SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
VEKTOR
Pengertian Vektor
Besaran Vektor dapat disajikan dengan menggunakan suatu bilangan real,
kemudian diikuti dengan sistem suatu yang sesuai. Secara geometri, besaran vektor
dapat disajikan dengan ruas garis berarah. Panjang ruas garis menyatakan panjang
atau besar vaktor, sedangkan arah anak panah menunjukan arah vaktor.
Kesamaan Vektor
Dua vektor a dan b dikatakan sama (ekuivalent), jika dan hanya jika kedua vektor itu
mempunyai panjang dan arah yang sama. Dua vektor yang sama, ditulis a = b
(perhatikan gambar a). Sebagai contoh, perhatikan kubus ABCD.EFGH pada
gambar b. Misalnya AH
uuur
wakil dari vektor a dan BG
uuur
wakil dari vektor b, maka a = b
(a sama dengan atau ekivalen b) sebab AH
uuur
dan BG
uuur
mempunyai arah dan panjang
yang sama.
Penjumlahan Vektor
Misalkan jumlah dari vektor u dengan v adalah w, maka penjumlahan vektor u
dengan vektor v itu dituliskan sebagai w = u + v. Vektor w disebut vektor resultan
dari vektor u dengan vektor v. Secara geometri, vektor w = u + v dapat ditentukan
dengan dua cara, yaitu aturan segitiga dan aturan jajargenjang.
1. Aturan Segitiga
Definisi:
Jumlah vektor u dengan vektor v atau w = u + v dapat ditentukan dengan cara
memindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arahnya), sehingga titik pangkal
vektor v berimpit dengan titik ujung dari vektor u. Vektor w = u + v yang dimaksud
diperoleh dengan menghubungkan titik pangkal vektor u dengan titik ujung atau titik
terminal vektor v yang telah dipindahkan tadi. (lihat gambar di bawah ini).
Menjumlahkan vektor dengan cara seperti ini dikenal sebagai aturan segitiga.
2. Aturan Jajargenjang
Cara lain untuk menentukan jumlah vektor u dan vektor v adalah dengan
memindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arahnya), sehingga titik pangkal
vektor v berimpit dengan titk pangkal vektor u. Vektor w = u + v yang dimaksud
adalah vektor yang titik pangkalnya di titik pangkal persekutuan vektor u dan v serta
vektor itu berimpit dengan diagonal jajargenjang yang dibentuk oleh vektor u dan
vektor v tadi. Menjumlahkan vektor dengan cara seperti ini dikenal sebagai aturan
jajargenjang (paralelogram).
Sifat-Sifat Penjumlahan Vektor
a. Komutatif : u + v = v + u
b. Asosiatif : (u + v) + w = u + (v + w)
c. Terdapat unsur identitas atau unsur satuan (yaitu vektor 0) sehingga berlaku
hubungan : 0 + v = v + 0 = v
a
b
A
E
D
F
G
H
C
B(a)
(b)
A
d. Setiap vektor mempunyai sebuah unsur invers tambah. Jika vektor -v merupakan
invers tambah dari vektor v, maka berlaku hubungan v + (-v) = 0.
Pengurangan Vektor
Definisi:
Jika u dan v sebarang dua vektor, pengurangan v dari u didefinisikan oleh
u - v = u + (-v)
Perkalian Vektor dengan Skalar
Definisi:
Jika v adalah vektor taknol dan k bilangan real taknol (skalar), maka hasil kali kv
didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya |k| kali panjang v dan arahnya sama
seperti arah v jika k > 0. dan berlawanan arah v jika k < 0.
Kita definisikan kv = 0 jika k = 0 atau v = 0.
Sifat-Sifat Perkalian Vektor dengan Skalar
a. ||m v|| = |m| ||v||
b. m (-v) = -m v
c. m v = v m
d. (m +n) v = m v + n v
e. m(u + v) = m u + m v
Panjang Vektor
Misalkan R adalah sebuah titik pada bidang dengan koordinat (x, y) dan r, maka r
dapat disajikan dalam bentuk vektor kolom sebagai r =
x
y
 
 ÷
 
. Panjang atau besar dari
ruas garis berarah OR
uuur
dilambangkan dengan
Dari gambar di samping, didapat hubungan:
OR2
= OA2
+ OB2
⇔ OR2
= x2
+ y2
⇔ OR = 2 2
x y+
Dengan demikian, panjang OR
uuur
adalah:
||OR|| = 2 2
x + y
Jadi, besar atau panjang vektor r =
x
y
 
