Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas perbedaan sistem ekonomi konvensional dan ekonomi Islam, termasuk perilaku konsumen, teori utilitas, dan maslahah sebagai tujuan utama hukum syara' dalam ekonomi Islam.
2. Sistem ekonomi di dunia
1. Sistem ekonomi sosialis:
.Paham ini muncul sebagai akibat dari paham kapitalis yang
mengekploitasi manusia, sehingga negara ikut campur cukup
dalam dengan perannya yang dangat dominan. Akibatnya
adalah tidak adanya kebebasan dalam melakukan aktivitas
ekonomi bagi individu-individu, melainkan semuanya untuk
kepentingan bersama, sehingga tidak diakuinya kepemilikan
pribadi. Negara bertanggung jawab dalam mendistribusikan
sumber dan hasil produksi kepada seluruh masyarakat.
1. Sistem ekonomi kapitalis
2. Sistem ekonomi Islam
3. 2.Sistem Ekonomi Kapitalis:
sistem ini sangat bertolak belakang dengan sistem
Sosialis/Komunis, di mana negara tidak mempunyai
peranan utama atau terbatas dalam perekonomian.
Sistem ini sangat menganut sistem mekanisme pasar.
Sistem ini mengakui adanya tangan yang tidak kelihatan
yang ikut campur dalam mekanisme pasar apabila terjadi
penyimpangan (invisible hand). Yang menjadi cita-cita
utamanya adalah adanya pertumbuhan ekomomi,
sehingga setiap individu dapat melakukan kegiatan
ekonomi dengan diakuinya kepemilikan pribadi.
4. 3.Sistem Ekonomi Islam
Sistem ekonomi Islam hadir jauh lebih dahulu
dari kedua sistem yang dimaksud di atas, yaitu
pada abad ke 6, sedangkan kapitalis abad 17,
dan sosialis abad 18. Dalam sistem ekonomi
Islam, yang ditekankan adalah terciptanya
pemerataan distribusi pendapatan, seperti
terecantum dalam surat Al-Hasyr ayat 7
5. Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah
kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal
dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah,
untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di
antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa
yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah.
dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
7. • Konsumsi umumnya didefinisikan sebagai
pemakaian barang-barang hasil industri (pakaian,
makanan dan sebagainya), atau barang-barang
yang langsung memenuhi keperluan kita. Barang-
barang seperti ini disebut sebagai barang
konsumsi. Kata yang berhubungan dengan
konsusmsi dalam Al-Qur’an dan Hadits, adalah
makanan (al-ukul), yang mencakup juga di
dalamnya minuman (asy-syarab). Serta hal-hal
lainnya seperti pakaian (al-kiswan) dan
perhiasan, seperti tercantum di dalam surat Al-
A’raaf ayat 31-32:
8. Pada tingkatan praktis, perilaku ekonomi (economic behavior) sangat
ditentukan oleh tingkat keyakinan atau keimanan seseorang atau
sekelompok orang yang kemudian membentuk kecenderungan prilaku
konsumsi di pasar. tiga karakteristik perilaku ekonomi dengan
menggunakan tingkat keimanan sebagai asumsi yaitu:
• Ketika keimanan ada pada tingkat yang cukup baik, maka motif
berkonsumsi atau berproduksi akan didominasi oleh tiga motif
utama tadi; mashlahah, kebutuhan dan kewajiban.
• Ketika keimanan ada pada tingkat yang kurang baik, maka motifnya
tidak didominasi hanya oleh tiga hal tadi tapi juga kemudian akan
dipengaruhi secara signifikan oleh ego, rasionalisme (materialisme)
dan keinginan-keinganan yang bersifat individualistis.
• Ketika keimanan ada pada tingkat yang buruk, maka motif
berekonomi tentu saja akan didominasi oleh nilai-nilai individualistis
(selfishness); ego, keinginan dan rasionalisme.
9. Teori Perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia
memilih diantara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumber
daya (resources) yang dimilikinya.
