5. Udara
Emisi
Sumber
bergerak
Sumber tidak
bergerak
Ambien
Ruangan Lingkungan
Udara bebas di
permukaan bumi pada
lapisan troposfer
Udara dalam
ruangan (tempat
kerja)
Udara yang diemisikan
dari cerobong atau
sumber emisi statis
lainnya
Udara yang
diemisikan dari
kendaraan
bermotor
Gangguan
Kebauan
Kebisingan
Getaran
Pemantauan
manual
Pemantauan
terus-menerus
Pemantauan
manual
AAQMS
CEMS
6. Pasal 197 huruf g
1. memiliki alat pengendali Emisi
2. menaati Baku Mutu Emisi yang ditetapkan bagi usaha dan/ atau
kegiatan
3. memenuhi persyaratan teknis pengambilan sampel emisi
4. memantau mutu udara ambien dan konsentrasi emisi secara berkala
5. melaksanakan pengurangan dan pemanfaatan kembali
6. memiliki penanggung jawab yang memiliki kompetensi di bidang
perlindungan dan pengelolaan mutu udara
7. melakukan perhitungan beban emisi
8. memiliki sistem tanggap darurat pencemaran udara; dan
9. melaporkan seluruh kewajiban pengendalian pencemaran udara
melalui Sistem Informasi Lingkungan Hidup
Kewajiban Perusahaan
menurut PP 22/2021
7. Peraturan Perundang-undangan
Bidang Pengendalian Pencemaran Udara
⊸ PP 41/1999 Pengendalian Pencemaran Udara, yang dicabut/diganti
oleh PP 22/2021 Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien)
⊸ KepMenLH 48/1996 Baku Tingkat Kebisingan
⊸ KepMenLH 49/1996 Baku Tingkat Getaran
⊸ KepMenLH 50/1996 Baku Tingkat Kebauan
⊸ PerMenaker 13/2011 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor
Kimia di Tempat Kerja, yang dicabut/diganti oleh PerMenaker 05/2018
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lingkungan Kerja
Udara Ambien
Luar Ruangan
Udara Ambien
Dalam Ruangan
Gangguan
Dalam Ruangan
Gangguan
Luar Ruangan
9. Baku Tingkat Kebisingan (Luar Ruangan)
KepMenLH 48/1996
Peruntukan Kawasan/Lingkungan
Kegiatan
Tingkat
kebisingan
dB (A)
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman
2. Perdagangan dan Jasa
3. Perkantoran dan Perdagangan
4. Ruang Terbuka Hijau
5. Industri
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum
7. Rekreasi
8. Khusus:
- Bandar udara *)
- Stasiun Kereta Api *)
- Pelabuhan Laut
- Cagar Budaya
55
70
65
50
70
60
70
70
60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya
3. Tempat ibadah atau sejenisnya
55
55
55
Keterangan :
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
Waktu pengukuran: 24 jam
• siang 16 jam: pk. 0600-2200
L1: pk. 0600-0900 4 jam
L2: pk. 0900-1400 4 jam
L3: pk. 1400-1700 4 jam
L4: pk. 1700-2200 4 jam
• malam 8 jam: pk. 2200-0600
L5: pk. 2200-2400 2 jam
L6: pk. 2400-0300 3 jam
L7: pk. 0300-0600 3 jam
Leq = tingkat kebisingan equiv.
LTM5 = Leq tiap 5 detik sekali
selama 10 menit
LS = Leq selama siang hari
LM = Leq selama malam hari
LSM = Leq selama siang dan
malam hari
11. Baku Tingkat Kebauan
KepMenLH 50/1996
No. Parameter Satuan Nilai Batas
Metode
Pengukuran
Peralatan
1. Amoniak (NH3) ppm 2.0 Indophenol Spectrophotometer
2. Hidrogen Sulfida (H2S) ppm 0.02
a. Merkuri tiosianat
b. Absorpsi gas
Spectrophotometer
Gas Chromatograph
3. Metil Merkaptan (CH3SH) ppm 0.002 Absorpsi gas Gas Chromatograph
4. Metil Sulfida ((CH3)2S) ppm 0.01 Absorpsi gas Gas Chromatograph
5. Stirena (C6H5CHCH2) ppm 0.1 Absorpsi gas Gas Chromatograph
A. Bau dari Odoran Tunggal
B. Bau dari Odoran Campuran
Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai
ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota
penguji yang berjumlah minimal 8 orang.
