SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
PENYULUHAN PERTANIAN BARU
DR. SYAHYUTI
1
Workshop Arah Baru Penyuluhan Pembangunan Pertanian:
manajemen inovasi dan kewirausahaan social
Program Pasca Sarjana Universitas Andalas – 5 November
2021
File #1
Materi:
1. Penyuluhan pertanian klasik versus modern
2. Trend penyuluhan dunia = private extension
3. Penyuluhan pertanian di Indonesia = semakin berkurangnya penyuluh pemerintah
4. Penyuluhan modern dalam UU 16 tahun 2006: penyuluh swadaya dan swasta
5. Penyuluhan berbasis bisnis: Kostratani dan Korporasi Petani
6. Pengajaran penyuluhan di perguruan tinggi
2
#1
PENYULUHAN PERTANIAN KLASIK versus MODERN
3
Konsep-konsep baru “penyuluhan”:
4
1. New agriculture extension (penyuluhan baru)
2. Systems of agricultural innovation (sistem inovasi
pertanian)
3. Communication for rural innovation (komunikasi untuk
inovasi)
4. Empowerment (pemberdayaan)
5. …………………………….. ?
6. …………………………….. ?
Karena perkembangan TEORI:
 Dari adopsi ke difusi
 Adoption = is an individual process detailing the
series of stages one undergoes from first hearing about
a product to finally adopting it.
 Diffusion process = a group of phenomena,
which suggests how an innovation spreads among
consumers.
 Diffusion of Innovations = ….is a theory that seeks
to explain how, why, and at what rate new ideas and
technology spread through cultures
 Buku Everett Rogers (rural sociology) “Diffusion of
Innovations “ tahun 1962. Berasal dari studi pada lebih
dari 508 kasus.
 Konsep “difusi” dipelajari awalnya oleh
sosiologi Perancis Gabriel Tarde (1890), serta
antropolog Jerman dan Austria Friedrich Ratzel and Leo
Frobenius.[
 Tahun 1971, EM Rogers mempublikasikan
“Communication of Innovations; A Cross-Cultural
Approach”, dari teori proses difunsi dan evaluasi sistem
sosial.
Kritik terhadap Teori Adopsi Inovasi
 Sumber teori berasal dari riset
kegiatan pertanian dan praktek
medis / kesehatan
 Teknologi bukan lah sesuatu
yang statis
 pro-innovation bias
 individual-blame bias
 recall problem
 issues of equality.
 one-way flow of information
 there is little to no dialogue.
 In some cases, this is the best
approach, but other cases
require a more participatory
approach.
Perubahan paradigma :
– From diffusion to systems of agricultural innovation.
Alasannya:
1.inovasi teknologi bisa datang dari banyak sumber,
2.ada perubahan dari sustainable agriculture and progress menuju
ecological knowledge system,
3.berkembangnya interdependence model dan innovation system
framework, dimana yang terlibat tak hanya research and extension, tetap
juga technology users, private companies NGO, dan supportive structures
(pasar dan kredit).
4.pentingnya learning processes ( = a way of evolving new arrangements
specific to local contexts).
7
Kritik terhadap penyuluhan klasik
8
dari aspek BIROKRASI/POLITIK:
Qamar (2005):
“The fact remains, however,
that modernization and
reforms are needed in the
existing national extension
systems as a result of the many
global forces that are changing
socio-economic and political
conditions in the world, creating
new challenges and learning
needs for farmers in developing
countries”.
 Mahal, menghabiskan anggaran
pemerintah
 Tidak efisien dalam penggunaan
anggaran dibandingkan dengan
bidang profesi lain di pemerintahan
 Organisasinya besar , lamban, dan
kaku
 One way communication
Perubahan lingkungan:
1. Kebijakan sumber pendanaan
yg baru.
2. Hasil riset baru, dan
perkembangan tepri
penyuluhan.
3. Teknologi komunikasi baru
(internet).
4. Produksi pangan, keamanan
pangan, dan intensifikasi.
5. Pengentasan kemiskinan,
upaya peningkatan
pendapatan.
6. Keberlanjutan ekosistem, dan
manajemen SDA baru.
7. Globalisasi dan liberalisasi
pasar.
8. Pertanian multi fungsi.
9. Reformasi agraria baru.
10. Intensitas pengetahuan,
“masyarakat pengetahuan”,
komoditasi pengetahuan.
11. Praktek profesioanl
penyuluhan (misi, dasar
pemikiran, cara beroperasi,
manajemen,
pengorganisasian, isu-isu
kolektif).
Paradigma penyuluhan lama vs baru:
10
PPL berada
di Dinas
Pertanian
Penyuluhan lama Penyuluhan baru
Penanggung jawab
penyuluhan
Pemerintah pusat Banyak pihak pada berbagai level (PT,
petani, swasta, NGO, dll)
Fungsi penyuluhan Tranfer teknologi untuk peningkatan
produksi
Lebih luas (memobilisasi,
mengorganisasikan dan mendidik petani).
Posisi penyuluhan Terpisah dengan instansi lain Koheren
Model transfer teknologi Linear, sekuensial, dan satu arah Lebih realistik, siklis, dan dinamis (antara
petani, peneliti, penyuluh)
Desain proyek Menurut perspektif pengajar learning model, melibatkan stakeholders
Pendekatan Lip sevice = menyampaikan teknologi Mengambil resiko dengan melibatkan
teknologi eksperimental, serta mengaitkan
penelitian, manajer penyuluhan, dan
organisasi petani
Agricultural Extension: Needed Paradigm Shift
(Baldeo Singh, 2009)
1. Information now has real, measurable value
2. Public extension services are no more
solesource of information
3. Essential shift from “provider mentality” to
“user mentality”
4. Required shift from broadcasting to narrow
casting
5. Instance Performance
6. Demand driven and customized
information
11
Mengapa perlu moderniasi penyuluhan?
12
1. Agroekologi: materi penyuluhan
harus mampu merespon kebutuhan
teknologi yang sangat bergantung
pada zona agroekologi yang
berbeda (agroecological zones),
tidak lagi seragam sebagaimana
revolusi hijau.
2. Political-economic: pengaruh dari
tahap perkembangan negara (stage
of economic development), berapa
besar investasi pemerintah dalam
kegiatan penyuluhan pertanian:
seberapa besar ketergantungan
ekonomi nasional kepada sektor
pertanian? Berapa warga negara
yang masih bergantung pada
pertanian?
3. Sociocultural: perbedaaan kultural
antar petani, language differences
and illiteracy, proporsi keterlibatan
perempuan dan laki-laki, pola
agraria, struktur penguasaan lahan.
4. Kebijakan nasional: berkenaan
dengan ketahanan pangan, berapa
surplus pangan mau diproduksi,
market Intervention, infrastructure,
institutional factors, Research,
Education and Training, Input
Supply, Credit, Farmer
Organizations and NGO
(Sumber: Swanson, Burton E.; Robert P.
Bentz; and Andrew J. Sofranko (eds).
2004: Improving Agricultural Extension:
A Reference Manual. www.fao.org)
Apa kunci new professionalism in
extension?
1. Pendekaan partisipatif.
“These participatory methods and approaches represent an
opportunity to build better linkages between the various actors
and to increase the learning from each other”.
2. New systems of participatory learning
3. New learning environments for professionals and local
people
4. New institutional settings