Teori perilaku konsumen rasional dalam paradigma ekonomi konvensional didasari
pada prinsip-prinsip dasar utilitarianisme. Diprakarsai oleh Bentham yang mengatakan
bahwa secara umum tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang baik untuk
kepentingan dirinya kecuali orang itu sendiri. Dengan demikian pembatasan terhadap
kebebasan individu, baik oleh individu lain maupun oleh penguasa, adalah kejahatan
dan harus ada alasan kuat untuk melakukannya. Oleh pengikutnya, John Stuart Mill
dalam buku On Liberty yang terbit pada 1859, paham ini dipertajam dengan
mengungkapkan konsep ’freedom of action’ sebagai pernyataan dari kebebasan-
kebebasan dasar manusia. Menurut Mill, campur tangan negara didalam masyarakat
manapun harus diusahakan seminimum mungkin dan campur tangan yang merintangi
kemajuan manusia merupakan campur tangan terhadap kebebasan-kebebasan dasar
manusia, dan karena itu harus dihentikan. Lebih jauh Mill berpendapat bahwa setiap
orang didalam masyarakat harus bebas untuk mengejar kepentingannya dengan cara
yang dipilihnya sendiri, namun kebebasan seseorang untuk bertindak itu dibatasi oleh
kebebasan orang lain; artinya kebebasan untuk bertindak itu tidak boleh
mendatangkan kerugian bagi orang lain.
10. Dasar filosofis tersebut melatarbelakangi analisis mengenai perilaku
konsumen dalam teori ekonomi konvensional:
– Kelangkaan dan terbatasnya pendapatan.
– Konsumen mampu membandingkan biaya dengan manfaat.
– Tidak selamanya konsumen dapat memperkirakan manfaat dengan tepat. Saat
mem beli suatu barang, bisa jadi manfaat yang diperoleh tidak sesuai
dengan harga yang harus dibayarkan.
– Setiap barang dapat disubstitusi dengan barang lain. Dengan demikian
konsumen dapat memperoleh kepuasan dengan berbagai cara.
– Konsumen tunduk kepada hukum Berkurangnya Tambahan Kepuasan (The
Law of Diminishing Marginal Utility). Semakin banyak jumlah barang
dikonsumsi, semakin kecil tambahan kepuasan yang dihasilkan. Jika untuk
setiap tambahan barang diperlukan biaya sebesar harga barang tersebut (P),
maka konsumen akan berhenti membeli barang tersebut manakala tambahan
manfaat yang diperolehnya (MU) sama besar dengan tambahan biaya yang
harus dikeluarkan. Maka jumlah konsumsi yang optimal adalah jumlah
dimana MU = P
11. kepuasan dan prilaku konsumen dipengaruhi oleh hal-hak
sebagai berikut :
• Nilai guna (utility) barang dan jasa yang dikonsumsi.
Kemampuan barang dan jasa untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
• Kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang
dan jasa. Daya beli dari income konsumen dan
ketersediaan barang dipasar.
• Kecenderungan Konsumen dalam menentukan pilihan
konsumsi menyangkut pengalaman masa lalu, budaya,
selera, serta nilai-nilai yang dianut seperti agama, adat
istiadat.
12. Fungsi utility
• Dalam ekonomi, utilitas adalah jumlah dari kesenangan
atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai. Dengan
jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau
menurunnya utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan
ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan
kepuasan seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan
utilitas adalah util.[5]
• Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function)
digambarkan oleh kurva indiferen (indifference curve).
Biasanya yang digambarkan adalah utility function antara
dua barang (atau jasa) yang keduanya memang disukai
konsumen.
13. Perilaku konsumen Muslim
• Berbeda dengan konsumen konvensional. Seorang muslim
dalam penggunaan penghasilanya memiliki 2 sisi, yaitu
pertama untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya
dan sebagianya lagi untuk dibelanjakan di jalan Allah.
Model Keseimbangan konsumsi islam
• Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi islam didasarkan
pada prinsip keadilan distribusi. Dalam ekonomi islam.