 ÷
 
dapat ditentukan dengan rumus:
||r|| = 2 2
x y+
Misalkan titik R mempunyai koordinat (x, y, z) dan OR
uuur
mewakili vektor r, maka
vektor r dapat dinyatakan dalam bentuk vektor kolom sebagai r =
x
y
z
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
.
Panjang atau besar ruas garis berarah OR
uuur
ditulis sebagai ||OR
uuur
|| atau OR.
Berdasarkan gambar di samping
diperoleh hubungan:
OR2
= OD2
+ DR2
...................... (1)
Sedangkan OD2
= OA2
+ OB2
OD2
= x2
+ y2
dan DR2
= z2
Substitusi OD2
dan DR2
ke persamaan
(1) diperoleh
OR2
= x2
+ y2
+ z2
Dengan demikian
||OR
uuur
|| = OR = 2 2 2
x y z+ +
X
x
y r
R(x,y)
Jadi, besar atau panjang vektor r =
x
y
z
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
dapat ditentukan dengan rumus
||r|| = 2 2 2
x + y + z
Contoh:
Diketahui vektor-vektor a =
1
2
-2
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
, b =
3
-2
1
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
dan c =
2
5
4
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
. Hitunglah||2a - b + c||
Jawab:
2a – b + c = 2
1
2
-2
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
-
3
-2
1
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
+
2
5
4
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
=
1
11
-1
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
||2a - b + c|| = 2 2 2
(1) + (11) + (-1) =
123 . Jadi, panjang vektor a + b + c adalah ||2a - b + c|| = 123 satuan panjang
Rumus Jarak
Misalkan dua titik di R-3, yaitu titik P dengan koordinat (x1,y1,z1) dan titik Q dengan
koordinat (x2,y2,z2). Ruas garis berarah PQ
uuur
mewakili suatu vektor dengan
komponen-komponen (x2 – x1), (y2 – y1), dan (z2 – z1). Oleh karena itu, panjang ruas
garis berarah PQ
uuur
dapat ditentukan dengan rumus berikut.
||PQ
uuur
|| = 2 2 2
2 1 2 1 2 1(x - x ) + (y - y ) + (z - z )
Vektor Satuan
Dalam bentuk vektor kolom, vektor-vektor satuan di R-2 dapat dinyatakan sebagai
berikut.
ˆi =
1
0
 
 ÷
 
dan ˆj =
0
1
 
 ÷
 
Untuk satuan vektor a yang bukan vektor nol, kita dapat menentukan vektor satuan
dari vektor a. Vektor satuan dari a (dilambangkan dengan ˆe , dibaca: e topi) searah
dengan vektor a dan panjangnya sama dengan satu satuan.
B
A
C
R
O
X
D
Y
r
Z
Jika, vektor a =
x
y
 
 ÷
 
, maka vektor satuan dari a ditentukan dengan rumus:
ˆe =
a
a
= 2 2
x1
yx y
 
 ÷
+  
Dengan sifat yang sama untuk vektor-vektor di R-3, vektor satuan dari vektor a(x,y,z)
ditentukan dengan rumus:
ˆe =
a
a
=
2 2 2
x
1
y
x y z
z
 
 ÷
 ÷
+ +  ÷
 
Rumus Pembagian Ruang Garis di R-3 (Bentuk Vektor dan Bentuk Koordinat)
Pembagian Ruas Garis dalam Perbandingan Bagian
Misalkan titik C terletak pada ruas garis AB, sehingga titik C membagi ruas garis AB
dengan perbandingan m : n, maka AC : CB = m : n atau AC : AB = m : (m + n) (lihat
gambar di bawah ini)
Tanda-tanda (positif atau negatifnya) m dan n ditentukan dengan kesepakatan
sebagai berikut.
(1) Jika C terletak di dalam ruas garis AB sehingga
uuur uuur
AC dan CB searah, maka, m
dan n bertanda sama (m dan n keduanya positif atau keduanya negatif).
(2) Jika C terletak di luar ruas garis AB tetapi pada perpanjangan ruas garis AB,
maka
uuur uuur
AC dan CB berlawanan arah. Dalam hal demikian, m dan n berlawanan
tanda (m positif dan n negatif atau m negatif dan n positif).
Rumus Pembagian Ruas Garis dalam Bentuk Vektor
Vektor posisi titik A dan B berturut-turut adalah a dan b. Titik C pada ruas garis AB
dengan perbandingan m : n atau AC : CB = m : n. Jika vektor posisi titik C adalah c,
maka vektor c ditentukan dengan rumus
c =
m n
m n
+
+
b a
Rumus ini juga berlaku untuk titik C yang terletak pada perpanjangan garis AB.
Contoh:
Vektor posisi titik A dan titik B berturut-turut adalah a dan b. Pada ruas garis AB,
tandailah titik C sehingga AC : CB = 1 : 3, tentukan vektor posisi titik C,
Jawab :
Misalkan vektor posisi titik C adalah c, maka c = ( )
1 3 1
3
1 3 4
+
= +
+
b a
b a
Rumus Pembagian Ruas Garis dalam Bentuk Koordinat.
•••
A BC nm
Diketahui koordinat titik A( 1 1 1x ,y ,z ), B( 2 2 2x ,y ,z ), dan C(x,y,z),
Jika titik C membagi ruas garis AB
dengan perbandingan m : n atau AC :
CB = m : n, maka vektor posisi titik C
dapat ditentukan dengan rumus
pembagian ruas garis di R-3 dalam
bentuk vektor sebagai
c =
m n
m n
+
+
b a
Berdasarkan kesamaan vektor yang terakhir ini diperoleh hubungan berikut.
2 1 2 1 2 1mx nx my ny mz nz
x ; y ; z
m n m n m n
+ + +
= = =
+ + +
Persamaan di atas adalah rumus pembagian ruas garis di R-3 yang dinyatakan
dalam bentuk koordinat.
Perkalian Skalar Dua Vektor
Perkalian skalar antara vektor a dan vektor b dilambangkan dengan • dan
didefinisikan:||a•b|| = ||a|| ||b|| cos θ, dengan ||a|| dan ||b|| masing-masing
menyatakan panjang vektor a dan b, sedangkan θ menyatakan sudut lancip yang
dibentuk oleh vektor a dan b
Perkalian Skalar Dua Vektor dalam Bentuk Kolom
Misalkan a =
1
1
x
y
 