5. Menciptakan organisasi penyuluhan yang bercirikan
organisasi pembelajar (learning organizations).
(sumber: Roche, 1992; Pretty & Chambers, 1993; Pretty, 1995)
13
Ciri penyuluhan MODERN adalah:
14
1. Penanggung jawab penyuluhan tidak semata-mata
pemerintah nasional, namun dapat dijalankan oleh
beragam pihak dan pada berbagai level.
2. Organisasi penyuluhan berbentuk “learning
organization”, dimana pelaksana penyuluhan tidak
lagi terstruktur secara ketat, namun ada kesempatan
terus menerus untuk melakukan penyesuaian misi,
pelayanan, produk, kultur, dan prosedur organisasi.
3. Fungsi penyuluhan lebih luas dari sekedar
mentranfer teknologi, namun juga mencakup upaya
untuk memobilisasi, mengorganisasikan, dan
sekaligus mendidik petani.
4. Penyuluhan sebagai sistem pengetahuan yang
komprehensif, tidak terpisah antara penemuan
teknologi dengan transfernya.
5. Model transfer teknologi lebih realistik, siklis, dan
dinamis (antara petani, peneliti, penyuluh dan guru)
6. Desain penyuluhan memungkinkan untuk
mengembangkan learning model dengan melibatkan
para stakeholders utama.
7. Pendekatan penyuluhan lebih pada pemecahan
masalah, melibatkan teknologi informasi
eksperimental, mengaitkan penelitian, manajer
penyuluhan, dan organisasi petani.
8. Jenis penyuluh tidak terbatas hanya pegawai
pemerintah, namun juga penyuluh swadaya (dari
petani) dan penyuluh swasta.
9. Posisi petani tidak hanya sebagai objek penyuluhan,
namun sebagai objek sekaligus subjek
penyuluhan.
Penyuluhan vs Komunikasi untuk Inovasi
Cees Leeuwis
(Wageningen
University). 2006.
Communication for
Rural Innovation:
Rethinking
Agricultural
Extension. Blackwell
Publishing.
“Penyuluhan “ “Komunikasi untuk Inovasi”
Inovasi adalah proses keputusan individual Inovasi memiliki dimensi kolektif (resolusi konflik, pembangunan organisasi,
pembalajaran, negosiasi sosial)
Peran penyuluh = menyebarkan inovasi (cetak biru) Mendesain bersama, ada proses desain dan adaptasi inovasi, inovasi-inovasi kolektif.
Bersifat kontekstual.
Inovasi diciptakan di penelitian Inovasi lebih pragmatis, ada sisi teknis dan sosial, perlu menciptakan jaringan
pendukung
Sesuai Rogers (early adopter, dst) “semua petani
bergerak ke arah yang sama”
Strategi dan aspirasi petani mentangkut lingkungan sosial dan alam mereka. Petani kecil
vs petani besar.
Ada petani yang lamban, mundur, dan stagnan
(mono perspektif)
Penelitian di Irlandia (Leeuwis, 1989): petani lamban sesungguhnya juga mengadopsi
sejumalh inovasi yg sama banyaknya. Mereka memiliki “dinamisme yg berbeda” (multi
perspektif)
Perubahan/inovasi dapat dan harus direncanakan Mengelola kekomplekan, konflik, dan hal-hal yg tak terduga (mis. Penemuan tak sengaja,
pengaruh jaringan informal, kreatifitas, antusiasme, hubungan personal)
Organisasi penyuluhan sesuatu yang stabil Organisasi penyuluhan berbentuk “learning organization”. Anggota saling berbagi
pengalaman positif dan negatif. Ada penyesuaian misi, pelayanan, produk, kultur, dan
prosedur organisasi.
Pembangunan vs Pemberdayaan:
 “Pemberdayaan” tidak sama dengan
“pembangunan”.
 Pendekatan pemberdayaan lahir
sebagai respon dan kritik terhadap
konsep dan pendekatan pembangunan
 Mengapa pembangunan dikritik?
Yang dikritik dari pembangunan bukan
pada
konsepnya, namun pada prakteknya
banyak membawa masalah
 Intinya, apa yang disebut
pembangunan menurut orang-orang
pemberdayaan, tidaklah sama dengan
“pembangunan” menurut orang- orang
pembangunan.
 Dilihat dari sisi lahirnya, dimana
“pemberdayaan” lahir 40 tahun
setelah “pembangunan”,
 “pemberdayaan” merupakan suatu
antitesis dari “pendekatan isme
pembangunan” (developmentalism)
 Penyebabnya = pembangunan yang
semakin bermakna sebagai
modernisasi telah banyak menuai
kritik, terutama dari paradigma
“ketergantungan” pada era 1970-an
 Kesamaan = sama-sama suatu
perubahan sosial secara sengaja atau
berencana
Pembangunan vs Pemberdayaan:
Pembangunan Pemberdayaan
Masa kelahiran ide 1950-an 1990-an
Dari sisi aspek Umumnya berupa crashed program yang bersifat jangka pendek,
temporal, dan parsial
Program berjangka menengah dan panjang,
berkesinambungan, dan utuh (empowerment program)
Arus ide Dalam pembangunan ide mengalir secara topdown terutama
dari pemerintah. Semua dari atas baik perencanaan, metode
pelaksanaan dan pelaksana, serta indikator evaluasi dan
pelakunya.
Lebih bottom-up, dimana masyarakat sebagai pelaku
aktif mulai dari perencanaan, sedang pihak luar hanya
sebagai fasilitator.
Pembagian dana Semua dana dikuasai pelaksana dari luar. Ada sebagian blok dana yang dapat digunakan sendiri
oleh masyarakat.
Struktur kekuasaan yang terbentuk Struktur didominasi oleh pemerintah dan elite lokal Kekuasaan terdistribusi merata untuk seluruh lapisan,
termasuk perempuan dan lapisan termiskin
Asumsi terhadap program Program merupakan aktifitas pokok. Program itu lah yang
paling penting bagi pelaksana.
Program hanya sebagai strategi antara untuk tujuan
yang lebih luas dan panjang
Bentuk evaluasi Evaluasi berbentuk sentralitas, hanya mempelajari hambatan-
hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan
Dilakukan juga evaluasi normatif dan hasil
untuk memahami kedalaman permasalahan yang
terjadi.
Pengguna hasil evaluasi Hanya pelaksana yaitu pemerintah yang menggunakan. Seluruh pihak yang terlibat menggunakan hasil
evaluasi, terutama untuk masyarakat
yang diberdayakan itu sendiri.
Objek evaluasi Hanya hasil yang dicapai pada pemanfaat Mencakup seluruh pihak mulai dari si donor, lembaga
pemerintah, pembina, pelaksana, dan pemanfaat
(masyarakat).
#2
TREND PENYULUHAN PERTANIAN DI DUNIA:
private extension
Four generations of extension in Asia:
1. Colonial agriculture
2. Diverse top-down extension: after independence, commodity-based extension
services, production targets, foreign donors.
3. Unified top-down extension: 1970s - 1980s, the Training and Visit system, single
national service, “green revolution" technologies.
4. Diverse bottom-up extension: World Bank funding came to an end, the T and V
system collapsed, decline of central planning, participatory methods replacing
top-down approaches
• Penyuluhan di Indonesia saat ini = ciri 2 dan 3
19
Pengalaman negera-negara lain
(laporan FAO, 2005):
• Costa Rica: pemerintah memberi extension voucher ke petani, utk
mendapatkan layanan penyuluhan
• Inggris: Penyuluhan swasta sudah lama, mampu mengefisienkan staf
• Holland: 60 % biaya penyuluhan dari petani, 40% dari pemerintah
• Nicaragua: desentralisasi dan semi private-extension
• Estonia: public extension advisory service utk petani lemah, dan penyuluh
swasta utk yang kuat
20
Penyuluhan swasta di Pakistan:
• Shahbaz, Babar and Salaman Ata
