Mata kuliah Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Biologi membahas proses pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi, meliputi perencanaan, penerapan, evaluasi, serta integrasi antara biologi, karakteristik peserta didik, dan teknologi pendidikan. Mata kuliah ini memberikan pemahaman mengenai pengembangan kurikulum di Indonesia dan tantangannya di masa depan, sehingga dapat mempersiapkan peserta didik menghadapi perkemb
1. i
Portofolio ini ditujukan untuk memenuhi tugas Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran Biologi
Refleksi dalam Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran Biologi
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Wuryadi, MS.
Disusun oleh:
Yuningsih (15725251028)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
2. ii
Kata Pengantar
Puji syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, atas kelimpahan nikmat-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan portofolio ini dengan lancar. Portofolio ini disajikan
untuk memenuhi tagihan akhir mata kuliah Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Biologi. Portofolio disusun berdasarkan refleksi diri mengenai apa yang sudah diperoleh
selama menempuh mata kuliah ini.
Adapun portofolio ini sudah penulis usahakan semaksimal mungkin. Namun, tidak
dipungkiri bahwa dalam menyusun portofolio ini penulis masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, dengan penuh lapang dada penulis mempersilakan pembaca untuk masukan
berupa kritik dan saran yang membangun. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada
Prof. Dr. Wuryadi, MS. yang dengan luas hati, inspirasi, dan motivasinya dalam
menghantarkan dan membimbing kami selama 1 semester.
Penulis berharap portofolio ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi mahasiswa
dan pihak terkait. Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas keterbatasan yang penulis
miliki semoga menjadikan perbaikan khususnya penulis pribadi. Sekian dan terimakasih.
Yogyakarta, 3 Juni 2016
Penulis,
3. 1
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi merupakan ajang
kajian dari berbagai dimensi keilmuan terhadap pengembangan kurikulum
dan kaitannya dengan pembelajaran biologi. Pengembangan kurikulum
merupakan proses penyusunan yang dimulai dari perencanaan, penerapan,
hingga evaluasi oleh pengembang kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Sementara pembelajaran biologi merupakan integrasi keilmuan
antara biologi sebagai ilmu, karakteristik subyek didik, dan teknologi
pendidikan.
Melalui pembelajaran biologi dapat dikembangkan berpikir biologi
(bernalar verbal) kepada peserta didik, sehingga peserta didik mampu
merefleksikan ilmu biologi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, berpikir
klasifikasi melalui pengelompokan, berpikir sibernatik melalui fisiologi,
berpikir probabilitas melalui genetika, berpikir antiseptik melalui
mikrobiologi, termasuk melakukan percobaan melalui metode ilmiah dan
sebagainya. Dengan cara berpikir yang demikian diharapkan dapat
membekali peserta didik untuk berkompetisi dengan peserta didik lain di
kancah dunia.
Mata kuliah ini cukup essensial karena dapat menggambarkan essensi
pendidikan secara umum melalui pemikiran tingkat tinggi (high order
thingking) oleh para mahasiswa yang mengkajinya. Sebagian besar kajian
membahas mengenai pengembangan kurikulum di indonesia dan tergetnya di
masa depan. Adapun ciri masa depan adalah masyarakat informasi akibat
kemajuan teknologi. Oleh karena begitu banyak informasi yang akan
menimbun, maka masyarakat harus dapat memilah dan memilih informasi
mana yang memang dibutuhkan dan bermanfaat bagi dirinya. Termasuk
pribadi yang bermoral sangatlah dieperlukan dalam hal ini. Di sinilah
dibutuhkan peran besar kurikulum untuk membekali peserta didik dalam
kehidupan mereka.
4. 2
Adapun deskripsi dari mata kuliah ini, bahwa dalam proses
pembelajaran mata kuliah pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
menitikberatkan pada pendekatan induktif-deduktif eksploratif dalam
proses pemahaman. Model pembelajaran yang digunakan yaitu jigsaw
(rangkaian diksusi kelompok ahli-kelompok asal-antarkelompok).
Pembelajaran menggunakan metode student centered learning, dimana
mahasiswa sebagai peserta didik yang aktif. Sementara dosen bertindak
sebagai fasilitator termasuk penentu rancangan kegiatan kuliah, sebagai
klarifikator dan konfirmator terhadap hasil kajian diskusi, serta sebagai
sumber pengembangan dan pembimbingan dalam pengembangan tema yang
disajikan.
