Teks tersebut membahas tentang prinsip-prinsip produksi dalam perspektif Islam. Beberapa poin utama yang dijelaskan adalah: (1) produksi merupakan kewajiban manusia sebagai khalifah untuk memanfaatkan sumber daya alam, (2) prinsip-prinsip produksi meliputi keadilan, optimalisasi sumber daya, dan keseimbangan antara dunia dan akhirat, (3) faktor-faktor produksi seperti tanah dan tenaga ker
1. Kelompok 4 :
Dwi Cahya Febrianto 20120430046
Rufita Eka Khairunnisa 20120430038
Luki Diktio Adikrama 20120430058
2. Pada prinsipnya kegiatan produksi sebagaimana kegiatan konsumsi terikat
sepenuhnya dengan syari’at Islam. Karena kegiatan produksi merupakan mata
rantai dari konsumsi, maka tanpa kegiatan produksi yang menghasilkan barang
dan jasa tak akan ada yang bisa dikonsumsi.
Oleh karena itu, kegiatan produksi merupakan suatu hal yang diwajibkan karena
tanpa kegiatan produksi maka aktifitas kehidupan akan berhenti. Manusia butuh
makan, minum agar bisa beraktifitas dan beribadah, perlu pakaian untuk
menutupi aurat dan beribadah, serta butuh tempat tinggal untuk melindungi
dirinya serta beribadah juga berbagai kebutuhan lainnya. Allah SWT telah
menyediakan bahan bakunya berupa kekayaan alam yang sepenuhnya diciptakan
untuk kepentingan manusia. Itu semua baru bisa diperoleh dan bisa dinikmati
manusia jika manusia mengelolanya agar menjadi barang dan jasa yang siap
dikonsumsi dengan jalan diproduksi terlebih dahulu. Melihat pentingnya peranan
produksi yang nyata-nyata menentukan kemakmuran suatu bangsa dan taraf
hidup manusia, Al-Qur’an telah meletakkan landasan yang sangat kuat. terhadap
sistem produksi. Kitab suci Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang
dalam artian luas, dan menekankan manfaat dari barang yang diproduksi.
3. Dalam Surah An-Nahl ayat 14 :
Artinya: Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu
mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
Dalam surah An-nahl tersebut dan ayat-ayat selanjutnya telah diuraikan secara singkat
bahwa Allah telah menyediakan kekayaan alam untuk kepentingan dan kesejahteraan
manusia, Allah memerintahkan manusia untuk bekerja keras memanfaatkan semua sumber
daya itu seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Al-Qur’an juga telah
memberikan berbagai alternatif kepada manusia bagaimana melakukan perubahan yang
lebih baik dengan menggali dan menggunakan sumber daya alam yang tak terbatas di dunia
ini, melalui pengelolaan, modal, kemampuan dan kecenderungannya di dalam proses
4. Produksi dalam perspektif Islam adalah suatu usaha untuk menghasilkan dan
menambah daya guna dari suatu barang baik dari sisi fisik materialnya maupun
dari sisi moralitasnya, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia
sebagaimana yang digariskan dalam agama Islam, yaitu mencapai kesejahteraan
dunia dan akhirat. Karena pada dasarnya produksi adalah kegiatan yang
menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen,
maka tujuan produksi harus sejalan dengan tujuan konsumsi sendiri yaitu
mencapai falah.
Pengertian seperti ini akan membawa implikasi yang mendasar bagi kegiatan
produksi dan perekonomian secara keseluruhan diantaranya :
Pertama: Seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan
tehnikal yang Islami, seperti halnya dalam kegiatan konsumsi. Artinya bahwa
seluruh kegiatan produksi mulai dari kegiatan mengorganisir faktor-faktor
produksi, proses produksi hingga pemasaran dan pelayanan kepada konsumen
harus mengikuti aturan-aturan dalam Islam.
Kedua: Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial kemasyarakatan.