12. Periode Pemantauan
⊸ Pemantauan Udara Ambien
• sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan
• 6 bulan sekali bersamaan dengan penyampaian laporan pengelolaan
lingkungan
⊸ Pemantauan Kebisingan
• sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan
• 3 bulan sekali sesuai aturan di KepmenLH No. 48/1996.
⊸ Pemantauan Kebauan
• sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan (jika dipersyaratkan)
• 3 bulan sekali sesuai aturan di KepmenLH No. 50/1996.
⊸ Pemantauan Getaran
• sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan (jika dipersyaratkan)
• 3 bulan sekali sesuai aturan di KepmenLH No. 49/1996.
⊸ Pemantauan Udara Ambien dan Gangguan Lingkungan Kerja
• sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan
• 6 bulan sekali bersamaan dengan penyampaian laporan pengelolaan
lingkungan
13. SELAT MADURA
DERMAGA
/ JETTY
LAP.
SEPAK
BOLA
PINTU
UTAMA
OUTLET PLTU OUTLET PLTGU
PERUMAHAN
PENDUDUK
PLTU 1
PLTU 2
PLTU 3
PLTU 4
LAP. GOLF
LAP.
BULUTANGKIS
Pos 3
Pos 2
Pos I
Pos 9
Pos 4
Pos 10
Pos 11
Pos 7 Pos 6
Pos 8
Pos 5
B
T
U
S
GUDANG
TEMPAT
PEMBUANGAN
LUMPUR
A B C D E F G H I
J
K
Penentuan Lokasi Pemantauan Udara Ambien
1
2
3
1. Upwind
2. Downwind
3. Indoor
15. Baku Mutu Emisi
No. Peraturan Baku Mutu Emisi
1 KepmenLH 13/1995 Sumber Tidak Bergerak: Industri Besi & Baja, Pulp &
Kertas, PLTU batubara, Semen, Kegiatan Lain
2 PermenLH 07/2007 Ketel Uap (Boiler)
3 PermenLH 17/2008 Industri Keramik
4 PermenLH 18/2008 Industri Carbon Black
5 PermenLH 13/2009 Kegiatan Migas
6 PermenLH 07/2012 Industri Rayon
7 PermenLH 04/2014 Kegiatan Pertambangan: Bijih Nikel, Bijih Bauksit, Bijih
Timah, Bijih Besi, Bijih Mineral Lain
8 PermenLHK P.19/2017 Industri Semen
9 PermenLHK P.15/2019 Pembangkit Listrik Tenaga Termal: PLTU, PLTG, PLTGU,
PLTD, PLTMG, PLTP, PLTBm, PLTSa, PLT Campuran
10 PermenLHK P.17/2019 Industri Pupuk (Urea, Phosphat, Asam Phosphat, NPK,
ZA) dan Amonium Nitrat
11 PermenLHK 11/2021 Mesin dengan Pembakaran Dalam (Genset)
12 PermenLHK 12/2021 Daur Ulang Baterai Lithium
16. BME Genset
PermenLHK 11/2021 (berlaku wajib mulai 1 Mei 2022)
Aturan BME genset yang ada dalam setiap aturan BME industri dicabut.
Kapasitas,
kW
Bahan
Bakar
BME (mg/m3) Periode
pantau
NOx CO PM SO2
101-500 Minyak 3400 170 3 tahun 1X
Gas 300 450
501-1000 Minyak 1850 77 95 160 1 tahun 1X
Gas 300 250 150
≥1001 Minyak 2300 168 90 150 6 bulan 1X
Gas 285 250 60
Genset ≤100 kW
tidak wajib
pantau
1 kVA = 0.8 kW
NOx = NO2 + NO
Koreksi O2 15%
PM uji isokinetik
19. Sampling Isokinetik
Pengukuran emisi partikulat secara isokinetik: pengukuran emisi
partikulat yang dilakukan pada saat kecepatan/laju aliran gas buang
(emisi) dalam cerobong sama dengan kecepatan/laju aliran hisap gas
buang pada nozzle probe (alat sampling) dengan toleransi sebesar
±10%.