 ÷
 
dan b =
2
2
x
y
 
 ÷
 
merupakan vektor-vektor di R-2 yang di nyatakan
daalam bentuk vektor kolom. Perkalian skalar antara vektor a dan b ditentukan
a • b =
1
1
x
y
 
 ÷
 
•
2
2
x
y
 
 ÷
 
= x1x2 + y1y2
perhatikan bahwa nilai atau hasil perkalian skalar vektor a dan b adalah jumlah
perkalian komponen yang seletak pada vektor a dan b.
Misalkan a =
1
1
1
x
y
z
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
dan b =
2
2
2
x
y
z
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
adalah vektor-vektor di R-3 yang dinyatakan dalam
bentuk vektor kolom. Perkalian skalar antara vektor a dan vektor b ditentukan oleh
rumus:
a•b =
1 2
1 2 1 2 1 2 1 2
1 2
x x
y y x x y y z z
z z
   
 ÷ ÷
= + + ÷ ÷
 ÷ ÷
   
g
Teorema Ortogonalitas
Dua vektor yang tidak nol dikatakan saling tegak lurus (ortogonal) jika dan
hanya jika perkalian skalar kedua vektor itu sama dengan nol.
C(x,y,z)
m
B(x2
,y2
,z2
)
c
b
n
A(x1
,y1
,z1
)O
a
Jadi, vektor a dan b (||a|| ≠ 0 dan ||b|| ≠ 0) dikatakan saling tegak lurus (ortogonal)
jika dan hanya jika a • b = 0
Sifat-Sifat Perkalian Skalar Dua Vektor
1. Sifat Komulatif a • b dan b • a
2. Sifat Distributif a•(b + c) = a•b + a•c
Sudut Antara Dua Vektor
Misalkan a =
1
1
1
x
y
z
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
dan b =
2
2
2
x
y
z
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
adalah vektor-vektor di R-3 yang dinyatakan dalam
bentuk vektor kolom. Jika sudut yang dibentuk oleh vektor a dan b adalah θ, maka
besarnya cos θ dapat ditentukan dengan rumus berikut
1 2 1 2 1 2
2 2 2 2 2 2
1 1 1 2 2 2
x x y y z z
cos
x y z x y z
+ +
θ =
+ + + +
Proyeksi Ortogonal Suatu Vektor Pada Vektor Lain
Dalam geometri bidang, kita telah mempelajari pengertian proyeksi ortogonal dari
suatu ruas garis pada ruas garis yang lain. Proyeksi ortogonal dari ruas garis OA
pada ruas garis OB adalah ruas garis OC, dengan panjang OC ditentukan oleh OC =
OA cos
Perhatikan gambar berikut, ruas-ruas garis berarah OA
uuur
dan OB
uuur
mewakili vektor-
vektor A dan B, sedangkan θ menyatakan sudut antara vektor A dan vektor B.
Proyeksi dari titik A pada ruas garis berarah OB
uuur
adalah titik C, sehingga
OC OA cos a cos= θ = θ
uuur
Besaran OC = ||A|| cos θ dinamakan proyeksi skalar ortogonal (biasanya disingkat
proyeksi skalar saja) vektor A pada arah B.
Nilai proyeksi skalar ortogonal OC = ||A|| cos θ bisa positif, nol, atau negatif,
tergantung dari besar sudut θ.
(1) Untuk 00
≤ θ < 900
, OC bernilai
(2) positif
(3) Untuk θ = 900
, OC bernilai nol
A
0 C B
A
0 C B
a
c b
(a)
(b)
(4) Untuk 900
≤ θ < 1800
, OC bernilai negatif
A
0 C B
(a)
a
b
a
b
B0
A
(b)
a
b
B0C
A
(c)
Perhatikan bahwa ruas garis berarah OC
uuur
mewakili vektor c, sehingga vektor c
merupakan proyeksi vektor a pada arah vektor b. Vektor c ini dinamakan proyeksi
vektor ortogonal (biasanya disingkat dengan proyeksi vektor saja). Dengan
menggunakan definisi perkalian skalar, selanjutnya dapat ditentukan bahwa :
(1) Proyeksi skalar orrtogonal dari vektor a pada arah vektor b adalah l c l, dengan ||
c|| dirumuskan oleh :
a b
c
b
•
=
(2) Proyeksi vektor ortogonal dari vektor a pada arah vektor b adalah c dirumuskan
oleh : 2
a b
c b
b
 • 
=  
  
