SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Perkarangan
Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan
dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu
keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagailumbung hidup, warung hidup
atau apotik hidup. Dalam kondisi tertentu, pekarangan dapat memanfaatkan
kebun/rawa di sekitar rumah.
Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui
pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan
menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus,
guna pemenuhan gizi keluarga.
Menurut arti katanya, pekarangan berasal ari kata “karang” yang berarti
halaman rumah (Poerwodarminto, 1976). Sedang secara luas, Terra (1948)
memberikan batasan pengertian pekarangan adalah tanah di sekitar perumahan,
kebanyakan berpagar keliling, dan biasanya ditanami padat dengan beraneka
macam tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk keperluan sendiri sehari-
hari dan untuk diperdangkan. Pekarangan kebanyakan slng berdekaan, dan besama-
sama membentuk kampung, dukuh, atau desa.
Batasan pengertian ini, di dalam praktek masih terus dipergunakan sampai
sekitar dua puluh tahun kemudian. Terbukti dari tulisan-tlisan Soeparma (1969),
maupun Danoesastro (1973), masih juga menggunakan definisi tersebut. Baru
setelah Soemarwoto (1975) yang melihatnya sebagai suatu ekosistem, berhasil
memberikan definisi yang lebih lengkap dengan mengatakan bahwa: “Pekarangan
adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan
jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih
mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional dengan rumah yang
bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi
hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika”.
(Danoesastro, 1978).
Menurut Polnaya dan Patty (2012) Pekarangan bisa di optimalkan dengan
melakukan tumpang sari dari berbagai jenis tanaman yang dibutuhkan oleh
keluarga karena di Indonesia secara umum iklim sangat mendukung untuk berbagai
jenis tanaman namun kemampuan rumah tangga, petani ataupun individu untuk
melakukan suatu usaha tani belum begitu baik karena dipengaruhi oleh berbagai hal
antara lain sempitnya lahan usaha, teknik budidaya, modal dan keterampilan petani.
Jenis-jenis Pekarangan
Pekarangan dibagi menjadi dua jenis yaitu pekarangan pedesaan dan
pekarangan perkotaan. Masing masing pekarangan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda terkait dengan luasan lahan, kepadatan penduduk, mata pencaharian,
maupun prinsip penggunaan pekarangan.
Pekarangan desa adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di
sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau
berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau
fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang
dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi,
serta hubungan biofisika”. (Danoesastro, 1978).
Sedangkan pekarangan perkotaan merupakan sebidang tanah di sekitar
rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi
mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai
lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Pekarangan perkotaan biasanya
masih berorientasi pada penggunaan lahan sempit dan lebih mengarah pada factor
estetika serta ekonomi.
Komoditi yang diusahakan dipekarangan daerah pedesaan sebaiknya
disesuaikan dengan kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan,
peluang pasar, dan nilai guna. Untuk daerah pekotaan tentunya pelu disederhanakan
dengan menanam dalam pot, hiroponik atau vertikultur:
1. Tanaman pangan:
a. Sayuran buah seperti cabai besar, cabai rawit, kapri, kecipir, tomat,
buncis,kacang panjang, terong , mentimun , pare dan paprika .
b. Sayuran daun seperti kangkung, caisim, bawang daun, bayam, kubis,
kemangi, seledri, selada,tomat dan sawi,
c. Tanaman buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias.
2. Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur, ternak pendaging dalam kandang
3. Ikan: ikan hias, ikan produksi daging, pembenihan dan lain-lain.
Pekarangan Perkotaan
Pekarangan perkotaan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang
mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro
melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung
hidup, warung hidup atau apotik hidup. Pekarangan perkotaan biasanya masih
berorientasi pada penggunaan lahan sempit dan lebih berorientasi pada estetika
serta ekonomi.
Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja,
tetapi lebih daripada itu adalah guna meningkatkan perekonomian keluarga masing-
masing. Jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam di pekarangan rumah masing-
masing adalah jenis sayur-sayuran, buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias dan
lain sebagainya yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan
selebihnya bisa dijual. Pemanfaatan Pekarangan yang dikelola melalui pendekatan
terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin
ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna
pemenuhan gizi keluarga.
Perbedaan Pekarangan Kota dan Desa
Pekarangan pedesaan dan perkotaan memiliki beberapa perbedaan dalam
segi luasan, fungsional, manfaat, serta jenis tanaman yang ditanam.
Pada pekarangan pedesaan, biasanya memiliki luasan lahan yang lebih luas
dari lahan perkotaan, hal ini dikarenakan kepadatan penduduk di pedesaan masih
sangat rendah sehingga banyak lahan (pekarangan) kosong yang dapat digunakan
untuk beraktifitas. Penggunaan pekarangan pedesaan lebih berorientasi pada aspek
social, ekonomi dan biofisika. Pekarangan pedesaan memiliki manfaat terutama
sebagai sarana untuk menambah kebutuhan pangan rumah tangga dan mempererat
hubungan social. Penggunaan pekarangan pedesaan biasanya dengan tanaman
serealia dan umbi, hortikultura, dan banyak tanaman kayu kayuan seperti tanaman
jati, sengon, jabon.
Pekarangan perkotaan pada umumnya memiliki lahan yang relative lebih
sempit daripada lahan pedesaan. Kemudian penggunaan pekarangan perkotaan
biasanya lebih berorientasi pada estetika dan keindahan. Sehingga tanaman yang
sering digunakan yaitu tanaman hias, buah-buahan, dan sayuran yang memiliki nilai
estetika serta ekonomi tinggi. Manfaat pekarangan perkotaan lebih mengarah pada
aspek kesehatan, karena lingkungan di daerah perkotaan mengalami banyak
perubahan seperti berkurangnya sumber oksigen yang mengakibatkan adanya
peningkatan polusi udara. Berbeda dengan daerah pedesaan yang memiliki banyak
tempat rindang dan lahan luas untuk melakukan proses budidaya sehingga
sumbangan oksigen juga berpengaruh besar. Selain itu perairan perkotaan juga
mengalami perubahan kualitas dari kualitas tinggi ke kualitas rendah karena
pengaruh aktivitas manusia, sehingga pada daerah perkotaan pada umumnya
menggunakan PDAM sebagai sumber air.
Manfaat Dan Fungsi Pekarang
Pekarangan memiliki manfaat sebagai penjaga lingkungan dan paru-paru
lingkungan karena tumbuhan pekarangan menghasilkan udara bersih. Jika di sekitar
tempat kita udaranya kotor, udara yang kotor itu akan diserap oleh daun-daun
tanaman yang kita tanam. Daun-daun dapat menghasilkan oksigen dengan bantuan
sinar matahari. Itulah sebabnya lingkungan kita akan lebih segar dan sejuk jika di
sekitar kita terdapat pepohonan yang rindang. Tumbuhan yang ditanam di
pekarangan dapat menyerap air kedalam tanah dan memelihara kelembaban udara.
Jika di sekitar kita kelembapan udaranya baik, perbedaan suhu pada siang hari dan
malam hari tidak terlalu mencolok. Semua itu menjadikan kehidupan kita nyaman
dan tentram. Selain itu pekarangan juga memiliki peran sebagai sumber
pendapatan, menambah keindahan rumah maupun kenyamanan di sekitarnya.
Pekarangan rumah tangga memiliki fungsi multiguna, karena dengan lahan yang
tidak begitu luas bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran,
buah-buahan dan tanaman rempah serta obat-obatan. Pemanfaatan pekarangan
dengan menanam berbagai jenis tanaman pangan membuat akses rumah tangga
terhadap kebutuhan pangannya menjadi lebih dekat (Astuti et al. 2013).
Pekarangan sebagai sumber pendapat dan perbaikan gizi karena pekarangan
dapat memberi tambahan pendapatan bagi kita jika di atur dengan baik. Dengan
menanam berbagai tumbuhan kita dapat memetik dua manfaat sekaligus, yaitu
untuk di manfaatkan oleh kelurga dan kelebihannya dapat di jual. Hasil penjualan
tanaman pekarangan ini lah yang dapat menambah penghasilan keluarga.
Pekarangan dapat menambah keindahan karena pekarangan yang di atur
sedemikian rupa akan memberikan kepuasan batin pemiliknya. Tumbuhan yang
ditanam adalah bunga-bunga yang berwarna warni. Ini semata-mata di ciptakan
agar pemilik pekarangan memperoleh kepuasaan batin. Keindahan pekaranagn
biasanya dapat menentramkan pikiran.
Cara Mengatur Pekarangan
Pengaturan pekarangan yang serasi akan memberikan nilai tambah bagi
penghuninya atau pun bagi orang lain. Sebaiknya, pengaturan yang tidak serasi
akan berdampak tidak baik. Sering kita menemukan pekarangan di pakai sebagai
tempat menaruh jemuran. Kadang-kadang orang tidak mnyadari bahwa salah
menaruh jemuran bernilai negative bagi orang yang melihatnya.
Ada juga pekarangan yang di pakai untuk menempatkan kandang yang
kurang serasi. Kandang ayam atau kambing yang kurang enak. Begitu pula jika
didepan rumah di tanami pohon kayu yang besar. Apalagi kalau kayu tersebut
sampai mebutup rumah. Tentu kondisi seperti ini tidak tepat. Rumah akan menjadi
lembab karena sinar matahari terhalang oleh daun yang terlalu lebat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pekarangan yang baik adalah :
1. Pagar halaman harus di buat rapi dan terawat dengan baik.
2. Jalan masuk menuju rumah harus rapi dan bersih.
3. Dan di sekitar jalan masuk sebaiknya di tanam bunga-bunga yang
indah dan menarik.
Pekarangan Sebagai Pagar Hidup
Pekarangan yang baik adalah pekarangan yang mempunyai pagar pembatas.
Pagar di pekarangan berfungsi untuk membatasi pekarangan dengan pekarangan
orang lain. Dengan adanya pagar yang baik, akan lebih menjamin keamanan
tanaman dari berbagai gangguan. Pagar tidak harus terbuat dari bahan yang mahal
saja, tetapi juga dapat di buat dari tanaman. Pagar yang terbuat dari tanaman itulah
yang di sebut pagar hidup.
Pagar hidup yang baik adalah pagar hidup yang memberikan nilai tambah
bagi penghuninya. Beberapa jenis tanaman yang berfungsi sebagai pagar
pekarangan sekaligus di manfaatkan oleh penghuni rumah sebagaai sumber gizi
adalah Beluntas, Katuk, Mangkokan, Lamtoro, Singkong, Kemangi, Kumis
Kucing, bambu hias Dan lain-lain. Dalam memilih jenis tanaman yang akan di
gunakan sebagai tanaman pagar perlu kita pertimbangkan hal-hal berikut :
1. Pertumbuhannya cepat,
2. Mempunyai cabang yang relative banyak,
3. Cabangnya tidak mudah patah,
4. Berdaun lebat dan tidak mudah rontok,
5. Tahan terhadap pemangkasan,
6. Mempunyai sifat berkesinambungan,
7. Mudah dalam pemeliharaannya, dan
8. Tahan terhadap hama dan penyakit,
Jenis-jenis Tanaman yang Sebaiknya di Tanam
Berbagai macam jenis tanaman dapat digunakan untuk budidaya di
pekarangan terutama daerah perkotaan seperti palawija, sayur, buah, maupun
rempah rempah. Kelompok palawija seperti kedelai, ubi kayu, ubi jalar, talas,
jagung, kacang hijau, kacang tanah dan lain-lain. Buah-buahan seperti salak,
mangga, nangka, jeruk, duku, rambutan, lengkeng, durian, belimbing, alpukat,
jambu, pisang, papaya, sirsak, kedondong dan lain-lain. Sayur-sayuran seperti labu,
kacang-kacangan, kangkung, bayam, sawi, cabe, tomat, terong, buncis, mentimun
dan lain-lain. Rempah-rempah seperti kunir, jahe, leji, kencur, kelapa, kemiri,
bawang merah, bawang putih, lengkuas, kemangi dan lain-lain. Obat-obatan seperti
temulawak, kunyit, laos, kumis kucing, meniran, lidah buaya, pandan dan lain-lain.
Tanaman hias seperti kantil, mawar, melati, anggrek, andong, bugenfil, pisang hias,
kembang matahari, soka, paku-pakuan, pinag, palem dan lain-lain. Selain tanaman,
pekarangan juga dapat di gunakan untuk beternak ayam, bebek, kambing dan dapat
di gunakan sebagai kolam ikan.
Pandangan Pekarangan Dari Segi Social Budaya
Ditinjau dari segi sosial budaya, dewasa ini nampak ada kecenderungan bawa
pekarangan dipandang tidak lebih jauh dari fungsi estetikanya saja. Pandangan
seperti ini nampak pada beberapa anggota masyarakat pedesaan yang telah “maju”,
terlebih pada masyarakat perkotaan. Yaitu, dengan memenuhi pekarangannya
dengan tanaman hias dengan dikelilingi tembok atau pagar besi dengan gaya
arsitektur “modern”.
Namun, bagi masyarakat pedesaan yang masih “murni”, justru masih banyak
didapati pekarangan yang tidak berpagar sama sekali. Kalaupun berpagar, selalu
ada bagian yang masih terbuka atau diberi pintu yang mudah dibuka oleh siapapun
dengan maksud untuk tetap memberi keleluasaan bagi masyarakat umum untuk
keluar masuk pekarangannya.
Nampaknya, bagi masyarakat desa, pekarangan juga mempunyai
fungsi sebagai jalan umum (lurung) antar tetangga, atar kampung, antar dkuh,
ahkan antar desa satu dengan yang lainnya.
Di samping itu, pada setiap pekarangan terdapat”pelataran” (Jawa)
atau “buruan” (Sunda) yang dapat dipergunakan sebagai tempat bemain anak-anak
sekampung. Adanya kolam tempat mandi atau sumur di dalam pekarangan, juga
dapat dipergunakan oleh orang-orang sekampung dengan bebas bahkan sekaligus
merupakan tempat pertemuan mereka sebagai sarana komunikasi masa
(Soemarwoto, 1978)
Pandangan Pekarangan Dari Segi Ekonomi
Selain fungsi hubungan sosial budaya, pekarangan juga memiliki fungsi
hubungan ekonomi yang tidak kecil artinya bagi masyarakat yang hidup di
pedesaan. Dari hasil survey pemanfaatan pekarangan di Kalasan, disimpulkan oleh
Danoesastro (1978), sedikitnya ada empat fungsi pokok yang dipunyai pekarangan,
yaitu sebagai sumber bahan makanan, sebagai penghasil tanaman perdagangan,
sebagai penghasil tanaman rempah-rempah atau obat-obatan, dan juga sumber
bebagai macam kayu-kayuan (untuk kayu bakar, bahan bangunan, maupun bahan
kerajinan).
Fungsi Hubungan Biofisika
Pada pandangan pertama, bagi orang “kota” yang baru pertama kali turun
masuk desa, akan nampak olehnya sistem pekarangan yang ditanami secara acak-
acakan dengan segala macam jenis tanaman dan sering pula menimbukan kesan
“menjijikkan” karena adanya kotoran hewan ternak di sana sini. Namun, dalam
penelitian menunjukkan, bahwa keadaan serupa itu adalah merupakan manifestasi
kemanunggalan manusia dengan lingkungannya sebagaimana yang telah diajarkan
nenek moyangnya.
Di daerah Sunda misalnya, tetapi terdapat pandangan ang oleh Hidding
(1935) disebutkan:
“Manusia adalah bagian dalam dan dari satu kesatuan yang besar .Semua
mempunai tempatna sendiri dari tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri.
Dalam teori kebatinan Jawa, disebutkan bahwa sesuatu yang ada dan yang
