SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
Pemantauan dan
Pengendalian
Pencemaran Udara
BIODATA
 AZIS KEMAL FAUZIE
 Kepala UPTD Laboratorium Lingkungan
 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Karawang
Jl. Lingkar Tanjungpura No.1 Karawang
Pekerjaan:
2002: PT Fajar Mas Murni
2003-2006: PT Timuraya Tunggal
2006-sekarang: DLH Kab. Karawang
2021-sekarang: TL Unsika
Pokok Bahasan Materi
⊸ Pemantauan Udara Ambien
⊸ Pemantauan Emisi Udara
⊸ Persetujuan Teknis Pembuangan Emisi
⊸ Sertifikasi & Uji Kompetensi Personil
Pemantauan Udara
Ambien
Udara
Emisi
Sumber
bergerak
Sumber tidak
bergerak
Ambien
Ruangan Lingkungan
Udara bebas di
permukaan bumi pada
lapisan troposfer
Udara dalam
ruangan (tempat
kerja)
Udara yang diemisikan
dari cerobong atau
sumber emisi statis
lainnya
Udara yang
diemisikan dari
kendaraan
bermotor
Gangguan
Kebauan
Kebisingan
Getaran
Pemantauan
manual
Pemantauan
terus-menerus
Pemantauan
manual
AAQMS
CEMS
Pasal 197 huruf g
1. memiliki alat pengendali Emisi
2. menaati Baku Mutu Emisi yang ditetapkan bagi usaha dan/ atau
kegiatan
3. memenuhi persyaratan teknis pengambilan sampel emisi
4. memantau mutu udara ambien dan konsentrasi emisi secara berkala
5. melaksanakan pengurangan dan pemanfaatan kembali
6. memiliki penanggung jawab yang memiliki kompetensi di bidang
perlindungan dan pengelolaan mutu udara
7. melakukan perhitungan beban emisi
8. memiliki sistem tanggap darurat pencemaran udara; dan
9. melaporkan seluruh kewajiban pengendalian pencemaran udara
melalui Sistem Informasi Lingkungan Hidup
Kewajiban Perusahaan
menurut PP 22/2021
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Pengendalian Pencemaran Udara
⊸ PP 41/1999 Pengendalian Pencemaran Udara, yang dicabut/diganti
oleh PP 22/2021 Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien)
⊸ KepMenLH 48/1996 Baku Tingkat Kebisingan
⊸ KepMenLH 49/1996 Baku Tingkat Getaran
⊸ KepMenLH 50/1996 Baku Tingkat Kebauan
⊸ PerMenaker 13/2011 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor
Kimia di Tempat Kerja, yang dicabut/diganti oleh PerMenaker 05/2018
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lingkungan Kerja
Udara Ambien
Luar Ruangan
Udara Ambien
Dalam Ruangan
Gangguan
Dalam Ruangan
Gangguan
Luar Ruangan
No. Parameter Dasar Aturan
Waktu Pengukuran
1 tahun 24 jam 8 jam 3 jam 1 jam
1. SO2 PP 22/2021 45 75 150
PP 41/1999 60 365 900
2. NO2 PP 22/2021 50 65 200
PP 41/1999 100 150 400
3. CO PP 22/2021 4000 10000
PP 41/1999 10000 30000
4. Debu TSP PP 22/2021 230
PP 41/1999 90 230
PM10 PP 22/2021 40 75
PP 41/1999 150
PM2.5 PP 22/2021 15 55
PP 41/1999 15 65
5. O3 PP 22/2021 35 100 150
PP 41/1999 50 235
6. Pb PP 22/2021 2
PP 41/1999 1 2
7. NMHC PP 22/2021 160
PP 41/1999 160
Satuan: μg/m3
Baku Mutu Udara Ambien
8. F, 9. Cl2, ClO2, 10. Dustfall, 11. Fluor Index, 12. Sulphate Index (PP 41/1999)
Baku Tingkat Kebisingan (Luar Ruangan)
KepMenLH 48/1996
Peruntukan Kawasan/Lingkungan
Kegiatan
Tingkat
kebisingan
dB (A)
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman
2. Perdagangan dan Jasa
3. Perkantoran dan Perdagangan
4. Ruang Terbuka Hijau
5. Industri
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum
7. Rekreasi
8. Khusus:
- Bandar udara *)
- Stasiun Kereta Api *)
- Pelabuhan Laut
- Cagar Budaya
55
70
65
50
70
60
70
70
60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya
3. Tempat ibadah atau sejenisnya
55
55
55
Keterangan :
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
Waktu pengukuran: 24 jam
• siang 16 jam: pk. 0600-2200
L1: pk. 0600-0900  4 jam
L2: pk. 0900-1400  4 jam
L3: pk. 1400-1700  4 jam
L4: pk. 1700-2200  4 jam
• malam 8 jam: pk. 2200-0600
L5: pk. 2200-2400  2 jam
L6: pk. 2400-0300  3 jam
L7: pk. 0300-0600  3 jam
Leq = tingkat kebisingan equiv.
LTM5 = Leq tiap 5 detik sekali
selama 10 menit
LS = Leq selama siang hari
LM = Leq selama malam hari
LSM = Leq selama siang dan
malam hari
Perhitungan Tingkat Kebisingan
⊸ LTM5 = Leq yang diukur tiap 5 detik sekali selama 10 menit
(T = 5 detik ⨉ 12 ⨉ 10 menit = 600 detik)
⊸ 𝐿TM5 = 10 log
1
𝑇 𝑖=1
12
𝑡𝑖100.1 𝐿𝑖
= 10 log 1
600 5×100.1 𝐿1 + 5×100.1 𝐿2 + … + 5×100.1 𝐿12
⊸ 𝐿S = 10 log
1
16 𝑖=1
4
𝑡𝑖100.1 𝐿𝑖 ; t1, t2, t3, t4 = 4 jam
⊸ 𝐿M = 10 log
1
8 𝑖=5
7
𝑡𝑖100.1 𝐿𝑖 ; 𝑡5 = 2 jam, 𝑡6, 𝑡7 = 3 jam
⊸ 𝐿SM = 10 log
1
𝑇
𝑡𝑆100.1 𝐿𝑆 + 𝑡𝑀100.1 𝐿𝑀+5
= 10 log
1
24
16 × 100.1 𝐿𝑆 + 8 × 100.1 (𝐿𝑀+5)
⊸ LSM hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan
baku tingkat kebisingan dengan toleransi + 3 dB(A)
Baku Tingkat Kebauan
KepMenLH 50/1996
No. Parameter Satuan Nilai Batas
Metode
Pengukuran
Peralatan
1. Amoniak (NH3) ppm 2.0 Indophenol Spectrophotometer
2. Hidrogen Sulfida (H2S) ppm 0.02
a. Merkuri tiosianat
b. Absorpsi gas
Spectrophotometer
Gas Chromatograph
3. Metil Merkaptan (CH3SH) ppm 0.002 Absorpsi gas Gas Chromatograph
4. Metil Sulfida ((CH3)2S) ppm 0.01 Absorpsi gas Gas Chromatograph
5. Stirena (C6H5CHCH2) ppm 0.1 Absorpsi gas Gas Chromatograph
A. Bau dari Odoran Tunggal
B. Bau dari Odoran Campuran
Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai
ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota
penguji yang berjumlah minimal 8 orang.
Periode Pemantauan
⊸ Pemantauan Udara Ambien
• sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan
• 6 bulan sekali bersamaan dengan penyampaian laporan pengelolaan
lingkungan
⊸ Pemantauan Kebisingan
• sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan
• 3 bulan sekali sesuai aturan di KepmenLH No. 48/1996.
⊸ Pemantauan Kebauan
• sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan (jika dipersyaratkan)
• 3 bulan sekali sesuai aturan di KepmenLH No. 50/1996.
⊸ Pemantauan Getaran
• sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan (jika dipersyaratkan)
• 3 bulan sekali sesuai aturan di KepmenLH No. 49/1996.
⊸ Pemantauan Udara Ambien dan Gangguan Lingkungan Kerja
• sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan
• 6 bulan sekali bersamaan dengan penyampaian laporan pengelolaan
lingkungan
SELAT MADURA
DERMAGA
/ JETTY
LAP.
SEPAK
BOLA
PINTU
UTAMA
OUTLET PLTU OUTLET PLTGU
PERUMAHAN
PENDUDUK
PLTU 1
PLTU 2
PLTU 3
PLTU 4
LAP. GOLF
LAP.
BULUTANGKIS
Pos 3
Pos 2
Pos I
Pos 9
Pos 4
Pos 10
Pos 11
Pos 7 Pos 6
Pos 8
Pos 5
B
T
U
S
GUDANG
TEMPAT
PEMBUANGAN
LUMPUR
A B C D E F G H I
J
K
Penentuan Lokasi Pemantauan Udara Ambien
1
2
3
1. Upwind
2. Downwind
3. Indoor
Pemantauan Emisi
Udara
Baku Mutu Emisi
No. Peraturan Baku Mutu Emisi
