihan dan kekurangan
Behavioristik merupakan paham yang meyakini bahwa belajar adalah
perubahan sikap pada individu dengan mengapabaikan aspek lain seperti
kecerdasan dan lain-lain, teori ini meskipun hanya memandang belajar secara
sederhana namun cukup lama digunakan para pendidik untuk mengajar para
peserta didik. Mesk demikian teori ini tetap memiliki suatu kelebihan dan
kekurangan tersendiri, berikut uraiannya.
Kelebihan
Paham behavioristik memiliki kelebihan tersendiri dalam menjalankan
pembelajaran untuk peserta didik, kelebihan tersebut yakni :
a. Teori ini masih banyak digunakan hingga kini sebagai teori yang
dapat merubah tingkah laku peserta didik melalui prinsip stimulus-
repons
b. Teori ini berorientasi pada pembentukan pribadi peserta didik
seperti peserta didik yang bertanggung jawab dan disiplin
c. Kurikulum lama masih banyak menggunakan teori ini untuk
pengembangan belajar peseta didik seperti Kurikulum KTSP
d. Banyak sumber belajar seperti modul yang menggunakan konsep
behavioristik sebagai pembentuk sifat belajar peserta didik
Kekurangan
a. Teori ini sering kali tidak dapat menjelaskan situasi belajar yang
komplek
b. Tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
saat pembelajaran
c. Cenderung mengarahkan peserta didik untuk berpikir linier,
konvergen, tidak krestif, dan tidak produktif
d. Teori ini hanya menekankan pada pembentukan perilaku peserta didik
dan mengabaikan perkembangan pemikiran dari peserta didik.
8
2. Kognitivisme
Kognitivisme merupakan aliran yang muncul karena terdapat kekurangan
terhadap teori behaviorisme yang menitik beratkan pada perubahan perilaku dan
kemudian perubahan perilaku tersebut dijadikan sebagai hasil dari belajar peserta
didik. Menurut kaum kognitif acuan tersebut kurang tepat, dikarenakan bahwa
belajar bukanlah hanya sebatas perubahan perilaku melainkan proses mengolah,
merasakan, menyimpan dan merespon informasi di dalam otak manusia. Jadi
menurut kaum kognitif belajar merupakan proses beriringan antara pikiran (mind)
dan perilaku (behavior) sehingga keduanya berjalan saling berdampingan. Konsep
teori kognitif ini menekankan pada proses belajar yang dicapai bukan dari hasil
belajar itu sendiri. Pada teori ini meyakini bahwa dengan proses yang tepat maka
hasil yang dicapai akan lebih maksimal. Di dalam teori ini belajar memiliki
hubungan erat dengan perkembangan kognitif peserta didik yang sejalan dengan
perubahan fisik maupun psikis peserta didik( Thobroni, 2015: 80). Pengalaman
yang dimiliki peserta didik pada teori ini berfungsi untuk memberikan pendorong
pemahaman yang dimiliki peserta didik. Di dalam memperjelas teori kognitif ini
terdapat beberapa tokoh pendidikan yang banyak mengemukakan teori ini yaitu
Max Wertheimer dan Jean Piaget yang memiliki pemikiran terhadap teori
kognitivisme. Berikut ulasan dari kedua tokoh tersebut.
Max Wertheimer
Max Wertheimer merupakan tokoh yang pertama kali menggagas tentang
teori kognitif yang terkenal dengan teori Gestaltnya di Jerman pada tahun 1912.
Teori Gestalt berpandangan bahwa manusia tidak hanya bereaksi jika terdapat
stimulus yang mempengaruhinya. Namun manusia lebih dari hal tersebut,
manusia dapat merespons rangsangan dari lingkungan tidak hanya secara
mekanistik malainkan dengan melibatkan unsur subyetivitasnya
(pemikiran).manusia juga merupakan makhluk yang utuh dan dapat melibatkan
aspek jasmani dan rohani dalam menanggapi rangsangan dari lingkungannya.
Berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh kaum behavioris yang
memandang belajar hanya tial and error atau rangsangan/stimulus dan respons
9
saja. Di dalam pandangan teori Gestalt segala tingkah laku yang dilakukan
manusia selalu didasari oleh kognisi (pikiran) yaitu tindakan menganal dan
memikirkan tingkah laku dimana tingkah laku tersebut terjadi. Dalam kondisi
belajar peserta didik akan mudah dalam memahami suatu pelajaran tertentu
dengan mendasari apa yang dilihat dengan kognisi, sehingga peserta didik dapat
memahami betul apa yang mereka pelajari dan kemudian belajar akan lebih
memiliki makna bagi pendidik dan peserta didik. Inti dari teori Gestalt adalah
sebuah pemahaman belajar yang menitik beratkan pada pemberdayaan kognisi
(pemikiran) yang kemudian dirasakan, diolah, disimpan dan kemudian direspon
dalam bentuk tanggapan yang sistematis, dan kemampuan dari kognisi setiap
individu berbeda-beda dan memiliki kharakteristik yang berbeda-beda pula.
Jean Piaget
Jean Piaget adalah seorang filsuf, ilmuan, psikolog, dan pendidik
berkebangsaan Swiss yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak
dan perkembangan kognitif. Jean Piaget lahir pada tangga 9 Agustus 1896 di
Neuchatel, Swiss. Piaget berkesimpulan bahwa pikiran anak-anak tidaklah
kosong tetapi mereka selalu berkhayal, menguji sesuatu yang baru dan bagaimana
kinerjanya. Piaget juga terkenal karena teori tentang pembelajaran berdasarkan
tahap yang berbeda dalam perkembangan intelegensi anak.
Piaget berpendapat bahwa perkembangan kogntif merupakan proses
genetik, yatiu proses yang didasari atas mekanisme biologis perkembangan sistem
saraf, makin bertambahnya usia seseorang maka makin kompleksnya susunal sel
dan saraf dan makin meningkat pula kemampuannya dalam berpikir. Menurut
teori perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget menjelaskan bahwa
pengembangan kemampuan berpikir anak memiliki tahapan-tahapan yang teratur
sesuai dengan perkembangan fisik dan mental (usia). Menurut Singgih (1997:141)
di dalam perkembangan kognitif terdapat 4 aspek penting yaitu :
1. Kematangan yang berarti perkembangan dari susunan saraf. Misalnya
kemampuan melihat atau mendengar
10
2. Pengalaman, yatitu hubungan timbal balik antara organisme dengan
lingkungannya dan dunianya
3. Transmisi Sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dari
hubungannya dengan lingkungan
4. Ekuilibrasi yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak, agar
ia selalu mampu mempertahankan keseimbangan diri dan penyesuaian diri
dengan lingkungannya.
Piaget juga menyebutkan bahwa pemahaman anak setidaknya melalui tiga
tahap pertama yang berbeda dari orang dewasa, yaitu didasarkan pada
keaktifan mereka menjelajahi lingkungan daripada soal pemahaman bahasa.
Dalam pengamatan terhadap perkembangan kognitif anak piaget menemukan
bahwa sifat dasar( keturunan) dan pemelihara(lingkungan) sama-sama
berintegrasi dalam tumbuh kembang kognitif anak tersebut dan memiliki
kedudukan penting serta tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Di dalam teorinya Piaget membagi pertumbuhan kognitif anak menjadi beberapa
tahapan yang memiliki variasi yang tetap namun berbeda dalam setiap tahapannya
mulai dari anak-anak hingga dewasa. Tahapan-tahapan tersebut memiliki ciri-ciri
perkembangn yang berbeda. Tahapan tersebut yaitu tahap sensorimotor, tahap pra
operasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Berikut
penjelasan singkat dari keempat tahap perkembangan jean piaget.
Tahap sensorimotor
Tahap ini terjadi pada anak usia 0-2 tahun, tahap ini merupakan tahap awal
dari perkembangan kognitif yang memiliki ciri pokok yaitu anak mengenali
dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek yang
ada disekitarnya. Dalam tahap ini anak berkembang melalui fisik dan sensori
sehingga terbentuknya suatu koordinasi gerak dari dalam dirinya.
Tahap Pra Operasional
Tahap ini terjadi pada usia 2-7 tahun , ciri pokok dari perkembangan ini
adalah penggunaan symbol atau bahasa tanda dan konsep intuitif. Pada tahap ini
11
anak mulai berimajinasi terhadap obyek tertentu terutama pada apa yang dipakai
untuk bermain. Mereka mulai menggunakan kemampuan kognisinya namun
belum begitu sempurna dan terbatas terhadap apa yang ada di depannya saja.
Tahap Operasional Konkret
Tahap ini terjadi pada anak usia 7-12 tahun dimana anak sudah mulai
mampu berpikir secara logis terhadap kejadian yang nyata/ konkret dalam
lingkungannya. Anak sudah mulai mampu berpikir logis, mengklasifikasi benda,
dan bilangan. Namun hanya pada batas objek yang nyata (yang terdapat
dihadapan anak tersebut).
Tahap Operasional Formal
Tahap ini merupakan tahap pematanagan kongnitif anak yang terjadi di
usia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini anak sudah dapt berpikir logis, hipotesis,dan
abstrak terhadapa suatu hal baik subyektif maupun obyektif.
Dapat diambil sebuah kesimpulan yang mendasar pada teori kognitif yang
dikemukakan oleh Jean Piaget adalah perkembangan kognitif dari seorang anak
memiliki tahapan-tahapan yang bervariasi dan konstan pada jenjang usia tertentu
dan saling berkaitan satu sama lainnya.
Kelebihan dan Kekurangan
Di dalam teori kognitif menjelaskan bahwa dalam belajar manusia secara
tidak langsung mengembangkan kemampuan berpikirnya, sehingga teori ini lebih
menekankan perkembangan berpikir manusia sebagai tahap belajar. Namun, di
sisi lain teori kognitif ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Berikut
uraiannya.
Kelebihan
a. Peserta didik lebih berpikir kreatif dan produktif
b. Hubungan antara guru yang tidak hanya searah saja, sehingga peserta
didik mampu berkomunikasi dengan pendidik secara efektif
c. Kemampuan berpikir peserta didik yang kritis dan aktif lebih terasah
12
Kekurangan
a. Proses pembelajaran kognitif lebih rumit karena menitik beratkan pada
kognisi peserta didik, maka pendidik harus sabar dalam menjalani
pembelajaran model kognitif dimana jika pendidik tidak mimiliki
kesabaran maka proses pembelajaran model ini akan terasa membebani
b. Memerlukan tenaga pendidik yang memiliki kesabaran dan kompeten
dalam mendidik peserta didik dalam proses belajar kognitif
3. Konstruktivisme
Kontruktivistis merupakan bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan kontruktivisme adalah aliran yang berupaya membangun tata susunan
hidup kebudayaan modern(Riyanto,2014: 143). Di dalam teori kontruktivisme
memandang belajar merupakan proses membangun makna suatu hal yang
dipelajari sehingga belajar tidaklah mendapatkan ilmu dari pendidik melainkan
peserta didik dapat mengkontruk/ membangun suatu konsep belajarnya sendiri.
Teori ini berpandangan juga terhadap pengalaman yang menjadikan pembangun
dari proyeksi pengetahuan yang kemudian dituangkan dalam kehidupan nyata.
Jadi dalam teori ini pengalaman dikatakan berpengaruh karena dapat membangun
konsep diri seseorang akan pemahaman tentang apa yang dipelajarinya. Belajar
dengan demikian bukan semata-mata sebagai suatu pengaturan model mental
seseorang untuk mengakomodasi pengalaman baru.
Kontrukivisme memiliki satu prinsip penting dalam psikologi pendidikan
bahwa guru tidak hanya memberikan pengetahuannya kepada siswa malinkan
siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya, sehingga siswa
mampu mentransformasikan pengetahuan yang dimilikinya walaupun tanpa
adanya guru dan dapat memproyeksikan pengetahuannya secara mandiri dalam
berbagai bentuk dari pemahamannya. Jadi dapat dikatakan praktek dari
pembelajaran kontruktivis ini diumpamakan seperti guru yang memberikan tangga
untuk siswa naik namun guru tidak memberikan cara bagaimana siswa naik
melainkan siswalah yang membangun sendiri cara dalam benaknya untuk naik ke
atas menggunakan tangga tersebut. Tokoh yang terkenal dalam teori ini adalah
Jean Piaget yang menemukakan juga tentang teori kognitifnya yang terkenal.
13
Jean Piaget berpandangan bahwa dalam perkembangan anak memiliki makna
membangun struktur kognitifnya sendiri atau disebut sebagai peta
mentalnya(skema) yang kemudian membawa anak kepada pemahaman yang lebih
komplek. Konsep tentang skema atau peta mental digunakan untuk memahami
dan menaggapi pengalaman fisik dalam lingkungannya. Dapat dikatakan bahwa
dengan membangun peta mental nya sendiri anak akan secara mandiri untuk
berpikir dengan diiringi pengamatan (pengalaman) yang ada sehingga proses
perkembangan anak menjadi lebih optimal dengan kemandirian dalam berpikir
yang dimiliki anak tersebut.
Dalam pandangan kontruktivis, dilihat dari sudut pandang pembelajaran dapat
memberikan suautu manfaat bagi peserta didik agar dapat menjadi insan
pembelajar yang mandiri, inovatif, dan bertangggung jawab akan apa yang
dipahaminya sesuai dengan konsep diri yang telah dibangun dalam pemahaman
terhadap obyek yang dipelajari, sehingga pada dasarnya kontruktivisme menitik
beratkan akan kemandirian peserta didik dalam mengolah dan membangun
konsepsi diri dalam mamahami segala sesuatu yang dipelajarinya.
Kelebihan dan Kekurangan
Di dalam proses pembelajaran kontrutivistik memandang belajar
merupakan proses membangun makna suatu hal yang dipelajari sehingga belajar
tidaklah mendapatkan ilmu dari pendidik melainkan peserta didik dapat
mengkontruk/ membangun suatu konsep belajarnya sendiri. Dalam perjalanannya
pembelajaran model kontruktivistik memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Berikut uraian dari kelebihan dan kekurangan tersebut.
Kelebihan
a. Peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran
b. Pemahaman dalam belajar lebih diutamakan daripada mengingatnya saja
oleh pendidik
14
c. Kesempatan peserta didik untuk berkembang, mengemukakan pendapat
dan kreatif lebih di utamakan
d. Individu/ peserta didik lebih dipandang sebagai sebagai sesuatu yang
memiliki tujuan.
Kekurangan
a. Pendidik harus lebih kreaif dalam merencanakan pembeljaran dan memilih
media pembelajaran
b. Sulit bagi pendidik yang sudah lama menggunakan model pembelajaran
baru dan harus memulai dengan model pembelajaran kontruktivistik
c. Siswa harus aktif dalam kelas guna memperlancar pembelajaran yang ada
Perbedaan Teori Behavioristik, kognitif, dan kontruktivistik
Sebagai akar dari sistem pembelajaran yang ada, ketiga teori tersebut
selain memiliki kharakteristik yang berbeda juga memiliki perbedaan dalam
memandang makna dari belajar itu sendiri. Ketiga teori tersebut juga memberikan
hasil yang berbeda-beda dalam proses belajar. Perbedaan ketiga teori di atas
tertuang dalam tabel berikut.
No Behavioristik Kognitif Kontruktivistik
1
Berpandangan bahwa
belajar merupakan
perubahan tingkah
laku semata dan
berhubungan dengan
stimulus dan respons
Berpandangan bahwa
perkembangan mental
dan pemikiran adalah
hasil belajar yang
digunakan dalam
memikirkan tindakan/
perilaku sesuai situasi
yang ada
Memandang belajar
sebagai pemahaman/
memaknai apa yang
dipelajari dalam situasi
belajar yang ada
2
Memandang individu
sebagai obyek yang
pasif
Memandang individu
sebagai subyek yang
aktif
Memandang individu
sebagai pribadi yang
memiliki tujuan
3 Hasil bejalar berupa Hasil belajar berupa Hasil belajar berupa
15
perubahan sifat dan
perilaku
perubahan perilaku
dan perkembangan
kognitif
kemandirian peserta
didik dalam berinteraksi
dengan lingkungannya
4
Pendidik lebih
dominan dan peserta
didik hanya menerima
apa yang diberikan
oleh pendidik
Pendidik dan peserta
didik berperan sebagi
tim yang saling
berkomunikasi
Peran pendidik sebagai
pembangun
pemahaman/
memberikan makna
dibalik apa yang
dipelajari
5
Peserta didik tidak
memiliki ruang untuk
mengembangkan diri
sehingga kurang
kreatif, pasif, dan
tidak produktif
Peserta didik lebih
aktif dan perannya
mendapat perhatian
dari pendidik
sehingga peserta didik
lebih kritis, aktif, dan
kreatif dalam proses
belajar
Peserta didik lebih
mendapatkan
pemahaman yang baik
terhadap apa yang
dipelajari
Tabel perbedaan antara teori behavioristik kognitif dan kontruktivistik
Ragam Model Pembelajaran yang Didasarkan dari Teori Behavioristik,
Kognitif, dan Kontruktivistik
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman yang digunakan sebagai acuan pembelajaran(Rahyubi,2012: 251).
Model pembelajaran merupakan kerangka yang konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam pegorganisasian pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran disusun berdasarkan teori-teori
belajar yang memiliki kharakteristik berbeda-beda dan menjadi acuan dalam
menyusun model pembelajaran yang kemudian disesuaikan dengan kondisi dari
negara yang menerapkan teori tersebut. Model pembelajaran cenderung pada sifat
yang menuntun dan menentukan bagaimana cara membelajarkan peserta didik,
dengan adanya model pembelajaran maka pendidikan akan lebih terarah dan
16
sesuai dengan keadaan peserta didik. Berikut beberapa model dan sintak
pembelajaran yang mengacu pada teori behavioristik, kognitivistik dan
kontruktivistik.
Behavioristik
Model pembelajaran yang popular dipakai yang mengarah pada konsep
Behavioristik adalah model pembelajaran langsung (direct instruction). Berikut
ulasan dari model pembelajaran langsung.
1. Pembelajaran Langsung(direct instruction)
Model pembelajaran ini menitik beratkan pada perubahan perilaku sebagai
hasil belajar yang dapat diobservasi. Prinsip penggunaan teori perilaku ini dalam
belajar adalah pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang
diharapkan. Penguatan melalui umpan balik pada setiap tahapan tugas yang
diberikan kepada pebelajar merupakan dasar praktis penggunaan teori ini dalam
pembelajaran. Dengan cara tersebut maka peserta didik dapat berpikir dan
mengembangkan perilaku dalam belajar beriringan dengan lingkungan yang
memberikan umpan balik guna memperkuat perubahan tingkah laku dari peserta
didik. Prinsip pembelajaran langsung juga difokuskan pada kinerja peserta didik
ke dalam tujuan yang akan dicapai melalui pelaksanaan tugas-tugas yang harus
dilakukan, dan pengembangan aktivitas latihan untuk memantapkan penguasaan
setiap komponen tugas yang diberikan. Istilah directive digunakan untuk
menekankan pembelajaran dalam mencapai tujuan, bahwa siswa dapat meniru
perilaku-perilaku atau keterampilan yang dimodelkan atau diperagakan atau
diinstruksikan oleh guru. Di dalam pembelajaran langsung guru memiliki tugas
sebagai pengawas, pengorganisir, dan menstruktur kegiatan pembelajaran. Jadi
semua kegiatan pembelajaran berpusat pada guru sehingga intruksi yang diberikan
guru lebih dominan pada pembelajaran langsung ini.
Tujuan utama model direktif/langsung adalah memaksimalkan
penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku
dihubungkan dengan pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang
17
digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil
dalam mengerjakan tugas. Dengan demikian, model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur, dan berorientasi
akademik. Guru berperan sebagai penyampai informai, dalam melakukan
tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder,
gambar, peragaan, dan sebagainya.
Sintaks model pembelajaran langsung menurut Skinner dalam Rahyubi (2012: 65)
adalah sebagai berikut.
1. Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, guru memberikan kerangka
pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk
orientasi dapat berupa : a) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan
yang relevan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa; b) mendiskusikan atau
menginformasikan tujuan pelajaran; c) memberikan penjelasan/arahan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan; d) menginformasikan materi/konsep yang akan
digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan e)
menginformasikan kerangka pelajaran.
2. Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa : a) penyajian materi dalam langkah-
langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek; b)