hidup pada pokoknya satu dan tunggal. Bahkan, justru pola pengusahaan
pekarangan seperti itulah ternyata, yang secara alamiah diakui sebagi persyaratan
demi berlangsungnya proses daur ulang (recycling) secara natural (alami) yang
paling efektif dan efisien, sehingga pada kehidupan masyarakat desa tidak
mengenal zat buangan.
Apa yang menjadi zat buangan dari suatu proses, merupakan sumberdaya
yang dipergunakan dalam proses berikutnya yang lain. Sebagai contoh, segala
macam sampah dan kotoran ternak dikumpulkan menjadi kompos untuk pupuk
tanaman. Sisa dapur, sisa-sisa makanan, kotoran manusia dan ternak dibuang ke
kolam untuk dimakan ikan. Ikan dan hasil tanaman (daun, bunga, atau buahnya)
dimakan manusia, kotoran manusia dan sampah dibuang ke kolam atau untuk
kompos, demikian seterusnya tanpa berhenti dan berulang-ulang.
Dengan demikian kalaupun dalam proses kemajuan peradaban manusia ada
sesuatu yang perlu diperbaki seperti: pembuatan jamban
Keluarga di atas kolam, sistem daur ulang yang tidak baik dan efisiensi harus
tetap terjaga kelangsungannya.
Dampak Modernisasi Yang Memprihatinkan
Tetapi sayang, berbaai fungsi dari pekarangan yang begitu kompleks dan
mencakup banyak segi kehidupan manusia serta pelestarian lingkungan itu kan
mengalami “erosi” yang memprihatinkan karena sering hanya dijadikan korban
untuk memenuhi alasan “modernisasi”.
Proyek-proyek pembangunan industri dan prasarana lain di desa pinggiran
sering kurang memperhitungkan bahwa, pembangunan kompleks perumahan
karyawannya yang terlampau mewah dibandingkan dengan perumahan penhuni asli
dan yang dipagar keliling rapat serta mewah pula itu merupakan isolasi bagi
masyarakat penatang dengan lingkungannya yang bisa menimbulkan ketegangan
sosial dan kriminalitas.
Lebih-lebih jika pembangunan itu sendiri membutuhkan tanah urug yang
harus diambilkan dari tanah lapisan aas (top soil) pekarangan penduduk di
sekitarnya. Penduduk asli tidak saja menjadi kehilangan “lumbung hidup” atau
“pangkalan induknya” karena pekarangan dan tegalannya tidak produktif lagi,
tetapi sekalgus kualitas lingkungannya menjadi rusak karena daur ualng idak lagi
berlangsung lancar.
Pengaruh pembangunan yang kurang bijak, modernisasi perumahan yang
mengganti tanaman pekarangan menjadi tanaman hias dan agar hidup yang
berubah menjadi tembok atau tulang besi, sebenarnya sangat disayangkan.
Modernisasi memang harus tumbuh, tetapi bukan dengan merusak lingkungan
hidup. Peningkatan kesejahteraan lahiriah memang salah satu tuntutan hidup, tetapi
bukan dengan menciptakan masayarakat eksklusif yang mengisolir diri. Kurangnya
halaman tempat bermain bagi anak-anak mungkin saja dapat dialihkan, tetapi
keakraban anak-anak sekampung yang merenggang akan dapat berbalik menjadi iri
dengki, dan dendam yang tersembunyi.
Karakteristik Perumahan Perkotaan
Masyarakat urban biasanya dicirikan dengan banyaknya tenaga kerja
dengan keterbatasan skill (keterampilan) sehingga mereka menduduki strata
ekonomi menengah ke bawah. Oleh karena itu, tingginya tingkat permintaan
perumahan untuk kelas menengah ke bawah tidak dapat dipungkiri lagi. Pesatnya
pembangunan perumahan di perkotaan dengan harga yang terjangkau oleh
sebahagian besar masyarakat tersebut, menyebabkan sebahagian besar perumahan
di perkotaan mempunyai beberapa karakteristik, sebagai berikut :
a. Lahan Sempit
Pesatnya pembangunan perumahan menyebabkan harga property meningkat
dengan pesat juga. Didukung dengan adanya keterbatasan lahan membuat banyak
perumahan mempunyai luasan lahan yang terbatas, cenderung sempit. Biasanya
luas pekarangan perumahan di perkotaan dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian,
yaitu:
- Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2;
- Perumahan Tipe 36, dengan luas lahan sekitar 72 m2;
- Perumahan Tipe 45, dengan luas lahan sekitar 90 m2;
- Perumahan Tipe 54 atau 60, dengan luas lahan sekitar 120 m2.
b. Kurangnya Daerah Resapan
Kondisi pekarangan yang relative sempit, biasanya dimanfaatkan semuanya
untuk area rumah, tanpa ada sedikit menyisakan ruang terbuka sebagai daerah
resapan air. Bahkan, kalaupun ada areal pekarangan yang tidak dimanfaatkan untuk
area rumah, biasanya masyarakat cenderung lebih mengutamakan untuk menutup
areal tersebut dengan semen dan semen aspal, sehingga hal tersebut akan berakibat
kurangnya resapan air dan dapat mengakibatkan banjir, apabila intensitas hujan
cukup tinggi. Kondisi tersebut juga mengakibatkan perumahan menjadi gersang
dan panas.
c. Saluran Air Tidak Tertata Dengan Baik
Biasanya setiap perumahan dibangun parit-parit kecil sebagai aliran limbah
rumah tangga. Namun biasanya parit-parit ini kurang tertata, dan tidak jelas
alirannya di luar komplek perumahan, sering tidak mampu menampung air hujan,
sehingga pada saat musim penghujan justru mengakibatkan luapan air dan
menggenangi jalan-jalan beserta rumah-rumah yang posisinya lebih rendah atau
setara dengan jalan raya.
d. Kepadatan Penduduk yang Tinggi
Tingginya laju pertumbuhan penduduk, juga dapat tercermin dari padatnya
tingkat hunian penduduk pada setiap rumah. Padatnya penghuni menyebabkan
keharusan penambahan ruang, sehingga cenderung memanfaatkan lahan
pekarangan yang tersisa untuk membangun tambahan ruang yang dapat
dimanfaatkan oleh penghuninya sebagai tempat tinggal.
e. Polusi Udara
Kurangnya ruang terbuka hijau dan tingginya kepemilikan kendaraan roda
dua, roda empat, betor, truk dan angkot mengakibatkan tingginya polusi udara di
perkotaan tidak terhindarkan lagi. Debu dan pencemaran udara melalui gas-gas
yang dihasilkan akibat kendaraan semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan hal
ini dapat mengganggu kesehatan manusia dalam jangka waktu yang pendek
maupun panjang.
Alternative Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Karakteristik perumahan di perkotaan cenderung membuat penghuninya
kurang merasa nyaman. Padahal fungsi rumah adalah sebagai tempat beristirahat
setelah lelah satu harian beraktifitas di luar rumah, mencari nafkah, melakukan
kegiatan satu harian di rumah. Recharge (mengisi kembali) energy yang telah
terkuras atau dikeluarkan selama satu harian beraktivitas merupakan fungsi rumah.
Lebih lanjut, fungsi rumah adalah tempat bertemunya kembali orang tua dengan
anak, istri dengan suami dan penghuni rumah lainnya, sehingga rumah itu
seharusnya ditata lebih baik, lebih nyaman dan lebih sehat. Oleh karena itu
diperlukan solusi agar kondisi ideal perumahan dapat tercapai dengan baik.
Beberapa alternative pemanfaatan lahan pekarangan yang dapat dilakukan adalah :
1. Penggunaan Paving Block dan Pembuatan Lubang Biopori
Penggunaan paving block membuat lahan masih mampu menyerap air
dengan baik, sehingga apabila terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi masih
mampu ditampung dan diserap dengan baik. Demikian juga halnya dengan adanya
lubang biopori yang merupakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan dalam
mengatasi banjir dengan cara : meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah
organic menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumaah kaca, memanfaatkan
peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman.
2. Budidaya Tanaman
Budidaya tanaman pada lahan pekarangan, selaras dan mengacu pada
program gerakan percepatan optimalisasi pekarangan melalui Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang dicanangkan oleh Pemerintah sejak tahun
2012. Sesuai dengan kondisi lahan yang semakin sempit, maka konsep budidayanya
adalah dengan cara intensifikasi lahan yang ada agar dapat dimanfaatkan lebih
secara optimal. Alternative budidaya tanaman pada lahan pekarangan dapat berupa
:
a. Penanaman 1 Pohon Serbaguna per Rumah
Pohon serbaguna dimaksud adalah pohon yang mempunyai manfaat lain
selain kayunya itu sendiri, misalnya bunga, buah, dll. Contoh jenis pohon
serbaguna, adalah pohon buah-buahan, seperti mangga, jambu, lengkeng, dll. Selain
keberadaan pohon ini yang mampu menyerap polutan (gas CO2, debu), juga dapat
memberikan suasana yang sejuk, menambah kerindangan, sebagai penghasil O2,
akarnya juga dapat menahan tanah pekarangan rumah dari erosi, serta buahnya juga
dapat dikonsumsi sebagai penambah gizi bagi keluarga. Selain ditanam langsung di
pekarangan rumah, dapat juga penanaman pohon tersebut dilakukan dengan
menggunakan pot-pot yang besar.
b. Penanaman Tanaman Hias
Tanaman hias akan menambah nilai estetika (seni) lahan pekarangan dan
rumah. Pemilihan kombinasi tanaman hias dapat dilakukan dengan memperhatikan
warna, habitus, juga aroma tanamannya. Dengan demikian akan terwujud taman
yang mampu berfungsi sebagai tempat bercengkerama dan rekreasi bagi seluruh
anggota keluarga, sehingga keakraban antara anggota keluarga dapat terjalin
dengan baik, namun tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak. Keluarga dapat
berkumpul dengan santai di depan rumah atau dipekarangan rumah yang telah
dijadikan taman dan tetap menjalin keakraban di taman rumah.
c. Penanaman Tanaman Sayur-Sayuran (Warung Hidup)
Penanaman sayur-sayuran pada lahan yang terbatas, memungkinkan untuk
dilakukan, seiring dengan berkembangnya teknik dan teknologi bercocok tanam.
Penanaman dapat dilakukan dengan metode vertikultur. Adanya penanaman
berbagai sayuran akan dapat menambah asupan gizi bagi anggota keluarga, dan
tidak tertutup kemungkinan dapat menambah penghasilan keluarga. Minimal ada
cost atau pengeluaran belanja untuk sayur-mayur bisa ditabung atau dialihkan untuk
membeli perlengkapan rumah tangga yang lain dengan adanya metode Penanaman
Tanaman Sayur-Sayuran (Warung Hidup) ini.
d. Penanaman Tanaman Obat Keluarga (Apotik Hidup)
Saat ini, kecenderungan untuk mengkonsumsi obat herbal semakin
meningkat. Oleh karena itu, penanaman tanaman obat sangat dianjurkan untuk
dilakukan. Dengan demikian, apabila ada keluhan penyakit ringan, masih dapat
ditanggulangi dengan baik, sehingga menghemat biaya berobat yang saat ini sangat
tidak murah. Penggunaan lahan pekarangan untuk Apotik Hidup sangatlah
dianjurkan saat ini, sehingga kita mampu memperkenalkan kepada anggota
keluarga akan jenis tanaman dan fungsinya bagi kesehatan kita, sehingga
pengetahuan akan penggunaan obat herbal dapat terjaga dan terpelihara hingga
anak cucu kita nantinya.
Penanaman tanaman hias, sayur-sayuran maupun tanaman obat dapat
menggunakan wadah yang berasal dari limbah rumah tangga, misalnya: botol-botol
bekas, bekas kemasan makanan, dll. Wadah-wadah tersebut dapat dihias, sehingga
dapat menambah nilai estetika (seni). Alangkah baiknya juga apabila pengelolaan
tanamannya dilakukan secara organic, artinya tidak menggunakan unsur-unsur
kimia terutama untuk proses pemupukan tanaman. Pupuk dapat diperoleh dari
kompos yang berasal dari lubang-lubang biopori yang telah dibuat tadi, berasal dari
proses pembuatan kompos, dimana ranting-ranting, daun-daun diolah dan dijadikan
kompos.
Dengan demikian konsep pemanfaatan lahan pekaragan rumah secara terpadu dapat
dipenuhi dengan baik.
Keuntungan Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu mempunyai berbagai macam
keuntungan bagi pemilik rumah, diantarannya :
1. Terciptanya lingkungan yang asri, indah dan sehat
2. Menambah ruang terbuka hijau
3. Terciptanya keakraban antar anggota keluarga, karena setelah beraktivitas seharian
di luar rumah, mereka dapat kembali bercengkerama dan berkumpul di rumah yang
asri, indah dan sehat. Fungsi rumah sebagai tempat istirahat dan recharge energy
yang terkuras dapat terpenuhi dengan baik dan dengan biaya yang murah.
4. Mengurangi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga, karena sayur-sayuran telah
dapat terpenuhi dari lahan pekarangan rumah. Sayur-sayuran yang dihasilkan lebih
segar dan tentu saja lebih sehat karena dikelola secara organic.
5. Menambah penghasilan keluarga, minimal ada pengeluaran yang dapat dijadikan
tabungan keluarga. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah dapat menambah
penghasilan atau meminimalisir pengeluaran keluarga dengan penanaman sayur-
sayuran dipekarangan rumah.
6. Kesehatan lebih terjaga.
Studi Kasus 1
Sistem Pekarangan Permukiman Masyarakat di Kawasan Karst Jawa Timur
Bagian Selatan
Medha Baskara, Eko Widaryanto
Masyarakat kawasan karst yang sebagian besar hidupnya mengandalkan
bidang pertanian menata lingkungan pekarangannya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Masyarakat kawasan karst yang sebagian besar hidupnya
mengandalkan bidang pertanian menata lingkungan pekarangannya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Karakteristik pekarangan secara umum tergambarkan juga di kawasan karst
ini iantaranya, mempunyai bentuk yang beraneka ragam, baik tata letak maupun
jenis tanamannya. Vegetasi di pekarangan mempunyai keragaman yang tinggi
dengan kombinasi hampir semua jenis tanaman diantaranya tanaman penghasil
kayu, sumber makanan tambahan (tanaman pangan, buah-buahan dan sayuran),
tanaman obat dan tanaman hias. Secara umum hasil pengamatan sistem pekarangan
di kawasan Karst di Jawa Timur bagian Selatan dapat disimpulkan
Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa kawasan Karst di Pacitan,
Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan Malang secara ruang tipologi pekarangan di
kawasan karst mempunyai peran-an berbeda-beda diantara pekarangan depan,
samping dan belakang.
Pekarangan Depan
Pekarangan depan rumah secara umum merupakan ruang transisi antara
bangunan rumah dan area publik yaitu jalan lingkungan/desa. Area ini secara umum
dibiarkan terbuka, dengan perkerasan semen bagi masyarakat mampu yang
berfungsi sebagai area pengering atau area menjemur hasil pertanian. Didepan
bangunan terdapat teras yang juga berfungsi sebagai area penerima tamu serta
sering digunakan sebagai ruang sosial dengan tamu/ tetangga.
Tanaman pada pekarangan depan secara umum dapat digolongkan pada
tanaman hias dan tanaman buah-buahan yang seringkali dianggap mempunyai nilai
‘lebih’ oleh penghuninya.Beberapa jenis buah-buahanyang sering ditanam di
pekarangan depan diantaranya mangga, rambutan, dan kersen, sedangkan jenis
tanaman hias diantaranya melati dan soka yang bunganya sering juga dijual saat
lebaran atau hari besar budaya lainnya.
Pekarangan Samping
Pekarangan samping dibanding pekarangan depan lebih bersifat privat namun
masih menyediakan akses dari halaman depan. Pada pekarangan samping ini,
penggunaan ruang oleh anggota keluarga dapat beraktivitas tanpa terganggu oleh
pihak luar. Tanaman yang di tanam di area ini biasanya didominasi oleh tanaman
penghasil makanan tambahan baik yang bersifat musiman maupun tahunan.
Tanaman yang ditanam diantaranya singkong, ketela, sayuran (cabe, kacang
panjang, labu siam, turi, belinjo dll), dan buah-buahan (papaya, nangka, mangga
dan pisang). Apabila area lahan lebih luas lagi, pada area samping juga
