tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
penyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).ppt
1. PENYULUHAN PERTANIAN BARU
DR. SYAHYUTI
1
Workshop Arah Baru Penyuluhan Pembangunan Pertanian:
manajemen inovasi dan kewirausahaan social
Program Pasca Sarjana Universitas Andalas – 5 November
2021
File #1
2. Materi:
1. Penyuluhan pertanian klasik versus modern
2. Trend penyuluhan dunia = private extension
3. Penyuluhan pertanian di Indonesia = semakin berkurangnya penyuluh pemerintah
4. Penyuluhan modern dalam UU 16 tahun 2006: penyuluh swadaya dan swasta
5. Penyuluhan berbasis bisnis: Kostratani dan Korporasi Petani
6. Pengajaran penyuluhan di perguruan tinggi
2
4. Konsep-konsep baru “penyuluhan”:
4
1. New agriculture extension (penyuluhan baru)
2. Systems of agricultural innovation (sistem inovasi
pertanian)
3. Communication for rural innovation (komunikasi untuk
inovasi)
4. Empowerment (pemberdayaan)
5. …………………………….. ?
6. …………………………….. ?
5. Karena perkembangan TEORI:
Dari adopsi ke difusi
Adoption = is an individual process detailing the
series of stages one undergoes from first hearing about
a product to finally adopting it.
Diffusion process = a group of phenomena,
which suggests how an innovation spreads among
consumers.
Diffusion of Innovations = ….is a theory that seeks
to explain how, why, and at what rate new ideas and
technology spread through cultures
Buku Everett Rogers (rural sociology) “Diffusion of
Innovations “ tahun 1962. Berasal dari studi pada lebih
dari 508 kasus.
Konsep “difusi” dipelajari awalnya oleh
sosiologi Perancis Gabriel Tarde (1890), serta
antropolog Jerman dan Austria Friedrich Ratzel and Leo
Frobenius.[
Tahun 1971, EM Rogers mempublikasikan
“Communication of Innovations; A Cross-Cultural
Approach”, dari teori proses difunsi dan evaluasi sistem
sosial.
6. Kritik terhadap Teori Adopsi Inovasi
Sumber teori berasal dari riset
kegiatan pertanian dan praktek
medis / kesehatan
Teknologi bukan lah sesuatu
yang statis
pro-innovation bias
individual-blame bias
recall problem
issues of equality.
one-way flow of information
there is little to no dialogue.
In some cases, this is the best
approach, but other cases
require a more participatory
approach.
7. Perubahan paradigma :
– From diffusion to systems of agricultural innovation.
Alasannya:
1.inovasi teknologi bisa datang dari banyak sumber,
2.ada perubahan dari sustainable agriculture and progress menuju
ecological knowledge system,
3.berkembangnya interdependence model dan innovation system
framework, dimana yang terlibat tak hanya research and extension, tetap
juga technology users, private companies NGO, dan supportive structures
(pasar dan kredit).
4.pentingnya learning processes ( = a way of evolving new arrangements
specific to local contexts).
7
8. Kritik terhadap penyuluhan klasik
8
dari aspek BIROKRASI/POLITIK:
Qamar (2005):
“The fact remains, however,
that modernization and
reforms are needed in the
existing national extension
systems as a result of the many
global forces that are changing
socio-economic and political
conditions in the world, creating
new challenges and learning
needs for farmers in developing
countries”.
Mahal, menghabiskan anggaran
pemerintah
Tidak efisien dalam penggunaan
anggaran dibandingkan dengan
bidang profesi lain di pemerintahan
Organisasinya besar , lamban, dan
kaku
One way communication
9. Perubahan lingkungan:
1. Kebijakan sumber pendanaan
yg baru.
2. Hasil riset baru, dan
perkembangan tepri
penyuluhan.
3. Teknologi komunikasi baru
(internet).
4. Produksi pangan, keamanan
pangan, dan intensifikasi.
5. Pengentasan kemiskinan,
upaya peningkatan
pendapatan.
6. Keberlanjutan ekosistem, dan
manajemen SDA baru.
7. Globalisasi dan liberalisasi
pasar.
8. Pertanian multi fungsi.
9. Reformasi agraria baru.
10. Intensitas pengetahuan,
“masyarakat pengetahuan”,
komoditasi pengetahuan.
11. Praktek profesioanl
penyuluhan (misi, dasar
pemikiran, cara beroperasi,
manajemen,
pengorganisasian, isu-isu
kolektif).