Proyeksi vektor b pada arah vektor a dapat ditentukan dengan menggunakan
analisis yang sama. Misalkan proyeksi vektor b pada arah vektor a adalah vektor d
(perhatikan Gambar), maka dapat disimpulkan bahwa
(1) Proyeksi skalar ortogonal vektor b
pada arah vektor a adalah
||d|| =
•a b
a
(2) Proyeksi vektor ortogonal vektor b
pada arah vektor a adalah
2
 • 
=  
  
a b
d a
a
D
0 b B
d
a
A
LATIHAN
1. Diketahui titk A(2,1,3), B(-3,2, 5) dan C(4,-1,2). Ruas garis berarah AB
uuur
mewakili vektor u dan ruas garis berarahBC
uuur
mewakili vektor v. Hitunglah
perkalian skalar antara vektor u dan vektor v.
2. Misalkan koordinat titik P(2,3,-1) dan Q(7,-2,9). Titik R membagi ruas garis
PQ dengan perbandingan 1 : 4. Carilah koordinat titik R.
4. Misalkan vektor a dan b membentuk sudut 600
. Jika ||a|| = 4 dan ||b|| = 5,
hitunglah b•(a + b)
5. Diketahui vektor-vektor a =
2
1
2
 
 ÷
− ÷
 ÷
 
, b =
3
2
1
 
 ÷
− ÷
 ÷
 
, dan c =
1
p
0
 
 ÷
 ÷
 ÷
 
Hitunglah nilai p, jika a•(b - c) = a•a dan tentukan besar sudut antara
vektor a dan b
6. Diketahui titik-titik K (3,3,3), L(1,2,-1), M(4,1,1), dan N(6,2,5). Tunjukkan
bahwa bangun KLMN berbentuk jajargenjang

More Related Content

What's hot (20)

32764905 vektor
32764905 vektor32764905 vektor
32764905 vektor
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
06 vektor-di-r2-dan-r3
06 vektor-di-r2-dan-r306 vektor-di-r2-dan-r3
06 vektor-di-r2-dan-r3
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Vektor SMA/SMK
Vektor SMA/SMKVektor SMA/SMK
Vektor SMA/SMK
 
V e k t o r
V e k t o rV e k t o r
V e k t o r
 
09 a analis_vektor
09 a analis_vektor09 a analis_vektor
09 a analis_vektor
 
LKS Matematika Materi Vektor
LKS Matematika Materi VektorLKS Matematika Materi Vektor
LKS Matematika Materi Vektor
 
Bab19
Bab19Bab19
Bab19
 
Penjumlahan dan pengurangan vektor
Penjumlahan dan pengurangan vektorPenjumlahan dan pengurangan vektor
Penjumlahan dan pengurangan vektor
 
2 Analisis Vektor
2 Analisis Vektor2 Analisis Vektor
2 Analisis Vektor
 
20. soal soal vektor
20. soal soal vektor20. soal soal vektor
20. soal soal vektor
 
vektor
vektorvektor
vektor
 
Analisis vektor
Analisis vektorAnalisis vektor
Analisis vektor
 
BAHAN AJAR VEKTOR
BAHAN AJAR VEKTORBAHAN AJAR VEKTOR
BAHAN AJAR VEKTOR
 
Rpkps mg1
Rpkps mg1Rpkps mg1
Rpkps mg1
 
Bab 2 Vektor
Bab 2 VektorBab 2 Vektor
Bab 2 Vektor
 
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipil
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipilMateri vektor dalam aplikasi teknik sipil
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipil
 