pemberian contoh-contoh konsep; c) pemodelan atau peragaan keterampilan
dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; d)
menghindari disgresi; e) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
3. Latihan terstruktur
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru
yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon
siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan
mengoreksi respon siswa yang salah.
18
4. Latihan terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep
atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk
mengasah kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru
adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
5. Latihan mandiri
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat
dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam
fase bimbingan latihan.
Adapun sintak yang secara khusus dilakukan oleh peserta didik dan
pendidik untuk mewujudkan pembelajaran langsung ini. Berikut pemaparan dari
sintak tersebut.
No Guru Siswa
1
Tahap
Orientasi
Guru menyampaikan tujuan
pembeljaran yang akan dicapai
Memperhatikan dengan seksama
penjelasan dari guru
Guru menjelaskan alokasi
waktu yang akan diperlukan
dalam mencapai tujuan
pembelajaran
Menanyakan setiap poin-poin
alokasi yang belum dimengerti
dalam penjelasan guru
Guru memotivasi siswa untuk
mempersiapkan fisik maupun
psikis siswa
Siswa mendengarkan dan
memahami penyampaian guru
2
Tahap
Presentasi
Guru mempersentasikan
pelajaran yang akan dipelajari
dengan memperkenalkan
bahan ajar menggunakan
media proyektor ataupun
langsung pada bahan ajar
Siswa mencatat, mendengarkan,
memahami dan bertanya kepada
guru tentang materi yang
dipaparkan.
19
Guru menyampaikan langkah-
langkah kerja kepada siswa
Siswa memperhatikan setiap
penjelasan tentang langkah kerja
yang dijelaskan guru dan
bertanya jika mengalami
kesulitan.
Menjelaskan kembali setelah
langkah-langkah yang
dipraktekkan guna
menghindari kesalahan
pemahaman siswa
Mencatat hal-hal yang
dijelaskan kembali oleh guru
untuk meningkatkan
pemahaman
3
Latihan
Terstruktur
Guru memberikan tugas
kepada siswa sesuai dengan
langkah-langkah yang telah
diberikan oleh guru
Siswa melakukan tugas dengan
langkah-langkah yang telah
diberikan oleh guru
Memberikan pengarahan atas
respon siswa dalam
memahami tugas yang
diberikan dan memberikan
penguatan
Siswa membenarkan konsep
setiap langkah yang salah dalam
pengerjaan setelah guru
memberikan penguatan
4
Latihan
Terbimbing
Guru memberikan kesempatan
siswa untuk mencoba bahan
ajar yang telah dijelaskan
Siswa melatih keterampilan
mereka sesuai dengan
penjelasan guru sebelumnya
Guru mengawasi setiap
pengerjaan siswa dan
membenarkan kinerja siswa
Siswa memperhatikan setiap
kesalahan yang dilakukan dan
melakukan pembenaran dari
penguatan yang diberikan guru
5
Latihan
mandiri
Guru memonitor
perkembangan dari siswa
Siswa mampu mengerjakan
dengan teliti setiap langkah-
langkah yang diberikan oleh
guru
Tabel sintaks khusus pembelajaran langsung (direct learning)
20
2. Model Pembelajaran Ekspositoris
Pembelajaran ekspositoris merupakan sebuah model pembelajaran yang
menekankan penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa yang dimaksudkan agar siswa mampu menguasai materi ajar
secara optimal. Di dalam model pembelajaran ini siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi ajar yang dipelajri namun lebih kepada guru sebagai sumber
belajar utama.
Secara singkat pembelajaran ekspositoris berakar pada pengajaran yang
berpusat kepada guru (teacher sentered), oleh karena itu guru dalam model
pembelajaran ini menjadi sangat dominan dan siswa menjadikan guru menjadi
pusat dari ilmu pengetahuan yang satu-satunya. Melalui strategi ini maka guru
dapat dengan mudah menjelaskan materi ajar secara terstruktur dengan harapan
siswa dapat memahami materi ajar yang dipelajari.
Di dalam pembelajaran ekspositoris terdapat sintak / langkah-langkah
sistematis dalam mewujudkan pembelajaran tersebut. Menurut sanjaya ( 2008:
301) terdapat 5 sintak dalam pembelajaran ekspositoris. Berikut pemaparannya :
1. Persiapan
Pada tahap ini mempersiapkan siswa untuk menerima setiap materi ajar
yang diberikan. Tahap ini sangat penting bagi siswa dan terutama dirasakan oleh
guru dalam mengorganisasi kelas guna menigkatkan efektifan pembelajaran di
kelas.
2. Penyajian
Langkah menyampaikan materi sesuai dengan tahap persiapan yang telah
dilakukan. Dalam penyampaian ini hal yang terpenting guru harus mampu
menyampaikan materi ajar agar mudah dipahami dan ditangkap oleh siswa serta
menarik bagi siswa.
3. Korelasi (correration)
21
Pada tahap korelasi pendidik mulai menghubungkan materi ajar dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat
menangkap materi yang diajarkan oleh pendidik.
4. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran
yang telah disajikan. Langkah ini merupakan langkah yang penting dalam model
pembelajaran model ekspositoris, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa
akan dapat mengambil intisari dari proses penyajian. Dalam tahap penyimpulan
berarti pendidik memberikan penguatan akan kebenaran materi yang diajarkan.
5. Mengaplikasikan (application)
Pada tahap ini bertujuan agar melihat kemampuan siswa dalam memahami
materi ajar yang telah diajarkan oleh guru. Tahap mengaplikasikan, guru
memberikan tugas-tugas terstruktur guna melihat seberapa jauh siswa dalam
memahami materi ajar yang telah dipelajari.
Selain sintak yang umum dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran
ekspositoris, terdapat sintak yang khusus dilakukan oleh guru dan murid secara
khusus dipaparkan sebagai berikut :
No Guru Siswa
1
Persiapan
Guru memberikan motivasi
kepada para siswa dalam
belajar
Mendengarkan penguatan
yang diberikan oleh guru
Guru menciptakan iklim
kelas dengan komunikasi
dengan siswa yang terbuka
Siswa aktif berkomunikasi
dengan guru sehingga jarak
guru dan siswa bagaikan
sebuah teman
2
Penyajian
Guru menyajikan materi-
materi ajar yang sesuai
dengan tujuan yang ingin
dicapai guru
Siswa menyimak penjelasan
guru dan menyakan materi
yang kurang jelas
22
3
Korelasi
Guru menjelaskan materi
dengan mengajak siswa
menyambungkan materi
dengan kehidupan nyata/
lingkungan sekitar siswa
Siswa aktif dalam berdiskusi
dengan guru maupun dengan
teman sekelas tentang materi
ajar
4.
Menyimpulkan
Guru menyimpulkan
kegiatan pelajaran di kelas
dengan manfaat yang
didapat siswa di kehidupan
nyata
Siswa memasukkan
pemahaman materi pelajaran
dengan kesimpulan yang
diberikan guru
5
Mengaplikasikan
Guru memberikan tugas
kepada siswa yang berkaitan
dengan materi ajar yang
telah disampaikan
Siswa mengerjakan setiap
tugas yang diberikan
berdasarkan pemahaman
yang dimiliki siswa setelah
materi ajar diberikan
Tabel sintaks pembelajaran ekspositoris
Kognitif
Di dalam pembelajaran yang berorientasi pada kognitif terdapat model
yang mengarah pada teori kognitivisme yaitu model belajar dalam paradigm
“Perubahan Konseptual”. Berikut penjelasan dari model pembelajaran tersebut.
2. Model Belajar dalam Paradigma “Perubahan Konseptual”
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang sesungghnya berasal pada
pengetahuan secara spontan diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya.
Pengeetahuan yang lalinnya bersumber dari sekolah. Keduanya bisa berkonflik,
kongruen, atau masing-masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif ,
siswa dihadapkan pad tiga pilihan yaitu (1) mempertahankan intuisi mereka(2)
merevisi sebagian intuisi mereka sebagai tahap asimilasi (3) merubah
pandangannya tersebut menjadi intuisi dan mengakomodasi pengetahuan baru.
Perubahan konseptual yang dimiliki peserta didik terjadi ketika peserta
didik memutuskan untuk merubah pandangan dan mengakomodasi pengetahuan
23
baru. Agar terjadi pembangkitan dan rekontruksi konsepsi-konsepsi yang dibawa
peserta didik sebelum pembelajaran. Ini berarti pembelajaran bukan hanya sebagai
penyampaian ilmu yang diberikan guru kepada siswa melainkan lebih kepada
memfasilitasi dan melakukan mediasi agar terjadi proses negosiasi makna pada
proses konseptual antara peserta didik dan pendidik.
Dalam pembelajaran ini peran guru bukan hanya sebagai transmiter ilmu,
melainkan lebih kepada perannya sebagai fasilitator dan negosiator yang
menjadikan dirinya (guru) sebagai teman belajar siswa dalam mewujudkan
kondisi belajar yang komprehensif. Sarana pendukung dari model pembelajaran
ini adalah lembar kerja siswa, bahan ajar, peralatan demonstrasi, dan ruang kelas
yang telah didesain untuk kegiatan pembelajaran dengan terdapat bahan ajar atau
bahan praktek yang mudah untuk dipindah tempatkan.
Dampak dari pembelajaran ini adalah sikap positif terhadap belajar,
pemahaman yang mendalam terhadap apa yang dipelajari, dan ketrampilan dalam
menerpakan pengetahuan yang variatif atau bisa dikatakan sebagai ketrampilan
unutk direalisasikan di dalam kehidupan sehari-hari.
Model Pembelajaran Konseptual menurut (Rahyubi,2012: 254) memiliki enam
langkah (sintak) pembelajaran yaitu:
1. Sajian masalah konseptual dan konstektual,
Pada tahap ini guru memberikan sebuah permasalahan dengan konsep dan
gagasan yang memaknai sebuah materi yang diajarkan. Pada tahap ini
siswa dituntut untuk berpikir dalam menemukan konsep dari materi ajar
yang diberikan
2. Konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah yang disajiakan oleh
pendidik.
Pada tahap ini guru memberikan pengarahan maupun penguatan atas
konsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan hasil pemikiran siswa. Guru
melakukan komunikasi dengan siswa guna meluruskan konsepsi yang
dimiliki siswa dengan materi yang berkaitan.
24
3. Konfrontasi sangkalan yang bersifat demonstrasi, analogis atau contoh-
contoh konkrit
Pada tahap ini guru memfokuskan murid pada suatu pembahasan yang
telah didiskusikan dan membuat beberapa contoh-contoh konkrit yang
berhubungan dengan materi ajar, sehingga siswa mampu mengambil
sebuah benang merah dari pemikiran-pemikiran mereka (siswa)
4. Konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip ilmiah
Pada tahap ini guru dan siswa membuktikan hasil diskusinya dengan
membandingkan teori ilmiah yang berhubungan dengan materi ajar
sehingga konsep yang diberikan guru kepada murid dapat sejalan dengan
materi ajarnya.
5. Konfrontasi materi dan contoh-contoh konstektual
Guru dan murid memperjelas materi yang ada dan mulai membentuk
konsep materi ajar yang telah diberikan guru pada tahap awal
pembelajaran.
6. Konfrontasi pertanyaaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman dan
penerapan pengetahuan secara bermakna
Tahap ini disebut juga sebagai penutup dari diskusi yang telah dibahas
antara guru dan siswa, pada tahap ini siswa saling berinteraksi antara
sesame dan saling melempar pertanyaan yang sesuai dengan bahan materi
ajar. Dengan kata lain siswa lebih memahami dari pertanyaan dan jawaban
yang didiskusikan bersama, dan guru disini memilliki peran sebagai
monitor, dan penguat.
25
Penjelasan di atas merupakan sintak umum yang terdapat pada pembelajaran
ekspositoris. Adapun langkah khusus dari guru dan siswa untuk mewujudkan
pembelajaran tersebut, berikut pemaparannya :
No Guru Siswa
1
Sajian masalah
konseptual dan
konstektual,
Guru memberikan
sebuah materi ajar
kepada siswa dan
memberikan sebuah
permasalahan yang
melandasi materi yang
diajarkan
Siswa aktif dalam
memecahkan masalah denga
cara diskusi dengan teman
sekelas
2
Konfrontasi
miskonsepsi terkait
dengan masalah
yang disajiakan
Guru memberikan
penguatan dan
pengarahan akan diskusi
yang dilakukan oleh
siswa
Siswa memberikan tanggapan
dan juga memahami setiap
penguatan yang diberikan oleh
guru
3
Konfrontasi
sangkalan yang
bersifat demonstrasi,
analogis atau
contoh-contoh
konkrit
Guru memberikan
penguatan yang bersifat
logis dan sesuai dengan
materi ajar yang
kemudian dikaitkan
dengan kehidupan nyata
Siswa memahami dan
bertanya kepada guru jika
pengutan yang diberikan
krang jelas
4
Konfrontasi
pembuktian
konsep dan
prinsip
ilmiah
Guru membuktikan
konsep yang dibentuk
dari hasil diskusi dengan
mengkaitkan dengan
kehidupan nyata. Seperti
pemberian contoh
Siswa aktif dalam mengkaji
konsep yang diberikan guru
dan menanggapi jika terdapat
konsep yang kurang
dimengerti
26
konkrit hubungan
antarmateri ajar dengan
lingkungan yang ada
disekitar
5
Konfrontasi materi
dan contoh-contoh
konstektual
Guru memberikan
penguatan materi
setelah bahan ajar yang
telah didiskusikan
menemui konsep yang
disetujui bersama
Siswa memahami setiap
penjelasan guru dalam
pembelajaran
6
Konfrontasi
pertanyaaan-
pertanyaan untuk
memperluas
pemahaman dan
penerapan
pengetahuan secara
bermakna
Guru menjembatani
antar diskusi siswa dan
siswa serta memberikan
penguatan atas jawaban
yang ditelaah bersama
oleh siswa dengan siswa
Siswa aktif dalam bertanya
dan mendiskusikan apa yang
kurang jelas sehingga
pembelajaran akan lebih
bermakna
Tabel pembelajaran perubahan konseptual
2. Pembelajaran Model Discovery Learning
Konsep Pembelajaran Discovery Learning pada dasarnya adalah sebuah
model pembelajaran yang digunakan untuk memahami konsep, arti,dan hubungan
melalui intuitif untuk akhirnya sampai pada proses penyimpulan materi ajar.
Proses pembelajaran ini berpusat pada kognitif siswa dalam menemukan sebuah
makna dari materi ajar. Pembelajaran Discovery Learning menitik beratkan pada
siswa yang aktif dalam memecahkan masalah yang dibuat oleh guru yang
bertujuan agar terciptanya konsep belajar mandiri dari siswa.
27
Di dalam proses pembelajaran Discovery Learning keaktifan siswa sangat
penting dilakukan agar pembelajaran Discovery Learning lebih menarik dan
efektif. Model pembelajaran ini juga memerlukan peran faktor pendukung yaitu
lingkungan, sebab siswa akan lebih mudah memaknai sesuai perkembangan
kognitifnya apa yang dipelajari di ruang kelas. Selain hal tersebut lingkungan pun
berperan dalam menciptakan emulasi diri di dalam pikiran individu, sehingga
siswa mampu menemukan sesuatu yang baru.
Adapun sintak atau langkah-langkah yang dilakukan di dalam
mewujudkan pembelajaran Discovery Learning. Berikut pemaparannya :
1. Pemberian Stimulasi
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan Tanda
Tanya, kemudian dilanjutkan dengan tidak memberi generalisasi agar timbul rasa
ingin tahu dari siswa untuk menyelidiki sendiri.
2. Peryataan/ identifikasi masalah
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan ajar. Kemudian dari susunan agenda siswa memilih salah satu yang tepat
dan dijadikan sebagai hipotesis terhadap masalah yang ada.
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dengan hipotesis
yang telah di kemukakan guna membuktikan kebenaran hipotesis yang diberikan
pada masalah tersebut.
4. Pengolahan Data
Tahap ini semua informasi yang didapat akan diolah, diacak, dan
diklasifikasikan serta dihiutng secara cermat. Data yang diproses tadi akan
menghsilkan generalisasi atau kesimpulan dan siswa akan mendapatkan sebuah
pengetahuan baru terhadap hasil observasi dan hipotesis tadi.
28
5. Pembuktian
Pada tahap ini siswa membuktikan berbagai sumber informasi yang diolah
tadi dengan peristiwa yang telah terjadi di kehidupan nyata, dengan cara tersebut
siswa dapat secara cermat merefleksikan apa yang di hipotesiskan dengan temuan
terdahulu.
6. Generalisasi
Tahap ini merupakan tahap dimana semua data yang sudah didikusikan,
dikumpulkan, diolah, dan dibuktikan selanjutnya diambil sebuah kesimpulan yang
menjawab tanda Tanya pada permasalahan di materi ajar yang diberikan oleh
guru. Peran guru di sini adalah sebagai penguat kesimpulan yang dipaparkan oleh
siswa yang sudah mengalami proses yang sistematis.
Di dalam mewujudkan pembelajaran model Discovery Learning, terdapat
sintak yang khusus membahas tindakan yang dilakukan siswa dan guru dalam
lingkungan pembelajaran. Berikut pemaparannya :
No Guru Siswa
1
. Pemberian
Stimulasi
Guru memberikan stimulus
yang berupa penjelasan
konsep materia ajar
Siswa memperhatikan setiap
penjelasan dari guru dan
bertanya jika mengalami
ketidak jelasan
Guru memberikan sebuah
pertanyaan yang mendasari
materi ajar
Siswa aktif berpikir dan
berdiskusi dengan teman
sekelas terhadap pertanyaan
yang diberikan guru
2
Peryataan/
identifikasi
masalah
Guru membimbing siswa
dalam merumuskan poin-poin
masalah yang relevan
Siswa menyusun setiap poin
yang relevan terhadap
permasalahan yang diberikan
guru
3
Pengumpulan
Guru memberikan dasar teori
yang membimbing siswa
Siswa mencari sumber
informasi dari berbagai sumber
29
Data dalam mengumpulkan data belajar seperti narasumber,
perpustakaan, jurnal, dan lain-
lain
4
Pengolahan
data
Guru berperan sebagai
fasilitator dan pemonitor hasil
kerja siswa
Siswa mulai menyusun data
dari sumber-sumber informasi
5
Pembuktian
Guru memberikan bimbingan
kepada siswa dalam proses
pembuktian agar hasil yang
didapat benar
Siswa membandingkan data
yang diambil dengan peristiwa
nyata dikehidupan sehari-hari
6
Kesimpulan
Guru mengamati dan
membenarkan hasil simpulan
yang didapat siswa
Memberikan kesimpulan dari
hasil pengamatan dan
pengolahan data
Tabel sintaks pembelajaran discovery learning
3. Model Pembelajaran Kolaboratif
Pada pembelajaran kolaboratif peran siswa sangat penting dimana berjalan
atau tidak pembelajaran siswa menentukan. Jika siswa tidak aktif maka
pembelajaran ini tdak akan berjalan secara efektif dan efisien, justru pembelajaran
akan menjadi membosankan bagi siswa dan kebermakanaan dari pembelajaran
tidak akan tercapai. Di dalam teori ini menekankan pada pembangunan makna
dari siswa dan proses sosial (kerja sama dan hubungan antara siswa) guna
terbentuknya kolaborasi antara persepsi siswa satu dengan yang lain (Thobroni,
2015: 252). Sehingga di dalam pemebalajaran ini struktur kognitif siswa akan
lebih terbentuk yang kemudian diapadukan dengan proses kolaboratif(perpaduan)
dengan hubungan antara siswa satu dengan yang lain.
Pembelajaran kolaboratif menurut beberapa ahli menyatakan sama dengan
model pembelajaran kooperatif, karena metode yang digunakan sama yaitu
diskusi, namun menurut pandangan ahli lain pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif memiliki perbedaan yang signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari
bentuk struktur pembelajarannya, dimana pembelajaran kolaboratif lebih memiliki
cangkupan yang luas terhadap kelompok belajar dan metode diskusi belajarnya.
30
Pembelajaran kolaboratif memiliki langkah-langkah/ sintaks yang
digunakan untuk menciptakan kondisi belajar yang kolaboratif sehingga
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Terdapat 2 sintaks yang digunakan
yaitu sintaks yang secara umum dan sintaks yang secara khusus. Berikut
pemaparan sintaks umum dan khusus dari pembelajaran kolaboratif:
Sintak Umum
1. Orientasi pembelajaran
Pada tahap ini siswa diberikan pendahuluan oleh guru terhadap apa yang
akan dikerjakan dan didiskusikan serta guru memberikan penjelasan tentang
tujuan dari pembelajaran
2. Pembagian Tugas terstruktur/ kelompok
Pada tahap ini siswa membagi tugas-tugas yang didiskusikan berdasarkan
topic-topik yang diberikan oleh guru, serta siswa mulai mendiskusikan apa yang
harus dibahas dalam topik-topik yang sudah didapat.
3. Tahap identifikasi dan menganalisis
Pada tahap ini siswa mulai membuat sejumlah hipotesis dan rumusan
masalah dari topic yang sudah didapat serta mengidentifikasi, memformulasikan