10. Paradigma penyuluhan lama vs baru:
10
PPL berada
di Dinas
Pertanian
Penyuluhan lama Penyuluhan baru
Penanggung jawab
penyuluhan
Pemerintah pusat Banyak pihak pada berbagai level (PT,
petani, swasta, NGO, dll)
Fungsi penyuluhan Tranfer teknologi untuk peningkatan
produksi
Lebih luas (memobilisasi,
mengorganisasikan dan mendidik petani).
Posisi penyuluhan Terpisah dengan instansi lain Koheren
Model transfer teknologi Linear, sekuensial, dan satu arah Lebih realistik, siklis, dan dinamis (antara
petani, peneliti, penyuluh)
Desain proyek Menurut perspektif pengajar learning model, melibatkan stakeholders
Pendekatan Lip sevice = menyampaikan teknologi Mengambil resiko dengan melibatkan
teknologi eksperimental, serta mengaitkan
penelitian, manajer penyuluhan, dan
organisasi petani
11. Agricultural Extension: Needed Paradigm Shift
(Baldeo Singh, 2009)
1. Information now has real, measurable value
2. Public extension services are no more
solesource of information
3. Essential shift from “provider mentality” to
“user mentality”
4. Required shift from broadcasting to narrow
casting
5. Instance Performance
6. Demand driven and customized
information
11
12. Mengapa perlu moderniasi penyuluhan?
12
1. Agroekologi: materi penyuluhan
harus mampu merespon kebutuhan
teknologi yang sangat bergantung
pada zona agroekologi yang
berbeda (agroecological zones),
tidak lagi seragam sebagaimana
revolusi hijau.
2. Political-economic: pengaruh dari
tahap perkembangan negara (stage
of economic development), berapa
besar investasi pemerintah dalam
kegiatan penyuluhan pertanian:
seberapa besar ketergantungan
ekonomi nasional kepada sektor
pertanian? Berapa warga negara
yang masih bergantung pada
pertanian?
3. Sociocultural: perbedaaan kultural
antar petani, language differences
and illiteracy, proporsi keterlibatan
perempuan dan laki-laki, pola
agraria, struktur penguasaan lahan.
4. Kebijakan nasional: berkenaan
dengan ketahanan pangan, berapa
surplus pangan mau diproduksi,
market Intervention, infrastructure,
institutional factors, Research,
Education and Training, Input
Supply, Credit, Farmer
Organizations and NGO
(Sumber: Swanson, Burton E.; Robert P.
Bentz; and Andrew J. Sofranko (eds).
2004: Improving Agricultural Extension:
A Reference Manual. www.fao.org)
13. Apa kunci new professionalism in
extension?
1. Pendekaan partisipatif.
“These participatory methods and approaches represent an
opportunity to build better linkages between the various actors
and to increase the learning from each other”.
2. New systems of participatory learning
3. New learning environments for professionals and local
people
4. New institutional settings
5. Menciptakan organisasi penyuluhan yang bercirikan
organisasi pembelajar (learning organizations).
(sumber: Roche, 1992; Pretty & Chambers, 1993; Pretty, 1995)
13
14. Ciri penyuluhan MODERN adalah:
14
1. Penanggung jawab penyuluhan tidak semata-mata
pemerintah nasional, namun dapat dijalankan oleh
beragam pihak dan pada berbagai level.
2. Organisasi penyuluhan berbentuk “learning
organization”, dimana pelaksana penyuluhan tidak
lagi terstruktur secara ketat, namun ada kesempatan
terus menerus untuk melakukan penyesuaian misi,
pelayanan, produk, kultur, dan prosedur organisasi.
3. Fungsi penyuluhan lebih luas dari sekedar
mentranfer teknologi, namun juga mencakup upaya
untuk memobilisasi, mengorganisasikan, dan
sekaligus mendidik petani.
4. Penyuluhan sebagai sistem pengetahuan yang
komprehensif, tidak terpisah antara penemuan
teknologi dengan transfernya.
5. Model transfer teknologi lebih realistik, siklis, dan
dinamis (antara petani, peneliti, penyuluh dan guru)
6. Desain penyuluhan memungkinkan untuk
mengembangkan learning model dengan melibatkan
para stakeholders utama.
7. Pendekatan penyuluhan lebih pada pemecahan
masalah, melibatkan teknologi informasi
eksperimental, mengaitkan penelitian, manajer
penyuluhan, dan organisasi petani.