Makalah aljabar vektor
Makalah aljabar vektorMakalah aljabar vektor
Makalah aljabar vektor
 

Similar to Vektor plpg

fisika3.docx fisika fisika fisika fisika
fisika3.docx fisika fisika fisika fisikafisika3.docx fisika fisika fisika fisika
fisika3.docx fisika fisika fisika fisika
arifrahman87863
 
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
JustinEduardoSimarma1
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
pitrahdewi
 

Similar to Vektor plpg (20)

fisika3.docx fisika fisika fisika fisika
fisika3.docx fisika fisika fisika fisikafisika3.docx fisika fisika fisika fisika
fisika3.docx fisika fisika fisika fisika
 
vektor.pptx
vektor.pptxvektor.pptx
vektor.pptx
 
Besaran_vektor.pptx
Besaran_vektor.pptxBesaran_vektor.pptx
Besaran_vektor.pptx
 
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
 
vektor_tm_ur_2010.ppt
vektor_tm_ur_2010.pptvektor_tm_ur_2010.ppt
vektor_tm_ur_2010.ppt
 
vektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.ppt
vektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.pptvektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.ppt
vektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.ppt
 
Fismat 1 17 feb 2017
Fismat 1 17 feb 2017Fismat 1 17 feb 2017
Fismat 1 17 feb 2017
 
VEKTOR.pptx
VEKTOR.pptxVEKTOR.pptx
VEKTOR.pptx
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Tugas matematika(ipa)
Tugas matematika(ipa)Tugas matematika(ipa)
Tugas matematika(ipa)
 
Bab 2 vektor
Bab 2  vektorBab 2  vektor
Bab 2 vektor
 
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdftopik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
topik1analisisvektor-140911004300-phpapp02.pdf
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 
Materi 2. skalar vektor
Materi 2. skalar vektorMateri 2. skalar vektor
Materi 2. skalar vektor
 
Vektor - Albert & Carina
Vektor - Albert & CarinaVektor - Albert & Carina
Vektor - Albert & Carina
 
Modul VEKTOR
Modul VEKTORModul VEKTOR
Modul VEKTOR
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptxP3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
 
Vektor
Vektor Vektor
Vektor
 

Recently uploaded

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
furqanridha
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Recently uploaded (20)

Ceramah Antidadah SEMPENA MINGGU ANTIDADAH DI PERINGKAT SEKOLAH
Ceramah Antidadah SEMPENA MINGGU ANTIDADAH DI PERINGKAT SEKOLAHCeramah Antidadah SEMPENA MINGGU ANTIDADAH DI PERINGKAT SEKOLAH
Ceramah Antidadah SEMPENA MINGGU ANTIDADAH DI PERINGKAT SEKOLAH
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 