• (2014: Enabling Agricultural Policies for benefiting Smallholders in Dairy, Citrus and Mango Industries of Pakistan. Agricultural
Extension Service in p[akistan: Chalenges, Caontraints and Ways-forward).
• Desentraliasai penyuluhan di Pakistan dimulai sejak 2001, saat pemerintah
memberikan desetralisasi kepada pemerintah lokal
• Penyuluh swasta bergerak dalam bidang:
• proteksi tanaman oleh perusahaan pestisida,
• introduksi benih oleh perusahaan benih,
• pabrik gula,
• perusahaan rokok untuk tembakau, perusahaan pengolah untuk jagung,
• peternakan oleh perusahan peternakan nasional.
21
Penelitian GFRAS (2014) di 81 negara:
• Selain kementerian pertanian, varian kelembagaan penyuluhan antara
lain juga ada di divisi penyuluhan maupun semi-extension unit yang
berada di:
• kementerian pertanian,
• lembaga penelitian publik yang memiliki divisi penyuluhan
• universitas berbasis penyuluhan
• LSM,
• perusahaan penyuluhan swasta, dan
• organisasi petani.
• Secara global, persentase jumlah penyuluh dalam lembaga organisasi
publik tidak jauh berbeda dengan di lembaga swasta = 53% dan 47%.
22
Jumlah penyuluh dan kategori kelembagaan atau organisasi penyuluhan di
dunia
(81negara)
23
Sumber: Davis and Alex (in: IFPRI, 2020); GFRAS,
2014 (dalam Sirnawati dan Trsnawati, 2021)
Kategori lembaga/organisasi Jumlah organisasi (unit) Persentase (%) Jumlah penyuluh
(orang)
Persentase (%)
1.Organisasi pemerintah atau
kementerian pertanian
95 27 127.342 86.76
2. Organisasi penyuluhan
pemerintah semiotonom
70 20 6.848 4.67
3. Lembaga penelitian publik yang
memiliki unit penyuluhan
5 1 298 0.2
4. Penyuluhan berbasis universitas 13 4 285 0.19
Sub Penyuluhan pemerintah
(public)
183 53 134.773 91,82
1. Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM)
90 26 3.890 2.66
2. Organisasi petani 43 12 7.007 4.77
3. Perusahaan swasta 32 9 1.112 0.76
Sub penyuluhan swasta
(private)
165 47 12.009 8.18
TOTAL 348 100 146.782 100
Market dan non-Market Reform dalam Kebijakan Penyuluhan
Dunia
(Rivera et al 2001)
24
Tipe penyuluhan Sumber pembiayaan
negara swasta
Penyuluhan berbasis
permintaan/pasar (market reform):
1. Penyuluhan oleh negara Reformasi penyuluhan publik melalui
pembatasan layanan dan pengenaan
biaya (downsizing and cost recovery)
Pengenaan biaya
1. Penyuluhan oleh swasta Pluralistik, kemitraan, pembagian
peran
Privatisasi total, komersialisasi
penyuluhan
Penyuluhan bukan berbasis
permintaan/pasar (non market
reform):
Dipengaruhi oleh isu politik,
pembiayaan, dan administrasi
Desentralisasi penyuluhan ke
pemerintahan daerah
Delegasi tanggung jawab pelayanan
penyuluhan kepada pihak lain
Sistem penyuluhan pertanian di India (Singh et al., 2013).
25
#3
FAKTAdan TANTANGAN SISTEM PENYULUHAN
PERTANIAN INDONESIA
26
Periodeisasi penyuluhan pertanian Indonesia:
27
Era revolusi hijau Era UU 16-2006 Era UU 23-2014 Era Kostratani
1. Kelembagaan
penyuluhan
Badan Bimas -Otonomi daerah
-SKPD sendiri
(Bakorluh, Bapeluh)
Di dalam Dinas
Pertanian atau Pangan
Di dalam Dinas
Pertanian atau Pangan
2. Ketenagaan
penyuluhan
Pengangkatan PPL
PNS besar2 an
Pengangkatan THL-
TBPP (27.000 orang)
untuk menjadi
penyuluh swasta dan
swadaya
Hampir tidak ada
pengangkatan baru
Mestinya
mengandalkan pada
PPL SWADAYA dan
SWASTA
3. Penyelenggaraan
penyuluhan
Dalam Program
Bimas, Insus, Supra
Insus, dll
“Program reguler” Upsus Pajale Kostratani di BPP
4. Sarana dan
prasarana
T
ersedia memadai Lumayan tersedia Kurang tersedia Mengandalkan
prasarana non fisik (IT,
dll)
5. Anggaran
penyuluhan
Anggaran ada di
pusat
Dana pusat (DAU,
DAK)
Mengandalkan
anggaran daerah
Mengandalkan
anggaran daerah
(mestinya)
Tahun
2006
Tahun
2014
T
ahun
2020
Tahun
1965
Fakta-fakta penyuluhan pertanian nasional saat ini:
1. Ketenagakerjaan: jumlah PPL pemerintah
(pasti akan) menurun
2. Kelembagaan penyuluhan: hilangnya
Bakorluh dan Bapeluh karena UU 23 tahun
2014. Principle of subsididarity = peran negara
dari executing, ke regulating, ke facilitating.
3. Metode penyuluhan: menggunakan T and V
system ala Bimas yang tidak kontekstual.
4. Sarana dan prasarana penyuluhan: BPP
kurang mendapat dukungan
5. Anggaran Penyuluhan: mengandalkan
“kemurahhatian” daerah rendah.
Maka:
Masa depan penyuluh
pertanian Indonesia =
PENYULUH
PERTANIAN SWADAYA
+ SWASTA
28
Kondisi SDM Penyuluhan Indonesia
29
Jumlah SDM dan kelembagaan penyuluhan pertanian
(KPPN, 2018)
30
2.013 2.014 2.015 2.016 2.017 RATA2 (%
per th)
Jumlah BPP 5.016 5.251 5.430 5.430 5.515 2,41
Jumlah PPL PNS 27.476 27.153 25.713 25.290 30.621 3,24
Jumlah THL TBPP 21.249 20.814 20.197 19.084 12.584 (3,51)
Jumlah PPL swadaya 13.169 16.596 24.981 23.797 24.471 18,66
Jumlah PPL swasta 92 92 92 92 105 3,53
TOTAL PPL 61.986 64.655 70.983 68.263 67.781 2,39
Jumlah Kelompok Tani 318.453 322.390 422.770 531.287 561.791 13,51
Jumlah Gapoktan 37.632 37.632 57.272 62.163 63.120 12,56
Jumlah KEP 13.230 13.230 13.230 12.584 12.546 0,11
Kelembagaan penyuluhan dan
petani:
31
0.51
0.74
0.54 0.82 0.89
0.79
0.90
4.33
4.59
6.04
7.58
8.02
0.72 0.77 0.77
1.89 1.87
1.88 1.78 1.79
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
2013 2014 2015 2016 2017
Gapoktan/desa
Kel tani/desa
BPP/kec
KEP/kec
Beban tugas penyuluhan:
32
1,462 1,470 1,515 1,504 1,296
648 617
549 557 585
3,050
2,404
1,560 1,598 1,621
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
2013 2014 2015 2016 2017
Petani/PPL PNS
Petani/Total PPL
Petani/PPL swadaya
33
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
2013 2014 2015 2016 2017
Desa/PPL PNS
Desa/PPL total
Desa/PPL swadaya
Keltani/PPL PNS
Keltani/PPL total
2013 2014 2015 2016 2017
Desa/PPL PNS 2,67 2,58 2,72 2,77 2,29
Desa/PPL total 1,19 1,09 0,99 1,03 1,03
Desa/PPL swadaya 5,58 4,23 2,80 2,94 2,86
Keltani/PPL PNS 11,59 11,87 16,44 21,01 18,35
Keltani/PPL total 5,14 4,99 5,96 7,78 8,29
PPL kurang mengembangkan organisasi petani
(Syahyuti et al., 2014)
34
Uraian Jabar Jatim Sumbar
Jumlah petani yang sudah masuk kelompoktani (%) 48.4 54.6 55.5
Jumlah kelompok tani yang dibina (unit) 11 – 16 10-14 10 - 16
Jumlah berdasarkan kelas:
Kelas pemula (%) 37.2 43.4 56.2
Kelas lanjut (%) 37.2 38.6 31.2
Kelas madya (%) 18.6 18.0 12.6
Kelas utama (%) 7.0 0.0 0.0
Total 100.0 100.0 100.0
Target semua petani masuk kelompok tani (%) 100.0 100.0 100.0
Target semua kelompok menjadi kelas utama (%) 0.0 0.0 0.0
Jumlah petani yang sudah masuk koperasi (%) Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu
Target semua petani masuk koperasi (%) 0.0 0.0 0.0
Pembinaanorganisasi petani (%):
Kelompok tani 100.0 100.0 100.0
Gapoktan 100.0 100.0 100.0
Koperasi 12.5 27.2 18.7
Asosiasi petani 0.0 0.0 0.0
KTNA 0.0 0.0 0.0
35
http://webblogsyahyuti.blogspot.co.id/

