Ada tiga teori utama mengenai masuknya Islam ke Indonesia yaitu teori Gujarat (India), Persia, dan Mekkah. Teori Gujarat mengatakan Islam masuk melalui pedagang Gujarat abad ke-13 M, teori Persia melalui pedagang Persia yang singgah di Gujarat, dan teori Mekkah langsung dari Timur Tengah sekitar abad ke-7 M. Sebagian besar sarjana berpendapat Islam masuk Indonesia antara abad ke-7-13 M.
Penjelasan teori teori masuknya islam ke indonesia (Ms.Word)
1. TEORI-TEORI MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Sejarah Islam di Indonesia
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll.
Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria,
Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana
Malik Ibrahim)
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya
Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan
Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para
utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya
tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah
perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim
terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil
berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran.
Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama
Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari
Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah
banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara
Muslim dari Maghribi, yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh
telah tersebar mazhab Syafi’i.
Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di
Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam
seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H /
1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk
asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara
secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara
massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-
besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang
berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh
Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.
Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah
sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan
jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara
dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-
pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat
dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak.
Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi
ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit
masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia. Masyarakat
Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan, sama seperti
ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia
yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini
pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah
itu, barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi,
pendidikan, dan politik.
2. Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan
tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Menurut para sejarawan, teori-teori
tentang kedatangan Islam ke Indonesia dapat dibagi menjadi:
a. Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari
Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang
memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama
sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi
yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak
seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak
langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal
Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh
nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam
pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum
tarikh masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak
kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung
memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat
sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang
mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba
ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari
orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini
hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para
musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi
biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan
tarekat.
b. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat
pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekatan dengan
Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana
pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19.
Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal
Hijriyyah (abad ke-7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel
bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan
berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini
diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya,
Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat
telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab.
Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang
Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar
“sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan
argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831
H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang
wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di
Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat,
atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas
Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat
dan Indonesia.
c. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah
Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal
3. Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada
kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi
tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas
kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di
Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi
melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran
Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan,
keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan
ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang
dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat
pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa
umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
d. Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh
sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah
berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah
sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby
dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di
daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah
pemukiman Islam.
Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan
hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam
pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya
disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan
Sejarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis
dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta
“Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari
Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia.
Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan
oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada
abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para
pelaut dan pedagang Cina. Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan
tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut.
4. Banyak teori dan pendapat tentang sejarah masuknya Islam ke bumi nusantara. Masing-
masing teori dan pendapat tersebut memiliki dasarnya masing-masing. Yang jelas, Islam di nusantara
disebarkan dengan cara damai tanpa kekerasan.
Tiga teori
Ada tiga teori yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Indonesia. Yakni, teori Gujarat
(India), teori Persia, dan Makkah. Menurut teori pertama (Gujarat), Islam masuk ke Indonesia melalui
para pedagang Gujarat (India) yang beragama Islam pada sekitar abad ke-13 M.
Teori kedua (Persia) berkeyakinan, masuknya Islam ke Indonesia melalui peran pedagang asal
Persia yang dalam perjalanannya singgah di Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.
Teori ketiga (Makkah) menyebutkan, Islam tiba di Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang
Muslim yang berasal dari Timur Tengah sekitar abad ke-7 M.
Waktu
Tentang kapan persisnya Islam masuk ke Indonesia, sebagian besar orientalis berpendapat
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dan ke-13 M. Pendapat itu didasarkan pada dua
asumsi. Pertama, bersamaan dengan jatuhnya Baghdad pada 656 M di tangan penguasa Mongol yang
sebagian besar ulamanya melarikan diri hingga ke kepulauan nusantara. Kedua, ditemukannya
beberapa karya sufi pada abad ke-13 M.
Manuskrip Cina
Ada juga pendapat yang mengatakan, justru Islam pertama kali masuk ke nusantara pada abad
pertama Hijriyah. Yakni, pada masa pedagang-pedagang sufi-Muslim Arab memasuki Cina lewat
jalur laut bagian barat. Kesimpulan itu didasarkan pada manuskrip Cina pada periode Dinasti Tang.
Manuskrip Cina itu mensyaratkan adanya permukiman sufi-Arab di Cina, yang penduduknya
diizinkan oleh kaisar untuk sepenuhnya menikmati kebebasan beragama. Cina yang dimaksudkan
dalam manuskrip pada abad pertama Hijriyah itu tiada lain adalah gugusan pulau-pulau di Timur
Jauh, termasuk Kepulauan Indonesia
Jalur emas
Dari manuskrip Cina itu pula, terdapat informasi mengenai jalur penyebaran Islam di
Indonesia. Disebutkan, masuknya Islam bukanlah dari tiga jalur emas (Arab, India, dan Persia)
sebagaimana tertulis dalam buku-buku sejarah selama ini, melainkan langsung dari Arab yang dibawa
oleh para pedagang Arab.