dikembangkan fungsi garasi mobil, kolam ikan dan ternak ayam terutama bagi
masyarakat yang lebih mampu.
Pekarangan Belakang
Pekarangan belakang cenderung dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai area
servis untuk kegiatan pelayanan dalam rumah seperti mencuci, menjemur, kamar
mandi, kandang hewan ternak, kolam ikan atau kebun rumah. Pada area ini biasanya
ditanam beberapa jenis tanaman tahunan sebagai tabungan jangka panjang
diantaranya tanaman penghasil kayu (pohon jati, sengon, bambu, kelapa). Pada area
ini juga banyak dimanfaatkan sebagai ruang memelihara ikan dan ternak (sapi,
kambing, dan ayam).
Berdasarkan pengamatan di kawasan karst diatas, secara umum tanaman yang
ada di pekarangan rumah dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama yaitu
kategori tanaman penghasil kayu, sumber bahan makanan tambahan (terdiri dari
buah-buahan, sayuran dan bahan makanan non beras), tanaman obat-obatan dan
tanaman hias. Hasil budidaya dari lahan pekarangan dapat berkontribusi pada
nutrisi keluarga dan bahkan menambah pendapatan keluarga yang rutin
diterima setiap panen dilakukan.Sedangkan tanaman penghasil kayu cenderung
dimanfaatkan sebagai tabungan jangka panjang yang dimanfaatkan saat panen
(sesuai umur panen) maupun saat kebutuhan mendesak seperti merenovasi rumah,
biaya sekolah serta biaya pernikahan putra-putri mereka.
Hasil pertanian di pekarangan selain dimanfaatkan dan dijual dalam bentuk
aslinya juga diolah terlebih dahulu sehingga yang dijual berupa hasil olahan seperti
keripik, selai, Mang-umang, lanting, marning dan lain sebagainya. Beberapa
produk yang menjadi makanan khas oleh-oleh dari kawasan karst diantaranya
produk olahan berbahan dasar singkong (cassava), ketela pohon, pisang, dan
jagung. Usaha diversifikasi makanan dari bahan makanan ini terus dilakukan
masyarakat termasuk bahan dasar lainnya masih sangat diperlukan sehingga
pendapatan dari produk pertanian karst khususnya dari pekarangan dapat lebih
meningkat lagi.
Transformasi Bentuk Pekarangan
Keberhasilan mengelola pekaranganrumah tentunya sangat tergantung dari
kerja keras tiap individu pemilik pekarangan, namun tidak semua orang mampu
mengelola lahan dengan keterbatasan air seperti di kawasan karst. Jika keterbatasan
penguasaan terhadap lahan serta pilihan pekerjaan yang sangat minim tentunya
masyarakat akan memilih pilihan yang paling memungkinkan untuk merubah
perekonomian keluarga salah satunya dengan menjadi tenaga kerja di luar negeri.
Kondisi lingkungan kawasan karst yang sangat sulit bagi usaha pertanian termasuk
dipekarangan biasanya akan lebih memantabkan mereka untuk mengadu nasib di
luar negeri, sehingga kawasan karst di Jawa Timur merupakan salah satu kantong
pensuplai TKI.
Menjadi TKI di luar negeri memang tidak semuanya berhasil mengangkat
perekonomian keluarga, bahkan banyak juga yang tetap dalam kondisi kemiskinan.
Namun diantara yang tidak berhasil terdapat juga beberapa orang yang mampu
mewujudkan mimpi perbaikan nasib perekonomian keluarga.Kesuksesan TKI tidak
saja diukur dari berapa jumlah kekayaan saat pulang ke Indonesia namun lebih pada
keberhasilan mengelola kehidupan setelah pulang dari luar negeri.
Salah satu desa kawasan karst yang sukses akibat peranan warganya setelah
menjadi TKI adalah Desa Arjowilangun, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang
dimana desa ini termasuk dalam kawasan karst yang mempunyai kondisi
lingkungan yang sulit untuk dikembangkan sebagai area pertanian. Hampir seluruh
warga desa merubah kehidupannya menjadi TKI di luar negeri diantaranya di Arab
Saudi, Hongkong, Korea dan Jepang. Sepulang dari luar negeri, sebagian besar
masyarakat Desa Arjowilangun tidak lagi mengandalkan sektor pertanian, namun
lebih beralih ke jasa, perdagangan retail dan sebagian kecil manufaktur distribusi.
Usaha pertanian yang dilakukan pun tidak lagi berbasis pada lahan namun pada
teknologi diantaranya pengembangan budidaya jamur dengan rumah jamur yang
terjaga kelembaban dan suhu udaranya. Rumah tinggal yang mengalami perubahan
fungsi, akibat pengaruh usaha atau ekonomi disebut sebagai rumah produktif.
Fungsi rumah tersebut harus dapat menampung dua kegiatan yang berbeda antara
lain; kegiatan berumah tangga dan kegiatan ekonomi/ produksi. Rumah yang
digunakan untuk usaha atau kegiatan ekonomi mempunyai konsekuensi yang
ditimbulkan berupa perubahan sistem bangunan rumah beserta pekarangannya.
Perubahan dan perkembangan rumah tinggal dan pekarangan di Desa
Arjowilangun merupakan akibat dari kegiatan ekonomi baru sepulang dari menjadi
TKI.Fungsi pemilik sebagai aktor dalam pengambilan keputusan merupakan faktor
penentu terjadinya perubahan maupun perkembangan rumah beserta
pekarangannya.Perubahan yang paling menonjol pada sistem pekarangan terjadi
sangat ditentukan oleh bentuk usaha yang akan dikembangkan. Berdasarkan jenis
usahanya, Silas(2000) merumuskan lima tipe usaha berbasis rumah tangga
diantaranya adalah a) manufaktur; b) jasa; c) distribusi dan penjualan ; toko untuk
menjual hasil kerajinan, d) retail; dan e) farming, yang terkait dengan pertanian.
Dari hasil pengamatan lapang, usaha yang dilakukan warga Desa Arjowilangun
meliputi sektor jasa, distribusi dan penjualan, retail dan farming (usaha pertanian.
Perubahan pekarangan yang paling dominan dilakukan di area depan dimana
sebelumnya banyak berfungsi sebagai ruang terbuka. Hal ini dikarenakan
kedekatan dengan ruang publik yaitu jalan desa/lingkungan sehingga akan lebih
strategis dalam pemasaran usaha ekonominya.
Perubahan pemanfaatan ruang akibat munculnya usaha ekonomi baru tidak
saja terkait pemanfaatan pekarangan namunjuga bagaimana membentuk ruang di
rumah maupun tempat usaha.Sepintas bila dicermati secara sekilas, desa yang jauh
dari perkotaan ini telah berubah bentuk mirip di kawasan perkotaan. Sebelum
kesuksesan warga desa membangun perekonomian keluarga, rumah-rumah warga
mempunyai setback yang jauh dari jalan raya, namun saat ini banyak yang dibangun
hingga mempunyai setback 0 seperti di perkotaan. Bentuk fasad beberapa bangunan
juga telah berubah dari bentuk bangunan orang Jawa (penggunaan atap kampungan
dan limasan) menjadi bangunan tempat tinggal seperti di Korea dan Hongkong
dengan bangunan beton yang tinggi dan sempit. Hal ini membuktikan bahwa proses
kerja TKI di luar negeri, tidak saja merubah kinerja manusia di kawasan karst
namun juga telah merubah sebagian kebudayaan bermukim masyarakat.
Studi Kasus 2
Teknologi budidaya tanaman sayuran dan TOGA di perkotaan dan
perdesaan pada kawasan rumah pangan lestari dalam mendukung
ketahanan pangan di Kalimantan Timur
MUHAMAD RIZAL♥,YOSSITA FIANA
Secara umum Kota Balikpapan memiliki potensi lahan yang optimal untuk
pertumbuhan tanaman sayuran dan Tanaman obat keluarga (TOGA), namun
demikian produksi tanaman sayuran dan pangan di Kota Balikpapan belum mampu
menyuplai kebutuhan sumber pangan dalam satu wilayah, sehingga Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL) menjadi solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Menurut Kementerian Pertanian (2011), penataan pekarangan ditujukan
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan
pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas.
Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan
kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya
lokal, serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan.
Komoditas yang dapat dikembangkan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan
obat, buah yang disesuaikan dengan lokasi setempat serta berbagai sumber pangan
lokal (ubi jalar, ubi kayu, ganyong, talas).
Sebagai kelompok pelaksana MKRPL baik pada kawasan Kota maupun
Desa mendapatkan bantuan berupa Rumah Pembibitan/Kebun Bibit Kelurahan, dan
sarana produksi berupa benih, bibit tanaman, pupuk, tanah dan obat-obatan, serta
mendapatkan pendampingan teknologi budidaya sayuran serta teknologi penunjang
kegiatan MKRPL seperti pengolahan pascapanen sayuran dan pembuatan pestisida
nabati.
Hasil penelitian yang dilaksanakan di akhir tahun kegiatan, respon anggota
kelompok sangat baik terhadap kegiatan MKRPL ini, Menurut mereka, kegiatan ini
sangat bermanfaat, diantaranya adalah dapat menikmati hasil panen tanaman
sendiri tanpa membeli, dapat menambah keindahan pekarangan, dapat menambah
sumber menu keluarga, dapat mengurangi pengeluaran keluarga serta dapat
menambah pengetahuan (misalnya budidaya tanaman yang benar, mengatasi hama
dan penyakit, pengolahan sayuran dengan keripik). Dengan penggunaan pola
budidaya secara polikultur di lahan pekarangan mereka, warga dapat memenuhi
kebutuhan pangan keluarganya melalui pemanfaatan pekarangan. Hal ini terlihat
dari hasil panen tanaman sayuran kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari mereka
baik yang di kawasan kota maupun di kawasan desa. Selain itu, warga dapat
menghemat pengeluaran dari komoditas-komoditas yang di budidayakan. Dari hasil
survey dengan ibu rumah tangga kooperator, dapat diperoleh penghematan sebesar
Rp. 81.860,-. Sedangkan tiap bulannya mereka dapat mengurangi pengeluaran
sebesar Rp.150.000 - Rp.200.000 bervariasi tiap rumah tangga. Perbedaan ini
karena tanaman bayam, kangkung serta tanaman toga tidak dapat dihitung jumlah
panenannya. Berdasarkan pengamatan dari penelitian yang telah di lakukan
sebelumnya, menghasilkan data penghematan pengeluaran untuk komoditas-
komoditas tanaman sayuran pada kawasan rumah pangan lestari adalah Rp.
73.360,-. Sedangkan dari hasil wawancara dengan ibu rumah tangga kooperator
Kelurahan Paal V Kota Jambi, setiap bulannya mereka dapat mengurangi
pengeluaran sebesar Rp.100.000 - Rp.150.000 bervariasi tiap KK (Murni et al.
2013)
Teknologi budidaya tanaman sayuran dan tanaman obat keluarga pada
kawasan rumah pangan lestari Adapun teknologi budidaya tanaman sayuran yang
diterapkan di lokasi KRPL di Kompleks TNI Wirayudha IV Sepinggan Baru dan di
Desa Lamaru, Kota Balikpapan adalah sebagai berikut: (i) Persemain: Tempat
persemaian dari bahan yang steril yang diberi lubang, terlindung dari sinar matahari
langsung dan hujan serta dekat dengan sumber air. Tanah persemaian, campuran
tanah olah halus dan pupuk kandang/kompos dengan perbandingan 1:1. Dilakukan
perendaman terlebih dahulu dengan air hangat (±500̊C), selama 1 jam pada biji
tanaman sayuran sebelum disemai Benih tanaman dipindahkan/ditanam di polybag
saat sudah mempunyai helai daun antara 4-5 helai. (ii) Persiapan dan penanaman:
Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah subsoil (20 cm ke bawah),
yang telah di bersihkan dari bahan yang belum lapuk sebelum digunakan. Media
dimasukkan dalam media talang/polybag kemudian bibit tanaman di pindahkan
pada media tersebut. Penanaman dilakukan pada sore atau pagi hari dengan
memasukkan tanaman sampai batas leher akar. (iii) Pemeliharaan: Penyiraman 2
(dua) kali sehari yaitu pagi dan sore serta melakukan penyiangan 1-2 minggu sekali.
Pupuk cair sebanyak 1 gram yang dicairkan dalam 1 liter air, lalu diberikan pada
tanaman sebanyak 100-250 cc pertanaman dengan interval 1-2 minggu sekali. (iv)
Pengendalian hama dan penyakit: Pengendalian secara konvensional/mekanik, jika
terpaksa menggunakan pestisida yang selektif, bijaksana dan pemakaian dihentikan
2 minggu menjelang panen. Penggunaan insektisida sesuai dengan dosis yang
dianjurkan. (v) Panen: Tanaman sayuran dipanen sesuai umur panen jenis sayuran
yang ditanam seperti bayam, kangkung, dan sawi di panen pada umur antara 40-50
hari. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman, memotong
pangkal batang dan dengan cara memetik daun tanaman satu persatu.
Sedangkan teknologi budidaya tanaman obat keluiarga (TOGA), yang
diterapkan dilokasi KRPL di Kompleks TNI Wirayudha IV Sepinggan Baru dan di
Desa Lamaru Kota Balikpapan adalah sebagai berikut: (i) Persiapan dan
penanaman: Tanah yang dipakai sebagai media tanam diberi pupuk kandang
sebanyak 1-2kg. Tanah dimasukkan dalam media polybag yang besar (8-10 kg atau
50x50 cm), tergantung jenis TOGA yang akan ditanam. Benih tanaman TOGA
berupa rimpang yang telah disiapkan ditanam kedalam polybag dengan lubang
berukuran 5-10 cm kedalaman 20 cm. (ii) Pemeliharaan tanaman: Penyiangan
secara rutin setiap 2-3 minggu sekali. Pemupukan dengan pupuk cair atau pupuk
urea, 1 sendok makan dilarutkan dalam 5 liter air. SP36 dan KCL diberikan sekali
sebagai pupuk dasar. Pemupukan lanjutan setelah tanaman berumur 3-4 bulan
dengan pupuk kandang sebanyak 1-2 kg. (iii) Panen: Pemanenan dilakukan dengan
cara membongkar rimpang, lalu dipisahkan dari tanah yang melekat. Rimpang yang
akan ditanam kembali jangan dibersihkan dengan air karena akan mempercepat
proses pembusukan.
Teknologi budidaya tanaman sayuran dan tanaman obat keluarga (TOGA),
melalui optimalisasi lahan pekarangan yang dikembangkan pada kawasan rumah
pangan lestari (KRPL), di Kompleks TNI Wirayudha IV Sepinggan Baru dan di
Desa Lamaru, Kota Balikpapan mem berikan manfaat dan peran dari aspek sosial
ekonomi rumah tangga masyarakat, sehingga dapat memperkuat ketahanan pangan
di Provinsi Kalimantan Timur.
Aspek sosial budaya, kelembagaan dan ketersediaan teknologi merupakan
dukungan utama dalam pengembangan optimalisasi lahan pekarangan di Kota
Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, oleh karena itu perlu terus dikembangkan
dengan pendekatan yang melibatkan partisipatif aktif masyarakat dan dukungan
pemerintah daerah yang kuat, sehingga program dapat berkelanjutan dan lestari
DAFTAR PUSTAKA
Terra, G.J.A. : Tuinbouw : Van Hall en C. Van de. Koppel : De Landbouw in de
indische archpel.IIA, 1949. Terjemahan Haryono Danoesastro.
Danoesastro, Haryono : “Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan
Ketahanan Rakat Pedesaan”. Agro – Ekonomi. Hidding, K.A.H. : Gebruiken
en Godsdients der Soendaneezen G. Kolff & Co. Hal. 24. Batavia. 1975.
Soemarwotto, O : “Pegaruh Lingkungan Proyek Pembangunan”. Prisma, N.3 Juli
1975.
Hidding, K.A.H. : Gebruiken en Godsdients der Soendaneezen G. Kolff & Co. Hal.
24. Batavia. 1975.
Silas, Johan. (2000). Rumah Produktif. Laboratorium Perumahan dan Permukiman.
Surabaya
Polnaya F, Patty JE. 2012. Kajian pertumbuhan dan produksi varietas jagung lokal
dan kacang hijau dalam Sistem Tumpang Sari. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman
1 (1): 42-50.
Astuti HB, Yanti A, Wahyuni T. 2013. Analisis Komoditas Pilihan Dalam
Pemanfaatan Pekarangan Rumah Tangga di Kota Bengkulu. Prosiding Seminar
Nasional. Halaman 309-3013.
Murni WS, Purnamayani R. 2013. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Paal V Kota Jambi Mendukung Ketahanan Pangan di Provinsi
Jambi. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Ramah
Lingkungan di Bengkulu. Bengkulu.