Kepuasan konsumsi seorang Muslim bergantung pada nilai-
nilai agama yang diterapkan pada rutinitas kegiatanya,
tercermin pada alokasi uang yang dibelanjakanya.
14. • Batasan Konsumsi dalam syari’ah
Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak
ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi
kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam
bentuk kepuasan material maupun spiritual.
• Batasan konsumsin dalam islam tidak hanya memperhatikan aspek halal-haram saja tetapi
termasuk pula yang diperhatikan adalah yang baik, cocok, bersih, tidak menjijikan. Larangan israf
dan larangan bermegah-megahan.
• Begitu pula batasan konsumsi dalam syari’ah tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman saja.
Tetapi juga mencakup jenis-jenis komoditi lainya. Pelarangan atau pengharaman konsumsi untuk
suatu komoditi bukan tanpa sebab.
• Pengharaman untuk komoditi karena zatnya karena antara lain memiliki kaitan langsung dalam
membahayakan moral dan spiritual.
konsumsi social
• konsumsi dalam islam tidak hanya untuk materi saja tetapi juga termasuk konsumsi social yang
terbentuk dalam zakat dan sedekah. Dalam al-Qur’an dan hadits disebutkan bahwa pengeluaran
zakat sedekah mendapat kedudukan penting dalam islam. Sebab hal ini dapat memperkuat sendi-
sendi social masyarakat.
• zakat
• sedekah
15. • Dalam Islam, asumsi dan aksioma yang sama
(komplementer, substitusi, tdk ada keterikatan),
akan tetapi titik tekannya terletak pada halal,
haram, serta berkah tidaknya barang yang akan
dikonsumsi sehingga jika individu dihadapkan
pada dua pilihan A dan B maka seorang muslim
(orang yang mempunyai prinsip keislaman) akan
memilih barang yang mempunyai tingkat
kehalalan dan keberkahan yang lebih tinggi,
walaupun barang yang lainnya secara fisik lebih
disukai
16. • Tujuan aktifitas konsumsi adalah memaksimalkan kepuasan (utility)
dari mengkonsumsi sekumpulan barang/jasa yang disebut
’consumption bundle’ dengan memanfaatkan seluruh anggaran/
pendapatan yang dimiliki. Secara matematis hal itu ditunjukan
dengan persoalan optimalisasi:
Max U = U1 + U2 + U3 + ... + Un
Dengan kendala : I = P1X1 + P2X2 + P3X3 + ........ + PnXn
dimana :
U = total kepuasan
Un, = kepuasan dari mengkonsumsi barang n
Pn = harga barang n
Xn, = banyaknya barang n yang dikonsumsi
I = total pendapatan
17. Komposisi barang-barang yang dikonsumsi oleh konsumen akan stabil
atau berada pada keseimbangan manakala tambahan kepuasan yang
diperoleh dari setiap jenis barang per satuan harga adalah sama. Jika
ada suatu barang yang memberi tambahan kepuasan lebih tinggi per
satuan harganya, maka konsumen akan memperbanyak konsumsi
barang tersebut dan otomatis mengurangi konsumsi barang lain.
Dengan demikian belum tercapainya komposisi konsumsi yang stabil.
Kestabilan atau keseimbangan konsumen tercapai manakala :
MUx = MUx = ...... = MUi
------- ------- ------
Px Py Pi
18. Asumsi sentral dalam teori ekonomi mikro neoklasik adalah manusia
berperilaku secara rasional. Sistem kapitalisme tidak dapat hidup
tanpanya. Dalam banyak hal, rasionalitas seringkali memaksa adanya
penyederhanaan-penyederhanaan masalah, yang kemudian direkayasa
menjadi suatu model.
Model adalah penyederhanaan masalah-masalah ekonomi dengan
tujuan agar kita dapat memahami, melakukan prediksi, merancang
kebijakan. Begitu banyak asumsi yang tidak realistis didalam sebuah
model, sehingga sebuah tingkat kesalahan tertentu merupakan suatu
yang tidak terelakkan. Adanya rasa maklum atas kesalahan yang
berada diluar jangkauan rasionalitas menunjukkan bahwa masyarakat
ilmiah modern menyakini keterbatasan rasionalitas.
