1. Membangun Sistem Kelembagaan Pertanian
di Era New Normal:
“SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN BARU”
SYAHYUTI
Webinar MENGGELORAKAN INOVASI PENYULUHAN PERTANIAN 4.0 DI ERA NEW NORMAL
BPTP Gorontalo – 2 Juli 2020
1
2. Materi:
1. Penyuluhan klasik versus modern
2. Fakta dan tantangan penyuluhan pertanian Indonesia
3. Penyuluhan di era New Normal
2
4. Kritik terhadap penyuluhan klasik:
Mahal, menghabiskan anggaran pemerintah
Tidak efisien dalam penggunaan anggaran dibandingkan dengan bidang
profesi lain di pemerintahan
Organisasinya besar , lamban, dan kaku
One way communication
4
5. Paradigma penyuluhan lama vs baru:
5
Penyuluhan lama Penyuluhan baru
Penanggung jawab
penyuluhan
Pemerintah pusat Banyak pihak pada berbagai level (PT,
petani, swasta, NGO, dll)
Fungsi penyuluhan Tranfer teknologi untuk peningkatan
produksi
Lebih luas (memobilisasi,
mengorganisasikan dan mendidik
petani).
Posisi penyuluhan Terpisah dengan instansi lain Koheren
Model transfer
teknologi
Linear, sekuensial, dan satu arah Lebih realistik, siklis, dan dinamis (antara
petani, peneliti, penyuluh)
Desain proyek Menurut perspektif pengajar learning model, melibatkan stakeholders
Pendekatan Lip sevice = menyampaikan teknologi Mengambil resiko dengan melibatkan
teknologi eksperimental, serta
mengaitkan penelitian, manajer
penyuluhan, dan organisasi petani
PPL berada
di Dinas
Pertanian
6. Paradigma “penyuluhan modern” pada UU NO 16 - 2006:
1. Demokrasi dan partisipasi (Pasal 2)
2. Penyuluhan tidak pada sekedar
peningkatan produksi pertanian, namun
pada manusianya (Pasal 3)
3. Menerapkan manajemen yang terintegratif,
tidak lagi terpasung ego sektoral (Pasal 6 -
7)
4. Pelibatan masyarakat petani, dan
menjadikan petani sebagai subjek
penyuluhan (Pasal 6 (b) dan 29)
5. Penyuluhan tidak lagi dimonopoli oleh
pemerintah, diakui keberadaan penyuluh
swadaya dan swasta, serta Komisi
Penyuluhan
= UU 16-2006 tentang SP3 sudah
menganut paradigma “penyuluhan
modern”
6
8. Four generations of extension in Asia:
1. Colonial agriculture
2. Diverse top-down extension: after independence, commodity-based extension
services, production targets, foreign donors.
3. Unified top-down extension: 1970s - 1980s, the Training and Visit system,
single national service, "Green Revolution" technologies.
4. Diverse bottom-up extension: World Bank funding came to an end, the T and
V system collapsed, decline of central planning, participatory methods
replacing top-down approaches
• Penyuluhan di Indonesia saat ini = ciri 2 dan 3
8
9. Periodeisasi penyuluhan pertanian Indonesia:
9
Era revolusi hijau Era UU 16-2006 Era UU 23-2014 Era New Normal
1. Kelembagaan
penyuluhan
Badan Bimas -Otonomi daerah
-SKPD sendiri
(Bakorluh, Bapeluh)
Di dalam Dinas
Pertanian atau Pangan
Di dalam Dinas
Pertanian atau Pangan
2. Ketenagaan
penyuluhan
Pengangkatan PPL
PNS besar2 an
Pengangkatan THL-
TBPP (27.000 orang)
untuk menjadi
penyuluh swasta dan
swadaya
Hampir tidak ada
pengangkatan baru
Mestinya
mengandalkan pada
PPL SWADAYA dan
SWASTA
3. Penyelenggaraan
penyuluhan
Dalam Program
Bimas, Insus, Supra
Insus, dll
“Program reguler” Upsus Pajale Kostratani di BPP
4. Sarana dan
prasarana
Tersedia memadai Lumayan tersedia Kurang tersedia Mengandalkan
prasaranan non fisik
(IT, dll)
5. Anggaran
penyuluhan
Anggaran ada di
pusat
Dana pusat (DAU,
DAK)
Mengandalkan
anggaran daerah
Mengandalkan
anggaran daerah
Tahun
2006
Tahun
2014
Tahun
2020
Tahun
1965
10. Jumlah SDM dan kelembagaan penyuluhan pertanian Indonesia
(2013 – 2017)
10
2.013 2.014 2.015 2.016 2.017
RATA2 (% per
th)
Jumlah BPP 5.016 5.251 5.430 5.430 5.515 2,41
Jumlah PPL PNS 27.476 27.153 25.713 25.290 30.621 3,24
Jumlah THL TBPP 21.249 20.814 20.197 19.084 12.584 (3,51)
Jumlah PPL swadaya 13.169 16.596 24.981 23.797 24.471 18,66
Jumlah PPL swasta 92 92 92 92 105 3,53
TOTAL PPL 61.986 64.655 70.983 68.263 67.781 2,39
Jumlah Kelompok Tani 318.453 322.390 422.770 531.287 561.791 13,51
Jumlah Gapoktan 37.632 37.632 57.272 62.163 63.120 12,56
Jumlah KEP 13.230 13.230 13.230 12.584 12.546 0,11
Sumber: Buku “Outlook Penyuluhan Pertanian Indonesia 2019-2022” (KPPN, 2018)
12. PPL kurang mengembangkan organisasi petani
(Syahyuti et al., 2014)
Uraian Jabar Jatim Sumbar
Jumlah petani yang sudah masuk kelompok tani (%) 48.4 54.6 55.5
Jumlah kelompok tani yang dibina (unit) 11 – 16 10-14 10 - 16
Jumlah berdasarkan kelas:
Kelas pemula (%) 37.2 43.4 56.2
Kelas lanjut (%) 37.2 38.6 31.2
Kelas madya (%) 18.6 18.0 12.6
Kelas utama (%) 7.0 0.0 0.0
Total 100.0 100.0 100.0
Target semua petani masuk kelompok tani (%) 100.0 100.0 100.0
Target semua kelompok menjadi kelas utama (%) 0.0 0.0 0.0
Jumlah petani yang sudah masuk koperasi (%) Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu
Target semua petani masuk koperasi (%) 0.0 0.0 0.0
Pembinaan organisasi petani (%):
Kelompok tani 100.0 100.0 100.0
Gapoktan 100.0 100.0 100.0
Koperasi 12.5 27.2 18.7
Asosiasi petani 0.0 0.0 0.0
KTNA 0.0 0.0 0.0
12
13. Fakta-fakta penyuluhan pertanian nasional saat ini:
1. Ketenagakerjaan. Jumlah PPL pemerintah (akan) menurun
2. Kelembagaan penyuluhan. Hilangnya Bakorluh dan Bapeluh karena UU 23
tahun 2014. Principle of subsididarity = peran negara dari executing, ke regulating,
ke facilitating.