1 KepmenLH 13/1995 Sumber Tidak Bergerak: Industri Besi & Baja, Pulp &
Kertas, PLTU batubara, Semen, Kegiatan Lain
2 PermenLH 07/2007 Ketel Uap (Boiler)
3 PermenLH 17/2008 Industri Keramik
4 PermenLH 18/2008 Industri Carbon Black
5 PermenLH 13/2009 Kegiatan Migas
6 PermenLH 07/2012 Industri Rayon
7 PermenLH 04/2014 Kegiatan Pertambangan: Bijih Nikel, Bijih Bauksit, Bijih
Timah, Bijih Besi, Bijih Mineral Lain
8 PermenLHK P.19/2017 Industri Semen
9 PermenLHK P.15/2019 Pembangkit Listrik Tenaga Termal: PLTU, PLTG, PLTGU,
PLTD, PLTMG, PLTP, PLTBm, PLTSa, PLT Campuran
10 PermenLHK P.17/2019 Industri Pupuk (Urea, Phosphat, Asam Phosphat, NPK,
ZA) dan Amonium Nitrat
11 PermenLHK 11/2021 Mesin dengan Pembakaran Dalam (Genset)
12 PermenLHK 12/2021 Daur Ulang Baterai Lithium
BME Genset
PermenLHK 11/2021 (berlaku wajib mulai 1 Mei 2022)
Aturan BME genset yang ada dalam setiap aturan BME industri dicabut.
Kapasitas,
kW
Bahan
Bakar
BME (mg/m3) Periode
pantau
NOx CO PM SO2
101-500 Minyak 3400 170 3 tahun 1X
Gas 300 450
501-1000 Minyak 1850 77 95 160 1 tahun 1X
Gas 300 250 150
≥1001 Minyak 2300 168 90 150 6 bulan 1X
Gas 285 250 60
Genset ≤100 kW
tidak wajib
pantau
1 kVA = 0.8 kW
NOx = NO2 + NO
Koreksi O2 15%
PM uji isokinetik
Sampling Emisi
Alat Sampling Emisi
Sampling Isokinetik
 Pengukuran emisi partikulat secara isokinetik: pengukuran emisi
partikulat yang dilakukan pada saat kecepatan/laju aliran gas buang
(emisi) dalam cerobong sama dengan kecepatan/laju aliran hisap gas
buang pada nozzle probe (alat sampling) dengan toleransi sebesar
±10%.
Sampling Isokinetik (PermenLHK 11/2021)
Jumlah lubang sampling untuk cerobong bulat:
 1 buah untuk cerobong De = 20–30 cm dengan 2–4 titik lintas
 2 buah untuk cerobong De = 30–61 cm dengan 8–32 titik lintas
 2–4 buah untuk cerobong De > 61 cm dengan 8–48 titik lintas
Jumlah lubang sampling untuk cerobong persegi:
 1 buah untuk cerobong De = 20–30 cm dengan 2–4 titik lintas
 3–6 buah untuk cerobong De = 30–61 cm dengan 9–36 titik lintas
 3–7 buah untuk cerobong De > 61 cm dengan 9–49 titik lintas
CEMS
Continuous Emissions
Monitoring System
Data yang diukur oleh CEMS:
 Temperatur
 Tekanan
 Laju alir gas
 Kadar debu/partikulat (PM)
 Kadar gas pencemar sesuai BME dan
gas-gas lainnya (O2, Gas Rumah Kaca)
Data hasil pemantauan diintegrasikan ke
SISPEK (Sistem Informasi Pemantauan
Emisi Industri Kontinyu) milik KLHK
paling lambat 1 Januari 2023.
SISPEK
https://ditppu.menlhk.go.id/portal/sispek/
 Sistem Informasi
Pemantauan Emisi Industri
Kontinyu (SISPEK) adalah
suatu sistem yang menerima
dan mengelola data hasil
pemantauan emisi cerobong
industri yang dilakukan
dengan pengukuran secara
terus menerus atau
Continuous Emissions
Monitoring System (CEMS).
 Terdapat 10 sektor industri
yang wajib SISPEK, yaitu
peleburan besi dan baja,
pulp & kertas, rayon, carbon
black, migas, pertambangan,
pengolahan sampah secara
termal, semen, pembangkit
listrik tenaga termal, pupuk
dan amonium nitrat.
Contoh Pemasangan CEMS
Periode Pemantauan dan Pelaporan
 Pemantauan Emisi Kontinyu (CEMS)
 interval pembacaan data oleh alat CEMS rata-rata setiap 5 menit
 pengiriman data ke SISPEK secara real-time setiap 1 jam pengukuran
 Pemantauan Emisi Manual
 sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan
 dipantau setiap 6 bulan sekali sesuai aturan BME yang telah ditetapkan
berdasarkan jenis industrinya
 data hasil pengukuran dilaporkan ke SIMPEL setiap 6 bulan sekali
 Pemantauan Emisi Genset
 sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan
 dipantau setiap 6 bulan sekali jika kapasitasnya ≥1001 kW
 dipantau setiap 1 tahun sekali jika kapasitasnya 501-1000 kW
 dipantau setiap 3 tahun sekali jika kapasitasnya 101-500 kW
 dipantau setelah beroperasi >1000 jam (operasi kontinyu)
 dipantau setelah beroperasi >200 jam (operasi stand-by/back-up)
 data hasil pengukuran dilaporkan ke SIMPEL setiap 6 bulan sekali
Persetujuan Teknis
Pemenuhan Baku
Mutu Emisi
Persetujuan Teknis Pemenuhan BME
 Dasar Hukum:
 Pasal 192 PP 22/2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Lampiran X Permen LHK 05/2021 tentang Tatacara Penerbitan Pertek dan
SLO bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan
TATA CARA PENAPISAN UNTUK KEGIATAN PEMBUANGAN EMISI
Lihat Kode KBLI
di Lampiran X
Isi Kajian Teknis Pembuangan Emisi
Pasal 192 ayat (2) PP 22/2021:
 bahan baku dan penunjang
 proses produksi
 perhitungan neraca massa
 identifikasi sumber emisi
 informasi data meteorologi
 informasi rona awal kawasan terdampak
 alat pengendali emisi yang digunakan
 perhitungan efisiensi
 nilai mutu emisi
 perhitungan beban emisi yang dihasilkan
 perhitungan simulasi dispersi untuk menetapkan kadar maksimum
 besaran dampak pembuangan emisi
 konsumsi energi yang digunakan
 rencana pengelolaan emisi
 rencana pemantauan emisi dan udara ambien.
isi kajian berupa:
 penjelasan
 pengujian
 perhitungan
 perencanaan
Identifikasi parameter pencemar
melalui perhitungan neraca massa
Emisi gas
UNIT OPERASI
& PROSES Produk samping,
untuk dijual atau
dipakai kembali
Produk utama
Limbah padat
untuk disimpan
atau dibuang
Limbah cair
Bahan baku
Bahan penolong
Air & udara
Katalis
Recycle limbah
ke proses lain
Reuse
Inventarisasi cerobong emisi
No Sumber Emisi Kode Jumlah Bentuk
D
(cm)
W
(cm)
L
(cm)
H
(m)
Lubang
Sampling
Bahan
Bakar
Alat PPU Koordinat
Waktu Ops
(jam/thn)
1 Arc Furnace ARC 7/8 2  220 14 v Bag House S 06o08'92.7"
E 106o56'13.7"
2880
2 Painting PT 9-16 8  60 15 Wet
Scrubber
S 06o08'89.8"
E 106o56'20.1"
2880
3 Tempering TP 17/18 2  100 12 v - S 06o08'87.3"
E 106o56'19.9"
2880
4 Shotblast KA SB 19 1  60 12 Bag House S 06o08'85.8"
E 106o56'19.3"
2880
5 Shotblast FF SB 20 1  60 7.5 v Bag House S 06o08'85.5"
E 106o56'10.8"
2880
6 Shotblast AL SB 21 1  20 20 12 Bag House S 06o08'85.0"
E 106o56'16.2"
2880
7 Quenching QC 22 1  100 12 v - S 06o08'88.7"
E 106o56'19.7"
2880
8 Exhaust QT QT 23/24 2  100 12 Bag House S 06o08'85.8"
E 106o56'19.3"
2880
9 Boiler BL 25/26 2  20 12 Gas - S 06o08'92.4"
E 106o56'14.0"
2880
10 Gauging GG 27 1  90 7 Bag House S 06o08'84.6"
E 106o56'16.6"
2880
11 Shake Out MM SO 28/29 2  90 7 Bag House S 06o08'84.9"
E 106o56'16.3"
2880
12 Genset GS 30 1  10 2 Solar - S 06o08'884"
E 106o56'195"
12
8 De
2 De
Persyaratan teknis cerobong emisi
𝑫𝒆 =
𝟐𝑫𝒅
𝑫 + 𝒅
𝑫𝒆 =
𝟐𝑳𝑾
𝑳 + 𝑾
D
d
Alat Pengendali Emisi
Alat Pengendali Debu
Contoh: gravity settling chamber,
cyclone, fabric filter (bag house),
particulate wet scrubber,
electrostatic precipitator