Hal itulah yang dikenal dengan ”beyond rationality”. Beyond rationality
tidak sama dan tidak identik dengan irrationality.
19. perilaku konsumsi Islam berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan
Hadis perlu didasarkan atas rasionalitas yang disempurnakan
yang mengintegrasikan keyakinan kepada kebenaran yang
‘melampaui’ rasionalitas manusia yang sangat terbatas ini.
bekerjanya ‘invisible hand’ yang didasari oleh asumsi
rasionalitas yang bebas nilai – tidak memadai untuk mencapai
tujuan ekonomi Islam yakni terpenuhinya kebutuhan dasar
setiap orang dalam suatu masyarakat.
Islam memberikan konsep adanya an-nafs al-muthmainnah
(jiwa yang tenang). Jiwa yang tenang ini tentu saja tidak
berarti jiwa yang mengabaikan tuntutan aspek material dari
kehidupan. Disinilah perlu diinjeksikan sikap hidup peduli
kepada nasib orang lain yang dalam bahasa Al-Qur’an
dikatakan “al-iitsar’
20. FUNGSI UTILITAS &
MASLAHAH DLM ISLAM
• Imam Shatibi menggunakan istilah ’maslahah’, yang
maknanya lebih luas dari sekedar utility atau
kepuasan dalam terminologi ekonomi konvensional.
Maslahah merupakan tujuan hukum syara’ yang paling
utama.
• Menurut Imam Shatibi, maslahah adalah sifat atau
kemampuan barang dan jasa yang mendukung
elemen-elemen dan tujuan dasar dari kehidupan
manusia dimuka bumi ini (Khan dan Ghifari, 1992).
Ada lima elemen dasar menurut beliau, yakni: AGAMA,
kehidupan atau jiwa (al-nafs), properti atau harta
benda (al-mal), keyakinan (al-din), intelektual (al-
aql), dan keluarga atau keturunan (al-nasl).
21. Mencukupi kebutuhan - dan bukan memenuhi kepuasan/keinginan - adalah
tujuan dari aktivitas ekonomi Islam, dan usaha pencapaian tujuan itu adalah
salah satu kewajiban dalam beragama. Adapun sifat- sifat maslahah sebagai
berikut :
Maslahah bersifat subjektif dalam arti bahwa setiap individu menjadi hakim
bagi masing-masing dalam menentukan apakah suatu maslahah atau bukan
bagi dirinya. Namun, berbeda dengan konsep utility, kriteria maslahah telah
ditetapkan oleh syariah dan sifatnya mengikat bagi semua individu.
Maslahah orang per orang akan konsisten dengan maslahah orang banyak.
Konsep ini sangat berbeda dengan konsep Pareto Optimum, yaitu keadaan
optimal dimana seseorang tidak dapat meningkatkan tingkat kepuasan atau
kesejahteraannya tanpa menyebabkan penurunan kepuasan atau
kesejahteraan orang lain.
Konsep maslahah mendasari semua aktivitas ekonomi dalam masyarakat,
baik itu produksi, konsumsi, maupun dalam pertukaran dan distribusi.
22. • Daruriyyah : merupakan tujuan yang harus ada dan mendasar bagi
penciptaan kesejahteraan didunia dan akhirat, yaitu mencakup
terpeliharanya lima elemen dasar kehidupan yakni jiwa, keyakinan atau
agama, akal/intelektual, keturunan dan keluarga serta harta benda. Jika
tujuan daruriyyah diabaikan, maka tidak akan ada kedamaian, yang timbul
adalah kerusakan (fasad) didunia dan kerugian yang nya di akhirat.
• Hajiyyah : bertujuan memudahkan kehidupan dan menghilangkan
kesempitan. Hukum syara’ dalam kategori ini tidak dimaksudkan untuk
memelihara lima hal pokok tadi melainkan menghilangkan kesempitan
dan berhati- hati terhadap lima hal pokok tersebut.