More Related Content

What's hot

Laporan Hasil Pelaksanaan Studi Lapangan ke Home Industri Keripik Apel dan Do...
Laporan Hasil Pelaksanaan Studi Lapangan ke Home Industri Keripik Apel dan Do...Laporan Hasil Pelaksanaan Studi Lapangan ke Home Industri Keripik Apel dan Do...
Laporan Hasil Pelaksanaan Studi Lapangan ke Home Industri Keripik Apel dan Do...
Audria
 
Sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpadu
Ieke Ayu
 
Pengumuman Penerimaan Seleksi CPPPK Kota Prabumulih 2023.pdf
Pengumuman Penerimaan Seleksi CPPPK Kota Prabumulih 2023.pdfPengumuman Penerimaan Seleksi CPPPK Kota Prabumulih 2023.pdf
Pengumuman Penerimaan Seleksi CPPPK Kota Prabumulih 2023.pdf
andasyah
 

What's hot (20)

Architecture (Humanities) (HUMSS)
Architecture (Humanities) (HUMSS)Architecture (Humanities) (HUMSS)
Architecture (Humanities) (HUMSS)
 
PKM Kewirausahaan (PKMK) - Dawet Umbi Garut dan Pisang Klutuk - UMAHA
PKM Kewirausahaan (PKMK) - Dawet Umbi Garut dan Pisang Klutuk - UMAHAPKM Kewirausahaan (PKMK) - Dawet Umbi Garut dan Pisang Klutuk - UMAHA
PKM Kewirausahaan (PKMK) - Dawet Umbi Garut dan Pisang Klutuk - UMAHA
 
Urban Farming.pptx
Urban Farming.pptxUrban Farming.pptx
Urban Farming.pptx
 
Laporan Hasil Pelaksanaan Studi Lapangan ke Home Industri Keripik Apel dan Do...
Laporan Hasil Pelaksanaan Studi Lapangan ke Home Industri Keripik Apel dan Do...Laporan Hasil Pelaksanaan Studi Lapangan ke Home Industri Keripik Apel dan Do...
Laporan Hasil Pelaksanaan Studi Lapangan ke Home Industri Keripik Apel dan Do...
 
Sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpadu
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
 
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian BerkelanjutanPertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
 
Proposal bisnis
Proposal bisnisProposal bisnis
Proposal bisnis
 
contoh laporan KKN
contoh laporan KKN contoh laporan KKN
contoh laporan KKN
 
MANAJEMEN STRATEGIK UNIVERSITAS NAROTAMA
MANAJEMEN STRATEGIK UNIVERSITAS NAROTAMAMANAJEMEN STRATEGIK UNIVERSITAS NAROTAMA
MANAJEMEN STRATEGIK UNIVERSITAS NAROTAMA
 
G9 AP Q4 Week 3 Agrikultura.pptx
G9 AP Q4 Week 3 Agrikultura.pptxG9 AP Q4 Week 3 Agrikultura.pptx
G9 AP Q4 Week 3 Agrikultura.pptx
 
Culinary product of india notes
Culinary product of india notesCulinary product of india notes
Culinary product of india notes
 
Pengumuman Penerimaan Seleksi CPPPK Kota Prabumulih 2023.pdf
Pengumuman Penerimaan Seleksi CPPPK Kota Prabumulih 2023.pdfPengumuman Penerimaan Seleksi CPPPK Kota Prabumulih 2023.pdf
Pengumuman Penerimaan Seleksi CPPPK Kota Prabumulih 2023.pdf
 
#Paket Wisata# PANGANDARAN BEACH 2D1N
#Paket Wisata# PANGANDARAN BEACH 2D1N#Paket Wisata# PANGANDARAN BEACH 2D1N
#Paket Wisata# PANGANDARAN BEACH 2D1N
 
Rebolusyong industriyal
Rebolusyong industriyalRebolusyong industriyal
Rebolusyong industriyal
 
ilmu sosial dasar bab 7
ilmu sosial dasar bab 7ilmu sosial dasar bab 7
ilmu sosial dasar bab 7
 
Proposal Usaha Toko Kelontong Rumahan
Proposal Usaha Toko Kelontong RumahanProposal Usaha Toko Kelontong Rumahan
Proposal Usaha Toko Kelontong Rumahan
 
Pamilihan
PamilihanPamilihan
Pamilihan
 
PERTANIAN TERPADU
PERTANIAN TERPADUPERTANIAN TERPADU
PERTANIAN TERPADU
 
History of gardens
History of gardensHistory of gardens
History of gardens
 

Similar to Makalah polatanam

Berkebun di halaman rumah
Berkebun di halaman rumahBerkebun di halaman rumah
Berkebun di halaman rumah
Ajang Wahyu
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
rizky hadi
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
rizky hadi
 

Similar to Makalah polatanam (20)

3 Pekarangan.pptx
3 Pekarangan.pptx3 Pekarangan.pptx
3 Pekarangan.pptx
 
PAPARAN KEG. P2L.pptx
PAPARAN KEG. P2L.pptxPAPARAN KEG. P2L.pptx
PAPARAN KEG. P2L.pptx
 
Pertemuan ke 3.pptx
Pertemuan ke 3.pptxPertemuan ke 3.pptx
Pertemuan ke 3.pptx
 
Berkebun di halaman rumah
Berkebun di halaman rumahBerkebun di halaman rumah
Berkebun di halaman rumah
 
Kearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanianKearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanian
 
Pekarangan 1 bu vivi
Pekarangan 1 bu viviPekarangan 1 bu vivi
Pekarangan 1 bu vivi
 
Ppt geo kearifan 2
Ppt geo kearifan 2Ppt geo kearifan 2
Ppt geo kearifan 2
 
POWER_POINT_BUDIDAYA_PEKARANGAN.pptx
POWER_POINT_BUDIDAYA_PEKARANGAN.pptxPOWER_POINT_BUDIDAYA_PEKARANGAN.pptx
POWER_POINT_BUDIDAYA_PEKARANGAN.pptx
 
kuliah ilmu pengantar pertanian semester 2
kuliah ilmu pengantar pertanian semester 2kuliah ilmu pengantar pertanian semester 2
kuliah ilmu pengantar pertanian semester 2
 
HATI NYA PKK.pptx
HATI NYA PKK.pptxHATI NYA PKK.pptx
HATI NYA PKK.pptx
 
Pak sahyuti ff
Pak sahyuti ffPak sahyuti ff
Pak sahyuti ff
 
Ciri
CiriCiri
Ciri
 
Family farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).ppt
Family farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).pptFamily farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).ppt
Family farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).ppt
 
Lahan
LahanLahan
Lahan
 
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
 
materi ilmu pertanian tentang pertanian yang berkelanjutan
materi ilmu pertanian tentang pertanian yang berkelanjutanmateri ilmu pertanian tentang pertanian yang berkelanjutan
materi ilmu pertanian tentang pertanian yang berkelanjutan
 
Laporan besar put bismillah
Laporan besar put bismillahLaporan besar put bismillah
Laporan besar put bismillah
 

Recently uploaded

Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
luqmanhakimkhairudin
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
cupulin
 

Recently uploaded (20)

Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 

Makalah polatanam

  • 1. BAB II PEMBAHASAN Pengertian Perkarangan Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagailumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Dalam kondisi tertentu, pekarangan dapat memanfaatkan kebun/rawa di sekitar rumah. Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Menurut arti katanya, pekarangan berasal ari kata “karang” yang berarti halaman rumah (Poerwodarminto, 1976). Sedang secara luas, Terra (1948) memberikan batasan pengertian pekarangan adalah tanah di sekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling, dan biasanya ditanami padat dengan beraneka macam tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk keperluan sendiri sehari- hari dan untuk diperdangkan. Pekarangan kebanyakan slng berdekaan, dan besama- sama membentuk kampung, dukuh, atau desa. Batasan pengertian ini, di dalam praktek masih terus dipergunakan sampai sekitar dua puluh tahun kemudian. Terbukti dari tulisan-tlisan Soeparma (1969), maupun Danoesastro (1973), masih juga menggunakan definisi tersebut. Baru setelah Soemarwoto (1975) yang melihatnya sebagai suatu ekosistem, berhasil memberikan definisi yang lebih lengkap dengan mengatakan bahwa: “Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika”. (Danoesastro, 1978). Menurut Polnaya dan Patty (2012) Pekarangan bisa di optimalkan dengan melakukan tumpang sari dari berbagai jenis tanaman yang dibutuhkan oleh
  • 2. keluarga karena di Indonesia secara umum iklim sangat mendukung untuk berbagai jenis tanaman namun kemampuan rumah tangga, petani ataupun individu untuk melakukan suatu usaha tani belum begitu baik karena dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain sempitnya lahan usaha, teknik budidaya, modal dan keterampilan petani. Jenis-jenis Pekarangan Pekarangan dibagi menjadi dua jenis yaitu pekarangan pedesaan dan pekarangan perkotaan. Masing masing pekarangan memiliki karakteristik yang berbeda-beda terkait dengan luasan lahan, kepadatan penduduk, mata pencaharian, maupun prinsip penggunaan pekarangan. Pekarangan desa adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika”. (Danoesastro, 1978). Sedangkan pekarangan perkotaan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Pekarangan perkotaan biasanya masih berorientasi pada penggunaan lahan sempit dan lebih mengarah pada factor estetika serta ekonomi. Komoditi yang diusahakan dipekarangan daerah pedesaan sebaiknya disesuaikan dengan kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan, peluang pasar, dan nilai guna. Untuk daerah pekotaan tentunya pelu disederhanakan dengan menanam dalam pot, hiroponik atau vertikultur: 1. Tanaman pangan: a. Sayuran buah seperti cabai besar, cabai rawit, kapri, kecipir, tomat, buncis,kacang panjang, terong , mentimun , pare dan paprika . b. Sayuran daun seperti kangkung, caisim, bawang daun, bayam, kubis, kemangi, seledri, selada,tomat dan sawi, c. Tanaman buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias. 2. Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur, ternak pendaging dalam kandang
  • 3. 3. Ikan: ikan hias, ikan produksi daging, pembenihan dan lain-lain. Pekarangan Perkotaan Pekarangan perkotaan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Pekarangan perkotaan biasanya masih berorientasi pada penggunaan lahan sempit dan lebih berorientasi pada estetika serta ekonomi. Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja, tetapi lebih daripada itu adalah guna meningkatkan perekonomian keluarga masing- masing. Jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam di pekarangan rumah masing- masing adalah jenis sayur-sayuran, buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias dan lain sebagainya yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan selebihnya bisa dijual. Pemanfaatan Pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Perbedaan Pekarangan Kota dan Desa Pekarangan pedesaan dan perkotaan memiliki beberapa perbedaan dalam segi luasan, fungsional, manfaat, serta jenis tanaman yang ditanam. Pada pekarangan pedesaan, biasanya memiliki luasan lahan yang lebih luas dari lahan perkotaan, hal ini dikarenakan kepadatan penduduk di pedesaan masih sangat rendah sehingga banyak lahan (pekarangan) kosong yang dapat digunakan untuk beraktifitas. Penggunaan pekarangan pedesaan lebih berorientasi pada aspek social, ekonomi dan biofisika. Pekarangan pedesaan memiliki manfaat terutama sebagai sarana untuk menambah kebutuhan pangan rumah tangga dan mempererat hubungan social. Penggunaan pekarangan pedesaan biasanya dengan tanaman serealia dan umbi, hortikultura, dan banyak tanaman kayu kayuan seperti tanaman jati, sengon, jabon. Pekarangan perkotaan pada umumnya memiliki lahan yang relative lebih sempit daripada lahan pedesaan. Kemudian penggunaan pekarangan perkotaan biasanya lebih berorientasi pada estetika dan keindahan. Sehingga tanaman yang
  • 4. sering digunakan yaitu tanaman hias, buah-buahan, dan sayuran yang memiliki nilai estetika serta ekonomi tinggi. Manfaat pekarangan perkotaan lebih mengarah pada aspek kesehatan, karena lingkungan di daerah perkotaan mengalami banyak perubahan seperti berkurangnya sumber oksigen yang mengakibatkan adanya peningkatan polusi udara. Berbeda dengan daerah pedesaan yang memiliki banyak tempat rindang dan lahan luas untuk melakukan proses budidaya sehingga sumbangan oksigen juga berpengaruh besar. Selain itu perairan perkotaan juga mengalami perubahan kualitas dari kualitas tinggi ke kualitas rendah karena pengaruh aktivitas manusia, sehingga pada daerah perkotaan pada umumnya menggunakan PDAM sebagai sumber air. Manfaat Dan Fungsi Pekarang Pekarangan memiliki manfaat sebagai penjaga lingkungan dan paru-paru lingkungan karena tumbuhan pekarangan menghasilkan udara bersih. Jika di sekitar tempat kita udaranya kotor, udara yang kotor itu akan diserap oleh daun-daun tanaman yang kita tanam. Daun-daun dapat menghasilkan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Itulah sebabnya lingkungan kita akan lebih segar dan sejuk jika di sekitar kita terdapat pepohonan yang rindang. Tumbuhan yang ditanam di pekarangan dapat menyerap air kedalam tanah dan memelihara kelembaban udara. Jika di sekitar kita kelembapan udaranya baik, perbedaan suhu pada siang hari dan malam hari tidak terlalu mencolok. Semua itu menjadikan kehidupan kita nyaman dan tentram. Selain itu pekarangan juga memiliki peran sebagai sumber pendapatan, menambah keindahan rumah maupun kenyamanan di sekitarnya. Pekarangan rumah tangga memiliki fungsi multiguna, karena dengan lahan yang tidak begitu luas bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-buahan dan tanaman rempah serta obat-obatan. Pemanfaatan pekarangan dengan menanam berbagai jenis tanaman pangan membuat akses rumah tangga terhadap kebutuhan pangannya menjadi lebih dekat (Astuti et al. 2013). Pekarangan sebagai sumber pendapat dan perbaikan gizi karena pekarangan dapat memberi tambahan pendapatan bagi kita jika di atur dengan baik. Dengan menanam berbagai tumbuhan kita dapat memetik dua manfaat sekaligus, yaitu untuk di manfaatkan oleh kelurga dan kelebihannya dapat di jual. Hasil penjualan tanaman pekarangan ini lah yang dapat menambah penghasilan keluarga.
  • 5. Pekarangan dapat menambah keindahan karena pekarangan yang di atur sedemikian rupa akan memberikan kepuasan batin pemiliknya. Tumbuhan yang ditanam adalah bunga-bunga yang berwarna warni. Ini semata-mata di ciptakan agar pemilik pekarangan memperoleh kepuasaan batin. Keindahan pekaranagn biasanya dapat menentramkan pikiran. Cara Mengatur Pekarangan Pengaturan pekarangan yang serasi akan memberikan nilai tambah bagi penghuninya atau pun bagi orang lain. Sebaiknya, pengaturan yang tidak serasi akan berdampak tidak baik. Sering kita menemukan pekarangan di pakai sebagai tempat menaruh jemuran. Kadang-kadang orang tidak mnyadari bahwa salah menaruh jemuran bernilai negative bagi orang yang melihatnya. Ada juga pekarangan yang di pakai untuk menempatkan kandang yang kurang serasi. Kandang ayam atau kambing yang kurang enak. Begitu pula jika didepan rumah di tanami pohon kayu yang besar. Apalagi kalau kayu tersebut sampai mebutup rumah. Tentu kondisi seperti ini tidak tepat. Rumah akan menjadi lembab karena sinar matahari terhalang oleh daun yang terlalu lebat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pekarangan yang baik adalah : 1. Pagar halaman harus di buat rapi dan terawat dengan baik. 2. Jalan masuk menuju rumah harus rapi dan bersih. 3. Dan di sekitar jalan masuk sebaiknya di tanam bunga-bunga yang indah dan menarik. Pekarangan Sebagai Pagar Hidup Pekarangan yang baik adalah pekarangan yang mempunyai pagar pembatas. Pagar di pekarangan berfungsi untuk membatasi pekarangan dengan pekarangan orang lain. Dengan adanya pagar yang baik, akan lebih menjamin keamanan tanaman dari berbagai gangguan. Pagar tidak harus terbuat dari bahan yang mahal saja, tetapi juga dapat di buat dari tanaman. Pagar yang terbuat dari tanaman itulah yang di sebut pagar hidup. Pagar hidup yang baik adalah pagar hidup yang memberikan nilai tambah bagi penghuninya. Beberapa jenis tanaman yang berfungsi sebagai pagar pekarangan sekaligus di manfaatkan oleh penghuni rumah sebagaai sumber gizi adalah Beluntas, Katuk, Mangkokan, Lamtoro, Singkong, Kemangi, Kumis
  • 6. Kucing, bambu hias Dan lain-lain. Dalam memilih jenis tanaman yang akan di gunakan sebagai tanaman pagar perlu kita pertimbangkan hal-hal berikut : 1. Pertumbuhannya cepat, 2. Mempunyai cabang yang relative banyak, 3. Cabangnya tidak mudah patah, 4. Berdaun lebat dan tidak mudah rontok, 5. Tahan terhadap pemangkasan, 6. Mempunyai sifat berkesinambungan, 7. Mudah dalam pemeliharaannya, dan 8. Tahan terhadap hama dan penyakit, Jenis-jenis Tanaman yang Sebaiknya di Tanam Berbagai macam jenis tanaman dapat digunakan untuk budidaya di pekarangan terutama daerah perkotaan seperti palawija, sayur, buah, maupun rempah rempah. Kelompok palawija seperti kedelai, ubi kayu, ubi jalar, talas, jagung, kacang hijau, kacang tanah dan lain-lain. Buah-buahan seperti salak, mangga, nangka, jeruk, duku, rambutan, lengkeng, durian, belimbing, alpukat, jambu, pisang, papaya, sirsak, kedondong dan lain-lain. Sayur-sayuran seperti labu, kacang-kacangan, kangkung, bayam, sawi, cabe, tomat, terong, buncis, mentimun dan lain-lain. Rempah-rempah seperti kunir, jahe, leji, kencur, kelapa, kemiri, bawang merah, bawang putih, lengkuas, kemangi dan lain-lain. Obat-obatan seperti temulawak, kunyit, laos, kumis kucing, meniran, lidah buaya, pandan dan lain-lain. Tanaman hias seperti kantil, mawar, melati, anggrek, andong, bugenfil, pisang hias, kembang matahari, soka, paku-pakuan, pinag, palem dan lain-lain. Selain tanaman, pekarangan juga dapat di gunakan untuk beternak ayam, bebek, kambing dan dapat di gunakan sebagai kolam ikan. Pandangan Pekarangan Dari Segi Social Budaya Ditinjau dari segi sosial budaya, dewasa ini nampak ada kecenderungan bawa pekarangan dipandang tidak lebih jauh dari fungsi estetikanya saja. Pandangan seperti ini nampak pada beberapa anggota masyarakat pedesaan yang telah “maju”, terlebih pada masyarakat perkotaan. Yaitu, dengan memenuhi pekarangannya dengan tanaman hias dengan dikelilingi tembok atau pagar besi dengan gaya arsitektur “modern”.
  • 7. Namun, bagi masyarakat pedesaan yang masih “murni”, justru masih banyak didapati pekarangan yang tidak berpagar sama sekali. Kalaupun berpagar, selalu ada bagian yang masih terbuka atau diberi pintu yang mudah dibuka oleh siapapun dengan maksud untuk tetap memberi keleluasaan bagi masyarakat umum untuk keluar masuk pekarangannya. Nampaknya, bagi masyarakat desa, pekarangan juga mempunyai fungsi sebagai jalan umum (lurung) antar tetangga, atar kampung, antar dkuh, ahkan antar desa satu dengan yang lainnya. Di samping itu, pada setiap pekarangan terdapat”pelataran” (Jawa) atau “buruan” (Sunda) yang dapat dipergunakan sebagai tempat bemain anak-anak sekampung. Adanya kolam tempat mandi atau sumur di dalam pekarangan, juga dapat dipergunakan oleh orang-orang sekampung dengan bebas bahkan sekaligus merupakan tempat pertemuan mereka sebagai sarana komunikasi masa (Soemarwoto, 1978) Pandangan Pekarangan Dari Segi Ekonomi Selain fungsi hubungan sosial budaya, pekarangan juga memiliki fungsi hubungan ekonomi yang tidak kecil artinya bagi masyarakat yang hidup di pedesaan. Dari hasil survey pemanfaatan pekarangan di Kalasan, disimpulkan oleh Danoesastro (1978), sedikitnya ada empat fungsi pokok yang dipunyai pekarangan, yaitu sebagai sumber bahan makanan, sebagai penghasil tanaman perdagangan, sebagai penghasil tanaman rempah-rempah atau obat-obatan, dan juga sumber bebagai macam kayu-kayuan (untuk kayu bakar, bahan bangunan, maupun bahan kerajinan). Fungsi Hubungan Biofisika Pada pandangan pertama, bagi orang “kota” yang baru pertama kali turun masuk desa, akan nampak olehnya sistem pekarangan yang ditanami secara acak- acakan dengan segala macam jenis tanaman dan sering pula menimbukan kesan “menjijikkan” karena adanya kotoran hewan ternak di sana sini. Namun, dalam penelitian menunjukkan, bahwa keadaan serupa itu adalah merupakan manifestasi kemanunggalan manusia dengan lingkungannya sebagaimana yang telah diajarkan nenek moyangnya.
