19. Pasien dewasa berat badan 65kg akan diberi antibiotik dengan suntikan
intravena berulang tiap 6 jam. Kadar yang paling efektif obat ini dalam
membuntuh mikroba adalah 10mg/L. Setelah pemberian pertama,
diperoleh bahwa waktu paruh eleminasi 5 jam, dan volume distribusi
300ml/kh
CONTOH KASUS
20. a. Tentukan regimen dosis obat pasien ini sampai tercapai keadaan tunak.
Untuk menentukan dosis intravena berulang dapat digunakan
persamaan
Cave
ss= F.Div/Vd.k.š½
Div= (10mg/L) (0,3 L/kg . 65 kg) (0,693/ 5 jam) (6jam)
=162 mg diberikan tiap 6 jam
21. b. Karena setelah pengobatan ini kondisi pasien membaik, berikutnya
pasieb akan diberikan sediaan per oral. Karena regimen intravena akan
diganti sediaan per oral, maka fator ketersediaan hayati harus
dipertimbangkan.
*obat sama jika berlainan produsen ļ ketersediaan hayati mungkin
berbeda
22. Selanjutnya jika interval pemberian dan kadar tunak tidak diubah, namun
ketersediaan hayati oral 90%. Maka:
Dpo= (10 mg/L) (0,3L/kg . 65 kg) (0,693/5jam) (6jam)
0,9
=180 mg diberikan tiap 6 jam
23. Penggunaan sediaan oral lainnya yang mengandung jumlah obat yang
sama, tetapi dengan kecepatan absorpsi lebih lambat tidak akan mengubah
kadar tunak, namun menurunkan kadar obat dalam darah di awal
pemberian
24. Jika sediaan oral yang tersedia 200 dan 350mg, sediaan mana yang akan
dipilih? Opsi pertama, jika memilih sediaan 200 mg, apakah kadar tunak
rata-rata sudah melampaui nilai ambang toksik?
25. Cave
ss= F.Dpo = (0,9) (200mg) = 11,10mg/L
Vd.k.t (0,3 L/kg. 65 kg) (0,693/ 5jam) (6 jam)
Opsi kedua, jika menggunakan sediaan 350 mg, tetapi setiap penggunaan
dibagi dua
Cave
ss = F.Dpo = (0,9) (175 mg) = 10,80mg/L
Vd.k.t (0,3 L/kg. 65 kg) (0,693/ 5jam) (6 jam)
Dari contoh ini, kedua opsi dapat dipilih, karena masing-masing
menghasilkan kadar tunak rata-rata mendekati kadar efektif 10mg/L
26. Jika sediaan yang tersedia hanya 350 mg, berapakah seharusnya interval
pemberian obat?
t = F. Dpo = (0,9) (350mg) = 11,66 jam
Cave
ss. Vd. K (10mg/L) (0,3 L/kg.65 kg) (0,693/5jam)
Bagaimana jika pemberian setiap 12 jam?
Cave
ss = F. Dpo = (0,9) (350mg) = 9,71 mg/L
Vd.k.š½ (0,3 L/kg. 65 kg) (0,693/ 5 jam) (12 jam)
27. Dengan kenaikan dosis ini, maka kadar punca obat pada keadaan tunak
juga meningkat. Jika batas ambang toksisitas (KTM) antibiotik 25 mg/L,
apakah regimen dosis ini akan melebihi KTM? Atau apabila kadar hambat
minimum (KHM) 7,5mg/L, apakah pada akhir interval kadarnya di bawah
KHM? Jika diketahui nilai ka=0,95/jam
28.
29.
30. Jika ingin mengetahui berapa lama kadar antibiotik berada di bawah KHM
7,5 mg/L. Setelah dilakukan perhitungan ternyata selama 3,8 jam antibiotik
tersebut berada di bawah nilai KHM
Cmin
ss = CKHM . e-kt
4,42= 7,5. e ā(0,1386).t
Ln 4,42 = Ln 7,5 ā 0,1386 . t
T = 3,8 jam
31. Dengan kenaikan dosis ini, maka kadar punca obat pada keadaan tunak
juga meningkat. Jika batas ambang toksisitas (KTM) antibiotik 25 mg/L,
apakah regimen dosis ini akan melebihi KTM? Atau apabila kadar hambat
minimum (KHM) 7,5mg/L, apakah pada akhir interval kadarnya di bawah
KHM? Jika diketahui nilai ka=0,95/jam
32. Keberadaan antibiotik di bawah KHM selama hampir 4 jam ļ terdapat
kemungkinan munculnya resistensi mikroorganisme tergantung pada sifat
antibiotiknya
Golongan aminoglikosida, fluorokuinolon, dan metronidazol memiliki sifat
Post Antibiotic Effect sekitar 2-8 jam meskipun kadar dalam darah sudah di
bawah KHM
*Golongan beta laktam, makrolida, klindamisin atau linezolidļ
efektivitasnya akan hilang dan peluang resistensi lebih besar
33. Sumber
ā¢ Rusdiana, Taofik. Bahan Ajar Konversi Dosis Infusi Intravena ke Oral.
Bandung; Fakultas Farmasi; Universitas Pajajaran
ā¢ Hakim, L. 2012. Farmakokinetik Klinik. Yogyakarta; Bursa Ilmu
ā¢ J Kim, O De Jesus. 2017. Medication Routes of Administration.
StatPearls Publishing