• Tahsiniyyah : menghendaki kehidupan yang indah dan nyaman
didalamnya, terdapat beberapa provisi dalam syariah yang dimaksudkan
untuk mencapai pemanfaatan yang lebih baik, keindahan dan simplifikasi
dari daruriyyah dan hajiyyah. Misalnya dibolehkannya memakai baju yang
nyaman dan indah.
23. tiga kebutuhan pokok :
• Pertama, kebutuhan primer yakni nafkah-nafkah pokok bagi manusia yang
dapat mewujudkan lima tujuan syariat (yakni memelihara jiwa, akal,
agama, keturunan, dan kehormatan). Tanpa kebutuhan primer kehidupan
manusia tidak akan berlangsung. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan
makan, minum, tempat tinggal, kesehatan, rasa aman, pengetahuan, dan
pernikahan.
• Kedua, kebutuhan sekunder yakni kebutuhan manusia untuk
memudahkan kehidupan, agar terhindar dari kesulitan. Kebutuhan ini
tidak perlu dipenuhi sebelum kebutuhan primer terpenuhi. Kebutuhan ini
pun masih berkaitan dengan lima tujuan syariat itu tadi.
• Ketiga, kebutuhan pelengkap, yaitu kebutuhan yang dapat menciptakan
kebaikan dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Pemenuhan
kebutuhan ini tergantung pada bagaimana pemenuhan kebutuhan primer
dan sekunder serta berkaitan dengan lima tujuan syariat.
24. • QS.al-Furqaan ayat 67 Allah berfirman : Dan
orang- orang yang apabila membelanjakan harta,
mereka tidak berlebih- lebihan, dan tidak pula
kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-
tengah antara yang demikian.
Atau dalam QS.al-Israa ayat 29 :
• ” Dan janganlah kamu jadikan tanganmu
terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkan karena itu kamu menjadi
tercela dan menyesal”
25. PRINSIP KONSUMSI DALAM ISLAM
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap (memasuki) masjid, makanlah dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan
dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-
hamba_Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rezeki yang baik?’ Katakanlah: ‘Semuanya itu (disediakan)
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia,
khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah
Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui.”
26. Petunjuk Investasi
Tentang kriteria atau standar dalam menilai proyek investasi,
al-Mawsu’ah Al-ilmiyahwa-al amaliyah al-islamiyah
memandang ada lima kriteria yang sesuai dengan Islam untuk
dijadikan pedoman dalam menilai proyek investasi, yaitu:
a) Proyek yang baik menurut Islam.
b) Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota
masyarakat.
c) Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan
kekayaan.
d) Memelihara dan menumbuhkembangkan harta
e) Melindungi kepentingan anggota masyarakat.
27. Tujuan hidup Manusia
• Bahagia sejahtera, dengan cara Terpenuhinya
kebutuhan materi & spiritual
• Mengapa saat ini hanya kebutuhan materi
(makanan, sandang, papan) yg lebih
diperhatikan?
• Contoh orang bermateri penuh, tapi tidak
bahagia dan tidak sejahtera:
28. http://id.berita.yahoo.com/istri-pewaris-tetra-pak-terbaring-meninggal-2-
bulan.html:Kematian tragis istri seorang miliarder
• Pasangan kecanduan narkoba, jenazah istri membusuk 2 bulan sebelum ditemukan.
• Pasangan itu tinggal di salah satu alamat paling eksklusif di London namun kemudian
tenggelam dalam kekumuhan akibat kecanduan narkotika yang berakhir dengan
kematian Eva akibat gagal jantung sebagai dampak dari obat-obatan tersebut, menurut
pengadilan.
• Orangtua Eva Rausing datang ke rumah tersebut setelah melihat banyaknya kerumunan
polisi. Polisi menemukan tubuh anak perempuan mereka dalam kondisi membusuk di
bawah tumpukan pakaian dan deretan tempat sampah di kamar yang dikerubungi lalat
di lantai dua.
