Kerajaan-kerajaan awal di Nusantara seperti Samudra Pasai dan Malaka berperan penting dalam penyebaran pendidikan Islam. Mereka mendirikan perpustakaan dan lembaga pengajian yang menarik banyak ulama dari luar negeri. Pendidikan Islam kemudian berkembang luas di kalangan rakyat melalui pesantren, surau, dan langgar yang didirikan oleh ulama setempat.
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
1. ISLAMISASI DAN SILANG
BUDAYA DI NUSANTARA
X MIA 2
1. Aghniya Nanda Pradipta
2. Athiyyah Ayuning Putri
3. Lydia Nurkumalawati
4. Rusman Nurcahyadi
5. Ryzaldi Ananda Fabian
2. Ketika Kerajaan Samudera mengalami kemunduran dalam bidang
politik, tradisi keilmuannya tetap berlanjut dan berfungsi sebagai pusat
studi Islam di Nusantara.
Ketika Kerajaan Malaka masuk, mereka juga berkembang sebagai studi
Islam di Asia Tenggara, bahkan berhasil menyaingi Samudera Pasai.
Kerajaan Malaka giat melaksanakan pengajian dan pendidikan Islam.
Perpustakaan sudah tersedia dan difungsikan sebagai pusat penyalinan
kitab-kitab dan penerjemahannya dari bahasa Arab ke bahasa Melayu.
Hal ini banyak ulama tertarik datang ke Malaka, seperti dari
Afghanistan, Malabar, Hindustan, dan terutama dari Arab.
Terbentuknya Jaringan Keilmuan di Nusantara
3. Hubungan antar kerajaan Islam, misalnya Samudera Pasai, Malaka, dan
Aceh Darussalam, sangat bermakna dalam bidang budaya dan
keagamaan, dan juga ketiganya mendapat sebutan Serambi Mekkah
dan menjadi pusat pendidikan Islam di Indonesia.
Sultan Iskandar Muda adalah raja yang sangat memperhatikan
pengembangan pendidikan dan pengajaran agama Islam.
Ia mendirikan Masjid Raya Baiturrahman dan memanggil Hamzah al
Fanzuri dan Syamsuddin as Sumatrani sebagai penasihat.
Ulama Minangkabau Syekh Burhanuddin Ulakan terkenal sebagai
pelopor pendidikan Islam di Minangkabau dan Syekh Abdul Muhyu al
Garuti berjasa menyebarkan Islam di Jawa Barat. Hal ini menjadi
pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat.
4. Di Banten, fungsi istana sebagai lembaga pendidikan. Pada abad ke-17,
Banten sudah menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam di Jawa.
Martin van Bruinessen menyatakan, “Pendidikan agama cukup
menonjol ketika Belanada datang untuk pertama kalinya pada 1596 dan
menyaksikan bahwa orang-orang Banten memiliki guru-guru yang
berasal dari Mekkah”.
Di Palembang, istana juga difungsikan sebagai pusat sastra dan ilmu
agama. Banyak Sultan Palembang yang mendorong perkembangan
intelektual keagamaan, seperti Sultan Ahmad Najamuddin I dan Sultan
Muhammad Baha’uddin.
5. Pada masa pemerintahan mereka, telah muncul banyak ilmuwan asal
Palembang melahirkan karya-karya ilmiah keagamaan : ilmu tauhid, ilmu
kalam, tasawuf, tarekat, tarikh, dan Al-Qur’an.
Dua hal yang mempercepat proses berkembangnya pendidikan Islam
yaitu penggunaan aksara Arab dan bahasa Melayu sebagai bahasa
pemersatu (lingua franca).
Semua ilmu yang diberikan di lembaga pendidikan Islam di Nusantara
ditulis dalam aksara Arab, baik dalam bahasa Arab maupun dalam
bahasa Melayu atau Jawa.
Aksara Arab memiliki banyak sebutan, seperti huruf Jawi (di Melayu)
dan huruf pegon (di Jawa).
6. Setelah terbentuknya berbagai ulama hasil didikan dari istana-istana,
maka murid-muridnya melakukan pendidikan dengan dilangsungkannya
pendidikan di rumah-rumah ulama untuk masyrakat umum, khususnya
sebagai tempat pendidikan dasar, layaknya kuttab (lembaga pendidikan
dasar di Arab sejak masa Rasulullah) di wilayah Arab.
Pelajaran yang diberikan terutama membaca Al-Qur’an, menghafal ayat-
ayat pendek, dan belajar bacaan salat lima waktu.