8. Jenis penyuluh tidak terbatas hanya pegawai
pemerintah, namun juga penyuluh swadaya (dari
petani) dan penyuluh swasta.
9. Posisi petani tidak hanya sebagai objek penyuluhan,
namun sebagai objek sekaligus subjek
penyuluhan.
15. Penyuluhan vs Komunikasi untuk Inovasi
Cees Leeuwis
(Wageningen
University). 2006.
Communication for
Rural Innovation:
Rethinking
Agricultural
Extension. Blackwell
Publishing.
“Penyuluhan “ “Komunikasi untuk Inovasi”
Inovasi adalah proses keputusan individual Inovasi memiliki dimensi kolektif (resolusi konflik, pembangunan organisasi,
pembalajaran, negosiasi sosial)
Peran penyuluh = menyebarkan inovasi (cetak biru) Mendesain bersama, ada proses desain dan adaptasi inovasi, inovasi-inovasi kolektif.
Bersifat kontekstual.
Inovasi diciptakan di penelitian Inovasi lebih pragmatis, ada sisi teknis dan sosial, perlu menciptakan jaringan
pendukung
Sesuai Rogers (early adopter, dst) “semua petani
bergerak ke arah yang sama”
Strategi dan aspirasi petani mentangkut lingkungan sosial dan alam mereka. Petani kecil
vs petani besar.
Ada petani yang lamban, mundur, dan stagnan
(mono perspektif)
Penelitian di Irlandia (Leeuwis, 1989): petani lamban sesungguhnya juga mengadopsi
sejumalh inovasi yg sama banyaknya. Mereka memiliki “dinamisme yg berbeda” (multi
perspektif)
Perubahan/inovasi dapat dan harus direncanakan Mengelola kekomplekan, konflik, dan hal-hal yg tak terduga (mis. Penemuan tak sengaja,
pengaruh jaringan informal, kreatifitas, antusiasme, hubungan personal)
Organisasi penyuluhan sesuatu yang stabil Organisasi penyuluhan berbentuk “learning organization”. Anggota saling berbagi
pengalaman positif dan negatif. Ada penyesuaian misi, pelayanan, produk, kultur, dan
prosedur organisasi.
16. Pembangunan vs Pemberdayaan:
“Pemberdayaan” tidak sama dengan
“pembangunan”.
Pendekatan pemberdayaan lahir
sebagai respon dan kritik terhadap
konsep dan pendekatan pembangunan
Mengapa pembangunan dikritik?
Yang dikritik dari pembangunan bukan
pada
konsepnya, namun pada prakteknya
banyak membawa masalah
Intinya, apa yang disebut
pembangunan menurut orang-orang
pemberdayaan, tidaklah sama dengan
“pembangunan” menurut orang- orang
pembangunan.
Dilihat dari sisi lahirnya, dimana
“pemberdayaan” lahir 40 tahun
setelah “pembangunan”,
“pemberdayaan” merupakan suatu
antitesis dari “pendekatan isme
pembangunan” (developmentalism)
Penyebabnya = pembangunan yang
semakin bermakna sebagai
modernisasi telah banyak menuai
kritik, terutama dari paradigma
“ketergantungan” pada era 1970-an
Kesamaan = sama-sama suatu
perubahan sosial secara sengaja atau
berencana
17. Pembangunan vs Pemberdayaan:
Pembangunan Pemberdayaan
Masa kelahiran ide 1950-an 1990-an
Dari sisi aspek Umumnya berupa crashed program yang bersifat jangka pendek,
temporal, dan parsial
Program berjangka menengah dan panjang,
berkesinambungan, dan utuh (empowerment program)
Arus ide Dalam pembangunan ide mengalir secara topdown terutama
dari pemerintah. Semua dari atas baik perencanaan, metode
pelaksanaan dan pelaksana, serta indikator evaluasi dan
pelakunya.
Lebih bottom-up, dimana masyarakat sebagai pelaku
aktif mulai dari perencanaan, sedang pihak luar hanya
sebagai fasilitator.
Pembagian dana Semua dana dikuasai pelaksana dari luar. Ada sebagian blok dana yang dapat digunakan sendiri
oleh masyarakat.
Struktur kekuasaan yang terbentuk Struktur didominasi oleh pemerintah dan elite lokal Kekuasaan terdistribusi merata untuk seluruh lapisan,
termasuk perempuan dan lapisan termiskin
Asumsi terhadap program Program merupakan aktifitas pokok. Program itu lah yang
paling penting bagi pelaksana.