Alasan beragama Islam
Ada beberapa alasan yang menyebabkan mayoritas penduduk nusantara memeluk Islam,
antara lain:
1.Pernikahan antara para pedagang dan bangsawan. Contohnya Raja Brawijaya menikah dengan Putri
Jeumpa yang menurunkan Raden Patah.
2.Pendidikan pesantren
3.Pedagang Islam
4.Seni dan kebudayaan. Contohnya wayang, disebarkan oleh Sunan Kalijaga.
5.Dakwah
Cepat berkembang
Ada beberapa faktor penyebab agama Islam dapat cepat berkembang di nusantara,antara lain:
1. Syarat masuk agama Islam tidak berat, yaitu dengan mengucapkan kalimat syahadat.
2. Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhana.
3. Islam tidak mengenal sistem kasta.
4. Islam tidak menentang adat dan tradisi setempat.
5. Dalam penyebarannya dilakukan dengan jalan damai.
6. Runtuhnya Kerajaan Majapahit memperlancar penyebaran agama Islam.
5.
6. Islam sudah masuk ke Indonesia secara damai sejak abad
ke-7, namun baru berkembang pesat pada abad ke-13 sejalan
dengan semakin mundurnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-
Buddha di Indonesia serta semakin ramainya pedagang-pedagang
Arab Persia, dan Gujarat ke Indonesia. Seperti yang kita kita
ketahui, ada 3 teori mengenai proses masuknya agama Islam ke
Indonesia, yaitu:
Teori Gujarat
Menurut teori ini, yang didukung oleh Snouck Hurgronje,
W.F Suttherheim, dan B.H.M. Vlekke, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13, dibawa oleh
para pedagang Islam dari Gujarat, India. Ada dua bukti untuk mendukung teori: pertama, batu nisan
Sultan Malik Al-Saleh, sultan Samudra Pasai (meninggal tahun 1297) yang bercorak Gujarat (India);
kedua, tulisan Marcopolo pedagang dari Venesia, yang menyatakan pernah singgah di Perlak
(Peureula) pada tahun 1292 dan mendapati banyak penduduknya beragama Islam serta peran
pedagang India dalam penyebaran agama tersebut.
Teori Mekkah
Menurut teori ini, yang didukung oleh Buya Hamka dan J.C. van Leur, pengaruh Islam telah
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 dibawa langsung oleh para pedagang Arab. Buktinya adalah
adanya pemukiman Islam tahun 674 di Barus, pantai sebelah barat Sumatra. Menyanggah teori
Gujarat, teori ini meyakini Islam yang berkembang di Samudra Pasai menganut mazhab Syafi'i,
mazhab besar di Mesir dan Mekkah pada masa itu, sedangkan daerah Gujarat menganut mazhab
Hanafi; Selain itu, sultan-sultan Pasai menggunakan gelar Al-Malik, gelar yang lazim dipakai di
Mesir saat itu.
Bukti lain terkait munculnya Islam sebelum abad ke-13 adalah makam seorang wanita di
Gresik Jawa Timur yang tertulis atas nama Fatimah binti Maimun (berangka tahun 1082) serta temuan
sejumlah makam Islam di Tralaya (wilayah Majapahit), Trowulan, Jawa Timur yang menggunakan
tahun sakka, bukan tahun Hijriyah dengan angka Jawa Kuno. Diperkirakan pada masa jayanya banyak
warga Majapahit beragama Islam. Meski demikian, tidak ada petunjuk siapa yang menyebarkan
agama Islam di Majapahit atau di Gresik itu.
Teori Persia
Menurut teori ini, yang didukung oleh Hoesein Djajadiningrat, Islam di Indonesia dibawa
masuk oleh orang-orang Persia sekitar abad ke-13. Bukti untuk mendukung teori ini adalah adanya
upacara Tabot (yaitu upacara memperingati meninggalnya imam Husain bin Ali cucu Nabi
Muhammad) di Bengkulu dan Sumatra Barat (Tabuik) setiap tanggal 10 Muharam atau 1 Asyura;
upacara ini juga merupakan ritual tahunan dipersia; selain itu, ada kesamaan antara ajaran sufi yang
dianut Syekh Siti Jenar dan Sufi Iran beraliran Al-Hallaj.
Teori manakah yang benar? Dari tafsiran terhadap ketiga pandangan itu, umumnya orang
menerima bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7, namun baru berkembang pesat
pada abad ke-13 sejalan dengan semakin mundurnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di
Indonesia serta semakin ramainya pedagang-pedagang Arab, Persia, dan Gujarat ke Indonesia.
http://www.tuliskan.com/2014/02/teori-teori-masuknya-islam-ke-indonesia.html
jagoips.wordpress.com/2013/04/24/teori-teori-masuknya-islam-ke-indonesia/
http://www.republikapenerbit.com/artikel/detail_info/183