Alat Pengendali Gas
Contoh: absorber, adsorber,
condenser, unit pembakaran
Teknologi khusus:
 DeSOx (Flue Gas Desulphurization)
 DeNOx (Denitrifikasi)
Perhitungan Beban Emisi
 dimana:
E = beban emisi, E (kg/tahun)
C = Konsentrasi parameter pencemar dalam udara emisi (mg/m3)
Q = Laju alir volumetrik gas dalam cerobong (m3/detik)
tops = Waktu operasi sumber emisi (jam/tahun)
v = Kecepatan alir gas (m/detik)
A = Luas penampang cerobong (m2)
= π d 2/4 (untuk cerobong bulat) atau L × W (untuk cerobong kotak)
Faktor Koreksi Oksigen
𝐶terkoreksi = 𝐶terukur
(21 − 𝑂2 terkoreksi)
(21 − 𝑂2 terukur)
 dimana:
Cterkoreksi = konsentrasi terkoreksi dengan koreksi O2 yang ditetapkan dalam BME, mg/m3
C terukur = konsentrasi terukur sebelum dikoreksi dengan koreksi O2, mg/m3
O2 terkoreksi = koreksi O2 yang ditetapkan dalam BME, %
O2 terukur = persentase O2 yang diukur langsung dalam gas emisi, %
𝐸 = 0,0036 × 𝐶 × 𝑄 × 𝑡ops
𝑄 = 𝑣 × 𝐴
KONSEP DASAR DAN TUJUAN
PEMODELAN KUALITAS
UDARA
Kondisi
meteorologi
Sumber data:
- deskripsi lokasi
- laju emisi
Opsi model:
- receptor grid
- parameter
dispersi
Gambaran
topogafi
lokasi
Konsentrasi
polutan
Model
dispersi
atmosferik
Perkiraan
konsentrasi
polutan di
permukaan
Penilaian
potensi
dampak
lingkungan &
kesehatan
Tahap 1
Input data
Tahap 2
Pemrosesan data
Tahap 3
Output data
Tahap 4
Analisis data
Beberapa Model Simulasi Kualitas Udara
https://epa.gov/scram; www.weblakes.com/software
Model Dispersi
• AERMOD
• AFTOX
• AUSTAL
• CALPUFF
• SCIPUFF
• DEGADIS
• PANACHE
• PLUVUEII
• RAPTAD
• OBODM
Model Meteorologi
• AERMET
• CALMET
• METLIST
• PCRAMMET
• HOTMAC
• MPRM
• STAR
• WINDROSE
• WRPLOT
• dll.
• ADAM
• ADMS
• ASPEN
• BLP
• ISC3
• ISCST3
• ISCLT3
• SDM
• SLAB
• dll.
Model Fotokimia
• UAM
• CAMx
• CMAQ
• OZIPR
Emisi Kendaraan
• CALINE3
• CAL3QHC
• CAL3QHCR
• CALROADS
• HYROAD
Wind Rose
Wind rose: gambar yang
menunjukkan pola distribusi dan
frekuensi arah dan kecepatan
angin rata-rata di suatu tempat.
Gambaran Output Model Dispersi
Jenis Sumber Emisi
• Point Source
• cerobong
• Line Source
• jalan raya
• Area Source
• kolam IPAL
• drying bed
• TPA sampah
• kebakaran hutan
• Volume Source
• tanki gas bocor
• reaktor meledak
• gedung terbakar
Konsep Model Dispersi Gauss
 Elevated source (z = H)
dimana C = konsentrasi polutan pada titik x,y,z (g/m3)
Qm = laju atau beban emisi polutan (g/s)
y = koefisien dispersi pada arah sumbu y (m)
z = koefisien dispersi pada arah sumbu z (m)
u = kecepatan angin (m/s)
H = tinggi efektif cerobong (m) = hs + Δh
Perhitungan Model Dispersi Gauss
∆ℎ =
𝑣𝑠𝑑
𝑢
1.5 + 2.68 × 10−3𝑃 𝑑
∆𝑇
𝑇𝑠
• Holland Formula
Perhitungan Model Plume Rise
dimana ∆h = plume rise, m
d = stack diameter, m
vs = stack exit gas velocity, m/s
u = wind speed at stack, m/s
P = air pressure ≈ 1013 milibar
Ts = stack gas temperature, K
Ta = air temperature, K
∆T = Ts – Ta
z
x
y
angin
𝐶 𝑥, 𝑦, 𝑧 =
𝑄𝑚
2𝜋𝜎𝑦𝜎𝑧𝑢
𝑒−
𝑦2
2𝜎𝑦
2 𝑒−
𝑧 − 𝐻
2𝜎𝑧
2
2
+ 𝑒−
𝑧 + 𝐻
2𝜎𝑧
2
2
Faktor Metereologis: Angin
uh = u10 (h/10)P
uh = kecepatan angin pada
ketinggian h meter
u10 = kecepatan angin pada
ketinggian 10 meter
Nilai P diperoleh dari tabel di
samping.
Pengaruh Stabilitas Atmosfir pada Plume
Kecepatan angin (u) dan temperatur udara (T) mempengaruhi bentuk plume.
Kontur tanah yang berupa bukit atau
lembah dapat menghasilkan
turbulensi lokal pada pola aliran
angin, sehingga membuat aliran asap
jadi berbelok atau berbalik arah.
Flat Terrain vs Complex Terrain
Building Downwash
Tinggi plume
efektif yang
kurang tinggi
Konsep building downwash
terjadi karena adanya
bangunan di sekitar sumber
emisi yang dapat
membentuk zona turbulensi
lokal sehingga memaksa
polutan turun ke level
bawah permukaan tanah.
Fumigasi Daerah Pantai
Angin laut yang
dingin akan
menyebar ke daratan
yang memiliki suhu
permukaan lebih
panas, sehingga
akan terbentuk
Thermal Internal
Boundary Layer
(TIBL) yang
membuat efek
fumigasi dari asap
yang keluar dari
cerobong emisi.
Sertifikasi & Uji
Kompetensi
Personil
Dasar Peraturan
⊸ PermenLHK P.6/2018 Standar dan Sertifikasi Kompetensi
Penanggung Jawab Operasional Instalasi Pengendalian
Pencemaran Udara (POPU) dan Penanggung Jawab
Pengendalian Pencemaran Udara (PPPU)
⊸ Pasal 3:
(1) POPU dan PPPU dalam melaksanakan tugasnya
wajib memiliki kompetensi.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan melalui Sertifikasi Kompetensi.
(3) Sertifikasi Kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan melalui Uji Kompetensi.
PPPU dan POPU
Untuk mendapatkan sertifikasi PPPU dan
POPU, peserta harus lulus Uji Kompetensi
dari LSP yang berlisensi BNSP dan
teregistrasi oleh KLHK.
Unit Kompetensi yang harus dimiliki
 Mengidentifikasi sumber pencemar udara dari emisi
 Menentukan karakteristik sumber pencemar udara dari
emisi
 Menilai tingkat pencemaran udara dari emisi
 Melaksanakan pengendalian pencemaran udara dari emisi
 Menentukan peralatan pengendalian pencemaran udara
dari emisi
 Mengoperasikan alat pengendali pencemaran udara dari
emisi
 Menyusun rencana pemantauan pencemaran udara dari
emisi
 Melaksanakan pemantauan pencemaran udara dari emisi
 Mengidentifikasi bahaya dalam pengendalian pencemaran
udara dari emisi
 Melakukan tindakan K3 terhadap bahaya dalam
pengendalian pencemaran udara dari emisi
 Mengoperasikan alat
pengendali pencemaran
udara dari emisi
 Melakukan perawatan
peralatan pengendali
pencemaran udara
 Menilai tingkat
pencemaran udara dari
emisi
 Mengidentifikasi bahaya
dalam pengendalian
pencemaran udara dari
emisi
 Melakukan tindakan K3
terhadap bahaya dalam
pengendalian pencemaran
udara dari emisi
seperti ini atau yang ini?
KUALITAS UDARA YANG KITA INGIKAN
Larangan Merusak Lingkungan
dalam Al-Quran
Hukuman bagi Perusak Lingkungan
dalam Al-Quran
DAMPAK PENCEMARAN
PENCEMARAN
TANAH
PENCEMARAN
AIR
 Terlokalisir di
tempat kejadian
 Hanya akan
tersebar jika
terbawa runoff air
hujan atau
terserap air tanah
 Relatif mudah
dibersihkan
 Berdampak pada
pencernaan & kulit
 Dapat menyebar dan
hilang terbawa air
 Agak sulit dilokalisir
 Butuh usaha keras
untuk dibersihkan
 Jika sudah terlampau
terbawa air, maka
degradasi hanya bisa
secara alami
 Berdampak pada
pencernaan & kulit
PENCEMARAN
UDARA
 Sangat mudah
tersebar & terdispersi
ke udara ambien
 Sangat sulit dilokalisir
 Agak tidak mungkin
bisa dibersihkan
secara manual
 Reklamasi hanya bisa
secara alami
 Berdampak pada
pernapasan & mata
TERIMA KASIH
 AZIS KEMAL FAUZIE
 +62 821 7306 7493
+91 95 3819 2562
 azis.kemal@ft.unsika.ac.id