20. Sampling Isokinetik (PermenLHK 11/2021)
Jumlah lubang sampling untuk cerobong bulat:
1 buah untuk cerobong De = 20–30 cm dengan 2–4 titik lintas
2 buah untuk cerobong De = 30–61 cm dengan 8–32 titik lintas
2–4 buah untuk cerobong De > 61 cm dengan 8–48 titik lintas
Jumlah lubang sampling untuk cerobong persegi:
1 buah untuk cerobong De = 20–30 cm dengan 2–4 titik lintas
3–6 buah untuk cerobong De = 30–61 cm dengan 9–36 titik lintas
3–7 buah untuk cerobong De > 61 cm dengan 9–49 titik lintas
21. CEMS
Continuous Emissions
Monitoring System
Data yang diukur oleh CEMS:
Temperatur
Tekanan
Laju alir gas
Kadar debu/partikulat (PM)
Kadar gas pencemar sesuai BME dan
gas-gas lainnya (O2, Gas Rumah Kaca)
Data hasil pemantauan diintegrasikan ke
SISPEK (Sistem Informasi Pemantauan
Emisi Industri Kontinyu) milik KLHK
paling lambat 1 Januari 2023.
22. SISPEK
https://ditppu.menlhk.go.id/portal/sispek/
Sistem Informasi
Pemantauan Emisi Industri
Kontinyu (SISPEK) adalah
suatu sistem yang menerima
dan mengelola data hasil
pemantauan emisi cerobong
industri yang dilakukan
dengan pengukuran secara
terus menerus atau
Continuous Emissions
Monitoring System (CEMS).
Terdapat 10 sektor industri
yang wajib SISPEK, yaitu
peleburan besi dan baja,
pulp & kertas, rayon, carbon
black, migas, pertambangan,
pengolahan sampah secara
termal, semen, pembangkit
listrik tenaga termal, pupuk
dan amonium nitrat.
24. Periode Pemantauan dan Pelaporan
Pemantauan Emisi Kontinyu (CEMS)
interval pembacaan data oleh alat CEMS rata-rata setiap 5 menit
pengiriman data ke SISPEK secara real-time setiap 1 jam pengukuran
Pemantauan Emisi Manual
sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan
dipantau setiap 6 bulan sekali sesuai aturan BME yang telah ditetapkan
berdasarkan jenis industrinya
data hasil pengukuran dilaporkan ke SIMPEL setiap 6 bulan sekali
Pemantauan Emisi Genset
sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan
dipantau setiap 6 bulan sekali jika kapasitasnya ≥1001 kW
dipantau setiap 1 tahun sekali jika kapasitasnya 501-1000 kW
dipantau setiap 3 tahun sekali jika kapasitasnya 101-500 kW
dipantau setelah beroperasi >1000 jam (operasi kontinyu)
dipantau setelah beroperasi >200 jam (operasi stand-by/back-up)
data hasil pengukuran dilaporkan ke SIMPEL setiap 6 bulan sekali
26. Persetujuan Teknis Pemenuhan BME
Dasar Hukum:
Pasal 192 PP 22/2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lampiran X Permen LHK 05/2021 tentang Tatacara Penerbitan Pertek dan
SLO bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan
TATA CARA PENAPISAN UNTUK KEGIATAN PEMBUANGAN EMISI
Lihat Kode KBLI
di Lampiran X
27. Isi Kajian Teknis Pembuangan Emisi
Pasal 192 ayat (2) PP 22/2021:
bahan baku dan penunjang
proses produksi
perhitungan neraca massa
identifikasi sumber emisi
informasi data meteorologi
informasi rona awal kawasan terdampak
alat pengendali emisi yang digunakan
perhitungan efisiensi
nilai mutu emisi
perhitungan beban emisi yang dihasilkan
perhitungan simulasi dispersi untuk menetapkan kadar maksimum
besaran dampak pembuangan emisi
konsumsi energi yang digunakan
rencana pengelolaan emisi
rencana pemantauan emisi dan udara ambien.