More Related Content

Similar to penyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).ppt

Seminar ppl swadaya swasta (yuti)
Seminar   ppl swadaya swasta (yuti)Seminar   ppl swadaya swasta (yuti)
Seminar ppl swadaya swasta (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
Optimalisasi widyaiswara lembang 5 des (yuti)
Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)
Optimalisasi widyaiswara lembang 5 des (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
Resume Buku Knowledge & Innovation : Platform Kekuatan Bersaing
Resume Buku Knowledge & Innovation : Platform Kekuatan BersaingResume Buku Knowledge & Innovation : Platform Kekuatan Bersaing
Resume Buku Knowledge & Innovation : Platform Kekuatan Bersaingindriaminati
 
Gorontalo penyuluhan new normal - 2 juli 2020 (yuti)
Gorontalo   penyuluhan new normal - 2 juli 2020 (yuti)Gorontalo   penyuluhan new normal - 2 juli 2020 (yuti)
Gorontalo penyuluhan new normal - 2 juli 2020 (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
Pemberdayaan p4 s denpasar b (yuti)
Pemberdayaan p4 s   denpasar b (yuti)Pemberdayaan p4 s   denpasar b (yuti)
Pemberdayaan p4 s denpasar b (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
Pemanfaatan Hasil-hasil Litbangyasa untuk Menciptakan Keunggulan Usaha - 23 N...
Pemanfaatan Hasil-hasil Litbangyasa untuk Menciptakan Keunggulan Usaha - 23 N...Pemanfaatan Hasil-hasil Litbangyasa untuk Menciptakan Keunggulan Usaha - 23 N...
Pemanfaatan Hasil-hasil Litbangyasa untuk Menciptakan Keunggulan Usaha - 23 N...Tatang Taufik
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Sri Wahyuni
 
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa BPPT 3 oktober 2013 Tatang A. Taufik
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa BPPT 3 oktober 2013   Tatang  A. TaufikPemanfaatan Hasil Litbangyasa BPPT 3 oktober 2013   Tatang  A. Taufik
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa BPPT 3 oktober 2013 Tatang A. TaufikTatang Taufik
 
Bu sukma (sobatkerja.com)
Bu sukma (sobatkerja.com)Bu sukma (sobatkerja.com)
Bu sukma (sobatkerja.com)Mirza S
 
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2Syahyuti Si-Buyuang
 
Anugerah yuka budaya inovasi
Anugerah yuka budaya inovasiAnugerah yuka budaya inovasi
Anugerah yuka budaya inovasicidino
 
1#perkembangan penyuluhan
1#perkembangan penyuluhan1#perkembangan penyuluhan
1#perkembangan penyuluhanHamdani Fauzi
 
Konsep Dasar Inovasi Pendidikan
Konsep Dasar Inovasi PendidikanKonsep Dasar Inovasi Pendidikan
Konsep Dasar Inovasi Pendidikanzoel elektronik
 
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdf
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdfBahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdf
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdfRanggaWisanggara2
 
BAPPEDA-STRATEGI KOM Pembangunan Pentahelix
BAPPEDA-STRATEGI KOM Pembangunan PentahelixBAPPEDA-STRATEGI KOM Pembangunan Pentahelix
BAPPEDA-STRATEGI KOM Pembangunan Pentahelixssuser565d9a
 

Similar to penyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).ppt (20)

Seminar ppl swadaya swasta (yuti)
Seminar   ppl swadaya swasta (yuti)Seminar   ppl swadaya swasta (yuti)
Seminar ppl swadaya swasta (yuti)
 
Optimalisasi widyaiswara lembang 5 des (yuti)
Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)
Optimalisasi widyaiswara lembang 5 des (yuti)
 
Resume Buku Knowledge & Innovation : Platform Kekuatan Bersaing
Resume Buku Knowledge & Innovation : Platform Kekuatan BersaingResume Buku Knowledge & Innovation : Platform Kekuatan Bersaing
Resume Buku Knowledge & Innovation : Platform Kekuatan Bersaing
 
Terobosan penyuluhan (yuti)
Terobosan penyuluhan (yuti)Terobosan penyuluhan (yuti)
Terobosan penyuluhan (yuti)
 
Gorontalo penyuluhan new normal - 2 juli 2020 (yuti)
Gorontalo   penyuluhan new normal - 2 juli 2020 (yuti)Gorontalo   penyuluhan new normal - 2 juli 2020 (yuti)
Gorontalo penyuluhan new normal - 2 juli 2020 (yuti)
 
Pemberdayaan p4 s denpasar b (yuti)
Pemberdayaan p4 s   denpasar b (yuti)Pemberdayaan p4 s   denpasar b (yuti)
Pemberdayaan p4 s denpasar b (yuti)
 
