Praktikum mengukur kualitas udara dalam ruangan dengan menggunakan alat pengukur kelembaban, suhu, dan konsentrasi partikulat PM2.5 dan PM10. Hasilnya menunjukkan konsentrasi partikulat lebih rendah di dalam ruangan dengan AC dinyalakan dibanding mati, serta lebih rendah dibanding luar ruangan.
2. Pengukuran kandungan partikel halus PM10
dan PM2,5 (PM = particulate matter) di dalam
ruangan yang tidak dikondisikan.
Pengukuran kandungan partikel halus PM10
dan PM2,5 (PM = particulate matter) di dalam
ruangan yang dikondisikan.
Membandingkan dan menganalisis hasil
kedua pengukuran tersebut.
Membandingkan kualitas udara di dalam
ruangan (indoor) dan di luar ruangan
(outdoor).
Tujuan
Praktikum
01
02
03
04
3. 1. Kualitas Fisik
a. Suhu / Temperatur
b. Kecepatan Aliran
Udara
c. Kelembaban
Udara
d. Kalor Radiasi
e. Pencahayaan
f. Kebersihan Udara
g. Kebisingan
h. Bau
i. Ventilasi
2. Partikulat
a. Karbon dioksida
(CO2)
b. Karbon monoksida
(CO
c. Nitrogen oksida
(NOX)
d. Timbal (Pb)
e. Asap Rokok
f. Volatile Organic
Compound (VOC)
g. Formaldehida
3. Kualitas Mikrobiologi
a. Parameter Biologi
Jamur
Bakteri
4. Partikulat merupakan
salah satu parameter
yang diukur dalam
menentukan kualitas
udara dalam ruang,
khususnya PM-10 dan
PM-2,5.
Pajanan terhadap
saluran nafas terutama
berasal dari dalam
ruang, yaitu hasil – hasil
pembakaran, jamur dan
kapang, mikroorganisme
dari tubuh manusia,
hewan, atau tanaman,
dan allergen dari debu
ruangan.
5. Materi partikulat PM10 adalah materi
terdispersi di udara, baik padat maupun
cair, yang ukurannya kurang dari 10 m.
Jenis partikulat ini disebut juga Inhalable
Particulate Matter (IPM), atau partikulat
yang berhubungan dengan
pernafasan. PM10 dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kurang dari 2,5 m dan
lebih dari 2,5 m.
1. PM2,5 = Partikulat kurang dari 2,5
m disebut fine particles (partikel
halus)
2. 2,5<PM<10 disebut coarse
particulate (partikel kasar)
Teori dasar
6. Partikulat adalah padatan atau likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan
uap, yang dapat tinggal diatmosfer dalam waktu yang lama.
Di samping mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat
terhisap ke dalam sistem pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan
pernapasan dan kerusakan paru – paru.
Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang
menurunkan visibilitas. Di udara, partikulat dapat berbentuk sebagai berikut :
Dust merupakan suatu satuan campuran material atau partikel padat dalam
berbagai ukuran (diameter).01
Fibres merupakan material atau partikel padat dalam bentuk filament – filament
yang mempunyai diameter kurang dari 3µm dan panjangnya lebih dari 5µmdan
antara panjang dan lebarnya mempunyai 3:1 atau lebih (WHO, 1997). Contoh :
fiberglass, rockwool/stonewool, ceramic fibres, asbestos fibres.
Fume merupakan bentuk dari proses kimia atau fisika suatu partikel atau material
padat yang berubah menjadi gas karena adanya pemanasan. Dalam beberapa
menit dapat kembali berubah menjadi padatan atau dalam bentuk partikel cair.
Biasanya mengandung unsure logam seperti Zn, Mg, Fe, Pb, dan lain-lain.
Umumnya berukuran ≤ 1µm.
Mist merupakan aerosol yang berbentuk dropplet atau bola yang dihasilkan dari
proses mekanik seperti splasing, bubbling, atau spraying. Mist merupakan
perubahan bentuk dari suatu cairan yang tersuspensi di udara dalam bentuk
aerosol. Ukuran dropplet lebih besar dari 100 µm
Smokes terdiri dari partikel padat dan cairan berukuran < 1µm, biasanya
<0,05µm; dihasilkan selama pembakaran tidak sempurna dan penyulingan.
02
03
04
05
7. Partikel – partikel yang masuk dan
tertinggal dalam paru – paru
berbahaya bagi kesehatan karena
tiga hal penting yaitu:
Partikel tersebut beracun karena sifat
kimia dan fisiknya
Partikel tersebut mungkin bersifat inert
(tidak bereaksi) tetapi jika tertinggal di
dalam sistem pernapasan dapat
mengganggu pembersihan bahan –
bahan lain yang berbahaya.
Partikel – partikel tersebut mungkin
dapat membawa molekul-molekul gas
yang berbahaya, baik dengan cara
mengabsorbsi maupun dengan cara
mengadsorbsi molekul – molekul gas
pada permukaannya.