Tema utama yang disajikan sejumlah 13. Dari ke 13 tema tersebut,
3 tema dikaji setiap dua pekan sekali. Pekan pertama diskusi antarkelompok
ahli, dan pekan berikutnya diksusi antarkelompok asal. Namun, karena
keterbatasan waktu maka diksusi antarkelompok asal dilakukan di luar jam
efektif (di luar kelas). Hal ini cukup efisien, akan tetapi terkadang tidak
setiap mahasiswa dapat aktif sehingga terkesan ada yang mempelopori
sementara anggota yang lain mengikuti. Meskipun demikian, tetaplah
terjalin diksusi bersama menyatukan pikiran dan perbedaan berbagai
pendapat setiap anggota. Selain itu, ide yang dikembangkan tiap-tiap
kelompok tidak terbatas dan berbeda satu sama lain sehingga bahan yang
diperoleh cukup banyak.
Secara garis besar, diantara kelompok ada yang mengangkat
tentang aplikasi di masyarakat, ada yang mengangkat ide kelompok dalam
menghadapi tuntutan masa depan, ada pula yang membandingkan suatu
obyek dengan obyek lain. Namun, secara keseluruhan mahasiswa mengkaji
dari studi literatur. Sebetulnya akan lebih bagus lagi jika dikaji langsung
persoalan di lapangan baik melalui observasi, eksperimen dan sebagainya.
5. 3
Akan tetapi, hal ini memang cukup membutuhkan waktu dan tenaga yang
lebih. Jika melalui sekolah, maka tidak setiap sekolah akan menerima
mahasiswa untuk diobservasi, melainkan harus mengurus administrasi yang
cukup panjang.
Kajian pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi ini
menggunakan alur perolehan pengetahuan: thinking, feeling, sensing, dan
believing. Melalui thinking, untuk mengkategorikan hasil kajian apakah logis
atau tidak (logical-illogical). Alur feeling, untuk mengkategorikan hasil
kajian apakah ada pencerahan/intuisi atau tidak (insight- no insight). Alur
sensing, untuk membedakan hasil kajian sesuai tidaknya dengan persepsi
(perceptipn-misperception). Alur believing, apakah hasil kajian diperoleh
ideologi atau khayalan (ideology-delusion).
Setiap tema dikaji menggunakan kombinasi keempat alur tersebut.
Apabila hasil kajian yang diperoleh tidak logis dan/atau tidak ada
pencerahan dan/atau salah persepsi dan/atau tidak ada ideologi, maka
kajian pengembangan kurikulum tersebut perlu dikaji ulang sebelum
dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.
Melalui kajian mata kuliah ini kita menjadi lebih paham mengenai
pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi, bagaimana
mengembangkan kurikulum, maknanya pengembangan kurikulum yang
sesungguhnya, mengapa kurikulum harus dikembangkan, serta dimana
sesungguhnya pengembangan kurikulum pendidikan biologi di indonesia ini
berkiblat. Maka, sebagai bagian refleksi content dari mata kuliah
pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi ini dapat dituangkan
sebagai berikut.
Pada dasarnya mengembangkan kurikulum yang konsisten secara
konseptual memang tidaklah mudah. Apalagi dalam mengimplementasikannya
yang tidak disertai dengan penyiapan lapangan yang tepat. Jadi, perubahan
6. 4
kurikulum bukan sekedar pergantian dokumen, melainkan berimplikasi luas
terhadap perubahan paradigma, kebiasaan, dan kemampuan lama menuju
yang baru.
Dalam mengembangkan kurikulum tiada salahnya untuk menengok ke
belakang sejenak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana langkah
kita, di posisi mana keberadaan bangsa saat ini, pengembangan yang
seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan bangsa ini, serta langkah mana
yang harus ditempuh untuk mengatasi persoalan bangsa yang ada. Maka
jangan sampai melupakan sejarah, karena bagaimanapun sejarah yang
membawa kita menjadi demikian. Seperti yang dituliskan oleh prof.
Wuryadi (2013), bahwa pengembangan kurikulum yang mengabaikan modal
pendidikan, sejarah perjuangan bangsa, modal kultural, dan modal kekayaan
alam indonesia, akan cenderung bersifat dan berwatak universal, global dan
menjadi asing bagi masyarakat indonesia sendiri.