Pemanfaatan Hasil-hasil Litbangyasa untuk Menciptakan Keunggulan Usaha - 23 N...
Pemanfaatan Hasil-hasil Litbangyasa untuk Menciptakan Keunggulan Usaha - 23 N...Pemanfaatan Hasil-hasil Litbangyasa untuk Menciptakan Keunggulan Usaha - 23 N...
Pemanfaatan Hasil-hasil Litbangyasa untuk Menciptakan Keunggulan Usaha - 23 N...
 
hilirisasi.pdf
hilirisasi.pdfhilirisasi.pdf
hilirisasi.pdf
 
Kppn 15 juli 2014 (yuti)
Kppn 15 juli 2014 (yuti)Kppn 15 juli 2014 (yuti)
Kppn 15 juli 2014 (yuti)
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian
 
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa BPPT 3 oktober 2013 Tatang A. Taufik
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa BPPT 3 oktober 2013   Tatang  A. TaufikPemanfaatan Hasil Litbangyasa BPPT 3 oktober 2013   Tatang  A. Taufik
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa BPPT 3 oktober 2013 Tatang A. Taufik
 
Bu sukma (sobatkerja.com)
Bu sukma (sobatkerja.com)Bu sukma (sobatkerja.com)
Bu sukma (sobatkerja.com)
 
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
 
Santika 1 petani (yuti)
Santika 1   petani (yuti)Santika 1   petani (yuti)
Santika 1 petani (yuti)
 
Anugerah yuka budaya inovasi
Anugerah yuka budaya inovasiAnugerah yuka budaya inovasi
Anugerah yuka budaya inovasi
 
1#perkembangan penyuluhan
1#perkembangan penyuluhan1#perkembangan penyuluhan
1#perkembangan penyuluhan
 
Ais indonesia (yuti)
Ais indonesia (yuti)Ais indonesia (yuti)
Ais indonesia (yuti)
 
Konsep Dasar Inovasi Pendidikan
Konsep Dasar Inovasi PendidikanKonsep Dasar Inovasi Pendidikan
Konsep Dasar Inovasi Pendidikan
 
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdf
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdfBahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdf
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdf
 
BAPPEDA-STRATEGI KOM Pembangunan Pentahelix
BAPPEDA-STRATEGI KOM Pembangunan PentahelixBAPPEDA-STRATEGI KOM Pembangunan Pentahelix
BAPPEDA-STRATEGI KOM Pembangunan Pentahelix
 

More from RosmalahUMK

Ppt_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptx
Ppt_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptxPpt_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptx
Ppt_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptxRosmalahUMK
 
Ppt_1-2_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptx
Ppt_1-2_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptxPpt_1-2_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptx
Ppt_1-2_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptxRosmalahUMK
 
1-paradigma-baru-penyuluhan-pertanian.pptx
1-paradigma-baru-penyuluhan-pertanian.pptx1-paradigma-baru-penyuluhan-pertanian.pptx
1-paradigma-baru-penyuluhan-pertanian.pptxRosmalahUMK
 
1_Paradigma-Penyuluhan-Pembangunan.pptx
1_Paradigma-Penyuluhan-Pembangunan.pptx1_Paradigma-Penyuluhan-Pembangunan.pptx
1_Paradigma-Penyuluhan-Pembangunan.pptxRosmalahUMK
 
community-development-23146 (1).pptx
community-development-23146 (1).pptxcommunity-development-23146 (1).pptx
community-development-23146 (1).pptxRosmalahUMK
 
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.pptSlide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.pptRosmalahUMK
 
12_PEMBERDAYAAN_KELOMPOK_TANI_pptx.pptx
12_PEMBERDAYAAN_KELOMPOK_TANI_pptx.pptx12_PEMBERDAYAAN_KELOMPOK_TANI_pptx.pptx
12_PEMBERDAYAAN_KELOMPOK_TANI_pptx.pptxRosmalahUMK
 

More from RosmalahUMK (10)

Ppt_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptx
Ppt_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptxPpt_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptx
Ppt_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptx
 
Ppt_1-2_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptx
Ppt_1-2_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptxPpt_1-2_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptx
Ppt_1-2_mencari_menentukan_masalah_dan_latar.pptx
 
1-paradigma-baru-penyuluhan-pertanian.pptx
1-paradigma-baru-penyuluhan-pertanian.pptx1-paradigma-baru-penyuluhan-pertanian.pptx
1-paradigma-baru-penyuluhan-pertanian.pptx
 
1_Paradigma-Penyuluhan-Pembangunan.pptx
1_Paradigma-Penyuluhan-Pembangunan.pptx1_Paradigma-Penyuluhan-Pembangunan.pptx
1_Paradigma-Penyuluhan-Pembangunan.pptx
 
community-development-23146 (1).pptx
community-development-23146 (1).pptxcommunity-development-23146 (1).pptx
community-development-23146 (1).pptx
 
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.pptSlide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
 
12_PEMBERDAYAAN_KELOMPOK_TANI_pptx.pptx
12_PEMBERDAYAAN_KELOMPOK_TANI_pptx.pptx12_PEMBERDAYAAN_KELOMPOK_TANI_pptx.pptx
12_PEMBERDAYAAN_KELOMPOK_TANI_pptx.pptx
 
12432910.ppt
12432910.ppt12432910.ppt
12432910.ppt
 
2.RRAPRA.pptx
2.RRAPRA.pptx2.RRAPRA.pptx
2.RRAPRA.pptx
 
1881032(1).ppt
1881032(1).ppt1881032(1).ppt
1881032(1).ppt
 

Recently uploaded

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 

Recently uploaded (20)

