Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang nyeri dan persalinan, termasuk definisi, teori, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing; 2) Juga dijelaskan tahapan persalinan kala 1 beserta subfasenya; 3) Sebab-sebab mulainya persalinan antara lain penurunan hormon, peningkatan prostaglandin, dan tekanan pada pleksus frankenhauser.
1. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang tidak menyenangkan yang
diakibatkan dari kerusakan jaringan potensial atau aktual (Suddarth & Brunner dalam
Smeltzer, 2001, hal. 212). Menurut McCaffery (1980), nyeri adalah segala sesuatu yang
dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan
bahwa ia merasa nyeri (Potter, 2005, hal. 1503).
2. Teori Nyeri
Nyeri merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia. Ada beberapa teori yang
menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Diantaranya :
a. Teori pola (Pattern Theory) adalah nyeri yang terjadi karena efek-efek
kombinasi intensitas syimulus dan jumlah impuls-impuls pada dorsal ujung
dari sum-sum belakang. Tidak termasuk aspek-aspek fisiologi.
b. Teori pemisahan (specificity theory) Reseptor-reseptor nyeri tertentu
menyalurkan
impuls-impuls
keseluruh
jalur
nyeri
ke
otak.
Tidak
memperhitungkan aspek-aspek fisiologis dari persepsi dan respon nyeri.
c. Teori pengendalian gerbang (gate control theory) Impuls-impuls nyeri dapat
dikendalikan oleh mekanisme gerbang pada ujung dorsal dari sum-sum
belakang untuk memungkinkan atau menahan transmisi. Faktor-faktor
2. gerbang terdiri dari efek impuls-impuls yang ditransmisi ke serabut-serabut
saraf konduksi cepat atau lamban dan efek-efek impuls dari batang otak dan
korteks.
d. Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai
transmisi implus-implus saraf, sehinggga transmisi implus nyeri menjadi
efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri
menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut-serabut besar yang
memblok implus-implus pada serabut lamban endogen opiate system supersif
(Suddarth & Brunner dalam Smeltzer, 2001, hal. 216).
3. Klasifikasi Nyeri
Terdapat dua tipe nyeri yaitu:
a. Nyeri Akut
Nyeri ini bersifat mendadak , durasi singkat, biasanya berhubungan dengan
kecemasan. Orang biasa meresponnya dengan cara fisiologis yaitu
diaforesis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernafasan, peningkatan
tekanan darah dan dengan perilaku. Nyeri akut merupakan mekanisme yang
berlangsung kurang dari enam bulan, secara fisiologis terjadi perubahan
denyut jantung, frekuensi nafas, tekanan darah, aliran darah perifer, tekanan
otot, keringat pada telapak tangan dan perubahan pada ukuran pupil.
b. Nyeri Kronik
Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam gangguan.
Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan, dimulai setelah detik pertama
dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit. Nyeri ini
biasanya berhubungan dengan kerusakan jaringan yang sifatnya terus
3. menerus atau intermitten. Nyeri kronik merupakan nyeri yang konsisten
yang menetap sepanjang satu periode waktu dan tidak mempunyai awitan
yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak
mempunyai respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
Nyeri kronik ini sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama
enam bulan atau lebih (Suddarth & Brunner dalam Smeltzer, 2001, hal. 214).
4. Pengukuran Intensitas Nyeri
Menurut Perry dan Potter (1993) nyeri tidak dapat diukur secara objektif
misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat di ramalkan
berdasarkan tanda dan gejala. Kadang-kadang bidan hanya bisa mengkaji nyeri dengan
berpatokan pada ucapan dan perilaku pasien. Pasien kadang-kadang diminta untuk
menggambarkan nyeri yang dialaminya sebagai nyeri ringan, sedang atau berat.
Bagaimana pun makna dari istilah tersebut berbeda antara bidan dan pasien. Ada tiga
cara mengkaji intensitas nyeri yang biasa digunakan yaitu :
SkalaNyeri Numerik
A
0
1
2
3
Nyeri ringan
4
5
Nyeri sedang
6
7
8
Nyeri berat
terkontrol
9
4
6
7
9
Tidak
Nyeri
10
Nyeri berat
Tidak terkontrol
Skala Nyeri Deskriptif
B
0
1
2
3
5
8
10
Tidak
nyeri
Nyeri berat
Tidak terkontrol
4. C
Skala Analog Visual (VAS)
0
Tidak
nyeri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nyeri berat
tidak terkontrol
Gambar 1. Contoh Skala Nyeri A. Skala Nyeri Numerik, B. Skala Nyeri Deskriptif
C. Skala Analog Visual (VAS)
(Suddarth & Brunner dalam Smeltzer, 2001, hal. 214).
Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut adalah intensitas nyeri sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka
skala intensitas nyeri.
Keterangan :
0
: Tidak nyeri.
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi rasa nyeri.
10
: Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
(Suddarth dan Brunner dalam Smeltzer, 2001, hal. 218).
5. B. Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses pengeluaran janin yang lahir secara
spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2002,
hal. 180).
2. Nyeri dalam Persalinan
Beberapa sistem tubuh terpengaruh oleh persalinan. Nyeri persalinan berkaitan
dengan peningkatan frekuensi nafas. Hal ini menyebabkan penurunan kadar PaCO2 yang
disertai dengan peningkatan pH. Kemudian, janin juga terpengaruh dan selanjutnya
terjadi penurunan PaCO2 janin. Hal ini dapat diketahui dengan adanya deselerasi akhir
pada kardiotograf. Keseimbangan asam basa sistem juga dapat berubah karena
hiperventilasi dan latihan pernafasan. Alkalosis kemudian dapat mempengaruhi difusi
oksigen ke plasenta sehingga terjadi hipoksia janin. Curah jantung meningkat selama
kala satu dan dua persalinan. Peningkatan ini dapat mencapai 20% dan 50%. Hal ini
terjadi akibat kembalinya darah uterus ke sirkulasi maternal yang berjumlah sekitar 250300 ml pada setiap kontraksi. Nyeri, kekhawatiran, dan ketakutan dapat menyebabkan
respon simpatis sehingga curah jantung dapat menjadi lebih besar (Myles, 2009, hal.
466).
6. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasa Nyeri dalam Persalinan
Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu : a) Usia, wanita yang
sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri persalinan yang lebih tinggi,
b) Paritas dapat mempengaruhi persepsi, primipara mengalami nyeri yang lebih besar
pada awal persalinan, sedangkan multipara mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah
proses persalinan dengan penurunan cepat pada persalinan kala II, c) Wanita yang
mempunyai pelvis kecil, bayi besar, bayi dengan presentasi abnormal, d) Wanita yang
mempunyai riwayat dismenorea dapat mengalami peningkatan persepsi nyeri,
kemungkinan
karena
produksi
kelebihan
prostaglandin,
e)
Kecemasan
akan
meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit, ketidaksiapan menjalani proses
melahirkan, dukungan dan pendamping persalinan, takut terhadap hal yang tidak
diketahui, pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan,
sehingga menimbulkan peningkatan rangsang nosiseptif pada tingkat korteks serebral
dan peningkatan sekresi katekolamin yang juga meningkatkan ransang nosiseptif pada
pelvis karena penurunan aliran darah dan terjadi ketegangan otot, f) faktor sosial dan
budaya di mana beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya)
sedang budaya yang lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan
(Walsh, 2007, hal. 261).
4. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Banyak faktor
yang memegang peranan dan bekerja dalam proses terjadinya persalinan antara lain :
Teori hormonal, prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf, dan
nutrisi hal inilah yang diduga memberikan pengaruh sehingga partus dimulai.
a. Penurunan kadar progesteron
7. Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaiknya estrogen
meningkatkan
kontraksi
otot
rahim.
Selama
kehamiIan
terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
b. Teori oxcytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
c. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan maka makin tereganglah otot-otot rahim sehingga timbullah
kontraksi untuk mengeluarkan janin.
d. Pengaruh janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
oleh karena itu pada ancephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
e. Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm
meningkat, terutama saat persalinan (Prawirohardjo, 2005, hal. 181).
Secara mikroskopis perubahan-perubahan biokimia dalam tubuh wanita hamil
sangat menentukan seperti perubahan hormon estrogen dan hormon progesteron.
Seperti di ketahui bahwa hormon estrogen merupakan penenang bagi otot otot uterus,
menurunnya hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai.
8. Kadar prostaglandin cenderung meningkat ini terjadi mulai kehamilan usia 15
minggu hingga aterm lebih pada saat partus berlangsung, plasenta yang mulai menjadi
tua seiring dengan tuanya usia kehamilan. Keadaan uterus yang terus membesar dan
menegang mengakibatkan terjadinya ishkemik otot-otot uterus hal ini juga yang diduga
menjadi penyebab terjadinya gangguan sirkulasi utero-plasenter sehingga plasenta
mengalami degenerasi. Faktor lain yang berpengaruh adalah berkurangnya jumlah
nutrisi, hal ini pertama kali dikemukakan oleh Hipokrates : bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan dikeluarkan. Faktor lain yang dikemukakan adalah
tekanan pada pleksus frankenhauser yang terletak di belakang servik, bila ganglion ini
tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan (Prawirohardjo, 2005, hal. 181).