Vektor plpg

  • 1. VEKTOR Pengertian Vektor Besaran Vektor dapat disajikan dengan menggunakan suatu bilangan real, kemudian diikuti dengan sistem suatu yang sesuai. Secara geometri, besaran vektor dapat disajikan dengan ruas garis berarah. Panjang ruas garis menyatakan panjang atau besar vaktor, sedangkan arah anak panah menunjukan arah vaktor. Kesamaan Vektor Dua vektor a dan b dikatakan sama (ekuivalent), jika dan hanya jika kedua vektor itu mempunyai panjang dan arah yang sama. Dua vektor yang sama, ditulis a = b (perhatikan gambar a). Sebagai contoh, perhatikan kubus ABCD.EFGH pada gambar b. Misalnya AH uuur wakil dari vektor a dan BG uuur wakil dari vektor b, maka a = b (a sama dengan atau ekivalen b) sebab AH uuur dan BG uuur mempunyai arah dan panjang yang sama. Penjumlahan Vektor Misalkan jumlah dari vektor u dengan v adalah w, maka penjumlahan vektor u dengan vektor v itu dituliskan sebagai w = u + v. Vektor w disebut vektor resultan dari vektor u dengan vektor v. Secara geometri, vektor w = u + v dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu aturan segitiga dan aturan jajargenjang. 1. Aturan Segitiga Definisi: Jumlah vektor u dengan vektor v atau w = u + v dapat ditentukan dengan cara memindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arahnya), sehingga titik pangkal vektor v berimpit dengan titik ujung dari vektor u. Vektor w = u + v yang dimaksud diperoleh dengan menghubungkan titik pangkal vektor u dengan titik ujung atau titik terminal vektor v yang telah dipindahkan tadi. (lihat gambar di bawah ini). Menjumlahkan vektor dengan cara seperti ini dikenal sebagai aturan segitiga. 2. Aturan Jajargenjang Cara lain untuk menentukan jumlah vektor u dan vektor v adalah dengan memindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arahnya), sehingga titik pangkal vektor v berimpit dengan titk pangkal vektor u. Vektor w = u + v yang dimaksud adalah vektor yang titik pangkalnya di titik pangkal persekutuan vektor u dan v serta vektor itu berimpit dengan diagonal jajargenjang yang dibentuk oleh vektor u dan vektor v tadi. Menjumlahkan vektor dengan cara seperti ini dikenal sebagai aturan jajargenjang (paralelogram). Sifat-Sifat Penjumlahan Vektor a. Komutatif : u + v = v + u b. Asosiatif : (u + v) + w = u + (v + w) c. Terdapat unsur identitas atau unsur satuan (yaitu vektor 0) sehingga berlaku hubungan : 0 + v = v + 0 = v a b A E D F G H C B(a) (b) A
  • 2. d. Setiap vektor mempunyai sebuah unsur invers tambah. Jika vektor -v merupakan invers tambah dari vektor v, maka berlaku hubungan v + (-v) = 0. Pengurangan Vektor Definisi: Jika u dan v sebarang dua vektor, pengurangan v dari u didefinisikan oleh u - v = u + (-v) Perkalian Vektor dengan Skalar Definisi: Jika v adalah vektor taknol dan k bilangan real taknol (skalar), maka hasil kali kv didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya |k| kali panjang v dan arahnya sama seperti arah v jika k > 0. dan berlawanan arah v jika k < 0. Kita definisikan kv = 0 jika k = 0 atau v = 0. Sifat-Sifat Perkalian Vektor dengan Skalar a. ||m v|| = |m| ||v|| b. m (-v) = -m v c. m v = v m d. (m +n) v = m v + n v e. m(u + v) = m u + m v Panjang Vektor Misalkan R adalah sebuah titik pada bidang dengan koordinat (x, y) dan r, maka r dapat disajikan dalam bentuk vektor kolom sebagai r = x y    ÷   . Panjang atau besar dari ruas garis berarah OR uuur dilambangkan dengan Dari gambar di samping, didapat hubungan: OR2 = OA2 + OB2 ⇔ OR2 = x2 + y2 ⇔ OR = 2 2 x y+ Dengan demikian, panjang OR uuur adalah: ||OR|| = 2 2 x + y Jadi, besar atau panjang vektor r = x y    ÷   dapat ditentukan dengan rumus: ||r|| = 2 2 x y+ Misalkan titik R mempunyai koordinat (x, y, z) dan OR uuur mewakili vektor r, maka vektor r dapat dinyatakan dalam bentuk vektor kolom sebagai r = x y z    ÷  ÷  ÷   . Panjang atau besar ruas garis berarah OR uuur ditulis sebagai ||OR uuur || atau OR. Berdasarkan gambar di samping diperoleh hubungan: OR2 = OD2 + DR2 ...................... (1) Sedangkan OD2 = OA2 + OB2 OD2 = x2 + y2 dan DR2 = z2 Substitusi OD2 dan DR2 ke persamaan (1) diperoleh OR2 = x2 + y2 + z2 Dengan demikian ||OR uuur || = OR = 2 2 2 x y z+ + X x y r R(x,y)