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 

penyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).ppt

  • 1. PENYULUHAN PERTANIAN BARU DR. SYAHYUTI 1 Workshop Arah Baru Penyuluhan Pembangunan Pertanian: manajemen inovasi dan kewirausahaan social Program Pasca Sarjana Universitas Andalas – 5 November 2021 File #1
  • 2. Materi: 1. Penyuluhan pertanian klasik versus modern 2. Trend penyuluhan dunia = private extension 3. Penyuluhan pertanian di Indonesia = semakin berkurangnya penyuluh pemerintah 4. Penyuluhan modern dalam UU 16 tahun 2006: penyuluh swadaya dan swasta 5. Penyuluhan berbasis bisnis: Kostratani dan Korporasi Petani 6. Pengajaran penyuluhan di perguruan tinggi 2
  • 4. Konsep-konsep baru “penyuluhan”: 4 1. New agriculture extension (penyuluhan baru) 2. Systems of agricultural innovation (sistem inovasi pertanian) 3. Communication for rural innovation (komunikasi untuk inovasi) 4. Empowerment (pemberdayaan) 5. …………………………….. ? 6. …………………………….. ?
  • 5. Karena perkembangan TEORI:  Dari adopsi ke difusi  Adoption = is an individual process detailing the series of stages one undergoes from first hearing about a product to finally adopting it.  Diffusion process = a group of phenomena, which suggests how an innovation spreads among consumers.  Diffusion of Innovations = ….is a theory that seeks to explain how, why, and at what rate new ideas and technology spread through cultures  Buku Everett Rogers (rural sociology) “Diffusion of Innovations “ tahun 1962. Berasal dari studi pada lebih dari 508 kasus.  Konsep “difusi” dipelajari awalnya oleh sosiologi Perancis Gabriel Tarde (1890), serta antropolog Jerman dan Austria Friedrich Ratzel and Leo Frobenius.[  Tahun 1971, EM Rogers mempublikasikan “Communication of Innovations; A Cross-Cultural Approach”, dari teori proses difunsi dan evaluasi sistem sosial.
  • 6. Kritik terhadap Teori Adopsi Inovasi  Sumber teori berasal dari riset kegiatan pertanian dan praktek medis / kesehatan  Teknologi bukan lah sesuatu yang statis  pro-innovation bias  individual-blame bias  recall problem  issues of equality.  one-way flow of information  there is little to no dialogue.  In some cases, this is the best approach, but other cases require a more participatory approach.
  • 7. Perubahan paradigma : – From diffusion to systems of agricultural innovation. Alasannya: 1.inovasi teknologi bisa datang dari banyak sumber, 2.ada perubahan dari sustainable agriculture and progress menuju ecological knowledge system, 3.berkembangnya interdependence model dan innovation system framework, dimana yang terlibat tak hanya research and extension, tetap juga technology users, private companies NGO, dan supportive structures (pasar dan kredit). 4.pentingnya learning processes ( = a way of evolving new arrangements specific to local contexts). 7
  • 8. Kritik terhadap penyuluhan klasik 8 dari aspek BIROKRASI/POLITIK: Qamar (2005): “The fact remains, however, that modernization and reforms are needed in the existing national extension systems as a result of the many global forces that are changing socio-economic and political conditions in the world, creating new challenges and learning needs for farmers in developing countries”.  Mahal, menghabiskan anggaran pemerintah  Tidak efisien dalam penggunaan anggaran dibandingkan dengan bidang profesi lain di pemerintahan  Organisasinya besar , lamban, dan kaku  One way communication
  • 9. Perubahan lingkungan: 1. Kebijakan sumber pendanaan yg baru. 2. Hasil riset baru, dan perkembangan tepri penyuluhan. 3. Teknologi komunikasi baru (internet). 4. Produksi pangan, keamanan pangan, dan intensifikasi. 5. Pengentasan kemiskinan, upaya peningkatan pendapatan. 6. Keberlanjutan ekosistem, dan manajemen SDA baru. 7. Globalisasi dan liberalisasi pasar. 8. Pertanian multi fungsi. 9. Reformasi agraria baru. 10. Intensitas pengetahuan, “masyarakat pengetahuan”, komoditasi pengetahuan. 11. Praktek profesioanl penyuluhan (misi, dasar pemikiran, cara beroperasi, manajemen, pengorganisasian, isu-isu kolektif).
  • 10. Paradigma penyuluhan lama vs baru: 10 PPL berada di Dinas Pertanian Penyuluhan lama Penyuluhan baru Penanggung jawab penyuluhan Pemerintah pusat Banyak pihak pada berbagai level (PT, petani, swasta, NGO, dll) Fungsi penyuluhan Tranfer teknologi untuk peningkatan produksi Lebih luas (memobilisasi, mengorganisasikan dan mendidik petani). Posisi penyuluhan Terpisah dengan instansi lain Koheren Model transfer teknologi Linear, sekuensial, dan satu arah Lebih realistik, siklis, dan dinamis (antara petani, peneliti, penyuluh) Desain proyek Menurut perspektif pengajar learning model, melibatkan stakeholders Pendekatan Lip sevice = menyampaikan teknologi Mengambil resiko dengan melibatkan teknologi eksperimental, serta mengaitkan penelitian, manajer penyuluhan, dan organisasi petani
  • 11. Agricultural Extension: Needed Paradigm Shift (Baldeo Singh, 2009) 1. Information now has real, measurable value 2. Public extension services are no more solesource of information 3. Essential shift from “provider mentality” to “user mentality” 4. Required shift from broadcasting to narrow casting 5. Instance Performance 6. Demand driven and customized information 11
  • 12. Mengapa perlu moderniasi penyuluhan? 12 1. Agroekologi: materi penyuluhan harus mampu merespon kebutuhan teknologi yang sangat bergantung pada zona agroekologi yang berbeda (agroecological zones), tidak lagi seragam sebagaimana revolusi hijau. 2. Political-economic: pengaruh dari tahap perkembangan negara (stage of economic development), berapa besar investasi pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian: seberapa besar ketergantungan ekonomi nasional kepada sektor pertanian? Berapa warga negara yang masih bergantung pada pertanian? 3. Sociocultural: perbedaaan kultural antar petani, language differences and illiteracy, proporsi keterlibatan perempuan dan laki-laki, pola agraria, struktur penguasaan lahan. 4. Kebijakan nasional: berkenaan dengan ketahanan pangan, berapa surplus pangan mau diproduksi, market Intervention, infrastructure, institutional factors, Research, Education and Training, Input Supply, Credit, Farmer Organizations and NGO (Sumber: Swanson, Burton E.; Robert P. Bentz; and Andrew J. Sofranko (eds). 2004: Improving Agricultural Extension: A Reference Manual. www.fao.org)
  • 13. Apa kunci new professionalism in extension? 1. Pendekaan partisipatif. “These participatory methods and approaches represent an opportunity to build better linkages between the various actors and to increase the learning from each other”. 2. New systems of participatory learning 3. New learning environments for professionals and local people 4. New institutional settings 5. Menciptakan organisasi penyuluhan yang bercirikan organisasi pembelajar (learning organizations). (sumber: Roche, 1992; Pretty & Chambers, 1993; Pretty, 1995) 13