Artinya kegiatan produksi harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni
lingkungan sosial dan lingkungan hidup masyarakat
Ketiga: Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena faktor kelangkaan
faktorfaktor produksi tetapi lebih kompleks. Yaitu karena faktor kemalasan dan
pengabaian optimalisasi segala karunia Allah SWT, baik dalam bentuk sumber
daya manusia maupun sumber daya alam.
5. Adapun prinsip-prinsip produksi menurut pandangan salah satu tokoh ekonomi
Islam adalah sebagai berikut:
Siddiqi (1992) mengatakan bahwa prinsip-prinsip produksi dalam Islam adalah :
• Memiliki komitmen penuh terhadap keadilan
• Memiliki dorongan untuk menciptakan kebajikan
Optimalisasi keuntungan diperkenankan dengan batasan kedua prinsip di atas,
artinya upaya optimalisasi keuntungan tidak boleh dilakukan dengan
meninggalkan prinsip Keadilan dan Kebajikan bagi kesejahteraan masyarakat
keseluruhan.
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar produksi di atas maka tujuan produksi dalam
perspektif Islam tidak hanya berorientasi pada mencari keuntungan yang
maksimal,tetapi juga dalam rangka optimalisasi falah, dan secara spesifik Siddiqi
(1992) menguraikan tujuan produksi sebagai berikut:
1. Pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat.
2. Menemukan kebutuhan masyarakat.
3. Persediaan terhadap kemungkinan-kemungkinan di masa depan.
4. Persediaan bagi generasi mendatang.
5. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.
6. Dengan mendasarkan pada prinsip umum ekonomi syari’ah, maka dari ayat-ayat
Al-
Qur’an dapat diderivasikan prinsip-prinsip produksi Islami sebagai berikut:
• Kesadaran manusia sebagai seorang khalifah.
Manusia menyandang status sebagai seorang khalifah di bumi. Khalifah ini diberi
amanat oleh Allah untuk memakmurkan bumi. Allah-lah yang telah menciptakan
alam semesta dan manusia sebagai penguasanya.
Artinya: Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat,”Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata,”Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?”
Tuhan berfirman,”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.” (QS Al-
Baqarah:30)
7. Pemberian amanah dari Allah kepada manusia mengenai bumi ini bertujuan agar
manusia dapat memanfaatkan isi bumi dan memperoleh pendidikan agar manusia
ingat nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah. Amanah yang diembankan
kepada manusia ini pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bekerja dan mencari karunia-
Nya.
Islam menganggap kerja sebagai cara yang paling utama untuk mencari rezeki dan
tiang pokok produksi. Sesungguhnya Allah akan memberikan kepada seorang
muslim (sebagai khalifah) yang bekerja suatu penghidupan yang baik dan
memberikan balasan kepada mereka berupa pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.
• Pengoptimalan fungsi indera dan akal.
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu
berfirman,”Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar!” (QS
8. • Pemberdayaan sumber alam dengan baik.
Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau
(awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan
air hujan itu tanam-tanaman yang darinya (dapat) makan binatang-binatang
ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?
(QS As- Sajdah:27)
9. • Adanya keseimbangan antara aktivitas untuk dunia dan akhirat.
Islam sangat mendorong umatnya untuk selalu bersemangat dalam bekerja, baik
bekerja untuk mencapai penghidupan yang layak dan menghasilkan barang-
barang serta jasa yang menjadi kebutuhan manusia, maupun amal yang bersifat
ibadah semata-mata karena Allah.
• Aktivitas produksi dilandasi oleh akhlak.
Akhlak harus mendasari bagi seluruh aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas
ekonomi produksi. Menurut Qardhawi, dikatakan bahwa,”Akhlak merupakan hal
yang utama dalam produksi yang wajib diperhatikan kaum muslimin, baik secara
individu maupun secara bersama-sama, yaitu bekerja pada bidang yang yang
dihalalkan oleh Allah, dan tidak melampaui apa yang diharamkan-Nya.”
