Dokumen tersebut membahas tentang konversi dosis infusi intravena menjadi dosis oral. Terdapat dua metode untuk menghitung dosis oral yang sesuai, yaitu dengan mempertimbangkan konsentrasi tunak obat dalam plasma harus sama antara infusi dan oral, atau dengan menyamakan kecepatan infusi dengan kecepatan dosis oral. Metode tersebut dijelaskan lewat contoh kasus pasien asma yang semula mendapat infusi aminofilin kemudian dik
3. • Setelah kondisi pasien
membaik dan pemberian IV
dihentikan namun
pengobatan masih perlu
dilanjutkan menggunakan
obat yang sama secara
ORAL
• Bagaimana konversi
dosisnya?
• Segera setelah infusi
intravena dihentikan, maka
konsentrasi obat dalam
serum menurun menurut
kinetika eliminasi orde-
satu.
4. • Untuk produk obat oral dengan
pelepasan segera, waktu yang
diperlukan untuk mencapai
keadaan tunak tergantung pada
tetapan laju eliminasi order
kesatu obat.
• Oleh karena itu, jika penderita
memulai aturan dosis dengan
produk obat oral pada waktu
yang sama saat infusi intravena
dihentikan, maka penurunan
kadar obat dalam serum dari
infusi intravena secara
eksponensial seharusnya sesuai
dengan kenaikan secara
eksponensial kadar obat dalam
serum dari produk obat oral.
Pemberian Oral “ER”
5. • Contoh kasus Konversi dari infusi intravena ke
suatu pengobatan oral : teofilina atau kinidina.
• terapi oral hendaknya dimulai pada waktu yang
sama saat infusi intravena dihentikan. Supaya :
– Fluktuasi atr C maks dan C min diperkecil
– Mempermudah Kepatuhan pasien
6. • Ada dua metode yang dapat digunakan untuk
menghitung suatu aturan dosis oral yang
sesuai untuk penderita dengan kondisi yang
telah distabilkan dengan suatu infusi obat
intravena.
• Kedua metode menganggap bahwa
konsentrasi obat dalam plasma penderita
pada keadaan tunak.
7. Metode ke-1 :
• Metode ini beranggapan bahwa
konsentrasi tunak obat dalam plasma, Css
setelah infusi IV identik dengan Cav~ yang
diinginkan setelah pemberian oral dosis
ganda.
11. Contoh :
• Seorang pasien asma, pria dewasa (umur
55, berat badan 78 kg) dipertahankan
dengan infusi intravena aminofilina pada
laju 36 mg/jam. Konsentrasi tunak teofilina
adalah 12 mg/ml dan klirens tubuh total
adalah 3,0 L/jam.
• Hitung aturan dosis oral yang sesuai dari
teofilina untuk pasien ini.
12. • Aminofilina adalah suatu garam dari teofilina
yang larut dan mengandung 85% teofilina (S =
0,85). Teofilina 100% "bioavailable“ (F =1)
setelah pemberian suatu dosis oral.
• Karena klirens tubuh total ClT = K.Vd,
Persamaan tadi dapat dinyatakan sebagai :
13. Sehari (24 jam) : 42,35 x 24 = 1016,4 mg / hari 1000 mg/hari
Skema Pengaturannya :
Dosis 1000 mg/hari dapat diberikan dalam 2 cara :
a) 500 mg setiap 12 jam atau
b) 250 mg setiap 6 jam
Dua-duanya akan menghasilkan Cav (ss) yang sama, namun
Cmax dan Cmin akan berbeda.
Saran : Berikan obat dalam cara (a) secara sustained- release, untuk
menghindari konsentrasi obat yg terlalu tinggi dalam tubuh.
mg/jam42.35
(0.85)(1)
(12).3
S.F
.ClC
τ
Do av
14. Metode ke-2 :
Metode 2 menganggap bahwa kecepatan infusi intravena
(mg/hr) sama dengan kecepatan dosis oral yang diinginkan
Contoh :
• Dengan menggunakan contoh pada metode 1, perhitungan
berikut dapat digunakan.
Solusi :
• Aminophylline yang diberikan scr Infus IV pada kecepatan
36 mg/jam. Total dosis per hari dari amonofilin adl 36
mg/jam x 24 hr = 864 mg.
• Dosis per hari ekivalen dengan teofilin adalah 864/0.85 =
1016,4 mg.
• Jadi, patient seharusnya menerima kira-kira 1000 mg
theophylline per hari atau 500 mg teofilin lepas lambat
setiap 12 jam