Dalam perencanaan kurikulum, perlu mempertimbangkan berbagai
faktor yang mempengaruhi dinamika kurikulum. Faktor tersebut antara lain:
perkembangan ilmu, teknologi, dan budaya; kebutuhan masyarakat, bangsa,
dan negara; perkembangan teknologi pembelajaran, kebutuhan lembaga, dan
kebutuhan peserta didik.
Oleh karena kurikulum dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
maka peran riset disini sangatlah penting. Riset dan pengkajian perlu
dilakukan terhadap seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika
kurikulum. Selain itu, pertimbangan lain yang tidak kalah penting bahwa
kurikulum yang dikembangkan harus berdasar pada hasil evaluasi
pelaksanaan dan kekuatan-kelemahan kurikulum yang dilaksanakan tempo
lalu. Adanya evaluasi adalah untuk memperbaiki program yang akan datang.
Pelaksanaan kurikulum atau implementasi kurikulum merupakan
kegiatan mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional
7. 5
yang lebih konkret. Bagaimanapun juga keberhasilan implementasi kurikulum
sangat tergantung pada kesiapan pelaksana di tiap satuan pendidikan, baik
kepala sekolah, guru dan tanaga-tenaga kependidikan. Dalam
mengembangkan kurikulum juga tidak lepas dari berbagai pihak terkait,
seperti pengguna lulusan, alumni, orang tua, politikus, dan sebagainya.
Meskipun dalam implementasi kurikulum seolah lebih berpihak dari
sisi kependidikannya, akan tetapi sesungguhnya faktor politik, sosial,
budaya, ekonomi, ilmu, dan teknologi turut berperan penting dalam proses
pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, hal ini juga perlu
dipertimbangkan sebagai penentu kebijakan. Lebih dari itu, akan lebih
bermakna lagi jika setiap pelaku pendidikan diikutsertakan dalam
pengembangan kurikulum di daerahnya masing-masing, sehingga kurikulum
tidak lagi terkesan terpusat/sentralisasi, melainkan devolusi atau
desentralisasi. Hal terpenting bahwa penyelenggara pendidikan di tingkat
darah tersebut tidak seolah mati suri, melainkan hidup dan menghidupkan
pendidikan di daerahnya.
Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan
kurikulum untuk memeriksa tingkat tingkat ketercapaian tujuan pendidikan
nasional. Dalam skup makro, indikator evalusi tidak hanya terbatas pada
efektivitasnya saja, melainkan relevansi, efisiensi, dan kelayakan program,
misalnya kurikulum 2013. Dalam pengajaran biologi, maka evaluasi kurikulum
berlaku dalam skup mikro misalnya evaluasi pembelajaran biologi dengan
model pembelajaran inquiry, dan sebagainya.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan
kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan
dalam kurikulum tersebut. Hasil evaluasi inilah yang digunakan oleh para
penentu kebijakan untuk memutuskan tindak lanjut kurikulum yang telah
dilaksanakan, dihentikan, direvsi, atau dijalankan kembali.
8. 6
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran, akan pentingnya ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang senantiasa berkembang, kebudayaan
bangsa yang harus dilestarikan keberadaanya, tuntutan perkembangan
zaman yang semakin menggilas jika tidak diikuti, globalisasi yang semakin
membawa masyarakat kepada dunia informasi, serta tuntutan lain yang
sifatnya sangat krusial. Adanya kesadaran tersebut mendorong peserta
didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat dan cermat adanya
perkembangan ipteks.
Oleh karena semua itu tak bisa dihindari, maka bagaimana caranya
untuk menghadapi faktor-faktor tersebut dengan cermat, tepat, sesuai
kebutuhan. Tidak semata-mata terbawa arus, melainkan tetap mengontrol
diri dengan adanya teknologi. Selain itu, diiringi dengan moral dan keimanan
yang kuat pada diri tiap-tiap individu peserta didik supaya tidak terjajah
dengan adanya teknologi. Lebih dari itu, peserta didiklah yang mewarnai
teknologi dengan kemanusiaan. Bahkan para ahli mengatakan bahwa abad 21
merupakan abad pengetahuan karena pengetahuan menjadi landasan utama
segala aspek kehidupan. Maka jadilah diri yang mewarnai lingkungan bukan
sebaliknya.
***alhamdulillah***