5. Tahapan Persalinan (Kala I)
Kala I
Pada Kala I Persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan
adanya timbulnya his dan disertai dengan keluarnya lendir bersemu darah (bloody
show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena
serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluhpembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran
ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his terdiri dari 2
fase :
1. Fase Laten : Dari awal kontraksi hingga pembukaan 3 cm, durasi 20-30 detik, tidak
terlalu mulas, berlangsung 7-8 jam
2. Fase Aktif : Pembukaan dari 4 cm hingga lengkap, penurunan bagian terbawah janin,
durasi 40 detik atau lebih dengan frekuensi 3x10 menit atau lebih dan
sangat mulas, berlangsung 6 jam, dibagi atas 3 subfase :
9. a. Fase akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan 3-4 cm
b. Fase dilatasi maksimal : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4-9 cm
c. Fase deselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 9 cm sampai
lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida, pada multigravida pun terjadi
akan tetapi terjadi lebih pendek (Prawirohardjo, 2005, hal. 182).
C. Akupresur
1. Definisi Akupresur
Akupresur adalah pendekatan penyembuhan yang berasal dari daerah timur yang
menggunakan masase titik tertentu di tubuh (garis aliran energi atau meridian) untuk
menurunkan nyeri atau mengubah fungsi organ (Walsh, 2007, hal. 266).
2. Tujuan Akupresur
Menekan titik tertentu dapat dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan
selama hamil dan saat kontraksi datang. Akupresur seperti halnya akupuntur merupakan
terapi yang menekankan titik-titik tertentu pada tubuh yang diyakini dapat mengatasi
rasa tak nyaman selama hamil maupun saat mengalami kontraksi menjelang persalinan.
Saat hamil pun, akupresur bisa mengusir morning sickness yang melanda. Sedangkan
pada kondisi menjelang persalinan, akupresur selain untuk meringankan rasa sakitnya
juga untuk meningkatkan intensitas kontraksi itu sendiri (Turana, 2004, ¶ 4).
Akupresur merupakan bagian kecil dari akupuntur yang sangat membantu ibu
hamil. Pada saat proses persalinan, akupresur memberikan rasa nyaman selama proses
persalinan atau relaksasi. Pada sebagian orang, akupresur ini juga dikenal banyak
digunakan untuk merangsang kontraksi atau mendorong kemajuan kontraksi agar
10. pembukaan lebih cepat terjadi dengan mulus dan ibu merasa nyaman saat proses
persalinan itu berjalan (Turana, 2004, ¶ 1-3).
3. Manfaat Akupresur
Sejarah membuktikan bahwa akupresur bermanfaat untuk :
a. Pencegahan penyakit
Akupresur dipraktekkan secara teratur pada saat-saat tertentu menurut aturan
yang sudah ada, yaitu sebelum sakit. Tujuannya adalah mencegah masuknya
sumber penyakit dan mempertahankan kondidi tubuh.
b. Penyembuhan penyakit
Akupresur dapat digunakan menyembuhkan keluhan sakit dan dipraktekkan
ketika dalam sakit.
c. Rehabilitasi
Akupresur dipraktekkan untuk meningkatkan kondisi kesehatan sesudah
sakit.
d. Promotif
Akupresur dipraktekkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh walaupun
tidak sedang sakit (Oka, 2003, hal. 3).
4. Persiapan Tindakan Akupresur
Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan agar pemanfaatan akupresur
baik, yaitu : ruangan tempat melakukan pemijatan hendaknya tidak pengap dan
mempunyai sirkulasi udara yang baik, pemijatan dilakukan ditempat yang bersih, posisi
orang yang akan dipijat sebaiknya berbaring, duduk, dan tidak berdiri, tangan sebelum
memijat dicuci bersih dan kuku jari tidak panjang serta tidak tajam, pemijat dalam
keadaan bebas bergerak dengan posisi yang nyaman, kondisi pasien yang perlu
11. diperhatikan sebelum melakukan teknik akupresur adalah sebaiknya pasien tidak dalam
keadaan emosional (marah, takut, terlalu gembira, atau sedih), tidak terlalu lapar atau
terlalu kenyang, alat bantu pijat yang digunakan tidak tajam dan bersih, pemijatan dapat
dilakukan dengan ujung-ujung jari, kepalan tangan, telapak tangan, pangkal telapak
tangan dan siku. titik acupoint tidak dalam keadaan luka atau bengkak, dan untuk pasien
yang lemah kondisinya akupresur hanya diperlukan untuk menguatkan kondisinya dan
jumlah titik yang dipergunakan jangan terlalu banyak (Oka, 2003, hal. 38).