apa saja yang akan dibahas serta pemecahan masalahnya.
4. Tahap Penyimpulan dan presentasi karya
Pada tahap ini siswa mulai mencatat hasil diskusi pada lembar pengerjaan
secara berkelompok dan mencatat pada lembar individu yang digunakan sebagai
catatan individu serta perwakilan dari kelompok siswa mewakili teman
sekelompoknya untuk mendiskusikan hasil dari diskusi kelompok internal tadi.
5. Tahap refleksi, penialaian, dan penguatan tiap topic
Pada tahap ini peran guru sangat peting, karena siswa akan lebih
memahami materi yang terarah pada tahap ini. Guru sebagai fasilitator
31
memberikan mengomentari karya, penilaian karya, dan penguatan terhadap
diskusi topik.
Peryataan di atas merupakan sintaks yang secara umum digunakan dalam
pembelajaran kolaboratif. Terdapat sintaks yang secara khusus dilakukan guru dan
murid berdasarkan sintaks umum tersebut. Berikut pemaparan tentang sintaks
khusus dari pembelajaran kolaboratif:
No Tahapan Guru Murid
1. Orientasi pembelajaran Memberikan siswa
penjelasan mengenai
apa yang dipelajari
Mendengarkan dan
memahami
penjelasan dari guru
Menjelaskan siswa
tentang tujuan akhir
pembelajaran
Mencatat hal penting
dari penjelasan guru
terkait dengan materi
ajar
2. Pembagian tugas
terstruktur/kelompok
Guru membagi topik
yang harus dipelajari
dan didiskusikan oleh
siswa
Siswa membagi
kelompok sesuai
dengan topic yang
ada
3. Tahap identifikasi dan
menganalisis
Guru memberi
pengarahan terhadap
sumber-sumber
informasi dari bahan
diskusi
Siswa mencari
referensi, baik buku,
Koran, majalah,
jurnal secara
kelompok guna
dijadikan bahan
diskusi sesuai
dengan topik yang
didapat
Guru mengawasi dari
kerja kelompok
Siswa
mendiskusikan topik
dengan dasar dari
sumber bacaan yang
32
relevan
4. Tahap Penyimpulan dan
presentasi karya
Guru membimbing
siswa dalam membuat
karya (jika siswa
kesulitan)
Sisw a mulai
menyusun karya ke
dalam bentuk
laporan, makalah,
maupun tayangan
slide(power point)
Memperahatikan siswa
saat berdiskusi
Mendiskusikan topic
yang dibahas
5. Tahap refleksi, penialaian,
dan penguatan tiap topic
Guru pada akhir sesi
diskusi mengomenatri
kesalahan hasil diskusi,
bentuk karya, dan
teknik penyusunan
karya
Siswa
memperhatikan,
memahami dan
mencatat setiap
penjelasan guru
Guru memberikan
penguatan pada hasil
diskusi dan
menghantarkan siswa
pada refleksi kritis
tentang makna materi
topik
Siswa
memperhatikan dan
mencatat apa yang
penting untuk
dijadikan bahan
pembelajaran secara
individu
Tabel sintaks khusus dari pembelajaran kolaboratif
Konstruktivistik
Dalam model pembelajaran yang diterapkan dengan acuan teori ini adalah
Model pembelajaran Reasoning and Problem solving. Berikut penjabaran tentang
model belajar yang mengacu pada teori konstruktivistik.
3. Model pembelajaran Reasoning and Problem solving
33
Munculnya model pembelajaran ini didasarkan pada perubahan paradigma
pendidikan, yang meliputi perubahan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian
yang komprehensif. Pembelajaran ini juga bermuara pada pembentukan siswa
dalam hal ketrampilan yang akan digunakan langung dalam pemecahan masalah
dalam kehidupan yang mendatang. Pembelajaran berdasar pemikiran dan
pemecahan masalah terjadi karena terdapat konfrontasi dan pada akhirnya apabila
sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah yang ada.
Dalam model ini guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber
kritik yang kontruktif fasilitator, dan penyuplai ide.sarana pembelajaran yang
diperlukan alaha berupa materi yang mampu membangkitkan proses berpikir
dasar hingga tingkat tinggi, kritis, dan kreatif. Sehingga peran guru di dalam
pembelajaran ini tidak hanya sebagi penyampai ilmu melainkan lebih dari hal
tersebut.
Sebagai dampak dari pembelajaran ini adalah pemahaman, ketrampilan,
berpikir kritis dan kreatif, ketrampilan menggunakan penetahuan bermakna, dan
kemampuan untuk berkomunikasi yang baik. sedangkan dampak pengiringnya
adalah keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa dalam
belajar, toleransi terhadap ketidakpastian, dan masalah-masalah yang tidak rutin.
Pembelajaran Model Reasoning and Problem solving memiliki 5 langkah (sintak)
pembelajaran, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan mengolah masalah
Pada tahapan ini guru memberikan sebuah permasalahan yang berkaitan
dengan materi ajar dan meminta siswa untuk menemukan pemecahannya
dengan Membaca, berpikir (mengidentifikasi) fakta dan masalah
memvisualisasi situasi, dan mendeskrisipkan setting pemecahan.
2. Mengeksplorasi masalah
Pada tahapan ini siswa lebih terfokus pada pengumpulan informasi yang
kemudian dijadikan sebagai dasar pemecahan masalah yang diberikan oleh
34
guru (pengorganisasian informasi melukiskan diagram pemecahan,
membuat tabel, grafik, atau gambar)
3. Menseleksi strategi pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa mulai menetapkan poin-poin
alternative dalam pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan informasi
yang ada (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen,
reduksi atau ekspansi , deduksi logis, menulis persamaan)
4. Menemukan jawaban
Siswa mulai dapat menentukan jawaban atas permaslahan yang diberikan
dan peran guru pada tahp ini sebagai fasilitator, konselor dan konsultan
atas jawaban yang telah didiskusikan oleh siswa (mengestimasi,
menggunakan kemampuan komputasi,aljabar dan geometri)
5. Refleksi dan perluasan
Pada tahap ini peran guru sangat penting dilakukan sebab, pada tahap ini
semua jawaban yang ada kemudian di refelksikan ke dalam materi ajar
yang pada akhirnya guru akan memberikan gambaran terhadapa apa yang
dipelajari sesuai dengan keterkaitan di lingkungan para siswa (mengoreksi
jawaban, menemukan alternatif pemecahan lain,memperluas konsep dan
generalisasi, mendiskusikan pemecahana masalah, memformulasikan
masalah-masalah variatifyang orisinil)
Adapun sintak atau langkah-langkah yang khusus atau rinci yang
dilakukan siswa dan guru dalam mewujudkan pembelajaran Reasoning and
Problem solving. Berikut pemaparan sintak khusus dari model pembelajaran ini :
No Guru Siswa
1
Mengidentifikasi
dan mengolah
masalah
Guru memperkenalkan
sebuah materi ajar kepada
siswa
Siswa memperhatikan semua
penjelasan guru
35
Guru mulai memberikan
sebuah permasalahan yang
berdasarkan materi ajar dan
melandasi inti dari materi
ajar
Siswa mndengarkan dan
memahami intruksi guru,
bertanya terhadap penjelasan
yang kurang jelas dan mulai
mengidentifikasi
2
Mengeksplorasi
masalah
Guru menjelaskan langkah-
langkah pengerjaan,
memberikan dasar dari
permasalahan yang diberikan
Siswa mulai mencari sumber-
sumber materi ajar yang dapat
dijadikan referensi guna
memecahkan masalah
Membimbing siswa dalam
pencarian sumber belajar
Siswa mulai menyusun
sumber-sumber belajar yang
akan digunakan sebagai
pemecah permasalahan
3
Menseleksi
strategi
pemecahan
masalah
Guru memonitor setiap
langkah yang dipakai siswa
sebagai alternative
pemecahan permasalahan
Siswa membuat bagan tentang
susunan poin-poin pemecahan
masalah
Guru memfasilitasi siswa
untuk bertanya dan
berdiskusi
Siswa menyusun poin-poin
pemecahan yang penting
4
Menemukan
jawaban
Guru mengarahkan siswa
untuk masuk ke dalam
permasalahan yanga ada
Siswa mulai mengemukakan
jawaban alternative
pemecahan masalah
5
Refleksi dan
perluasan
Guru memperbaiki jawaban
pemecahan permasalahan
yang didiskusikan oleh siswa
Mendengarkan, mencatat, dan
bertanya tentang pengarahan
dan pembetulan dari guru
Guru menghubungkan
permasalahan yang ada pada
mater ajar dan kehidupan
Memahami apa yang
disampaikan guru
36
nyata
Siswa membangun makna
atas apa yang dipelajari dari
permasalahan yang ada dan
dihubungkan dengan keadaan
lingkungan siswa sebenarnya
Tabel pembelajaran reasoning and problem solving
2. Model Pembelajaran Terpadu
Menurut Ujang Sukandi, dkk dalam Trianto (2013: 57) menyatakan bahwa
pembelajaran terpadu memilih satu tema actual, dekatdengan dunia siswa, dan ada
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Di dalam pembelajaran terpadu, materi
ajar merupakan materi yang saling berkaitan satu sama lain yang bertujuan agar
siswa dapat membangun makna dibalik materi ajar yang dipelajari.
Pada dasarnya materi ajar yang diberikan guru kepada siswa harus tetap
mengacu pada tujuan kurikulum yang telah diatur. Materi ajar yang dipadukan
juga harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti minat, kemampuan siswa,
kebutuhan, dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. Pemaduan antara
materi satu dan yang lainnya tidak harus dipaksakan sehingga tidak akan timbul
kebingungan disisi guru maupun siswa. Pada akhirnya model pembelajaran
terpadu akan bermuara pada tujuan terbentuknya pribadi siswa yang gemar
membaca, tanggap, dan pemahaman yang tinggi terhadap materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata. Peningkatan yang signifikan pada mode ini adalah pada
aspek kognitif siswa ( produk dan proses ).
Di dalam mewujudkan pembelajaran terpadu maka terdapat sintak atau
langkah-langkah yang sistematis pembelajaran ini. Berikut pemaparannya :
1. Tahap Perencanaan
Tahap ini berhubungan pada penyusunan materi ajar yang proporsional dan
berkaitan serta tidak memaksaan pemaduan materi ajar yang kurang tepat. Pada
37
tahap ini, guru menentukan kajian materi, standar kompetensi, dan kompetensi
dasar yang sesuai dengan kurikulum.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru dituntut tidak menjadikan dirinya sebagai sumber
belajar utama bagi siswa. Guru disini berperan aktif dalam memfasilitasi siswa
(Fasilitator) dalam pembelajaran sehingga siswa lebih menjadi individu
pembelajar yang mandiri.
3. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran siswa yang diwujudkan
dalam umpan balik terhadap tugas-tugas yang diberikan, membimbing siswa, dan
merefleksikan setiap tugas yang diberikan guru kepada siswanya.
Selain sintak yang telah dijelaskan di atas, terdapat sintak khusus yang
diberikan guna mewujudkan pembelajaran terpadu. Berikut pemaparannya :
No Guru Siswa
1
Pendahuluan
Guru mengaitkan pelajaran
yang sekarang dengan
pelajaran yang sebelumnya
Siswa aktif berpikir dan
mencoba mengingat kembali
materi ajar sebelumnya
Guru memotivasi siswa
sebelum pembelajaran siswa
Siswa mendengarkan setiap
penjelasan dari guru
Guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan untuk
mengetahui kemampuan
siswa menguasai konsep
pembelajaran sebelumnya
Siswa aktif menjawab setiap
pertanyaan yang diberikan
dan disesuaikan dengan
materi ajar yang dijadikan
dasar pemikiran
2
Presentasi
Materi
Guru memberikan
demonstrasi dari bahan ajar
Siswa menyimak dan
memahami setiap penjelasan
guru
Guru memperkenalkan
kepada siswa berbagai bahan
Siswa mulai memilih bahan
yang digunakan untuk
38
yang digunakan untuk
menampilkan materi yang
ada
kegiatan penyampaian
informasi
Guru membimbing siswa
dan memonitor siswa dalam
menyusun materi presentasi
Siswa mempresentasikan
hasil pengumpulan
informasi masteri yang ada
sesuai dengan arahan guru
3
Menelaah
pemahaman dan
memberikan
umpan balik
Guru menyimak hasil
diskusi kelompok yang
dibentuk siswa
Siswa mendiskusikan hasil
kajiannya kepada siswa lain
Guru memberikan umpan
balik dari hasil diskusi siswa
Siswa memberi tanggapan
ataupun pertanyaan terhadap
penjelasan dari guru tentang
ulasan materi
4
Mengembangkan
dengan
memberikan
kesempatan
untuk pelatihan
lanjutan dan
penerapan
Guru membimbing siswa
dalam menyimpulkan materi
yang telah didiskusikan
Siswa memperhatikan dan
memahami bimbingan yang
diberikan oleh guru
Guru memberikan tugas
rumah kepada siswa
Siswa mencoba
mengerjakan tugas rumah
sebagai latihan terstruktur
bagi siswa
5.
Evaluasi
Guru mengecek kembali
tugas yang diberikan kepada
siswa
Siswa menyimak ulasan-
ulasan tugas yang diberikan
oleh guru
Guru membantu siswa Siswa memperhatikan,
39
merefleksikan atau
mengevaluasi antar tugas
yang diberikan dengan
manfaat yang diperoleh
memahami dan mencatat
hasil evaluasi dan refleksi
dari guru
Tabel model pembelajaran terpadu
Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran ini merupakan sebuah model pembelajaran yang berpangkal
dari sebuah aliran pendidikan kontruktivistik yang dimana secara garis besar
pembelajaran ini menitik berat kan pada proses berpikir peserta didik untuk
mengkontruk sebuah makna di dalam pembelajaran sebagai hasil dari pemahaman
setiap individu/ pebelajar. Menurut Arends dalam warsono dan hariyanto (2013:
147) pembelajaran Problem Based Learning / pembelaran berbasis masalah adalah
pembelajaran yang berdasarkan kontrutivisme dan mengakomodasikan
keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan yang kontektual.
Pada pembelajaran ini setiap pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa
sangat erat hubungannya dengan kejadian-kejadian pada kehidupan siswa,
sehingga siswa lebih responsive dan aktif di dalam melakukan pemecahan
masalah dan di dalam pemahaman yang komprehensif.
Menurut Hariyanto dan Warsono(2014: 151) terdapat sintaks/ langkah-langkah
dalam mewujudkan pembelajaran berbasis masalah tersebut. Berikut sintaks
umum dari pembelajaran berbasis masalah :
1. Orientasi siswa kepada masalah
Pada tahap ini guru memberikan pengarahan, penjelasan, dan penguraian
tentang tujuan pembelajaran, serta materi dan bahan ajar kepada siswa
sehingga siswa lebih terarah dan guru dalam tahap ini memotivasi siswa
agar terlibat di dalam pemecahan masalah.
40
2. Mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa unutk belajar
Pada tahap ini guru memberikan sebuah gambaran nyata tentang
permasalahan yang diberikan serta mengarahkan siswa kepada
pengorganisasian topic-topik, bahan ajar, alat yang diperlukan, dan jadwal
yang dibutuhkan dalam pemecahan permasalahan.
3. Memandu investigasi mandiri maupun investigasi kelompok
Tahap ini seorang guru memotivasi dan mengarahkan siswa unutk
membuat hipotesis yang menunjang pemecahan permasalahan,
mengumpulkan informasi, mencari data yang relevan dan melakukan
eksperimen.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan karya
Pada tahap ini seorang guru membantu dan mengarahkan siswa nya untuk
memecahkan masalah dari hasil proses sebelumnya dan guru juga
membantu mengarahkan siswanya untuk membuat sebuah karya tulis yang
dijadikan sebuah bukti pengerjaan tugas berupa laporan ataupun
presentasi.
5. Refleksi dan penilaian
Pada tahap terakhir ini peran guru sangatlah penting bagi siswa dan
keberhasilan pembelajaran, di sini guru berperan sebagai pemberi
penguatan sehingga permasalahan yang dipecahkan siswanya menemui
titik kebenarannya dan tugas guru pada tahap ini juga membantu
mengarahkan siswanya untuk merefleksi bahan ajar yang di pelajarinya.
Pada penjelasan di atas adalah sebuah penjelasan singkat tentang sintaks
umum yang diperlihatkan guna mewujudkan pembelajaran berbasis masalah yang
efektif dan efisien. Selain sintaks di atas terdapat sintaks khusus yang dimana
perilaku guru dan murid yang diamati pada sintaks ini. Berikut sintaks khusus
yang ditampilkan pada tabel :
No Fase Perilaku Guru Perilaku siswa
1. Fase 1: orientasi
masalah kepada siswa
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistic
Siswa memperhatikan,
memahami, dan
mencatat hal-hal yang
41
(bahan dan alat) yang
digunakan dalam
pemecahan masalah
penting dari
penjelasan guru
Guru memotivasi siswa
untuk aktif dan reflektif
pada kegiatan
pemecahan masalah
Siswa mendengarkan,
memperhatikan, dan
memasukkan setiap
perkataan guru kepada
siswa sebagai sumber
motivasi diri
2. Fase 2:
mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Guru memberikan
pengarahan kepada
siswa untuk
mendefinisikan dan
mengorganisasikan
pembelajaran agar
relevan dengan
pemecahan masalah
Siswa memperhatikan
dan memulai untuk
menyusun setiap
proses pemecahan
masalah yang sesuai
dengan pengarahan
guru
3. Fase 3: Mendukung
invetigasi kelompok
maupun mandiri
Pada tahap ini guru
mendorong siswa dan
mengarahkan siswa
untuk mencari
informasi yang relevan
dengan pemecahan
masalah, melakukan
eksperimen, dan
mencari penjelasan
Siswa mulai mencari
sumber informasi
berupa buku bacaan
yang relevan dengan
topic, wawancara,
majalah, artikel,
maupun jurnal yang
sesuai dengan topic
pembahasan
4. Fase 4:
Mengembangkan dan
membuat artefak
Guru memberikan
arahan tentang
pembuatan artefak /
sebuah karya yang
dijadikan sebuah bukti
pengerjaan
Siswa mulai membuat
sebuah karya berupa
karya tulis, laporan,
dan presentasi secara
kelompok maupun
individu
42
5. Fase 5: merefleksi dan
penilaian
Guru membantu siswa
mengarahkan pada
refleksi kritis tentang
bahan ajar dan hasil
penyelidikan serta
proses-proses
pembelajaran yang
berlangsung
Siswa memaparkan
hasil karyanya berupa
karya tulis, laporan,
dan presentasi secara
kelompok maupun
individu
Siswa mendengarkan
penguatan guru dan
mencatat hal-hal
penting tentang apa
yang telah dipelajari
yang kemudian
melakukan
pemahaman yang
komprehensif
Tabel sintaks Pembelajaran problem based learning
43
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu pembelajaran merupakan proses mendidik anak dari
ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,
ketidakjujuran, ketidakadilan, dan dari segala keburukan dalam menghadapi
lingkungannya kelak. Banyak bermunculan model pembelajaran yang beragam
jenisnya dan memiliki kharakteristik dalam mendidik anak. Teori-teori tentang
belajar (behavioristic,kognitif,&kontruktivistik) yang dikemukakan para ahli
pendidikan yang berpandangan berbeda-beda merupakan acuan yang melandasi
terbentuknya berbagai ragam model dari pembelajaran.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas saran penulis terhadap pembahasan ini
adalah dalam pembelajaran dengan memperhatikan kajian teori pendidikan
merupakan sebuah jalan yang benar dalam menentukan model pembelajaran yang
ada dan tentunya sebaikknya model yang dibuat bersifat fleksibel dan sesuai
dengan keadaan peserta didik di suatu wilayah atau bangsa sehingga terciptanya
pembelajaran yang dapat di terima dengan baik oleh peserta didik dan pendidik.
44
Daftar Rujukan
Haryanto & Suyono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasana, Dedy. 2015. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Nanang. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rahyubi,Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.
Bandung: Penerbit Nusa Media.
D. Gunarsa,Singgih. 1997. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT
PBK Gunung Mulia.
Riyanto, Yatim. 2014. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Dharsana, Ketut, dkk. 2014. Penerapan Konseling Kognitif dengan Teknik
Pembuatan Kontrak (Contingency Contrcting) untuk Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X Tkr 1 SMK 3 Singaraja, 2 (1),
(Online), (ejournal.undiksa.ac.id/../3146), diakses 26 Februari 2016.
Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Media
Group.
Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktik. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.
Hariyanto & Warsono. 2013. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembealajaran : Teori dan Praktek. Malang:
ELANG MAS.
45
Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Hariyanto, Agus. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berbantuan Mind Map Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 21 (3): 221-242.