  • 14. Ciri penyuluhan MODERN adalah: 14 1. Penanggung jawab penyuluhan tidak semata-mata pemerintah nasional, namun dapat dijalankan oleh beragam pihak dan pada berbagai level. 2. Organisasi penyuluhan berbentuk “learning organization”, dimana pelaksana penyuluhan tidak lagi terstruktur secara ketat, namun ada kesempatan terus menerus untuk melakukan penyesuaian misi, pelayanan, produk, kultur, dan prosedur organisasi. 3. Fungsi penyuluhan lebih luas dari sekedar mentranfer teknologi, namun juga mencakup upaya untuk memobilisasi, mengorganisasikan, dan sekaligus mendidik petani. 4. Penyuluhan sebagai sistem pengetahuan yang komprehensif, tidak terpisah antara penemuan teknologi dengan transfernya. 5. Model transfer teknologi lebih realistik, siklis, dan dinamis (antara petani, peneliti, penyuluh dan guru) 6. Desain penyuluhan memungkinkan untuk mengembangkan learning model dengan melibatkan para stakeholders utama. 7. Pendekatan penyuluhan lebih pada pemecahan masalah, melibatkan teknologi informasi eksperimental, mengaitkan penelitian, manajer penyuluhan, dan organisasi petani. 8. Jenis penyuluh tidak terbatas hanya pegawai pemerintah, namun juga penyuluh swadaya (dari petani) dan penyuluh swasta. 9. Posisi petani tidak hanya sebagai objek penyuluhan, namun sebagai objek sekaligus subjek penyuluhan.
  • 15. Penyuluhan vs Komunikasi untuk Inovasi Cees Leeuwis (Wageningen University). 2006. Communication for Rural Innovation: Rethinking Agricultural Extension. Blackwell Publishing. “Penyuluhan “ “Komunikasi untuk Inovasi” Inovasi adalah proses keputusan individual Inovasi memiliki dimensi kolektif (resolusi konflik, pembangunan organisasi, pembalajaran, negosiasi sosial) Peran penyuluh = menyebarkan inovasi (cetak biru) Mendesain bersama, ada proses desain dan adaptasi inovasi, inovasi-inovasi kolektif. Bersifat kontekstual. Inovasi diciptakan di penelitian Inovasi lebih pragmatis, ada sisi teknis dan sosial, perlu menciptakan jaringan pendukung Sesuai Rogers (early adopter, dst) “semua petani bergerak ke arah yang sama” Strategi dan aspirasi petani mentangkut lingkungan sosial dan alam mereka. Petani kecil vs petani besar. Ada petani yang lamban, mundur, dan stagnan (mono perspektif) Penelitian di Irlandia (Leeuwis, 1989): petani lamban sesungguhnya juga mengadopsi sejumalh inovasi yg sama banyaknya. Mereka memiliki “dinamisme yg berbeda” (multi perspektif) Perubahan/inovasi dapat dan harus direncanakan Mengelola kekomplekan, konflik, dan hal-hal yg tak terduga (mis. Penemuan tak sengaja, pengaruh jaringan informal, kreatifitas, antusiasme, hubungan personal) Organisasi penyuluhan sesuatu yang stabil Organisasi penyuluhan berbentuk “learning organization”. Anggota saling berbagi pengalaman positif dan negatif. Ada penyesuaian misi, pelayanan, produk, kultur, dan prosedur organisasi.
  • 16. Pembangunan vs Pemberdayaan:  “Pemberdayaan” tidak sama dengan “pembangunan”.  Pendekatan pemberdayaan lahir sebagai respon dan kritik terhadap konsep dan pendekatan pembangunan  Mengapa pembangunan dikritik? Yang dikritik dari pembangunan bukan pada konsepnya, namun pada prakteknya banyak membawa masalah  Intinya, apa yang disebut pembangunan menurut orang-orang pemberdayaan, tidaklah sama dengan “pembangunan” menurut orang- orang pembangunan.  Dilihat dari sisi lahirnya, dimana “pemberdayaan” lahir 40 tahun setelah “pembangunan”,  “pemberdayaan” merupakan suatu antitesis dari “pendekatan isme pembangunan” (developmentalism)  Penyebabnya = pembangunan yang semakin bermakna sebagai modernisasi telah banyak menuai kritik, terutama dari paradigma “ketergantungan” pada era 1970-an  Kesamaan = sama-sama suatu perubahan sosial secara sengaja atau berencana
  • 17. Pembangunan vs Pemberdayaan: Pembangunan Pemberdayaan Masa kelahiran ide 1950-an 1990-an Dari sisi aspek Umumnya berupa crashed program yang bersifat jangka pendek, temporal, dan parsial Program berjangka menengah dan panjang, berkesinambungan, dan utuh (empowerment program) Arus ide Dalam pembangunan ide mengalir secara topdown terutama dari pemerintah. Semua dari atas baik perencanaan, metode pelaksanaan dan pelaksana, serta indikator evaluasi dan pelakunya. Lebih bottom-up, dimana masyarakat sebagai pelaku aktif mulai dari perencanaan, sedang pihak luar hanya sebagai fasilitator. Pembagian dana Semua dana dikuasai pelaksana dari luar. Ada sebagian blok dana yang dapat digunakan sendiri oleh masyarakat. Struktur kekuasaan yang terbentuk Struktur didominasi oleh pemerintah dan elite lokal Kekuasaan terdistribusi merata untuk seluruh lapisan, termasuk perempuan dan lapisan termiskin Asumsi terhadap program Program merupakan aktifitas pokok. Program itu lah yang paling penting bagi pelaksana. Program hanya sebagai strategi antara untuk tujuan yang lebih luas dan panjang Bentuk evaluasi Evaluasi berbentuk sentralitas, hanya mempelajari hambatan- hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan Dilakukan juga evaluasi normatif dan hasil untuk memahami kedalaman permasalahan yang terjadi. Pengguna hasil evaluasi Hanya pelaksana yaitu pemerintah yang menggunakan. Seluruh pihak yang terlibat menggunakan hasil evaluasi, terutama untuk masyarakat yang diberdayakan itu sendiri. Objek evaluasi Hanya hasil yang dicapai pada pemanfaat Mencakup seluruh pihak mulai dari si donor, lembaga pemerintah, pembina, pelaksana, dan pemanfaat (masyarakat).
  • 18. #2 TREND PENYULUHAN PERTANIAN DI DUNIA: private extension
  • 19. Four generations of extension in Asia: 1. Colonial agriculture 2. Diverse top-down extension: after independence, commodity-based extension services, production targets, foreign donors. 3. Unified top-down extension: 1970s - 1980s, the Training and Visit system, single national service, “green revolution" technologies. 4. Diverse bottom-up extension: World Bank funding came to an end, the T and V system collapsed, decline of central planning, participatory methods replacing top-down approaches • Penyuluhan di Indonesia saat ini = ciri 2 dan 3 19
  • 20. Pengalaman negera-negara lain (laporan FAO, 2005): • Costa Rica: pemerintah memberi extension voucher ke petani, utk mendapatkan layanan penyuluhan • Inggris: Penyuluhan swasta sudah lama, mampu mengefisienkan staf • Holland: 60 % biaya penyuluhan dari petani, 40% dari pemerintah • Nicaragua: desentralisasi dan semi private-extension • Estonia: public extension advisory service utk petani lemah, dan penyuluh swasta utk yang kuat 20
