Teori masuknya Islam ke Indonesia meliputi teori Arab, India, dan Persia. Teori Arab menyatakan Islam masuk pada abad ke-7-8 M lewat pedagang Arab. Teori India mengaitkan penyebaran Islam di Indonesia dengan Gujarat melalui pedagang Muslim India. Teori Persia menekankan pengaruh budaya Persia dalam Islam Indonesia. Namun, teori-teori ini memiliki kelemahan seperti tidak adanya bukti masuknya Islam pada abad awal di Indonesia. Islam kemungkinan bes
1. TEORI MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Chikita Aulia Putri
(X Elektro 3)
Disusun Oleh :
2. Salah satu sejarawan yang mendukung teori ini ialah Prof. Hamka. Dia menyatakan bahwa Islam
sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriah (abad ke-7 sampai 8 M) langsung dari Arab
dengan bukti jalur perdagangan yang ramai dan bersifat internasional. Selain Hamka, Arnold juga
berpandangan bahwa, para pedagang Arab juga menyebarkan Islam ketika mereka dominan dalam
perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Asumsi
ini diperkuat dengan adanya sumber Cina yang menyebutkan bahwa, menjelang akhir perempatan
abad ke-7 seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir
pantai Sumatera. Sebagian orang-orang Arab ini dilaporkan melakukan perkawinan dengan wanita
lokal. Menurut Arnold anggota-anggota komunitas Muslim ini juga melakukan –kegiatan-kegiatan
penyebaran Islam.
Teori Arab / Mekkah
3. Teori Gujarat
Kebanyakan sarjana asal Belanda, memegang teori bahwa Islam di Indonesia berasal dari Anak
Benua India. Pijnappel merupakan salah seorang sarjana yang mengkemukakan teori ini, dia
mengaitkan asal-muasal Islam di Indonesia dengan daerah Gujarat dan Malabar. Menurutnya,
orang-orang Arab bermazhap Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India tersebut
yang kemudian membawa Islam ke Nusantara. Snouck Hurgronje kemudian mengembangkan
teori ini, dia berpendapat bahwa ketika Islam berpijak kokoh di beberapa kota pelabuhan Anak
Benua India, banyak di antara mereka orang muslim yang tinggal di sana sebagai pedagang
perantara dalam perdagangan Timur Tengah dengan Nusantara.
Selain mereka masih ada beberapa sarjana Belanda yang sepakat bahwa Islam di Nusantara
datang dari Gujarat dengan alasan bahwa batu nisan yang terdapat di Pasai, salah satunya batu
nisan yang terdapat di makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik dan juga terdapat di Jawa
Timur, ternyata sama bentuknya dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat. Dengan
beberapa alasan tersebut mereka meyimpulkan bahwa Islam di Nusantara berasal dari India.
4. Pembangun teori Persia ini adalah Hoesein Djajaningrat. Teori Persia lebih menitikberatkan
tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang
dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia di antaranya, pertama, peringatan 10 Muharram
atau Asyura sebagai hari peringatan Syi’ah atas kematian Husain. Peringatan ini berbentuk
pembuatan bubur Asyura dan perayaan tabut. Kedua, adanya kesamaan ajaran antara ajaran Siti
Jenar dengan ajaran Sufi Iran yaitu al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj sudah meninggal, tetapi
ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syaikh Siti Jenar
yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya. Dengan kenyataan-kenyataan tersebut maka
Hoesein menyimpulkan bahwa Islam di Nusantara berasal dari Persia.
Teori Persia
5. Menurut Azyumardi Azra ada beberapa kelemahan-kelemahan dari teori-teori yang
dikemukaan diatas, pertama teori india yang dikembangkan oleh sarjana-sarjana Belanda,
kelemahan ini terlihat ketika pada masa itu India diperintah oleh seorang yang beragama
Hindu, selain itu kelemahan teori ini terlihat dari pemahaman keagamaan atau mazhab yang
dianut oleh masyarkat India dan Nusantara, yang mana India memegang mazhab Hanafi
sementara Nusantara bermazhab Syafi’i. Kedua, teori Arab yang mengatakan bahwa Islam
masuk pada Abad ke-7/8M. Selain itu teori ini dianggap lemah karena tidak adanya bukti
bahwa adanya penduduk lokal yang masuk Islam pada abad ini. Alasan ini dikuatkan oleh
corak Islam awal yang di anut oleh masyarakat Nusantara ialah Islam sufistik, karena pada
masa al-Gazali muncul sufi-sufi pengembara yang bertujuan untuk menyebarkan Islam tanpa
pamrih, maka sufi-sufi inilah yang datang dan menyebarkan Islam di Nusantara.(YS)