Program hanya sebagai strategi antara untuk tujuan
yang lebih luas dan panjang
Bentuk evaluasi Evaluasi berbentuk sentralitas, hanya mempelajari hambatan-
hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan
Dilakukan juga evaluasi normatif dan hasil
untuk memahami kedalaman permasalahan yang
terjadi.
Pengguna hasil evaluasi Hanya pelaksana yaitu pemerintah yang menggunakan. Seluruh pihak yang terlibat menggunakan hasil
evaluasi, terutama untuk masyarakat
yang diberdayakan itu sendiri.
Objek evaluasi Hanya hasil yang dicapai pada pemanfaat Mencakup seluruh pihak mulai dari si donor, lembaga
pemerintah, pembina, pelaksana, dan pemanfaat
(masyarakat).
19. Four generations of extension in Asia:
1. Colonial agriculture
2. Diverse top-down extension: after independence, commodity-based extension
services, production targets, foreign donors.
3. Unified top-down extension: 1970s - 1980s, the Training and Visit system, single
national service, “green revolution" technologies.
4. Diverse bottom-up extension: World Bank funding came to an end, the T and V
system collapsed, decline of central planning, participatory methods replacing
top-down approaches
• Penyuluhan di Indonesia saat ini = ciri 2 dan 3
19
20. Pengalaman negera-negara lain
(laporan FAO, 2005):
• Costa Rica: pemerintah memberi extension voucher ke petani, utk
mendapatkan layanan penyuluhan
• Inggris: Penyuluhan swasta sudah lama, mampu mengefisienkan staf
• Holland: 60 % biaya penyuluhan dari petani, 40% dari pemerintah
• Nicaragua: desentralisasi dan semi private-extension
• Estonia: public extension advisory service utk petani lemah, dan penyuluh
swasta utk yang kuat
20
21. Penyuluhan swasta di Pakistan:
• Shahbaz, Babar and Salaman Ata
• (2014: Enabling Agricultural Policies for benefiting Smallholders in Dairy, Citrus and Mango Industries of Pakistan. Agricultural
Extension Service in p[akistan: Chalenges, Caontraints and Ways-forward).
• Desentraliasai penyuluhan di Pakistan dimulai sejak 2001, saat pemerintah
memberikan desetralisasi kepada pemerintah lokal
• Penyuluh swasta bergerak dalam bidang:
• proteksi tanaman oleh perusahaan pestisida,
• introduksi benih oleh perusahaan benih,
• pabrik gula,
• perusahaan rokok untuk tembakau, perusahaan pengolah untuk jagung,
• peternakan oleh perusahan peternakan nasional.
21
22. Penelitian GFRAS (2014) di 81 negara:
• Selain kementerian pertanian, varian kelembagaan penyuluhan antara
lain juga ada di divisi penyuluhan maupun semi-extension unit yang
berada di:
• kementerian pertanian,
• lembaga penelitian publik yang memiliki divisi penyuluhan
• universitas berbasis penyuluhan
• LSM,
• perusahaan penyuluhan swasta, dan
• organisasi petani.
• Secara global, persentase jumlah penyuluh dalam lembaga organisasi
publik tidak jauh berbeda dengan di lembaga swasta = 53% dan 47%.