  • 8. Di daerah Sunda misalnya, tetapi terdapat pandangan ang oleh Hidding (1935) disebutkan: “Manusia adalah bagian dalam dan dari satu kesatuan yang besar .Semua mempunai tempatna sendiri dari tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri. Dalam teori kebatinan Jawa, disebutkan bahwa sesuatu yang ada dan yang hidup pada pokoknya satu dan tunggal. Bahkan, justru pola pengusahaan pekarangan seperti itulah ternyata, yang secara alamiah diakui sebagi persyaratan demi berlangsungnya proses daur ulang (recycling) secara natural (alami) yang paling efektif dan efisien, sehingga pada kehidupan masyarakat desa tidak mengenal zat buangan. Apa yang menjadi zat buangan dari suatu proses, merupakan sumberdaya yang dipergunakan dalam proses berikutnya yang lain. Sebagai contoh, segala macam sampah dan kotoran ternak dikumpulkan menjadi kompos untuk pupuk tanaman. Sisa dapur, sisa-sisa makanan, kotoran manusia dan ternak dibuang ke kolam untuk dimakan ikan. Ikan dan hasil tanaman (daun, bunga, atau buahnya) dimakan manusia, kotoran manusia dan sampah dibuang ke kolam atau untuk kompos, demikian seterusnya tanpa berhenti dan berulang-ulang. Dengan demikian kalaupun dalam proses kemajuan peradaban manusia ada sesuatu yang perlu diperbaki seperti: pembuatan jamban Keluarga di atas kolam, sistem daur ulang yang tidak baik dan efisiensi harus tetap terjaga kelangsungannya. Dampak Modernisasi Yang Memprihatinkan Tetapi sayang, berbaai fungsi dari pekarangan yang begitu kompleks dan mencakup banyak segi kehidupan manusia serta pelestarian lingkungan itu kan mengalami “erosi” yang memprihatinkan karena sering hanya dijadikan korban untuk memenuhi alasan “modernisasi”. Proyek-proyek pembangunan industri dan prasarana lain di desa pinggiran sering kurang memperhitungkan bahwa, pembangunan kompleks perumahan karyawannya yang terlampau mewah dibandingkan dengan perumahan penhuni asli dan yang dipagar keliling rapat serta mewah pula itu merupakan isolasi bagi masyarakat penatang dengan lingkungannya yang bisa menimbulkan ketegangan sosial dan kriminalitas.
  • 9. Lebih-lebih jika pembangunan itu sendiri membutuhkan tanah urug yang harus diambilkan dari tanah lapisan aas (top soil) pekarangan penduduk di sekitarnya. Penduduk asli tidak saja menjadi kehilangan “lumbung hidup” atau “pangkalan induknya” karena pekarangan dan tegalannya tidak produktif lagi, tetapi sekalgus kualitas lingkungannya menjadi rusak karena daur ualng idak lagi berlangsung lancar. Pengaruh pembangunan yang kurang bijak, modernisasi perumahan yang mengganti tanaman pekarangan menjadi tanaman hias dan agar hidup yang berubah menjadi tembok atau tulang besi, sebenarnya sangat disayangkan. Modernisasi memang harus tumbuh, tetapi bukan dengan merusak lingkungan hidup. Peningkatan kesejahteraan lahiriah memang salah satu tuntutan hidup, tetapi bukan dengan menciptakan masayarakat eksklusif yang mengisolir diri. Kurangnya halaman tempat bermain bagi anak-anak mungkin saja dapat dialihkan, tetapi keakraban anak-anak sekampung yang merenggang akan dapat berbalik menjadi iri dengki, dan dendam yang tersembunyi. Karakteristik Perumahan Perkotaan Masyarakat urban biasanya dicirikan dengan banyaknya tenaga kerja dengan keterbatasan skill (keterampilan) sehingga mereka menduduki strata ekonomi menengah ke bawah. Oleh karena itu, tingginya tingkat permintaan perumahan untuk kelas menengah ke bawah tidak dapat dipungkiri lagi. Pesatnya pembangunan perumahan di perkotaan dengan harga yang terjangkau oleh sebahagian besar masyarakat tersebut, menyebabkan sebahagian besar perumahan di perkotaan mempunyai beberapa karakteristik, sebagai berikut : a. Lahan Sempit Pesatnya pembangunan perumahan menyebabkan harga property meningkat dengan pesat juga. Didukung dengan adanya keterbatasan lahan membuat banyak perumahan mempunyai luasan lahan yang terbatas, cenderung sempit. Biasanya luas pekarangan perumahan di perkotaan dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu: - Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2; - Perumahan Tipe 36, dengan luas lahan sekitar 72 m2; - Perumahan Tipe 45, dengan luas lahan sekitar 90 m2;
  • 10. - Perumahan Tipe 54 atau 60, dengan luas lahan sekitar 120 m2. b. Kurangnya Daerah Resapan Kondisi pekarangan yang relative sempit, biasanya dimanfaatkan semuanya untuk area rumah, tanpa ada sedikit menyisakan ruang terbuka sebagai daerah resapan air. Bahkan, kalaupun ada areal pekarangan yang tidak dimanfaatkan untuk area rumah, biasanya masyarakat cenderung lebih mengutamakan untuk menutup areal tersebut dengan semen dan semen aspal, sehingga hal tersebut akan berakibat kurangnya resapan air dan dapat mengakibatkan banjir, apabila intensitas hujan cukup tinggi. Kondisi tersebut juga mengakibatkan perumahan menjadi gersang dan panas. c. Saluran Air Tidak Tertata Dengan Baik Biasanya setiap perumahan dibangun parit-parit kecil sebagai aliran limbah rumah tangga. Namun biasanya parit-parit ini kurang tertata, dan tidak jelas alirannya di luar komplek perumahan, sering tidak mampu menampung air hujan, sehingga pada saat musim penghujan justru mengakibatkan luapan air dan menggenangi jalan-jalan beserta rumah-rumah yang posisinya lebih rendah atau setara dengan jalan raya. d. Kepadatan Penduduk yang Tinggi Tingginya laju pertumbuhan penduduk, juga dapat tercermin dari padatnya tingkat hunian penduduk pada setiap rumah. Padatnya penghuni menyebabkan keharusan penambahan ruang, sehingga cenderung memanfaatkan lahan pekarangan yang tersisa untuk membangun tambahan ruang yang dapat dimanfaatkan oleh penghuninya sebagai tempat tinggal. e. Polusi Udara Kurangnya ruang terbuka hijau dan tingginya kepemilikan kendaraan roda dua, roda empat, betor, truk dan angkot mengakibatkan tingginya polusi udara di perkotaan tidak terhindarkan lagi. Debu dan pencemaran udara melalui gas-gas yang dihasilkan akibat kendaraan semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan hal ini dapat mengganggu kesehatan manusia dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang. Alternative Pemanfaatan Lahan Pekarangan
  • 11. Karakteristik perumahan di perkotaan cenderung membuat penghuninya kurang merasa nyaman. Padahal fungsi rumah adalah sebagai tempat beristirahat setelah lelah satu harian beraktifitas di luar rumah, mencari nafkah, melakukan kegiatan satu harian di rumah. Recharge (mengisi kembali) energy yang telah terkuras atau dikeluarkan selama satu harian beraktivitas merupakan fungsi rumah. Lebih lanjut, fungsi rumah adalah tempat bertemunya kembali orang tua dengan anak, istri dengan suami dan penghuni rumah lainnya, sehingga rumah itu seharusnya ditata lebih baik, lebih nyaman dan lebih sehat. Oleh karena itu diperlukan solusi agar kondisi ideal perumahan dapat tercapai dengan baik. Beberapa alternative pemanfaatan lahan pekarangan yang dapat dilakukan adalah : 1. Penggunaan Paving Block dan Pembuatan Lubang Biopori Penggunaan paving block membuat lahan masih mampu menyerap air dengan baik, sehingga apabila terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi masih mampu ditampung dan diserap dengan baik. Demikian juga halnya dengan adanya lubang biopori yang merupakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan dalam mengatasi banjir dengan cara : meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organic menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumaah kaca, memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman. 2. Budidaya Tanaman Budidaya tanaman pada lahan pekarangan, selaras dan mengacu pada program gerakan percepatan optimalisasi pekarangan melalui Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang dicanangkan oleh Pemerintah sejak tahun 2012. Sesuai dengan kondisi lahan yang semakin sempit, maka konsep budidayanya adalah dengan cara intensifikasi lahan yang ada agar dapat dimanfaatkan lebih secara optimal. Alternative budidaya tanaman pada lahan pekarangan dapat berupa : a. Penanaman 1 Pohon Serbaguna per Rumah Pohon serbaguna dimaksud adalah pohon yang mempunyai manfaat lain selain kayunya itu sendiri, misalnya bunga, buah, dll. Contoh jenis pohon serbaguna, adalah pohon buah-buahan, seperti mangga, jambu, lengkeng, dll. Selain keberadaan pohon ini yang mampu menyerap polutan (gas CO2, debu), juga dapat memberikan suasana yang sejuk, menambah kerindangan, sebagai penghasil O2,
  • 12. akarnya juga dapat menahan tanah pekarangan rumah dari erosi, serta buahnya juga dapat dikonsumsi sebagai penambah gizi bagi keluarga. Selain ditanam langsung di pekarangan rumah, dapat juga penanaman pohon tersebut dilakukan dengan menggunakan pot-pot yang besar. b. Penanaman Tanaman Hias Tanaman hias akan menambah nilai estetika (seni) lahan pekarangan dan rumah. Pemilihan kombinasi tanaman hias dapat dilakukan dengan memperhatikan warna, habitus, juga aroma tanamannya. Dengan demikian akan terwujud taman yang mampu berfungsi sebagai tempat bercengkerama dan rekreasi bagi seluruh anggota keluarga, sehingga keakraban antara anggota keluarga dapat terjalin dengan baik, namun tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak. Keluarga dapat berkumpul dengan santai di depan rumah atau dipekarangan rumah yang telah dijadikan taman dan tetap menjalin keakraban di taman rumah. c. Penanaman Tanaman Sayur-Sayuran (Warung Hidup) Penanaman sayur-sayuran pada lahan yang terbatas, memungkinkan untuk dilakukan, seiring dengan berkembangnya teknik dan teknologi bercocok tanam. Penanaman dapat dilakukan dengan metode vertikultur. Adanya penanaman berbagai sayuran akan dapat menambah asupan gizi bagi anggota keluarga, dan tidak tertutup kemungkinan dapat menambah penghasilan keluarga. Minimal ada cost atau pengeluaran belanja untuk sayur-mayur bisa ditabung atau dialihkan untuk membeli perlengkapan rumah tangga yang lain dengan adanya metode Penanaman Tanaman Sayur-Sayuran (Warung Hidup) ini. d. Penanaman Tanaman Obat Keluarga (Apotik Hidup) Saat ini, kecenderungan untuk mengkonsumsi obat herbal semakin meningkat. Oleh karena itu, penanaman tanaman obat sangat dianjurkan untuk dilakukan. Dengan demikian, apabila ada keluhan penyakit ringan, masih dapat ditanggulangi dengan baik, sehingga menghemat biaya berobat yang saat ini sangat tidak murah. Penggunaan lahan pekarangan untuk Apotik Hidup sangatlah dianjurkan saat ini, sehingga kita mampu memperkenalkan kepada anggota keluarga akan jenis tanaman dan fungsinya bagi kesehatan kita, sehingga pengetahuan akan penggunaan obat herbal dapat terjaga dan terpelihara hingga anak cucu kita nantinya.
  • 13. Penanaman tanaman hias, sayur-sayuran maupun tanaman obat dapat menggunakan wadah yang berasal dari limbah rumah tangga, misalnya: botol-botol bekas, bekas kemasan makanan, dll. Wadah-wadah tersebut dapat dihias, sehingga dapat menambah nilai estetika (seni). Alangkah baiknya juga apabila pengelolaan tanamannya dilakukan secara organic, artinya tidak menggunakan unsur-unsur kimia terutama untuk proses pemupukan tanaman. Pupuk dapat diperoleh dari kompos yang berasal dari lubang-lubang biopori yang telah dibuat tadi, berasal dari proses pembuatan kompos, dimana ranting-ranting, daun-daun diolah dan dijadikan kompos. Dengan demikian konsep pemanfaatan lahan pekaragan rumah secara terpadu dapat dipenuhi dengan baik. Keuntungan Pemanfaatan Lahan Pekarangan Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu mempunyai berbagai macam keuntungan bagi pemilik rumah, diantarannya : 1. Terciptanya lingkungan yang asri, indah dan sehat 2. Menambah ruang terbuka hijau 3. Terciptanya keakraban antar anggota keluarga, karena setelah beraktivitas seharian di luar rumah, mereka dapat kembali bercengkerama dan berkumpul di rumah yang asri, indah dan sehat. Fungsi rumah sebagai tempat istirahat dan recharge energy yang terkuras dapat terpenuhi dengan baik dan dengan biaya yang murah. 4. Mengurangi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga, karena sayur-sayuran telah dapat terpenuhi dari lahan pekarangan rumah. Sayur-sayuran yang dihasilkan lebih segar dan tentu saja lebih sehat karena dikelola secara organic. 5. Menambah penghasilan keluarga, minimal ada pengeluaran yang dapat dijadikan tabungan keluarga. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah dapat menambah penghasilan atau meminimalisir pengeluaran keluarga dengan penanaman sayur- sayuran dipekarangan rumah. 6. Kesehatan lebih terjaga.
  • 14. Studi Kasus 1 Sistem Pekarangan Permukiman Masyarakat di Kawasan Karst Jawa Timur Bagian Selatan Medha Baskara, Eko Widaryanto Masyarakat kawasan karst yang sebagian besar hidupnya mengandalkan bidang pertanian menata lingkungan pekarangannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat kawasan karst yang sebagian besar hidupnya mengandalkan bidang pertanian menata lingkungan pekarangannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karakteristik pekarangan secara umum tergambarkan juga di kawasan karst ini iantaranya, mempunyai bentuk yang beraneka ragam, baik tata letak maupun jenis tanamannya. Vegetasi di pekarangan mempunyai keragaman yang tinggi dengan kombinasi hampir semua jenis tanaman diantaranya tanaman penghasil kayu, sumber makanan tambahan (tanaman pangan, buah-buahan dan sayuran), tanaman obat dan tanaman hias. Secara umum hasil pengamatan sistem pekarangan di kawasan Karst di Jawa Timur bagian Selatan dapat disimpulkan Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa kawasan Karst di Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan Malang secara ruang tipologi pekarangan di kawasan karst mempunyai peran-an berbeda-beda diantara pekarangan depan, samping dan belakang. Pekarangan Depan Pekarangan depan rumah secara umum merupakan ruang transisi antara bangunan rumah dan area publik yaitu jalan lingkungan/desa. Area ini secara umum dibiarkan terbuka, dengan perkerasan semen bagi masyarakat mampu yang berfungsi sebagai area pengering atau area menjemur hasil pertanian. Didepan bangunan terdapat teras yang juga berfungsi sebagai area penerima tamu serta sering digunakan sebagai ruang sosial dengan tamu/ tetangga. Tanaman pada pekarangan depan secara umum dapat digolongkan pada tanaman hias dan tanaman buah-buahan yang seringkali dianggap mempunyai nilai ‘lebih’ oleh penghuninya.Beberapa jenis buah-buahanyang sering ditanam di pekarangan depan diantaranya mangga, rambutan, dan kersen, sedangkan jenis