•
"Anda dan istri Anda memiliki semua keuntungan materi yang bisa didapat, dan untuk
sesaat kehidupan keluarga yang bahagia. Kemunduran Anda untuk menggunakan
narkoba, bersama dengan istri Anda, menghancurkan semua itu," kata hakim itu lagi
pada Hans Rausing.
Rausing, 49, terlihat sadar namun pucat dan kurus dengan rambut berantakan dan
jenggot yang dipotong pendek. Ia berdiri diam di balik kaca di bagian belakang ruang
sidang saat hakim berbicara.
29. Konsumsi Dlm Ekonomi Konvensional
• Tujuan: Kepuasan Tertinggi
• Batasan: Ketersediaan Anggaran
• Dampak: mengabaikan halal/haram,
pertimbangan/kepentingan orang lain, kecuali
golongan/kelompoknya
30. Konsumsi dalam Rasionalitas Islami
• Memaksimalkan maslahah (=manfaat + berkah)
• Pemenuhan kebutuhan akan mberikan tambahan
manfaat fisik, spiritual, intelektual, material
• Pemenuhan keinginan akan menambah kepuasan,
manfaat psikis
• Kebutuhan + keinginan = maslahah + kepuasan
• Jk kebutuhan bukan yg diinginkan hanya melahirkan
manfaat, jk keinginan bukan kebutuhan hanya
melahirkan kepuasan saja
• Pmenuhan kebutuhan & keinginan dibolehkan selama
tidak mendatangkan mudharat
31. Karakteristik Kebutuhan & Keinginan
Karakteristik Keinginan Kebutuhan
Sumber Hasrat (Nafsu Manusia) Fitrah Manusia
Hasil Kepuasan Manfaat & berkah
Ukuran Preferensi/Selera Fungsi
Sifat Subyektif Objektif
Tuntunan Islam Dibatasi/dikendalikan Dipenuhi
32. Penentuan & Pengukuran
Mashlahah bagi Konsumen
• Maslahah = pahala x f (kegiatan)
• Berkah = f (konsumsi)
Formulasi Maslahah:
M = F + B
M= mashlahah
F = manfaat
B = berkah
33. Formulasi Mashlahah
• B = F . P
• P = βi p
P=pahala total
Βi = frekuensi kegiatan
P = pahala per unit
kegiatan
• B = F βi p
• M = F + F βi p
• M = F (1+ βi p)
• Dari formulasi tsb, Jika
pahala suatu kegiatan
tidak ada, maka yang
tertinggal hanya
manfaat duniawi saja,
spt keuntungan
uang/kepuasan psikis
• Jika manfaat duniawi
sdh tidak ada, maka
keberkahan pun tdk ada
34. Pengukuran Mashlahah Konsumen
• Konsumsi utk ibadah:(belanja di jalan Allah =
QS 2:261)
Frekuensi Kegiatan
(1)
Pahala per unit (2) Mashlahah (1x2)
1 700 700
2 700 1400
3 700 2100
4 700 2800
5 700 3500
6 700 4200
7 700 4900
8 700 5600
35. Mashlahah dari membeli surat kabar
yg halal dg niat ibadah
F Keg (1) Manfaat/ F
(2)
Pahala per
unit /p (3)
Total
pahala/P
(4)=1x3
Berkah (5) =
2 x 4
Mashlahah
(6)=F+B=2+5
1 10 27 27 270 280
2 18 27 54 972 990
3 24 27 81 1944 1968
4 28 27 108 3052 3052
5 30 27 135 4080 4080
6 32 27 162 5216 5216
7 32 27 189 6080 6080
38. • Jadi konsumsi yg tidak dilandasi niat ibadah
hanya akan menghasilkan mashlahah sebesar
manfaat saja, mashlahah tidak maksimal
• Identifikasi mashlahah dunia & akherat
memerlukan ilmu & pengetahuan yg cukup
40. Identifikasi Mashlahah
• Bentuk Mashlahah :
1. Manfaat material, ex. Pd produk obral berupa
Murahnya harga, disc, dll
2. Manfaat Fisik & Psikis, ex. Terpenuhinya rasa lapar,
haus, dingin, sehat, nyaman dll
3.Manfaat Intelektual, ex.informasi, pengetahuan,
ketrampilan
4. Manfaat thd lingkungan (intra generation), ex. Adanya
eksternalitas positif yg bisa dirasakan pembeli & org lain
5. Manfaat jangka panjang , ex. Bahan bakar bio gas
42. Hukum utilitas marginal
• Jika seorang mengkonsumsi barang/jasa dg frek
berulang2, maka nilai tambahan kepuasan dr konsumsi
berikutnya akan semakin menurun.