22
23. Jumlah penyuluh dan kategori kelembagaan atau organisasi penyuluhan di
dunia
(81negara)
23
Sumber: Davis and Alex (in: IFPRI, 2020); GFRAS,
2014 (dalam Sirnawati dan Trsnawati, 2021)
Kategori lembaga/organisasi Jumlah organisasi (unit) Persentase (%) Jumlah penyuluh
(orang)
Persentase (%)
1.Organisasi pemerintah atau
kementerian pertanian
95 27 127.342 86.76
2. Organisasi penyuluhan
pemerintah semiotonom
70 20 6.848 4.67
3. Lembaga penelitian publik yang
memiliki unit penyuluhan
5 1 298 0.2
4. Penyuluhan berbasis universitas 13 4 285 0.19
Sub Penyuluhan pemerintah
(public)
183 53 134.773 91,82
1. Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM)
90 26 3.890 2.66
2. Organisasi petani 43 12 7.007 4.77
3. Perusahaan swasta 32 9 1.112 0.76
Sub penyuluhan swasta
(private)
165 47 12.009 8.18
TOTAL 348 100 146.782 100
24. Market dan non-Market Reform dalam Kebijakan Penyuluhan
Dunia
(Rivera et al 2001)
24
Tipe penyuluhan Sumber pembiayaan
negara swasta
Penyuluhan berbasis
permintaan/pasar (market reform):
1. Penyuluhan oleh negara Reformasi penyuluhan publik melalui
pembatasan layanan dan pengenaan
biaya (downsizing and cost recovery)
Pengenaan biaya
1. Penyuluhan oleh swasta Pluralistik, kemitraan, pembagian
peran
Privatisasi total, komersialisasi
penyuluhan
Penyuluhan bukan berbasis
permintaan/pasar (non market
reform):
Dipengaruhi oleh isu politik,
pembiayaan, dan administrasi
Desentralisasi penyuluhan ke
pemerintahan daerah
Delegasi tanggung jawab pelayanan
penyuluhan kepada pihak lain
27. Periodeisasi penyuluhan pertanian Indonesia:
27
Era revolusi hijau Era UU 16-2006 Era UU 23-2014 Era Kostratani
1. Kelembagaan
penyuluhan
Badan Bimas -Otonomi daerah
-SKPD sendiri
(Bakorluh, Bapeluh)
Di dalam Dinas
Pertanian atau Pangan
Di dalam Dinas
Pertanian atau Pangan
2. Ketenagaan
penyuluhan
Pengangkatan PPL
PNS besar2 an
Pengangkatan THL-
TBPP (27.000 orang)
untuk menjadi
penyuluh swasta dan
swadaya
Hampir tidak ada
pengangkatan baru
Mestinya
mengandalkan pada
PPL SWADAYA dan
SWASTA
3. Penyelenggaraan
penyuluhan
Dalam Program
Bimas, Insus, Supra
Insus, dll
“Program reguler” Upsus Pajale Kostratani di BPP
4. Sarana dan
prasarana
T
ersedia memadai Lumayan tersedia Kurang tersedia Mengandalkan
prasarana non fisik (IT,
dll)
5. Anggaran
penyuluhan
Anggaran ada di
pusat
Dana pusat (DAU,
DAK)
Mengandalkan
anggaran daerah
Mengandalkan
anggaran daerah
(mestinya)
Tahun
2006
Tahun
2014
T
ahun
2020
Tahun
1965
28. Fakta-fakta penyuluhan pertanian nasional saat ini:
1. Ketenagakerjaan: jumlah PPL pemerintah
(pasti akan) menurun
2. Kelembagaan penyuluhan: hilangnya
Bakorluh dan Bapeluh karena UU 23 tahun
2014. Principle of subsididarity = peran negara
dari executing, ke regulating, ke facilitating.
3. Metode penyuluhan: menggunakan T and V
system ala Bimas yang tidak kontekstual.
4. Sarana dan prasarana penyuluhan: BPP
kurang mendapat dukungan
5. Anggaran Penyuluhan: mengandalkan
“kemurahhatian” daerah rendah.
Maka:
Masa depan penyuluh
pertanian Indonesia =
PENYULUH
PERTANIAN SWADAYA
+ SWASTA
28
34. PPL kurang mengembangkan organisasi petani
(Syahyuti et al., 2014)
34
Uraian Jabar Jatim Sumbar
Jumlah petani yang sudah masuk kelompoktani (%) 48.4 54.6 55.5
Jumlah kelompok tani yang dibina (unit) 11 – 16 10-14 10 - 16
Jumlah berdasarkan kelas:
Kelas pemula (%) 37.2 43.4 56.2
Kelas lanjut (%) 37.2 38.6 31.2
Kelas madya (%) 18.6 18.0 12.6
Kelas utama (%) 7.0 0.0 0.0
Total 100.0 100.0 100.0
Target semua petani masuk kelompok tani (%) 100.0 100.0 100.0
Target semua kelompok menjadi kelas utama (%) 0.0 0.0 0.0
Jumlah petani yang sudah masuk koperasi (%) Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu
Target semua petani masuk koperasi (%) 0.0 0.0 0.0
Pembinaanorganisasi petani (%):
Kelompok tani 100.0 100.0 100.0
Gapoktan 100.0 100.0 100.0
Koperasi 12.5 27.2 18.7
Asosiasi petani 0.0 0.0 0.0
KTNA 0.0 0.0 0.0