More Related Content

What's hot

Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyajhesica purba
 
PPT evaluasi pembelajaran PAI
PPT evaluasi pembelajaran PAIPPT evaluasi pembelajaran PAI
PPT evaluasi pembelajaran PAIzahraaini3
 
PPT manajemen kurikulum.pptx
PPT manajemen kurikulum.pptxPPT manajemen kurikulum.pptx
PPT manajemen kurikulum.pptxShezaYolanda1
 
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1arlanridfan farid
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Arif Winahyu
 
Model dan Metode Pembelajaran Abad 21 Untuk KURIKULUM 2013
Model dan Metode Pembelajaran Abad 21 Untuk KURIKULUM 2013Model dan Metode Pembelajaran Abad 21 Untuk KURIKULUM 2013
Model dan Metode Pembelajaran Abad 21 Untuk KURIKULUM 2013Laila Hikmatul Khotimah
 
Ppt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cippPpt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cippMahfudin Fc
 
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalismePentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalismesoeh20
 
Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar
Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajarTeknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar
Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajarKumala Lestari
 
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Jerry Makawimbang
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerDimas Dwi Senggono S
 
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar Biasa
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaInstrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar Biasa
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaRoHim MohaMad
 
contoh penilaian autentik
contoh penilaian autentikcontoh penilaian autentik
contoh penilaian autentikTuti Lestari
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniMichelle Rumawir
 
Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganPeta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganDevia Titania
 
Masalah masalah dalam belajar
Masalah masalah dalam belajarMasalah masalah dalam belajar
Masalah masalah dalam belajarmohtheaeng
 

What's hot (20)

Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
 
PPT evaluasi pembelajaran PAI
PPT evaluasi pembelajaran PAIPPT evaluasi pembelajaran PAI
PPT evaluasi pembelajaran PAI
 
PPT manajemen kurikulum.pptx
PPT manajemen kurikulum.pptxPPT manajemen kurikulum.pptx
PPT manajemen kurikulum.pptx
 
Analisis Instruksional
Analisis InstruksionalAnalisis Instruksional
Analisis Instruksional
 
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1
Ppt evaluasi-kurikulum-kel.-1
 
Pengertian perencanaan pendidikan
Pengertian perencanaan pendidikanPengertian perencanaan pendidikan
Pengertian perencanaan pendidikan
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
 
Model dan Metode Pembelajaran Abad 21 Untuk KURIKULUM 2013
Model dan Metode Pembelajaran Abad 21 Untuk KURIKULUM 2013Model dan Metode Pembelajaran Abad 21 Untuk KURIKULUM 2013
Model dan Metode Pembelajaran Abad 21 Untuk KURIKULUM 2013
 
Ppt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cippPpt evaluasi dengan model cipp
Ppt evaluasi dengan model cipp
 
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalismePentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme
Pentingnya supervisi pendidikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme
 
Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar
Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajarTeknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar
Teknik tes dan teknik nontes sebagai alat evaluasi hasil belajar
 
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
 
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar Biasa
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaInstrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar Biasa
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar Biasa
 
contoh penilaian autentik
contoh penilaian autentikcontoh penilaian autentik
contoh penilaian autentik
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
 
Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganPeta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
 
Tahap perkembangan moral kohlberg
Tahap perkembangan moral kohlbergTahap perkembangan moral kohlberg
Tahap perkembangan moral kohlberg
 
Cover Skripsi PGSD
Cover Skripsi PGSDCover Skripsi PGSD
Cover Skripsi PGSD
 
Masalah masalah dalam belajar
Masalah masalah dalam belajarMasalah masalah dalam belajar
Masalah masalah dalam belajar
 

Viewers also liked

Pengantar pendidikan fix
Pengantar pendidikan fixPengantar pendidikan fix
Pengantar pendidikan fixyulius LYAN
 
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3Uhthi Solekhah
 
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada PendidikanGPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada PendidikanAtifah Ruzana Abd Wahab
 
Teori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikTeori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikVirlinda Siska
 
JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)
JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)
JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)Nur Arifaizal Basri
 
Toyota 1KD-FTV Common Rail Diesel Injector Installation Manual
Toyota 1KD-FTV Common Rail Diesel Injector Installation Manual Toyota 1KD-FTV Common Rail Diesel Injector Installation Manual
Toyota 1KD-FTV Common Rail Diesel Injector Installation Manual BaileysDieselGroup
 
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.Eko Soeripno
 
Denso hp-3 servis manual
Denso hp-3 servis manualDenso hp-3 servis manual
Denso hp-3 servis manualViktor
 
Common rail diesel fuel systems
Common rail diesel fuel systemsCommon rail diesel fuel systems
Common rail diesel fuel systemsamged radhi
 
Introduction to common rail ( Bosch; Denso; Delphi; Vdo)
Introduction to common rail ( Bosch; Denso; Delphi; Vdo)Introduction to common rail ( Bosch; Denso; Delphi; Vdo)
Introduction to common rail ( Bosch; Denso; Delphi; Vdo)Luca Nurchi
 

Viewers also liked (11)

Pengantar pendidikan fix
Pengantar pendidikan fixPengantar pendidikan fix
Pengantar pendidikan fix
 
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
 
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada PendidikanGPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
 
Teori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikTeori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristik
 
JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)
JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)
JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)
 
Toyota 1KD-FTV Common Rail Diesel Injector Installation Manual
Toyota 1KD-FTV Common Rail Diesel Injector Installation Manual Toyota 1KD-FTV Common Rail Diesel Injector Installation Manual
Toyota 1KD-FTV Common Rail Diesel Injector Installation Manual
 
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
 
Denso hp-3 servis manual
Denso hp-3 servis manualDenso hp-3 servis manual
Denso hp-3 servis manual
 
Crdi ppt
Crdi pptCrdi ppt
Crdi ppt
 
Common rail diesel fuel systems
Common rail diesel fuel systemsCommon rail diesel fuel systems
Common rail diesel fuel systems
 
Introduction to common rail ( Bosch; Denso; Delphi; Vdo)
Introduction to common rail ( Bosch; Denso; Delphi; Vdo)Introduction to common rail ( Bosch; Denso; Delphi; Vdo)
Introduction to common rail ( Bosch; Denso; Delphi; Vdo)
 

Similar to TEORI PEMBELAJARAN

Model perkuliahan berbasis logika
Model perkuliahan berbasis logikaModel perkuliahan berbasis logika
Model perkuliahan berbasis logikaLSP3I
 
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.pptTEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.pptLim Salawat
 
Tugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulumTugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulumhuzaipah
 
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islamPeran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islamMuhamad Fatih Rusydi
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulumyanti riyanti
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulumyanti riyanti
 
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologiPengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologiYuningsih Yuningsih
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranyunitasari_31
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanAndriani Widi Astuti
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranDESYFITRIANI
 
Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Viki Dita
 
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046erlin0305
 
Kurikulum dan pembelajaran tina
Kurikulum dan pembelajaran   tinaKurikulum dan pembelajaran   tina
Kurikulum dan pembelajaran tinaTinaSitiNurhasanah
 
Tugas Resensi Buku
Tugas Resensi BukuTugas Resensi Buku
Tugas Resensi BukuMel Noizz
 
Kurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn IrmaKurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn IrmaIRMA HERDIANTI
 
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulumAdministrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulumAnggraeni Novita Sari
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniAwal Akbar Jamaluddin
 

Similar to TEORI PEMBELAJARAN (20)

Model perkuliahan berbasis logika
Model perkuliahan berbasis logikaModel perkuliahan berbasis logika
Model perkuliahan berbasis logika
 
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.pptTEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
 
Midah
MidahMidah
Midah
 
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOREKSPEKTASI KINERJA KONSELOR
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR
 
Tugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulumTugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulum
 
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islamPeran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulum
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulum
 
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologiPengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaran
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
 
Problematika sejarah
Problematika sejarahProblematika sejarah
Problematika sejarah
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4
 
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
 
Kurikulum dan pembelajaran tina
Kurikulum dan pembelajaran   tinaKurikulum dan pembelajaran   tina
Kurikulum dan pembelajaran tina
 
Tugas Resensi Buku
Tugas Resensi BukuTugas Resensi Buku
Tugas Resensi Buku
 
Kurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn IrmaKurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn Irma
 
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulumAdministrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
 

Recently uploaded

IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Recently uploaded (20)

IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

TEORI PEMBELAJARAN

  • 1. Ragam Model dan Sintak Pembelajaran Berdasarkan Teori Behavioristik, Kognitif, dan Konstruktivistik MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Belajar dan Pembelajaran Yang diampu oleh Prof. Dr. Amat Mukhadis, M.Pd. Disusun oleh: Fikri Hedi Cahyono Istiawan 150513603602 Ilham Akbar 150513604729 Yulius Lyan 150513602605 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN Februari 2016
  • 2. i Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat-Nya penulis dapat mengerjakan tugas makalah dengan lancar dan berkat izin-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas makalah dalam waktu yang cukup singkat. Makalah ini dibuat agar pembaca bisa mengetahui bahwa di dalam pelaksanaan pembelajaran tidaklah lepas dari acuan yangberupa teori tentang pendidikan tersebut yang kemudian bertrnsformasi menjadi sebuah bentuk cara mendidik, Dalam makalah ini terdapat materi yang membahas tentang konsep pembelajaran, teori dari behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses pengembangan pembelajaran, dan ragam model pembelajaran yang didasarkan dari teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik Penulis menyadari bahwa makalah ini dibuat masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran ataupun kritik yang membangun demi sempurnanya makalah ini. Penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan baik itu penulis maupun penyusunan yang telah penulis lakukan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat. Malang, 22 Februari 2016 Penulis
  • 3. ii Daftar Isi KATA PENGANTAR..................................................................................... i DAFTAR ISI...................................................................................................ii PENDAHULUAN..........................................................................................iii Latar Belakang .............................................................................iii Rumusan Masalah........................................................................iv Tujuan Penulsan...........................................................................iv PEMBAHASAN ............................................................................................1 Konsep Pembelajaran..................................................................2 Teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses pengembangan pembelajaran ......................................................3 1. Behaviorisme.........................................................................3 2. Kognitivisme .........................................................................7 3. Kontruktivisme....................................................................11 Perbedaan Teori Behavioristik, Kognitif, dan Kontruktivistik .13 Ragam Model Pembelajaran yang Didasarkan dari Teori Behavioristik, Kognitif, dan Kontruktivistik.............................14 1. Pembelajaran Langsung(direct instruction)........................15 2. Model Pembelajaran dalam Paradigma ”Perubahan Konseptual” .....................................................17 3. Model Reasoning and Problem Solving..............................20 PENUTUP....................................................................................................21 Kesimpulan.......................................................................................21 Saran.................................................................................................21 DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................22
  • 4. iii Pendahuluan Latar Belakang Belajar adalah sintesis dari pembelajaran, dimana belajar berada di dalam proses yaitu pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah proses mendidik anak dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, ketidakadilan, dan dari segala keburukan dalam menghadapi lingkungannya kelak (Mulyasana, 2015: 67). Fokus dari pembelajaran diarahkan pada pembentukan jati diri pesrta didik, karena proses pembeljaran akan efektif jika jati diri (fisik, emosional, dan mental) peserta didik terbangun dengan utuh. Dalam perjalanannya, pembelajaran mengalami perkembangan seiring dengan zaman yang berubah dan pembaharuan teori-teori pembelajaran yang banyak dikemukakan para ahli pendidikan yang sekaligus dijadikan acuan acuan dalam pembaharuan pembelajaran dari masa ke masa. Di dalam praktik pembelajaran saat ini, banyak terjadi penyimpangan antara tujuan dari pembelajaran dan hasil dari proses pembelajaran yang berimbas pada kualitas tenaga kerja dan hasil kerja para generasi penerus yang kurang optimal bahkan dapat menimbulkan beberapa tindakan menyimpang seperti korupsi. Hal tersebut terjadi karena ketidaksesuaian dari metode pembelajaran yang diberikan oleh pengajar, kurikulum yang kurang fleksibel, evaluasi pembelajaran yang hanya memfokuskan pada kuantitas lulusan bukan kualitas lulusan sehingga peserta didik tidak dapat mengembangkan potensi dan ketrampilannya secara optimal. Permasalahan tersebut juga diperburuk dengan kualitas pengajar yang tidak kompeten dalam bidangnya, sehingga peserta didik merasa belum memaknai arti dari apa yang mereka pelajari. Efeknya, peserta didik hanya mendapat bahan ajar yang ada sesuai dengan perintah guru dan tidak mendapatkan pelajaran tentang kepribadian dan karakter yang menjadi penyeimbang dari sisi kognitif peserta didik.
  • 5. iv Dari permasalahan pendidikan di atas maka penulis menyusun makalah ini sebagai sumber informasi bagi pembaca agar lebih memaknai proses pembelajaran dan metode yang diberikan dengan mengacu pada konsepsi behavioristik, kognitif, kontruktivistik sebagai pengembangan potensi peserta didik dan pengembangan karakter yang lebih baik. Jadi proses pembelajaran akan lebih bermakna dengan adanya acuan yang memberi kelengkapan pada hasil pendidikan. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana konsep dari pembelajaran ? 2. Bagaimana teori dari behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses pengembangan pembelajaran? 3. Bagaimana perbedaan antara teori behavioristik, kognitif, dan kontrutivistik? 4. Bagaimana ragam model pembelajaran yang didasarkan dari teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik ? Tujuan Penulisan 1. Memaparkan konsep dari pembelajaran. 2. Menjelaskan tentang teori dari behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses pengembangan pembelajaran. 3. Menjelaskan perbedaan antara teori behavioristik, kognitif, dan kontrutivistik. 4. Menjelaskan tentang ragam model pembelajaran yang didasarkan dari teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik.
  • 6. 1 Pembahasan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka pada bab pembahsan kali ini akan membahas tentang konsep pembelajaran, konsep dari behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses pengembangan pembelajaran, dan ragam model pembelajaran yang didasarkan dari konsep behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik. Berikut pembahasan dari ketiga topic tersebut. Konsep Pembelajaran Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik, pendidik, dan bahan ajar/ sumber belajar yang pada akhirnya menciptakan suatu kegiatan belajar antara peserta didik dan guru/ pengajar (Rahyubi,2012:06). Dalam konteks berbeda pembelajaran dan pengajaran memiliki tingkatan yang hampir sama, namun berbedaan yang signifikan antara keduanya adalah pada konsep di dalamnya. Pembelajaran menaruh konsep pada interaksi antara guru dan murid yang kemudian menimbulkan suatu hasil belajar, sedangkan pengajaran memberikan konsep hanya sebagai pekerjaan satu pihak yaitu guru. Namun tujuan dan fokus dari pengajaran dan pembelajaran adalah sama yaitu membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakjujuran, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,dan keburukan hati nurani serta kepribadian yang buruk. Pada fikus pembelajaran, pendidik memiliki fungsi yang penting dan tidak hanya mentransferkan ilmunya saja melainkan memberikan motivasi belajar, pengawas perkembangan peserta didik, dan sebagai pemberi jalan yang benar dalam bersikap kepada peserta didik, untuk itu pendidik seyogyanya dari awal pembelajaran telah mencerminkan suatu sikap yang menjadi panutan bagi peserta didiknya. Pendidik yang baik bukanlah pendidik yang hanya kompeten dan ahli dalam bidangnya, melainkan pendidik yang mampu memahami peserta didiknya dan mendorong peserta didiknya untuk belajar dengan baik. Dalam pembelajaran terdapat ketiga aspek yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu : (1) perkembangan kognitif yang mumpni meliputi pencapaian pemahaman sumber belajar secara komprehensif, (2) perkembangan afektif yang
  • 7. 2 mencakup perubahan sikap yang menuju manusia yang kaffah yaitu manusia yang mimilki kualitas akhlak, logika, dan keimanan diri yang menyeluruh dan seimbang sehingga islam bukan hanya urusan shalat dan saum (puasa) saja melainkan memaknai islam sebagai pembentuk kepribadian yang menyeimbangkan antara ilmu dan kehidupan nyata kelak(Mulyasana,2015: 67) (3) perkembangan psikomotorik yang mencakup ketrampilan peserta didik yang didasarkan pada pemahaman aspek koginitif sehingga terciptanya kemampuan psikomotorik yang kompeten. Namun pada akhirnya pembelajaran akan bermuara pada kemampuan manusia yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif di masa yang akan datang. Dalam pembelajaran, peserat didik seyogyanya dapat membentuk dirinya menjadi manusia pembelajar yang kaffah, berkharakter, bermakna, punya keahlian yang kompeten, berguna bagi masyarkat, dan berkomitmen sosial yang tinggi. Pembelajaran akan lebih bermakna apabila pendidik dapat menciptakan kondisi lingkungan belajar menjadi kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik guna mencapai tujuan akhir dari pembelajaran yang dipaparkan di paragraf sebelumnya. Sumber belajar yang menyenangkan juga akan menumbuh kembangkan minat dan motivasi peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih dimaknai sebagai kegiatan yang bermanfaat dan bernilai bagi diri peserta didik. Guru/ pendidik juga perlu mendesain pembelajaran menjadi suatu proses yang tidak hanya menceamahkan ilmuny saja namun juga harus memberikan desain pembelajaran yang konkrit sehigga peserta didik mampu memetik manfaat dari apa yang mereka lakukan dalam lingkungan belajarnya.
  • 8. 3 Teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses pengembangan pembelajaran. Teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik memiliki keterkaitan dalam penyusunan model dan strategi dari pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan. Ketiga teori tersebut menjadi sebuah acuan dalam pengembangan pendidikan diberbagai negara termasuk Indonesia, sehingga lewat ketiga konsep tersebut dapat dijadikan penuntun dari penemuan proses pembelajaran yang cocok bagi peserta didik sesuai dengan perkembangan zaman dan keterkaitn aspek lain. Teori tersebut dapat diartikan sebagai prinsip awal yang berisi kumpulan prinsip tentang bagaimana manusia belajar dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar( Rahyubi,2012: 13). Teori dari ketiga aliran ini telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan yang didasarkan pada perdaban manusia dan perkembangan dari keiduapan manusia. Berikut penjelasan dari beberapa teori Behavioristik, kognitif, dan kontruktivistik. 1. Behaviorirme Teori behaviorisme beorientasi pada hasil yang dapat diukur, diamati, dianalisis, dan diuji secara objektif(Rahyubi,2012: 14). Menurut teori ini pengulangan dan pelatihan yang berulang-ulang akan menimbulkan sebuah pengalaman yang berbuah pada perubahan tingkah laku ataupun kepribadian seseorang dalam belajar. Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan teori tenatang behariorisme yaitu John B. Watson dan B.F Skinner. Mereka berdua merupakan tokoh behaviorisme yang mengembangkan teori tentang perubahan perilaku akibat dari interksi terhadap lingkungannya. Di dalam teori behavioristik ini menitik beratkan pada masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran ( output) yang berupa respon, namun terdapat faktor lain yang juga diangggap penting di dalam teori ini yaitu adalah faktor penguatan. Faktor penguatan merupakan fakor yang digunakan untuk memperkuat respon peserta didik agar pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien( Budiningsih, 2005: 20). Pada dasarnya teori behavioristik ini dapat diperjelas dari bagan berikut ini.
  • 9. 4 Gambar bagan pembelajaran menurut teori behavioristik Di dalam perkembangan teori beharvioristik terdapat beberapa ahli yang memiliki perbedaan yang berbeda memandang proses belajar peserta didik menurut persepsi yang berlandaskan pada dasar stimulus- respon. Berikut pemaparan teori behavioristik menurut beberapa ahli : John B. Watson John B. Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958. Beliau merupakan penggagas teori behaviorisme pertama di Amerika Serikat. Hal ini bermula dari penelitiannya tentang tikus putih yang ditaruh di dalam lorong yang berbelit-belit. Dari percobaan tersebut Watson mengamati dan mencatat berbagai perilaku tikus tersebut untuk memecahkan masalah tentang gejala-gejala perilaku binatang dalam kondisi tertentu. Kondisi yang diberiakn Watson kepada tikus percobaan tadi kemudian dijadikan sebuah penelitian tentang perubahan tingkah laku manusia diberbagai keadaan yang mempengaruhi daripada proses belajarnya. Teori yang dikemukakan Watson bertiitik tolak pada hal yang sama yaitu mekanisme terbentuknya stimulus (S) dan respons (R). Di dalam memahami perilaku manusia Watson menekankan perubahan tingkah laku yang menjadi hal utama dalam hasil belajar, dengan berubahnya tingkah laku manusia maka manusia tersebut akan secara otomatis mengalami STIMULUS (DARI GURU) RESPON (OLEH SISWA) PROSES PEMPELAJARAN P e n g u a t a n
  • 10. 5 kegiatan belajar. Oleh karena itu teori Behaviorisme yang dikemukakan Watson mempunyai pengaruh besar dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku manusia. Behaviorisme mamandang manusia hanya dari fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspek mental. Jadi behaviorisme tidak memandang hasil belajar manusia dari kecerdasan, bakat, dan minat melainkan perubahan tingkah laku yang berawal dari pengalaman hidup dan lingkunganlah yang berpengaruh dalam hal ini. Teori behaviorisme menekankan tenatng terbentuknya perilaku peserta didik sebagai hasil pengalaman dan hal tersebutlah disebut hasil belajar behaviorisme. Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori ini, dalam belajar terjadi interaksi antara stimulus dan respon, dimana guru dan lingkungan merupakan stimulus dari luar diri peserta didik(eksternal) dan minat dari peserta didik sebagai stimulus dari dalam diri peserta didik(nternal) dan pada akhirnya tercipta sebuah respons atau hasil dari stimulus tersebut berupa perubahan tingkah laku. Menurut teori behaviorisme seseorang dianggap belajar jika dapat menunjukkan perubahan periaku dirinya. B.F Skinner Burrhus Frederick Skinner atau biasa dipanggil B.F Skinner, beliau lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di Susquehanna, sebuah kota kecil di kereta api pegunungan Pennsylvania tepat dibawah Binghamton New York. Beliau merupakan tokoh behavioristik setelah John B. Watson, beliau mampu menjelaskan konsep behavioristik yang sederhana daripada tokoh-tokoh lainnya. B.F. Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model intruksi langsung (direct instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses pengkondisian operan (operant conditioning). Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan. Manajemen kelas menurut Skinner adalah usaha
  • 11. 6 untuk memodifikasi perilaku (Behavior modification) antara lain dengan penguatan (reinforcement) yaitu memberi pengharagaan terhadap perilaku yang diinginkan dan tidak memberikan imbalan kepada perilaku yang tidak tepat. Maksudnya pengajaran dimana guru memberikan sebuah penghargaan sebuah nilai kepada peserta didik karena hasil kerja yang baik dan memberikan penilaian yang kurang baik kepada hasil kerja yang asal-asalan, sehingga dengan cara tersebut perilaku peserta didik akan mulai berubah seiring dengan perbaikan diri yang dilakukan dengan pengawasan pendidik. Pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan( penguatan positif dan penguatan negatif) yang mengakibatkan perilaku tersebut mngulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Skinner membagi penguatan tersebut menjadi 2 bagian yaitu penguatan positif dan penguatan negatif . kedua pengulangan tersebut memiliki efek tersendiri terhadap perubahan perilaku peserta didik. Penguatan positif mengakibatkan pengulangan kembali perilaku yang dianggap peserta didik baik, dan penguatan negatif mengakibatkan hilangnya tingkah laku buruk dari peserta didik. Operant conditioning menjamin adanya respons terhadap stimulus, bila tidak terjadi respons maka guru tidak bisa mengarahkan peserta didik membentuk perilakunya. Guru memiliki peran aktif dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehigga tercapainya tujuan yang diinginkan. Jadi inti dari pemikiran skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan “cara kerja menentukan” (operant conditioning). Setiap makhluk hidup selalu bersinggungan dengan lingkungannya, tanpa disadari makhluk hidup menerima rangsangan dan hal tersebut adalah stimulus yang akhirnya menyebabkan manusia melakukan tindakan-tindakan tertentu yang mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Dari kedua tokoh behavioris yang telah dipaparkan di paragraph sebelumnya dapat disimpulkan bahwa behaviorisme berintikan pada perubahan sikap dan perilaku peserta didik yang berasal dari pengalaman-pengalaman belajar peserta didik dengan pengawasan dan control seorang pendidik dan lingkungan di
  • 12. 7 sekitar peserta didik memberikan rangsangan sehingga terbentuklah perilaku baik dari peserta didik akibat stimulus yang muncul dari diri peserta didik. Kelebihan dan kekurangan Behavioristik merupakan paham yang meyakini bahwa belajar adalah perubahan sikap pada individu dengan mengapabaikan aspek lain seperti kecerdasan dan lain-lain, teori ini meskipun hanya memandang belajar secara sederhana namun cukup lama digunakan para pendidik untuk mengajar para peserta didik. Mesk demikian teori ini tetap memiliki suatu kelebihan dan kekurangan tersendiri, berikut uraiannya. Kelebihan Paham behavioristik memiliki kelebihan tersendiri dalam menjalankan pembelajaran untuk peserta didik, kelebihan tersebut yakni : a. Teori ini masih banyak digunakan hingga kini sebagai teori yang dapat merubah tingkah laku peserta didik melalui prinsip stimulus- repons b. Teori ini berorientasi pada pembentukan pribadi peserta didik seperti peserta didik yang bertanggung jawab dan disiplin c. Kurikulum lama masih banyak menggunakan teori ini untuk pengembangan belajar peseta didik seperti Kurikulum KTSP d. Banyak sumber belajar seperti modul yang menggunakan konsep behavioristik sebagai pembentuk sifat belajar peserta didik Kekurangan a. Teori ini sering kali tidak dapat menjelaskan situasi belajar yang komplek b. Tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi saat pembelajaran c. Cenderung mengarahkan peserta didik untuk berpikir linier, konvergen, tidak krestif, dan tidak produktif d. Teori ini hanya menekankan pada pembentukan perilaku peserta didik dan mengabaikan perkembangan pemikiran dari peserta didik.