• Utilitas marginal: tambahan kepuasan yg diperoleh
konsumen akibat adanya peningkatan jumlah
barang/jasa yg dikonsumsi.
• Sebelum mencapai nilai negatif, nilai utilitas marginal
mencapai kejenuhan terlebih dahulu yg ditunjukkan
oleh nilai nol = utilitas total mencapai maksimum.
• Pengecualian hukum tsb di atas tidak berlaku pada
orang yg mengalami kecanduan
50. Preferensi Terhadap Mashlahah
• M= F(1+βip)ᵟ
• Koefisien perhatian/coefficient of awareness =
ᵟ = 0 -1
• ᵟ =0 = tidak memperhatikan mashlahah
• ᵟ =1 = sepenuhnya memperhatikan mashlahah
• Jika konsumen tidak memperhatikan berkah:
M = F jadi mashlahah hanya sebatas manfaat
fisik; krn ᵟ=0
51. Koefisen Preferensi= ᵞ
preferensi konsumen thd mashlahah yang ada
• M= F(1+βip)ᵟᵞ
• ᵞ = 0 < ᵞ < 2 ; jk konsumen menyukai
mashlahah nilai ᵞ = 1 atau lebih, jika tdk suka
mashlahah ᵞ kurang dari 1
53. • Preferensi thd mashlahah mampu
memperpanjang horizon preferensi/
memperpanjang rentang kegiatan
• Pd ᵞ = 0 besarnya MM semakin menurun dg cepat
• Penurunan MM semakin lamban saat preferensi
thd mashlahah=ᵞ semakin meningkat
• Semakin konsumen peduli thd berkah (yakin dg
imbalan pahala), maka ia tdk mudah
jenuh/bosan dg apa yg dikonsumsinya, meski
secara fisik tdk lagi melihat adanya manfaat.
54. Hukum penguatan kegiatan dari
mashlahah
• Keberadaan berkah akan memperpanjang
rentang dari suatu kegiatan konsumsi
• Konsumen yg merasakan adanya mashlahah
dan menyukainya akan tetap rela melakukan
suatu kegiatan meski manfaat fisik dari keg tsb
bagi dirinya sdh tidak ada
55. Keterkaitan antar barang
A. Komplemen
Ex. Komputer & flash disk.
1.Komplementaritas sempurna, ex. Mobil &
BBM, tinta printer & kertas, ban luar & ban
dalam
2. Komplementaritas dekat, ex. Sepatu & kaos
kaki, teh & gula
3. Komplementaritas jauh, ex. Baju & dasi, baju
& parfum, sabun cuci & softner,
56. B. Substitusi
1. Substitusi sempurna, ex. Gula lokal & impor
2. Substitusi dekat, ex. Printer merk canon &
Hewlett Packard, sistem operasi windows &
linux, fotocopy xerox & cannon, daging sapi &
ayam
3. Substitusi jauh, ex. Beras & roti,
57. Hubungan antar barang yg dilarang
dalam Islam
Tidak ada substitusi dan komplemen antara
barang halal dan haram
Jadi berapapun barang halal yang dikonsumsi,
maka barang haram yg dikonsumsi adalah nol.
58. Hukum Permintaan
• Jika harga suatu barang/jasa meningkat, maka
jumlah barang/jasa yang diminta akan
menurun, selama kandungan mashlahah pd
barang tsb & faktor lain tetap.