01
02
03
8. Pengendapan Partikulat di Paru-paru
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.01
0.2
2
3
4
5
6
7
8
9
Diameter Partikulat (mm)
ProsentasePengendapan(%) Persentase pengendapan
partikulat berdasarkan
diameternya terlihat seperti pada
gambarcdisamping.
Pada gambar tersebut terlihat bahwa
semakin besar diameter partikulat maka
semakin rendah persentase
pengendapatnya di paru-paru.
Pengendapan terbesar terjadi pada
diameter 2,5 μm, yaitu sekitar 0,48%.
Namun anomali terjadi untuk partikulat
berdiameter 0,5 μm sampai dengan 2,5
μm.
Untuk diameter lebih kecil dari 2,5 μm,
semakin turun diameternya, semakin
menurun persentase penyerapan
partikulat di dalam paru-paru.
Penurunannya hingga diameter sekitar
0,5 μm.
Namun untuk partikulat dengan diameter
di bawah 0,5 μm, semakin kecil diameter
partikulat maka akan semakin meningkat
persentase penyerapannya di dalam
paru-paru.
9. Penghuni dan barang – barang di dalam
ruangan adalah penghasil partikulat pada
suatu ruangan
Dalam kondisi standar (bukan pada kondisi
berdebu), konsentrasi PM10 dan PM2,5
indoor biasanya lebih tinggi dari outdoor.
Konsentrasi PM10 dan PM2,5 yang berlebih
di dalam ruangan akan berdampak negatif
bagi kesehatan.
Baku mutu PM10 dan PM2,5 adalah 150
μg/m3 dan 65 μg/m3 (PPRI/No.4/1999)
11. Ukur konsentrasi
PM10 dan PM2,5 di
luar ruangan!
Ukur konsentrasi
PM10 dan PM2,5 di
dalam ruangan
yang menggunakan
AC split sebelum
AC dioperasikan!
Ukur konsentrasi
PM10 dan PM2,5 di
dalam ruangan
yang menggunakan
AC split setelah AC
dioperasikan! Ukur konsentrasi
PM10 dan PM2,5 di
dalam ruangan
yang menggunakan
AC sentral sebelum
AC dioperasikan!
LANGKAH
PERCOBAAN
13. 68
70
72
74
76
78
80
1 2 3 4
RH(%)
PENGUKURAN
RH, KEADAAN MATI
INDOOR AC SENTRAL OUTDOOR AC SENTRAL
INDOOR AC SPLIT OUTDOOR AC SPLIT
64
66
68
70
72
74
76
78
80
1 2 3 4
RH(%)
PENGUKURAN
RH, KEADAAN NYALA
INDOOR AC SENTRAL OUTDOOR AC SENTRAL
INDOOR AC SPLIT OUTDOOR AC SPLIT
14. 0
5
10
15
20
25
1 2 3 4
ΜM
PENGUKURAN
PM 2,5 KEADAAN MATI
INDOOR AC SENTRAL OUTDOOR AC SENTRAL
INDOOR AC SPLIT OUTDOOR AC SPLIT
0
5
10
15
20
1 2 3 4
ΜM
PENGUKURAN
PM 2,5 KEADAAN NYALA
INDOOR AC SENTRAL OUTDOOR AC SENTRAL
INDOOR AC SPLIT OUTDOOR AC SPLIT
15. 0
5
10
15
20
25
1 2 3 4
ΜM
PENGUKURAN
PM 10 KEADAAN NYALA
INDOOR AC SENTRAL OUTDOOR AC SENTRAL
INDOOR AC SPLIT OUTDOOR AC SPLIT
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4
ΜM
PENGUKURAN
PM 10 KEADAAN MATI
INDOOR AC SENTRAL OUTDOOR AC SENTRAL
INDOOR AC SPLIT OUTDOOR AC SPLIT
16. GRAFIK PERBANDINGAN RH
DENGAN KEADAAN
ANALISA TULIS DISINI
GRAFIKDAN
ANALISIS
66
68
70
72
74
76
78
80
MATI NYALA
RH(%)
KEADAAN
INDOOR AC SENTRAL OUTDOOR AC SENTRAL
INDOOR AC SPLIT OUTDOOR AC SPLIT
17. GRAFIKDAN
ANALISIS
GRAFIK PERBANDINGAN PM 2,5
DENGAN KEADAAN
ANALISA TULIS DISINI
0
5
10
15
20
25
MATI NYALA
MIKROMETER
KEADAAN
INDOOR AC SENTRAL OUTDOOR AC SENTRAL
INDOOR AC SPLIT OUTDOOR AC SPLIT
18. GRAFIKDAN
ANALISIS
GRAFIK PERBANDINGAN PM 10
DENGAN KEADAAN
ANALISA TULIS DISINI
0
5
10
15
20
25
30
MATI NYALA
MIKROMETER
KEADAAN
INDOOR AC SENTRAL OUTDOOR AC SENTRAL
INDOOR AC SPLIT OUTDOOR AC SPLIT
19. KESIMPULAN saran
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penempatan alat ukur harus selalu diperhatikan
agar data yang terukur dapat sepresisi
mungkin.