  • 13. 8 2. Kognitivisme Kognitivisme merupakan aliran yang muncul karena terdapat kekurangan terhadap teori behaviorisme yang menitik beratkan pada perubahan perilaku dan kemudian perubahan perilaku tersebut dijadikan sebagai hasil dari belajar peserta didik. Menurut kaum kognitif acuan tersebut kurang tepat, dikarenakan bahwa belajar bukanlah hanya sebatas perubahan perilaku melainkan proses mengolah, merasakan, menyimpan dan merespon informasi di dalam otak manusia. Jadi menurut kaum kognitif belajar merupakan proses beriringan antara pikiran (mind) dan perilaku (behavior) sehingga keduanya berjalan saling berdampingan. Konsep teori kognitif ini menekankan pada proses belajar yang dicapai bukan dari hasil belajar itu sendiri. Pada teori ini meyakini bahwa dengan proses yang tepat maka hasil yang dicapai akan lebih maksimal. Di dalam teori ini belajar memiliki hubungan erat dengan perkembangan kognitif peserta didik yang sejalan dengan perubahan fisik maupun psikis peserta didik( Thobroni, 2015: 80). Pengalaman yang dimiliki peserta didik pada teori ini berfungsi untuk memberikan pendorong pemahaman yang dimiliki peserta didik. Di dalam memperjelas teori kognitif ini terdapat beberapa tokoh pendidikan yang banyak mengemukakan teori ini yaitu Max Wertheimer dan Jean Piaget yang memiliki pemikiran terhadap teori kognitivisme. Berikut ulasan dari kedua tokoh tersebut. Max Wertheimer Max Wertheimer merupakan tokoh yang pertama kali menggagas tentang teori kognitif yang terkenal dengan teori Gestaltnya di Jerman pada tahun 1912. Teori Gestalt berpandangan bahwa manusia tidak hanya bereaksi jika terdapat stimulus yang mempengaruhinya. Namun manusia lebih dari hal tersebut, manusia dapat merespons rangsangan dari lingkungan tidak hanya secara mekanistik malainkan dengan melibatkan unsur subyetivitasnya (pemikiran).manusia juga merupakan makhluk yang utuh dan dapat melibatkan aspek jasmani dan rohani dalam menanggapi rangsangan dari lingkungannya. Berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh kaum behavioris yang memandang belajar hanya tial and error atau rangsangan/stimulus dan respons
  • 14. 9 saja. Di dalam pandangan teori Gestalt segala tingkah laku yang dilakukan manusia selalu didasari oleh kognisi (pikiran) yaitu tindakan menganal dan memikirkan tingkah laku dimana tingkah laku tersebut terjadi. Dalam kondisi belajar peserta didik akan mudah dalam memahami suatu pelajaran tertentu dengan mendasari apa yang dilihat dengan kognisi, sehingga peserta didik dapat memahami betul apa yang mereka pelajari dan kemudian belajar akan lebih memiliki makna bagi pendidik dan peserta didik. Inti dari teori Gestalt adalah sebuah pemahaman belajar yang menitik beratkan pada pemberdayaan kognisi (pemikiran) yang kemudian dirasakan, diolah, disimpan dan kemudian direspon dalam bentuk tanggapan yang sistematis, dan kemampuan dari kognisi setiap individu berbeda-beda dan memiliki kharakteristik yang berbeda-beda pula. Jean Piaget Jean Piaget adalah seorang filsuf, ilmuan, psikolog, dan pendidik berkebangsaan Swiss yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan perkembangan kognitif. Jean Piaget lahir pada tangga 9 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss. Piaget berkesimpulan bahwa pikiran anak-anak tidaklah kosong tetapi mereka selalu berkhayal, menguji sesuatu yang baru dan bagaimana kinerjanya. Piaget juga terkenal karena teori tentang pembelajaran berdasarkan tahap yang berbeda dalam perkembangan intelegensi anak. Piaget berpendapat bahwa perkembangan kogntif merupakan proses genetik, yatiu proses yang didasari atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf, makin bertambahnya usia seseorang maka makin kompleksnya susunal sel dan saraf dan makin meningkat pula kemampuannya dalam berpikir. Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget menjelaskan bahwa pengembangan kemampuan berpikir anak memiliki tahapan-tahapan yang teratur sesuai dengan perkembangan fisik dan mental (usia). Menurut Singgih (1997:141) di dalam perkembangan kognitif terdapat 4 aspek penting yaitu : 1. Kematangan yang berarti perkembangan dari susunan saraf. Misalnya kemampuan melihat atau mendengar
  • 15. 10 2. Pengalaman, yatitu hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya dan dunianya 3. Transmisi Sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dari hubungannya dengan lingkungan 4. Ekuilibrasi yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak, agar ia selalu mampu mempertahankan keseimbangan diri dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Piaget juga menyebutkan bahwa pemahaman anak setidaknya melalui tiga tahap pertama yang berbeda dari orang dewasa, yaitu didasarkan pada keaktifan mereka menjelajahi lingkungan daripada soal pemahaman bahasa. Dalam pengamatan terhadap perkembangan kognitif anak piaget menemukan bahwa sifat dasar( keturunan) dan pemelihara(lingkungan) sama-sama berintegrasi dalam tumbuh kembang kognitif anak tersebut dan memiliki kedudukan penting serta tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Di dalam teorinya Piaget membagi pertumbuhan kognitif anak menjadi beberapa tahapan yang memiliki variasi yang tetap namun berbeda dalam setiap tahapannya mulai dari anak-anak hingga dewasa. Tahapan-tahapan tersebut memiliki ciri-ciri perkembangn yang berbeda. Tahapan tersebut yaitu tahap sensorimotor, tahap pra operasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Berikut penjelasan singkat dari keempat tahap perkembangan jean piaget. Tahap sensorimotor Tahap ini terjadi pada anak usia 0-2 tahun, tahap ini merupakan tahap awal dari perkembangan kognitif yang memiliki ciri pokok yaitu anak mengenali dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek yang ada disekitarnya. Dalam tahap ini anak berkembang melalui fisik dan sensori sehingga terbentuknya suatu koordinasi gerak dari dalam dirinya. Tahap Pra Operasional Tahap ini terjadi pada usia 2-7 tahun , ciri pokok dari perkembangan ini adalah penggunaan symbol atau bahasa tanda dan konsep intuitif. Pada tahap ini
  • 16. 11 anak mulai berimajinasi terhadap obyek tertentu terutama pada apa yang dipakai untuk bermain. Mereka mulai menggunakan kemampuan kognisinya namun belum begitu sempurna dan terbatas terhadap apa yang ada di depannya saja. Tahap Operasional Konkret Tahap ini terjadi pada anak usia 7-12 tahun dimana anak sudah mulai mampu berpikir secara logis terhadap kejadian yang nyata/ konkret dalam lingkungannya. Anak sudah mulai mampu berpikir logis, mengklasifikasi benda, dan bilangan. Namun hanya pada batas objek yang nyata (yang terdapat dihadapan anak tersebut). Tahap Operasional Formal Tahap ini merupakan tahap pematanagan kongnitif anak yang terjadi di usia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini anak sudah dapt berpikir logis, hipotesis,dan abstrak terhadapa suatu hal baik subyektif maupun obyektif. Dapat diambil sebuah kesimpulan yang mendasar pada teori kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget adalah perkembangan kognitif dari seorang anak memiliki tahapan-tahapan yang bervariasi dan konstan pada jenjang usia tertentu dan saling berkaitan satu sama lainnya. Kelebihan dan Kekurangan Di dalam teori kognitif menjelaskan bahwa dalam belajar manusia secara tidak langsung mengembangkan kemampuan berpikirnya, sehingga teori ini lebih menekankan perkembangan berpikir manusia sebagai tahap belajar. Namun, di sisi lain teori kognitif ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Berikut uraiannya. Kelebihan a. Peserta didik lebih berpikir kreatif dan produktif b. Hubungan antara guru yang tidak hanya searah saja, sehingga peserta didik mampu berkomunikasi dengan pendidik secara efektif c. Kemampuan berpikir peserta didik yang kritis dan aktif lebih terasah
  • 17. 12 Kekurangan a. Proses pembelajaran kognitif lebih rumit karena menitik beratkan pada kognisi peserta didik, maka pendidik harus sabar dalam menjalani pembelajaran model kognitif dimana jika pendidik tidak mimiliki kesabaran maka proses pembelajaran model ini akan terasa membebani b. Memerlukan tenaga pendidik yang memiliki kesabaran dan kompeten dalam mendidik peserta didik dalam proses belajar kognitif 3. Konstruktivisme Kontruktivistis merupakan bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan kontruktivisme adalah aliran yang berupaya membangun tata susunan hidup kebudayaan modern(Riyanto,2014: 143). Di dalam teori kontruktivisme memandang belajar merupakan proses membangun makna suatu hal yang dipelajari sehingga belajar tidaklah mendapatkan ilmu dari pendidik melainkan peserta didik dapat mengkontruk/ membangun suatu konsep belajarnya sendiri. Teori ini berpandangan juga terhadap pengalaman yang menjadikan pembangun dari proyeksi pengetahuan yang kemudian dituangkan dalam kehidupan nyata. Jadi dalam teori ini pengalaman dikatakan berpengaruh karena dapat membangun konsep diri seseorang akan pemahaman tentang apa yang dipelajarinya. Belajar dengan demikian bukan semata-mata sebagai suatu pengaturan model mental seseorang untuk mengakomodasi pengalaman baru. Kontrukivisme memiliki satu prinsip penting dalam psikologi pendidikan bahwa guru tidak hanya memberikan pengetahuannya kepada siswa malinkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya, sehingga siswa mampu mentransformasikan pengetahuan yang dimilikinya walaupun tanpa adanya guru dan dapat memproyeksikan pengetahuannya secara mandiri dalam berbagai bentuk dari pemahamannya. Jadi dapat dikatakan praktek dari pembelajaran kontruktivis ini diumpamakan seperti guru yang memberikan tangga untuk siswa naik namun guru tidak memberikan cara bagaimana siswa naik melainkan siswalah yang membangun sendiri cara dalam benaknya untuk naik ke atas menggunakan tangga tersebut. Tokoh yang terkenal dalam teori ini adalah Jean Piaget yang menemukakan juga tentang teori kognitifnya yang terkenal.
  • 18. 13 Jean Piaget berpandangan bahwa dalam perkembangan anak memiliki makna membangun struktur kognitifnya sendiri atau disebut sebagai peta mentalnya(skema) yang kemudian membawa anak kepada pemahaman yang lebih komplek. Konsep tentang skema atau peta mental digunakan untuk memahami dan menaggapi pengalaman fisik dalam lingkungannya. Dapat dikatakan bahwa dengan membangun peta mental nya sendiri anak akan secara mandiri untuk berpikir dengan diiringi pengamatan (pengalaman) yang ada sehingga proses perkembangan anak menjadi lebih optimal dengan kemandirian dalam berpikir yang dimiliki anak tersebut. Dalam pandangan kontruktivis, dilihat dari sudut pandang pembelajaran dapat memberikan suautu manfaat bagi peserta didik agar dapat menjadi insan pembelajar yang mandiri, inovatif, dan bertangggung jawab akan apa yang dipahaminya sesuai dengan konsep diri yang telah dibangun dalam pemahaman terhadap obyek yang dipelajari, sehingga pada dasarnya kontruktivisme menitik beratkan akan kemandirian peserta didik dalam mengolah dan membangun konsepsi diri dalam mamahami segala sesuatu yang dipelajarinya. Kelebihan dan Kekurangan Di dalam proses pembelajaran kontrutivistik memandang belajar merupakan proses membangun makna suatu hal yang dipelajari sehingga belajar tidaklah mendapatkan ilmu dari pendidik melainkan peserta didik dapat mengkontruk/ membangun suatu konsep belajarnya sendiri. Dalam perjalanannya pembelajaran model kontruktivistik memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Berikut uraian dari kelebihan dan kekurangan tersebut. Kelebihan a. Peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran b. Pemahaman dalam belajar lebih diutamakan daripada mengingatnya saja oleh pendidik
  • 19. 14 c. Kesempatan peserta didik untuk berkembang, mengemukakan pendapat dan kreatif lebih di utamakan d. Individu/ peserta didik lebih dipandang sebagai sebagai sesuatu yang memiliki tujuan. Kekurangan a. Pendidik harus lebih kreaif dalam merencanakan pembeljaran dan memilih media pembelajaran b. Sulit bagi pendidik yang sudah lama menggunakan model pembelajaran baru dan harus memulai dengan model pembelajaran kontruktivistik c. Siswa harus aktif dalam kelas guna memperlancar pembelajaran yang ada Perbedaan Teori Behavioristik, kognitif, dan kontruktivistik Sebagai akar dari sistem pembelajaran yang ada, ketiga teori tersebut selain memiliki kharakteristik yang berbeda juga memiliki perbedaan dalam memandang makna dari belajar itu sendiri. Ketiga teori tersebut juga memberikan hasil yang berbeda-beda dalam proses belajar. Perbedaan ketiga teori di atas tertuang dalam tabel berikut. No Behavioristik Kognitif Kontruktivistik 1 Berpandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku semata dan berhubungan dengan stimulus dan respons Berpandangan bahwa perkembangan mental dan pemikiran adalah hasil belajar yang digunakan dalam memikirkan tindakan/ perilaku sesuai situasi yang ada Memandang belajar sebagai pemahaman/ memaknai apa yang dipelajari dalam situasi belajar yang ada 2 Memandang individu sebagai obyek yang pasif Memandang individu sebagai subyek yang aktif Memandang individu sebagai pribadi yang memiliki tujuan 3 Hasil bejalar berupa Hasil belajar berupa Hasil belajar berupa
  • 20. 15 perubahan sifat dan perilaku perubahan perilaku dan perkembangan kognitif kemandirian peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungannya 4 Pendidik lebih dominan dan peserta didik hanya menerima apa yang diberikan oleh pendidik Pendidik dan peserta didik berperan sebagi tim yang saling berkomunikasi Peran pendidik sebagai pembangun pemahaman/ memberikan makna dibalik apa yang dipelajari 5 Peserta didik tidak memiliki ruang untuk mengembangkan diri sehingga kurang kreatif, pasif, dan tidak produktif Peserta didik lebih aktif dan perannya mendapat perhatian dari pendidik sehingga peserta didik lebih kritis, aktif, dan kreatif dalam proses belajar Peserta didik lebih mendapatkan pemahaman yang baik terhadap apa yang dipelajari Tabel perbedaan antara teori behavioristik kognitif dan kontruktivistik Ragam Model Pembelajaran yang Didasarkan dari Teori Behavioristik, Kognitif, dan Kontruktivistik Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman yang digunakan sebagai acuan pembelajaran(Rahyubi,2012: 251). Model pembelajaran merupakan kerangka yang konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam pegorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran disusun berdasarkan teori-teori belajar yang memiliki kharakteristik berbeda-beda dan menjadi acuan dalam menyusun model pembelajaran yang kemudian disesuaikan dengan kondisi dari negara yang menerapkan teori tersebut. Model pembelajaran cenderung pada sifat yang menuntun dan menentukan bagaimana cara membelajarkan peserta didik, dengan adanya model pembelajaran maka pendidikan akan lebih terarah dan
  • 21. 16 sesuai dengan keadaan peserta didik. Berikut beberapa model dan sintak pembelajaran yang mengacu pada teori behavioristik, kognitivistik dan kontruktivistik. Behavioristik Model pembelajaran yang popular dipakai yang mengarah pada konsep Behavioristik adalah model pembelajaran langsung (direct instruction). Berikut ulasan dari model pembelajaran langsung. 1. Pembelajaran Langsung(direct instruction) Model pembelajaran ini menitik beratkan pada perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang dapat diobservasi. Prinsip penggunaan teori perilaku ini dalam belajar adalah pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang diharapkan. Penguatan melalui umpan balik pada setiap tahapan tugas yang diberikan kepada pebelajar merupakan dasar praktis penggunaan teori ini dalam pembelajaran. Dengan cara tersebut maka peserta didik dapat berpikir dan mengembangkan perilaku dalam belajar beriringan dengan lingkungan yang memberikan umpan balik guna memperkuat perubahan tingkah laku dari peserta didik. Prinsip pembelajaran langsung juga difokuskan pada kinerja peserta didik ke dalam tujuan yang akan dicapai melalui pelaksanaan tugas-tugas yang harus dilakukan, dan pengembangan aktivitas latihan untuk memantapkan penguasaan setiap komponen tugas yang diberikan. Istilah directive digunakan untuk menekankan pembelajaran dalam mencapai tujuan, bahwa siswa dapat meniru perilaku-perilaku atau keterampilan yang dimodelkan atau diperagakan atau diinstruksikan oleh guru. Di dalam pembelajaran langsung guru memiliki tugas sebagai pengawas, pengorganisir, dan menstruktur kegiatan pembelajaran. Jadi semua kegiatan pembelajaran berpusat pada guru sehingga intruksi yang diberikan guru lebih dominan pada pembelajaran langsung ini. Tujuan utama model direktif/langsung adalah memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku dihubungkan dengan pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang
  • 22. 17 digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas. Dengan demikian, model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur, dan berorientasi akademik. Guru berperan sebagai penyampai informai, dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya. Sintaks model pembelajaran langsung menurut Skinner dalam Rahyubi (2012: 65) adalah sebagai berikut. 1. Orientasi Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa : a) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa; b) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; c) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; d) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan e) menginformasikan kerangka pelajaran. 2. Presentasi Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa : a) penyajian materi dalam langkah- langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek; b) pemberian contoh-contoh konsep; c) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; d) menghindari disgresi; e) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit. 3. Latihan terstruktur Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