More Related Content

What's hot

SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...Muhamad Imam Khairy
 
Pengelolaan limbah B3
Pengelolaan limbah B3Pengelolaan limbah B3
Pengelolaan limbah B3Instansi
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Oswar Mungkasa
 
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Joy Irman
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
 
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...Muhamad Imam Khairy
 
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdfRincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdfssuserc7b49e
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Persampahan
Opsi Teknologi Pengelolaan PersampahanOpsi Teknologi Pengelolaan Persampahan
Opsi Teknologi Pengelolaan Persampahaninfosanitasi
 
Pengelolaan limbah b3
Pengelolaan limbah b3Pengelolaan limbah b3
Pengelolaan limbah b3Arfanhandrah
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Joy Irman
 
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurPerencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
 
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...Oswar Mungkasa
 
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)Heri Romansyah
 
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Joy Irman
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaJoy Irman
 
limbah b3 dan prinsip pengelolaan
limbah b3 dan prinsip pengelolaanlimbah b3 dan prinsip pengelolaan
limbah b3 dan prinsip pengelolaannamakuguten
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Joy Irman
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Joy Irman
 

What's hot (20)

SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
 
Pengelolaan limbah B3
Pengelolaan limbah B3Pengelolaan limbah B3
Pengelolaan limbah B3
 
Materi PPU 2023.pdf
Materi PPU 2023.pdfMateri PPU 2023.pdf
Materi PPU 2023.pdf
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
 
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
 
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
 
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdfRincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Persampahan
Opsi Teknologi Pengelolaan PersampahanOpsi Teknologi Pengelolaan Persampahan
Opsi Teknologi Pengelolaan Persampahan
 
Pengelolaan limbah b3
Pengelolaan limbah b3Pengelolaan limbah b3
Pengelolaan limbah b3
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
 
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurPerencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
 
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
 
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)
 
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
 
limbah b3 dan prinsip pengelolaan
limbah b3 dan prinsip pengelolaanlimbah b3 dan prinsip pengelolaan
limbah b3 dan prinsip pengelolaan
 
Koef runoff
Koef runoffKoef runoff
Koef runoff
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
 

Similar to Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Udara

Pengelolaan Kualitas Udara - Lokakarya Unsika
Pengelolaan Kualitas Udara - Lokakarya UnsikaPengelolaan Kualitas Udara - Lokakarya Unsika
Pengelolaan Kualitas Udara - Lokakarya UnsikaAzisKemalFauzie
 
Pemantauan udara ambien.pdf
Pemantauan udara ambien.pdfPemantauan udara ambien.pdf
Pemantauan udara ambien.pdfAzisKemalFauzie
 
Kriteria proper PPU PermenLHK No 1 tahun 2021-1.pdf
Kriteria proper PPU PermenLHK No 1 tahun 2021-1.pdfKriteria proper PPU PermenLHK No 1 tahun 2021-1.pdf
Kriteria proper PPU PermenLHK No 1 tahun 2021-1.pdfelisairmam
 
Kegiatan Laboratorium Lingkungan PT. Mutuagung Lestari Oleh Dwi Angga Teguh s
Kegiatan Laboratorium Lingkungan PT. Mutuagung Lestari Oleh Dwi Angga Teguh sKegiatan Laboratorium Lingkungan PT. Mutuagung Lestari Oleh Dwi Angga Teguh s
Kegiatan Laboratorium Lingkungan PT. Mutuagung Lestari Oleh Dwi Angga Teguh sdwi angga teguh santoso
 
2. PPU.pdf
2. PPU.pdf2. PPU.pdf
2. PPU.pdfrhamset
 
Lampiran pergub no. 10 thn 2009
Lampiran pergub no. 10 thn 2009Lampiran pergub no. 10 thn 2009
Lampiran pergub no. 10 thn 2009Devi Giyanti
 
Pengelolaan Limbah pada Industri Farmasi
Pengelolaan Limbah pada Industri FarmasiPengelolaan Limbah pada Industri Farmasi
Pengelolaan Limbah pada Industri Farmasissuser4219cb
 
kelola limbah.pptx
kelola limbah.pptxkelola limbah.pptx
kelola limbah.pptxDeniAhmad9
 
