MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
prilaku konsumen
1. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Prilaku Konsumen Dalam Pandangan Ekonomi Islam
Dalam teori ekonomi dikatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi
yang selalu berusaha memaksimalkan kepuasannya dan selalu bertindak rasional.
Para konsumen akan berusaha memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan
finansialnya memungkinkan. Mereka memiliki pengetahuan tentang alternatif
produk yang dapat memuaskan kebutuhan mereka.1 kepuasan menjadi suatu hal
yang sangat diutamakan dalam kegiatan prilaku konsumen. Sedangkan dalam
ekonomi islam prilaku konsumen tidak hanya didasari pada tingkat kepuasan saja
melainkan pada prinsip kemashlahatan yaitu pada pertimbangan manfaat dan
berkah yang akan di dapat oleh konsumen.
Menurut Abdul Mannan bahwa konsumsi dalam Islam dikendalikan oleh
lima prinsip, yaitu:
a. Prinsip Keadilan
Berkonsumsi tidak boleh menimbulkan kedzaliman, berada dalam koridor
aturan atau hukum agama, serta menjunjung tinggi kepantasan atau kebaikan.
Islam memiliki berbagai ketentuan tentang benda ekonomi yang boleh dikonsumsi
dan yang tidak boleh dikonsumsi.
b. Prinsip Kebersihan
Bersih dalam arti sempit adalah bebas dari kotoran atau penyakit yang
dapat merusak fisik dan mental manusia, sementara dalam arti luas adalah bebas
dari segala sesuatu yang diberkahi Allah. Tentu saja benda yang dikonsumsi
memiliki manfaat bukan kemubaziran atau bahkan merusak.
1 Bilson Simamora. Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama, 2008), Hlm. 3-4.
2. 5
c. Prinsip Kesederhanaan
Sikap berlebih-lebihan (israf) sangat dibenci oleh Allah dan merupakan
pangkal dari berbagai kerusakan di muka bumi. Sikap berlebih-lebihan ini
mengandung makna melebihi dari kebutuhan yang wajar dan cenderung
memperturutkan hawa nafsu atau sebaliknya terlampau kikir sehingga justru
menyiksa diri sendiri. Islam menghendaki suatu kuantitas dan kualitas konsumsi
yang wajar bagi kebutuhan manusia sehingga tercipta pola konsumsi yang efesien
dan efektif secara individual maupun sosial
d. Prinsip Kemurahan Hati
Dengan mentaati ajaran Islam maka tidak ada bahaya atau dosa ketika
mengkonsumsi benda-benda ekonomi yang halal yang disediakan Allah karena
kemurahanNya. Selama konsumsi ini merupakan upaya pemenuhan kebutuhan
yang membawa kemanfaatan bagi kehidupan dan peran manusia untuk
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah maka Allah elah memberikan anugrahNya
bagi manusia.
e. Prinsip Moralitas.
Pada akhirnya konsumsi seorang muslim secara keseluruhan harus
dibingkai oleh moralitas yang dikandung dalam Islam sehingga tidak semata –
mata memenuhi segala kebutuhan.2
Jadi tingkah laku/prilaku konsumen dalam pandangan ekonomi islam
sangat berpengaruh dengan nilai-nilai keimanan, yaitu tidak hanya mementingkan
kepuasan individu semata akan tetapi juga mempertimbangkan manfaat dan
keberkahan dari barang dan/atau jasa yang akan digunakan. Serta pertimbangkan
nilai kebaikan yang akan di dapatkan dari barang dan jasa tersebut.seperti firman
Allah SWT dalam Surat Al-baqarah ayat 168 yang berbunyi:
2 Muh. Said. Pengantar Ekonomi Islam (Pekanbaru: Suska Press, 2008), Hlm. 81
3. 6
Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Q.S.Al-
baqarah ayat 168).
2.2. Batasan-Batasan Prilaku Konsumsi Dalam Ekonomi Islam
Prilaku konsumen dalam ekonomi islam sangat dipengaruhi oleh halal dan
haramnya suatu barang dan jasa yang akan digunakan, yaitu dengan berpedoman
pada Al-qur’an dan Hadits. Karena pertimbangan pada kemashlahatan dan
kemudharatan yang akan ditimbulkan dari penggunaan barang dan/atau jasa
tersebut. karena prilaku konsumsi dalam islam mengandung aspek-aspek
kemashlahatan yang merupakan tujaun dari hukum syara’ yang paling utama,
yaitu:
1. Ad-Dien, yaitu memelihara kemaslahatan agama.
2. An-Nafs, yaitu asas pemeliharaan dan penjagaan jiwa raga.
3. An-Nasb, yaitu menjaga dan memelihara kehormatan dan keturunan.
4. Al-Aql, yaitu menjaga dan memelihara kejernihan akal pikiran.
5. Al-Mal, yaitu menjaga dan memelihara harta benda.3
Maka untuk mendapatkan kemashlahatan dan kesejahteraan yang hakiki,
prilaku konsumsi dalam islam harus menjaga dan memelihara lima aspek
kemashlahatan tersebut sebagai suatu pertimbangan dasar dalam mengkonsumsi
suatu barang dan jasa untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu prilaku konsumen islam tidak hanya mementingkan kepuasan
individu saja, akan tetapi mencakup segala aspek kehidupan di dunia dan akhirat.
3 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) Hlm
73.