  • 23. 18 4. Latihan terbimbing Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengasah kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan. 5. Latihan mandiri Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan. Adapun sintak yang secara khusus dilakukan oleh peserta didik dan pendidik untuk mewujudkan pembelajaran langsung ini. Berikut pemaparan dari sintak tersebut. No Guru Siswa 1 Tahap Orientasi Guru menyampaikan tujuan pembeljaran yang akan dicapai Memperhatikan dengan seksama penjelasan dari guru Guru menjelaskan alokasi waktu yang akan diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran Menanyakan setiap poin-poin alokasi yang belum dimengerti dalam penjelasan guru Guru memotivasi siswa untuk mempersiapkan fisik maupun psikis siswa Siswa mendengarkan dan memahami penyampaian guru 2 Tahap Presentasi Guru mempersentasikan pelajaran yang akan dipelajari dengan memperkenalkan bahan ajar menggunakan media proyektor ataupun langsung pada bahan ajar Siswa mencatat, mendengarkan, memahami dan bertanya kepada guru tentang materi yang dipaparkan.
  • 24. 19 Guru menyampaikan langkah- langkah kerja kepada siswa Siswa memperhatikan setiap penjelasan tentang langkah kerja yang dijelaskan guru dan bertanya jika mengalami kesulitan. Menjelaskan kembali setelah langkah-langkah yang dipraktekkan guna menghindari kesalahan pemahaman siswa Mencatat hal-hal yang dijelaskan kembali oleh guru untuk meningkatkan pemahaman 3 Latihan Terstruktur Guru memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan langkah-langkah yang telah diberikan oleh guru Siswa melakukan tugas dengan langkah-langkah yang telah diberikan oleh guru Memberikan pengarahan atas respon siswa dalam memahami tugas yang diberikan dan memberikan penguatan Siswa membenarkan konsep setiap langkah yang salah dalam pengerjaan setelah guru memberikan penguatan 4 Latihan Terbimbing Guru memberikan kesempatan siswa untuk mencoba bahan ajar yang telah dijelaskan Siswa melatih keterampilan mereka sesuai dengan penjelasan guru sebelumnya Guru mengawasi setiap pengerjaan siswa dan membenarkan kinerja siswa Siswa memperhatikan setiap kesalahan yang dilakukan dan melakukan pembenaran dari penguatan yang diberikan guru 5 Latihan mandiri Guru memonitor perkembangan dari siswa Siswa mampu mengerjakan dengan teliti setiap langkah- langkah yang diberikan oleh guru Tabel sintaks khusus pembelajaran langsung (direct learning)
  • 25. 20 2. Model Pembelajaran Ekspositoris Pembelajaran ekspositoris merupakan sebuah model pembelajaran yang menekankan penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa yang dimaksudkan agar siswa mampu menguasai materi ajar secara optimal. Di dalam model pembelajaran ini siswa tidak dituntut untuk menemukan materi ajar yang dipelajri namun lebih kepada guru sebagai sumber belajar utama. Secara singkat pembelajaran ekspositoris berakar pada pengajaran yang berpusat kepada guru (teacher sentered), oleh karena itu guru dalam model pembelajaran ini menjadi sangat dominan dan siswa menjadikan guru menjadi pusat dari ilmu pengetahuan yang satu-satunya. Melalui strategi ini maka guru dapat dengan mudah menjelaskan materi ajar secara terstruktur dengan harapan siswa dapat memahami materi ajar yang dipelajari. Di dalam pembelajaran ekspositoris terdapat sintak / langkah-langkah sistematis dalam mewujudkan pembelajaran tersebut. Menurut sanjaya ( 2008: 301) terdapat 5 sintak dalam pembelajaran ekspositoris. Berikut pemaparannya : 1. Persiapan Pada tahap ini mempersiapkan siswa untuk menerima setiap materi ajar yang diberikan. Tahap ini sangat penting bagi siswa dan terutama dirasakan oleh guru dalam mengorganisasi kelas guna menigkatkan efektifan pembelajaran di kelas. 2. Penyajian Langkah menyampaikan materi sesuai dengan tahap persiapan yang telah dilakukan. Dalam penyampaian ini hal yang terpenting guru harus mampu menyampaikan materi ajar agar mudah dipahami dan ditangkap oleh siswa serta menarik bagi siswa. 3. Korelasi (correration)
  • 26. 21 Pada tahap korelasi pendidik mulai menghubungkan materi ajar dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap materi yang diajarkan oleh pendidik. 4. Menyimpulkan Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah ini merupakan langkah yang penting dalam model pembelajaran model ekspositoris, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil intisari dari proses penyajian. Dalam tahap penyimpulan berarti pendidik memberikan penguatan akan kebenaran materi yang diajarkan. 5. Mengaplikasikan (application) Pada tahap ini bertujuan agar melihat kemampuan siswa dalam memahami materi ajar yang telah diajarkan oleh guru. Tahap mengaplikasikan, guru memberikan tugas-tugas terstruktur guna melihat seberapa jauh siswa dalam memahami materi ajar yang telah dipelajari. Selain sintak yang umum dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran ekspositoris, terdapat sintak yang khusus dilakukan oleh guru dan murid secara khusus dipaparkan sebagai berikut : No Guru Siswa 1 Persiapan Guru memberikan motivasi kepada para siswa dalam belajar Mendengarkan penguatan yang diberikan oleh guru Guru menciptakan iklim kelas dengan komunikasi dengan siswa yang terbuka Siswa aktif berkomunikasi dengan guru sehingga jarak guru dan siswa bagaikan sebuah teman 2 Penyajian Guru menyajikan materi- materi ajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai guru Siswa menyimak penjelasan guru dan menyakan materi yang kurang jelas
  • 27. 22 3 Korelasi Guru menjelaskan materi dengan mengajak siswa menyambungkan materi dengan kehidupan nyata/ lingkungan sekitar siswa Siswa aktif dalam berdiskusi dengan guru maupun dengan teman sekelas tentang materi ajar 4. Menyimpulkan Guru menyimpulkan kegiatan pelajaran di kelas dengan manfaat yang didapat siswa di kehidupan nyata Siswa memasukkan pemahaman materi pelajaran dengan kesimpulan yang diberikan guru 5 Mengaplikasikan Guru memberikan tugas kepada siswa yang berkaitan dengan materi ajar yang telah disampaikan Siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan berdasarkan pemahaman yang dimiliki siswa setelah materi ajar diberikan Tabel sintaks pembelajaran ekspositoris Kognitif Di dalam pembelajaran yang berorientasi pada kognitif terdapat model yang mengarah pada teori kognitivisme yaitu model belajar dalam paradigm “Perubahan Konseptual”. Berikut penjelasan dari model pembelajaran tersebut. 2. Model Belajar dalam Paradigma “Perubahan Konseptual” Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang sesungghnya berasal pada pengetahuan secara spontan diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya. Pengeetahuan yang lalinnya bersumber dari sekolah. Keduanya bisa berkonflik, kongruen, atau masing-masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif , siswa dihadapkan pad tiga pilihan yaitu (1) mempertahankan intuisi mereka(2) merevisi sebagian intuisi mereka sebagai tahap asimilasi (3) merubah pandangannya tersebut menjadi intuisi dan mengakomodasi pengetahuan baru. Perubahan konseptual yang dimiliki peserta didik terjadi ketika peserta didik memutuskan untuk merubah pandangan dan mengakomodasi pengetahuan
  • 28. 23 baru. Agar terjadi pembangkitan dan rekontruksi konsepsi-konsepsi yang dibawa peserta didik sebelum pembelajaran. Ini berarti pembelajaran bukan hanya sebagai penyampaian ilmu yang diberikan guru kepada siswa melainkan lebih kepada memfasilitasi dan melakukan mediasi agar terjadi proses negosiasi makna pada proses konseptual antara peserta didik dan pendidik. Dalam pembelajaran ini peran guru bukan hanya sebagai transmiter ilmu, melainkan lebih kepada perannya sebagai fasilitator dan negosiator yang menjadikan dirinya (guru) sebagai teman belajar siswa dalam mewujudkan kondisi belajar yang komprehensif. Sarana pendukung dari model pembelajaran ini adalah lembar kerja siswa, bahan ajar, peralatan demonstrasi, dan ruang kelas yang telah didesain untuk kegiatan pembelajaran dengan terdapat bahan ajar atau bahan praktek yang mudah untuk dipindah tempatkan. Dampak dari pembelajaran ini adalah sikap positif terhadap belajar, pemahaman yang mendalam terhadap apa yang dipelajari, dan ketrampilan dalam menerpakan pengetahuan yang variatif atau bisa dikatakan sebagai ketrampilan unutk direalisasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Model Pembelajaran Konseptual menurut (Rahyubi,2012: 254) memiliki enam langkah (sintak) pembelajaran yaitu: 1. Sajian masalah konseptual dan konstektual, Pada tahap ini guru memberikan sebuah permasalahan dengan konsep dan gagasan yang memaknai sebuah materi yang diajarkan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk berpikir dalam menemukan konsep dari materi ajar yang diberikan 2. Konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah yang disajiakan oleh pendidik. Pada tahap ini guru memberikan pengarahan maupun penguatan atas konsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan hasil pemikiran siswa. Guru melakukan komunikasi dengan siswa guna meluruskan konsepsi yang dimiliki siswa dengan materi yang berkaitan.
  • 29. 24 3. Konfrontasi sangkalan yang bersifat demonstrasi, analogis atau contoh- contoh konkrit Pada tahap ini guru memfokuskan murid pada suatu pembahasan yang telah didiskusikan dan membuat beberapa contoh-contoh konkrit yang berhubungan dengan materi ajar, sehingga siswa mampu mengambil sebuah benang merah dari pemikiran-pemikiran mereka (siswa) 4. Konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip ilmiah Pada tahap ini guru dan siswa membuktikan hasil diskusinya dengan membandingkan teori ilmiah yang berhubungan dengan materi ajar sehingga konsep yang diberikan guru kepada murid dapat sejalan dengan materi ajarnya. 5. Konfrontasi materi dan contoh-contoh konstektual Guru dan murid memperjelas materi yang ada dan mulai membentuk konsep materi ajar yang telah diberikan guru pada tahap awal pembelajaran. 6. Konfrontasi pertanyaaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman dan penerapan pengetahuan secara bermakna Tahap ini disebut juga sebagai penutup dari diskusi yang telah dibahas antara guru dan siswa, pada tahap ini siswa saling berinteraksi antara sesame dan saling melempar pertanyaan yang sesuai dengan bahan materi ajar. Dengan kata lain siswa lebih memahami dari pertanyaan dan jawaban yang didiskusikan bersama, dan guru disini memilliki peran sebagai monitor, dan penguat.
  • 30. 25 Penjelasan di atas merupakan sintak umum yang terdapat pada pembelajaran ekspositoris. Adapun langkah khusus dari guru dan siswa untuk mewujudkan pembelajaran tersebut, berikut pemaparannya : No Guru Siswa 1 Sajian masalah konseptual dan konstektual, Guru memberikan sebuah materi ajar kepada siswa dan memberikan sebuah permasalahan yang melandasi materi yang diajarkan Siswa aktif dalam memecahkan masalah denga cara diskusi dengan teman sekelas 2 Konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah yang disajiakan Guru memberikan penguatan dan pengarahan akan diskusi yang dilakukan oleh siswa Siswa memberikan tanggapan dan juga memahami setiap penguatan yang diberikan oleh guru 3 Konfrontasi sangkalan yang bersifat demonstrasi, analogis atau contoh-contoh konkrit Guru memberikan penguatan yang bersifat logis dan sesuai dengan materi ajar yang kemudian dikaitkan dengan kehidupan nyata Siswa memahami dan bertanya kepada guru jika pengutan yang diberikan krang jelas 4 Konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip ilmiah Guru membuktikan konsep yang dibentuk dari hasil diskusi dengan mengkaitkan dengan kehidupan nyata. Seperti pemberian contoh Siswa aktif dalam mengkaji konsep yang diberikan guru dan menanggapi jika terdapat konsep yang kurang dimengerti
  • 31. 26 konkrit hubungan antarmateri ajar dengan lingkungan yang ada disekitar 5 Konfrontasi materi dan contoh-contoh konstektual Guru memberikan penguatan materi setelah bahan ajar yang telah didiskusikan menemui konsep yang disetujui bersama Siswa memahami setiap penjelasan guru dalam pembelajaran 6 Konfrontasi pertanyaaan- pertanyaan untuk memperluas pemahaman dan penerapan pengetahuan secara bermakna Guru menjembatani antar diskusi siswa dan siswa serta memberikan penguatan atas jawaban yang ditelaah bersama oleh siswa dengan siswa Siswa aktif dalam bertanya dan mendiskusikan apa yang kurang jelas sehingga pembelajaran akan lebih bermakna Tabel pembelajaran perubahan konseptual 2. Pembelajaran Model Discovery Learning Konsep Pembelajaran Discovery Learning pada dasarnya adalah sebuah model pembelajaran yang digunakan untuk memahami konsep, arti,dan hubungan melalui intuitif untuk akhirnya sampai pada proses penyimpulan materi ajar. Proses pembelajaran ini berpusat pada kognitif siswa dalam menemukan sebuah makna dari materi ajar. Pembelajaran Discovery Learning menitik beratkan pada siswa yang aktif dalam memecahkan masalah yang dibuat oleh guru yang bertujuan agar terciptanya konsep belajar mandiri dari siswa.
  • 32. 27 Di dalam proses pembelajaran Discovery Learning keaktifan siswa sangat penting dilakukan agar pembelajaran Discovery Learning lebih menarik dan efektif. Model pembelajaran ini juga memerlukan peran faktor pendukung yaitu lingkungan, sebab siswa akan lebih mudah memaknai sesuai perkembangan kognitifnya apa yang dipelajari di ruang kelas. Selain hal tersebut lingkungan pun berperan dalam menciptakan emulasi diri di dalam pikiran individu, sehingga siswa mampu menemukan sesuatu yang baru. Adapun sintak atau langkah-langkah yang dilakukan di dalam mewujudkan pembelajaran Discovery Learning. Berikut pemaparannya : 1. Pemberian Stimulasi Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan Tanda Tanya, kemudian dilanjutkan dengan tidak memberi generalisasi agar timbul rasa ingin tahu dari siswa untuk menyelidiki sendiri. 2. Peryataan/ identifikasi masalah Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan ajar. Kemudian dari susunan agenda siswa memilih salah satu yang tepat dan dijadikan sebagai hipotesis terhadap masalah yang ada. 3. Pengumpulan Data Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dengan hipotesis yang telah di kemukakan guna membuktikan kebenaran hipotesis yang diberikan pada masalah tersebut. 4. Pengolahan Data Tahap ini semua informasi yang didapat akan diolah, diacak, dan diklasifikasikan serta dihiutng secara cermat. Data yang diproses tadi akan menghsilkan generalisasi atau kesimpulan dan siswa akan mendapatkan sebuah pengetahuan baru terhadap hasil observasi dan hipotesis tadi.
  • 33. 28 5. Pembuktian Pada tahap ini siswa membuktikan berbagai sumber informasi yang diolah tadi dengan peristiwa yang telah terjadi di kehidupan nyata, dengan cara tersebut siswa dapat secara cermat merefleksikan apa yang di hipotesiskan dengan temuan terdahulu. 6. Generalisasi Tahap ini merupakan tahap dimana semua data yang sudah didikusikan, dikumpulkan, diolah, dan dibuktikan selanjutnya diambil sebuah kesimpulan yang menjawab tanda Tanya pada permasalahan di materi ajar yang diberikan oleh guru. Peran guru di sini adalah sebagai penguat kesimpulan yang dipaparkan oleh siswa yang sudah mengalami proses yang sistematis. Di dalam mewujudkan pembelajaran model Discovery Learning, terdapat sintak yang khusus membahas tindakan yang dilakukan siswa dan guru dalam lingkungan pembelajaran. Berikut pemaparannya : No Guru Siswa 1 . Pemberian Stimulasi Guru memberikan stimulus yang berupa penjelasan konsep materia ajar Siswa memperhatikan setiap penjelasan dari guru dan bertanya jika mengalami ketidak jelasan Guru memberikan sebuah pertanyaan yang mendasari materi ajar Siswa aktif berpikir dan berdiskusi dengan teman sekelas terhadap pertanyaan yang diberikan guru 2 Peryataan/ identifikasi masalah Guru membimbing siswa dalam merumuskan poin-poin masalah yang relevan Siswa menyusun setiap poin yang relevan terhadap permasalahan yang diberikan guru 3 Pengumpulan Guru memberikan dasar teori yang membimbing siswa Siswa mencari sumber informasi dari berbagai sumber
  • 34. 29 Data dalam mengumpulkan data belajar seperti narasumber, perpustakaan, jurnal, dan lain- lain 4 Pengolahan data Guru berperan sebagai fasilitator dan pemonitor hasil kerja siswa Siswa mulai menyusun data dari sumber-sumber informasi 5 Pembuktian Guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam proses pembuktian agar hasil yang didapat benar Siswa membandingkan data yang diambil dengan peristiwa nyata dikehidupan sehari-hari 6 Kesimpulan Guru mengamati dan membenarkan hasil simpulan yang didapat siswa Memberikan kesimpulan dari hasil pengamatan dan pengolahan data Tabel sintaks pembelajaran discovery learning 3. Model Pembelajaran Kolaboratif Pada pembelajaran kolaboratif peran siswa sangat penting dimana berjalan atau tidak pembelajaran siswa menentukan. Jika siswa tidak aktif maka pembelajaran ini tdak akan berjalan secara efektif dan efisien, justru pembelajaran akan menjadi membosankan bagi siswa dan kebermakanaan dari pembelajaran tidak akan tercapai. Di dalam teori ini menekankan pada pembangunan makna dari siswa dan proses sosial (kerja sama dan hubungan antara siswa) guna terbentuknya kolaborasi antara persepsi siswa satu dengan yang lain (Thobroni, 2015: 252). Sehingga di dalam pemebalajaran ini struktur kognitif siswa akan lebih terbentuk yang kemudian diapadukan dengan proses kolaboratif(perpaduan) dengan hubungan antara siswa satu dengan yang lain. Pembelajaran kolaboratif menurut beberapa ahli menyatakan sama dengan model pembelajaran kooperatif, karena metode yang digunakan sama yaitu diskusi, namun menurut pandangan ahli lain pembelajaran kolaboratif dan kooperatif memiliki perbedaan yang signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari bentuk struktur pembelajarannya, dimana pembelajaran kolaboratif lebih memiliki cangkupan yang luas terhadap kelompok belajar dan metode diskusi belajarnya.
  • 35. 30 Pembelajaran kolaboratif memiliki langkah-langkah/ sintaks yang digunakan untuk menciptakan kondisi belajar yang kolaboratif sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Terdapat 2 sintaks yang digunakan yaitu sintaks yang secara umum dan sintaks yang secara khusus. Berikut pemaparan sintaks umum dan khusus dari pembelajaran kolaboratif: Sintak Umum 1. Orientasi pembelajaran Pada tahap ini siswa diberikan pendahuluan oleh guru terhadap apa yang akan dikerjakan dan didiskusikan serta guru memberikan penjelasan tentang tujuan dari pembelajaran 2. Pembagian Tugas terstruktur/ kelompok Pada tahap ini siswa membagi tugas-tugas yang didiskusikan berdasarkan topic-topik yang diberikan oleh guru, serta siswa mulai mendiskusikan apa yang harus dibahas dalam topik-topik yang sudah didapat. 3. Tahap identifikasi dan menganalisis Pada tahap ini siswa mulai membuat sejumlah hipotesis dan rumusan masalah dari topic yang sudah didapat serta mengidentifikasi, memformulasikan apa saja yang akan dibahas serta pemecahan masalahnya. 4. Tahap Penyimpulan dan presentasi karya Pada tahap ini siswa mulai mencatat hasil diskusi pada lembar pengerjaan secara berkelompok dan mencatat pada lembar individu yang digunakan sebagai catatan individu serta perwakilan dari kelompok siswa mewakili teman sekelompoknya untuk mendiskusikan hasil dari diskusi kelompok internal tadi. 5. Tahap refleksi, penialaian, dan penguatan tiap topic Pada tahap ini peran guru sangat peting, karena siswa akan lebih memahami materi yang terarah pada tahap ini. Guru sebagai fasilitator