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatan
Week 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatanWeek 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatan
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatansunarto bin sudi
 
HASIL PENGUJIAN DGA.pptx
HASIL PENGUJIAN DGA.pptxHASIL PENGUJIAN DGA.pptx
HASIL PENGUJIAN DGA.pptxssuser940a45
 
201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdf201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdfPancaNababan1
 
Bakumutuairdanlimbahcair 111115000324-phpapp02
Bakumutuairdanlimbahcair 111115000324-phpapp02Bakumutuairdanlimbahcair 111115000324-phpapp02
Bakumutuairdanlimbahcair 111115000324-phpapp02Agus Zulianto
 
Laporan Laboratorium Lingkungan SO2
Laporan Laboratorium Lingkungan SO2Laporan Laboratorium Lingkungan SO2
Laporan Laboratorium Lingkungan SO2Iasha Putri
 
Kriteria Pengendalian Pencemaran Udara.pdf
Kriteria Pengendalian Pencemaran Udara.pdfKriteria Pengendalian Pencemaran Udara.pdf
Kriteria Pengendalian Pencemaran Udara.pdfUmarushShiddiq
 
L2 =langkah langkah identifikasi
L2 =langkah langkah identifikasiL2 =langkah langkah identifikasi
L2 =langkah langkah identifikasiWirawanPrakoso
 
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptxArifWibisono18
 
Contoh AMDAL PT. Oscar Padang Agro Lestari
Contoh AMDAL PT. Oscar Padang Agro LestariContoh AMDAL PT. Oscar Padang Agro Lestari
Contoh AMDAL PT. Oscar Padang Agro LestariNyak Nisa Ul Khairani
 

Similar to Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Udara (20)

Pengelolaan Kualitas Udara - Lokakarya Unsika
Pengelolaan Kualitas Udara - Lokakarya UnsikaPengelolaan Kualitas Udara - Lokakarya Unsika
Pengelolaan Kualitas Udara - Lokakarya Unsika
 
Pemantauan udara ambien.pdf
Pemantauan udara ambien.pdfPemantauan udara ambien.pdf
Pemantauan udara ambien.pdf
 
Ekotoksikologi bandara
Ekotoksikologi bandaraEkotoksikologi bandara
Ekotoksikologi bandara
 
Kriteria proper PPU PermenLHK No 1 tahun 2021-1.pdf
Kriteria proper PPU PermenLHK No 1 tahun 2021-1.pdfKriteria proper PPU PermenLHK No 1 tahun 2021-1.pdf
Kriteria proper PPU PermenLHK No 1 tahun 2021-1.pdf
 
Kegiatan Laboratorium Lingkungan PT. Mutuagung Lestari Oleh Dwi Angga Teguh s
Kegiatan Laboratorium Lingkungan PT. Mutuagung Lestari Oleh Dwi Angga Teguh sKegiatan Laboratorium Lingkungan PT. Mutuagung Lestari Oleh Dwi Angga Teguh s
Kegiatan Laboratorium Lingkungan PT. Mutuagung Lestari Oleh Dwi Angga Teguh s
 
2. PPU.pdf
2. PPU.pdf2. PPU.pdf
2. PPU.pdf
 
Lampiran pergub no. 10 thn 2009
Lampiran pergub no. 10 thn 2009Lampiran pergub no. 10 thn 2009
Lampiran pergub no. 10 thn 2009
 
Pengelolaan Limbah pada Industri Farmasi
Pengelolaan Limbah pada Industri FarmasiPengelolaan Limbah pada Industri Farmasi
Pengelolaan Limbah pada Industri Farmasi
 
kelola limbah.pptx
kelola limbah.pptxkelola limbah.pptx
kelola limbah.pptx
 
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatan
Week 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatanWeek 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatan
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatan
 
HASIL PENGUJIAN DGA.pptx
HASIL PENGUJIAN DGA.pptxHASIL PENGUJIAN DGA.pptx
HASIL PENGUJIAN DGA.pptx
 
kelola limbah.pdf
kelola limbah.pdfkelola limbah.pdf
kelola limbah.pdf
 
201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdf201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdf
 
Bakumutuairdanlimbahcair 111115000324-phpapp02
Bakumutuairdanlimbahcair 111115000324-phpapp02Bakumutuairdanlimbahcair 111115000324-phpapp02
Bakumutuairdanlimbahcair 111115000324-phpapp02
 
Laporan Laboratorium Lingkungan SO2
Laporan Laboratorium Lingkungan SO2Laporan Laboratorium Lingkungan SO2
Laporan Laboratorium Lingkungan SO2
 
Kriteria Pengendalian Pencemaran Udara.pdf
Kriteria Pengendalian Pencemaran Udara.pdfKriteria Pengendalian Pencemaran Udara.pdf
Kriteria Pengendalian Pencemaran Udara.pdf
 
Penyehatan udara
Penyehatan udaraPenyehatan udara
Penyehatan udara
 
L2 =langkah langkah identifikasi
L2 =langkah langkah identifikasiL2 =langkah langkah identifikasi
L2 =langkah langkah identifikasi
 
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx
 
Contoh AMDAL PT. Oscar Padang Agro Lestari
Contoh AMDAL PT. Oscar Padang Agro LestariContoh AMDAL PT. Oscar Padang Agro Lestari
Contoh AMDAL PT. Oscar Padang Agro Lestari
 

Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Udara

  • 2. BIODATA  AZIS KEMAL FAUZIE  Kepala UPTD Laboratorium Lingkungan  Dinas Lingkungan Hidup Kab. Karawang Jl. Lingkar Tanjungpura No.1 Karawang Pekerjaan: 2002: PT Fajar Mas Murni 2003-2006: PT Timuraya Tunggal 2006-sekarang: DLH Kab. Karawang 2021-sekarang: TL Unsika
  • 3. Pokok Bahasan Materi ⊸ Pemantauan Udara Ambien ⊸ Pemantauan Emisi Udara ⊸ Persetujuan Teknis Pembuangan Emisi ⊸ Sertifikasi & Uji Kompetensi Personil
  • 5. Udara Emisi Sumber bergerak Sumber tidak bergerak Ambien Ruangan Lingkungan Udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer Udara dalam ruangan (tempat kerja) Udara yang diemisikan dari cerobong atau sumber emisi statis lainnya Udara yang diemisikan dari kendaraan bermotor Gangguan Kebauan Kebisingan Getaran Pemantauan manual Pemantauan terus-menerus Pemantauan manual AAQMS CEMS
  • 6. Pasal 197 huruf g 1. memiliki alat pengendali Emisi 2. menaati Baku Mutu Emisi yang ditetapkan bagi usaha dan/ atau kegiatan 3. memenuhi persyaratan teknis pengambilan sampel emisi 4. memantau mutu udara ambien dan konsentrasi emisi secara berkala 5. melaksanakan pengurangan dan pemanfaatan kembali 6. memiliki penanggung jawab yang memiliki kompetensi di bidang perlindungan dan pengelolaan mutu udara 7. melakukan perhitungan beban emisi 8. memiliki sistem tanggap darurat pencemaran udara; dan 9. melaporkan seluruh kewajiban pengendalian pencemaran udara melalui Sistem Informasi Lingkungan Hidup Kewajiban Perusahaan menurut PP 22/2021
  • 7. Peraturan Perundang-undangan Bidang Pengendalian Pencemaran Udara ⊸ PP 41/1999 Pengendalian Pencemaran Udara, yang dicabut/diganti oleh PP 22/2021 Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lampiran VII Baku Mutu Udara Ambien) ⊸ KepMenLH 48/1996 Baku Tingkat Kebisingan ⊸ KepMenLH 49/1996 Baku Tingkat Getaran ⊸ KepMenLH 50/1996 Baku Tingkat Kebauan ⊸ PerMenaker 13/2011 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, yang dicabut/diganti oleh PerMenaker 05/2018 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lingkungan Kerja Udara Ambien Luar Ruangan Udara Ambien Dalam Ruangan Gangguan Dalam Ruangan Gangguan Luar Ruangan
  • 8. No. Parameter Dasar Aturan Waktu Pengukuran 1 tahun 24 jam 8 jam 3 jam 1 jam 1. SO2 PP 22/2021 45 75 150 PP 41/1999 60 365 900 2. NO2 PP 22/2021 50 65 200 PP 41/1999 100 150 400 3. CO PP 22/2021 4000 10000 PP 41/1999 10000 30000 4. Debu TSP PP 22/2021 230 PP 41/1999 90 230 PM10 PP 22/2021 40 75 PP 41/1999 150 PM2.5 PP 22/2021 15 55 PP 41/1999 15 65 5. O3 PP 22/2021 35 100 150 PP 41/1999 50 235 6. Pb PP 22/2021 2 PP 41/1999 1 2 7. NMHC PP 22/2021 160 PP 41/1999 160 Satuan: μg/m3 Baku Mutu Udara Ambien 8. F, 9. Cl2, ClO2, 10. Dustfall, 11. Fluor Index, 12. Sulphate Index (PP 41/1999)
  • 9. Baku Tingkat Kebisingan (Luar Ruangan) KepMenLH 48/1996 Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan Tingkat kebisingan dB (A) a. Peruntukan kawasan 1. Perumahan dan pemukiman 2. Perdagangan dan Jasa 3. Perkantoran dan Perdagangan 4. Ruang Terbuka Hijau 5. Industri 6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi 8. Khusus: - Bandar udara *) - Stasiun Kereta Api *) - Pelabuhan Laut - Cagar Budaya 55 70 65 50 70 60 70 70 60 b. Lingkungan Kegiatan 1. Rumah Sakit atau sejenisnya 2. Sekolah atau sejenisnya 3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55 55 55 Keterangan : *) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan Waktu pengukuran: 24 jam • siang 16 jam: pk. 0600-2200 L1: pk. 0600-0900  4 jam L2: pk. 0900-1400  4 jam L3: pk. 1400-1700  4 jam L4: pk. 1700-2200  4 jam • malam 8 jam: pk. 2200-0600 L5: pk. 2200-2400  2 jam L6: pk. 2400-0300  3 jam L7: pk. 0300-0600  3 jam Leq = tingkat kebisingan equiv. LTM5 = Leq tiap 5 detik sekali selama 10 menit LS = Leq selama siang hari LM = Leq selama malam hari LSM = Leq selama siang dan malam hari
  • 10. Perhitungan Tingkat Kebisingan ⊸ LTM5 = Leq yang diukur tiap 5 detik sekali selama 10 menit (T = 5 detik ⨉ 12 ⨉ 10 menit = 600 detik) ⊸ 𝐿TM5 = 10 log 1 𝑇 𝑖=1 12 𝑡𝑖100.1 𝐿𝑖 = 10 log 1 600 5×100.1 𝐿1 + 5×100.1 𝐿2 + … + 5×100.1 𝐿12 ⊸ 𝐿S = 10 log 1 16 𝑖=1 4 𝑡𝑖100.1 𝐿𝑖 ; t1, t2, t3, t4 = 4 jam ⊸ 𝐿M = 10 log 1 8 𝑖=5 7 𝑡𝑖100.1 𝐿𝑖 ; 𝑡5 = 2 jam, 𝑡6, 𝑡7 = 3 jam ⊸ 𝐿SM = 10 log 1 𝑇 𝑡𝑆100.1 𝐿𝑆 + 𝑡𝑀100.1 𝐿𝑀+5 = 10 log 1 24 16 × 100.1 𝐿𝑆 + 8 × 100.1 (𝐿𝑀+5) ⊸ LSM hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan baku tingkat kebisingan dengan toleransi + 3 dB(A)
  • 11. Baku Tingkat Kebauan KepMenLH 50/1996 No. Parameter Satuan Nilai Batas Metode Pengukuran Peralatan 1. Amoniak (NH3) ppm 2.0 Indophenol Spectrophotometer 2. Hidrogen Sulfida (H2S) ppm 0.02 a. Merkuri tiosianat b. Absorpsi gas Spectrophotometer Gas Chromatograph 3. Metil Merkaptan (CH3SH) ppm 0.002 Absorpsi gas Gas Chromatograph 4. Metil Sulfida ((CH3)2S) ppm 0.01 Absorpsi gas Gas Chromatograph 5. Stirena (C6H5CHCH2) ppm 0.1 Absorpsi gas Gas Chromatograph A. Bau dari Odoran Tunggal B. Bau dari Odoran Campuran Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah minimal 8 orang.
  • 12. Periode Pemantauan ⊸ Pemantauan Udara Ambien • sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan • 6 bulan sekali bersamaan dengan penyampaian laporan pengelolaan lingkungan ⊸ Pemantauan Kebisingan • sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan • 3 bulan sekali sesuai aturan di KepmenLH No. 48/1996. ⊸ Pemantauan Kebauan • sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan (jika dipersyaratkan) • 3 bulan sekali sesuai aturan di KepmenLH No. 50/1996. ⊸ Pemantauan Getaran • sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan (jika dipersyaratkan) • 3 bulan sekali sesuai aturan di KepmenLH No. 49/1996. ⊸ Pemantauan Udara Ambien dan Gangguan Lingkungan Kerja • sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan • 6 bulan sekali bersamaan dengan penyampaian laporan pengelolaan lingkungan
  • 13. SELAT MADURA DERMAGA / JETTY LAP. SEPAK BOLA PINTU UTAMA OUTLET PLTU OUTLET PLTGU PERUMAHAN PENDUDUK PLTU 1 PLTU 2 PLTU 3 PLTU 4 LAP. GOLF LAP. BULUTANGKIS Pos 3 Pos 2 Pos I Pos 9 Pos 4 Pos 10 Pos 11 Pos 7 Pos 6 Pos 8 Pos 5 B T U S GUDANG TEMPAT PEMBUANGAN LUMPUR A B C D E F G H I J K Penentuan Lokasi Pemantauan Udara Ambien 1 2 3 1. Upwind 2. Downwind 3. Indoor