Di masjid-masjid, di sinilah terjadi demokratisasi pendidikan dalam
sejarah Islam. Tidak jarang diantaranya berkembang menjadi sebuah
lembaga pendidikan yang cukup kompleks, seperti meunasah di Aceh,
surau di Minangkabau, langgar di Kalimantan, dan pesantren di Jawa.
7. SENI BUDAYA / BANGUNAN
Antara Akulturasi dan Perkembangan Budaya
Islam
8. A. Masjid dan Menara
Ciri-ciri bangunan masjid-masjid kuno di Indonesia:
1) Atapnya berupa atap tumpang, yaitu atap yang bersusun
semakin ke atas semakin kecil dan tingkat yang paling atas
berbentuk limas. Jumlah tumpang biasanya gasal/ganjil. Atap
yang jumlahnya satu disebut meru dan atap yang masih diberi
puncak disebut mustaka.
2) Tidak ada menara yang berfungsi sebagai tempat
mengumandangkan adzan. Digunakan bedhug atau kentongan
untuk menandai datangnya waktu solat.
3) Masjid umumnya didirikan di ibu kota atau dekat istana kerajaan.
Ada juga masjid yang dianggap keramat berada di atas bukit atau
dekat makam.
10. B. Makam
Setelah kebudayaan Indonesia Hindu-Budha mengalami
keruntuhan dan tidak lagi ada pendirian bangunan percandian, unsur
seni bangunan keagamaan masih diteruskan pada masa tumbuh dan
berkembangnya Islam di Indonesia melalui proses akulturasi .
Makam –makam yang yang lokasinya di atas bukit, makam yang paling
atas adalah yang paling dihormati
11. Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dihiasi dengan berbagai
motif ukiran. Misalnya ukiran-ukiran pada pintu atau tiang pada
bangunan keraton ataupun masjid, pada gapura ataupun pintu gerbang.
Dikembangkan juga seni hias atau seni ukir dengan bentuk tulisan Arab
yang dicampur dengan ragam hias yang lain. Bahkan ada seni kaligrafi
yang membentuk orang, binatang, atau wayang.
SENI UKIR
12. Dilihat dan corak dan isinya, ada beberapa jenis seni sastra seperti berikut:
1.) Hikayat, adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng.
dalam hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik, keajaiban,
atau hal-hal yang tidak masuk akal. hikayat ditulis dalam bentuk
gancaran(karangan bebas atau prosa).Contohnya hikayat Sri Rama.
AKSARA DAN SENI ASTRA
13. 2.) Babad, mirip dengan hikayat. Penulisan babad seperti sejarah,
tetapi isinya tidak selalu berdasarkan fakta. jadi, isinya carapuran
antara fakta jekarah, mitos, atau kepercayaan. Contohnya Babad
Tanah Jawi
14. 3.) Syair, berasal dari perkataan Arab untuk menanamkan karya
sastra berupa sajak-sajak yang terdiri atas empat baris setiap
baitnya. Contohnya Syair Ken Tambuhan.
15. 4.) Suluk, merupakan karya sastra yang berupa kitab-kitab dan
isinya menjelaskan soal-soal tasawufnya. Contohnya Suluk
Pedhalangan.
16. Contoh kesenian :
Permainan debus, yaitu tarian yang pada puncak acara para penari menusukkan
benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian ini diawali dengan
pembacaan ayat-ayat Al Qur’an dan salawat nabi.
Seudati, sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dari kata syaidati yang
berarti permainan orang-orang besar.
Wayang, pertunjukkan wayang ini sudah erkembang dari jaman Hindu, tetapi pada
jaman Islam terus dikembangkan. Kemudian berdasarkan cerita Amir Hamzah
dikembangkan pertunjukkan wayang Aceh.
KESENIAN
18. Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah
mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78 Masehi. Dalam
kalender Saka ini ditemukan nama-nama paaran seperti legi, pahing, wage, dan
kliwon.
Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender
Jawa, dengan perhitungan bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan
sperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa.
Sedangkan nama hari tetap menggunakan nama hari sesuai dengan bahasa Arab.
Dan bahkan hari pasaran pada kalender Saka masih juga dipergunakan.
Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 syuro 1555 Jawa, atau tepatnya
1 Muharram 1053 H yang bertepatan pada tanggal 8 Agustus 1688 M.
SISTEM KALENDER
19. Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang
pemerintahan bercorak Hindu maupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha mengalami keruntuhan dan
digantikan perannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti
Samudra Pasai, Demak, Malaka, Dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, raanya bergelar Sultan atau Sunan
seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan di
candi atau dicandikan melainkan dimakamkan secara Islam.
SISTEM PEMERINTAHAN