  • 21. Penyuluhan swasta di Pakistan: • Shahbaz, Babar and Salaman Ata • (2014: Enabling Agricultural Policies for benefiting Smallholders in Dairy, Citrus and Mango Industries of Pakistan. Agricultural Extension Service in p[akistan: Chalenges, Caontraints and Ways-forward). • Desentraliasai penyuluhan di Pakistan dimulai sejak 2001, saat pemerintah memberikan desetralisasi kepada pemerintah lokal • Penyuluh swasta bergerak dalam bidang: • proteksi tanaman oleh perusahaan pestisida, • introduksi benih oleh perusahaan benih, • pabrik gula, • perusahaan rokok untuk tembakau, perusahaan pengolah untuk jagung, • peternakan oleh perusahan peternakan nasional. 21
  • 22. Penelitian GFRAS (2014) di 81 negara: • Selain kementerian pertanian, varian kelembagaan penyuluhan antara lain juga ada di divisi penyuluhan maupun semi-extension unit yang berada di: • kementerian pertanian, • lembaga penelitian publik yang memiliki divisi penyuluhan • universitas berbasis penyuluhan • LSM, • perusahaan penyuluhan swasta, dan • organisasi petani. • Secara global, persentase jumlah penyuluh dalam lembaga organisasi publik tidak jauh berbeda dengan di lembaga swasta = 53% dan 47%. 22
  • 23. Jumlah penyuluh dan kategori kelembagaan atau organisasi penyuluhan di dunia (81negara) 23 Sumber: Davis and Alex (in: IFPRI, 2020); GFRAS, 2014 (dalam Sirnawati dan Trsnawati, 2021) Kategori lembaga/organisasi Jumlah organisasi (unit) Persentase (%) Jumlah penyuluh (orang) Persentase (%) 1.Organisasi pemerintah atau kementerian pertanian 95 27 127.342 86.76 2. Organisasi penyuluhan pemerintah semiotonom 70 20 6.848 4.67 3. Lembaga penelitian publik yang memiliki unit penyuluhan 5 1 298 0.2 4. Penyuluhan berbasis universitas 13 4 285 0.19 Sub Penyuluhan pemerintah (public) 183 53 134.773 91,82 1. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 90 26 3.890 2.66 2. Organisasi petani 43 12 7.007 4.77 3. Perusahaan swasta 32 9 1.112 0.76 Sub penyuluhan swasta (private) 165 47 12.009 8.18 TOTAL 348 100 146.782 100
  • 24. Market dan non-Market Reform dalam Kebijakan Penyuluhan Dunia (Rivera et al 2001) 24 Tipe penyuluhan Sumber pembiayaan negara swasta Penyuluhan berbasis permintaan/pasar (market reform): 1. Penyuluhan oleh negara Reformasi penyuluhan publik melalui pembatasan layanan dan pengenaan biaya (downsizing and cost recovery) Pengenaan biaya 1. Penyuluhan oleh swasta Pluralistik, kemitraan, pembagian peran Privatisasi total, komersialisasi penyuluhan Penyuluhan bukan berbasis permintaan/pasar (non market reform): Dipengaruhi oleh isu politik, pembiayaan, dan administrasi Desentralisasi penyuluhan ke pemerintahan daerah Delegasi tanggung jawab pelayanan penyuluhan kepada pihak lain
  • 25. Sistem penyuluhan pertanian di India (Singh et al., 2013). 25
  • 26. #3 FAKTAdan TANTANGAN SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN INDONESIA 26
  • 27. Periodeisasi penyuluhan pertanian Indonesia: 27 Era revolusi hijau Era UU 16-2006 Era UU 23-2014 Era Kostratani 1. Kelembagaan penyuluhan Badan Bimas -Otonomi daerah -SKPD sendiri (Bakorluh, Bapeluh) Di dalam Dinas Pertanian atau Pangan Di dalam Dinas Pertanian atau Pangan 2. Ketenagaan penyuluhan Pengangkatan PPL PNS besar2 an Pengangkatan THL- TBPP (27.000 orang) untuk menjadi penyuluh swasta dan swadaya Hampir tidak ada pengangkatan baru Mestinya mengandalkan pada PPL SWADAYA dan SWASTA 3. Penyelenggaraan penyuluhan Dalam Program Bimas, Insus, Supra Insus, dll “Program reguler” Upsus Pajale Kostratani di BPP 4. Sarana dan prasarana T ersedia memadai Lumayan tersedia Kurang tersedia Mengandalkan prasarana non fisik (IT, dll) 5. Anggaran penyuluhan Anggaran ada di pusat Dana pusat (DAU, DAK) Mengandalkan anggaran daerah Mengandalkan anggaran daerah (mestinya) Tahun 2006 Tahun 2014 T ahun 2020 Tahun 1965
  • 28. Fakta-fakta penyuluhan pertanian nasional saat ini: 1. Ketenagakerjaan: jumlah PPL pemerintah (pasti akan) menurun 2. Kelembagaan penyuluhan: hilangnya Bakorluh dan Bapeluh karena UU 23 tahun 2014. Principle of subsididarity = peran negara dari executing, ke regulating, ke facilitating. 3. Metode penyuluhan: menggunakan T and V system ala Bimas yang tidak kontekstual. 4. Sarana dan prasarana penyuluhan: BPP kurang mendapat dukungan 5. Anggaran Penyuluhan: mengandalkan “kemurahhatian” daerah rendah. Maka: Masa depan penyuluh pertanian Indonesia = PENYULUH PERTANIAN SWADAYA + SWASTA 28
  • 29. Kondisi SDM Penyuluhan Indonesia 29
  • 30. Jumlah SDM dan kelembagaan penyuluhan pertanian (KPPN, 2018) 30 2.013 2.014 2.015 2.016 2.017 RATA2 (% per th) Jumlah BPP 5.016 5.251 5.430 5.430 5.515 2,41 Jumlah PPL PNS 27.476 27.153 25.713 25.290 30.621 3,24 Jumlah THL TBPP 21.249 20.814 20.197 19.084 12.584 (3,51) Jumlah PPL swadaya 13.169 16.596 24.981 23.797 24.471 18,66 Jumlah PPL swasta 92 92 92 92 105 3,53 TOTAL PPL 61.986 64.655 70.983 68.263 67.781 2,39 Jumlah Kelompok Tani 318.453 322.390 422.770 531.287 561.791 13,51 Jumlah Gapoktan 37.632 37.632 57.272 62.163 63.120 12,56 Jumlah KEP 13.230 13.230 13.230 12.584 12.546 0,11
  • 31. Kelembagaan penyuluhan dan petani: 31 0.51 0.74 0.54 0.82 0.89 0.79 0.90 4.33 4.59 6.04 7.58 8.02 0.72 0.77 0.77 1.89 1.87 1.88 1.78 1.79 - 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 2013 2014 2015 2016 2017 Gapoktan/desa Kel tani/desa BPP/kec KEP/kec
  • 32. Beban tugas penyuluhan: 32 1,462 1,470 1,515 1,504 1,296 648 617 549 557 585 3,050 2,404 1,560 1,598 1,621 - 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 2013 2014 2015 2016 2017 Petani/PPL PNS Petani/Total PPL Petani/PPL swadaya
  • 33. 33 - 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 2013 2014 2015 2016 2017 Desa/PPL PNS Desa/PPL total Desa/PPL swadaya Keltani/PPL PNS Keltani/PPL total 2013 2014 2015 2016 2017 Desa/PPL PNS 2,67 2,58 2,72 2,77 2,29 Desa/PPL total 1,19 1,09 0,99 1,03 1,03 Desa/PPL swadaya 5,58 4,23 2,80 2,94 2,86 Keltani/PPL PNS 11,59 11,87 16,44 21,01 18,35 Keltani/PPL total 5,14 4,99 5,96 7,78 8,29
  • 34. PPL kurang mengembangkan organisasi petani (Syahyuti et al., 2014) 34 Uraian Jabar Jatim Sumbar Jumlah petani yang sudah masuk kelompoktani (%) 48.4 54.6 55.5 Jumlah kelompok tani yang dibina (unit) 11 – 16 10-14 10 - 16 Jumlah berdasarkan kelas: Kelas pemula (%) 37.2 43.4 56.2 Kelas lanjut (%) 37.2 38.6 31.2 Kelas madya (%) 18.6 18.0 12.6 Kelas utama (%) 7.0 0.0 0.0 Total 100.0 100.0 100.0 Target semua petani masuk kelompok tani (%) 100.0 100.0 100.0 Target semua kelompok menjadi kelas utama (%) 0.0 0.0 0.0 Jumlah petani yang sudah masuk koperasi (%) Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Target semua petani masuk koperasi (%) 0.0 0.0 0.0 Pembinaanorganisasi petani (%): Kelompok tani 100.0 100.0 100.0 Gapoktan 100.0 100.0 100.0 Koperasi 12.5 27.2 18.7 Asosiasi petani 0.0 0.0 0.0 KTNA 0.0 0.0 0.0