  • 15. Baku Mutu Emisi No. Peraturan Baku Mutu Emisi 1 KepmenLH 13/1995 Sumber Tidak Bergerak: Industri Besi & Baja, Pulp & Kertas, PLTU batubara, Semen, Kegiatan Lain 2 PermenLH 07/2007 Ketel Uap (Boiler) 3 PermenLH 17/2008 Industri Keramik 4 PermenLH 18/2008 Industri Carbon Black 5 PermenLH 13/2009 Kegiatan Migas 6 PermenLH 07/2012 Industri Rayon 7 PermenLH 04/2014 Kegiatan Pertambangan: Bijih Nikel, Bijih Bauksit, Bijih Timah, Bijih Besi, Bijih Mineral Lain 8 PermenLHK P.19/2017 Industri Semen 9 PermenLHK P.15/2019 Pembangkit Listrik Tenaga Termal: PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD, PLTMG, PLTP, PLTBm, PLTSa, PLT Campuran 10 PermenLHK P.17/2019 Industri Pupuk (Urea, Phosphat, Asam Phosphat, NPK, ZA) dan Amonium Nitrat 11 PermenLHK 11/2021 Mesin dengan Pembakaran Dalam (Genset) 12 PermenLHK 12/2021 Daur Ulang Baterai Lithium
  • 16. BME Genset PermenLHK 11/2021 (berlaku wajib mulai 1 Mei 2022) Aturan BME genset yang ada dalam setiap aturan BME industri dicabut. Kapasitas, kW Bahan Bakar BME (mg/m3) Periode pantau NOx CO PM SO2 101-500 Minyak 3400 170 3 tahun 1X Gas 300 450 501-1000 Minyak 1850 77 95 160 1 tahun 1X Gas 300 250 150 ≥1001 Minyak 2300 168 90 150 6 bulan 1X Gas 285 250 60 Genset ≤100 kW tidak wajib pantau 1 kVA = 0.8 kW NOx = NO2 + NO Koreksi O2 15% PM uji isokinetik
  • 19. Sampling Isokinetik  Pengukuran emisi partikulat secara isokinetik: pengukuran emisi partikulat yang dilakukan pada saat kecepatan/laju aliran gas buang (emisi) dalam cerobong sama dengan kecepatan/laju aliran hisap gas buang pada nozzle probe (alat sampling) dengan toleransi sebesar ±10%.
  • 20. Sampling Isokinetik (PermenLHK 11/2021) Jumlah lubang sampling untuk cerobong bulat:  1 buah untuk cerobong De = 20–30 cm dengan 2–4 titik lintas  2 buah untuk cerobong De = 30–61 cm dengan 8–32 titik lintas  2–4 buah untuk cerobong De > 61 cm dengan 8–48 titik lintas Jumlah lubang sampling untuk cerobong persegi:  1 buah untuk cerobong De = 20–30 cm dengan 2–4 titik lintas  3–6 buah untuk cerobong De = 30–61 cm dengan 9–36 titik lintas  3–7 buah untuk cerobong De > 61 cm dengan 9–49 titik lintas
  • 21. CEMS Continuous Emissions Monitoring System Data yang diukur oleh CEMS:  Temperatur  Tekanan  Laju alir gas  Kadar debu/partikulat (PM)  Kadar gas pencemar sesuai BME dan gas-gas lainnya (O2, Gas Rumah Kaca) Data hasil pemantauan diintegrasikan ke SISPEK (Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu) milik KLHK paling lambat 1 Januari 2023.
  • 22. SISPEK https://ditppu.menlhk.go.id/portal/sispek/  Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK) adalah suatu sistem yang menerima dan mengelola data hasil pemantauan emisi cerobong industri yang dilakukan dengan pengukuran secara terus menerus atau Continuous Emissions Monitoring System (CEMS).  Terdapat 10 sektor industri yang wajib SISPEK, yaitu peleburan besi dan baja, pulp & kertas, rayon, carbon black, migas, pertambangan, pengolahan sampah secara termal, semen, pembangkit listrik tenaga termal, pupuk dan amonium nitrat.
  • 24. Periode Pemantauan dan Pelaporan  Pemantauan Emisi Kontinyu (CEMS)  interval pembacaan data oleh alat CEMS rata-rata setiap 5 menit  pengiriman data ke SISPEK secara real-time setiap 1 jam pengukuran  Pemantauan Emisi Manual  sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan  dipantau setiap 6 bulan sekali sesuai aturan BME yang telah ditetapkan berdasarkan jenis industrinya  data hasil pengukuran dilaporkan ke SIMPEL setiap 6 bulan sekali  Pemantauan Emisi Genset  sesuai komitmen yang dibuat dalam dokumen lingkungan  dipantau setiap 6 bulan sekali jika kapasitasnya ≥1001 kW  dipantau setiap 1 tahun sekali jika kapasitasnya 501-1000 kW  dipantau setiap 3 tahun sekali jika kapasitasnya 101-500 kW  dipantau setelah beroperasi >1000 jam (operasi kontinyu)  dipantau setelah beroperasi >200 jam (operasi stand-by/back-up)  data hasil pengukuran dilaporkan ke SIMPEL setiap 6 bulan sekali
  • 26. Persetujuan Teknis Pemenuhan BME  Dasar Hukum:  Pasal 192 PP 22/2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup  Lampiran X Permen LHK 05/2021 tentang Tatacara Penerbitan Pertek dan SLO bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan TATA CARA PENAPISAN UNTUK KEGIATAN PEMBUANGAN EMISI Lihat Kode KBLI di Lampiran X
  • 27. Isi Kajian Teknis Pembuangan Emisi Pasal 192 ayat (2) PP 22/2021:  bahan baku dan penunjang  proses produksi  perhitungan neraca massa  identifikasi sumber emisi  informasi data meteorologi  informasi rona awal kawasan terdampak  alat pengendali emisi yang digunakan  perhitungan efisiensi  nilai mutu emisi  perhitungan beban emisi yang dihasilkan  perhitungan simulasi dispersi untuk menetapkan kadar maksimum  besaran dampak pembuangan emisi  konsumsi energi yang digunakan  rencana pengelolaan emisi  rencana pemantauan emisi dan udara ambien. isi kajian berupa:  penjelasan  pengujian  perhitungan  perencanaan
  • 28. Identifikasi parameter pencemar melalui perhitungan neraca massa Emisi gas UNIT OPERASI & PROSES Produk samping, untuk dijual atau dipakai kembali Produk utama Limbah padat untuk disimpan atau dibuang Limbah cair Bahan baku Bahan penolong Air & udara Katalis Recycle limbah ke proses lain Reuse
  • 29. Inventarisasi cerobong emisi No Sumber Emisi Kode Jumlah Bentuk D (cm) W (cm) L (cm) H (m) Lubang Sampling Bahan Bakar Alat PPU Koordinat Waktu Ops (jam/thn) 1 Arc Furnace ARC 7/8 2  220 14 v Bag House S 06o08'92.7" E 106o56'13.7" 2880 2 Painting PT 9-16 8  60 15 Wet Scrubber S 06o08'89.8" E 106o56'20.1" 2880 3 Tempering TP 17/18 2  100 12 v - S 06o08'87.3" E 106o56'19.9" 2880 4 Shotblast KA SB 19 1  60 12 Bag House S 06o08'85.8" E 106o56'19.3" 2880 5 Shotblast FF SB 20 1  60 7.5 v Bag House S 06o08'85.5" E 106o56'10.8" 2880 6 Shotblast AL SB 21 1  20 20 12 Bag House S 06o08'85.0" E 106o56'16.2" 2880 7 Quenching QC 22 1  100 12 v - S 06o08'88.7" E 106o56'19.7" 2880 8 Exhaust QT QT 23/24 2  100 12 Bag House S 06o08'85.8" E 106o56'19.3" 2880 9 Boiler BL 25/26 2  20 12 Gas - S 06o08'92.4" E 106o56'14.0" 2880 10 Gauging GG 27 1  90 7 Bag House S 06o08'84.6" E 106o56'16.6" 2880 11 Shake Out MM SO 28/29 2  90 7 Bag House S 06o08'84.9" E 106o56'16.3" 2880 12 Genset GS 30 1  10 2 Solar - S 06o08'884" E 106o56'195" 12
  • 30. 8 De 2 De Persyaratan teknis cerobong emisi 𝑫𝒆 = 𝟐𝑫𝒅 𝑫 + 𝒅 𝑫𝒆 = 𝟐𝑳𝑾 𝑳 + 𝑾 D d
  • 31. Alat Pengendali Emisi Alat Pengendali Debu Contoh: gravity settling chamber, cyclone, fabric filter (bag house), particulate wet scrubber, electrostatic precipitator Alat Pengendali Gas Contoh: absorber, adsorber, condenser, unit pembakaran Teknologi khusus:  DeSOx (Flue Gas Desulphurization)  DeNOx (Denitrifikasi)