  • 3. Jadi, besar atau panjang vektor r = x y z    ÷  ÷  ÷   dapat ditentukan dengan rumus ||r|| = 2 2 2 x + y + z Contoh: Diketahui vektor-vektor a = 1 2 -2    ÷  ÷  ÷   , b = 3 -2 1    ÷  ÷  ÷   dan c = 2 5 4    ÷  ÷  ÷   . Hitunglah||2a - b + c|| Jawab: 2a – b + c = 2 1 2 -2    ÷  ÷  ÷   - 3 -2 1    ÷  ÷  ÷   + 2 5 4    ÷  ÷  ÷   = 1 11 -1    ÷  ÷  ÷   ||2a - b + c|| = 2 2 2 (1) + (11) + (-1) = 123 . Jadi, panjang vektor a + b + c adalah ||2a - b + c|| = 123 satuan panjang Rumus Jarak Misalkan dua titik di R-3, yaitu titik P dengan koordinat (x1,y1,z1) dan titik Q dengan koordinat (x2,y2,z2). Ruas garis berarah PQ uuur mewakili suatu vektor dengan komponen-komponen (x2 – x1), (y2 – y1), dan (z2 – z1). Oleh karena itu, panjang ruas garis berarah PQ uuur dapat ditentukan dengan rumus berikut. ||PQ uuur || = 2 2 2 2 1 2 1 2 1(x - x ) + (y - y ) + (z - z ) Vektor Satuan Dalam bentuk vektor kolom, vektor-vektor satuan di R-2 dapat dinyatakan sebagai berikut. ˆi = 1 0    ÷   dan ˆj = 0 1    ÷   Untuk satuan vektor a yang bukan vektor nol, kita dapat menentukan vektor satuan dari vektor a. Vektor satuan dari a (dilambangkan dengan ˆe , dibaca: e topi) searah dengan vektor a dan panjangnya sama dengan satu satuan. B A C R O X D Y r Z
  • 4. Jika, vektor a = x y    ÷   , maka vektor satuan dari a ditentukan dengan rumus: ˆe = a a = 2 2 x1 yx y    ÷ +   Dengan sifat yang sama untuk vektor-vektor di R-3, vektor satuan dari vektor a(x,y,z) ditentukan dengan rumus: ˆe = a a = 2 2 2 x 1 y x y z z    ÷  ÷ + +  ÷   Rumus Pembagian Ruang Garis di R-3 (Bentuk Vektor dan Bentuk Koordinat) Pembagian Ruas Garis dalam Perbandingan Bagian Misalkan titik C terletak pada ruas garis AB, sehingga titik C membagi ruas garis AB dengan perbandingan m : n, maka AC : CB = m : n atau AC : AB = m : (m + n) (lihat gambar di bawah ini) Tanda-tanda (positif atau negatifnya) m dan n ditentukan dengan kesepakatan sebagai berikut. (1) Jika C terletak di dalam ruas garis AB sehingga uuur uuur AC dan CB searah, maka, m dan n bertanda sama (m dan n keduanya positif atau keduanya negatif). (2) Jika C terletak di luar ruas garis AB tetapi pada perpanjangan ruas garis AB, maka uuur uuur AC dan CB berlawanan arah. Dalam hal demikian, m dan n berlawanan tanda (m positif dan n negatif atau m negatif dan n positif). Rumus Pembagian Ruas Garis dalam Bentuk Vektor Vektor posisi titik A dan B berturut-turut adalah a dan b. Titik C pada ruas garis AB dengan perbandingan m : n atau AC : CB = m : n. Jika vektor posisi titik C adalah c, maka vektor c ditentukan dengan rumus c = m n m n + + b a Rumus ini juga berlaku untuk titik C yang terletak pada perpanjangan garis AB. Contoh: Vektor posisi titik A dan titik B berturut-turut adalah a dan b. Pada ruas garis AB, tandailah titik C sehingga AC : CB = 1 : 3, tentukan vektor posisi titik C, Jawab : Misalkan vektor posisi titik C adalah c, maka c = ( ) 1 3 1 3 1 3 4 + = + + b a b a Rumus Pembagian Ruas Garis dalam Bentuk Koordinat. ••• A BC nm
  • 5. Diketahui koordinat titik A( 1 1 1x ,y ,z ), B( 2 2 2x ,y ,z ), dan C(x,y,z), Jika titik C membagi ruas garis AB dengan perbandingan m : n atau AC : CB = m : n, maka vektor posisi titik C dapat ditentukan dengan rumus pembagian ruas garis di R-3 dalam bentuk vektor sebagai c = m n m n + + b a Berdasarkan kesamaan vektor yang terakhir ini diperoleh hubungan berikut. 2 1 2 1 2 1mx nx my ny mz nz x ; y ; z m n m n m n + + + = = = + + + Persamaan di atas adalah rumus pembagian ruas garis di R-3 yang dinyatakan dalam bentuk koordinat. Perkalian Skalar Dua Vektor Perkalian skalar antara vektor a dan vektor b dilambangkan dengan • dan didefinisikan:||a•b|| = ||a|| ||b|| cos θ, dengan ||a|| dan ||b|| masing-masing menyatakan panjang vektor a dan b, sedangkan θ menyatakan sudut lancip yang dibentuk oleh vektor a dan b Perkalian Skalar Dua Vektor dalam Bentuk Kolom Misalkan a = 1 1 x y    ÷   dan b = 2 2 x y    ÷   merupakan vektor-vektor di R-2 yang di nyatakan daalam bentuk vektor kolom. Perkalian skalar