10. Dalam menghasilkan barang-barang dan jasa dalam proses produksi kita
membutuhkan beberapa faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk
melakukan proses produksi.
Beberapa pandangan ekonomi Islam terhadap faktor produksi:
1. Hubungan antara tujuan produksi dengan penggunaan faktor produksi.
Dalam pandangan ekonomi Islam, prinsip dan tujuan produksi ekonomi yang
Islami alokasi sumber daya ekonomi akan berorientasi pada hal-hal berikut :
a. Berbagai barang dan jasa yang dilarang oleh agama Islam tidak akan diproduksi
sehingga tidak ada sumber daya ekonomi atau faktor produksi yang dialokasikan
untuk itu.
b. Produksi barang-barang mewah akan dikurangi sedemikian rupa sehingga
semakin sedikit sumber daya untuk memproduksinya.
c. Akan ada perluasan industri untuk menghasilkan barang dan jasa yang
merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga sumber daya ekonomi lebih
banyak dialokasikan untuk itu.
11. 2. Penentuan harga faktor produksi.
Dalam pandangan Islam ada dua prinsip dasar yang harus dijadikan pedoman
dalam menentukan faktor produksi, yaitu nilai keadilan (justice) dan
pertimbangan kelangkaan (scarcity). Implikasi dari adanya nilai dasar ini adalah:
1. Kekuatan pasar tidak dapat digunakan begitu saja bagi penentuan upah.
Penentuan upah dilakukan berdasarkan pertimbangan objektif yaitu tingkat upah
pasar dan pertimbangan subjektif yaitu implementasi nilai-nilai kemanusiaan.
2. Implementasi bunga sebagai harga dari modal tidak dapat dilakukan karena
ajaran Islam menganggap sebagai riba nasyiah yang haram hukumnya. Penentuan
harga modal akan dilakukan secara integratif dengan kontribusi dari
kewirausahaan berdasarkan sistem bagi hasil (profit lost sharing).
3. Penggunaan sewa (rent) sebagai harga dari faktor produksi tanah tidak dapat
diterima begitu saja. Terdapat kontroversi pendapat dikalangan pemikir Islam
tentang legalitas sistem sewa dalam legalitas sistem persewaan. Dalam sistem ini
harga tanah tidak ditetapkan di awal dan bersifat tetap seperti bunga tetapi
ditentukan secara bersama dengan kontribusi kewirausahaan.
12. Terdapat perbedaan tentang klasifikasi faktor produksi baik dari kalangan
ekonomi konvensional maupun Islam. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyak faktor
diantaranya ketidaksamaan definisi, karakteristik, maupun peran dari masing-
masing faktor produksi dalam menghasilkan output.
Faktor produksi pada umumnya diklasifikasikan dalam 4 jenis :
a. Alam (tanah)
Tanah merupakan faktor produksi yang sering disebut faktor produksi asal atau
asli. Tanah juga merupakan faktor produksi yang relatif unik, sebab tidak
diciptakan oleh manusia melainkan manusia tinggal memanfaatkannya. Keunikan
tanah yang lain karena ketersediaannya yang relatif amat terbatas (seringkali
digambarkan memiliki kurva penawaran in-elastis sempurna). Keunikan ini
membawa kerumitan dalam penentuan harga dari tanah sebagai faktor produksi.
Adapun bentuk sewa tanah yang diperbolehkan dalam Islam harus mencerminkan
nilai-nilai keadilan, persaudaraan, dan kemurahan hati. Keadilan mengandung
arti bahwa sewa harus memberikan keuntungan bagi pemilik maupun penyewa,
adapun jika terdapat kerugian kedua pihak harus memikulnya agar tidak terjadi
kedzaliman, penindasan atau eksploitasi antara pihak yang satu ke pihak lainnya.