  • 32. Perhitungan Beban Emisi  dimana: E = beban emisi, E (kg/tahun) C = Konsentrasi parameter pencemar dalam udara emisi (mg/m3) Q = Laju alir volumetrik gas dalam cerobong (m3/detik) tops = Waktu operasi sumber emisi (jam/tahun) v = Kecepatan alir gas (m/detik) A = Luas penampang cerobong (m2) = π d 2/4 (untuk cerobong bulat) atau L × W (untuk cerobong kotak) Faktor Koreksi Oksigen 𝐶terkoreksi = 𝐶terukur (21 − 𝑂2 terkoreksi) (21 − 𝑂2 terukur)  dimana: Cterkoreksi = konsentrasi terkoreksi dengan koreksi O2 yang ditetapkan dalam BME, mg/m3 C terukur = konsentrasi terukur sebelum dikoreksi dengan koreksi O2, mg/m3 O2 terkoreksi = koreksi O2 yang ditetapkan dalam BME, % O2 terukur = persentase O2 yang diukur langsung dalam gas emisi, % 𝐸 = 0,0036 × 𝐶 × 𝑄 × 𝑡ops 𝑄 = 𝑣 × 𝐴
  • 33. KONSEP DASAR DAN TUJUAN PEMODELAN KUALITAS UDARA Kondisi meteorologi Sumber data: - deskripsi lokasi - laju emisi Opsi model: - receptor grid - parameter dispersi Gambaran topogafi lokasi Konsentrasi polutan Model dispersi atmosferik Perkiraan konsentrasi polutan di permukaan Penilaian potensi dampak lingkungan & kesehatan Tahap 1 Input data Tahap 2 Pemrosesan data Tahap 3 Output data Tahap 4 Analisis data
  • 34. Beberapa Model Simulasi Kualitas Udara https://epa.gov/scram; www.weblakes.com/software Model Dispersi • AERMOD • AFTOX • AUSTAL • CALPUFF • SCIPUFF • DEGADIS • PANACHE • PLUVUEII • RAPTAD • OBODM Model Meteorologi • AERMET • CALMET • METLIST • PCRAMMET • HOTMAC • MPRM • STAR • WINDROSE • WRPLOT • dll. • ADAM • ADMS • ASPEN • BLP • ISC3 • ISCST3 • ISCLT3 • SDM • SLAB • dll. Model Fotokimia • UAM • CAMx • CMAQ • OZIPR Emisi Kendaraan • CALINE3 • CAL3QHC • CAL3QHCR • CALROADS • HYROAD
  • 35. Wind Rose Wind rose: gambar yang menunjukkan pola distribusi dan frekuensi arah dan kecepatan angin rata-rata di suatu tempat.
  • 37. Jenis Sumber Emisi • Point Source • cerobong • Line Source • jalan raya • Area Source • kolam IPAL • drying bed • TPA sampah • kebakaran hutan • Volume Source • tanki gas bocor • reaktor meledak • gedung terbakar
  • 38. Konsep Model Dispersi Gauss  Elevated source (z = H)
  • 39. dimana C = konsentrasi polutan pada titik x,y,z (g/m3) Qm = laju atau beban emisi polutan (g/s) y = koefisien dispersi pada arah sumbu y (m) z = koefisien dispersi pada arah sumbu z (m) u = kecepatan angin (m/s) H = tinggi efektif cerobong (m) = hs + Δh Perhitungan Model Dispersi Gauss ∆ℎ = 𝑣𝑠𝑑 𝑢 1.5 + 2.68 × 10−3𝑃 𝑑 ∆𝑇 𝑇𝑠 • Holland Formula Perhitungan Model Plume Rise dimana ∆h = plume rise, m d = stack diameter, m vs = stack exit gas velocity, m/s u = wind speed at stack, m/s P = air pressure ≈ 1013 milibar Ts = stack gas temperature, K Ta = air temperature, K ∆T = Ts – Ta z x y angin 𝐶 𝑥, 𝑦, 𝑧 = 𝑄𝑚 2𝜋𝜎𝑦𝜎𝑧𝑢 𝑒− 𝑦2 2𝜎𝑦 2 𝑒− 𝑧 − 𝐻 2𝜎𝑧 2 2 + 𝑒− 𝑧 + 𝐻 2𝜎𝑧 2 2
  • 40. Faktor Metereologis: Angin uh = u10 (h/10)P uh = kecepatan angin pada ketinggian h meter u10 = kecepatan angin pada ketinggian 10 meter Nilai P diperoleh dari tabel di samping.
  • 41. Pengaruh Stabilitas Atmosfir pada Plume Kecepatan angin (u) dan temperatur udara (T) mempengaruhi bentuk plume.
  • 42. Kontur tanah yang berupa bukit atau lembah dapat menghasilkan turbulensi lokal pada pola aliran angin, sehingga membuat aliran asap jadi berbelok atau berbalik arah. Flat Terrain vs Complex Terrain
  • 43. Building Downwash Tinggi plume efektif yang kurang tinggi Konsep building downwash terjadi karena adanya bangunan di sekitar sumber emisi yang dapat membentuk zona turbulensi lokal sehingga memaksa polutan turun ke level bawah permukaan tanah.
  • 44. Fumigasi Daerah Pantai Angin laut yang dingin akan menyebar ke daratan yang memiliki suhu permukaan lebih panas, sehingga akan terbentuk Thermal Internal Boundary Layer (TIBL) yang membuat efek fumigasi dari asap yang keluar dari cerobong emisi.
  • 46. Dasar Peraturan ⊸ PermenLHK P.6/2018 Standar dan Sertifikasi Kompetensi Penanggung Jawab Operasional Instalasi Pengendalian Pencemaran Udara (POPU) dan Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara (PPPU) ⊸ Pasal 3: (1) POPU dan PPPU dalam melaksanakan tugasnya wajib memiliki kompetensi. (2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan melalui Sertifikasi Kompetensi. (3) Sertifikasi Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui Uji Kompetensi.
  • 47. PPPU dan POPU Untuk mendapatkan sertifikasi PPPU dan POPU, peserta harus lulus Uji Kompetensi dari LSP yang berlisensi BNSP dan teregistrasi oleh KLHK.
  • 48. Unit Kompetensi yang harus dimiliki  Mengidentifikasi sumber pencemar udara dari emisi  Menentukan karakteristik sumber pencemar udara dari emisi  Menilai tingkat pencemaran udara dari emisi  Melaksanakan pengendalian pencemaran udara dari emisi  Menentukan peralatan pengendalian pencemaran udara dari emisi  Mengoperasikan alat pengendali pencemaran udara dari emisi  Menyusun rencana pemantauan pencemaran udara dari emisi  Melaksanakan pemantauan pencemaran udara dari emisi  Mengidentifikasi bahaya dalam pengendalian pencemaran udara dari emisi  Melakukan tindakan K3 terhadap bahaya dalam pengendalian pencemaran udara dari emisi  Mengoperasikan alat pengendali pencemaran udara dari emisi  Melakukan perawatan peralatan pengendali pencemaran udara  Menilai tingkat pencemaran udara dari emisi  Mengidentifikasi bahaya dalam pengendalian pencemaran udara dari emisi  Melakukan tindakan K3 terhadap bahaya dalam pengendalian pencemaran udara dari emisi
  • 49. seperti ini atau yang ini? KUALITAS UDARA YANG KITA INGIKAN
  • 51. Hukuman bagi Perusak Lingkungan dalam Al-Quran
  • 52. DAMPAK PENCEMARAN PENCEMARAN TANAH PENCEMARAN AIR  Terlokalisir di tempat kejadian  Hanya akan tersebar jika terbawa runoff air hujan atau terserap air tanah  Relatif mudah dibersihkan  Berdampak pada pencernaan & kulit  Dapat menyebar dan hilang terbawa air  Agak sulit dilokalisir  Butuh usaha keras untuk dibersihkan  Jika sudah terlampau terbawa air, maka degradasi hanya bisa secara alami  Berdampak pada pencernaan & kulit PENCEMARAN UDARA  Sangat mudah tersebar & terdispersi ke udara ambien  Sangat sulit dilokalisir  Agak tidak mungkin bisa dibersihkan secara manual  Reklamasi hanya bisa secara alami  Berdampak pada pernapasan & mata
  • 53. TERIMA KASIH  AZIS KEMAL FAUZIE  +62 821 7306 7493 +91 95 3819 2562  azis.kemal@ft.unsika.ac.id