Penekanan pada saat awal harus dilakukan dengan lembut, kemudian secara
bertahap kekuatan penekanan ditambah sampai terasa sensasi yang ringan tetapi tidak
sakit (Turana, 2004, ¶ 3).
5. Lokasi Titik Akupresur Saat Persalinan untuk Mengurangi Nyeri
Cara kerja akupresur ini sendiri cukup mudah dan sederhana karena tidak
memerlukan bantuan jarum akupuntur. Cukup dengan menekan pada titik-titik tertentu
sesuai dengan tujuan untuk apa akupresur dilakukan.
a. Akupresur untuk meningkatkan intensitas kontraksi disebut dengan istilah
Spleen 6 dan hoku atau usus besar 4. Spleen 6 dapat ditemukan empat jari
lebarnya di atas tulang pergelangan kaki .
Spleen 6
Letakkan 4 jari di atas mata kaki di bagian kaki. Lalu tekan selama satu menit
dengan ibu jari, yaitu di bagian belakang tulang kaki kanan bergantian dengan
12. kaki kiri. Atau bersamaan secara simultan. Gerakkan ibu jari naik turun
sedikit atau dalam bentuk lingkaran kecil (Klein & Thompson, 2009).
b. Hoku atau LI4 adanya di jaringan antara jempol dan jari telunjuk.
Hoku atau L14
Letakkan jari di telapak tangan pasien dan ibu jari di luar telapak tangan.
Tekan perlahan secara bersamaan kiri dan kanan. Titik ini sangat dikenal
banyak orang dan sangat efektif untuk menghilangkan sakit kepala. Lanjutkan
menekan titik-titik ini dengan berhenti sejenak dan hentikan jika kekuatan
kontraksi sudah meningkat. Titik-titik ini akan makin efektif jika dipadukan
dengan tehnik untuk meningkatkan kontraksi seperti mengelus pusar pasien.
Titik akupresur ini akan bekerja sangat efektif jika air ketuban sudah pecah
sementara
itu
kontraksi
belum
juga
mengalami
kemajuan.
Jangan
menggunakan titik-titik ini jika waktu persalinan sudah lewat waktu. Karena
tujuan akupresur ini lebih ditujukan untuk merangsang kontraksi lebih cepat
dan mengurangi rasa sakit saat kontraksi berlangsung.
c. Dua titik pada tangan bisa meringankan sakit kontraksi.
3a
3b
13. d. Juga dapat mencoba satu titik pada bahu yang disebut Gallbladder 21.
4b
4a
4c
Dapat menempatkan GB 21 dengan cara menekan ibu jari pada bahu dekat ke
arah leher, satu-dua inchi agak ke bawah leher. Dua titik ini sangat mudah
dilakukan. Tekan dengan keras selama 60 detik atau hitung sampai angka 30.
Berhentilah 2-3 menit, lalu tekan lagi. Titik ini juga berguna bagi wanita
setelah melahirkan.
e. Ada beberapa titik sacral dikenal dengan istilah Bladder 27-34 pada tulang
punggung bagian bawah yang juga sangat efektif untuk mengatasi sakit saat
kontraksi termasuk saat terasa sakit kontraksi ini merambat sampai ke bagian
pinggang bagian bawah menuju ke arah paha
5a
5b
Untuk mengurangi rasa sakit itu, suami atau bidan yang mendampingi bisa
mengelus dan sedikit menekan di dekat tulang ekor untuk merangsang titik
14. akupresur. Jika kesulitan menemukan titik akupresur ini bisa dilakukan
dengan memakai bola tennis atau kepalan tangan merangsang daerah tulang
punggung bagian bawah
f. Titik K1
Titik ini terletak pada 1/3 bagian atas telapak kaki, ketika telapak kaki fleksi
(menarik jari kaki ke depan ke arah telapak kaki).
6a
Lakukan penekanan yang kuat ke dalam dan ke depan ke arah jempol kaki.
Titik ini mempunyai efek relaksasi dan dapat digunakan kapan saja saat
persalinan. Penekanan pada titik ini juga dapat berguna saat pasien panik
(misal mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan pada persalinan
sebelumnya). Titik ini berguna untuk membantu menenangkan wanita yang
merasa ketakutan (Turana, 2004).