isi kajian berupa:
penjelasan
pengujian
perhitungan
perencanaan
28. Identifikasi parameter pencemar
melalui perhitungan neraca massa
Emisi gas
UNIT OPERASI
& PROSES Produk samping,
untuk dijual atau
dipakai kembali
Produk utama
Limbah padat
untuk disimpan
atau dibuang
Limbah cair
Bahan baku
Bahan penolong
Air & udara
Katalis
Recycle limbah
ke proses lain
Reuse
29. Inventarisasi cerobong emisi
No Sumber Emisi Kode Jumlah Bentuk
D
(cm)
W
(cm)
L
(cm)
H
(m)
Lubang
Sampling
Bahan
Bakar
Alat PPU Koordinat
Waktu Ops
(jam/thn)
1 Arc Furnace ARC 7/8 2 220 14 v Bag House S 06o08'92.7"
E 106o56'13.7"
2880
2 Painting PT 9-16 8 60 15 Wet
Scrubber
S 06o08'89.8"
E 106o56'20.1"
2880
3 Tempering TP 17/18 2 100 12 v - S 06o08'87.3"
E 106o56'19.9"
2880
4 Shotblast KA SB 19 1 60 12 Bag House S 06o08'85.8"
E 106o56'19.3"
2880
5 Shotblast FF SB 20 1 60 7.5 v Bag House S 06o08'85.5"
E 106o56'10.8"
2880
6 Shotblast AL SB 21 1 20 20 12 Bag House S 06o08'85.0"
E 106o56'16.2"
2880
7 Quenching QC 22 1 100 12 v - S 06o08'88.7"
E 106o56'19.7"
2880
8 Exhaust QT QT 23/24 2 100 12 Bag House S 06o08'85.8"
E 106o56'19.3"
2880
9 Boiler BL 25/26 2 20 12 Gas - S 06o08'92.4"
E 106o56'14.0"
2880
10 Gauging GG 27 1 90 7 Bag House S 06o08'84.6"
E 106o56'16.6"
2880
11 Shake Out MM SO 28/29 2 90 7 Bag House S 06o08'84.9"
E 106o56'16.3"
2880
12 Genset GS 30 1 10 2 Solar - S 06o08'884"
E 106o56'195"
12
31. Alat Pengendali Emisi
Alat Pengendali Debu
Contoh: gravity settling chamber,
cyclone, fabric filter (bag house),
particulate wet scrubber,
electrostatic precipitator
Alat Pengendali Gas
Contoh: absorber, adsorber,
condenser, unit pembakaran
Teknologi khusus:
DeSOx (Flue Gas Desulphurization)
DeNOx (Denitrifikasi)
32. Perhitungan Beban Emisi
dimana:
E = beban emisi, E (kg/tahun)
C = Konsentrasi parameter pencemar dalam udara emisi (mg/m3)
Q = Laju alir volumetrik gas dalam cerobong (m3/detik)
tops = Waktu operasi sumber emisi (jam/tahun)
v = Kecepatan alir gas (m/detik)
A = Luas penampang cerobong (m2)
= π d 2/4 (untuk cerobong bulat) atau L × W (untuk cerobong kotak)
Faktor Koreksi Oksigen
𝐶terkoreksi = 𝐶terukur
(21 − 𝑂2 terkoreksi)
(21 − 𝑂2 terukur)
dimana:
Cterkoreksi = konsentrasi terkoreksi dengan koreksi O2 yang ditetapkan dalam BME, mg/m3
C terukur = konsentrasi terukur sebelum dikoreksi dengan koreksi O2, mg/m3
O2 terkoreksi = koreksi O2 yang ditetapkan dalam BME, %
O2 terukur = persentase O2 yang diukur langsung dalam gas emisi, %
𝐸 = 0,0036 × 𝐶 × 𝑄 × 𝑡ops
𝑄 = 𝑣 × 𝐴
33. KONSEP DASAR DAN TUJUAN
PEMODELAN KUALITAS
UDARA
Kondisi
meteorologi
Sumber data:
- deskripsi lokasi
- laju emisi
Opsi model:
- receptor grid
- parameter
dispersi
Gambaran
topogafi
lokasi
Konsentrasi
polutan
Model
dispersi
atmosferik
Perkiraan
konsentrasi
polutan di
permukaan
Penilaian
potensi
dampak
lingkungan &
kesehatan
Tahap 1
Input data
Tahap 2
Pemrosesan data
Tahap 3
Output data
Tahap 4
Analisis data
37. Jenis Sumber Emisi
• Point Source
• cerobong
• Line Source
• jalan raya
• Area Source
• kolam IPAL
• drying bed
• TPA sampah
• kebakaran hutan
• Volume Source
• tanki gas bocor
• reaktor meledak
• gedung terbakar
39. dimana C = konsentrasi polutan pada titik x,y,z (g/m3)
Qm = laju atau beban emisi polutan (g/s)
y = koefisien dispersi pada arah sumbu y (m)
z = koefisien dispersi pada arah sumbu z (m)
u = kecepatan angin (m/s)
H = tinggi efektif cerobong (m) = hs + Δh
Perhitungan Model Dispersi Gauss
∆ℎ =
𝑣𝑠𝑑
𝑢
1.5 + 2.68 × 10−3𝑃 𝑑
∆𝑇
𝑇𝑠
• Holland Formula
Perhitungan Model Plume Rise
dimana ∆h = plume rise, m
d = stack diameter, m
vs = stack exit gas velocity, m/s
u = wind speed at stack, m/s
P = air pressure ≈ 1013 milibar
Ts = stack gas temperature, K
Ta = air temperature, K
∆T = Ts – Ta
z
x
y
angin
𝐶 𝑥, 𝑦, 𝑧 =
𝑄𝑚
2𝜋𝜎𝑦𝜎𝑧𝑢
𝑒−
𝑦2
2𝜎𝑦
2 𝑒−
𝑧 − 𝐻
2𝜎𝑧
2
2
+ 𝑒−
𝑧 + 𝐻
2𝜎𝑧
2
2
40. Faktor Metereologis: Angin
uh = u10 (h/10)P
uh = kecepatan angin pada
ketinggian h meter
u10 = kecepatan angin pada
ketinggian 10 meter
Nilai P diperoleh dari tabel di
samping.