13. b. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua yang dianggap paling penting,
karena kekayaan alam dapat berubah menjadi hasil produksi yang bernilai karena
jasa tenaga kerja. Keunikan tenaga kerja jika dibandingkan faktor produksi
lainnya karena mereka manusia. Sehingga mereka harus diperhatikan. Bagaimana
memberi harga atas tenaga kerja serta bagaimana menghargai unsur-unsur
kejiwaan, moralitas dan unsur-unsur kemanusiaan yang lainnya.
Upah merupakan harga dari orang yang telah bekerja serta kewajiban bagi orang
yang mempekerjakannya. Dalam penentuan upah, Islam menjunjung tinggi nilai-
nilai keadilan dan pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan. Terminologi adil
dalam pengupahan harus memperhatikan kondisi pekerja (ajir) maupun majikan
(mustajir) bukan hanya salah satunya saja. Sehingga tidak dibenarkan pemerintah
menetapkan suatu upah hanya semata-mata ingin meningkatkan kesejahteraan
para buruh tetapi di sisi lain menimbulkan kezaliman. Beberapa prinsip pemberian
upah menurut pandangan Islam yang menjamin diperlakukannya tenaga kerja
secara manusiawi:
1. Hubungan antara pekerja dan majikan harus memperlihatkan nilai
kemanusiaan.
2. Tingkat upah minimum hendaklah mencukupi bagi pemenuhan kebutuhan
dasar para pekerja.
3. Memperhatikan waktu kerja pekerja dengan berdasarkan kekuatan fisik dan
lokasi waktu bagi tertunaikannya hak Allah (beribadah) oleh si pekerja dengan
tidak mengurangi upah bagi pekerja.
14. c. Modal
Modal adalah segala kekayaan baik yang berwujud uang maupun bukan uang
(gedung, mesin, perabotan dan kekayaan fisik lainnya) yang dapat digunakan
dalam menghasilkan output. Isu terpenting tentang modal ini adalah bagaimana
menentukan harganya. Dimana dalam ekonomi konvensional, bunga merupakan
harga dari modal (uang), hal ini bertolak belakang dengan pandangan Islam yang
mengharamkan bunga karena dikategorikan riba sehingga harus dihapus secara
mutlak. Sebagai gantinya ajaran Islam menawarkan konsep profi-loss sharing yang
dipandang lebih mencerminkan nilai-nilai keadilan bagi pelaku ekonomi. Secara
umum konsep ini diimplementasikan dalam konsep mudharabah dan musyarakah.
Berbeda dengan bunga dalam sistem ini harga modal dan entrepreneur ditentukan
bersama berdasarkan persentase keuntungan/kerugian yang akan diterima.
d. Wirausaha
Wirausaha (entrepreneur) pada dasarnya adalah motor penggerak kegiatan
produksi. Kegiatan produksi berjalan karena adanya gagasan, upaya, dan motivasi
untuk mendapatkan manfaat sekaligus bersedia menanggung resiko dari para
wirausaha ini. Meskipun sama-sama manusia, wirausaha tentu berbeda dengan
tenaga kerja. Tenaga kerja pada dasarnya hanyalah alat produksi yang hanya
menjalankan produksi sebagaimana fungsinya. Dalam pengertian fungsional
tenaga kerja mungkin dapat diganti dengan mesin, tetapi hal ini tidak dapat
dilakukan terhadap seorang wirausahawan.
15. e. Fungsi Produksi
Berikut ini beberapa asumsi dasar yang melandasi analisa fungsi produksi dalam
pandangan konvensional, yaitu:
1. Kegiatan produksi tidak hanya dilakukan terbatas oleh perusahaan saja.
Misalnya tertentu yang bertujuan mencari keuntungan.
2. Kondisi pasar yang eksis dalam industri adalah pasar persaingan sempurna.
Sehingga dengan asumsi ini output setiap perusahaan merupakan bagian kecil dari
keseluruhan output yang dibutuhkan oleh pasar.
3. Setiap perusahaan bebas keluar-masuk dalam industri (free entry-exit).
Implikasi dari asumsi ini adalah adanya tarikan yang kuat pada industri yang
memiliki tingkat keuntungan yang tinggi.