Latar Belakang: Dari beberapa kasus kecelakaan kerja di tempat/industri las yang terjadi, dapat ditemui kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap pekerja, seperti gangguan penglihatan pada pekerja las, salah satu penyebab keluhan yaitu berupa radiasi sinar yang ditimbulkan pada proses pengelasan. Sinar tersebut meliputi sinar tampak, sinar infra merah dan sinar ultra violet
Berdasarkan data Proyek dari Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan yang dicetak pada bulan Maret 2012 “Setiap tahun hampir 100 orang pekerja di bagian pengelasan mengalami cedera sewaktu melakukan pekerjaan”
Pengertian Pengelasan:suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat sebagai ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Jenis-jenis Pengelasan(Wiryosumarto, dkk 1985):Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)Shielded Metal Arch Welding (SMAW)Flash Butt Welding
Metal Inert Gas (MIG)Submerged Arc Welding (SAW)Oxy-Acetylene Welding (OAW)Las Sinar LaserLas sinar elektronFriction WeldingUltrasonic Welding (UW)Explosive Welding (EW)Las Tempa
Bahaya Pengelasan dan Upaya Pencegahannya
Debu dan gas uap dari pengelasan (CO, CO2, NO2)sesak nafas Pencegahannya:
-dikerjakan dalam ruang terbuka atau ruang berventilasi. -memakai masker hidung
Bahaya jatuh jatuh dari ketinggianPencegahannya :
-Menggunakan tali pengaman-Menggunakan topi pengaman
Bahaya Pengelasan dan Upaya Pencegahannya
Bahaya percikan api/panas luka bakar, salit mata
Pencegahannya :
- Sarung tangan-Apron-Sepatu tahan api-Topeng las
Bahaya Radiasi gangguan penglihatan
Pencegahannya:Pelindung mata (google),Pelindung muka
Pengukuran Radiasi
Radiometer,Spectroradiometer,Dosimeter
Sinar Ultraviolet
(Centre for Occupational Health & Safety ,2008 )
Ultraviolet-A
Ultraviolet-B
Ultraviolet-C
Efek Radiasi Ultraviolet terhadap Mata
Efek akut pada mata: penglihatan kabur, mata memerah, fotofobia, dan kelopak mata berkedut
Efek kronis pada mata: kelainan mata berupa pterygeum karsinoma dari sel squasoma conjungtiva dan katarak.
Peraturan Perundang-Undangan
UU RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja, pasal 12 :
naker memiliki kewajiban dan hak untuk menggunakan APD dan menyatakan keberatan jika syarat K3 dan APD yang diwajibkan diragukan olehnya
Permenakertrans No. PER.02/MEN/1982 tentang Kwalifikasi Juru Las di Tempat Kerja,
Pasal 2: dilakukan kwalifikasi juru las untuk ketrampilan pengelasan
Pasal 3: Juru las yang telah menempuh ujian juru las dengan hasil memuaskan diberikan sertifikat juru las sesuai dengan kwalifikasinya disertai buku kerja juru las.
Kepmenaker RI No. KEP.51/MEN/X/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, Pasal 6:
Nilai Ambang Batas (NAB) untuk radiasi Sinar Ultraviolet ditetapkan sebesar 0,1 mikroWatt per sentimeter persegi (W/c).
Radiasi Sinar Ultraviolet ya
2. Hiperkes adalah ilmu dan
praktek yang bertujuan
mewujudkan tenaga kerja sehat
dan produktif dengan :
1. Upaya kesehatan promotif,
preventif, kuratif dan
rehabilitatif (hiperkes medis)
2. Perlindungan tenaga kerja
atas pengaruh buruk pekerjaan
dan atau lingkungan kerja
terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja (hiperkes
teknis)
3. Penyesuaian/kecocokan
antara tenaga kerja dan
pekerjaannya (hiperkes
ergonomis)
Toksikologi industri adalah
ilmu tentang racun yang dipakai,
diolah, diproses, dan dihasilkan
dalam industri.
Tujuan dari berkembangnya
toksikologi industri
perlindungan konsumen dan
masyarakat pada umumnya dari
penggunaan zat beracun.
Spesialisasi penanganan masalah
efek buruk zat kimia dalam
kaitan pekerjaan dan lingkungan
kerja adalah toksikologi hiperkes
atau toksikologi kerja (okupasi).
A. Definisi
3. B. Tujuan
♥ Agar masyarakat pekerja dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental, dan sosialnya
♥ Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung
dari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan
yang berasal dari perusahaan
♥ Agar hasil produksi perusahaan tidak
membahayakan kesehatan masyarakat
konsumennya
♥ Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para
karyawan meningkat sehingga dapat
meningkatkan produksi perusahaan
♥ Sebagai tindakan korektif pada lingkungan
4. 1. Survei Pendahuluan
C. Pengenalan Bahaya Bahan Kimia
2. Mengenal proses produksi
3. Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet)
5. 1. Survei Pendahuluan
Untuk mengenal/ mengidentifikasi bahan kimia yang terdapat di
industri dan merencanakan program evaluasi risiko bahaya serta
tindak lanjutnya (nama bahan baku dan bahan sampingan, jenis
bahan yang diperkirakan beracun, identifikasi penggunaanya, jumlah
pekerja yang terpajan, cara pengendaliannya, dsb)
6. 2. Mengenal Proses Produksi
Dengan mempelajari alur proses mulai dari tahap awal sampai akhir,
sumber bahaya kimia dan keluhan kesehatan oleh pekerja serta
memanfaatkan indera kita untuk mengidentifikasi lingkungan kerja
(mengenal bau yang timbul, merasa perih di mata, rangsangan batuk,
dsb.). Informasi ini dari kepala supervisor atau pekerja juga sangat
diperlukan.