  • 36. 31 memberikan mengomentari karya, penilaian karya, dan penguatan terhadap diskusi topik. Peryataan di atas merupakan sintaks yang secara umum digunakan dalam pembelajaran kolaboratif. Terdapat sintaks yang secara khusus dilakukan guru dan murid berdasarkan sintaks umum tersebut. Berikut pemaparan tentang sintaks khusus dari pembelajaran kolaboratif: No Tahapan Guru Murid 1. Orientasi pembelajaran Memberikan siswa penjelasan mengenai apa yang dipelajari Mendengarkan dan memahami penjelasan dari guru Menjelaskan siswa tentang tujuan akhir pembelajaran Mencatat hal penting dari penjelasan guru terkait dengan materi ajar 2. Pembagian tugas terstruktur/kelompok Guru membagi topik yang harus dipelajari dan didiskusikan oleh siswa Siswa membagi kelompok sesuai dengan topic yang ada 3. Tahap identifikasi dan menganalisis Guru memberi pengarahan terhadap sumber-sumber informasi dari bahan diskusi Siswa mencari referensi, baik buku, Koran, majalah, jurnal secara kelompok guna dijadikan bahan diskusi sesuai dengan topik yang didapat Guru mengawasi dari kerja kelompok Siswa mendiskusikan topik dengan dasar dari sumber bacaan yang
  • 37. 32 relevan 4. Tahap Penyimpulan dan presentasi karya Guru membimbing siswa dalam membuat karya (jika siswa kesulitan) Sisw a mulai menyusun karya ke dalam bentuk laporan, makalah, maupun tayangan slide(power point) Memperahatikan siswa saat berdiskusi Mendiskusikan topic yang dibahas 5. Tahap refleksi, penialaian, dan penguatan tiap topic Guru pada akhir sesi diskusi mengomenatri kesalahan hasil diskusi, bentuk karya, dan teknik penyusunan karya Siswa memperhatikan, memahami dan mencatat setiap penjelasan guru Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi dan menghantarkan siswa pada refleksi kritis tentang makna materi topik Siswa memperhatikan dan mencatat apa yang penting untuk dijadikan bahan pembelajaran secara individu Tabel sintaks khusus dari pembelajaran kolaboratif Konstruktivistik Dalam model pembelajaran yang diterapkan dengan acuan teori ini adalah Model pembelajaran Reasoning and Problem solving. Berikut penjabaran tentang model belajar yang mengacu pada teori konstruktivistik. 3. Model pembelajaran Reasoning and Problem solving
  • 38. 33 Munculnya model pembelajaran ini didasarkan pada perubahan paradigma pendidikan, yang meliputi perubahan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian yang komprehensif. Pembelajaran ini juga bermuara pada pembentukan siswa dalam hal ketrampilan yang akan digunakan langung dalam pemecahan masalah dalam kehidupan yang mendatang. Pembelajaran berdasar pemikiran dan pemecahan masalah terjadi karena terdapat konfrontasi dan pada akhirnya apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah yang ada. Dalam model ini guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang kontruktif fasilitator, dan penyuplai ide.sarana pembelajaran yang diperlukan alaha berupa materi yang mampu membangkitkan proses berpikir dasar hingga tingkat tinggi, kritis, dan kreatif. Sehingga peran guru di dalam pembelajaran ini tidak hanya sebagi penyampai ilmu melainkan lebih dari hal tersebut. Sebagai dampak dari pembelajaran ini adalah pemahaman, ketrampilan, berpikir kritis dan kreatif, ketrampilan menggunakan penetahuan bermakna, dan kemampuan untuk berkomunikasi yang baik. sedangkan dampak pengiringnya adalah keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa dalam belajar, toleransi terhadap ketidakpastian, dan masalah-masalah yang tidak rutin. Pembelajaran Model Reasoning and Problem solving memiliki 5 langkah (sintak) pembelajaran, yaitu: 1. Mengidentifikasi dan mengolah masalah Pada tahapan ini guru memberikan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan materi ajar dan meminta siswa untuk menemukan pemecahannya dengan Membaca, berpikir (mengidentifikasi) fakta dan masalah memvisualisasi situasi, dan mendeskrisipkan setting pemecahan. 2. Mengeksplorasi masalah Pada tahapan ini siswa lebih terfokus pada pengumpulan informasi yang kemudian dijadikan sebagai dasar pemecahan masalah yang diberikan oleh
  • 39. 34 guru (pengorganisasian informasi melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar) 3. Menseleksi strategi pemecahan masalah Tahap ini merupakan tahap dimana siswa mulai menetapkan poin-poin alternative dalam pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan informasi yang ada (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi , deduksi logis, menulis persamaan) 4. Menemukan jawaban Siswa mulai dapat menentukan jawaban atas permaslahan yang diberikan dan peran guru pada tahp ini sebagai fasilitator, konselor dan konsultan atas jawaban yang telah didiskusikan oleh siswa (mengestimasi, menggunakan kemampuan komputasi,aljabar dan geometri) 5. Refleksi dan perluasan Pada tahap ini peran guru sangat penting dilakukan sebab, pada tahap ini semua jawaban yang ada kemudian di refelksikan ke dalam materi ajar yang pada akhirnya guru akan memberikan gambaran terhadapa apa yang dipelajari sesuai dengan keterkaitan di lingkungan para siswa (mengoreksi jawaban, menemukan alternatif pemecahan lain,memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahana masalah, memformulasikan masalah-masalah variatifyang orisinil) Adapun sintak atau langkah-langkah yang khusus atau rinci yang dilakukan siswa dan guru dalam mewujudkan pembelajaran Reasoning and Problem solving. Berikut pemaparan sintak khusus dari model pembelajaran ini : No Guru Siswa 1 Mengidentifikasi dan mengolah masalah Guru memperkenalkan sebuah materi ajar kepada siswa Siswa memperhatikan semua penjelasan guru
  • 40. 35 Guru mulai memberikan sebuah permasalahan yang berdasarkan materi ajar dan melandasi inti dari materi ajar Siswa mndengarkan dan memahami intruksi guru, bertanya terhadap penjelasan yang kurang jelas dan mulai mengidentifikasi 2 Mengeksplorasi masalah Guru menjelaskan langkah- langkah pengerjaan, memberikan dasar dari permasalahan yang diberikan Siswa mulai mencari sumber- sumber materi ajar yang dapat dijadikan referensi guna memecahkan masalah Membimbing siswa dalam pencarian sumber belajar Siswa mulai menyusun sumber-sumber belajar yang akan digunakan sebagai pemecah permasalahan 3 Menseleksi strategi pemecahan masalah Guru memonitor setiap langkah yang dipakai siswa sebagai alternative pemecahan permasalahan Siswa membuat bagan tentang susunan poin-poin pemecahan masalah Guru memfasilitasi siswa untuk bertanya dan berdiskusi Siswa menyusun poin-poin pemecahan yang penting 4 Menemukan jawaban Guru mengarahkan siswa untuk masuk ke dalam permasalahan yanga ada Siswa mulai mengemukakan jawaban alternative pemecahan masalah 5 Refleksi dan perluasan Guru memperbaiki jawaban pemecahan permasalahan yang didiskusikan oleh siswa Mendengarkan, mencatat, dan bertanya tentang pengarahan dan pembetulan dari guru Guru menghubungkan permasalahan yang ada pada mater ajar dan kehidupan Memahami apa yang disampaikan guru
  • 41. 36 nyata Siswa membangun makna atas apa yang dipelajari dari permasalahan yang ada dan dihubungkan dengan keadaan lingkungan siswa sebenarnya Tabel pembelajaran reasoning and problem solving 2. Model Pembelajaran Terpadu Menurut Ujang Sukandi, dkk dalam Trianto (2013: 57) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu memilih satu tema actual, dekatdengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Di dalam pembelajaran terpadu, materi ajar merupakan materi yang saling berkaitan satu sama lain yang bertujuan agar siswa dapat membangun makna dibalik materi ajar yang dipelajari. Pada dasarnya materi ajar yang diberikan guru kepada siswa harus tetap mengacu pada tujuan kurikulum yang telah diatur. Materi ajar yang dipadukan juga harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti minat, kemampuan siswa, kebutuhan, dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. Pemaduan antara materi satu dan yang lainnya tidak harus dipaksakan sehingga tidak akan timbul kebingungan disisi guru maupun siswa. Pada akhirnya model pembelajaran terpadu akan bermuara pada tujuan terbentuknya pribadi siswa yang gemar membaca, tanggap, dan pemahaman yang tinggi terhadap materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata. Peningkatan yang signifikan pada mode ini adalah pada aspek kognitif siswa ( produk dan proses ). Di dalam mewujudkan pembelajaran terpadu maka terdapat sintak atau langkah-langkah yang sistematis pembelajaran ini. Berikut pemaparannya : 1. Tahap Perencanaan Tahap ini berhubungan pada penyusunan materi ajar yang proporsional dan berkaitan serta tidak memaksaan pemaduan materi ajar yang kurang tepat. Pada
  • 42. 37 tahap ini, guru menentukan kajian materi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang sesuai dengan kurikulum. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, guru dituntut tidak menjadikan dirinya sebagai sumber belajar utama bagi siswa. Guru disini berperan aktif dalam memfasilitasi siswa (Fasilitator) dalam pembelajaran sehingga siswa lebih menjadi individu pembelajar yang mandiri. 3. Tahap Evaluasi Pada tahap ini guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran siswa yang diwujudkan dalam umpan balik terhadap tugas-tugas yang diberikan, membimbing siswa, dan merefleksikan setiap tugas yang diberikan guru kepada siswanya. Selain sintak yang telah dijelaskan di atas, terdapat sintak khusus yang diberikan guna mewujudkan pembelajaran terpadu. Berikut pemaparannya : No Guru Siswa 1 Pendahuluan Guru mengaitkan pelajaran yang sekarang dengan pelajaran yang sebelumnya Siswa aktif berpikir dan mencoba mengingat kembali materi ajar sebelumnya Guru memotivasi siswa sebelum pembelajaran siswa Siswa mendengarkan setiap penjelasan dari guru Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai konsep pembelajaran sebelumnya Siswa aktif menjawab setiap pertanyaan yang diberikan dan disesuaikan dengan materi ajar yang dijadikan dasar pemikiran 2 Presentasi Materi Guru memberikan demonstrasi dari bahan ajar Siswa menyimak dan memahami setiap penjelasan guru Guru memperkenalkan kepada siswa berbagai bahan Siswa mulai memilih bahan yang digunakan untuk
  • 43. 38 yang digunakan untuk menampilkan materi yang ada kegiatan penyampaian informasi Guru membimbing siswa dan memonitor siswa dalam menyusun materi presentasi Siswa mempresentasikan hasil pengumpulan informasi masteri yang ada sesuai dengan arahan guru 3 Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik Guru menyimak hasil diskusi kelompok yang dibentuk siswa Siswa mendiskusikan hasil kajiannya kepada siswa lain Guru memberikan umpan balik dari hasil diskusi siswa Siswa memberi tanggapan ataupun pertanyaan terhadap penjelasan dari guru tentang ulasan materi 4 Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang telah didiskusikan Siswa memperhatikan dan memahami bimbingan yang diberikan oleh guru Guru memberikan tugas rumah kepada siswa Siswa mencoba mengerjakan tugas rumah sebagai latihan terstruktur bagi siswa 5. Evaluasi Guru mengecek kembali tugas yang diberikan kepada siswa Siswa menyimak ulasan- ulasan tugas yang diberikan oleh guru Guru membantu siswa Siswa memperhatikan,
  • 44. 39 merefleksikan atau mengevaluasi antar tugas yang diberikan dengan manfaat yang diperoleh memahami dan mencatat hasil evaluasi dan refleksi dari guru Tabel model pembelajaran terpadu Pembelajaran Problem Based Learning Pembelajaran ini merupakan sebuah model pembelajaran yang berpangkal dari sebuah aliran pendidikan kontruktivistik yang dimana secara garis besar pembelajaran ini menitik berat kan pada proses berpikir peserta didik untuk mengkontruk sebuah makna di dalam pembelajaran sebagai hasil dari pemahaman setiap individu/ pebelajar. Menurut Arends dalam warsono dan hariyanto (2013: 147) pembelajaran Problem Based Learning / pembelaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang berdasarkan kontrutivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan yang kontektual. Pada pembelajaran ini setiap pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa sangat erat hubungannya dengan kejadian-kejadian pada kehidupan siswa, sehingga siswa lebih responsive dan aktif di dalam melakukan pemecahan masalah dan di dalam pemahaman yang komprehensif. Menurut Hariyanto dan Warsono(2014: 151) terdapat sintaks/ langkah-langkah dalam mewujudkan pembelajaran berbasis masalah tersebut. Berikut sintaks umum dari pembelajaran berbasis masalah : 1. Orientasi siswa kepada masalah Pada tahap ini guru memberikan pengarahan, penjelasan, dan penguraian tentang tujuan pembelajaran, serta materi dan bahan ajar kepada siswa sehingga siswa lebih terarah dan guru dalam tahap ini memotivasi siswa agar terlibat di dalam pemecahan masalah.
  • 45. 40 2. Mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa unutk belajar Pada tahap ini guru memberikan sebuah gambaran nyata tentang permasalahan yang diberikan serta mengarahkan siswa kepada pengorganisasian topic-topik, bahan ajar, alat yang diperlukan, dan jadwal yang dibutuhkan dalam pemecahan permasalahan. 3. Memandu investigasi mandiri maupun investigasi kelompok Tahap ini seorang guru memotivasi dan mengarahkan siswa unutk membuat hipotesis yang menunjang pemecahan permasalahan, mengumpulkan informasi, mencari data yang relevan dan melakukan eksperimen. 4. Mengembangkan dan mempresentasikan karya Pada tahap ini seorang guru membantu dan mengarahkan siswa nya untuk memecahkan masalah dari hasil proses sebelumnya dan guru juga membantu mengarahkan siswanya untuk membuat sebuah karya tulis yang dijadikan sebuah bukti pengerjaan tugas berupa laporan ataupun presentasi. 5. Refleksi dan penilaian Pada tahap terakhir ini peran guru sangatlah penting bagi siswa dan keberhasilan pembelajaran, di sini guru berperan sebagai pemberi penguatan sehingga permasalahan yang dipecahkan siswanya menemui titik kebenarannya dan tugas guru pada tahap ini juga membantu mengarahkan siswanya untuk merefleksi bahan ajar yang di pelajarinya. Pada penjelasan di atas adalah sebuah penjelasan singkat tentang sintaks umum yang diperlihatkan guna mewujudkan pembelajaran berbasis masalah yang efektif dan efisien. Selain sintaks di atas terdapat sintaks khusus yang dimana perilaku guru dan murid yang diamati pada sintaks ini. Berikut sintaks khusus yang ditampilkan pada tabel : No Fase Perilaku Guru Perilaku siswa 1. Fase 1: orientasi masalah kepada siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic Siswa memperhatikan, memahami, dan mencatat hal-hal yang
  • 46. 41 (bahan dan alat) yang digunakan dalam pemecahan masalah penting dari penjelasan guru Guru memotivasi siswa untuk aktif dan reflektif pada kegiatan pemecahan masalah Siswa mendengarkan, memperhatikan, dan memasukkan setiap perkataan guru kepada siswa sebagai sumber motivasi diri 2. Fase 2: mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan pembelajaran agar relevan dengan pemecahan masalah Siswa memperhatikan dan memulai untuk menyusun setiap proses pemecahan masalah yang sesuai dengan pengarahan guru 3. Fase 3: Mendukung invetigasi kelompok maupun mandiri Pada tahap ini guru mendorong siswa dan mengarahkan siswa untuk mencari informasi yang relevan dengan pemecahan masalah, melakukan eksperimen, dan mencari penjelasan Siswa mulai mencari sumber informasi berupa buku bacaan yang relevan dengan topic, wawancara, majalah, artikel, maupun jurnal yang sesuai dengan topic pembahasan 4. Fase 4: Mengembangkan dan membuat artefak Guru memberikan arahan tentang pembuatan artefak / sebuah karya yang dijadikan sebuah bukti pengerjaan Siswa mulai membuat sebuah karya berupa karya tulis, laporan, dan presentasi secara kelompok maupun individu
  • 47. 42 5. Fase 5: merefleksi dan penilaian Guru membantu siswa mengarahkan pada refleksi kritis tentang bahan ajar dan hasil penyelidikan serta proses-proses pembelajaran yang berlangsung Siswa memaparkan hasil karyanya berupa karya tulis, laporan, dan presentasi secara kelompok maupun individu Siswa mendengarkan penguatan guru dan mencatat hal-hal penting tentang apa yang telah dipelajari yang kemudian melakukan pemahaman yang komprehensif Tabel sintaks Pembelajaran problem based learning
  • 48. 43 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu pembelajaran merupakan proses mendidik anak dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, ketidakadilan, dan dari segala keburukan dalam menghadapi lingkungannya kelak. Banyak bermunculan model pembelajaran yang beragam jenisnya dan memiliki kharakteristik dalam mendidik anak. Teori-teori tentang belajar (behavioristic,kognitif,&kontruktivistik) yang dikemukakan para ahli pendidikan yang berpandangan berbeda-beda merupakan acuan yang melandasi terbentuknya berbagai ragam model dari pembelajaran. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas saran penulis terhadap pembahasan ini adalah dalam pembelajaran dengan memperhatikan kajian teori pendidikan merupakan sebuah jalan yang benar dalam menentukan model pembelajaran yang ada dan tentunya sebaikknya model yang dibuat bersifat fleksibel dan sesuai dengan keadaan peserta didik di suatu wilayah atau bangsa sehingga terciptanya pembelajaran yang dapat di terima dengan baik oleh peserta didik dan pendidik.
  • 49. 44 Daftar Rujukan Haryanto & Suyono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasana, Dedy. 2015. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Purwanto, Nanang. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu Rahyubi,Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Penerbit Nusa Media. D. Gunarsa,Singgih. 1997. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT PBK Gunung Mulia. Riyanto, Yatim. 2014. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group. Dharsana, Ketut, dkk. 2014. Penerapan Konseling Kognitif dengan Teknik Pembuatan Kontrak (Contingency Contrcting) untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X Tkr 1 SMK 3 Singaraja, 2 (1), (Online), (ejournal.undiksa.ac.id/../3146), diakses 26 Februari 2016. Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Media Group. Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktik. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Hariyanto & Warsono. 2013. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembealajaran : Teori dan Praktek. Malang: ELANG MAS.
  • 50. 45 Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press. Hariyanto, Agus. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Mind Map Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 21 (3): 221-242.