42. Kontur tanah yang berupa bukit atau
lembah dapat menghasilkan
turbulensi lokal pada pola aliran
angin, sehingga membuat aliran asap
jadi berbelok atau berbalik arah.
Flat Terrain vs Complex Terrain
43. Building Downwash
Tinggi plume
efektif yang
kurang tinggi
Konsep building downwash
terjadi karena adanya
bangunan di sekitar sumber
emisi yang dapat
membentuk zona turbulensi
lokal sehingga memaksa
polutan turun ke level
bawah permukaan tanah.
44. Fumigasi Daerah Pantai
Angin laut yang
dingin akan
menyebar ke daratan
yang memiliki suhu
permukaan lebih
panas, sehingga
akan terbentuk
Thermal Internal
Boundary Layer
(TIBL) yang
membuat efek
fumigasi dari asap
yang keluar dari
cerobong emisi.
46. Dasar Peraturan
⊸ PermenLHK P.6/2018 Standar dan Sertifikasi Kompetensi
Penanggung Jawab Operasional Instalasi Pengendalian
Pencemaran Udara (POPU) dan Penanggung Jawab
Pengendalian Pencemaran Udara (PPPU)
⊸ Pasal 3:
(1) POPU dan PPPU dalam melaksanakan tugasnya
wajib memiliki kompetensi.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan melalui Sertifikasi Kompetensi.
(3) Sertifikasi Kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan melalui Uji Kompetensi.
47. PPPU dan POPU
Untuk mendapatkan sertifikasi PPPU dan
POPU, peserta harus lulus Uji Kompetensi
dari LSP yang berlisensi BNSP dan
teregistrasi oleh KLHK.
48. Unit Kompetensi yang harus dimiliki
Mengidentifikasi sumber pencemar udara dari emisi
Menentukan karakteristik sumber pencemar udara dari
emisi
Menilai tingkat pencemaran udara dari emisi
Melaksanakan pengendalian pencemaran udara dari emisi
Menentukan peralatan pengendalian pencemaran udara
dari emisi
Mengoperasikan alat pengendali pencemaran udara dari
emisi
Menyusun rencana pemantauan pencemaran udara dari
emisi
Melaksanakan pemantauan pencemaran udara dari emisi
Mengidentifikasi bahaya dalam pengendalian pencemaran
udara dari emisi
Melakukan tindakan K3 terhadap bahaya dalam
pengendalian pencemaran udara dari emisi
Mengoperasikan alat
pengendali pencemaran
udara dari emisi
Melakukan perawatan
peralatan pengendali
pencemaran udara
Menilai tingkat
pencemaran udara dari
emisi
Mengidentifikasi bahaya
dalam pengendalian
pencemaran udara dari
emisi
Melakukan tindakan K3
terhadap bahaya dalam
pengendalian pencemaran
udara dari emisi
52. DAMPAK PENCEMARAN
PENCEMARAN
TANAH
PENCEMARAN
AIR
Terlokalisir di
tempat kejadian
Hanya akan
tersebar jika
terbawa runoff air
hujan atau
terserap air tanah
Relatif mudah
dibersihkan
Berdampak pada
pencernaan & kulit
Dapat menyebar dan
hilang terbawa air
Agak sulit dilokalisir
Butuh usaha keras
untuk dibersihkan
Jika sudah terlampau
terbawa air, maka
degradasi hanya bisa
secara alami
Berdampak pada
pencernaan & kulit
PENCEMARAN
UDARA
Sangat mudah
tersebar & terdispersi
ke udara ambien
Sangat sulit dilokalisir
Agak tidak mungkin
bisa dibersihkan
secara manual
Reklamasi hanya bisa
secara alami
Berdampak pada
pernapasan & mata