7. 3. Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet)
Suatu dokumen teknik yang memberikan informasi tentang
komposisi, karakteristik, bahaya fisik dan potensi bahaya kesehatan,
cara penanganan dan penyimpanan bahan yang aman, tindakan
pertolongan pertama dan prosedur khusus lainnya. Label pada
kemasan bahan kimia perlu dicatat juga.
8. D. Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas
Sifat Fisik
Sifat Kimia
Port d’entree (Cara Masuk ke Dalam Tubuh)
Faktor Individu
9. 1. Sifat Fisik dari Zat Kimia
♥ Gas tidak berbentuk, mengisi ruangan pada
suhu dan tekanan normal, tidak terlihat, tidak
berbau pada konsentrasi rendah, dan dapat
berubah menjadi cair dan padat dengan
perubahan suhu dan tekanan
♥ Uap bentuk gas dari zat yang dalam keadaan
biasa berwujud cair atau padat, tidak kelihatan
dan berdifusi ke seluruh ruangan
♥ Debu partikel zat padat
♥ Kabut titik-titik cairan halus di udara yang
terjadi akibat kondensasi bentuk uap atau dari
tingkat pemecahan zat cair atau menjadi tingkat
dispersi melalui cara tertentu
10. 1. Sifat Fisik dari Zat Kimia
♥ Fume partikel zat padat yang terjadi
oleh kondensasi bentuk gas biasnya
setelah penguapan benda padat yang
dipijarkan
♥ Asap partikel zat Carbon yang
berukuran <0,5 mikron, sebagai akibat
dari pembakaran tidak sempurna
bahan yang mengandung C
♥ Awan partikel cair sebagai hasil
kondensasi fase gas dengan ukuran
partikel 0,1-1 mikron
11. Menurut efeknya terhadap kesehatan, ada 6 golongan zat kimia
berwujud partikel dan berada di udara tempat kerja
1)Perangsang debu kapas, debu beras, dan
lain-lain
2)Toksis partikel Pb, As, Mn, dll
3)Menyebabkan fibrosis jaringan paru debu
kuarsa, asbes
4)Menyebabkan alergi tepung sari, debu kapas
5)Menimbulkan demam fume, ZnO
6)Inert Al, Kapur
12. Menurut efeknya terhadap kesehatan, ada 4 golongan zat kimia
berwujud gas dan uap di tempat kerja
1)Asfiksian gas metan (CH4), CO2, Helium, dan
lain-lain
2)Perangsang Amoniak, HCl, H2S, dan lain-
lain
3)Racun-racun anorganis atau organis AsH3,
TEL, Nikelkarbonil
4)Zat kimia mudah menguap, dibagi menjadi 2
a) Anestesi : Trikloretilin
b) Merusak organ dalam tubuh : CCl4
c) Merusak susunan darah : Benzen
d) Merusak susunan saraf : Paration
13. Sifat persenyawaan: sifat kimiawi Alkohol
berbeda debgan Benzen
Besar molekul: Besar molekul Xilen > Toluen
Konsentrasi: kadar Asam sulfat pekat >
senyawa lain
2. Sifat Kimiawi
Derajat larut dan jenis pelarut: Dieldrin larut
dalam minyak tanah
14. Pernafasan : Zat kimia di udara
Pencernaan: Zat kimia di udara yang
melekat di tenggorokan, atau zat kimia
cair dan padat yang tertelan
Kulit: Zat kimia cair, dan diudara yang
mengendap di permukaan kulit
3. Port d’entree (Cara Masuk ke Dalam Tubuh)
15. Usia
Idiosinkrasia : kerentanan terhadap
suatu zat kima
Habituasi: menadi terbiasa terhadap
suatu zat kimia
4. Faktor Individu
Daya tahan tubuh
Kondisi dan derajat kesehatan tubuh
16. E. Klasifikasi Racun dalam Toksikologi Hiperkes
1. Zat Kimia Industri
Persenyawaan Nitrogen
Persenyawaan halogen
Nitrogen
Alkohol dan glikol
Ester, aldehida, dan eter
hidrokarbon
Logam beracun
Zat korosif
Partikel dalam udara
Sianida, Sulfida, CO
17. E. Klasifikasi Racun dalam Toksikologi Hiperkes
2. Zat Kimia Pertanian
Pestisida halogen
Pestisida inhibitor
kolinesterase
Pestisida lainnya
18. E. Klasifikasi Racun dalam Toksikologi Hiperkes
3. Racun binatang dan
tumbuhan
reptil
Laba-laba
serangga
Binatang laut
Tumbuhan beracu