  • 15. tanaman hias diantaranya melati dan soka yang bunganya sering juga dijual saat lebaran atau hari besar budaya lainnya. Pekarangan Samping Pekarangan samping dibanding pekarangan depan lebih bersifat privat namun masih menyediakan akses dari halaman depan. Pada pekarangan samping ini, penggunaan ruang oleh anggota keluarga dapat beraktivitas tanpa terganggu oleh pihak luar. Tanaman yang di tanam di area ini biasanya didominasi oleh tanaman penghasil makanan tambahan baik yang bersifat musiman maupun tahunan. Tanaman yang ditanam diantaranya singkong, ketela, sayuran (cabe, kacang panjang, labu siam, turi, belinjo dll), dan buah-buahan (papaya, nangka, mangga dan pisang). Apabila area lahan lebih luas lagi, pada area samping juga dikembangkan fungsi garasi mobil, kolam ikan dan ternak ayam terutama bagi masyarakat yang lebih mampu. Pekarangan Belakang Pekarangan belakang cenderung dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai area servis untuk kegiatan pelayanan dalam rumah seperti mencuci, menjemur, kamar mandi, kandang hewan ternak, kolam ikan atau kebun rumah. Pada area ini biasanya ditanam beberapa jenis tanaman tahunan sebagai tabungan jangka panjang diantaranya tanaman penghasil kayu (pohon jati, sengon, bambu, kelapa). Pada area ini juga banyak dimanfaatkan sebagai ruang memelihara ikan dan ternak (sapi, kambing, dan ayam). Berdasarkan pengamatan di kawasan karst diatas, secara umum tanaman yang ada di pekarangan rumah dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama yaitu kategori tanaman penghasil kayu, sumber bahan makanan tambahan (terdiri dari buah-buahan, sayuran dan bahan makanan non beras), tanaman obat-obatan dan tanaman hias. Hasil budidaya dari lahan pekarangan dapat berkontribusi pada nutrisi keluarga dan bahkan menambah pendapatan keluarga yang rutin diterima setiap panen dilakukan.Sedangkan tanaman penghasil kayu cenderung dimanfaatkan sebagai tabungan jangka panjang yang dimanfaatkan saat panen
  • 16. (sesuai umur panen) maupun saat kebutuhan mendesak seperti merenovasi rumah, biaya sekolah serta biaya pernikahan putra-putri mereka. Hasil pertanian di pekarangan selain dimanfaatkan dan dijual dalam bentuk aslinya juga diolah terlebih dahulu sehingga yang dijual berupa hasil olahan seperti keripik, selai, Mang-umang, lanting, marning dan lain sebagainya. Beberapa produk yang menjadi makanan khas oleh-oleh dari kawasan karst diantaranya produk olahan berbahan dasar singkong (cassava), ketela pohon, pisang, dan jagung. Usaha diversifikasi makanan dari bahan makanan ini terus dilakukan masyarakat termasuk bahan dasar lainnya masih sangat diperlukan sehingga pendapatan dari produk pertanian karst khususnya dari pekarangan dapat lebih meningkat lagi. Transformasi Bentuk Pekarangan Keberhasilan mengelola pekaranganrumah tentunya sangat tergantung dari kerja keras tiap individu pemilik pekarangan, namun tidak semua orang mampu mengelola lahan dengan keterbatasan air seperti di kawasan karst. Jika keterbatasan penguasaan terhadap lahan serta pilihan pekerjaan yang sangat minim tentunya masyarakat akan memilih pilihan yang paling memungkinkan untuk merubah perekonomian keluarga salah satunya dengan menjadi tenaga kerja di luar negeri. Kondisi lingkungan kawasan karst yang sangat sulit bagi usaha pertanian termasuk dipekarangan biasanya akan lebih memantabkan mereka untuk mengadu nasib di luar negeri, sehingga kawasan karst di Jawa Timur merupakan salah satu kantong pensuplai TKI. Menjadi TKI di luar negeri memang tidak semuanya berhasil mengangkat perekonomian keluarga, bahkan banyak juga yang tetap dalam kondisi kemiskinan. Namun diantara yang tidak berhasil terdapat juga beberapa orang yang mampu mewujudkan mimpi perbaikan nasib perekonomian keluarga.Kesuksesan TKI tidak saja diukur dari berapa jumlah kekayaan saat pulang ke Indonesia namun lebih pada keberhasilan mengelola kehidupan setelah pulang dari luar negeri. Salah satu desa kawasan karst yang sukses akibat peranan warganya setelah menjadi TKI adalah Desa Arjowilangun, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang dimana desa ini termasuk dalam kawasan karst yang mempunyai kondisi lingkungan yang sulit untuk dikembangkan sebagai area pertanian. Hampir seluruh
  • 17. warga desa merubah kehidupannya menjadi TKI di luar negeri diantaranya di Arab Saudi, Hongkong, Korea dan Jepang. Sepulang dari luar negeri, sebagian besar masyarakat Desa Arjowilangun tidak lagi mengandalkan sektor pertanian, namun lebih beralih ke jasa, perdagangan retail dan sebagian kecil manufaktur distribusi. Usaha pertanian yang dilakukan pun tidak lagi berbasis pada lahan namun pada teknologi diantaranya pengembangan budidaya jamur dengan rumah jamur yang terjaga kelembaban dan suhu udaranya. Rumah tinggal yang mengalami perubahan fungsi, akibat pengaruh usaha atau ekonomi disebut sebagai rumah produktif. Fungsi rumah tersebut harus dapat menampung dua kegiatan yang berbeda antara lain; kegiatan berumah tangga dan kegiatan ekonomi/ produksi. Rumah yang digunakan untuk usaha atau kegiatan ekonomi mempunyai konsekuensi yang ditimbulkan berupa perubahan sistem bangunan rumah beserta pekarangannya. Perubahan dan perkembangan rumah tinggal dan pekarangan di Desa Arjowilangun merupakan akibat dari kegiatan ekonomi baru sepulang dari menjadi TKI.Fungsi pemilik sebagai aktor dalam pengambilan keputusan merupakan faktor penentu terjadinya perubahan maupun perkembangan rumah beserta pekarangannya.Perubahan yang paling menonjol pada sistem pekarangan terjadi sangat ditentukan oleh bentuk usaha yang akan dikembangkan. Berdasarkan jenis usahanya, Silas(2000) merumuskan lima tipe usaha berbasis rumah tangga diantaranya adalah a) manufaktur; b) jasa; c) distribusi dan penjualan ; toko untuk menjual hasil kerajinan, d) retail; dan e) farming, yang terkait dengan pertanian. Dari hasil pengamatan lapang, usaha yang dilakukan warga Desa Arjowilangun meliputi sektor jasa, distribusi dan penjualan, retail dan farming (usaha pertanian. Perubahan pekarangan yang paling dominan dilakukan di area depan dimana sebelumnya banyak berfungsi sebagai ruang terbuka. Hal ini dikarenakan kedekatan dengan ruang publik yaitu jalan desa/lingkungan sehingga akan lebih strategis dalam pemasaran usaha ekonominya. Perubahan pemanfaatan ruang akibat munculnya usaha ekonomi baru tidak saja terkait pemanfaatan pekarangan namunjuga bagaimana membentuk ruang di rumah maupun tempat usaha.Sepintas bila dicermati secara sekilas, desa yang jauh dari perkotaan ini telah berubah bentuk mirip di kawasan perkotaan. Sebelum kesuksesan warga desa membangun perekonomian keluarga, rumah-rumah warga
  • 18. mempunyai setback yang jauh dari jalan raya, namun saat ini banyak yang dibangun hingga mempunyai setback 0 seperti di perkotaan. Bentuk fasad beberapa bangunan juga telah berubah dari bentuk bangunan orang Jawa (penggunaan atap kampungan dan limasan) menjadi bangunan tempat tinggal seperti di Korea dan Hongkong dengan bangunan beton yang tinggi dan sempit. Hal ini membuktikan bahwa proses kerja TKI di luar negeri, tidak saja merubah kinerja manusia di kawasan karst namun juga telah merubah sebagian kebudayaan bermukim masyarakat.
  • 19. Studi Kasus 2 Teknologi budidaya tanaman sayuran dan TOGA di perkotaan dan perdesaan pada kawasan rumah pangan lestari dalam mendukung ketahanan pangan di Kalimantan Timur MUHAMAD RIZAL♥,YOSSITA FIANA Secara umum Kota Balikpapan memiliki potensi lahan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman sayuran dan Tanaman obat keluarga (TOGA), namun demikian produksi tanaman sayuran dan pangan di Kota Balikpapan belum mampu menyuplai kebutuhan sumber pangan dalam satu wilayah, sehingga Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) menjadi solusi untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Kementerian Pertanian (2011), penataan pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas yang dapat dikembangkan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, buah yang disesuaikan dengan lokasi setempat serta berbagai sumber pangan lokal (ubi jalar, ubi kayu, ganyong, talas). Sebagai kelompok pelaksana MKRPL baik pada kawasan Kota maupun Desa mendapatkan bantuan berupa Rumah Pembibitan/Kebun Bibit Kelurahan, dan sarana produksi berupa benih, bibit tanaman, pupuk, tanah dan obat-obatan, serta mendapatkan pendampingan teknologi budidaya sayuran serta teknologi penunjang kegiatan MKRPL seperti pengolahan pascapanen sayuran dan pembuatan pestisida nabati. Hasil penelitian yang dilaksanakan di akhir tahun kegiatan, respon anggota kelompok sangat baik terhadap kegiatan MKRPL ini, Menurut mereka, kegiatan ini sangat bermanfaat, diantaranya adalah dapat menikmati hasil panen tanaman sendiri tanpa membeli, dapat menambah keindahan pekarangan, dapat menambah sumber menu keluarga, dapat mengurangi pengeluaran keluarga serta dapat menambah pengetahuan (misalnya budidaya tanaman yang benar, mengatasi hama
  • 20. dan penyakit, pengolahan sayuran dengan keripik). Dengan penggunaan pola budidaya secara polikultur di lahan pekarangan mereka, warga dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarganya melalui pemanfaatan pekarangan. Hal ini terlihat dari hasil panen tanaman sayuran kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari mereka baik yang di kawasan kota maupun di kawasan desa. Selain itu, warga dapat menghemat pengeluaran dari komoditas-komoditas yang di budidayakan. Dari hasil survey dengan ibu rumah tangga kooperator, dapat diperoleh penghematan sebesar Rp. 81.860,-. Sedangkan tiap bulannya mereka dapat mengurangi pengeluaran sebesar Rp.150.000 - Rp.200.000 bervariasi tiap rumah tangga. Perbedaan ini karena tanaman bayam, kangkung serta tanaman toga tidak dapat dihitung jumlah panenannya. Berdasarkan pengamatan dari penelitian yang telah di lakukan sebelumnya, menghasilkan data penghematan pengeluaran untuk komoditas- komoditas tanaman sayuran pada kawasan rumah pangan lestari adalah Rp. 73.360,-. Sedangkan dari hasil wawancara dengan ibu rumah tangga kooperator Kelurahan Paal V Kota Jambi, setiap bulannya mereka dapat mengurangi pengeluaran sebesar Rp.100.000 - Rp.150.000 bervariasi tiap KK (Murni et al. 2013) Teknologi budidaya tanaman sayuran dan tanaman obat keluarga pada kawasan rumah pangan lestari Adapun teknologi budidaya tanaman sayuran yang diterapkan di lokasi KRPL di Kompleks TNI Wirayudha IV Sepinggan Baru dan di Desa Lamaru, Kota Balikpapan adalah sebagai berikut: (i) Persemain: Tempat persemaian dari bahan yang steril yang diberi lubang, terlindung dari sinar matahari langsung dan hujan serta dekat dengan sumber air. Tanah persemaian, campuran tanah olah halus dan pupuk kandang/kompos dengan perbandingan 1:1. Dilakukan perendaman terlebih dahulu dengan air hangat (±500̊C), selama 1 jam pada biji tanaman sayuran sebelum disemai Benih tanaman dipindahkan/ditanam di polybag saat sudah mempunyai helai daun antara 4-5 helai. (ii) Persiapan dan penanaman: Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah subsoil (20 cm ke bawah), yang telah di bersihkan dari bahan yang belum lapuk sebelum digunakan. Media dimasukkan dalam media talang/polybag kemudian bibit tanaman di pindahkan pada media tersebut. Penanaman dilakukan pada sore atau pagi hari dengan memasukkan tanaman sampai batas leher akar. (iii) Pemeliharaan: Penyiraman 2
  • 21. (dua) kali sehari yaitu pagi dan sore serta melakukan penyiangan 1-2 minggu sekali. Pupuk cair sebanyak 1 gram yang dicairkan dalam 1 liter air, lalu diberikan pada tanaman sebanyak 100-250 cc pertanaman dengan interval 1-2 minggu sekali. (iv) Pengendalian hama dan penyakit: Pengendalian secara konvensional/mekanik, jika terpaksa menggunakan pestisida yang selektif, bijaksana dan pemakaian dihentikan 2 minggu menjelang panen. Penggunaan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan. (v) Panen: Tanaman sayuran dipanen sesuai umur panen jenis sayuran yang ditanam seperti bayam, kangkung, dan sawi di panen pada umur antara 40-50 hari. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman, memotong pangkal batang dan dengan cara memetik daun tanaman satu persatu. Sedangkan teknologi budidaya tanaman obat keluiarga (TOGA), yang diterapkan dilokasi KRPL di Kompleks TNI Wirayudha IV Sepinggan Baru dan di Desa Lamaru Kota Balikpapan adalah sebagai berikut: (i) Persiapan dan penanaman: Tanah yang dipakai sebagai media tanam diberi pupuk kandang sebanyak 1-2kg. Tanah dimasukkan dalam media polybag yang besar (8-10 kg atau 50x50 cm), tergantung jenis TOGA yang akan ditanam. Benih tanaman TOGA berupa rimpang yang telah disiapkan ditanam kedalam polybag dengan lubang berukuran 5-10 cm kedalaman 20 cm. (ii) Pemeliharaan tanaman: Penyiangan secara rutin setiap 2-3 minggu sekali. Pemupukan dengan pupuk cair atau pupuk urea, 1 sendok makan dilarutkan dalam 5 liter air. SP36 dan KCL diberikan sekali sebagai pupuk dasar. Pemupukan lanjutan setelah tanaman berumur 3-4 bulan dengan pupuk kandang sebanyak 1-2 kg. (iii) Panen: Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang, lalu dipisahkan dari tanah yang melekat. Rimpang yang akan ditanam kembali jangan dibersihkan dengan air karena akan mempercepat proses pembusukan. Teknologi budidaya tanaman sayuran dan tanaman obat keluarga (TOGA), melalui optimalisasi lahan pekarangan yang dikembangkan pada kawasan rumah pangan lestari (KRPL), di Kompleks TNI Wirayudha IV Sepinggan Baru dan di Desa Lamaru, Kota Balikpapan mem berikan manfaat dan peran dari aspek sosial ekonomi rumah tangga masyarakat, sehingga dapat memperkuat ketahanan pangan di Provinsi Kalimantan Timur.
  • 22. Aspek sosial budaya, kelembagaan dan ketersediaan teknologi merupakan dukungan utama dalam pengembangan optimalisasi lahan pekarangan di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, oleh karena itu perlu terus dikembangkan dengan pendekatan yang melibatkan partisipatif aktif masyarakat dan dukungan pemerintah daerah yang kuat, sehingga program dapat berkelanjutan dan lestari
  • 23. DAFTAR PUSTAKA Terra, G.J.A. : Tuinbouw : Van Hall en C. Van de. Koppel : De Landbouw in de indische archpel.IIA, 1949. Terjemahan Haryono Danoesastro. Danoesastro, Haryono : “Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan Ketahanan Rakat Pedesaan”. Agro – Ekonomi. Hidding, K.A.H. : Gebruiken en Godsdients der Soendaneezen G. Kolff & Co. Hal. 24. Batavia. 1975. Soemarwotto, O : “Pegaruh Lingkungan Proyek Pembangunan”. Prisma, N.3 Juli 1975. Hidding, K.A.H. : Gebruiken en Godsdients der Soendaneezen G. Kolff & Co. Hal. 24. Batavia. 1975. Silas, Johan. (2000). Rumah Produktif. Laboratorium Perumahan dan Permukiman. Surabaya Polnaya F, Patty JE. 2012. Kajian pertumbuhan dan produksi varietas jagung lokal dan kacang hijau dalam Sistem Tumpang Sari. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman 1 (1): 42-50. Astuti HB, Yanti A, Wahyuni T. 2013. Analisis Komoditas Pilihan Dalam Pemanfaatan Pekarangan Rumah Tangga di Kota Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional. Halaman 309-3013. Murni WS, Purnamayani R. 2013. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Paal V Kota Jambi Mendukung Ketahanan Pangan di Provinsi Jambi. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan di Bengkulu. Bengkulu.