antara vektor a dan b ditentukan a • b = 1 1 x y    ÷   • 2 2 x y    ÷   = x1x2 + y1y2 perhatikan bahwa nilai atau hasil perkalian skalar vektor a dan b adalah jumlah perkalian komponen yang seletak pada vektor a dan b. Misalkan a = 1 1 1 x y z    ÷  ÷  ÷   dan b = 2 2 2 x y z    ÷  ÷  ÷   adalah vektor-vektor di R-3 yang dinyatakan dalam bentuk vektor kolom. Perkalian skalar antara vektor a dan vektor b ditentukan oleh rumus: a•b = 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 x x y y x x y y z z z z      ÷ ÷ = + + ÷ ÷  ÷ ÷     g Teorema Ortogonalitas Dua vektor yang tidak nol dikatakan saling tegak lurus (ortogonal) jika dan hanya jika perkalian skalar kedua vektor itu sama dengan nol. C(x,y,z) m B(x2 ,y2 ,z2 ) c b n A(x1 ,y1 ,z1 )O a
  • 6. Jadi, vektor a dan b (||a|| ≠ 0 dan ||b|| ≠ 0) dikatakan saling tegak lurus (ortogonal) jika dan hanya jika a • b = 0 Sifat-Sifat Perkalian Skalar Dua Vektor 1. Sifat Komulatif a • b dan b • a 2. Sifat Distributif a•(b + c) = a•b + a•c Sudut Antara Dua Vektor Misalkan a = 1 1 1 x y z    ÷  ÷  ÷   dan b = 2 2 2 x y z    ÷  ÷  ÷   adalah vektor-vektor di R-3 yang dinyatakan dalam bentuk vektor kolom. Jika sudut yang dibentuk oleh vektor a dan b adalah θ, maka besarnya cos θ dapat ditentukan dengan rumus berikut 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 x x y y z z cos x y z x y z + + θ = + + + + Proyeksi Ortogonal Suatu Vektor Pada Vektor Lain Dalam geometri bidang, kita telah mempelajari pengertian proyeksi ortogonal dari suatu ruas garis pada ruas garis yang lain. Proyeksi ortogonal dari ruas garis OA pada ruas garis OB adalah ruas garis OC, dengan panjang OC ditentukan oleh OC = OA cos Perhatikan gambar berikut, ruas-ruas garis berarah OA uuur dan OB uuur mewakili vektor- vektor A dan B, sedangkan θ menyatakan sudut antara vektor A dan vektor B. Proyeksi dari titik A pada ruas garis berarah OB uuur adalah titik C, sehingga OC OA cos a cos= θ = θ uuur Besaran OC = ||A|| cos θ dinamakan proyeksi skalar ortogonal (biasanya disingkat proyeksi skalar saja) vektor A pada arah B. Nilai proyeksi skalar ortogonal OC = ||A|| cos θ bisa positif, nol, atau negatif, tergantung dari besar sudut θ. (1) Untuk 00 ≤ θ < 900 , OC bernilai (2) positif (3) Untuk θ = 900 , OC bernilai nol A 0 C B A 0 C B a c b (a) (b)
  • 7. (4) Untuk 900 ≤ θ < 1800 , OC bernilai negatif A 0 C B (a) a b a b B0 A (b) a b B0C A (c) Perhatikan bahwa ruas garis berarah OC uuur mewakili vektor c, sehingga vektor c merupakan proyeksi vektor a pada arah vektor b. Vektor c ini dinamakan proyeksi vektor ortogonal (biasanya disingkat dengan proyeksi vektor saja). Dengan menggunakan definisi perkalian skalar, selanjutnya dapat ditentukan bahwa : (1) Proyeksi skalar orrtogonal dari vektor a pada arah vektor b adalah l c l, dengan || c|| dirumuskan oleh : a b c b • = (2) Proyeksi vektor ortogonal dari vektor a pada arah vektor b adalah c dirumuskan oleh : 2 a b c b b  •  =      Proyeksi vektor b pada arah vektor a dapat ditentukan dengan menggunakan analisis yang sama. Misalkan proyeksi vektor b pada arah vektor a adalah vektor d (perhatikan Gambar), maka dapat disimpulkan bahwa (1) Proyeksi skalar ortogonal vektor b pada arah vektor a adalah ||d|| = •a b a (2) Proyeksi vektor ortogonal vektor b pada arah vektor a adalah 2  •  =      a b d a a D 0 b B d a A LATIHAN 1. Diketahui titk A(2,1,3), B(-3,2, 5) dan C(4,-1,2). Ruas garis berarah AB uuur mewakili vektor u dan ruas garis berarahBC uuur mewakili vektor v. Hitunglah perkalian skalar antara vektor u dan vektor v.
  • 8. 2. Misalkan koordinat titik P(2,3,-1) dan Q(7,-2,9). Titik R membagi ruas garis PQ dengan perbandingan 1 : 4. Carilah koordinat titik R. 4. Misalkan vektor a dan b membentuk sudut 600 . Jika ||a|| = 4 dan ||b|| = 5, hitunglah b•(a + b) 5. Diketahui vektor-vektor a = 2 1 2    ÷ − ÷  ÷   , b = 3 2 1    ÷ − ÷  ÷   , dan c = 1 p 0    ÷  ÷  ÷   Hitunglah nilai p, jika a•(b - c) = a•a dan tentukan besar sudut antara vektor a dan b 6. Diketahui titik-titik K (3,3,3), L(1,2,-1), M(4,1,1), dan N(6,2,5). Tunjukkan bahwa bangun KLMN berbentuk jajargenjang