3. Metode penyuluhan. Menggunakan T and V system ala Bimas yang tidak
kontekstual.
4. Sarana dan prasarana penyuluhan. BPP kurang mendapat dukungan.
5. Anggaran Penyuluhan. “Kemurahhatian” daerah rendah.
13
15. Penyuluh di masa pandemi Covid-19:
• FAO melaporkan:
• “….agricultural extension and
advisory services (EAS) systems
play an indispensable role at the
frontline of the response to the
pandemic in rural areas. However,
to adapt to the emergency context
within the government regulations,
EAS providers need to rapidly
change their way of operating”.
• peran penyuluhan bahkan lebih
penting daripada sebelumnya
• berperan menjembatani masyarakat
lokal dengan pemerintah
• membantu petani untuk mengatasi
kesulitan baru
• (Sumber: Extension and advisory services: at the frontline
of the response to COVID-19 to ensure food security)
15
16. Berbagai adaptasi agar pelayanan penyuluhan tetap optimal di era pandemi :
1. Koordinasi di antara semua PPL
(pemerintah, swasta, dan swadaya.)
2. Go digital. Penggunaan alat dan
teknologi digital untuk arus informasi
mengatasi kendala jarak dan mobilitas
fisik, aplikasi IT dan jaringan mestilah
sederhana, tersedia dan dapat diakses,
dan mudah diterapkan.
3. Solusi Teknologi Informasi dan
Komunikasi seperti SMS, Respon
Suara Interaktif (IVR), radio dan TV,
drone, pemasaran online, platform e-
ekstensi, media sosial, dll. Jaminan
akses yang inklusif .
4. Memanfaatkan kontak formal dan
informal yang ada, mekanisme dan
jaringan lokal, seperti koperasi,
organisasi produsen, tokoh
masyarakat dan petani, kelompok
swadaya dan agama.
5. Koneksi dan koordinasi dengan aktor-
aktor tanggap darurat di tingkat
nasional dan lokal misalnya otoritas
kesehatan, perlindungan sipil,
peringatan dini, dan lainnya di garis
depan.
16
17. What Can Agriculture Learn During COVID-19 ?
7 lessons for building a resilient farm business through technology:
1. Kerjasama – “merangkul” semua pelaku ( It’s time for farming to Embrace On-Line)
2. Berlatih terus (Train and retrain yourself and your team)
3. Saatnya bersiap diri (Time to bury the hatchet, repair fences)
4. Perhatikan pada kemampuan (Human talent and Customer loyalty)
5. Can we do it cheaper, better?
6. Work life balance
7. Change is Good
• Sumber: https://www.dairybusiness.com/what-can-agriculture-learn-during-covid-19
17
18. Penyuluh di era new normal:
18
• What happens after the COVID-19 crisis passes? =
• Given the likelihood of future disease outbreaks, we must build more robust and
effective extension programs that continue to function seamlessly in a crisis––helping
with disease management efforts while continuing to support agricultural operations
and averting food insecurity.
Preparing For The New Normal =
• “There will be a new normal to working remotely, working from home and engaging
online”
19. “Pertanian 4.0” :
• Smart farming =
• management concept focused on providing the
agricultural industry with the infrastructure to
leverage advanced technology
• including big data, the cloud and the internet of things
(IoT)
• for tracking, monitoring, automating and analyzing
operations.
• known as precision agriculture
• software-managed and sensor-monitored.
•
The Industry 4.0 =
• is the current transformation of traditional manufacturing and industrial
practises with the latest smart technology.
• focuses on the use of large-scale machine to machine communication
(M2M) and IoT
• smart machines that can analyze and diagnose issues without the need
for human intervention.
• Digitization =
• the process of recording an analog signal in
a digital form
• Internet of Things (IoT) =
• consists of physical objects which can
communicate with each other via internet.
• Artificial Intelligence =
• kemampuan sistem untuk menafsirkan
data eksternal dengan benar, belajar dari
data tersebut, dan menggunakan
pembelajaran tersebut guna mencapai
tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi
yang fleksibel
19
20. Agriculture 4.0 – The Future Of Farming Technology (The World
Government Summit):
20
21. • FAO:
• e-Agriculture is a global Community
of Practice, where people from all
over the world exchange
information, ideas, and resources
related to the use of information and
communication technologies (ICT) for
sustainable agriculture and rural
development. online”
21